Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM"

Transkripsi

1 EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN Fungsi Embung Komponen Embung... 1 BAB II PERALATAN KONSTRUKSI Ketentuan Umum Jenis Alat yang Diperlukan... 3 BAB III BAHAN BANGUNAN BAB IV TUBUH EMBUNG DAN KOLAM EMBUNG Tubuh Embung Kolam Embung Pemadam Tubuh Embung Pemasangan Gebalan Rumput BAB V PELIMPAH BAB VI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI Fungsi Komponen BAB VII PEMELIHARAAN Umum Masalah yang Membahayakan Embung. 36 ii

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Fungsi Embung : Embung adalah bangunan yang berfungsi menyimpan air hujan dalam suatu kolam dan kemudian dioperasikan selama musim kering untuk berbagai kebutuhan air suatu desa, yaitu: penduduk, hewan ternak, kebun, dll. 1.2 Komponen Embung : Embung terdiri atas berbagai komponen (periksa gambar 1): (1) Daerah tadah hujan, paling luas 100 ha (2) Kolam embung, isi paling besar m3 (3) Tubuh embung-tipe urugan,paling tinggi 10,000 m (4) Pelimpah tanah, berupa saluran terbuka dengan kapasitas paling besar/sama dengan banjir 50 tahunan (Q 50 ) (5) Jaringan piipa distribusi (6) Bak air untuk penduduk (7) Bak air untuk hewan ternak (8) Bak air untuk kebun Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 1

4 Gambar 1 Gambaran Umum Embung Kecil Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Untuk Pedesaan 2

5 BAB II PERALATAN KONSTRUKSI 2.1 Ketentuan umum Pelaksanaan konstruksi embung dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Pekerjaan utama yaitu: (i) pemadatan tubuh embung, dan (ii) urugan isi paritan pipa di fondasi tubuh embung yang harus dikerjakan dengan alat berat. (2) Pekerjaan utama lain seperti: (i) Galian tanah bahan urugan di borrow area, (ii) Penghamparan dan penyiraman bahan urugan, (iii) Galian fondasi tubuh embung, (iv) Galian kolam embung, (v) Galian saluran pelimpah. Dapat dikerjakan baik dengan alat berat atau tenaga manusia. (3) Pekerjaan lain yaitu : pemasangan jaringan pipa pasok air, bak air, gebalan rumput, dll. Dikerjakan dengan tenaga manusia. 2.2 Jenis Alat yang Diperlukan (1) Apabila pekerjaan pada ayat 2.1 butir (1) dan (2) semuanya akan dikerjakan dengan alat berat, maka diperlukan: Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 3

6 (i) Bulldozer (ii) Wheel loader (iii) Backhoe (iv) Dumptruck (v) Truck tangki air (vi) Sheepfoot roller dan atau tandem roller, tandem roller mini (vii) Stamper (2) Apabila pekerjaan dilaksanakan dengan tenaga manusia, kecuali pekerjaan ayat (2.1) butir (1) yang harus dilaksanakan dengan alat berat, maka diperlukan: (i) Bulldozer dilengkapi dengan sheepfoot roller, dan atau (ii) Tandem roller dan tandem roller mini (iii) Stamper Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 4

7 1. Bulldozer Jumlah : 1 buah Kapasitas : tipe D7 Penggunaan : Pembersihan semak, rumput, dan pohon Pengupasan tanah Penggalian tanah Penggusuran dan penghamparan tanah Perataan tanah 2. Wheel Loader Jumlah : 1 buah Kapasitas : Bucket ½ - 1 m 3 Penggunaan : Menggali dan memuat tanah atau material berbutir, mengangkat, mengangkut, dan membuang pada Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 5

8 ketinggian tertentu ke dalam dump truck atau tempat pembuangan. 3. Backhoe Jumlah : 1 buah dengan alat penggerak roda ban Kapasitas : Bucket ½ - 1 m 3 Penggunaan : Penggalian tanah yang terletak di bawah tempat kedudukan backhoe. Juga dapat digunakan untuk memuat hasil galian ke dalam truck. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 6

9 4. Dump truck Jumlah : 2 buah Kapasitas : 7 ton Penggunaan : Transportasi material yang akan digunakan untuk konstruksi dan bahan buangan. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 7

10 5. Truk tangki air Jumlah : 1 buah Kapasitas : liter Penggunaan : Penyiraman tanah/ material bagi keperluan pemadatan. Penyediaan air bagi kebutuhan konsumsi. 6. Sheepfoot roller Jumlah : 1 buah dengan alat penarik beroda ban. Kapasitas : 8 10 ton termasuk ballast Penggunaan : Alat pemadat material berlempung. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 8

11 7. Tandem roller Jumlah : 1 buah Kapasitas : 8 10 ton termasuk ballast Penggunaan : Alat pemadat material berbutir kasar. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 9

12 8. Tandum roller mini Jumlah : 1 buah Kapasitas : 1 2 ton Penggunaan : Pemadatan tanah khususnya di tempat yang sempit. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 10

13 BAB III BAHAN BANGUNAN Bahan yang diperlukan untuk membangun embung adalah: 1. Tanah lempung untuk : - Urugan homogen tubuh embung - Inti kedap air - Selimut kedap air di dasar dan dinding lulus air kolam embung 2. Pasir halus hingga kerikil untuk: - Urugan filter - Backfill - Semen tanah - Adukan pasangan batu - Agregat halus beton 3. Batu pecah ukuran kecil, kerakal, hingga bongkah (paling besar 20 cm), untuk : - Urugan tubuh embung - Urugan salir - Agregat kasar beton - Lapisan pelindung erosi 4. Semen untuk pasangan batu dan beton bak air, dan bila diperlukan untuk selimut semen tanah 5. Geotekstil untuk filter di urugan penyalir. 6. Pipa HDPE Ø 1 ¼ dan Ø 2, dan pipa besi Ø 1 ¼ untuk jaringan distribusi. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 11

14 7. Besi tulangan Ø 8 dan 10 mm untuk penulangan dinding beton bak air. 8. Kran air dan pelampung. 9. Geomembran, bila diperlukan, untuk selimut kolam embung. Jumlah atau volume setiap jenis bahan bangunan yang diperlukan dapat dihitung berdasarkan gambar desainnya yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 12

15 BAB IV TUBUH EMBUNG DAN KOLAM EMBUNG 4.1 Tubuh Embung Ada dua tipe urugan untuk tubuh embung, tergantung ketersediaan bahan bangunan setempat, yaitu: (1) Urugan homogen (Lihat gambar 2 dan 3) (2) Urugan majemuk dengan inti kedap air dari bahan: 2.1. Lempung (Lihat gambar 4) 2.2. Diapragma dari bahan: semen tanah, pasangan batu dengan semen, atau beton (Lihat gambar 5) Inti biasa dibuat di atas pondasi kedap air. Apabila ada lapisan pondasi lulus air, diperlukan tindakan: (1) Menggali habis lapisan pondasi lulus air, bila pelaksanaannya mudah. (2) Membuat dinding halang untuk memotong lapisan lulus air. Dinding halang dapat dibuat dari bahan: lempung, semen tanah, pasangan batu dengan semen, atau beton, berarah vertikal mulai bagian kedap air tubuh embung hingga lapisan pondasi kedap air. (Lihat gambar 3, 4, dan 5). Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 13

16 4.2 Kolam Embung Kolam embung - karena berfungsi menyimpan air harus diusahakan bersifat kedap air. Apabila dasar atau dinding kolam bersifat lulus air maka diperlukan selimut yang menutupinya untuk mengurangi kehilangan air. Selimut dapat dibuat dari bahan: lempung, semen tanah, atau geomembran. Lihat gambar 3 dan 5. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 14

17 Gambar 2. Urugan Homogen, Material Utama Lempung di Atas Pondasi Kedap Air Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 15

18 Gambar 3. Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen dengan Dinding Halang dan Selimut di Kolam Waduk Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 16

19 Gambar 4. Urugan Majemuk, dengan Inti Lempung Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 17

20 Gambar 5. Urugan Batu, dengan inti Diapragma (tanpa dan dengan selimut) Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 18

21 4.3 Pemadatan Tanah Embung Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis menggunakan alat berat dengan cara dan ketentuan seperti diuraikan berikut ini Tata cara pemadatan tanah berkohesi (lempung): (1) Bersihkan tempat penambangan bahan urugan (borrow area) dari bahan organik, dengan mengupas permukaannya, (2) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ke tempat tubuh embung dan tumpahkan bahan di atas tanah yang telah dipadatkan terlebih dahulu, (3) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata (lapisan) dengan ketebalan 25 cm, di atas lapisan tanah yang telah dipadatkan lebih dulu, (4) Siram lapisan tanah butir (3) dengan air secukupnya, bila keadaannya terlalu kering, sedemikian sehingga tanah tersebut dapat dikepal dengan tangan tanpa terurai (berarti terlalu kering) dan juga tidak terlalu lunak (berarti terlalu basah), (5) Gilaslah lapisan tanah dengan alat pemadat yang sesuai sehingga tebalnya berkurang dari 25 cm menjadi 15 cm yang dapat dicapai kirakira 6 8 kali lintasan. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 19

22 (6) Ulangi pekerjaan (2), (3), (4), dan (5) hingga urugan mencapai elevasi yang dikehendaki. Apabila tempat pemadatan cukup luas, missal tubuh embung, gunakan alat pemadat sheepfoot roller, atau bila tidak ada gunakan tandem roller. Bila tempat pemadatan sempit, missal di puritan, gunakan alat stamper. Periksa gambar 6 (2) sampai 6 (5) Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi: (1) Tata cara seperti di atas harus dilakukan pula untuk tanah jenis ini, kecuali langkah no. (4) tidak diperlukan, sehingga urutannya adalah (1), (2), (3) dan (5), dengan catatan untuk pekerjaan (5) tebl lapisan menjadi 20 cm. (2) Alat yang diperlukan untuk pemadatan tanah jenis ini adalah tandem roller bila tempat cukup luas, dan stamper bila tempat sempit. (3) Alat pemadat zona tanah lempung tidak boleh melintasi urugan tanah tak berkohesi agar urugan tidak terkotori lempung. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 20

23 Gambar 6. Prosedur Pemadatan Tanah Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 21

24 (1) Gambar 6 (2) sampai 6 (5) Prosedur Pemadatan Tanah Lempung (2) Gambar 6 (6): Pemadatan Jalan di Puncak Hamparkan campuran pasir, kerikil, kerakal (sirtu) di puncak tubuh embung, lebar minimal 2,00 m, tebal 30,00 cm. Kemudian gilas sehingga tebalnya menjadi 20,00 cm. 4.4 Pemasangan Gebalan Rumput 1. Tempelkan gebalan rumput pada permukaan lereng hilir urugan tubuh embung. Sambungan vertikal tidak boleh dalam satu garis lurus. Ukuran gebalan: 20 x 20 cm 2. Pasang pasak bambu/kayu, Ø mm panjang 15 cm, pada gebalan rumput untuk memperkuat ikatannya dengan urugan. 3. Pemasangan dilakukan sedapat mungkin dimulai dari baris atas dan dilanjutkan dengan baris di bawahnya. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 22

25 Gambar 7. Susunan Gebalan Rumput Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 23

26 BAB V PELIMPAH Gambar 9. Pelimpah Tanah di Samping Tubuh Embung 1. Gali saluran pelimpah di bukit tumpu dengan dozer atau ripper, terpisah dari tubuh embung, kapasitas Q 50. Saluran ini bermula dari kolam embung dan turun menuju alur di hilir tubuh embung. Dimensi periksa tabel dan gambar 10. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 24

27 2. Tanam rumput pelindung erosi dari jenis: Jenis yang tumbuh rendah dan rapat (encephalum sp) di bagian saluran yang landai (udik). Jenis yang tumbuh tinggi (gajah) di bagian saluran yang curam (hilir) 3. Buat pelat beton/pasangan batu (ukuran: tebal 30 cm, lebar 100 cm) rata dengan dasar saluran dan tempatkan di saluran bagian udik sebagai referensi elevasi dasar pelimpah (detil A) Gambar 10. Dimensi Saluran Pelimpah Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 25

28 Lebar saluran pelimpah (B dalam meter) untuk berbagai debit (Q dalam m 3 /d) dan kemiringan dasar (i). Debit Kemiringan dasar saluran Keterangan (m 3 /d) 0,001 0,002 0,004 0,005 0,0075 Dasar dan dinding saluran ,50 13 dilindungi terhadap erosi dengan rumput rendah (misal: ,50 37 enchepalum Sp). Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 26

29 BAB VI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI 6.1 Fungsi Mengangkat air dari kolam langsung ke tempat pemakaian dengan pipan tertutup bertekanan. 6.2 Komponen (1) Alat sadap terapung, dibuat dengan cara ujung pipa utama dilubangi (perforated) sepanjang 1,50 m dan dibungkus dengan filter geotekstil, kemudian digantungkan pada pelampung (missal: bola plastik). Gambar 11 detil B. (2) Pipa utama, dari bahan HDPE Ø 2 dipasang pada galian kemudian diurug kembali. Di bawah tubuh embung pipa diberi lembaran karet 30 x 30 cm setiap jarak 5,00 m kemudian diurug lempung plastis dipadatkan dalam keadaan basah. Gambar 11 potongan I-I, dan gambar 12. (3) Pipa sekunder, ada 3 buah semua dari bahan HDPE Ø 1 ¼. Pipa ini dipasang dalam parit yang ditimbun kembali, langsung disambungkan pada pipa utama, dan masing-masing menuju ke tiga buah bak air (periksa butir 4). Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 27

30 (4) Bak air, ada 3 jenis, yaitu: - Bak air bersih untuk penduduk di pemukiman, berukuran : lebar 1,00 m, panjang 2,0 m, tinggi 150 cm, gambar 13 - Bak air untuk hewan ternak dibuat di tempat pengembalaan, berukuran lebar 1,00 m, panjang 2,00 m, tinggi 0,60 m, gambar 14 - Bak air untuk tanaman dibuat di kebun, berukuran lebar 0,80 m, panjang 9,00 m, tinggi 0,60 m, gambar 15. (5) Penguras, berupa pipa bercabang, dipasang sebuah di kaki hilir tbuh embung dan selanjutnya dipasang di pipa utama pada setiap jarak maksimal 100 m, dan minimal dipasang dua buah, gambar 11 detil A. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 28

31 Gambar 11. Denah Pemasangan Pipa Distribusi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 29

32 Gambar 12. Pemasangan Pipa Utama Distribusi di Bawah Embung Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 30

33 1. Gali paritan pada fondasi tubuh embung, dalam 60 cm, lebar dasar 60 cm. 2. Padatkan lempung setebal 0,15 m dengan kondisi basah (lapis ke-1) 3. Letakkan pipa utama HDPE Ø 2 di atas urugan lempung lapisan ke-1, lengkap dengan lembaran karet 30 x 30 cm setiap jark 5.00 m 4. Tutup/timbun pipa dengan lempung plastis yang dipadatkan dalam 3 0,15 m. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 31

34 Gambar 13. Denah dan Perspektif Bak untuk Keperluan Manusia Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 32

35 Gambar 14. Denah dan Perspektif Bak Hewan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 33

36 Gambar 15. Denah dan Perspektif Bak Kebun Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 34

37 BAB VII PEMELIHARAAN 7.1 Umum 1. Organisasi Embung yang telah selesai dibangun hendaknya dikelola oleh desa setempat. Dinas Pengairan setempat membantu desa dalam masalah keteknikan. 2. Inspeksi i) Desa Pengelola Embung perlu mengadakan inspeksi minimal sekali dua minggu terutama terhadap tubuh embung, pelimpah dan dinding kolam embung. ii) Pada waktu dan setelah hujan lebat perlu melakukan inspeksi. iii) Menjelang musim kemarau perlu diperiksa apakah alat sadap dan keran air bekerja dengan baik. 3. Daerah Tadah Hujan (DTH) i) Seluruh DTH sebaiknya dihijaukan dan dibuat teras dari tumpukan batu setinggi ± 0,5 m untuk mengurangi erosi. Tanaman rumput sangat disarankan. ii) Hewan hendaknya tidak memasuki DTH untuk menjaga kebersihan air ebung dari pencemaran kotoran hewan. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 35

38 4. Kolam embung i) Penduduk hendaknya tidak mengambil air secara langsung dari kolam embung untuk menghindari pemborosan air. ii) Hewan dilarang minum langsung di kolam embung untuk mencegah penularan penyakit hewan terhadap manusia. Pagar di sekeliling kolam mungkin diperlukan. 7.2 Masalah yang Membahayakan Embung Beberapa masalah yang membahayakan embung perlu diperhatikan dalam inspeksi, antara lain: (1) Daerah basah karena rembesan melalui: - Urugan tubuh embung - Pondasi (2) Daerah basahan memanjang di tubuh embung (3) Retakan melintang di tubuh embung (4) Retakan memanjang di tubuh embung : - Yang lurus - Yang lengkung (5) Retakan susut (6) Erosi alur di tubuh embung (7) Tumbuhan tinggi di tubuh embung (8) Tumbuhan tinggi di saluran pelimpah (9) Runtuhan di saluran pelimpah (10) Erosi alur di pelimpah (11) Gerusan lokal di pelimpah Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 36

39 Periksa gambar 16 sampai 27. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Gambar 16a. Rembesan Dalam Urugan Gambar 16b. Sloughing (longsoran lokal) Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 37

40 Gambar 16c. Teknik perbaikan 1 Daerah luas yang basah atau menghasilkan aliran (gambar 16 dan 17) Tanda: Sering ditandai dengan tanaman yang tumbuh lebih subur daripada di tempat lain, dapat terjadi di lereng hilir tubuh embung atau di pondasi hilir. Penyebab: Rembesan melalui tubuh embung atau fondasi. Tindakan: - Singkirkan tanamannya dan amatilah permukaan tanahnya. - Bila daerahnya basah laporkan segera kepada Dinas Pengairan setempat. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 38

41 Akibat: Daerah tanaman yang basah dapat menyebabkan terjadinya longsoran lokal (sloughing) karena jenuh. Teknik Perbaikan: - Di sekitar daerah basah perlu ditutup dengan urugan beban pengimbang (counterweight) lulus air yang landai. Struktur urugan sebagai berikut : Paling bawah, langsung menutup daerah basah, urugan sirtu (campuran pasir-batu) atau pasir Di atas lapisan sirtu (pasir) adalah ditimbuni lapisan embung dipadatkan Kaki luar beban pengimbang berupa urugan kerikil kerakal Lihat gambar 17a dan 17b. Gambar 17a Rembesan Lewat Pondasi Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 39

42 Gambar 17b Teknik Perbaikan 2 Deretan mata air atau basahan di lereng hilir tubuh embung Tanda: Mata air atau basahan terjadi secara memanjang, relative sempit, dan berarah horizontal Penyebab: Adanya lapisan urugan lulus air di antara urugan lempung, sehingga terjadi rembesan Tindakan: Laporkan kepada Dinas Pengairan setempat Akibat: - Erosi buluh pada lapisan lulus air, dan selanjutnya perosokan tubuh embung. - Bocoran (kehilangan) air kolam/tampungan. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 40

43 Teknik Perbaikan: - Buat paritan sejajar sumbu embung, dari puncak embung vertikal ke bawah menembus lapisan lulus air, lebar parit minimal 0,60 m, dasar parit mencapai minimal 0,50 m di bawah lapisan lulus air - Isilah paritan dengan bahan lempung plastis yang dipadatkan dalam keadaan basah. Gambar 18a. Daerah Basahan/Mata Air Memanjang Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 41

44 Gambar 18b. Teknik Perbaikan 3 Retakan melintang Tanda: - Retakan terbuka di puncak embung, dari udik ke hilir. - Air dapat mengalir dari kolam embung ke lereng hilir, sehingga terlihat sebagai mata air. Penyebab: Penurunan urugan tidak merata Tindakan: Laporkan kepada Dinas Pengairan setempat.akibat: - Erosi yang dapat memperlebar dan memperdalam retakan - Air hujan dapat merembes dan menjenuhkan tubuh embung - Bocoran (kehilangan) air dari kolam Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 42

45 Teknik Perbaikan: - Buat paritan sepanjang retakan dan buatlah parit pasak di tengahnya - Isi parit dengan urugan lempung plastis yang dipadatkan dalam keadaan basah Gambar 19a. Retakan Melintang Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 43

46 Gambar 19b. Teknik Perbaikan 4 Retakan memanjang di Tubuh Embung (gambar 20 dan 21) Tanda: Retakan di puncak embung sejajar sumbu biasanya terbuka lebar dan dalam Penyebab: - Bila lurus merupakan penurunan tidak merata, misal antara zona urugan - Bila lengkung merupakan awal longsoran Akibat: Air hujan dapat merembes dan menjenuhkan urugan serta dapat memicu terjadinya longsoran. Tindakan: Laporakan kepada Dinas Pengairan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 44

47 Teknik Perbaikan: - Retakan lurus - Buat paritan dan isi dengan lempung plastis dipadatkan basah - Retakan lengkung Kupas sampai ke dasar gerakan, dan isi kembali dengan bahan yang sesuai dan dipadatkan dengan baik. Lihat gambar 21. Gambar 20a. Retakan Memanjang Lurus Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 45

48 Gambar 20b. Teknik Perbaikan Gambar 21a. Retakan Memanjang Lengkung Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 46

49 Gambar 21b Teknik Perbaikan 5 Retakan Susut di Tubuh Embung Tanda: Retakan biasanya pendek, dangkal, sempit, banyak, dan berarah tidak teratur. Penyebab: Perubahan kadar air terutama karena panas matahari Akibat: Meresapkan air hujan ke dalam urugan Tindakan: Laporkan kepada Dinas Pengairan Teknik Perbaikan: Kupas lapisan permukaan, dan urug kembali dengan bahan bukan lempung seperti: sirtu, pasir. Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 47

50 Gambar 22a. Retakan Susut Gambar 22b. Teknik Perbaikan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 48

51 6 Erosi Alur di Tubuh Bendung Tanda : Adanya alur bekas erosi di lereng tubuh embung dari puncak ke bawah, biasanya makin ke bawah makin lebar. Penyebab : - Pelindung erosi tidak berfungsi baik (rumput atau pelindung yang lain) - Muka lereng tidak merata, sehingga permukaan yang rendah menjadi jalan air hujan. Akibat : Bila dibiarkan alur dapat semakin dalam dan lebar sehingga dapat mengurangi tinggi jagaan, mengurangi lebar tubuh embung dan merusak jalan di puncak. Tindakan: Laporkan kepada Dinas Pengairan Teknik Perbaikan: - Bersihkan alur dan urug kembali dengan bahan sejenis - Ratakan muka lereng tubuh embung Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 49

52 Gambar 23a. Alur Erosi Di Tubuh Embung Gambar 23b. Teknik Perbaikan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 50

53 7 Tumbuhan Tinggi di Tubuh Bendung Embung Tanda: Tanaman yang tumbuh tinggi lebih dari 0,50 m dapat berupa: rumput, semak, tanaman keras. Penyebab: Perbedaan benih vegetasi dan pemeliharaan kurang memadai Akibat: - Menyulitkan pengamatan visual (inspeksi) - Akar tanaman dapat menembus tubuh embung, sehingga menjadi lintasan air. Tindakan: - Singkirkan semua jenis tanaman yang (bisa) tumbuh lebih dari 0,50 m termasuk akarnya. - Buang bongkaran tanaman ke luar daerah embung - Tanam rumput di tempat bekas tanaman Teknik Perbaikan: Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 51

54 Gambar 24a. Tumbuhan Tinggi di Tubuh Embung dan Pelimpah Gambar 24b Tubuh Embung dan Saluran Pelimpah Setelah Dibersihkan dari Tumbuhan Tinggi Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 52

55 8 Tumbuhan tinggi di Saluran Pelimpah Tanda: seperti (7) Penyebab: seperti (7) Akibat: Menghalangi aliran banjir, sehingga dapat mengakibatkan peluapan (overtopping) pada puncak embung. Tindakan: seperti (7) Teknik Perbaikan: Runtuhan di Saluran Pelimpah Tanda : Tumpukan tanah menutup sebagian atau seluruh saluran pelimpah. Penyebab : - Hasil erosi dari leleng saluran atau bukit di atasnya. - Longsoran tebing saluran Akibat : Menghalangi aliran banjir sehingga dapat menyebabkan peluapan pada puncak embung. Tindakan : - Buang tumpukan tanah ke luar saluran pelimpah sehingga tidak akan terangkut aliran kembali ke pelimpah - Kalau tumpukan tanah merupakan longsoran laporkan ke Dinas Pengairan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 53

56 Teknik Perbaikan : - Bila longsoran, buang runtuhannya hingga ke bidang gerakan. - Isi kembali galian tersebut dengan tanah yang sesuai untuk urugan dan dipadatkan Gambar 25. Runtuhan Menutup Limpah 10 Alur erosi di pelimpah Tanda : Adanya alur bekas erosi di dasar saluran pelimpah berarah sejajar sumbu saluran luncur pelimpah. Penyebab : - Proteksi erosi kurang berfungsi - Dasar saluran kurang rata Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 54

57 Akibat : - Alur erosi berkembang makin lebar, makin dalam, dan makin panjang menuju ke udik - Dapat mengakibatkan longsoran - Bila berkembang ke udik hingga ke kolam embung akan mengakibatkan kehilangan air karena daya tampung embung berkurang Tindakan : Laporkan kepada Dinas Pengairan Teknik Perbaikan : - Tutuplah alur dengan bahan kerikil kerakal - Ratakan dasar saluran pelimpah Gambar 26a. Alur Erosi di Pelimpah Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 55

58 Gambar 26b Teknik Perbaikan 11 Gerusan Lokal di Pelimpah Tanda: Lubang setempat di dasar pelimpah, biasanya dalam, area terbatas, dan membentuk tangga (kaskade). Penyebab: - Proteksi erosi kurang memadai - Dasar saluran tidak rata, sedikit membentuk tangga Akibat: - Gerusan dapat makin dalam sehingga dapat mengakibatkan longsoran - Gerusan dapat berkembang ke udik, sehingga dapat membahayakan tubuh embung, dan bila mencapai kolam dapat mengakibatkan kehilangan air karena daya tampung embung berkurang Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 56

59 Tindakan: Laporkan kepada Dinas Pengairan Teknik Perbaikan: - Tutuplah lubang dengan batu ukuran bongkahan - Bila perlu gunakan bronjong Gambar 27a. Gerusan lokal Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 57

60 Gambar 27b. Teknik Perbaikan Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 58

61 PUSTAKA 1. CL. Nugroho: Inspeksi Bendungan, Fondasi, Tumpuan, dan (FC tidak jelas) Keamanan dan Pemeliharaan Bendungan, kerja sama Pusat Litbang Pengairan dan JICA, 1993 (tidak diterbitkan) 2. Ibnu Kasiro dan Bhre Susantini Rusli, Agus P. Prawoto: Beberapa Permasalahan Embung Tipe NTT IADP di P. Timor, , jurnal Litbang Pengairan No. 21 th Ibnu Kasiro, Wanny Adidarma, Bhre Susantini Rusli, CL. Nugroho, dan Sunarto: Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, No. 120/HAB-139/94 Pusat Litbang Pengairan, 1994 (tidak diterbitkan). Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Perdesaan 59

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2 DAFTAR ISI Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan? 2 Bagian-bagian jalan 3 Bagaimana cara menjaga agar jalan tetap dalam kondisi yang baik 4 Kegiatan-kegiatan pemeliharaan rutin 6 Bagaimana cara mengatur

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan :

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : IV. PEMADATAN TANAH PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : Maksud : Cara : Menumbuk Menggilas usaha secara mekanis agar bahan-bahan tanah lebih merata dan akan mengeluarkan udara yang ada dalam

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA BILL OF QUANTITY (BOQ) DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA Kegiatan : Pembangunan Embung Teknis Lokasi : Desa Lookeu, Kecamatan Tasifeto Barat Kab. Belu Tahun Ang. : 2016 HARGA SATUAN PEKERJAAN ( Rp. ) JUMLAH HARGA

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 43/MENLH/10/1996 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DATARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter 1 Ruang lingkup Tata cara ini mencakup persyaratan, kriteria perencanaan dan cara pemasangan

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG METODE PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA PENGENDALI BANJIR SUNGAI CITARUM HILIR WALAHAR MUARA GEMBONG PAKET III DI KAB. KARAWANG DAN BEKASI (BENDUNG WALAHAR W718) "SICKLE" LIFTING JACK TIANG PANCANG LIFTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP -1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT By : Sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung,

Lebih terperinci

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015 LAMPIRAN IX PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 44 TENTANG STANDARISASI HARGA SATUAN BANGUNAN, UPAH DAN ANALISA PEKERJAAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2015 A N A L

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Makalah Pemadatan TANAH

Makalah Pemadatan TANAH Makalah Pemadatan TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG A. Pemadatan Tanah Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas haruslah

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

BAB SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN IRIGASI IKB MODOINDING

BAB SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN IRIGASI IKB MODOINDING BAB SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN IRIGASI IKB MODOINDING A. UMUM 1. Kontraktor harus melindungi pemilik dari tuntutan atas paten, lisensi, serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )]

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )] Indonesia Industrial Park Construction Project Specification of Basic and Detailed Design Construction Specification - Saluran air hujan dan kotor(indonesian) [ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Uraian Umum Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Proyek yang lainnya. Metode pelaksanaan yang

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja DAFTAR MODUL NO KODE JUDUL 1. DCE - 01 UUJK Profesi dan etos Kerja 2. DCE - 02a Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan DCE - 02b Manajemen Lingkungan 3. DCE - 03 Dokumen Kontrak 4. DCE - 04 Spesifikasi

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

Drainase Lapangan Olahraga

Drainase Lapangan Olahraga Drainase Lapangan Olahraga Pendahuluan Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan Pt T-22-2000-C PETUNJUK TEKNIS Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 1 KATA PENGANTAR Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air

Lebih terperinci

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan KATA PENGANTAR Tahun 2019, pemerintah

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi tanah dasar, badan jalan dan drainase jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR Teknologi

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS UMY Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS www.umy.ac.id PENDAHULUAN Pada perencanaan sistem sanitasi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA Sebagian besar jalan raya di Indonesia masih menggunakan Asphalt concrete sebagai lapisan permukaannya. Berikut adalah metode pelaksanaan kontruksi jalan raya yang

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Pembuatan Alat Modifikasi Permeabilitas Lapangan Untuk Aplikasi di

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Pembuatan Alat Modifikasi Permeabilitas Lapangan Untuk Aplikasi di 23 BAB III. METODE PENELITIAN A. Pembuatan Alat Modifikasi Permeabilitas Lapangan Untuk Aplikasi di Laboratorium Metode Falling Head Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah modifikasi dari alat

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang

Lebih terperinci

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA 8.1.1 UMUM DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama adalah rekonstruksi atau pengembalian kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS Sumiyati Gunawan 1 dan Ferdinandus Tjusanto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER) BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

BAB X METODE PELAKSANAAN

BAB X METODE PELAKSANAAN X - 1 BAB X METODE PELAKSANAAN 10.1 Tinjauan Umum Metode pelaksanaan digunakan sebagai panduan atau monitoring jalannya pelaksanaan pekerjaan bangunan, agar hasil yang dicapai sesuai dengan rencana, efektif

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci