BAB I PENDAHULUAN. Definisi gratifikasi menurut Pasal 12 UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah pemberian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Definisi gratifikasi menurut Pasal 12 UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah pemberian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, gratifikasi menjadi salah satu topik yang hangat diperbincangkan. Definisi gratifikasi menurut Pasal 12 UU Nomor 20 Tahun 2001 adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Masalah dalam gratifikasi timbul apabila pemberian tersebut berhubungan dengan wewenang penyelenggara negara. Hal ini rawan menyebabkan conflict of interest yang secara laten dapat berdampak pada roda pemerintahan nasional. Sejalan dengan tujuan meminimalisiasi konflik kepentingan dan mendukung pelaksanaan Good Governance di Indonesia, pengurusan gratifikasi pun diinjeksi dalam regulasi pemberantasan korupsi yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 jo. UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hal ini 1

2 menjadi menarik untuk dibahas karena dua alasan. Pertama, bahwa pengelolaan barang gratifikasi menjadi bagian dari semangat pemberantasan korupsi yang ramai disuarakan setidaknya sejak pergantian milenium. Kedua, barang gratifikasi memiliki proses pengelolaan yang unik karena melibatkan dua instansi yaitu KPK dan DJKN. Sesuai dengan alur pada PMK 03 / PMK.06 / 2011 tentang BMN yang Berasal dari Barang Rampasan dan Gratifikasi, penerima gratifikasi wajib melapor kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maksimal 30 hari sejak tanggal pemberian. Kemudian, paling lambat dalam 30 hari berikutnya KPK harus menetapkan apakah barang gratifikasi tersebut menjadi milik penerima gratifikasi atau ditetapkan sebagai milik negara. Dalam hal barang tersebut kemudian ditetapkan sebagai milik negara, maka KPK menyerahkan barang gratifikasi tersebut kepada Menkeu cq. DJKN selaku pengelola barang paling lambat dalam tujuh hari kerja. Setelah dilakukan penyerahan, DJKN berwenang untuk melakukan pengelolaan Barang Gratifikasi yang telah diserahkan sesuai dengan batas kewenangannya berupa penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan. Berbagai usulan tersebut juga dapat diajukan oleh KPK kepada DJKN sesuai ketentuan. Karya tulis ini khusus membahas mengenai pengelolaan Barang Gratifikasi berupa pemindahtanganan melalui penjualan, yang inisiatifnya berasal dari pelaksanaan wewenang Menteri Keuangan cq. DJKN. Adapun yang dimaksud dengan penjualan adalah penjualan terbuka melalui lelang. Pembuatan karya tulis bertujuan untuk membandingkan teori yang dipelajari melalui studi pustaka dengan realita di lapangan. Nantinya, diharapkan tulisan ini dapat menjadi referensi sekaligus bahan evaluasi pelaksanaan regulasi pengelolaan Barang Eks Gratifikasi oleh DJKN. 2

3 B. Tujuan Penulisan Dalam pernyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini penulis menggunakan pendekatan positif. Menurut Peraturan Direktur STAN Nomor 001/PP.7/2007, pendakatan positif adalah pendekatan yang hanya bertujuan untuk menjelaskan fakta / praktik yang diamati berdasarkan teori tertentu. Tujuan yang ingin dicapai Penulis dalam penulisan KTTA adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi salah satu syarat dinyatakan lulus dari Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Manajemen Aset pada Politeknik Keuangan Negara STAN Tahun Akademik 2015/2016; 2. Meninjau dan menjelaskan kondisi terkini pengelolaan barang eks gratifikasi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara berupa penjualan; 3. Meninjau kecocokan fakta di lapangan dengan peraturan mengenai pengelolaan barang eks gratifikasi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara khususnya terkait penjualan; 4. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dalam pengelolaan barang eks gratifikasi; 5. Memberikan bantuan rekomendasi atas permasalahan yang diharapi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dalam pengelolaan barang eks gratifikasi. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup Karya Tulis ini meliputi pengelolaan barang eks gratifikasi pada Menteri Keuangan c.q. DJKN berupa penjualan sepanjang tahun Aspek yang ditinjau antara lain kesesuaian prosedur penjualan lelang dengan ketentuan, tenggat waktu BAST, dan masalah terkait lainnya. 3

4 D. Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis adalah: 1. Metode Studi Pustaka; dan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir,1988 : 111). Studi pustaka dilakukan terhadap peraturan peraturan baik tentang gratifikasi itu sendiri maupun pengelolaan BMN yang berasal dari barang eks gratifikasi. 2. Metode Studi Lapangan (Field Research) Menurut Mardalis (1993 : 28) studi lapangan adalah Suatu metode penelitian untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang sedang terjadi pada suatu saat ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Dalam karya tulis ini, penulis melakukan studi lapangan pada instansi yang berwenang melakukan pengelolaan barang eks gratifikasi yaitu DJKN. Hasil yang diperoleh adalah berupa data primer hasil wawancara dan data sekunder berupa statistik serta dokumen legal pengelolaan barang eks gratifikasi E. Sistematika Penyajian BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DATA DAN FAKTA Dalam bab ini diuraikan data dan fakta yang ada di lapangan, misalnya gambaran umum mengenai Kantor Pusat DJKN dan Direktorat PKNSI. Selain itu, dijelaskan pula 4

5 kondisi terkini pengelolaan Barang Gratifikasi yang telah diserahkan kepada DJKN dan diakhiri dengan penjelasan singkat mengenai masalah yang ditemui. BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini dijabarkan teori yang menjadi landasan pembahasan atas permasalahan. Teori tersebut kemudian dicocokkan dengan kondisi riil berdasarkan data yang didapat. BAB IV PENUTUP Pada bab ini dijelaskan simpulan dan saran yang dapat diambil berdasarkan pembahasan atas permasalahan pada BAB III. 5

6 BAB II DATA DAN FAKTA A. Gambaran Umum Kantor Pusat DJKN 1. Sejarah DJKN Berdasarkan informasi pada laman web DJKN, Perjalanan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dimulai dengan pembentukan Panitia Penyelesaian Piutang Negara (P3N) berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kpts/Peperpu/0241/1958 tanggal 6 April Tugas P3N pada saat itu adalah melakukan penyelesaian piutang negara dengan cara parate executie (melaksanakan sendiri putusan-putusannya tanpa harus melalui pengadilan). Kemudian, terbitlah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 menandai kembalinya negara Indonesia kepada keadaan tertib sipil. Dengan kembalinya keadaan Indonesia menjadi tertib sipil, keputusan penguasa perang yang menjadi dasar hukum P3N pun dicabut. Pasca dicabutnya keputusan tersebut, diperlukan payung hukum yang baru karena fungsi penagihan piutang oleh P3N masih dianggap penting. Oleh karenanya, pada tanggal 14 Desember 1960 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara yang sekaligus mengubah nama P3N menjadi PUPN. 6

7 Seiring berjalannya waktu, peningkatan jumlah SDM dalam proses pengurusan piutang negara dipandang perlu sehingga diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus penyelesaian piutang negara, sedangkan PUPN tetap ada namun hanya bertugas menerbitkan produk hukum dan bukan sebagai lembaga operasional. Kedepannya, BUPN-lah yang menjadi cikal bakal organisasi DJKN yang kita kenal saat ini. Dua puluh lima tahun BUPN terbentuk, terbit Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) sebagai pengganti BUPN. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 2/KMK.01/2001 tanggal 3 Januari 2001, BUPLN ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang Negara (DJPLN). Hal ini diikuti dengan peleburan Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N) dan Kantor Lelang Negara (KLN) menjadi Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Tak lama kemudian, tepatnya pada tahun 2006 terjadi penataan organisasi di lingkungan Departemen Keuangan dimana fungsi Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang digabung dengan fungsi Pengelolaan Kekayaan Negara Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN) DJPb, sehingga Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Peraturan yang mendasari perubahan ini adalah Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun

8 Guna mendukung transformasi kelembagaan serta tugas dan fungsi DJKN, maka disahkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Salah satu poin penting dari PMK tersebut adalah berubahnya KP2LN menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian. Secara garis besar, organisasi DJKN tahun 2006 masih belum banyak mengalami perubahan signifikan hingga saat ini. 2. Profil Kantor Pusat DJKN Unit kerja Kantor Pusat DJKN terdiri dari 8 unit eselon II yaitu Sekretariat, Direktorat Barang Milik Negara, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain, Direktorat Penilaian, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi, Direktorat Lelang, dan Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat. Gambar II.1 Struktur Organisasi Kantor Pusat DJKN Sumber: (Diakses pada 19 Mei 2016) 8

9 Kantor Pusat DJKN dapat dikunjungi pada alamat Gedung Syafruddin Prawiranegara, Jalan Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta Pusat. Sebagai organisasi yang berkembang, DJKN tentu memiliki visi dan misi. Berdasarkan informasi resmi pada website DJKN, visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: Visi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara: Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Misi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara: a) mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan kekayaan negara; b) mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum; c) meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah; d) mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam berbagai keperluan; e) melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel; f) mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif sebagai instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat. Direktorat yang terkait langsung dengan pengelolaan barang eks gratifikasi adalah Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi (PKNSI) pada seksi PKN III. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat PKNSI memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang 9

10 pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi. Adapun fungsi Dit. PKNSI yaitu: a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi; b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi; c) penyiapan perumusan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi; d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi; e) pelaksanaan urusan tata usaha direktorat. B. Gambaran Umum Pengelolaan Barang Eks Gratifikasi Asal muasal kata Gratifikasi dalam bahasa Inggris menurut Oxford Dictionary of English adalah gratify yang berarti memberi kebahagiaan, memberi kepuasan. Adapun menurut penjelasan Pasal 12B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor, gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi mencakup segala lingkup pemberian baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Dalam beberapa kasus, gratifikasi dipandang mirip dengan suap dan tak jarang menimbulkan kerancuan. Oleh karenanya, Pasal 12B ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2001 menyatakan setiap gratifikasi kepada pegawai 10

11 negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pidana bagi pegawai negeri yang terbukti bersalah adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp ,00 dan paling banyak Rp ,00. Namun, ketentuan dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 12C ayat 2 dan UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan tindak Pidana Korupsi Pasal 16, setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan cara sebagai berikut: 1. penerima gratifikasi wajib melaporkan penerimaanya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja kepada KPK, terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima; 2. laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi. Formulir sekurang-kurangnya memuat : a) nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi; b) jabatan Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara; c) tempat dan waktu penerima gratifikasi; d) uraian jenis gratifikasi yang diterima; e) nilai gratifikasi yang diterima. 11

12 Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi antara lain: 1. pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu; 2. hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat tersebut; 3. pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma; 4. pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan; 5. pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat; 6. pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan; 7. pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja; 8. pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya; 9. seluruh pemberian tersebut diatas, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi, apabila ada hubungan kerja atau kedinasan antara pemberi dan dengan pejabat yang menerima, dan/atau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan pejabat. Pelaporan barang gratifikasi memiliki tahapan sebagai berikut: 1. KPK dalam waktu paling lama tiga puluh hari kerja sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan; 2. dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi, KPK dapat memanggil penerima gratifikasi untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan gratifikasi; 12

13 3. status kepemilikan gratifikasi ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan KPK. Pimpinan KPK diberi kewenangan untuk melakukam penetapan status kepemilikan gratifikasi tersebut; 4. keputusan Pimpinan KPK tersebut dapat berupa peneatapan status kepemilikan gratifikasi bagi penerima gratifikasi atau menjadi milik negara; 5. KPK wajib menyerahkan keputusan status kepemilikan gratifikasi kepada penerima gratifikasi paling lambat tujuh hari kerja sejak tanggal ditetapkan; 6. penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan dilakukan paling lambat tujuh hari kerja sejak tanggal ditetapkan. Mekanisme pengelolaan barang eks gratifikasi diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang pengelolaan BMN yang berasal dari barang rampasan negara dan gratifikasi. Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab untuk melakukan penatausahaan, pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum terhadap barang gratifikasi yang berada dalam penguasaannya. Adapun Direktorat Jenderal Kekayaan Negara berwenang untuk melakukan pengelolaan barang eks gratifikasi yang telah diserahkan kepada Menteri Keuangan sesuai dengan batas kewenangannya yang meliputi: 1. menerima, menatausahakan dan mengelola barang gratifikasi yang telah diserahkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi kepada Menteri Keuangan; 2. menetapkan status penggunaan barang gratifikasi negara; 3. memberikan keputusan atas usulan pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan barang eks gratifikasi; 4. melaksanakan kewenangan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 13

14 Gambar II.2 Alur Pengelolaan Barang Eks Gratifikasi Sumber: Bahan Ajar Kekayaan Negara Lain - lain Pusdiklat KNPK Mengacu pada status barang eks gratifikasi sebagai Barang Milik Negara (BMN), yaitu berasal dari perolehan lain yang sah melalui pelaksanaan ketentuan perundang undangan, maka dalam penjualannya pun berlaku teknis penjualan BMN. Penjualan BMN sendiri secara garis besar dilakukan melalui dua cara yakni dengan lelang dan tanpa lelang. Hal ini diatur khusus dalam PMK 96/PMK.06/2007 Lampiran 1 angka (IV) yang berisi sebagai berikut: IV. Ketentuan dalam Pelaksanaan Penjualan 1. Pelaksanaan penjualan Barang Milik Negara tidak boleh mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan. 2. Penjualan Barang Milik Negara dilaksanakan dengan cara : 14

15 a. melalui lelang, dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku; b. tanpa melalui lelang, untuk: 1) Barang Milik Negara yang bersifat khusus sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, yaitu: a) rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya; b) kendaraan dinas perorangan pejabat negara yang dijual kepada pejabat negara; 2) Barang Milik Negara lainnya, ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh Pengguna Barang dan instansi teknis terkait, yaitu: a) berupa tanah dan/atau bangunan yang akan digunakan untuk kepentingan umum; b) yang jika dijual secara lelang akan merusak tata niaga berdasarkan pertimbangan dari instansi berwenang, misalnya gula atau beras selundupan yang disita oleh negara; c) berupa tanah yang merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan pegawai negeri, sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran. Berdasarkan kutipan lampiran di atas, dapat disimpulkan bahwa barang eks gratifikasi tidak termasuk BMN yang bersifat khusus maupun BMN lainnya. Oleh karena itu, penjualan barang eks gratifikasi yang berada dalam penguasaan DJKN wajib dilakukan melalui lelang terbuka. C. Rumusan Masalah 1. Penjualan lelang barang eks gratifikasi sudah sesuai prodesur tetapi hasilnya belum optimal. Tanggal penerbiran pengumuman, pelaksanaan lelang, dan risalah 15

16 lelang telah sesuai ketentuan. Namun, dari total 468 barang yang diumumkan untuk dijual dalam dua lelang pada tahun 2015, hanya 143 barang yang laku terjual (kurang dari sepertiga). 2. Penyerahan barang eks gratifikasi dari KPK yang statusnya telah ditetapkan menjadi milik negara tidak sesuai dengan ketentuan perundang undangan (maksimal tujuh hari kerja). Sepanjang tahun 2015 tercatat 101 barang eks gratifikasi diserahterimakan secara massal hanya dalam tiga kali serah terima. 3. Terdapat jeda yang lama antara serah terima barang dengan proses penjualan lelangnya. Meskipun tidak ada aturan yang secara khusus mengatur rentang waktu serah terima dengan penjualan barang, namun hal ini menimbulkan penurunan nilai barang dan minat peserta lelang, terutama pada barang elektronik. Terbukti ada sekitar 200 unit barang elektronik yang tidak laku terjual. 16

17 BAB III PEMBAHASAN A. Landasan Teori dan Dasar Hukum Dasar hukum dalam pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari barang gratifikasi antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi. 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 166/PMK.06/2015 tentang Penilaian Barang 17

18 Milik Negara. 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; 2. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi: 1. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; 2. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; 3. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; 4. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 16 sampai 18 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi mengelompokkan barang eks gratifikasi dalam kategori barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang. Lebih lanjut, pengelolaannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi. 18

19 B. Pengelolaan Barang eks Gratifikasi melalui Penjualan Lelang Secara umum, pengelolaan barang eks gratifikasi melibatkan dua instansi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Wewenang masing masing instansi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Wewenang KPK: a) melakukan penatausahaan; b) melakukan pengamanan administrasi, pengamanan fisik dan pengamanan hukum terhadap Barang Gratifikasi yang berada dalam penguasaannya; c) menyerahkan Barang Gratifikasi kepada Menteri untuk dikelola; dan d) melaksanakan kewenangan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Wewenang Direktorat Jenderal Kekayaan Negara a) menerima, menatausahakan dan mengelola barang gratifikasi yang telah diserahkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi kepada menteri; b) menetapkan status penggunaan barang gratifikasi; c) memberikan keputusan atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan Penghapusan barang eks gratifikasi yang diusulkan KPK sesuai dengan batas kewenangannya; dan d) melaksanakan kewenangan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Proses pengelolaan barang eks gratifikasi pada DJKN dimulai setelah adanya penyerahan dari KPK maksimal tujuh hari sejak keputusan status kepemilikan menjadi milik negara. Penyerahan barang gratifikasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST), disertai dengan daftar barang gratifikasi. 19

20 Dalam proses penyerahan, apabila terdapat barang gratifikasi yang belum diserahkan kepada Menteri Keuangan, maka penyimpanan fisik dan dokumen legalitas sepenuhnya menjadi tanggung jawab KPK. Setelah BAST ditandatangani KPK dan DJKN, maka tanggung jawab atas barang gratifikasi tersebut berpindah kepada DJKN. Pemindahtanganan barang eks gratifikasi secara penjualan dilakukan melalui lelang. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang (Pasal 1 PMK 27/PMK.06/2016). Lelang barang eks gratifikasi termasuk dalam Lelang Noneksekusi Wajib, yaitu lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang. Hal ini sesuai dengan klasifikasi barang eks gratifikasi yaitu termasuk BMN yang berasal dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mendapatkan kepastian nilai penjualan barang eks gratifikasi, dilakukan penilaian guna mendapatkan nilai limit. Penetapan nilai limit lelang dalam rangka pemindahtanganan barang gratifikasi berupa penjualan lelang berpedoman pada nilai wajar yang telah mempertimbangkan faktor-faktor risiko penjualan melalui lelang. Faktor-faktor risiko lelang ditetapkan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari nilai wajar, meliputi : 1. bea lelang; 2. biaya sewa tempat penyimpanan; 3. biaya pengangkutan; 4. biaya bongkar muat; 20

21 5. biaya pemeliharaan; 6. biaya pengamanan barang; 7. biaya pengosongan bangunan/lahan; dan 8. biaya operasional lainnya yang berkaitan langsung dengan obyek barang gratifikasi. Teknis pemindahtanganan barang eks gratifikasi melalui penjualan lelang yaitu: a. permohonan penjualan lelang diajukan secara tertulis oleh Kasubdit Pengelolaan Kekayaan Negara III selaku penjual/pemilik barang ke KPKNL Jakarta V selaku perantara penjualan lelang, dengan dilengkapi dokumen persyaratan lelang; b. setelah dokumen dinyatakan lengkap, serta waktu dan tempat lelang telah ditetapkan, maka dilanjutkan dengan pengumuman lelang di surat kabar harian nasional, yang bertujuan agar masyarakat luas mengetahui adanya lelang barang eks gratifikasi. c. dilaksanakan lelang barang eks gratifikasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pada praktiknya, penjualan barang gratifikasi melalui lelang juga tidak bisa dilepaskan dari peraturan lelang itu sendiri. Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan lelang adalah pengumuman. Ketentuan mengenai pengumuman lelang berdasarkan PMK 27/PMK.06/2016 adalah sebagai berikut: Pasal 51 (1) Pelaksanaan lelang wajib didahului dengan Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh Penjual. Pasal 58 (1) Pengumuman Lelang untuk Lelang Noneksekusi Wajib dan Lelang Noneksekusi 21

22 Sukarela dilakukan dengan ketentuan: b. Lelang barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian paling singkat 5 (lima) hari kalender sebelum pelaksanaan lelang; Selain pengumuman, dua faktor lain yang esensial dalam pelaksanaan lelang adalah transparansi nilai limit dan pembuatan risalah lelang. Masih dalam PMK yang sama, pasal yang mengatur kedua hal tersebut adalah: Pasal 1 poin 28: Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh Penjual. Pasal 46 (1) Nilai Limit bersifat tidak rahasia. (2) Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit harus dicantumkan dalam pengumuman lelang. Pasal 1 poin 35: Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Pasal 3 (2) Setiap pelaksanaan lelang dibuatkan Risalah Lelang. Pasal 92 (1) Minuta Risalah Lelang dibuat dan diselesaikan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. 22

23 C. Pembahasan Masalah Dalam pelaksanaan lelang barang eks gratifikasi sepanjang tahun 2015 terdapat beberapa permasalahan yang mengerucut dalam tiga bahasan pokok. Berdasarkan data yang didapatkan penulis, pada subbab ini dilakukan analisis pada tiap tiap permasalahan untuk kemudian ditemukan alternatif pemecahannya. 1. Penjualan Lelang Barang Eks Gratifikasi Sudah Sesuai Prodesur Namun Hasilnya Belum Optimal Berdasarkan pemaparan pada bagian landasan teori, dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang dapat dijadikan standar dalam kajian kesesuaian pelaksanaan lelang noneksekusi wajib dengan ketentuan yang berlaku antara lain: - pengumuman lelang harus sudah dilakukan paling singkat 5 (lima) hari kalender sebelum pelaksanaan lelang; - setiap lelang harus dibuatkan risalah lelang dan minutanya harus diselesaikan maksimal enam hari kerja setelah lelang - nilai limit tidak boleh bersifat rahasia (harus transparan) dan disebutkan dalam pengumuman lelang Dalam lelang barang eks gratifikasi yang dilakukan DJKN tertanggal 19 Mei 2015, telah dikeluarkan pengumuman lelang enam hari sebelumnya yaitu pada tanggal 13 Mei Tertulis pula dalam pengumuman lelang tersebut daftar barang yang dijual beserta nilai limit masing masing barang yang merupakan hasil penilan ulang terhadap nilai barang eks gratifiaksi pada BAST dari KPK. 23

24 Gambar III.1 Kutipan Pengumuman Lelang Sumber: Diolah dari data Dit. PKNSI DJKN Selain pengumuman lelang dan transparansi nilai limit, ketentuan lain yang diatur dalam peraturan lelang adalah kewajiban bagi kantor pelayanan untuk membuat risalah lelang. Khusus untuk minuta (asli) risalah lelang, harus diselesaikan maksimal dalam enam hari kerja sejak pelaksanaan lelang. Salinan risalah lelang barang eks gratifikasi yang dilakukan DJKN dapat dilihat pada gambar di bawah, adapun terhadap minutanya penulis tidak diberikan akses karena sifatnya yang rahasia. Meski demikian, pihak DJKN menjamin bahwa minuta risalah lelang telah diselesaikan sesuai ketentuan yaitu dalam enam hari kerja atau kurang terhitung sejak tanggal lelang. 24

25 Gambar III.2 Bagian Kaki Salinan Risalah Lelang Sumber: Diolah dari data Dit. PKNSI DJKN Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa lelang DJKN telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena telah memenuhi tiga faktor pokok yaitu pengumuman lelang, risalah lelang, dan transparansi nilai limit. Namun demikian, meskipun pelaksanaan lelang secara legal sudah sah dan taat hukum, ternyata hasil penjualan lelang barang eks gratifikasi masih belum optimal. Penjualan barang eks gratifikasi melalui lelang pada tahun 2015 terjadi sebanyak dua kali yaitu Selasa, 19 Mei 2015 dan Jumat, 11 Desember Dari kedua pengumuman lelang tersebut yaitu PENG-01/KN/2015 dan PENG-03/KN/2015 tercatat ada 468 lot barang untuk dijual namun yang laku terjual hanya 142 lot saja. Hasil keseluruhan penjualan pun hanya menutup 29,4% dari total nilai limit barang sebesar Rp ,-. Untuk lebih mengupas masalah secara menyeluruh, berikut disajikan data dan pembahasan untuk masing masing lelang: 25

26 Tabel III.1 Data Hasil Lelang Barang eks Gratifikasi 19 Mei 2015 No. Jenis Barang Jumlah Item Laku Tidak Laku %Laku 1 Elektronik ,38% 2 Pakaian, Aksesoris, dan Alat Ibadah ,11% 3 Peralatan / Hiasan Rumah Tangga ,55% 4 Lain lain ,85% Nilai Limit % Sumber: Diolah dari Data Dit. PKNSI DJKN Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa barang yang laku terjual paling banyak adalah pada kategori pakaian, aksesoris, dan alat ibadah sebesar 92,11% diikuti oleh peralatan rumah tangga dan barang lain lain berkisar di atas 50% dan yang paling mengagetkan adalah persentase penjualan barang elektronik yang hanya terjual 3% saja. Adapun hasil penjualan lelang hanya memenuhi 34% dari total nilai limit sehingga dapat dikatakan cukup rendah. Gambar III.3 DIPA Kantor Pusat DJKN untuk Lelang Mei 2015 Sumber: Diolah dari Data Dit. PKNSI DJKN Jika kita melakukan cost-benefit analysis terhadap penjualan lelang bulan Mei ini, total pendapatan negara sebesar 56,8 juta rupiah memang telah melebihi biaya lelangnya sebesar 46,75 juta rupiah sehingga telah menghasilkan pemasukan bersih bagi negara sebesar kurang lebih 10 juta rupiah. Namun, kembali ke penjelasan 26

27 sebelumnya bahwa hasil penjualan hanya memenuhi 34% nilai limit barang sehingga perlu lebih dioptimalkan lagi. Setelah ditelusuri, ternyata sebagian besar dari 200 barang elektronik tersebut adalah ipod Shuffle 2GB yang ditetapkan sebagai milik negara pada April - Juni 2014, diserahterimakan pada Mei dan September 2014, dan baru dilelang pada Mei Singkatnya, barang barang tersebut mengalami idling time (masa tidak terpakai) lebih dari satu tahun. Padahal, perkembangan teknologi sangat cepat sehingga barang elektronik mengalami penurunan nilai fungsi apabila tidak segera dijual. Pembahasan mengenai hal ini akan dikaji lebih mendalam pada poin 3. Tabel III.2 Data Hasil Lelang Barang eks Gratifikasi 11 Desember 2015 No. Jenis Barang Jumlah Item Laku Tidak Laku %Laku 1 Elektronik ,18% 2 Pakaian, Aksesoris, dan Alat Ibadah ,91% 3 Peralatan / Hiasan Rumah Tangga ,56% 4 Lain lain ,74% Nilai Limit % Sumber: Diolah dari Data Dit. PKNSI DJKN Selain pada bulan Mei, DJKN selaku pengelola barang eks gratifikasi juga melakukan lelang pada Jumat, 11 Desember 2015 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Kota Bandung. Dalam lelang di penghujung tahun 2015 ini terlihat bahwa sebaran persentase barang yang terjual sudah lebih merata yaitu barang elektronik sebesar 68%, diikuti oleh peralatan rumah tangga 55%, pakaian, aksesoris, dan alat ibadah 42%, dan barang lain lain 21%. Dilihat dari hasil penjualan lelang, memang lelang kedua ini menghasilkan penerimaan lebih banyak yaitu sekitar 81,7 juta rupiah dibandingkan dengan lelang 27

28 pada bulan Mei yang hanya 58,6 juta rupiah. Angka 81,7 juta rupiah tersebut juga telah melebih biaya pengumuman lelang sebesar 74 juta rupiah. Meski demikian, perlu diperhatikan bahwa persentase penjualan terhadap total nilai limit lebih rendah daripada lelang sebelumnya yaitu hanya 27% saja. Gambar III.4 Rincian Biaya Pengumuman Lelang Desember 2015 Sumber: Diolah dari Data Dit. PKNSI DJKN Rendahnya hasil penjualan lelang barang eks gratifikasi tentu perlu mendapat perhatian khusus. Dalam proses penelitian data sekunder yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis mendapatkan tambahan data primer berupa hasil wawancara dengan salah satu pejabat yang terkait dengan lelang barang eks gratifikasi. Dalam 28

29 penjabarannya, beliau menjelaskan bahwa kendala rendahnya penjualan barang eks gratifikasi terjadi karena faktor faktor berikut: - Aturan lelang konvensional yang cenderung kaku Dalam lelang konvensional, pembeli diharuskan membayar uang jaminan dan datang langsung ke tempat pelaksanaan lelang pada tanggal yang ditentukan. Hal ini tentu memberatkan bagi pembeli yang berdomisili jauh dari tempat pelaksanaan lelang, dan tentunya sangat disayangkan karena pengumuman lelang telah menggunakan surat kabar nasional. - Pengumuman hanya pada satu surat kabar dan kurang tepat sasaran Pada dasarnya pengumuman lelang pada surat kabar memang bertujuan agar khalayak luas mengetahui akan adanya lelang. Namun, metode pengumuman demikian sulit untuk tepat sasaran karena masing masing orang biasanya hanya membaca surat kabar tertentu saja. Selain itu, barang yang akan dilelang antara lain berupa barang elektronik, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga juga jarang diiklankan di surat kabar. - Tidak adanya garansi dalam lelang Dalam lelang, salah satu prinsip yang dianut yaitu sifat barang yang as is (apa adanya). Hal ini didukung dengan regulasi pada Pasal 16 ayat (3) dan (4) PMK 03/PMK.06/2011 bahwa dalam penetapan harga lelang memperhatikan premi risiko maksimal sebesar 30%. Jadi, apabila terdapat risiko lebih pada barang yang dilelang (misalnya kerusakan barang elektronik), maka risiko tersebut tidak lagi menjadi tanggung jawab penjual lelang. 29

30 2. Penyerahan Barang Eks Gratifikasi Dari KPK yang Ditetapkan Menjadi Milik Negara Tidak Sesuai Dengan Peraturan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Pasal 14 PMK 03/PMK.06/2011 mewajibkan KPK melakukan penyerahan barang eks gratifikasi kepada DJKN maksimal dalam tujuh hari kerja. Pasal tersebut berbunyi: Penyerahan Barang Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditetapkan statusnya menjadi milik Negara oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang disertai dengan kelengkapan data dan/atau dokumen meliputi: a) keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai penetapan status Barang Gratifikasi menjadi Barang Milik Negara; b) dokumen legalitas kepemilikan apabila ada; dan c) dokumen pendukung lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, pada tahun 2015 terjadi tiga kali serah terima barang gratifikasi dari KPK kepada DJKN. Anehnya, dari ketiga Berita Acara Serah Terima (BAST) tertanggal 19 Januari, 24 Maret, dan 15 Juni 2015 sama sekali tidak ada barang yang penyerahannya sesuai dengan ketentuan (kurang dari tujuh hari kerja). Berikut adalah tabel yang memuat rincian BAST sepanjang 2015: No Tanggal BAST Tabel III.3 Selisih Waktu SK Milik Negara dengan BAST <7 hari kerja 7 hari - 1 bulan 1-3 bulan > 3 bulan 1 19-Jan-15 0 item 1 item 15 item 12 item 2 24-Mar-15 0 item 0 item 11 item 16 item 3 15-Jun-15 0 item 1 item 15 item 15 item Jumlah 0 item 2 item 41 item 43 item Persentase 0,00% 2,33% 47,67% 50,00% Sumber: Diolah dari Data Dit. PKNSI DJKN 30

31 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penyerahan paling banyak terjadi dalam waktu lebih dari tiga bulan. Pihak dari KPK beralasan bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak terlaksananya aturan tujuh hari kerja adalah efisiensi biaya. Pelaporan barang gratifikasi oleh penerima barang untuk kemudian ditetapkan statusnya terjadi sepanjang tahun, dan apabila barang barang tersebut langsung diserahkan kurang dari tujuh hari kerja maka akan terjadi banyak sekali penyerahan. Dalam proses penyerahan ternyata juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit misalnya untuk pengemasan, transportasi, dan akses ke tempat penyimpanan barang. Ketentuan mengenai penyerahan barang eks gratifikasi memang kurang aplikatif jika dilihat dari segi biaya. Tidak terlaksananya peraturan ini berimbas pada ketidakpastian yang tinggi dalam proses pelaporan dan pengelolaan barang dalam hal ini melalui penjualan lelang. Akibat dari ketidakpastian tersebut adalah banyaknya barang yang dijual sekaligus dalam satu kali lelang dan tidak sebandingnya jumlah peserta lelang dengan barang yang dilelang. Contoh sederhana dari timpangnya jumlah peserta dengan barang yang dilelang terdapat pada lelang bulan Mei Dari 269 barang yang dilelang ternyata jumlah peserta lelang yang kemudian menjadi pembeli lelang hanya sembilan belas orang saja (data terlampir pada Lampiran III). Kondisi ini semakin mempersulit proses optimalisasi penjualan barang eks gratifikasi melalui lelang. 3. Terdapat Jeda yang Lama Antara Serah Terima Barang dengan Lelang Menarik untuk menelusuri penyebab tidak terjualnya 199 barang elektronik berupa ipod Shuffle pada lelang barang eks gratifikasi bulan Mei Padahal, nilai limit pada barang tersebut (yang telah dikenai premi risiko) berkisar pada harga lima 31

32 ratus ribu rupiah, jauh di bawah harga pasarnya tahun 2015 yang rata rata masih di atas tujuh ratus ribu rupiah. ipod sendiri memiliki fungsi sebagai pemutar audio yang praktis dan dapat dibawa kemanapun. Setelah dilakukan tinjauan yang mendalam, ternyata barang barang tersebut diserahterimakan pada bulan Juli dan September 2014, dengan tanggal keputusan penetapan menjadi milik negara berkisar antara April sampai dengan Juni Keseluruhan 199 ipod tersebut kemudian baru dilelang pada Mei 2015 setelah mengalami masa penyimpanan selama kurang lebih satu tahun. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa rendahnya minat peserta lelang terhadap ipod adalah masuknya Indonesia ke dalam era smartphone. Tren ini mulai terlihat jelas khususnya pada triwulan kedua Smartphone (ponsel pintar) sendiri selain memiliki fitur sebagai pemutar audio, juga memiliki fitur fitur canggih lainnya dengan harga murah. Akhirnya, orang beralih ke ponsel pintar dan meninggalkan ipod. Gambar III.5 Grafik Pertumbuhan Populasi Pengguna Smartphone Sumber: Data riset emarketer 32

33 Ledakan penjualan smartphone di Indonesia pada tahun 2014 didukung pula oleh data yang dirilis oleh emarketer, sebuah perusahaan riset internasional. Disebutkan bahwa pada 2014, populasi orang Indonesia yang menggunakan smartphone melonjak lebih dari setengah dari populasi tahun 2013 (13,8% menjadi 21,3%). Tren ini menunjukkan bahwa 199 unit ipod yang diserahkan pada 2014 dan baru dilelang pada 2015 telah mengalami penurunan nilai fungsi yang signifikan sehingga menurunkan minat pembeli lelang. Kedepannya, persoalan idling time barang yang dijual lelang semestinya tidak terjadi lagi untuk menghindari hilangnya penerimaan negara. D. Pemecahan Masalah 1. Penjualan Lelang Barang Eks Gratifikasi Sudah Sesuai Prodesur Namun Hasilnya Belum Optimal Bagi DJKN, permasalahan terbesar yang dihadapi dalam penjualan barang eks gratifikasi adalah banyaknya barang gratifikasi yang tidak laku terjual. Langkah yang dilakukan DJKN untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan lelang ulang bagi barang yang masih memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain dengan cara lelang ulang, barang eks gratifikasi yang tidak laku dalam lelang juga dikelola dengan cara pemindahtanganan lainnya berupa penetapan status, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan sesuai dengan ketentuan pada Pasal 22 PMK 03/PMK.06/2011 yang berbunyi: Pasal 22 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara berwenang untuk melakukan pengelolaan Barang Gratifikasi yang telah diserahkan kepada Menteri sesuai dengan batas kewenangannya 33

34 berupa penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan. Berdasarkan uraian pada pembahasan masalah, penyebab banyaknya barang eks gratifikasi yang tidak laku antara lain bersumber dari tiga hal, yaitu: - aturan lelang konvensional yang cenderung kaku; - pengumuman hanya pada satu surat kabar dan kurang tepat sasaran; dan - tidak adanya garansi dalam lelang. Untuk mengatasi permasalahan poin pertama dan kedua, sebenarnya DJKN telah memiliki sebuah sistem lelang online (e-auction). Dalam info publik yang dirilisnya, DJKN menjelaskan bahwa e-auction adalah lelang yang dilaksanakan dengan penawaran secara tertulis tanpa kehadiran peserta lelang melalui Aplikasi Lelang (ALE). Lebih lanjut, Sianturi (2015) dalam presentasinya menyebutkan bahwa dengan e-auction, pembeli tidak harus hadir saat lelang dilaksanakan, mereka bisa melakukan penawaran di mana saja karena sistem sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Kemudahan pada sistem penawaran e-auction yang dapat diakses dari mana saja dapat mengatasi permasalahan jarak lokasi lelang dengan tempat tinggal atau kantor para calon pembeli lelang. Selain itu, daftar barang yang sedang dilelang diumumkan secara terpusat pada laman resmi e-auction DJKN. Hal ini dapat memudahkan pihak yang berminat untuk melakukan pembelian lelang karena tidak harus repot repot mencari pengumuman lelang pada surat kabar. Tak berhenti di situ, keunggulan e- auction lainnya adalah telah ada payung hukum yang mendukung yaitu Pasal 64 ayat (2) dan (3) PMK 27/PMK.06/2016 yang berbunyi: 34

35 (2) Penawaran lelang secara tertulis dilakukan: a) dengan kehadiran Peserta Lelang; atau b) tanpa kehadiran Peserta Lelang. (3) Penawaran lelang secara tertulis tanpa kehadiran Peserta Lelang dilakukan: a) melalui surat elektronik ( ); b) melalui surat tromol pos; atau c) melalui internet baik cara terbuka (open bidding) maupun cara tertutup (closed bidding). Salah satu narasumber dari pihak DJKN menyebutkan bahwa e-auction memang menjadi salah satu pilihan metode lelang, termasuk untuk barang eks gratifikasi. Hanya saja, metode lelang konvensional masih digunakan karena jumlah barang dalam sekali lelang sangat banyak hingga mencapai ratusan. Di masa depan e-auction tetap menjadi salah satu pertimbangan bagi pengelolaan barang gratifiaksi melalui penjualan lelang, terlebih didukung dengan sistem online yang handal, aman, dan terus dikembangkan dari hari ke hari. Terkait dengan garansi atau jaminan kualitas barang, sebenarnya juga telah diakomodasi dalam peraturan pelaksanaan lelang. Masih dalam PMK yang sama Pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa penjual (dalam hal ini DJKN) dapat mengajukan syaratsyarat lelang tambahan kepada peserta lelang, yaitu: a) jangka waktu bagi Peserta Lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan dilelang; b) jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; 35

36 c. jadwal penjelasan lelang kepada Peserta Lelang sebelum pelaksanaan lelang, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal pelaksanaan lelang barang eks gratifikasi masih menggunakan tata cara lelang konvensional, jaminan kualitas barang dapat lebih optimal diberikan kepada konsumen salah satunya dengan cara memberikan kesempatan kepada pembeli untuk melihat dan meneliti barang. Hal ini telah dilakukan secara baik oleh DJKN, terbukti dengan adanya jadwal open house sebelum lelang sebagaimana tertera pada poin (3) syarat - syarat pengumuman lelang yang dapat dilihat pada Lampiran I dan II. Pemberian kesempatan kepada calon peserta lelang untuk melihat barang telah membantu DJKN menciptakan quality control yang baik terhadap barang yang dilelang. Hal ini terbukti karena jarang sekali bahkan tidak ada keluhan mengenai kualitas barang yang dilelang. Dengan kualitas barang yang baik, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah penggiatan sosialisasi lelang DJKN khususnya barang eks gratifikasi. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang lelang, diharapkan animo masyarakat untuk mengikuti lelang juga meningkat, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan penerimaan negara. 2. Penyerahan Barang Eks Gratifikasi Dari KPK yang Ditetapkan Menjadi Milik Negara Tidak Sesuai Dengan Peraturan Tidak adanya kepastian rentang waktu penyerahan barang eks gratifikasi menimbulkan masalah lebih lanjut pada pengelolaannya. Salah satu contoh riil yang telah dibahas sebelumnya adalah rendahnya penerimaan negara dari lelang barang eks gratifikasi. Ketentuan Pasal 14 PMK 03/PMK.06/2011 yang mewajibkan KPK 36

37 melakukan penyerahan barang eks gratifikasi kepada DJKN maksimal tujuh hari sejak penetapan status menjadi milik negara ternyata sulit untuk diaplikasikan. Salah satu jalan keluar dari permasalahan ini adalah mediasi antara pihak KPK dengan DJKN untuk membahas revisi peraturan yang selama ini berlaku. Ketentuan mengenai penyerahan barang eks gratifikasi sebaiknya diubah menjadi periodik dengan frekuensi waktu yang pasti, misalnya setiap tiga bulan. Argumentasi ini didasari oleh fakta bahwa sejak tahun 2012, setiap tahunnya hanya ada tiga sampai empat BAST saja (kurang lebih setiap tiga bulan). Dengan adanya kepastian terkait penyerahan barang kepada DJKN, sebenarnya hal tersebut juga meringankan tugas KPK. Dalam Pasal 12 poin (b) PMK 03/PMK.06/2011 disebutkan bahwa KPK bertanggung jawab penuh atas pengamanan administrasi, pengamanan fisik dan pengamanan hukum terhadap Barang Gratifikasi yang berada dalam penguasaannya. Dengan adanya jangka waktu penyerahan yang lebih pasti, kinerja KPK maupun DJKN dalam pengelolaan barang eks gratifikasi diharapkan meningkat sehingga tercipta pengelolaan aset yang lebih optimal. 3. Terdapat Jeda yang Lama Antara Serah Terima Barang dengan Lelang Barang eks gratifikasi yang dilelang pada Mei dan Desember 2015 rata rata mengalami masa penyimpanan kurang lebih satu tahun. Imbas dari kondisi ini adalah menurunnya nilai barang khususnya nilai fungsi pada barang elektronik. Pada akhirnya, minat calon pembeli lelang juga menurun dan pendapatan lelang menjadi tidak optimal. Masalah ini dapat diatasi salah satunya dengan membuat Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan barang eks gratifikasi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP ini adalah penentuan prioritas berdasarkan karakteristik aset. 37

38 Contoh sederhananya adalah barang elektronik yang memiliki penurunan fungsi relatif cepat seharusnya diprioritaskan untuk dilelang dengan segera. Dengan adanya SOP pengelolaan barang eks gratifikasi, nilai aset dapat tetap terjaga sehingga negara tidak kehilangan penerimaan akibat penurunan nilai yang disebabkan oleh jangka waktu penyimpanan yang terlalu lama. Hal ini kedepannya akan mewujudkan manajemen aset yang dengan prinsip pengelolaan BMN yaitu fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. (Pasal 3 PP 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah) 38

39 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Sepanjang tahun 2015 terjadi dua kali penjualan barang eks gratifikasi melalui lelang yaitu pada 19 Mei dan 11 Desember, masing masing dilaksanakan di Jakarta dan Bandung. 2. Penjualan lelang barang eks gratifikasi telah sesuai prodesur. Hal ini ditandai dengan tanggal penerbitan pengumuman, transparansi nilai limit, dan risalah lelang yang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Ketentuan terkait lelang barang eks gratifikasi yang telah dilaksanakan oleh DJKN sesuai dengan PMK 27/PMK.06/2016 antara lain pengumuman lelang wajib diterbitkan maksimal lima hari kalender sebelum pelaksanaan lelang, nilai limit harus tercantum dalam pengumuman, dan untuk setiap lelang harus dibuat risalah lelang tersendiri. 4. Walaupun pelaksanaan lelang sudah sesuai prosedur, namun hasil lelang barang eks gratifikasi belum optimal. Dari total 468 barang yang diumumkan untuk 39

40 dijual dalam dua lelang pada tahun 2015, hanya 143 barang yang terjual atau kurang dari sepertiganya. 5. Menurut pihak DJKN, masalah utama pengelolaan barang eks gratifikasi adalah tingginya jumlah barang yang tidak laku terjual. Terhadap permasalahan tersebut, langkah yang diambil DJKN adalah melakukan lelang ulang bagi barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan melakukan intensifikasi bentuk pengelolaan selain penjualan sesuai Pasal 22 PMK 03/PMK.06/2011. Bentuk pengelolaan selain penjualan yang dimaksud adalah berupa penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan. 6. Penyebab tingginya jumlah barang yang tidak laku pada lelang barang eks gratifikasi antara lain disebabkan oleh aturan lelang konvensional yang cenderung kaku, pengumuman yang hanya pada satu surat kabar, dan tidak adanya garansi dalam lelang. 7. Penyerahan barang eks gratifikasi dari KPK yang statusnya telah ditetapkan menjadi milik negara tidak sesuai dengan ketentuan perundang undangan (maksimal tujuh hari kerja). Sepanjang tahun 2015 tercatat 101 barang eks gratifikasi diserahterimakan secara massal hanya dalam tiga kali serah terima. 8. Terdapat jeda yang lama antara serah terima barang dengan proses penjualan lelangnya. Hal ini menimbulkan penurunan nilai fungsi barang dan minat peserta lelang terutama pada barang elektronik. Terbukti ada sekitar 200 unit barang elektronik yang tidak laku terjual pada dua lelang sepanjang tahun

41 B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran terkait pengelolaan barang eks gratifikasi oleh DJKN yaitu: 1. E-Auction sebaiknya mulai digunakan sebagai sarana penjualan barang eks gratifikasi. Keunggulan aplikasi ini adalah pembeli tidak harus hadir di tempat lelang dan sudah memiliki payung hukum yang kuat. Selain itu, pengumuman daftar barang lelang secara terpusat dapat memudahkan calon pembeli. 2. Pemberian kesempatan kepada calon peserta lelang untuk melihat dan meneliti barang yang akan dilelang sudah dilakukan dengan baik. Hal ini berguna memastikan kualitas barang dalam keadaan prima sehingga peserta lelang tidak ragu dalam menawar barang dengan harga optimal. 3. Fokus terhadap alternatif lain pengelolaan barang eks gratifikasi berupa penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan perlu ditingkatkan. Hal ini penting untuk mencegah adanya aset tidak laku lelang yang idle sekaligus memastikan optimalisasi tata kelola barang eks gratifikasi. 4. Mediasi sebaiknya dilakukan antara pihak KPK dengan DJKN untuk membahas revisi peraturan yang selama ini berlaku terkait pengelolaan barang gratifikasi. Ketentuan mengenai penyerahan barang eks gratifikasi sebaiknya diubah menjadi periodik dengan frekuensi waktu yang pasti, misalnya setiap tiga bulan. Dengan peraturan baru tersebut diharapkan kinerja KPK dan DJKN dalam pengelolaan barang eks gratifikasi menjadi semakin baik sehingga dapat menciptakan pengelolaan aset yang optimal khususnya dalam peningkatan penerimaan negara. 41

42 5. DJKN harus segera membuat membuat Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan barang eks gratifikasi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP ini adalah penentuan prioritas berdasarkan karakteristik aset. Dengan adanya SOP pengelolaan barang eks gratifikasi, nilai aset dapat tetap terjaga sehingga negara tidak kehilangan penerimaan akibat penurunan nilai yang disebabkan oleh jangka waktu penyimpanan yang terlalu lama. 42

43 DAFTAR PUSTAKA Mardalis Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Mohammad Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian Barang Milik Negara. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pusdiklat KNPK Bahan Ajar Kekayaan Negara Lain - lain. Jakarta: BPPK. Sianturi, Purnomo T Presentasi E-auction. Jakarta: Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Stevenson, Angus. Penunting Oxford Dictionary of English: 3rd Edition. Oxford: Oxford University Press. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 43

44 LAMPIRAN I Pengumuman Lelang Mei

45 LAMPIRAN II Pengumuman Lelang Desember

46 46

47 LAMPIRAN III Data Penjualan Lelang Mei

48 48

49 49

50 50

51 51

52 52

53 53

54 54

55 LAMPIRAN IV Data Penjualan Lelang Desember

BAB II PROFIL INSTANSI. piutang Negara sebagaimana Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia

BAB II PROFIL INSTANSI. piutang Negara sebagaimana Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya manusia panitia urusan piutang Negara (PUPN) tidak mampu menangani penyerahan piutang Negara yang berasal dari

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI BARANG RAMPASAN NEGARA DAN BARANG GRATIFIKASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bandung Sejak setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah telah menggulirkan

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818, 2016 KEMENKEU. Lelang Melalui Internet. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.06/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LELANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanakan pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh Presiden. Presiden

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI Rapat Koordinasi Tata Laksana Benda Sitaan dan Barang Rampasan dalam Rangka Pemulihan Aset Perkara Tindak Pidana Korupsi Sri Mulyani

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.11/MENLHK/SETJEN/KAP.3/4/2018 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit bagi para

BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit bagi para BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah menggulirkan program pengucuran atau pemberian pinjaman dana

Lebih terperinci

BAB II KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN)

BAB II KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) BAB II KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) A. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) A.1. Sejarah dan Perkembangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) adalah suatu Direktorat

Lebih terperinci

BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit bagi para

BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit bagi para BAB II KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah menggulirkan program pengucuran atau pemberian pinjaman dana

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET EKS KEPABEANAN DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET EKS KEPABEANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG

Lebih terperinci

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DJKN (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) Sumatera Utara

BAB II PROFIL DJKN (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) Sumatera Utara BAB II PROFIL DJKN (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) Sumatera Utara A. Sejarah Ringkas DJKN (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) Sumatera Utara Pada tahun 1971 struktur

Lebih terperinci

2017, No Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85)

2017, No Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85) No.518, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan Pejabat Lelang Kelas II. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PEJABAT LELANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor No.34, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Balai Lelang. Pejabat Lelang. Kelas II. Jaminan Penawaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.06/2016 TENTANG PENATAUSAHAAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P No.519, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan Balai Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BALAI LELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI i DAFTAR ISI Daftar Isi i BAGIAN A : PENDAHULUAN 1 I. LATAR BELAKANG 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 2 IV. PENGERTIAN UMUM 3 BAGIAN B : PENGELOLAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2101, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Status Gratifikasi. Penetapan. Pelaporan. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi dari Divisi Hukum pada Biro Hukum PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2015 KEMENHUB. Pengawasan. Pengendalian. Barang Milik Negara. Tata Cara Tetap. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG SALINAN PERATURAN NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.06/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.06/2011 TENTANG SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.06/2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.375, 2017 KEMENKEU. Jabatan Fungsional. Pelelang. Juknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PMK.06/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARAA PENGELOLAAN ASET PADAA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGANN BEBAS DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENJUALAN UNTUK PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA SELAIN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No ); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri

2016, No ); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1794, 2016 KEMENLU. BMN. Penggunaan. Pemindahtanganan. Pemusnahan. Penghapusan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR 1 WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 III. ISTILAH PENTING... 4 IV. PENGERTIAN GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG PELAPORAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengetahui kepastian nilai barang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.06/2008 TENTANG PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengetahui kepastian nilai

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu No.1185, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penilaian Kembali BMN. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.06/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG Menimbang Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, : bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT INDUSTRI KAPAL INDONESIA (Persero) PT INDUSTRI KAPAL INDONESIA (Persero) Kantor Pusat & Galangan Makassar Jl Galangan Kapal 31 Makassar 90211 Sulawesi Selatan, Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 of 14 8/26/2010 12:01 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG ' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 4/PMK.06/2013 ' TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA A. Sejarah Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya manusia Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) tidak mampu menangani

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.859, 2017 BKPM. Penjualan Penghapusan BMN. Selain Tanah da/atau Bangunan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1200, 2015 KEMENDAG. Gratifikasi. Pengendalian. Pedoman Teknis PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/M-DAG/PER/7/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan lelang dan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1300, 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembanguna

2016, No Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembanguna No.876, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. BMN. Pemindahan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DR HARI NUR CAHYA MURNI, MSi DIREKTUR BUMD, BLUD DAN BARANG MILIK DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang membawahi bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang membawahi bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang membawahi bidang bidang dan urusannya masing masing dalam pemerintahan yang dituntut oleh kepala negara

Lebih terperinci

2 Utara telah diserahkan kepada unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tenta

2 Utara telah diserahkan kepada unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tenta No.458, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengelolaan. BMN. BRR NAD-Nias. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba No.774, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Pelaksanaan. Sewa barang. Milik Negara. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.40/Menhut-II/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :57

1 of 5 21/12/ :57 1 of 5 21/12/2015 12:57 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 211/PMK.06/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 134/PMK.06/2009

Lebih terperinci

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2018 KEMENKEU. Lelang Benda Sitaan, Barang Rampasan Negara, atau Benda Sita Eksekusi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.06/2018 TENTANG

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN BIDANG KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG KEMENTERIAN KEUANGAN

STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN BIDANG KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG KEMENTERIAN KEUANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN BIDANG KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG KEMENTERIAN KEUANGAN 1. Pelayanan Permohonan Keringanan Utang pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122 / PMK.06 / 2007 TENTANG KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122 / PMK.06 / 2007 TENTANG KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122 / PMK.06 / 2007 TENTANG KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA EKS BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang T

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang T No.1768, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. BMN. Hibah. Selain. Tanah. Bangunan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Lampiran 4 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM...

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BERUPA TANAH ASET DESA YANG BERUBAH MENJADI KELURAHAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia sejarah pengelola keuangan pemerintahan sudah ada sejak masa lampau. Sebagai bagian dari suatu pemerintahan, Kementerian Keuangan merupakan instansi

Lebih terperinci

Jakarta V. Yang diteliti oleh peneliti tersebut adalah pembentukan dan. (PT. PPA) dan Tim Koordinasi Penyelesaian Penanganan Tugas-tugas TP-

Jakarta V. Yang diteliti oleh peneliti tersebut adalah pembentukan dan. (PT. PPA) dan Tim Koordinasi Penyelesaian Penanganan Tugas-tugas TP- 12 Jakarta V. Yang diteliti oleh peneliti tersebut adalah pembentukan dan optimalisasi lembaga-lembaga yang dibentuk oleh pemerintah pasca berakhirnya masa tugas Badan Penyehatan Perbankan Nasional dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.636, 2015 LEMSANEG. Gratifikasi. Pengendalian. Sistem. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 merupakan babak baru dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara Republik Indonesia pada umumnya dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) pada khususnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG sinarmedia-news.com I. PENDAHULUAN Pelaksanaan urusan pemerintahan, baik pada tingkat pusat maupun daerah tidak terlepas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

SALINAN NO : 14 / LD/2009

SALINAN NO : 14 / LD/2009 SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. A. Sejarah Ringkas Kawil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. A. Sejarah Ringkas Kawil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Kawil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara. Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.909, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Pengelolaan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2016, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 64D ayat (4) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang

2016, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 64D ayat (4) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang No.1451, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian Premi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2015 KPU. Perlengkapan Pemungutan Suara. Perlengkapan Lainnya. Pasca Pemilu. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAH UN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

1 of 5 18/12/ :47

1 of 5 18/12/ :47 1 of 5 18/12/2015 15:47 Menimbang MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

Direktorat lelang - DJKN

Direktorat lelang - DJKN 1. Sebagai tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Pelayanan Lelang, dengan rekomendasi agar disusun suatu ketentuan tentang tata tertib pelaksanaan lelang.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1288, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Milik Negara. Eks BRR. Pengelolaan. Pelaksanaan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 211/PMK.06/2012

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2013); L PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; - 2 - Perlengkapan Lainnya Pasca Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Pemilihan

Lebih terperinci

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1), SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci