BAB I Pendahuluan (1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I Pendahuluan (1)"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB I... 1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker Waktu dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA... 2 BAB II... 3 TINJAUAN UMUM APOTEK Apotek Peranan Apoteker di Apotek Tugas dan Fungsi Apoteker... 4 BAB III... 5 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA Pendahuluan PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma Buah Batu Manajemen Personalia Manajemen Keuangan Manajemen Perbekalan Farmasi Pelayanan Kefarmasian BAB IV TUGAS KHUSUS Studi Kelayakan Pendirian Apotek Kimia Farma Jl. Jurang Pendahuluan ii

3 4.2 Tinjauan Pustaka Pembahasan Kesimpulan dan Saran BAB V PEMBAHASAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA iii

4 DAFTAR LAMPIRAN iv

5 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah penyakit (preventif), menyembuhkan atau mengobati penyakit (kuratif) serta memulihkan atau memelihara kesehatan (rehabilitatif) perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membantu masyarakat agar mendapatkan obat yang rasional adalah dengan adanya apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apotek dalam menjalankan fungsinya bersifat dwifungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Fungsi ekonomi menuntut agar apotek dapat memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan usaha sedangkan fungsi sosial adalah untuk pemerataan distribusi obat dan sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat. (1) Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu pada Pharmaceutical Care. Pharmaceutical Care adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien sebagai tanggung jawab dan komitmen untuk membantu kesejahteraan pasien dalam pengobatan. Pharmaceutical Care merupakan misi profesi apoteker sehingga hal ini membawa konsekuensi bahwa pelayanan kefarmasian tidak hanya terfokus pada penyiapan dan penyaluran obat kepada pasien tetapi apoteker juga diharapkan ikut terlibat dalam perancangan, persiapan dan pemantauan terapi untuk pasien. Oleh karena itu, interaksi antara apoteker dengan pasien harus lebih diintesifkan dengan meningkatkan peran aktif apoteker melalui konseling pasien dalam rangka menjamin efektivitas penggunaan obat. Semakin pesatnya perkembangan 1

6 2 pelayanan apotek dan semakin tingginya tuntutan masyarakat, menuntut pemberi layanan apotek harus mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang terus berubah dan meningkat. (2) Sebagai bentuk pendidikan dan latihan bagi calon apoteker untuk memahami dan mengerti peran dan tanggung jawab apoteker di apotek serta mengetahui segala kegiatan di apotek, maka Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Bandung bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek Bisnis Manajer Bandung menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker 1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek. 2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. 3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek. 4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional. 5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek. 1.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Praktek Kerja Program Studi Profesi Apoteker (PKPA) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret 30 April 2017 dan bertempat di Apotek Kimia Farma 43, Jl. Buah Batu No. 259 Bandung, Jawa Barat.

7 3 BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek Definisi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. (1) Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 2.2 Peranan Apoteker di Apotek Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. (2) Secara umum peran seorang apoteker dalam apotek dapat kita bagi menjadi 3 bagian, yaitu peran profesional, peran manager, dan peran retail. (7) 3

8 Peran Profesional Apoteker merupakan tenaga kesehatan professional yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Dalam hal sumber informasi obat seorang apoteker harus mampu memberi informasi yang tepat dan benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat yang digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman menggunakannya. (4) Peran Manager Apoteker sebagai pemimpin atau manajer yang harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen, yang meliputi kepemimpinan (leading), perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanan (actuating), dan pengawasan (controlling). (7) Peran Retailer Profit memang bukanlah tujuan utama dan satu-satunya dari tugas keprofesian apoteker, tetapi tanpa profit apotek sebagai badan usaha retail tidak dapat bertahan. Oleh karena itu sebagai seorang retailer, apoteker berkewajiban mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, menstimulasi kebutuhan pelanggan agar menjadi permintaan, dan memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi harapan pelanggan. (7) 2.3 Tugas dan Fungsi Apoteker Menurut WHO, tugas dan fungsi apoteker di lingkungan farmasi komunitas antara lain : Care giver (Pemberi pelayanan), Decision maker (Pembuat keputusan), Manager (Manajer), Life long learner (Pembelajar Seumur Hidup), Teacher (Guru), Leader (Pemimpin) dan Researcher (Peneliti).

9 5 BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA Pendahuluan PT Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, bergerak dalam bidang retail farmasi yang terdiri dari beberapa jaringan apotek dengan status kepemilikan milik sendiri, sewa bangunan maupun kerja sama operasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan terkoordinasi dalam 34 Bisnis Manajer. PT Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi dua direktur yaitu direktur operasional dan direktur keuangan. Unit Business Manager (BM) Kimia Farma Apotek Bandung meliputi wilayah Bandung, Cimahi, Garut, Tasikmalaya dan Sumedang. (5) 3.2 PT. Kimia Farma Apotek Kimia Farma merupakan perusahaan farmasi pertama yang didirikan pada awal tahun 1817 di Hindia Timur yang bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Pada tahun 1958 dengan adanya kebijakan nasionalisasi perusahaanperusahaan Belanda, pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. PT. Kimia Farma pada tahun 2002 membentuk 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek sekarang memiliki 412 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 3 wilayah pasar, dan 41 cabang PBF. (6) Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. 5

10 6 3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Adapun misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : 1. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. 3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income). (7) 3.4 Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma Buah Batu Apotek Kimia Farma 43 berada di Jl. Buah Batu No.259 Bandung. Apotek ini berdiri sejak tanggal 26 November 1984 yang merupakan apotek pindahan dari apotek Kimia Farma yang terdapat di jalan Asia Afrika 34. Apotek Kimia Farma 43 Bandung merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada di bawah naungan Unit Business Manager Kimia Farma Bandung. Lokasi bangunan Apotek Kimia Farma 43 sangat strategis karena berada di pusat keramaian Bandung yang merupakan daerah perkantoran, perhotelan, bank, dan pertokoan, sehingga mudah diakses dan banyak pasien/pengunjung yang datang. Fasilitas utama apotek terdiri atas area penerimaan resep, area peracikan, area penyimpanan obat, kasir, area penyerahan dan pemberian informasi obat, area swalayan farmasi, dan ruang tunggu bagi pasien. Adapun fasilitas pendukung bagi perkembangan usaha Apotek Kimia Farma 43, antara lain ruang praktek dokter, laboratorium klinik, gudang obat, mushola, toilet, dan tempat parkir. Praktek dokter yang terdapat di Apotek Kimia Farma 43, yaitu Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis yang meliputi Spesialis Anak, spesialis Penyakit Kandungan, Penyakit Dalam (Internist), spesialis Mata, spesialis kulit dan Kelamin, spesialis Penyakit THT.

11 7 Apotek Kimia Farma 43 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang juga berperan sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek dan membawahi secara langsung supervisor pelayanan kefarmasian. Dalam menjalankan tugasnya, APA dibantu oleh 2 (dua) orang apoteker pendamping sebagai apoteker PIO (Pelayanan Informasi Obat) dan asisten apoteker (dalam melakukan pelayanan kefarmasian), dan karyawan non farmasi. 3.5 Manajemen Personalia Apotek Kimia Farma 43 memiliki beberapa sumber daya manusia yang menunjang kegiatan di apotek, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma 43 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah memiliki Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Ijin Apotek (SIA). 2. Apoteker Pelayanan Informasi Obat (PIO) Apoteker PIO mempunyai tugas dan kewajiban memberikan pelayanan kefarmasian secara umum, khususnya pelayanan informasi obat kepada pasien atau keluarga pasien. 3. Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker yang sudah senior dan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek (APA). 4. Asisten Apoteker Pelayanan Farmasi 5. Juru Resep Juru resep bertugas membantu apoteker maupun asisten apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan kefarmasian lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. 6. Petugas Administrasi 7. Petugas Keamanan 8. Petugas Kebersihan

12 8 3.6 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Tanggung jawab manajer keuangan yaitu : a. Perolehan dana dengan biaya murah. b. Penggunaan dana efektif dan efisien c. Analisis laporan keuangan d. Analisis lingkungan internal dan eksternal yang berhubungan dengan keputusan rutin dan khusus. 3.7 Manajemen Perbekalan Farmasi Kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 43 Bandung dijabarkan sebagai berikut: Perencanaan Perbekalan Farmasi Perencanaan perbekalan farmasi merupakan suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat, yang akan dipesan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk kebutuhan jangka waktu tertentu agar terhindar dari kekosongan atau penumpukan obat Pengadaan Perbekalan Farmasi Pola pengadaan yang dipakai di Apotek Kimia Farma 43 yaitu pola konsumsi. Dalam proses pembelian banyak pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan tersebut tentunya adalah visi dari farmasis yakni pengadaan yang mengarah kepada terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya pada waktu yang tepat.

13 Pemesanan Barang Pemesanan dilakukan dengan memasukkan data melalui sistem IT ke bagian pengadaan Bussines Manager untuk digabung dengan pesanan apotek Kimia Farma lainnya dan kemudian dilanjutkan ke PBF yang resmi untuk menjamin mutu dan keabsahan barang. Pemesanan barang ke Bussines Manager dengan menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) akan membuat Surat Pemesanan (SP) kepada PBF yang ditunjuk. Melalui distributornya, PBF akan mengirimkan barang-barang yang dipesan ke masing-masing apotek layanan berdasarkan surat pesanan. Pembelian dikelompokkan menjadi: a. Pembelian rutin Pembelian rutin dilakukan seminggu dua kali yakni pada hari senin dan kamis yang dilakukan melalui Bussines Manager Bandung PT. Kimia Farma Apotek, berdasarkan BPBA. Pesanan narkotik dan psikotropik dilakukan secara khusus yaitu dengan surat pesanan tertentu yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. b. BPBA ke Apotek Kimia Farma lain Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak tersedia di apotek Kimia Farma 43. Pembelian ini dilakukan kepada sesama apotek Kimia Farma lain. c. Pembelian mendesak ke apotek swasta lain (cito) d. Konsinyasi Konsinyasi adalah suatu bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement. Konsinyasi dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma 43 untuk dijual, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah barang yang terjual saja.

14 Penerimaan barang Proses penerimaan barang harus dilakukan sesuai dengan SOP penerimaan barang, yakni: 1. Periksa barang yang datang apakah sudah sesuai dengan SP atau faktur. 2. Cek kondisi barang dan tanggal kadaluwarsa. 3. Tulis nomor penerimaan, tanggal, bulan, tahun, paraf atau tanda tangan, nama jelas dan stempel apotek Penyimpanan barang Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan dalam rak-rak obat yang tersedia dengan menuliskan tanggal pemasukan obat, nomor urut penerimaan/faktur, dan jumlah obat pada kartu stok masing-masing jenis obat. Jika jumlah obat yang diterima cukup banyak dan tidak seluruhnya dapat disimpan dalam rak-rak obat, maka sisa obat tersebut disimpan dalam gudang. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan penggolongan berikut: a. Berdasarkan bentuk sediaan b. Berdasarkan generik dan non-generik. c. Berdasarkan golongan obat, meliputi : Obat bebas dan obat bebas terbatas, disimpan di swalayan farmasi, obat keras, obat narkotika disimpan dalam lemari khusus, obat psikotropika disimpan dalam lemari khusus. d. Berdasarkan sifat fisikokimia obat. Terutama untuk obat-obat yang harus disimpan di bawah suhu kamar, harus disimpan dalam lemari es. Obat-obat yang disimpan di lemari es (Suhu tidak lebih dari 8 C (2 C - 8 C) antara lain, obat yang mengandung bakteri pencernaan, obat-obat hormonal, suppositoria, ovula, vaksin, dan lain-lain. e. Berdasarkan farmakologi atau kelas terapi. Penggolongan berdasarkan farmakologi ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan pengambilan obat dan sesuai dengan konsep penerapan GPP. Obatobatan tersebut dibedakan menjadi obat-obat sistem jantung dan pembuluh darah, golongan sistem saraf pusat, golongan anti infeksi/antibiotik, golongan otot, persendian dan asam urat, golongan sistem pernafasan, golongan vitamin, mineral dan nutrisi, golongan anti alergi, golongan sistem

15 11 pencernaan, golongan diabetes, golongan sistem kemih, kelamin, imun dan kanker, golongan kontrasepsi dan golongan hormon. Obat-obat yang telah dipisahkan berdasarkan kelas terapinya kemudian disusun berdasarkan kandungan dan secara alfabetis untuk memudahkan pengambilan obat. Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out), di mana barang yang pertama kali masuk, pertama kali digunakan. Setiap rak di lemari obat memiliki kartu stok yang berguna untuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat, sehingga mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat. Di wadah rak obat juga diberi tanda yang menandakan tahun dan bulan berapa obat tersebut expired date dengan warna yang berbeda untuk masing-masing tahun Pengendalian Stok Barang Pengendalian stok barang dilakukan menggunakan sistem pareto, yakni suatu sistem dimana obat disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling banyak. (1) Pengendalian Perbekalan Farmasi Pengendalian perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 43 dijabarkan sebagai berikut: a. Pencatatan Defekta b. Pencatatan Kartu Stok Barang c. Pencatatan Permintaan Barang. d. Pencatatan Penerimaan Barang e. Pencatatan Rekap Resep f. Pencatatan Uji Petik Uji petik merupakan pencatatan stok barang di apotek yang dilakukan oleh petugas apotek. g. Laporan Stock Opname Stock opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang.

16 Penanganan Obat Kadaluwarsa Jika ditemukan obat yang mendekati waktu kadaluwarsanya maka obat tersebut dipisahkan dari obat lainnya. Umumnya pada awal pemesanan telah dilakukan perjanjian dengan pihak PBF bahwa obat yang akan kadaluwarsa dapat diganti dengan obat jenis sama dengan waktu kadaluwarsa lebih panjang. Biasanya juga dilakukan perjanjian bahwa jika terdapat perbekalan farmasi yang telah rusak baik isi maupun kemasannya dapat diganti dengan sediaan baru Pemusnahan A. Pemusnahan perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi yang telah rusak atau kadaluarsa, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditimbun dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh BPOM. Pemusnahan harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Madya atau petugas dari Balai POM, Apoteker Pengelola Apotek dan petugas atau karyawan dari apotek. Setelah dilakukan pemusnahan, dibuat berita acara pemusnahannya (rangkap 3), meliputi : hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan, jenis dan jumlah obat/resep yang dimusnahkan, serta cara pemusnahannya. Setelah itu ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan karyawan yang membantu. B. Pemusnahan resep Hal-hal yang dilakukan dalam pemusnahan arsip resep ini adalah sebagai berikut: 1. Pemusnahan resep dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku setiap arsip resep yang telah berumur 3 (tiga) tahun atau lebih. 2. Sebelum pemusnahan, dibuat surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat bahwa akan dilakukan pemusnahan resep, serta tembusan kepada Bisnis Manajer Apotek setempat. 3. Dibentuk panitia pemusnahan resep. 4. Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar arsip resep. 5. Dibuat berita acara pemusnahan dengan data: periode tahun transaksi resep, jumlah dus, tempat/lokasi pemusnahan. Dibuat laporan atas

17 13 pelaksanaan pemusnahan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dari APA Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika (12) (13) Pengelolaan narkotika dan psikotropika dengan pengawasan khusus sangat penting dilakukan mengingat obat-obatan golongan ini sering disalah gunakan. Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama sesuai peraturan perundangan yang berlaku yakni Undang-Undang RI no. 5 tahun 2007 tentang Psikotropika dan Undang-Undang RI no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang meliputi pengadaan, penyimpanan, pengeluaran, pelaporan. i. Pemesanan Narkotika dan Psikotropika Pemesanan obat narkotika dilakukan dengan surat pesanan khusus yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap 4, masing-masing 3 (tiga) lembar (warna putih, hijau, dan kuning) diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan 1 (satu) lembar (warna merah) disimpan oleh apotek sebagai arsip. Pemesanan obat psikotropika Apotek Kimia Farma 43 dilakukan oleh bagian pembelian dengan menggunakan SP psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek. Setiap SP dapat berlaku untuk lebih dari 1 item psikotropika dan dibuat dua rangkap untuk distributor dan sebagai arsip apotek. ii. Penerimaan Narkotika Penerimaan obat narkotika dilakukan dengan sepengetahuan APA yang kemudian akan menandatangani faktur dengan mencantumkan nama jelas dan nomor Surat Izin Apotek. Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan dengan yang datang.

18 14 iii Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Penyimpanan narkotika diatur dalam Permenkes RI No 28 tahun 1978, yaitu bahwa narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat dengan ukuran 40 cm x 80 cm x 100 cm. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 cm x 80 cm x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau ditanam pada lantai. Lemari tersebut harus mempunyai kunci yang kuat, lemari tersebut dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. Sedangkan penyimpanan obat psikotropika ditempatkan pada tempat tersendiri dalam lemari yang juga terkunci. iv Pelayanan Narkotika dan Psikotropika Penyerahan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep asli dari dokter yang praktek di kota setempat dan untuk obat dari salinan resep harus diambil di apotek yang menyimpan resep aslinya. Resep yang mengandung obat golongan narkotika diberi tanda garis merah di bawah nama obatnya dan dicatat nomor resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter serta jumlah obat yang diminta dalam laporan pemakaian narkotika. Apotek dilarang melayani salinan resep dari obat-obatan narkotika yang resep aslinya tidak terdapat di apotek tersebut, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, atau resep narkotika yang bertanda iter (pengulangan). Untuk resep asli dari dokter luar kota dapat dilayani jika sangat dibutuhkan dengan cara dilegalisir oleh Dinas Kesehatan Kota setempat yang menyatakan bahwa resep tersebut asli. Resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter, alamat, nomor SIP, serta nama dan alamat pasien secara lengkap. Resep yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika ditandai dengan garis bawah menggunakan tinta merah dibawah nama obatnya. Pelayanan di Apotek Kimia Farma 43 sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu melayani resep psikotropika dari resep asli maupun salinan resep yang dibuat oleh

19 15 Apotek Kimia Farma 43 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. v. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika Pelaporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan, dibuat rangkap lima dan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan tingkat II (Kota/Kabupaten Bandung) dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jawa Barat dan Penanggungjawab Narkotika dan Obat Berbahaya PT. Kimia Farma di Jakarta, serta sebagai arsip apotek. Laporan tersebut ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan dicap apotek. Laporan narkotika meliputi laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, serta laporan penggunaan morfin dan petidin. Pelaporan penggunaan psikotropika berdasarkan kode resep, nama bahan sediaan, stok awal, stok akhir, jumlah penerimaan dan pengeluaran. Pelaporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap bulan, dibuat rangkap lima dan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan tingkat II (Kota/Kabupaten Bandung) dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jawa Barat, serta sebagai arsip apotek. Laporan tersebut ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan dicap apotek. vi. Pemusnahan Resep Narkotika dan Psikotropika Resep narkotika dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu tiga tahun. Resep disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk kepentingan pasien maupun untuk pemeriksaan. Setelah tiga tahun, resep boleh dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat Berita Acara Pemusnahan Resep rangkap empat yang masingmasing dikirim ke Badan POM, Dinkes, Kepala Balai POM, dan sebagai arsip apotek.

20 16 vii. Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut: a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirim ke Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jawa Barat. c. BPOM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.setelah izin pemusnahan keluar, kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, AA, Petugas BPOM Provinsi Jawa Barat. d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) yang berisi: 1. Hari, tanggal, bulan, tahun, alasan, dan tempat dilakukan pemusnahan. 2. Identitas lengkap APA. 3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek. 4. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5. Cara pemusnahan. 6. Nama dan tandatangan APA dan saksi. Selanjutnya BAP dikirim kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan tembusan kepada: 1. Kepala BPOM Provinsi Jawa Barat. 2. Kepala Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Bandung. 3. Penanggung jawab narkotika PT Kimia Farma Tbk. 4. Arsip apotek. Tata cara pemusnahan dan pelaporan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. 3.8 Pelayanan Kefarmasian Jaminan Layanan Jaminan pelayanan prima resep oleh Apotek Kimia Farma berasaskan slogan Cepat, Lengkap, dan Ramah dan dilakukan sesuai dengan Standar Mutu Pelayanan Resep.

21 Penjualan Bebas Penjualan secara bebas atau HV (Hand Verkoop) dilakukan untuk obat-obat seperti obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, suplemen, alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter Pelayanan Atas Resep Dokter Sebelum dilakukan pelayanan atas resep dokter, terlebih dahulu dilakukan skrining resep, meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetis, dan pertimbangan klinis. Pelayanan resep dokter adalah pelayanan obat berdasarkan resep dokter, baik tunai maupun kredit, yaitu: 1. Pelayanan Resep Tunai Penerimaan resep tunai adalah penerimaan resep yang pembayarannya dilakukan secara tunai atau dengan kartu kredit. Tahapan dalam pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut: a. Apoteker/Asisten apoteker menerima resep dan memeriksa kelengkapan dan keaslian resep. b. Apoteker/Asisten apoteker memeriksa ketersediaan obat, selanjutnya menghitung total biaya untuk resep tersebut kemudian menginformasikan pada pasien. Jika pasien setuju, maka segera dilakukan pembayaran dan mencatat nama dan alamat pasien. c. Asisten apoteker menyiapkan obat sesuai dengan resep, kemudian memberi etiket dan dikemas dalam kantong plastik. d. Apoteker/Asisten apoteker supervisor memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep. e. Obat diserahkan pada pasien oleh Apoteker/Asisten apoteker disertai dengan pemberian informasi penggunaan obat (nama dan khasiat obat, waktu pakai, cara pakai).

22 18 2. Pelayanan Resep Kredit Pelayanan resep kredit berasal dari instansi/perusahaan yang menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia Farma 43 dan untuk proses pembayarannya berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tahapan dalam pelayanan resep kredit adalah sebagai berikut: a. Apoteker/Asisten apoteker menerima resep dan memeriksa kelengkapan dan keaslian resep. b. Apoteker/Asisten apoteker memeriksa apakah obat-obat yang tertera pada resep terdapat dalam daftar obat yang ditanggung oleh instansi yang bersangkutan. c. Jika ada obat yang tidak ada dalam daftar tersebut, maka Apoteker/ Asisten apoteker menginformasikan pada pasien dan menawarkan pasien untuk tetap mengambil obat atau mengganti dengan obat dengan merek lain yang kandungannya sama. d. Jika pasien tetap ingin mengambil obat sesuai resep, maka pasien dikenakan biaya kelebihan harga obat. e. Setelah administrasi selesai, asisten apoteker/ juru resep menyiapkan obat sesuai dengan resep, kemudian memberi etiket dan dikemas dalam kantong plastik. f. Apoteker/ Asisten apoteker memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep. g. Obat diserahkan pada pasien oleh Apoteker/ Asisten apoteker supervisor disertai dengan pemberian informasi penggunaan obat (waktu pakai, cara pakai). Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi kepada dokter atau pasien apakah bersedia diganti atau tidak dengan obat lain yang mempunyai khasiat yang sama. Jika pasien tidak bersedia maka untuk resep tunai biasanya dibuatkan salinan resep, sedangkan untuk resep kredit akan menjadi obat yang dijanjikan dan dicatat pada buku utang. Obat yang dijanjikan dapat diantar ke rumah pelanggan atau diambil sendiri oleh pelanggan.

23 19 Penjualan obat secara tunai maupun kredit dicatat pada laporan harian apotek oleh petugas apotek. Pencatatan terhadap pelayanan obat dengan resep dokter secara kredit dipisahkan dengan resep secara tunai, kemudian resep dan struk penjualan secara kredir tersebut diserahkan ke BM Bandung untuk proses penagihan kepada instasi/perusahaan terkait. Alur penjualan resep tunai dan kredit dapat dilihat pada Lampiran 2, gambar III Pelayanan Obat Tanpa Resep Apotek Kimia Farma melakukan pelayanan pengobatan melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Tahap-tahap yang dilakukan ketika akan melakukan swamedikasi adalah: a. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi. b. Menggali informasi dari pasien c. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek (DOWA). d. Informasikan harga kepada pelanggan. e. Jika pelanggan setuju, diminta bantuan kepada petugas peracikan untuk disiapkan obatnya Layanan Informasi Obat Informasi mengenai obat biasanya diberikan oleh apoteker Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang bertugas pada saat penyerahan obat atau pada saat pasien menanyakan informasi mengenai obat baik secara langsung maupun melalui telepon. Informasi yang diberikan biasanya meliputi keunaan obat, dosis, cara penggunaan obat, waktu pemberian yang benar, lama penggunaan, cara penyimpanan, aktivitas atau konsumsi makanan yang dianjurkan guna menunjang terapi, adanya kemungkinan efek samping, dan kontraindikasi obat bila ada Penghantaran Obat (Delivery Service) Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi kepada dokter atau pasien apakah bersedia diganti atau tidak dengan obat lain yang

24 20 mempunyai khasiat yang sama. Jika pasien tidak bersedia maka untuk resep tunai biasanya dibuatkan salinan resep, sedangkan untuk resep kredit akan menjadi obat yang dijanjikan dan dicatat pada buku utang. Obat yang dijanjikan dapat diantar ke rumah pelanggan atau diambil sendiri oleh pelanggan.

25 21 BAB IV TUGAS KHUSUS Studi Kelayakan Pendirian Apotek Kimia Farma Jl. Jurang 4.1 Pendahuluan Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatana kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan.salah satu dari sarana kesehatan yang mulai banyak dirintis adalah apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan barang habis pakai).selain itu apotek bisa menjadi perantara yang dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, selain itu memiliki beberapa fungsi kegiatan yaitu pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, manajerial, keuangan, dan pembukuan.agar dapat dikelola dengan baik oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apotek dengan fungsinya yang tidak hanya sebatas tempat penyediaan obat melainkan tempat pelayanan kefarmasian yang komprehensif, memerlukan pengelolaan yang professional yang dilakukan oleh apoteker yang memiliki pengetahuan, kemampuan manajerial, keterampilan, komunikiasi dan perilaku untuk dapat berinteraksi langsung dengan baik pada pasien, sehingga pelayanan kefarmasian berorientasikan pada peningkatan kualitas hidup pasien. 21

26 22 Seorang apoteker sebelum mendirikan apotek terlebih dahulu melakukan studi kelayakan, karena studi kelayakan dapat dijadikan acuan dalam proses pengambilan keputusan yang mengandung resiko yang belum jelas untuk menghindari kegagalan dan kerugian. Selain itu studi kelayakan dimaksudkan untuk mempelajari apakah pendirian Apotek di lokasi yang telah ditentukan tersebut sudah layak atau belum untuk berdiri. Apotek yang akan didirikan berlokasi di daerah Sukajadi, yaitu Jl. jurang kelurahan Pasteur kecamatan Sukajadi, kota Bandung, Jawa Barat.Daerah ini ramai dan strategis karena mudah diakses dari jalan raya dengan lalu lintas yang cukup padat dan dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi, serta dekat dengan fasilitas umum seperti, fasilitas pendidikan, Rumah Sakit, dan perumahan/pemukiman penduduk, SPBU Pertamina, Minimarket, Pertokoan, Perkantoran dan memiliki jalur lalu lintas 2 arah. Jumlah pusat pelayanan kesehatan di sekitar apotek yang akan didirikan juga memiliki potensi untuk mendukung berkembangnya apotek. Studi kelayakan (Feasibility Study) bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak ataudapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian. Studi kelayakan yang dilakukan kali ini adalah mengenai rencana pendirian apotek Kimia Farma di kawasan Sukajadi.Studi kelayakan ini dimulai dengan melakukan survey lokasi.alamat dan tempat pendirian apotek baru adalah di daerah Sukajadi, yaitujl. jurang kelurahan Pasteur kecamatan Sukajadi, kotabandung, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena ramai dan strategis serta dekat denganberbagai macam sarana umum sepertikantor pos, SPBU Pertamina, Minimarket, pertokoan, perkantoran, wilayah kampus, dan memiliki jalur lalu lintas 2 arah. Selain itu lokasi bangunan berpotensi untuk dijadikan sarana apotek

27 23 dengan melakukan sedikit renovasi untuk menyesuaikan dengan bentuk apotek yang diharapkan. Aspek demografi dari kawasan yang dipilih kemudian diamati. Dari hasil penelusuran data diketahui bahwa total penduduk yang ada di radius 2 km dari lokasi adalah sekitar jiwa. Jumlah tersebut berpotensi untuk menjadi sumber pelanggan bagi calon apotek yang akan didirikan. Data-data pesaing dan peluang di sekitar lokasi kemudian diamati dan dicatat sebagai bahan pertimbangan dan perhitungan potensi omset. Setelah diketahui aspek lokasi dan demografi, dilakukan survey traffic untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas di lokasi tersebut.hasil rurvey traffic ini kemudian dibandingkan dengan traffic di benchmark yang telah ditentukan yaitu di lokasi apotek Kimia Farma 14 yang berlokasi di Jalan Cihampelas.Survey ini dilakukan pada hari Minggu, Selasa, Rabu dan Kamis dari pukul hingga WIB. Hasil survey traffic di kawasan Jl. Jurangmenunjukkan bahwa di sekitar calon lokasi apotek rata-rata sebanyak 965 motor, 375 mobil dan 49 pejalan kaki melintas setiap jamnya. Perhitungan potensi perolehan omset dan kinerja apotek yang dapat diprediksi dari hasil survey traffic tersebut kemudian diolah.sebelum dilakukan perhitungan, dilakukan pentapan indikator penilaian kemiripan dari lokasi calon apotek dengan apotek benchmark. Indikator yang ditetapkan antara lain area apotek (faktor jumlah rumah/perumahan, tingkat keramaian kawasan), daya beli masyarakat sekitar apotek, tingkat pendidikan masyarakat sekitar, visibilitas calon apotek, lahan parkir apotek, tingkat persaingan apotek dan tingkat kemacetan lalu lintas. Dari penilaian indikator tersebut didapatkan persen kemiripan lokasi calon apotek dengan benchmark adalah sebesar 62,86%.Setelah dibandingkan, didapatkan total potensi kunjung per tahun adalah sebanyak Dari hasil perhitungan, kemudian didapatkan potensi total omset per tahun adalah sebesar Rp Di lokasi calon apotek ini direncanakan akan ada praktek dokter umum yang kemudian diprediksi dapat memberikan omset per tahun sebesar Rp Sementara itu untuk potensi perolehan omset dari dokter outhouse yang ada di sekitar lokasi adalah sebesar Rp. 18,360,000.Selain itu

28 24 dipertimbangkan pula potensi perolehan omset dari rumah sakit AMC yang ada di dekat lokasi. Penilaian dengan analisis Payback Periode (PP) menunjukkan besarnya PP adalah 3 tahun 5 bulan. Penilaian dengan analasis Return on Investment (ROI) adalah sebesar 28,47%. Penilaian dengan analisis Internal Rate of Return (IRR) adalah sebesar 27,65 % dan dengan perhitungan NPV sebesar Rp. 491,005,061 Dari keseluruhan hasil analisis tersebut didapatkan kesimpulan bahwa proyek pendirian apotek Kimia Farma di lokasi jl jurang kecamatan suka jadi tersebut layak untuk dilaksanakan Rumusan Masalah 1. Apa manfaat disusunnya studi kelayakan terhadap pembangunan apotek baru? 2. Bagaimana bayangan perkembangan apotek Kimia Farma yang akan didirikan? 3. Apa saja langkah yang dapat dilakukan dalam mempercepat pengembalian modal serta strategi mengimbangi pesaing? Tujuan Tujuan diadakan studi kelayakan adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak atau dapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis, sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian. 4.2 Tinjauan Pustaka Studi kelayakan adalah proses yang terkontrol untuk mengidentifikasi masalah dan kesempatan, menentukan tujuan, menjelaskan keadaan, menetapkan hasil akhir dan menilai biaya serta keuntungan yang berkaitan dengan penentuan keputusan (Umar,2011). Dalam proses pendirian apotek, perlu dilakukan studi kelayakan (feasibility study). Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung proses pengambilan keputusan, berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat keberlangsungan bisnis, untuk mengetahui apakah pendirian apotek tersebut akan mendatangkan keuntungan atau kerugian atau untuk menilai layak atau tidaknya suatu bangunan (dalam hal ini apotek) didirikan.

29 25 Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Kemampuan sumber daya internal (kecakapan menejemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual, kualitas karyawan), 2. Lingkungan external yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing, pemasok, perubahan peraturan). A. Pembuatan studi kelayakan Tahapan atau proses dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek, dapat terdiri dari 5 tahapan yaitu tahap penemuan gagasan (ide), penelitian lapangan, evaluasi data, pembuatan rencana dan pelaksanaan rencana kerja. 1. Menetukan gagasan/ide Gagasan yang memenuhi beberapa kriteria diantaranya yaitu bahwa ide harus: a) Sesuai dengan visi organisasi b) Dapat menguntungkan organisasi c) Sesuai dengan kemampuan sumber dayanya yang dimiliki organisasi d) Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku e) Aman untuk jangka panjang 2. Penelitian lapangan Setelah gagasan didiskusikan dan dianalisis dapat memberikan gambaran yang perspektif yang baik bagi perusahaan dimasa yang akan datang, maka gagasan tersebut disetujui untuk ditindak lanjuti dengan penelitian dilapangan. Data-data yang dibutuhkan antara lain : a) Ilmiah : melalui analisa data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti nilai strategi sebuah lokasi, data kelas konsumen, peraturan yang berlaku di daerah tersebut, dan tingkat persaingan yang ada saat ini. b) Non ilmiah yaitu : melalui intuisi (intuition) atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. 3. Evaluasi data

30 26 Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian dilapangan, dapat dilakukan dengan cara yaitu: a) Memperhatikan faktor yang berpengaruh, terdiri dari Eksternal Faktor dan Internal Faktor b) Membuat usulan proyek (project appraisal), 4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas : a) Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja b) Mengurus izin c) Membangun, merehabilitasi gedung d) Merekrut karyawan e) Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung f) Memulai operasional 5. Pelaksanaan Rencana Kerja Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang berisi mengenai : a) Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan b) Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi c) Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya B. Aspek-aspek studi kelayakan 1. Aspek pasar dan pemasaran Dalam menilai aspek pasar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain, a. Penentuan harga Penentuan harga dilakukan dengan menghitung biaya operasional, biaya untuk tenaga kerja, dan biaya peralatan usaha.penghitungan ini dilakukan agar pemilik apotek dapat memperhitungkan berapa pendapatan yang diinginkan agar dapat mencapai break even point, yaitu suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan ataupun kerugian.

31 27 b. Bentuk pasar Bentuk pasar terdiri dari berbagai macam, antara lain dapat berupa: - Persaingan sempurna Contoh : pasar industri, sembako, buah - Persaingan monopolistiscontoh : pasar industri, restaurant, salon - Monopoli, Contoh : PLN, Telkom - Oligopoli,Contoh : pasar industri otomotif, hand phone Bentuk pasar yang dihadapi apotek adalah persaingan sempurna, dimana jumlah penjual dan konsumen tidak terbatas, harga ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand), dan tidak ada hambatan masuk (entry barrier). c. Potensi pasar (potensial market) Potensi pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P). Q = np d. Target pasar (target market) Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : a) Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota masyarakat. b) Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN. c) Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter dispensing.

32 28 2. Aspek Teknis Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan pada penilaian aspek teknis antara lain yaitu : 1. Lokasi dan Lingkungan di sekitarnya a) Jarak lokasi dengan supplier : relative dekat dan mudah dicapai b) Jarak lokasi dengan domisili konsumennya : relative dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat stransportasi c) Bentuk dan luas lahan (bangunan) : mudah untuk mengembangkan usaha, seperti praktek dokter, lab klinik d) Prospek pertumbuhan pasarnya relative cepat dan besar : jumlah konsumen dan daya beli (income per kepita) nya relative tinggi e) Nyaman dan aman : daerahnya tidak jorok, tidak macet dan sempit dan tingkat kriminalnya rendah (bukan daerah premanisme) 2. Struktur Organisasi Pembentukan struktur organisasi dimaksudkan untuk member gambaran mengenai : a) Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan b) Fungsi-fungsi dan wewenang tanggung jawab setiap pekerjaan c) Persyaratan jabatan pada setiap pekerjaan d) Hierarkhis dalam pengambilan keputusan 3. Aspek Managemen dan Sumber daya manusia Strategi manajemen yaitu : suatu strategi yang akan digunakan untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (Current condition) menjadi kondisi disaat yang akan (future condition) datang dalam suatu periode waktu tertentu. Dalam menetukan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal yang herus diperhatikan yaitu : a) Bentuk bangunan, dapat menggambarkan : b) Sistem tata letak (lay out) dapat memberi : c) Estetika, rapih, teratur dan tersusun dengan baik

33 29 d) Kesesuaian dengan peraturab yang berlaku dan sifat barang, karena dalam pengolahan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh berbagai macam keadaan. Persediaan merupakan elemen penting dalam perusahaan ratail. Seperti diketahui dalam melakukan penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa hal yaitu konsumen dan jenis produk kebutuhan konsumen. 4. Aspek keuangan dan ekonomi Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan dapat meliputi penilaian terhadap : 1) sumber pendanaan (financing) untuk investasi dan 2) perhitungan aliran kas (cash flow) yang akan diperoleh selama investasi 1. Sumber Dana Pertimbangan dalam memilih sumber dana adalah biaya yang paling rendah (efisien) dengan masa tenggang pengembalian yang lebih lama dibandingkan dengan payback periode proyeknya. Beberapa sumber dana yang dapat dipergunakan ialah: a) Modal pemilik perusahaan (modal disetor) b) Bank (kreditor) c) Investor, didapat dari hasil penerbitan saham atau obligasi d) Lembaga non-bank atau leasing (dana pensiun) 1. Perhitungan aliran kas (cash flow) yang akan diperoleh selama investasi Penilaian analisis keuangan Dalam melakukan penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu proyek dapat dilakukan denan beberapa metode analisis. a. Metode Analisis Payback Period (PP) Payback Period adalah pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima.

34 30 Rumus Indikatornya adalah: a) Bila PP yang diperoleh waktunya < dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan b) Bila PP yang diperoleh waktunya > lama dari maksimum yang ditetapkan, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan c) Bila PP yang diperoleh waktunya = maksimum yang ditetapkan, maka proyek tersebut dikatakan boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak. Kelemahan: Nilai jumlah kas yang akan diterima (masuk), nilainya tidak disekarangkan (Net Present Value (NPV)) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang. b. Metode Analisis Return on Investment (ROI) Analisis Return on Investment ialah pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah nilai laba bersih pertahun dengan nilai investasi. Rumus: Indikatornya ialah: Bila ROI yang diperoleh > bunga pinjaman, maka proyek dikatakan layak dilaksanakan.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam melakukan kegiatan perlu memperhatikan masalah kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan dimana tubuh dan mampu melakukan kegiatan yang produktif, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan Pendirian Klinik Kharisma Citra Medika pada awalnya dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan bertujuan agar tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA

BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA 3.1 Sejarah/Riwayat Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Awalnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu penetahuan dan teknologi dewasa ini sangat mempengaruhi kualitas hidup bagi setiap manusia. Kualitas hidup seorang terlihat dari bagaimana upaya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia kesehatan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Perkembangan atau perubahan pola hidup manusia (lifestyle) berdampak langsung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek Setiap manusia berhak atas kesehatan, serta memiliki kewajiban dalam memelihara serta meningkatkan kesehatan tersebut. Kesehatan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan. Cara pelayanan kefarmasian yang baik menyangkut seluruh aspek pelayanan kefarmasian dan

Lebih terperinci

TUGAS MENFARKOM STUDI KELAYAKAN APOTEK

TUGAS MENFARKOM STUDI KELAYAKAN APOTEK TUGAS MENFARKOM STUDI KELAYAKAN APOTEK Kelompok 9: Ardianti Guspari 1006784683 Ajeng Cahyaning Ilham 1006754200 Fitrahwati Sudarmo 1006754440 Rianti Adi Cahyaningsih 1006754333 Wahyu Atmaja K.J. 1006754106

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang merupakan Bagian Pelayanan Instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pada umumnya, mulai memperhatikan kesehatannya dengan cara mengatur pola makan serta berolahraga secara teratur. Kesadaran mengenai pentingnya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya kesehatan adalah hak dasar yang senantiasa dimiliki oleh setiap manusia, tak terkecuali seluruh rakyat Indonesia. Menurut Undang - Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama dalam kehidupan. Dengan menjaga kesehatan, manusia dapat memenuhi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dengan

Lebih terperinci

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan TUJUAN a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan c. Melindungi pasiean dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan manusia tidak pernah terlepas dari kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan yang sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kementrian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia dan menjadi suatu hal yang penting untuk dapat menjalankan segala bentuk aktifitas sehari-hari dengan baik. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, berkembang pula akan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV.Yakin adalah perusahaan yang berorientasi pada produksi es batangan (balok) dengan kapasitas produksi kurang lebih 800

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.36 tahun 2009 yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keinginan dan harapan setiap orang yaitu memiliki kesehatan yang baik, tingkat kemakmuran seseorang sehingga dapat terus berkarya dan produktif juga dapat diukur dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa adanya kesehatan yang baik, setiap orang akan mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi setiap manusia, karena dengan tubuh yang sehat setiap manusia dapat hidup produktif baik secara sosial

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan yang baik tentu menjadi keinginan dan harapan setiap orang, selain itu kesehatan dapat menjadi ukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan yang baik tentu menjadi keinginan dan harapan setiap orang, selain itu kesehatan dapat menjadi ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan yang baik tentu menjadi keinginan dan harapan setiap orang, selain itu kesehatan dapat menjadi ukuran tingkat kemakmuran seseorang sehingga dapat terus berkarya

Lebih terperinci

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I PERENCANAAN KEBUTUHAN Proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan bahan medis habis

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, beragam permasalahan kesehatan mulai timbul. Masyarakat mulai khawatir terhadap berbagai penyakit di lingkungan sekitarnya. Akibat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) , Disampaikan oleh Pada tanggal : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) 561038, Fax (0274) 552250, 519052 VISI OBAT DAN MAKANAN AMAN MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu unsur kesejahteraan dan hak asasi manusia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pola pikir masyarakat semakin berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. Demikian juga dalam hal kesehatan, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat itu mahal, kata-kata tersebut sekarang sering terdengar di telinga kita mengingat banyak sekali orang-orang yang terkena berbagai macam penyakit akibat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci