Analisa Proses Pengentalan Susu Evaporasi Pada Berbagai Perlakuan Suhu Dengan Menggunakan Evaporator Vakum Tipe Water Jet. JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Proses Pengentalan Susu Evaporasi Pada Berbagai Perlakuan Suhu Dengan Menggunakan Evaporator Vakum Tipe Water Jet. JURNAL"

Transkripsi

1 Analisa Proses Pengentalan Susu Evaporasi Pada Berbagai Perlakuan Suhu Dengan Menggunakan Evaporator Vakum Tipe Water Jet. JURNAL Oleh : SYAMSUL HUDA JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

2 Analisa Proses Pengentalan Susu Evaporasi Pada Berbagai Perlakuan Suhu Dengan Menggunakan Evaporator Vakum Tipe Water Jet. Oleh : Syamsul Huda Abstrak Susu kental merupakan susu yang diolah melalui proses penguapan hampa. Prosesnya dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu untuk menjaga kestabilan selama proses pengentalan dan penyimpanan. Pemanasan ini penting karena dapat menghancurkan bakteri patogen, sehingga susu kental yang dihasilkan akan steril dan aman bagi konsumen. Mesin evaporator vakum merupakan mesin yang beroperasi pada tekanan vakum atau tekanan di bawah 1 atm, tujuan dari kondisi operasi ini adalah agar proses penguapan dapat berlangsung pada kondisi suhu rendah, sehingga kerusakan yang disebabkan oleh suhu dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui pengaruh perbedaan suhu pengolahan terhadap laju penguapan susu evaporasi dan perubahan sifat fisik susu evaporasi, mengetahui kebutuhan energi mesin penguap vakum pada proses pengentalan susu evaporasi, mengetahui effisiensi dari mesin penguap vakum tipe water jet dengan sistem double jacket. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental atau percobaan dengan menggunakan faktor perlakuan suhu yang terdiri dari 3 level perlakuan masing-masing 50, 55, 60 C. Pada masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan antara lain nilai kadar air susu evaporasi yang dihasilkan berkisar antara 55,35 % - 64,89 % bb. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan suhu 50 C sebesar 67,81 % dan rerata kadar air terendah adalah pada suhu 60 C yaitu sebesar 58,06 %. Rerata berat jenis tertinggi dicapai pada perlakuan suhu 60 C yaitu 1,09 dan yang terendah dicapai pada perlakuan 50 C yaitu 1,07. Rerata viskositas terbesar didapatkan pada suhu 60 C yaitu sebesar 36 cp. Sedangkan viskositas terendah didapatkan pada suhu 50 C yaitu sebesar 12 cp. Rerata rendemen yang terrendah didapatkan pada suhu 60 C yaitu sebesar 22,3 % dan rerata rendemen yang paling tinggi didapatkan pada suhu 50 C yaitu sebesar 36,91 %. Laju penguapan yang didapatkan dari penelitian ini nilai tertinggi didapatkan pada perlakuan suhu 60 C dan yang terendah adalah pada perlakuan suhu 50 C. Jumlah energi total yang terkecil didapatkan pada perlakun suhu 60 C yaitu sebesar 10269,595 kj dan nilai terbesar didapatkan pada suhu 50 C yaitu sebesar 16384,484 kj. Nilai effisiensi terendah terdapat pada suhu 50 C sebesar 23,26 % sedangkan nilai tertinggi terletak pada suhu 60 C sebesar 31,62 %. Kata kunci : Susu Evaporasi, Suhu, Evaporator Vakum, water jet 1

3 Coagulation Process Analysisof Evaporation Milk at Various Treatment of Temperature by using Vacuum Evaporator type Water Jet by : Syamsul Huda Abstract Heavy cream is milk that processed through evaporation process of vacuum condition. The process is done with warm-up beforehand to take care of stability during coagulation process and storage. Warm-up is important because can break pathogenic bacteria, so that heavy cream yielded to be sterile safe and for consumer. Evaporator vacuum machine is machine that operated under vacuum condition (1 atm). The porpose from this condition is evaporation process happened on reduced temperature, so deterioration of food cause by temperature could be reduced. The aims of this research are : To know the effect of different temperature on rate of milk evaporation and physic change evaporated milk, to know the energy required by vacuum evaporator machine, to know the efficiency vacuum evaporation machine type water jet with double jacket system. Method applied in this research is method experiment or attempt by using treatment factor of temperature consisted of 3 level, each treatment 50, 55, 60 C. At each treatment is done 3 times restating. Result of research shows that evaporation milk water content value yielded ranges from 55,35 % - 64,89 % wb. Highest water content average obtained at treatment with temperature 50 C is 67,81 % wb and low water content average is at temperature 60 C that is 58,06 % wb. Highest specific gravity average reached at treatment of temperature 60 C that is 1,09 and low reached at treatment 50 C that is 1,07. The biggest viscosity average got at temperature 60 C that is 36 cp. While low viscosity got at temperature 50 C that is 12 cp. Lowest rendement average got at temperature 60 C that is 22,3 % and highest rendement average got at temperature 50 C that is 36,91 %. Rate evaporation got from this research highest value got at treatment of temperature 60 C and lowest is at treatment of temperature 50 C. The smallest total energies got at treatment temperature 60 C that is 10269,595 kj and the biggest value got at temperature 50 C that is 16384,484 kj. Low efficiency value there is at temperature 50 C 23,26 % while highest value lay in temperature 60 C 31,62 %. Keyword : Evaporation Milk, Temperature, Vacuum Evaporator, Water Jet 2

4 PENDAHULUAN Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan. Susu disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzimenzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. (Astawan, 2006). Susu kental merupakan susu yang diolah melalui proses penguapan hampa. Prosesnya dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu untuk menjaga kestabilan selama proses pengentalan dan penyimpanan. Pemanasan ini sangat penting karena dapat menghancurkan bakteri patogen, sehingga susu kental yang dihasilkan akan steril dan aman bagi konsumen (Shiddieqy, 2006). Mesin evaporator vakum merupakan mesin yang beroperasi pada tekanan vakum atau tekanan di bawah 1 atm, tujuan dari kondisi operasi ini adalah agar proses penguapan dapat berlangsung pada kondisi suhu rendah, sehingga kerusakan yang disebabkan oleh suhu dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui pengaruh perbedaan suhu pengolahan terhadap laju penguapan susu evaporasi dan perubahan sifat fisik susu evaporasi, mengetahui kebutuhan energi mesin penguap vakum pada proses pengentalan susu evaporasi, mengetahui effisiensi dari mesin penguap vakum tipe water jet dengan sistem double jacket. Susu merupakan salah satu bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi, diantaranya protein dengan kandungan yang tinggi, karbohidrat, lemak, vitamin, dan beberapa mineral. Warna susu yang normal bervariasi dari putih keabuabuan sampai kuning kecoklatan tergantung dari jumlah lemak dan bahan padat bukan lemak (Lampert, 1970). Tabel l. Kompisisi Gizi Rata-rata Air Susu* KANDUNGAN SATUAN JUMLAH Air % 88 Lemak % 3.5 Protein % 3.2 Laktosa % 4.3 Ca (mg/100 gr ) 143 P (mg/100 gr ) 60 Fe (mg/1.00 gr ) 1.7 Vitamin A ( N ) 130 Vitamin B (mg/100 g r) 0.03 Vitamin C (mg/100 g r) 1 * Sumber : Judkins and Keener, 1996 Susu kental merupakan susu yang diolah melalui proses penguapan hampa. Prosesnya dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu untuk menjaga kestabilan selama proses pengentalan dan penyimpanan. Pemanasan ini penting karena dapat menghancurkan bakteri patogen, sehingga susu kental yang dihasilkan akan steril dan aman bagi konsumen. Penguapan susu dilakukan pada ruang hampa dengan suhu 77 C. Pada suhu 49 C, fase cair dari produk yang dikentalkan menjadi jenuh dengan laktosa, dan pada waktu susu kental itu didinginkan terjadi larutan jenuh dan kristalisasi (Buckle, et al. 1987). Evaporasi adalah pemindahan sebagian air dari bahan pangan cair dengan mendidihkan uap air. Hal ini meningkatkan kepadatan bahan pangan dan juga mengawetkan dengan berkurangnya water activity. Selama evaporasi berlangsung, panas sensibel dipindahkan dari uap panas ke bahan pangan untuk mencapai suhu titik didih. Panas laten penguapan kemudian di suplai dengan uap panas, untuk membentuk gelembung-gelembung uap. Laju penguapan ditentukan oleh laju pindah panas ke dalam bahan dan laju pindah massa uap dari bahan (Fellow,2000). Evaporasi mengacu pada penguapan larutan melalui titik didihnya sehingga penguapan hanya sampai pada titik didih pelarut dan zat 3

5 yang terlarut. Pada penguapan susu segar suhu yang tinggi dapat menyebabkan perubahan sifat yang merugikan, seperti hilangnya flavor, warna, rasa maupun nilai nutrisinya. Menurut Toledo (1981) besarnya laju penguapan dinyatakan dengan persamaan di bawah ini : mw W = t Dimana mw adalah massa uapan air (kg) dan t adalah waktu (jam) Menurut Suyitno (1988) evaporator adalah alat yang digunakan untuk operasi pemekatan larutan yang dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh suhu tinggi dengan jalan menguapkan sebagian cairan yang ada. Proses penguapan dengan evaporator vakum digunakan pada tekanan rendah atau vakum agar titik didihnya rendah. Cairan akan mendidih jika tekanan dari cairan mencapai tekanan sebesar tekanan disekelilingnya. Kondisi vakum diperlukan untuk mendidihkan cairan pada suhu lebih rendah dan diperoleh dengan cara mekanis yaitu hisapan uap (Steam Jet Ejector), pompa vakum biasanya dikombinasikan dengan kondensor bagi penguap air yang keluar dari evaporator. Teknologi jet air sudah umum digunakan untuk menghisap air pada sumur dalam, pada penggorengan vakum, prinsip tersebut digunakan untuk menghisap gas/udara. Efek kevakuman pada water jet ditimbulkan oleh efek dari perubahan energi tekan fluida menjadi kecepatan melalui sebuah nozzle yang diteruskan ke dalam saluran konvergen divergen (Lastriyanto,1999). Gambar 1. Skema pompa vakum sistem water jet Keunggulan dari teknologi water jet adalah : tidak menggunakan seal, oli bantalan serta elemen gerak lainnya. Kemampuan menghisap tekanan stagnasi minimum yang ditimbulkan mencapai 10 kpa absolut, tekanan ini dipengaruhi oleh debit dan suhu air, head tekanan dan rancangan jet itu sendiri (Lastriyanto, 1999). Alat penguap vakum (vacuum evaporator) digunakan untuk menguapkan bahan-bahan yang peka terhadap suhu tinggi seperti santan atau susu. Alat ini dipakai bila menginginkan penguapan secara tepat dan tekanan pada bahan tetap dipertahankan lebih rendah dari 1 atmosfer. Kevakuman ini menyebabkan perbedaan suhu antara uap dan bahan akan meningkat sehingga bahan pelarut pada bahan dapat mendidih dengan suhu relatif lebih rendah, sehingga akan meminimalkan kerusakan akibat pemanasan (Fellow,1995). Pada penguap vakum, proses penguapan akan dilakukan pada ruang tertutup dengan kondisi tekanan yang rendah sehingga suhu penguapan menjadi rendah pula. Untuk itu diperlukan pula pemvakuman dari Water Jet. Agar beban pompa vakum dapat dikurangi, uap air yang dibebaskan dari penguapan diembunkan dengan kondensor pendingin air (Lastriyanto,1998). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008 bertempat di Laboratorium Teknik Prosesing Hasil Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Alat yang digunakan antara lain adalah : Mesin penguap vakum tipe water jet, Penampung kondensat, Gelas ukur, Termokontrol,Termometer air raksa Timbangan digital, Stopwatch, Viscometer, Kulkas, kwh meter, Moisture Tester. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Susu segar yang diambil dari Koperasi Unit Desa Dau, Air, LPG. 4

6 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan faktor perlakuan suhu yang terdiri dari 3 level perlakuan masing-masing 50, 55, 60 C. Pada masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Data hasil penelitian dianalisa secara matematis dan disajikan dalam bentuk grafik kemudian. Analisa yang dilakukan meliputi analisa sifat fisik susu hasil evaporasi dan analisa teknik yang terdiri dari laju penguapan dan effisiensi energi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu Penelitian Pendahuluan dan Penelitian Lanjutan. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk melakukan percobaan dalam menentukan tahapan proses, suhu yang digunakan dan untuk mengetahui kinerja keseluruhan alat. Dari penelitian pendahuluan kemudian digunakan untuk penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan dilakukan untuk mempelajari pengaruh perlakuan penggunaan suhu operasi terhadap hasil dari susu evaporasi, rendemen dan perubahan kadar air susu dan laju evaporasi susu serta kebutuhan energi evaporator vakum. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar Air Nilai kadar air susu evaporasi yang dihasilkan akibat perlakuan suhu evaporasi berkisar antara % % bb. Sedangkan nilai rerata kadar air awal bahan baku susu segar sebesar % %). Rerata kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan suhu 50 C sebesar % dan rerata kadar air terendah adalah pada suhu 60 C yaitu sebesar %. Menurut Buckle, (1987) kadar air susu evaporasi adalah 74.5 %. Kadar air cenderung menurun dengan bertambahnya suhu perlakuan, karena selama proses penguapan suhu yang lebih tinggi akan mempengaruhi kecepatan evaporasi sehingga kandungan air yang terdapat pada susu teruapkan lebih banyak. Fellow, (1995) menyatakan bahwa pemanasan pada bahan pangan menyebabkan penurunan kadar air bahan pangan sebagai akibat dari terjadinya proses penguapan selama pemanasan berlangsung. 2. Berat Jenis Berat jenis susu evaporasi susu yang dihasilkan dari penilitian ini berkisar antara , sedangkan rerata berat jenis bahan baku susu segar adalah antara Dari hasil penelitian, rerata berat jenis tertinggi dicapai pada perlakuan suhu 60 C yaitu 1.09 dan yang terendah dicapai pada perlakuan 50 C yaitu Berat jenis akan meningkat dengan bertambahnya suhu karena kadar air menurun dengan semakin meningkatnya suhu penguapan. Hal ini dikarenakan selama proses evaporasi jumlah padatan pada bahan akan meningkat seiring dengan berkurangnya jumlah air bahan. Dengan meningkatnya jumlah padatan ini, maka densitas bahan akan semakin meningkat sehingga berat jenis bahan akan bertambah. Berat jenis adalah rasio dari densitas suatu bahan terhadap densitas standar (aquadest) pada suhu dan tekanan yang standar (pada suhu 25 C dan tekanan atmosfer). Menurut Wijaya dkk, (1997). Berat jenis ditentukan oleh berat molekul dan komponen-komponen penyusun bahan baku atau produk. Semakin tinggi berat molekul dan komponen penyusunnya maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya. 3. Viskositas Viskositas adalah merupakan parameter penting pada proses evaporasi, viskositas akan meningkat proporsional dengan kandungan bahan kering (Walstra, et al, 1999). Dengan menurunnya kadar air susu evaporasi mengakibatkan viskositas susu evaporasi semakin tinggi. Viskositas yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kisaran antara cp, sedangkan rerata viskositas bahan baku susu segar adalah sebesar 5

7 6.3 cp. Rerata viskositas terbesar didapatkan pada suhu 60 C yaitu sebesar 28.6 cp. Sedangkan viskositas terendah didapatkan pada suhu 50 C yaitu sebesar 13.3 cp. Peningkatan viskositas susu evaporasi disebabkan karena pengurangan kadar air oleh penguapan pada susu segar sehingga susu segar semakin pekat dan daya perlawanan atau geseran semakin besar yang akan merubah viskositas bahan menjadi kental. Viskositas akan meningkat dengan bertambahnya suhu penguapan karena kadar air menurun dengan meningkatnya suhu penguapan. Meningkatnya viskositas disebabkan karena adanya penguapan kandungan air pada susu selama proses (terjadinya proses pengentalan). Pengentalan adalah proses dimana terjadi kenaikan viskositas suatu cairan, viskositas adalah ukuran sifat cair dari zat cair. Viskositas (cp) ,3 17, Suhu ( C) 28,6 Gambar 2. Grafik Hubungan Rerata Viskositas Susu Evaporasi Terhadap Suhu Penguapan. 4. Rendemen Rerata rendemen yang paling rendah didapatkan pada suhu 60 C yaitu sebesar 22.3 % dan rerata rendemen yang paling tinggi didapatkan pada suhu 50 C yaitu sebesar %. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu penguapan maka akan meningkatkan laju penguapan sehingga prosentase bahan yang tertinggal menjadi lebih sedikit, sebaliknya apabila suhu semakin rendah maka laju penguapan akan turun sehingga prosentase bahan yang tertinggal akan menjadi lebih besar. 5. Laju Penguapan Laju penguapan yang didapatkan dari penelitian ini nilai tertinggi didapatkan pada perlakuan suhu 60 C dan yang terendah adalah pada perlakuan suhu 50 C, atau dapat dikatakan pada perlakuan 60 C lebih cepat menguapkan bahan dibandingkan pada perlakuan 50 C. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada suatu bahan akan cepat menguap dengan bertambahnya suhu. Dengan pemakaian suhu yang lebih tinggi maka akan meningkatkan kecepatan penguapannya. Laju Penguapan (kg/jam) 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0, Waktu (menit) 50 C 55 C 60 C Gambar 3. Grafik hubungan antara rerata Laju Penguapan dengan Waktu pada masing-masing Suhu Perlakuan Laju penguapan air bahan merupakan jumlah air yang dapat diuapkan secara simultan oleh mesin penguap vakum dalam satu satuan waktu. Laju penguapan akan menunjukkan kemampuan mesin untuk menguapkan air dengan menggunakan energi panas yang berasal dari energi panas LPG dan laju penguapan ditentukan baik oleh laju perpindahan panas ke dalam bahan dan laju pidah massa uap air dari bahan pangan. Sedangkan menurut Wirakartakusumah, (1989) penguapan terjadi pada titik didih cairan. Apabila perbedaan suhu antara medium pemanas dengan cairan yang dipanaskan kecil, maka kecepatan pindah panas akan menurun sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai titik didih cairan menjadi lebih lama, yang menyebabkan penguapan (pindah massa) berlangsung lebih lama jika dibandingkan dengan perbedaan suhu 6

8 yang lebih besar pada tekanan yang sama. 6. Suhu Bahan Pada mesin penguap vakum ini suhu yang digunakan selama proses penguapan dapat dikendalikan dengan pengatur panas yang terletak di dalam kontrol panel, dimana cara kerja dari alat tersebut adalah, dengan mengatur besar kecilnya suplai gas yang digunakan. Suhu dikendalikan dengan mengatur aliran bahan bakar sistem bypass melalui solenoid yang dioperasikan secara otomatis oleh suhu kontroller elektris dengan sensor Termokopel (Lastriyanto, 1998). Pada penelitian ini proses penguapan susu menggunakan cara Batch Evaporator, dengan menggunakan sistem Double Jacket, dimana pada ruang penguapan susu segar yang dimasukkan tidak bersentuhan langsung dengan media pemanas, akan tetapi melalui perantara fluida yaitu berupa air. Hal ini ditujukan agar susu tidak mengalami over heat atau terlalu panas yang akan menyebabkan penurunan kualitas pada produk jadi dan juga untuk meratakan panas ke seluruh permukaan bahan. Pada penelitian ini semakin rendah suhu yang digunakan maka akan semakin lama waktu yang digunakan. Pada suhu 50 C rerata waktu yang diperlukan adalah 203 menit, suhu 55 C adalah 176 menit dan pada suhu 60 C adalah 123 menit Besarnya suhu juga sangat dipengaruhi oleh besarnya tekanan, dimana pada peneltitian ini tekanan yang digunakan adalah tekanan vakum, semakin tinggi tekanan maka titik didih air semakin tinggi sebaliknya semakin rendah tekanan maka titik didih air akan semakin rendah. 7. Suhu Kondensat Pada saat proses penguapan, uap panas dihisap dan didinginkan melalui kondensor, dimana di dalam kondensor uap panas akan didinginkan dengan mekanisme kondensor tipe konsentrik yang terdapat dua lapisan, lapisan dalam berupa stainless stell dan lapisan luar berupa pipa tembaga diantara dua lapisan tersebut terdapat media pendingin berupa air. Sehingga uap panas akan kembali menjadi air yang bersuhu 26 C-31 C.Proses pendinginan ini ditujukan untuk mengurangi beban pompa selama proses penguapan, apabila uap panas langsung dihisap tanpa didinginkan maka akan mengakibatkan pompa vakum cepat rusak. Peristiwa yang terjadi didalam kondensor adalah proses kondensasi, dimana uap panas dirubah wujudnya menjadi air. Dimana pada penelitian ini kondensat yang dihasilkan dijadikan ukuran kapan proses penguapan akan selesai dilaksanakan. Kondensor yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : unit pendingin uap panas dan penampung kondensat. Pendingin uap panas terdiri dari media pendingin yaitu air yang disirkulasikan oleh pompa dan pipa tembaga sebagai tempat saluran uap air panas. Pemilihan bahan tembaga adalah untuk mendapatkan koefisien pindah panas konduksi yang relatif besar. Dengan demikian proses pertukaran antara uap panas dengan media air pendingin bisa berlangsung dengan baik (Dwi Argo dkk, 2002). Dari hail penelitian semakin lama proses maka suhu kondensat akan mengalami kenaikan. Hal ini berhubungan dengan beban kondensasi yang ditanggung oleh air kondensasi yang bersirkulasi. Dengan bertambahnya waktu proses yang diikuti oleh kenaikan suhu kondensat, maka akan berakibat pada penurunan densitas dan kelembaban air pendingin, sehingga akan menurunkan effisiensi dari mesin penguap vakum. 8. Tekanan Tekanan yang diperoleh pada penelitian ini relatif konstan yaitu berkisar antara 6.33 kpa-8 kpa Absolut ( cmhg). Selama penguapan terjadi perubahan tekanan yang disebabkan oleh perubahan suhu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 7

9 perubahan tekanan merupakan fungsi dari kenaikan suhu. Tekanan dari suatu sistem adalah gaya yang dihasilkan oleh sistem tersebut pada satuan luas dari batas-batasnya. Unit yang digunakan untuk membangkitkan tekanan vakum adalah berasal dari unit ejektor yang berupa saluran konvergen divergen. Pemanfaatan ejektor sebagai komponen pembangkit ruang vakum sangat cocok untuk mesin penguap vakum, karena sistem pemvakuman dengan ejektor tersebut tidak memerlukan elemen penggerak seperti pada pompa vakum mekanis. Berdasarkan penelitian sebelumnya debit aliran udara dan uap air yang terhisap oleh efek dari ejektor mempunyai hubungan yang signifikan pada kombinasi jumlah ejektor dan suhu (Dwi Argo dkk. 2002). 9. Energi Energi yang diperlukan untuk menguapkan bahan pada penelitian ini adalah berasal dari energi panas kompor LPG dan energi mekanis yang berasal dari pompa air yang merupakan energi listrik, kebutuhan energi panas dan mekanis dihitung dengan cara mengukur konsumsi gas persatuan waktu dan menghitung jumlah putaran pada kwh meter. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin rendah suhu penguapan maka jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat. Hal ini dikarenakan dengan semakin rendahnya suhu maka waktu yang diperlukan untuk proses penguapan akan semakin lama. Pada penelitian ini waktu yang dibutuhkan untuk proses evaporasi pada masing-masing perlakuan adalah berbeda karena paremeter yang digunakan adalah jumlah kondensat yang dikeluarkan dari bahan. Jumlah energi yang dibutuhkan berkaitan erat dengan suhu penguapan, karena suhu sangat berperan penting dalam proses pindah panas dan massa pada saat penguapan, dimana semakin rendah suhu maka proses penguapan akan berjalan lebih lambat, sehingga energi yang dibutuhkan akan lebih besar. Energi Total (kj/kg) Waktu (menit) 50 C 55 C 60 C Gambar 4. Grafik Hubungan antara Rerata Energi Total dengan Waktu pada masing-masing perlakuan Output energi yang berupa Energi Penguapan diperoleh dengan mengalikan jumlah uapan air bahan pada setiap proses penguapan per satuan waktu dengan Entalphi fase uap (Hfg) pada suhu proses. Dimana paremeter yang digunakan untuk mengitung entalphi adalah tekanan. Entalphi fase uap (Hfg) pada masingmasing tekanan adalah tekanan 8 kpa Absolut kj/kg dan tekanan 6.33 kpa Absolut kj/kg. Energi Penguapan (kj) Waktu (menit) 50 C 55 C 60 C Gambar 5. Grafik Hubungan antara rerata Energi Penguapan dengan Waktu pada masing-masing perlakuan Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu penguapan maka energi penguapan akan semakin besar, ini disebabkan karena dengan bertambahnya suhu maka jumlah uapan air yang dilkeluarkan dari bahan juga akan meningkat. Pada saat proses penguapan dikenal ada dua jenis panas 8

10 yang pertama adalah panas sensibel yaitu panas yang dipindahkan dari medium pemanas ke bahan pangan, panas ini digunakan untuk menaikkan suhu bahan sampai pada titik didihnya. Panas sensibel merupakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air menjadi suhu penguapannya.yang kedua adalah panas laten yaitu panas yang timbul setelah bahan mencapi titik didihnya sehingga tekanan uap akan meningkat dan akan membentuk gelembung cairan. 10. Effisiensi Mesin Penguap Vakum Pada penelitian ini effisiensi dibagi menjadi dua macam yaitu effisiensi energi panas yang didapatkan dengan membandingkan antara energi uapan air yang diperoleh dengan energi panas yang berasal dari LPG, yang kedua adalah effisiensi energi total yang didapatkan dengan membandingkan energi uapan yang diperoleh dengan energi total (energi panas dan mekanis) yang diperlukan. Effisiensi Total (% ) ,26 24, Suhu ( C) 31,62 Gambar 6. Grafik nilai rerata Effisiensi Energi Total pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai effisiensi terendah terdapat pada suhu 50 C sebesar % sedangkan nilai tertinggi terletak pada suhu 60 C sebesar %. Dimana waktu rata-rata yang dibutuhkan pada masing-masing suhu adalah T 50 C selama 203 menit dan T 60 C selama 123 menit, besarnya nilai efisiensi suatu mesin sangat erat kaitannya dengan waktu yang digunakan untuk melakukan proses. Dimana semakin lama waktu maka nilai effisiensinya akan semakin kecil karena jumlah energi yang dibutuhkan akan semakin besar. Salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya effisiensi adalah keadaan bahan yang diproses dalam hal ini adalah kadar air, dimana semakin tinggi nilai kadar air maka jumlah energi untuk menguapkan bahan persatuan waktu akan semakin besar sehingga akan menurunkan effisiensi. Data penelitian selengkapnya dapat diilihat pada lampiran. KESIMPULAN Nilai laju penguapan tertinggi pada penelitian ini didapatkan pada suhu 60 C dan menghasilkan nilai kadar air 58 % bb, sedangkan laju penguapan terendah didapatkan pada suhu 50 C menghasilkan kadar air % bb. Dapat dinyatakan bahwa dengan bertambahnya suhu penguapan maka akan meningkatkan laju penguapan diikuti oleh perubahan nilai kadar air. Rerata viskositas terendah didapatkan pada suhu 50 C yaitu 13.3 cp dan nilai tertinggi didapatkan pada suhu 60 C yaitu 28.6 cp. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suhu penguapan akan diikuti oleh perubahan viskositas susu evaporasi. Nilai rerata berat jenis tertinggi adalah 1.09 pada suhu 60 C, sedangkan rerata berat jenis terendah adalah 1.07 pada suhu 50 C. Dapat dikatakan bahwa peningkatan suhu penguapan akan diikuti peningkatan berat jenis. Dimana peningkatan nilai berat jenis menunjukkan peningkatan jumlah padatan terlarut dalam susu evaporasi. Nilai rerata rendemen tertinggi diperoleh pada suhu 60 C sebesar 9

11 32 % dan nilai rerata rendemen terendah adalah pada suhu 50 C sebesar 25.5 %. Dari nilai tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan suhu penguapan akan mempengaruhi nilai rendemen suatu produk. Hubungan antara peningkatan suhu penguapan dan rendemen adalah berbanding terbalik. Rerata nilai energi total pada masing-masing suhu adalah suhu 50 C sebesar kj, suhu 55 C sebesar kj, dan suhu 60 C sebesar kj. Dari nilai tersebut dapat kita lihat bahwa peningkatan suhu penguapan cenderung diikuti oleh penurunan kebutuhan total energi untuk menguapkan bahan. Nilai effisiensi energi total tertinggi pada penelitian ini adalah pada suhu 60 C sebesar %, sedangkan effisiensi terendah adalah pada suhu 50 C sebesar %. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa mesin penguap vakum pada penelitian ini sudah cukup baik apabila digunakan untuk proses pengolahan untuk jenis bahan yang lain. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk jenis komoditi yang lain, terutama bahan makanan yang sensitif terhadap suhu pengolahan Perlu dilakukan analisa terhadap kandungan susu evaporasi. DAFTAR PUSTAKA Astawan Made, Prof Dr Ir MS Proses UHT: Upaya Penyelamatan Gizi Pada Susu. WASPADA Online Buckle, K. A; R. A. Edward G H. Fleet and M Wootan Food Science Typesed Etching. Pty. Ltd Brishbane. Australia Dwi Argo, B. Sudarminto. Lastriyanto A Rekayasa Mesin Penggoreng Hampa Semi Kontinyu dan Penerapannya Pada Industri Keripik Buah. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik Volume 14 April Universitas Brawijaya. Malang Earle, R. L Unit Operatioin in Food Processing. Ellis Howard Limited, England Fellow, P. J Food Processing Technology. Ellis Howard Limited. England Lampert, L. M., Modern Dairy Product. Chemical Publishing Company, Inc. New York. Lastriyanto, A Peralatan Pasca Panen dan Industri Pengolahan Hortikultura (Kajian Khusus : Peralatan Industri Pengolahan Hortikultura dengan Tekanan Rendah Berbasis Teknologi Jet Air/Water Jet). Makalah Seminar Nasional Pengembangan Usaha Agroindustri Peluang dan Tantangan. BPPT. Jakarta Shiddieqy M. Ikhsan Teknologi Pengolahan Susu. rakyat.com/ Suyitno Satuan Operasi. PAU Pangan dan Gizi Universitas Gajahmada. Yogyakarta Toledo, R.T Fundamental of Food Process Engineering. AVI Publishing Co. New York Walstra, P. and Jones. R Dairy Chemistry and Physics. John Wiley and Sons. New York 10

12 Winarno, F. G Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta Winarno, F. G. S. Fardiaz, D Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta. LAMPIRAN 1. Sifat fisik susu Evaporasi A. Data penurunan kadar air (%bb) No Suhu ( C) Ulangan Rerata 2. Grafik Kadar Air (%bb) ,81 63,752 58, Suhu Penguapan ( C) ,212 69,89 65,35 67, ,706 64,04 60,51 63, ,637 55,35 58,032 58,006 B. Data viskositas susu evaporasi (cp) No Suhu ( C) Ulangan Rerata , , , ,6 C. Data berat jenis susu evaporasi No ] Suhu ( C) Ulangan Rerata ,08 1,07 1,08 1, ,08 1,08 1,10 1, ,08 1,09 1,10 1,09 Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Rerata Kadar Air dengan Suhu Penguapan Berat Jenis 1,095 1,09 1,085 1,08 1,075 1,07 1,065 1,06 Berat jenis Suhu ( C) Gambar 8. Grafik Hubungan antara Rerata Berat Jenis dengan Perubahan Kadar Air Susu Evaporasi akibat perlakuan suhu penguapan. Rendemen (%) ,9 28, Suhu ( C) 25,5 Gambar 9. Grafik Hubungan antara rerata Prosentase Rendemen dengan Suhu Perlakuan 11

13 Suhu Bahan ( C) Waktu( menit) 50 C 55 C 60 C Gambar 10. Grafik Hubungan antara rerata Suhu Bahan dengan Waktu pada masing-masing perlakuan Suhu Kondensat ( C) C 55 C 60 C Effisiensi Panas (%) ,43 46, Suhu ( C) 63,61 Gambar 13. Grafik nilai rerata Effisiensi Energi Panas pada masingmasing perlakuan. Gambar. 14 Gambar Mesin Penguap Vakum Tipe Water Jet Waktu (menit) Gambar 11. Grafik Hubungan antara rerata Suhu kondensat dengan waktu pada masing-masing Perlakuan. Tekanan Absolut (kpa) 8,0 7,8 7,6 7,4 7,2 7,0 6,8 6,6 6,4 6,2 6, Waktu (menit) 50 C 55 C 60 C Gambar 12. Grafik hubungan antara rerata Tekanan Absolut dengan Waktu pada masing-masing perlakuan. 12

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Soal 1 Single effect evaporator menguapkan larutan 10% padatan menjadi 30% padatan dg laju 250 kg feed per jam. Tekanan dalam evaporator 77 kpa absolute, & steam tersedia dg

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi.

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. EVAPORAI uatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan yang tinggal mempunyai konsentrasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB M A S U D E F F E N D I Pendahuluan Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

KAJI PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN VACUUM EVAPORATOR PENURUN KADAR AIR MADU KAPASITAS 50 LITER

KAJI PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN VACUUM EVAPORATOR PENURUN KADAR AIR MADU KAPASITAS 50 LITER KAJI PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN VACUUM EVAPORATOR PENURUN KADAR AIR MADU KAPASITAS 50 LITER Angga Islam Darmawan 1, Nazaruddin 2 Laboratorium Hidrolik dan Pneumatik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Tongkol Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan

Lebih terperinci

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Disusun oleh : Iqbal Safirul Barqi 2308 100 151 Muhammad Fauzi 2308 100 176 Dosen

Lebih terperinci

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM Oleh: ASEP SUPRIATNA F14101008 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI PERFORMANSI DAN

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2011 THE OUTLINE PENDAHULUAN PENGGARAMAN REFERENCES 2 METODE

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Technical Paper Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Performance of Cassava Chip Drying Sandi Asmara 1 dan Warji 2 Abstract Lampung Province is the largest producer of cassava in Indonesia. Cassava has a

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Arang Batok dan Asap Cair, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan kimia distilat

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N KONSEP DASAR PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dasar pengeringan dan proses Sub Pokok Bahasan Konsep dasar pengeringan Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari \ Menentukan koefisien transfer massa optimum aweiica BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Proses pengeringan adalah perpindahan masa dari suatu bahan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER LAPORAN TUGAS AKHIR PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER (GRAIN DRYING WITH THE IMPLEMENTATION OF DCS IN THE ROTARY DRYER) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 24-36

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 1, Februari 2015, 24-36 Uji Performansi dan Keseimbangan Massa Evaporator Vakum Double Jacket Tipe Water Jet dalam Proses Pengolahan Gula Merah Tebu (Saccharum officinarum L.) Ahmad Muhlisin *, Yusuf Hendrawan dan Rini Yulianingsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA 3.1. Deskripsi Alat Adsorpsi Alat adsorpsi yang diuji memiliki beberapa komponan utama, yaitu: adsorber, evaporator, kondenser, dan reservoir (gbr. 3.1). Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi i Tinjauan Mata Kuliah P roses pengolahan pangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu kala, manusia mengenal makanan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB VI KANDUNGAN AIR

BAB VI KANDUNGAN AIR SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB VI KANDUNGAN AIR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP PADA UNIT PEMBEKUAN DI PT MITRATANI DUA TUJUH, JEMBER Oleh : KHAFID SUDRAJAT F14103081 Di bawah bimbingan : Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr SISTEM REFRIGERASI

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING)

Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) Penggorengan (frying): Adalah Proses panas yang menggunakan minyak sebagai media pindah panas, suhu yang digunakan 160-185 o C Ilustrasi Perubahan

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif cukup rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100 o C) dengan tujuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Properti Termodinamika Refrigeran Untuk menduga sifat-sifat termofisik masing-masing refrigeran dibutuhkan data-data termodinamik yang diambil dari program REFPROP 6.. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Proses penggorengan hampa keripik ikan tongkol dilakukan di UKM Mekar Sari,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju uap (parallel

Lebih terperinci

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05 Edisi Spesial 2016 128 PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Aneka Firdaus Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK S14 PENERAPAN MODEL MATEMATIKA PENGUAPAN AIR KERIPIK SUKUN SELAMA DALAM PROSES PENGGORENGAN PADA TEKANAN HAMPA UDARA Muhammad Akbar 1), Kadirman 2), dan Jamaluddin 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Tugas khusus Adi Kunchoro

Tugas khusus Adi Kunchoro Tugas khusus Adi Kunchoro 03111003045 EJEKTOR A. Fungsi Ejektor Ejektor merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan udara atau gas gas yang tidak dapat dikondensasikan di tempat-tempat vakum. Ejektor

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN Mochtar Asroni, Basuki Widodo, Dwi Bakti S Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE Ir. Syawalludin,MM,MT 1.,Muhaemin 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Faldian 1, Pratikto 2, Andriyanto Setyawan 3, Daru Sugati 4 Politeknik Negeri Bandung 1,2,3 andriyanto@polban.ac.id

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining

Lebih terperinci

Proses Evaporasi Pada Pembuatan Pasta Buah Naga Merah

Proses Evaporasi Pada Pembuatan Pasta Buah Naga Merah Tugas akhir mata kuliah Prinsip Teknologi Pangan Proses Evaporasi Pada Pembuatan Pasta Buah Naga Merah Vicky Viriani NIM: 203138831034951 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Hayati, Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Perpindahan Kalor 2.1.1. Umum Penukaran Kalor sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari dan juga di gedung dan industri. Contoh kegiatan penukaran kalor dalam

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa

Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa POLITEKNOSAINS, Vol. XVII, No 1, Maret 2018 55 Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa Yusuf Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Negeri Ketapang

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA Jurusan Teknik Elektro, Fakultas. Teknik, Universitas Negeri Semarang Email:ulfaharief@yahoo.com,

Lebih terperinci