BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengenalan Bab Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumen khususnya dalam Seksi Perparkiran yang mengelola retribusi parkir pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman. Bab ini juga mendeskripsikan mengenai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menjelaskan profil objek penelitian yang digunakan oleh peneliti. Di bagian akhir bab ini, peneliti juga melampirkan transkrip wawancara dengan narasumber, yakni Bapak Bapak Bambang Sumedi Laksono,S.E.,M.M selaku Ketua Seksi Perparkiran dan bapak Sarwiji yang merupakan staf Seksi Perparkiran Dishubkominfo Kabupaten Sleman, Bapak Sulton Fatoni selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, dan Bapak Tarno selaku juru parkir. 4.2 Profil Objek Penelitian Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman terletak di Jalan KRT. Pringgodiningrat No. 70, Beran, Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Perhubungan sudah ada sejak September 1945 yakni pada awal kemerdekaan. Sedangkan untuk bagian komunikasi dan informatika diawali dengan adanya 69

2 Departemen Penerangan pada Saat Departemen Penerangan dilikuidasi kemudian dibentuklah Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi pad yang kemudian pada 2005 diubah menjadi Departemen Komunikasi dan Informatika. Pada 2009, kelembagaan urusan komunikasi dan informatika dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga saat ini. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman ini berfungsi sebagai pelaksana Pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati melalu Sekretaris Daerah (Perhubungan & Informatika, 2014). Adapun tugas dari Dishubkominfo yakni melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, Dishubkominfo memiliki fungsi sebagai berikut : - Perumusan kebijaksanaan teknis bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; - Pelaksanaan tugas bidang perhubungan,komunikasi dan informatika; - Penyelenggaraan pelayanan umum bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; - Pembinaan dan pengembangan bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; 70

3 - Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dishubkominfo Selain fungsi di atas, dalam pelaksanaannya Dishubkominfo juga menghimpun beberapa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang nantinya akan disetorkan kepada kas daerah guna dikelola dan digunakan sebagai pembiayaan daerah. Adapun menurut buku profil tahun yang dikeluarkan oleh Dishubkominfo, ada beberapa pendapatan yang dikelola yaitu : - Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum - Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor - Retribusi Menara Telekomunikasi - Retribusi Terminal - Retribusi Ijin Trayek Dalam komponen pendapatan yang ada, peneliti hanya mengulas tentang pendapatan retribusi parkir yang memang berhubungan dengan topik penelitian. Pendapatan retribusi parkir sendiri merupakan salah satu komponen pendapatan yang naik secara signifikan yaitu hampir 2 kali lipat, dilihat dari pendapatan yang diperoleh tahun 2012 sebesar Rp naik menjadi Rp pada tahun

4 Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari buku profil tahun (Perhubungan & Informatika), maka secara grafik, pendapatan yang dikelola Dishubkominfo adalah sebagai berikut : 1,800,000,000 1,600,000,000 1,400,000,000 GRAFIK 4.1. DATA PAD DISHUBKOMINFO KABUPATEN SLEMAN Jumlah Pendapatan 1,200,000,000 1,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum 408,147,00 431,405,00 832,399,00 1,050,970, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 970,130,50 1,188,484, 1,283,539, 1,332,418,0 Retribusi Menara Telekomunikasi - - 1,029,853, 1,527,778,5 Retribusi Terminal 245,542,70 402,796,80 425,495,50 417,676,500 Retribusi Ijin Trayek/Insidentil 6,815,000 1,750, , ,000 Retribusi Tempat Khusus Parkir ,372,00 Sumber : Buku Profil Dishubkominfo ( ) 72

5 Dilihat dari data tersebut, bukan tidak mungkin pendapatan atas retribusi parkir akan meningkat pada tahun berikutnya. Namun peningkatan tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap optimalisasi kinerja pengendalian yang dilakukan seksi perparkiran khususnya, apabila dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di lapangan masih banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi. Oleh karena itu kenaikan hendaknya diiringi degan adanya pengendalian yang optimal. Karena dengan adanya peningkatan pendapatan dan upaya pengendalian sudah optimal, berarti bahwa Dishubkominfo dapat menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Sleman yang cukup berpotensi kedepannya. Kenaikan tersebut juga dapat digunakan untuk menutupi penurunan pendapatan yang terjadi pada retribusi ijin trayek. Sehingga dengan adanya kenaikan pendapatan atas retribusi parkir dan pengendalian yang optimal dalam pengelolaan parkir guna mengurangi fraud di lapangan, kinerja seksi perparkiran baru dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan retribusi parkir yang dihasilkan Komposisi Sumber Daya Manusia Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Dalam pelaksanaan kegiatannya Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman didukung oleh sumber daya aparatur sejumlah 105 orang, terdiri atas 19 pejabat struktural, 13 pejabat fungsional, dan 73 staf. Adapun 73

6 staf yang bertanggungjawab mengelola perparkiran hanya 5 orang, terdiri dari 1 kepala seksi dan 4 anggota (Perhubungan & Informatika, 2014). Dari data yang peneliti temukan di lapangan dengan jumlah SDM yang terbatas, seksi perparkiran khususnya belum menerapkan pembagian tugas secara optimal, dikarenakan permasalahan yang ada tidak sebanding dengan SDM yang tersedia. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bambang Sumedi selaku ketua seksi perparkiran dalam wawancara pada 23 Desember 2015, menyatakan bahwa banyaknya pelanggaran yang terjadi tidak sesuai dengan jumlah SDM yang dimiliki. (Sumedi, 2015 a). Hal yang sama mengenai minimnya SDM juga disampaikan oleh Bapak Sulton Fatoni selaku kepala Bidang Lalu Lintas pada wawancara tanggal 29 Januari 2016, yang menyatakan bahwa banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam perparkiran ini dikarenakan kurangnya jumlah SDM (Fatoni, 2016). Dengan adanya kepentingan pelayanan kepada masyarakat dan permasalahan yang dihadapi dalam perparkiran ini, Dishubkominfo harus memiliki struktur pengendalian yang baik, secara keseluruhan maupun di dalam seksi perparkiran itu sendiri. 4.3 Struktur Pengendalian Dishubkominfo Struktur pengendalian Dishubkominfo dilihat dari struktur organisasi yang terdapat di dalamnya. Struktur organisasi dan kelembagaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman diatur 74

7 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 34 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman. Dishubkominfo berkedudukan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Pengendalian internal Dishubkominfo secara tidak langsung dilaksanakan melalui sub bagian (subbag) perencanaan dan evaluasi. Adapun fungsinya antara lain penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis urusan perencanaan dan evaluasi, pengoordinasian penyusunan rencana kerja, dan penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan dari tiap-tiap seksi yang ada dalam Dishubkominfo. Termasuk di dalamnya terdapat Seksi Perparkiran yang mengelola retribusi parkir. 75

8 GAMBAR

9 Seksi perparkiran dibawahi oleh Kepala Bidang Lalu Lintas. Seksi ini memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengendalian perparkiran di kabupaten Sleman. Seksi perparkiran memiliki 4 orang anggota yang terdiri dari 1 kepala seksi dan 4 orang staf yang bertugas melaksanakan tugas yang ada di dalamnya. Dalam melaksanakan tugas tersebut seksi perparkiran memiliki fungsi sebagai berikut : - Penyusunan rencana kerja Seksi Perparkiran - Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan dan pengendalian perparkiran - Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan perparkiran - Penyelenggaraan pengendalian perparkiran - Penyelenggaraan pelayanan dan pengendalian pengoperasian dan pembangunan fasilitas parkir - Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Seksi Perparkiran. Karena adanya SDM yang terbatas, di dalam seksi perparkiran belum terdapat pengendali internal. Seluruh kegiatannya diawasi oleh kepala seksi dan diotorisasi kepala bidang lalu lintas hingga nantinya disahkan oleh kepala dinas. Menurut penuturan kepala seksi perparkiran bapak Bambang Sumedi, bahwa pengawasan internal hanya dilakukan melalui penyerapan anggaran. Tetapi dari luar Dishubkominfo terdapat badan pengawas seperti inspektorat, BPKP, dan anggota dewan (Sumedi, 2016). 77

10 Dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan pelayanan parkir, pihak Dishubkominfo dibantu oleh juru parkir (jukir). Struktur atas juru parkir tidak terdapat dalam struktur organisasi Dishubkominfo, karena memang mereka bukan bagian dari Disbhukominfo. Juru parkir sendiri dipilih oleh pengelola parkir yang mendaftarkan lokasi usaha parkirnya. Sebelum ditetapkan menjadi juru parkir, pihak Dishubkominfo mengecek administrasi seperti foto dan fotocopy KTP calon juru parkir serta calon juru parkir diundang ke kantor Dishubkominfo untuk dilihat sikap dan perilakunya serta diberikan sosialisasi mengenai peraturan perparkiran. Baru setelah dilakukan pengecekkan, pihak Dishubkominfo memberikan keputusan apakah diizinkan atau tidak. Apabila diizinkan, ia berhak mengelola lahan parkir sesuai dengan surat izin yang berlaku, di bawah pengawasan pengelola parkir dan Dishubkominfo (Sumedi, 2016) Guna menjalankan fungsi-fungsi di atas serta untuk mencapai maksud dan tujuan pengelolaan parkir seperti dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2015, Dishubkominfo memiliki beberapa mekanisme proses perizinan dan pengelolaan retribusi parkir. Mekanisme tersebut digunakan sebagai pengendali aktivitas pada Dishubkominfo dan dapat disebut sebagai upaya pengendalian yang ada pada Dishubkominfo. 4.4 Mekanisme pengendalian Dishubkominfo Fungsi dengan adanya mekanisme tersebut adalah untuk mencegah terjadinya fraud pada pengelolaan retribusi parkir. Dengan adanya mekanisme maka memudahkan pimpinan untuk melakukan pengecekkan 78

11 terhadap proses yang dilakukan. Mengingat pengelolaan retribusi parkri tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo tetapi juga dengan pihak di luar dishubkominfo seperti pengelola parkir dan juru parkir, sehingga dibutuhkan mekanisme pengendalian yang memadai. Mekanisme dalam pengendalian salah satunya dengan diadakannya kegiatan patroli. Mengingat SDM yang dimiliki oleh Dishubkominfo terbatas, maka berdasarkan SK Kepala Dinas dibentuklah tim gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan di lapangan terhadap kegiatan perparkiran yang dilakukan jukir. Beberapa kegiatan yang ditetapkan mekanismenya adalah proses perizinan, penetapan denda, dan pengendalian di luar mekanisme seperti pembentukan tim penertiban dan pengawasan, penertiban menggunakan alat Pengajuan Izin Parkir dan Pelayanan Izin Prosedur pengajuan izin parkir ini disusun berdasarkan SOP yang dibentuk Dishubkominfo yang mengacu pada Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perparkiran. Dalam pasal 16 ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang yang menyelenggarakan fasilitas parkir wajib memiliki izin. Prosedur pengajuan izin parkir oleh Dishubkominfo, bertujuan untuk menegakkan peraturan yang ada sehingga perparkiran menjadi lebih tertib dan tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat dengan adanya pungutan retribusi parkir yang ilegal, tidak berkarcis, atau adanya jual beli lahan parkir. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa 79

12 pengelolaan parkir di lapangan bekerjasama dengan pengelola parkir tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo saja. Dalam proses perizinan pengelola parkir harus mengisi form permohonan terlebih dahulu, dengan melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), foto berwarna, materai, dan denah lokasi yang akan dijadikan sebagai lahan parkir. Form tersebut diserahkan kepada Dishubkominfo dalam hal ini seksi perparkiran dan kemudian akan dilakukan pengecekkan administrasi. Apabila administrasi lengkap maka pihak Dishubkominfo akan melakukan analisis lalu lintas dan mengkaji potensi parkir tersebut. Tetapi apabila administrasi dinilai tidak lengkap, akan dikembalikan kepada pengelola. Adapun analisis lalu lintas menurut Bapak Bambang Sumedi dalam wawancara yang dilakukan pada 31 Desember 2015 pengkajian meliputi bahwa lokasi parkir tidak mengganggu lalu lintas, tidak membuat kemacetan, tidak mengakibatkan resiko kecelakaan dan tersedia lahan untuk melaksanakan kegiatan parkir. Sedangkan pengkajian potensi parkir adalah mengkaji kendaraan yang keluar masuk daerah tersebut, karena jumlah kendaraan tersebut mempengaruhi jumlah yang dibayarkan kepada pemerintah daerah (Sumedi, 2015). Langkah yang dilakukan Dishubkominfo ini sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 44 menjelaskan bahwa dalam penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, pemerintah daerah 80

13 harus memperhatikan rencana umum tata ruang, analisis dampak lalu lintas dan kemudahan bagi pengguna jasa. Setelah dokumen dianalisis, tahap pengambilan keputusan dilakukan oleh Kepala Dishubkominfo. Menurut Bapak Bambang, tugas seksi perparkiran hanya membuat laporan hasil analisis. Dalam hal ini, kepala Dishubkominfo yang berwenang dalam pengambilan keputusan tertinggi, apakah pengajuan izin parkir disetujui atau tidak. Apabila disetujui, maka akan diterbitkan izin parkir yang diberikan kepada pengelola parkir yang berarti bahwa fasilitas parkir dapat diselenggarakan di lokasi tersebut dengan mematuhi aturan yang berlaku dalam Perda Nomor 6 Tahun Sedangkan apabila tidak disetujui, maka fasilitas parkir tidak dapat dilakukan di lokasi tersebut dengan alasan apapun. Izin hanya berlaku untuk satu lokasi fasilitas parkir dan satu penyelenggara fasilitas parkir, berlaku untuk periode 1 tahun dan bisa diperpanjang (Sumedi, 2015 b). Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari Kepala Seksi Perparkiran, peneliti kemudian menyesuaikan hasil tersebut dengan SOP Nomor 974/0458/2015 tentang Pengajuan Izin Parkir dan dalam penerapannya sebagian besar sudah sesuai, dan diharapkan fungsi pengendalian dapat selalu diterapkan agar berjalan dengan baik. 81

14 GAMBAR

15 4.4.2 Prosedur Pengelolaan Retribusi Parkir Berdasarkan penjelasan dari Kepala Seksi Perparkiran Dishubkominfo, Bapak Bambang Sumedi dalam wawancara pada 31 Desember 2015, bahwa pengelolaan parkir dikelola mandiri oleh Dishubkominfo berdasarkan perintah dari pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Dalam pengelolaannya dibagi menjadi dua, yaitu retribusi parkir yang dikelola secara langsung oleh Dishubkominfo atau melalui kerjasama dengan badan atau perorangan, dimana badan atau perorangan tersebut harus mengurus izin terlebih dahulu kepada Dishubkominfo. Badan yang dimaksud adalah organisasi parkir yang menaungi juru parkir dimana biasanya diketuai oleh pengelola parkir, sedangkan perorangan yakni orang pribadi yang melakukan kegiatan parkir dan pemungutan retribusi parkir di lokasi parkir atau biasa disebut sebagai juru parkir (jukir). Retribusi yang dikelola meliputi parkir tepi jalan umum dan tempat khusus parkir. Seksi perparkiran adalah satu-satunya badan yang dapat memungut parkir secara langsung dan sekaligus sebagai penyetor. Selain retribusi parkir tepi jalan umum dan tempat khusus parkir, ada pula pajak parkir yang harus disetorkan kepada Dishubkominfo sebagai pengelola. Dalam penyetorannya, Dishubkominfo dibantu oleh kecamatan agar memudahkan masyarakat, sehingga tidak harus datang ke kantor Dishubkominfo terlebih dahulu. Sebelum disetorkan kepada kas daerah (Sumedi, 2015 b). Berikut skema pengelolaan retribusi parkir pada Dishubkominfo kabupaten Sleman. 83

16 GAMBAR 4.3. PROSEDUR PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR Pemda Kerjasama 1. Badan 2. Perorangan Surat Izin Parkir Dishubkominfo Pemungutan Penyetoran Dikelola Dishubkominfo 1. Parkir di Tepi Jalan 2. Tempat Khusus Parkir Pajak Parkir Parkir di Tepi Jalan Tempat Khusus Parkir Dishubkominfo Dishubkominfo Tugas pembantuan oleh Kecamatan Kas Daerah Sumber : (Sumedi, Prosedur Pengelolaan Parkir, 2015 b) 84

17 4.4.3 Tata Cara Penetapan Sanksi Dalam proses pengelolaan, apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola maupun juru parkir seperti melakukan parkir tanpa karcis, tidak memakai atribut saat parkir, tidak mematuhi tatacara perparkiran, maka pihak Dishubkominfo memberikan sanksi sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Menurut Bapak Bambang Sumedi selaku Kepala Seksi Perparkiran Dishubkominfo dalam wawancara pada 31 Desember 2015 menyatakan bahwa penetapan sanksi dilakukan sesuai dengan Perda Nomor 6 tahun Apabila pengelola parkir tidak mematuhi ketentuan perizinan dan tetap menyelenggarakan fasilitas parkir tanpa karcis, maka akan dikenai sanksi berupa teguran lisan, peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha, hingga penutupan fasilitas parkir. Adapun penegakkan peraturan daerah kabupaten Sleman dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) (Sumedi, 2015 b). Namun demikian, peneliti menilai bahwa penerapan sanksi belum efektif, dikarenakan pelanggaran yang terjadi di lapangan masih banyak, selain itu kegiatan patroli pun belum mencakup seluruh kabupaten Sleman. Menurut data pelanggaran selama tahun 2015, tercatat sebanyak 214 kasus. Perlu adanya evaluasi terhadap penerapan sanksi dan kegiatan patroli yang dilakukan. Supaya pelanggaran dapat ditekan dan pelaksanaan aturan dapat terwujud. 85

18 Uraian di atas mengenai struktur dan mekanisme pengendalian yang dilakukan Dishubkominfo adalah sebagai jawaban atas rumusan masalah pertama dalam penelitian ini. Peneliti menyimpulkan jika ditinjau lebih dalam upaya pengendalian dari sisi struktur dan mekanisme pengendalian saja belum cukup dan belum optimal melihat banyaknya kecurangan sebanyak 214 kasus yang diperoleh dilapangan saat proses penertiban. Sebenarnya pelanggaran yang dilakukan beberapa bukan merupakan pelanggaran berat, namun dibutuhkan pengendalian yang intensif dan rutin. Melihat dari sisi SDM seksi perparkiran yang hanya berjumlah 5 orang, jangan kemudian dijadikan alasan untuk tidak adanya pemisahan tugas. Pemisahan tugas tersebut diadakan untuk menghindari terjadinya fraud internal Dishubkominfo seperti yang sudah ditetapkan pada Sistem Pengendialian Internal Pemerintahan (SPIP). Mekanisme SOP yang diciptakan akan berjalan dengan optimal apabila penerapan sanksi yang ada dipertegas. Adanya tim gabungan dinilai sangat membantu terealisasinya pengelolaan yang baik, jika dilaksanakan secara rutin. Kegiatan sosialisasi dalam patroli ini menjadi penting, sebagai tindak lanjut adanya penertiban oleh tim. Karena melalui kegiatan ini, pengelola parkir menjadi lebih memahami aturan dan sanksi yang harus diterima apabila melakukan pelanggaran. Selain itu penerapan sanksi juga harus tegas untuk menimbulkan efek jera kepada para pelaku pelanggaran sehingga pengelolaan retribusi dan perparkiran dapat semakin baik. 86

19 4.5 Analisis Fraud Triangle Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya fraud dalam pengelolaan retribusi parkir. Pembahasan ini sekaligus menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan (fraud). Faktor-faktor tersebut akan disajikan melalui teori Fraud Triangle yaitu meliputi tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Peneliti menganalisis faktor ini dari juru parkir (dalam penelitian ini yaitu bapak Tarno, juru parkir Jalan Kaliurang Km.13,5 Sleman) yang melaksanakan kegiatan perparkiran di lapangan. Karena peneliti menilai bahwa juru parkir rawan terhadap tindakan fraud karena kedudukannya yang terpisah dari Dishubkominfo sebagai badan pengelola dan penegakkan aturan yang berlaku Tekanan (Pressure) Beberapa hal yang menyebabkan tekanan pada juru parkir sehingga memaksa mereka untuk melakukan pelanggaran antara lain : - Adanya permintaan dari organisasi yang menaunginya untuk menyetorkan sebagian pendapatannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak selalu pengelola parkir melakukan kegiatan pemungutan retribusi di lokasi parkir. Terkadang mereka memiliki staf atau juru parkir sendiri untuk melakukan kegiatan perparkiran dan pemungutan retribusi di lokasi yang sudah berizin. Menurut juru parkir yang 87

20 peneliti temui, ia mengaku harus menyetorkan beberapa persen pendapatan hasil retribusi parkirnya kepada organisasi yang menaunginya, dimana uang yang disetorkan tadi akan digunakan untuk keperluan kampung tempat organisasi tersebut berada, misalnya ada anggota kampung atau anggota organisasi yang sakit, selain itu juga untuk menyetorkan kepada pemuda guna memenuhi kebutuhan pemuda disana. Kita kan sistemnya setor sama kampung sekian, hasilnya nanti nggak disetorkan semua. Nanti yang kerja dapat apa. Kita setor ke organisasi katakanlah 2%. Nah nanti sisanya untuk yang jaga. Di kampung kan nanti uangnya dibagi lagi untuk pemda sama untuk pemuda., ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016). - Pendapatan juru parkir yang tidak sesuai dengan resiko yang terdapat di lokasi parkir. Adanya tekanan yang dirasakan oleh juru parkir dimana ia merasa harus bertanggungjawab atas kehilangan dan masalah lain yang mungkin ditemui saat menjalankan tugasnya dalam mengatur parkir, membuat ia melakukan pelanggaran supaya mendapatkan haknya sebagai orang yang bekerja di lokasi tersebut. Jalan kita yang ngurus, ada apa-apa kita yang ngurus. Misalnya ada penggalian jalan, nah pihak pemda kan nggak mau tau. Nanti yang kerja dapat apa. Kan istilahnya yang jaga itu kan resikonya nyawa ya, ungkap bapak Tarno selaku juru parkir pada wawancara 28 Januari 2016 (Tarno, 2016). 88

21 4.5.2 Peluang (Opportunity) Juru parkir yang melakukan pelanggaran biasanya memang terdapat peluang bagi dirinya untuk melakukan pelanggaran tersebut. Sehingga ia menggunakannya untuk melakukan fraud demi kepentingan dirinya sendiri maupun organisasi yang menaunginya. Beberapa hal yang menimbulkan peluang bagi juru parkir untuk melakukan fraud antara lain: - Kurangnya pengawasan petugas khususnya di malam hari Faktor ini dijadikan juru parkir untuk mel akukan pelanggaran khususnya di malam hari. Juru parkir yang peneliti temui mengaku ia bekerja dibagi menjadi 2 shift dalam sehari. Yaitu pukul WIB dan pukul WIB. Nggak pernah kena penertiban. Yang penting kan kita tiap bulannya udah setor yaudah. Soalnya kalo berdasarkan karcis gitu kan yang rugi kita yang kerja, ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016) - Pengguna jasa parkir yang tidak meminta karcis parkir Para pengguna yang tidak meminta karcis parkir, digunakan oleh juru parkir sebagai peluang bagi dirinya untuk melakukan pelanggaran. Karena dengan tidak diberikannya karcis parkir, maka juru parkir dapat menyalahgunakan karcis tersebut untuk menjaga jumlah setoran kepada pemerintah agar tidak meningkat karena frekuensi kendaraan dinilai tetap. Jadi kalo disini kan kita jarang ngasih karcis to mbak. Masalahnya sini jarang yang minta to mbak. Kalo kita mau ngasih karcis terus, dari sana kan hitungnya karcis to mbak, lha nanti kan otomatis kan kita setor ke pemda naik, yang 89

22 rugi kan nanti kita sendiri. Kita nggak dapet apa-apa., ungkap bapak Tarno selaku juru parkir pada wawancara 28 Januari Kurangnya cakupan wilayah dalam kegiatan penertiban. Saat peneliti melakukan wawancara dengan pak Tarno, beliau mengatakan bahwa tidak pernah menemui ada penertiban di wilayahnya dan ia mengakui tidak pernah terkena penertiban dengan tidak memberikannya karcis kepada pengguna jasa parkir (Tarno, 2016). Hal tersebut didukung dengan pernyataan kepala bidang lalu lintas, Karena kan masyarakat Indonesia itu pengendalian harus intensif sebenarnya. Tapi kan kadang-kadang cuma di Jalan Monjali, jadi kan masyarakat itu hampir cuek. Coba kalo di jalan ini tiap hari ada cegatan tiap hari di jalan mana, banyak lokasi yang dipakai. Jadi kan masyarakat beda. Tapi kan kalo misal operasinya hanya sebulan sekali atau dua kali dan di tempat yang sama itu mungkin kurang efektif. Artinya kurang mampu menjangkau mereka., ungkap bapak Sulton pada wawancara 29 Januari 2016 (Fatoni, 2016). Kurang luasnya cakupan wilayah menurut kepala seksi perparkiran dikarenakan adanya jumlah SDM yang hanya 4 orang. Sedangkan tim gabungan hanya difokuskan di wilayah Depok yang menurut data pelanggaran memiliki tingkat pelanggaran tinggi (Sumedi, 2016). Faktor tersebut menyebabkan peluang bagi juru parkir atas tindakannya yang tidak diketahui oleh tim penertiban karena merasa tidak diawasi. 90

23 4.5.3 Rasionalisasi (Rasionalization) Rasionalisasi merupakan pembenaran yang dilakukan oleh juru parkir atas tindakan fraud yang dilakukannya karena merasa memperoleh hak atas pekerjaannya sebagai juru parkir. Berikut beberapa rasionalisasi yang dilakukan juru parkir atas tindakan fraudnya : - Pengguna jasa yang tidak meminta karcis parkir Faktor ini selain menimbulkan peluang juga dapat dijadikan sebagai rasionalisasi juru parkir atas tindakannya tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa menurut keterangan juru parkir, ia akan memberikan karcis hanya apabila pengguna meminta, jika tidak, maka mereka melakukan pembenaran untuk tidak memberikan karcis. Tapi nek ada orang yang minta ya kita kasih, nek ngggak yo nggak. Nek parkiran besar biasanya pake karcis karena udah ada yang ngelola sendiri, tapi nek kecil kayak gini yo nggak usah nggak papa, ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016) - Adanya kesepakatan bersama dari organisasi. Faktor ini membuat juru parkir lebih yakin bahwa tindakan fraud yang dilakukan benar karena ada dukungan dari organisasi. Dalam kasus parkir tanpa karcis ini, juru parkir mengakui bahwa kesepakatan tersebut sudah disepakati bersama dengan anggota organisasi. Yoo itu kan udah ada kesepakatan dari awal, kita memang sudah sepakat dari awal gitu, ungkap bapak Tarno 91

24 - Juru parkir merasa sudah mematuhi aturan dengan menyetorkan pendapatannya sesuai target tiap bulan kepada pemerintah. Juru parkir membenarkan tindakannya tidak memberikan karcis karena ia menganggap bahwa kepentingan antara dirinya dan Dishubkominfo hanya sebatas izin dan setor pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan. Tanpa memperhatikan bahwa dari karcis itu sebenarnya digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan target pendapatan atas lokasi tersebut, apakah layak dinaikkan atau tidak. Karena penetapan target oleh pemerintah dipertimbangkan dari frekuensi kendaraan yang ada di lokasi parkir (Sumedi, 2016). Yang penting kan kita tiap bulannya udah setor yaudah. Soalnya kalo berdasarkan karcis gitu kan yang rugi kita yang kerja. Karena otomatis kan bakal dinaikkan. Lha nek dinaikkan kita mau makan apa, ke kampung nanti kita nggak bisa. Nah yang kerja kan kita., ungkap bapak Tarno selaku juru parkir (Tarno, 2016). 4.6 Faktor-faktor Penyebab Fraud Triangle Setelah dilakukan analisis menggunakan fraud triangle maka diperoleh hasil mengapa seseorang dalam hal ini juru parkir melakukan kecurangan. Dari analisis di atas peneliti merumuskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fraud triangle pada pelaku : - Faktor kurangnya SDM dan intensitas pengawasan dan penertiban dari petugas Dishubkominfo. 92

25 Kurangnya intensitas pengawasan ini dapat menimbulkan peluang bagi juru parkir khususnya pada malam hari untuk tidak mematuhi aturan yang berlaku karena merasa tidak diawasi. Bapak Sulton selaku kepala bidang lalu lintas mengatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh Dishubkominfo adalah kurangnya SDM, sehingga pengendalian yang dilakukan kurang efektif dan tidak menyeluruh. Sehingga masyarakat kurang merasa diawasi karena intensitas penertiban yang kurang (Fatoni, 2016). - Faktor kurang tegasnya penerapan sanksi oleh Dishubkominfo. Menurut keterangan dari staf perparkiran bahwa pelanggar akan mendapatkan peringatan berupa teguran lisan dan akan dilakukan penahanan KTP jika memang masih melakukan pelanggaran di lapangan (Sarwiji, 2016). Menurut kepala seksi perparkiran, bapak Bambang, bahwa pihak Dishubkominfo masih memperhatikan aspek toleransi dalam penerapan sanksi, bahwa rata-rata juru parkir adalah orang dengan ekonomi lemah sehingga jangan sampai mematikan sumber penghasilan mereka jika sampai menimbulkan penutupan lahan (Sumedi, 2016) - Faktor keterbatasan wewenang bagi Dishubkominfo untuk menindak secara hukum juru parkir yang melakukan fraud. Pengelolaan parkir tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo dengan pihak pengelola parkir saja, tetapi juga ada organisasi yang menaungi juru parkir dimana organisasi tersebut ada yang tidak 93

26 hanya dikelola oleh satu pengelola saja. Oleh karena itu, fraud yang terjadi tidak hanya dikalangan pengelola, tetapi juga juru parkir yang ada di lapangan, dan karena adanya keterbatasan wewenang seksi perparkiran Dishubkominfo untuk menindak lebih lanjut dalam konteks penerapan sanksi secara hukum, sehingga masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh Dishubkominfo sendiri. Karena dalam melakukan kerjasama, pihak Dishubkominfo hanya kepada pengelola tidak sampai kepada juru parkir, sehingga apabila juru parkir melakukan pelanggaran, maka pengelola parkir yang harus bertanggungjawab. Kewenangan saya hanya kepada pengelola. Nanti ndak dikira saya melanggar kewenangan saya., ungkap bapak Bambang pada wawancara 10 Januari 2016 (Sumedi, 2016). 4.7 Upaya Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian pada Pengelolaan Retribusi Parkir serta Saran Perbaikan di Masa yang Akan Datang. Telah dijelaskan sebelumnya dalam rumusan masalah pertama mengenai struktur dan mekanisme, bahwa mekanisme SOP yang diciptakan akan berjalan dengan optimal apabila penerapan sanksi yang ada dipertegas. Karena struktur seksi perparkiran dengan SDM yang terbatas, maka adanya tim gabungan dinilai sangat membantu terealisasinya pengelolaan yang baik, jika dilaksanakan secara rutin. Oleh karena itu masalah struktur dan mekanisme tadi menjadi pembahasan di dalam rumusan masalah kedua mengenai analisis fraud triangle dan faktor-faktor yang melatarbelakangi 94

27 terjadinya fraud. Dimana masih banyak perbaikan yang harus dilakukan Dishubkominfo atas faktor-faktor penyebab kecurangan yang telah dibahas sebelumnya. Sehingga setelah mengetahui permasalahan dari rumusan pertama dan kedua, dalam rumusan masalah ketiga ini peneliti membahas mengenai upaya yang akan dilakukan Dishubkominfo untuk menjaga fungsi pengendalian dan saran perbaikan atas pengendalian pengelolaan retribusi parkir di masa yang akan datang, sebagai berikut : Upaya yang Akan Dilakukan Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian Peningkatan Kinerja Internal Seksi Perparkiran Melalui Pendidikan dan Pelatihan Guna menghilangkan faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi dari sisi Dishubkominfo mengenai masalah kurangnya SDM. Seksi perparkiran harus mengoptimalisasikan kinerja SDM yang ada di dalamnya. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Bambang selaku Kepala Seksi Perparkiran, seksi perparkiran akan meningkatkan kinerja para stafnya dengan merekomendasikan para staf untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) agar wawasan dan pemahaman para staf atas peraturan yang ada dapat ditingkatkan (Sumedi, 2015 b). Dengan SDM yang terbatas, apabila kinerjanya dapat dioptimalkan dan dikelola dengan baik, maka diharapkan kegiatan pengendalian juga dapat membuahkan hasil yang maksimal. 95

28 Penambahan Tim Pengawasan per masing-masing daerah Rencana penambahan tim pengawasan yang sifatnya outsource juga merupakan salah satu bentuk tindakan untuk menghilangkan faktor kurangnya SDM serta faktor kurangnya intensitas pengawasan dan penertiban terhadap juru parkir. Makanya kita usul. Kita kan punya 17 kecamatan, dan rencananya tiap kecamatan ada yang mokoih. Jadi misalnya Depok. Depok kan luas wilayahnya, jadi misal disitu ada 2 yang jaga yang memang keliling di wilayah itu ngecek tiap hari. Nah masyarakat kan juga beda, pelayanannya juga beda dengan kalo dia didatangi hanya sebulan sekali dua bulan sekali. Jadi secara sistem belum memadai yang ada saat ini. dan kita mengupayakan ada petugas-petugas di tiap-tiap kecamatan yang memang keliling hampir tiap hari di lokasi. Jadi nanti kita angkat tapi dia gak usah ngantor disini., ungkap Bapak Sulton selaku Kepala Bidang Lalu Lintas pada wawancara 29 Januari 2016 (Fatoni, 2016). Peneliti menilai apabila pembentukan tim pengawas per kecamatan ini dapat di realisasikan, akan membantu proses pengendalian yang sudah ada. Tetapi harus diperhatikan pula pengendalian terhadap tim tersebut jangan sampai menimbulkan fraud di dalamnya Penggunaan Parkir Elektronik Guna menghilangkan faktor-faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi seperti masalah kurangnya SDM, penerapan sanksi yang kurang tegas, tekanan dari organisasi bagi juru parkir, dan rasionalisasi atas resiko yang dihadapi oleh juru parkir di lapangan, maka penggunaan parkir elektronik dinilai sebagai langkah yang tepat, 96

29 karena sifatnya yang juga netral dan bergantung pada sistem yang sudah diatur. Peneliti melihat adanya parkir elektronik akan membantu mengurangi faktor-faktor di atas. Tetapi harus dilakukan pemeliharaan secara berkelanjutan atas sistem yang digunakan, juga harus dibangun kesiapan masyarakat, petugas Dishubkominfo, juga para pengelola atau juru parkir atas perubahan yang terjadi supaya membentuk pengendalian yang baik Upaya yang Telah Dilakukan Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian Pengelolaan Retribusi Parkir Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Dishubkominfo kabupaten Sleman telah membentuk tim pengawasan dan penertiban yang beranggotakan dari berbagai instansi pemerintahan seperti TNI, Polri dan Satpol PP. Fungsinya adalah untuk mengawasi kegiatan perparkiran di wilayah kabupaten Sleman. Kegiatan patroli tersebut juga dilaporkan dalam Laporan Pelaksanaan Kegiatan. Adanya kegiatan patroli ini meningkatkan ketertiban juru parkir dalam melaksanakan tugasnya dan merupakan upaya pengendalian yang dilakukan oleh Dishubkominfo untuk mencegah terciptanya peluang fraud walaupun belum intensitas dan cakupan wilayahnya menurut Bapak Sulton masih perlu ditingkatkan. 97

30 4.7.3 Saran Perbaikan Pengendalian Pengelolaan Retribusi Parkir di Masa yang Akan Datang Pembinaan Juru Parkir Mengenai Aturan Perparkiran yang Berlaku Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sulton selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, bahwa rata-rata petugas parkir atau juru parkir adalah orang-orang yang tidak memiliki skill dalam melaksanakan parkir (Fatoni, 2016). Oleh karena itu, mereka sebaiknya dibina dan diberi pemahaman mengenai aturan yang ada, agar kesadaran mereka terhadap aturan perparkiran yang berlaku dapat meningkat dan membantu Dishubkominfo dalam melakukan pengendalian di lapangan. Karena menurut teori fraud awareness dan fraud risk assesment, guna mencegah fraud selain dibutuhkan kesadaran akan terjadinya fraud dan penilaian resiko atas fraud yang terjadi. Kesadaran atas aturan yang berlaku dapat mencegah timbulnya rasionalisasi bagi juru parkir untuk melakukan fraud Memberikan reward kepada juru parkir Untuk mengatasi rasionalisasi dalam melakukan fraud oleh juru parkir dengan alasan adanya resiko di lapangan, pihak Dishubkominfo sebaiknya memberikan perhatian kepada juru parkir seperti melakukan pengecekkan rutin agar mengetahui kondisi lokasi parkir apakah ada kendala atau tidak, sehingga mereka merasa diperhatikan dalam bekerja, atau Dishbkominfo juga bisa memberikan pesangon 98

31 tambahan bagi juru parkir yang tercatat tidak pernah melakukan pelanggaran, sebagai reward agar juru parkir merasa dihargai keberadaannya dan semakin termotivasi untuk mentaati aturan, dengan demikian faktor rasionalisasi dalam fraud dapat ditekan. Upaya Dishubkominfo guna menjaga fungsi pengendalian dan mencegah fraud dinilai cukup baik. Rencana yang dilakukan kedepan sudah menjawab faktor-faktor penyebab terjadinya fraud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai adanya faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi dari sisi juru parkir. Kegiatan pengendalian di atas akan lebih baik jika didukung dengan sarana pra sarana yang baik agar fungsi jalan dan lokasi parkir lebih optimal. Upaya pengendalian dengan meningkatkan kesejahteraan juru parkir juga penting agar mereka sadar akan aturan yang berlaku. 4.8 Kesimpulan Bab Setelah dilakukan pembahasan dalam bab ini, kesimpulan atas rumusan masalah pertama dan kedua, adalah struktur organisasi dalam Dishubkominfo masih kurang sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2008 dan belum mampu dijadikan sebagai solusi atas permasalahan yang ada, karena belum ada pemisahan tugas dalam seksi perparkiran. Hal tersebut harus diperhatikan supaya tidak menimbulkan internal fraud seperti yang dijelaskan dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistm Pengendalian Internal Pemerintah. Untuk mekanisme pengendalian, proses perizinan dan pengelolaan parkir sudah sesuai dengan SOP dan peraturan daerah, namun 99

32 dalam penegakkan sanksi Dishubkominfo masih mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi dari juru parkir sehingga penegakkan sanksi atas pelanggaran menjadi tidak optimal dan kurang menimbulkan efek jera. Dalam rumusan masalah kedua beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah faktor kurangnya SDM dari Dishubkominfo yang merupakan suatu tekanan, peluang, dan rasionalisasi terhadap fraud. Faktor ini dinilai paling kuat dari sisi Dishubkominfo sebelum faktor toleransi terhadap juru parkir yang menyebabkan penerapan sanksi menjadi tidak optimal. Kurangnya pengawasan dari pihak Dishubkominfo juga menimbulkan peluang dan menciptakan rasionalisasi bagi juru parkir untuk melakukan pelanggaran. Faktor penyebab fraud terbesar dari juru parkir adalah rasionalisasi bahwa resiko yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan perhatian yang diberikan oleh Dishubkominfo,sehingga wajar jika juru parkir melakukan fraud. Selain itu faktor peluang juga dijadikan rasionalisasi oleh juru parkir. Oleh karena itu, dalam rumusan masalah ketiga, guna menjaga fungsi pengendaliannya Dishubkominfo akan membentuk tim penertiban dan pembinaan untuk setiap kecamatan di kabupaten Sleman, peningkatan kinerja SDM seksi perparkiran, penggunaan parkir elektronik, selain kegiatan patroli yang sudah dialkukan. Serta saran dari peneliti bahwa juru parkir membutuhkan pembinaan atas aturan perparkiran yang berlaku, selain itu perlu adanya perhatian dari Dishubkominfo terhadap juru parkir untuk menekan faktor rasionalisasi terhadap fraud yang dilakukan. 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap daerah memiliki kebebasan untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap daerah memiliki kebebasan untuk membentuk sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah memiliki kebebasan untuk membentuk sumber pendanaan yang berasal dari daerah itu sendiri. Sumber pendanaan dari daerah tersebut misalnya dengan mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengenalan Bab Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian, yaitu meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, sumber

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN. (SPIP) dalam pemungutan retribusi parkir di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

BAB VII KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN. (SPIP) dalam pemungutan retribusi parkir di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan BAB VII KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN 7.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan terhadap Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dalam pemungutan retribusi parkir di Dinas Perhubungan, Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HASIL WAWANCARA DENGAN BENDAHARA PERPARKIRAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN (J. LUMBANGAOL) Tanya (T): Jawab (J): Bagaimana cara penetapan target parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Medan? Nanti

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, berbagai dugaan permasalahan yang terjadi di lapangan, pertanyaan untuk menjawab dugaan permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG 1 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH

Lebih terperinci

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR Zl TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR Zl TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BENGKAYANG PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR Zl TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DAN TEMPAT KHUSUS PARKIR DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Retribusi Terminal Untuk Meningkatkan Realisasi Penerimaan Retribusi Terminal Di Kab Lampung Timur

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Retribusi Terminal Untuk Meningkatkan Realisasi Penerimaan Retribusi Terminal Di Kab Lampung Timur V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Retribusi Terminal Untuk Meningkatkan Realisasi Penerimaan Retribusi Terminal Di Kab Lampung Timur Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang menyajikan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI, TUGAS

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI, TUGAS SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI, TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TRANSKRIP WAWANCARA

LAMPIRAN 1 TRANSKRIP WAWANCARA LAMPIRAN 109 LAMPIRAN 1 TRANSKRIP WAWANCARA Data Narasumber 1 Nama : Bambang Sumedi Laksono, S.E.,M.M Jabatan : Kepala Seksi Perparkiran Instansi : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No 12 Tahun 2008 dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 46 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Dinas Perhubungan 1. Sejarah Dinas Perhubungan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 51 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa agar

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari pemungutan pajak. Dimana pajak merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

Persentase ruas jalan yang memenuhi standar keselamatan lalu lintas. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. Seksi Sarana Lalu Lintas

Persentase ruas jalan yang memenuhi standar keselamatan lalu lintas. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. Seksi Sarana Lalu Lintas Tujuan 1 : Terwujudnya sarana dan prasarana perhubungan yang bermanfaat keselamatan berlalu Sasaran 1 : Meningkatnya Sarana dan Prasarana dalam upaya keselamatan berlalu IKU 1: Persentase ruas jalan yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Retribusi Parkir di Tepi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG 408 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS KAB. CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dihasilkanlah beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. dihasilkanlah beberapa simpulan sebagai berikut: 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian secara mendalam tentang Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah digunakan sebagai acuan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Bab Bab ini membahas mengenai seluruh teori yang mendasari tema penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Dari hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : - Tahun 2009 : Rp ,-

BAB VII PENUTUP. Dari hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : - Tahun 2009 : Rp ,- BAB VII PENUTUP 7.1.Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil perhitungan dilapangan ternyata besarnya potensi retribusi pasar sebagai berikut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 8 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 03 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam wilayahnya. Hal tersebut menjadi tolak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab. sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab. sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemungutan Pajak dan Retribusi Parkir

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 74

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 74 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 74 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09. Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.00 WIB Bagaimana proses identifikasi wajib retribusi Izin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa tempat khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Sejarah dibentuknya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1401 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, WEWENANG, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PARKIR DAN PENETAPAN TITIK-TITIK LOKASI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LAHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUDUS NOMOR 6

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah

RETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH NOMOR 2 TAHUN 2013 LAUT TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa melihat kondisi lalu lintas

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2009

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2000 NOMOR : 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.

BAB I PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dengan melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAHAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAHAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAHAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

- 1 - QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

- 1 - QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK - 1 - QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa Retribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 17 TAHUN 2002 (17/2002) TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI BULUNGAN DIBIDANG PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Berdasarkan data Badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Berdasarkan data Badan Pusat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menetapkan Jenis/Golongan Retribusi daerah ke dalam tiga golongan, yaitu: retribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 8 TAHUN : 1993 TENTANG IZIN TRAYEK ANGKUTAN PENUMPANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 5 TAHUN 1980 TENTANG :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 5 TAHUN 1980 TENTANG : LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 3 TAHUN 1980 SERI : B.I ============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 141

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa dengan telah disahkan Peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 200 9 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 57 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci