BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat dan budaya merupakan kebiasaan yang bukan hanya berlaku dan harus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat dan budaya merupakan kebiasaan yang bukan hanya berlaku dan harus"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Adat dan budaya merupakan kebiasaan yang bukan hanya berlaku dan harus dipatuhi oleh kelompok atau masyarakat, akan tetapi juga berfungsi sebagai perekat yang dapat membuat hubungan antarmanusia dan antarsub kelompok menjadi kokoh sebagai suatu susunan masyarakat. Adat dan budaya dalam suatu masyarakat merupakan suatu aturan baik tertulis ataupun tidak tertulis yang secara moral harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. Dalam penerapannya, adat dan budaya berfungsi untuk mendidik dan mendisiplinkan anggota masyarakat (Simanjuntak dkk, 1994: 6). Demikian halnya dengan suku Batak yang memiliki adat dan budaya. Di antaranya adalah bahasa, tulisan, kesenian, dan tata cara dalam pergaulan hidup seperti unsur inti yang ada dalam kebudayaan Batak yaitu Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu mewarnai keseluruhan tradisi dan budaya Batak salah satunya dalam perkawinan. Perkawinan bagi orang Batak bukan hanya sekedar menyatukan antarkeluarga tapi juga unsur yang ada dalam Dalihan Na Tolu. Hal itu tampak salah satunya pada simbol yang ada dalam Tortor. Pada perkawinan adat Batak Toba, Tortor merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam melengkapi setiap runtutan acara. Tortor Batak adalah suatu tarian tradisional yang telah membudaya. Tortor diadakan untuk mencetuskan perasaan seseorang dalam situasi tertentu. Beberapa Tortor bersifat 1

2 2 situasional, misalnya Tortor Simonang-monang berkaitan dengan tarian kemenangan, Tortor somba-somba berkaitan dengan tarian penghormatan kepada raja dan sesama umat, Tortor habonaran berkaitan dengan tarian kebenaran, dan sebagainya (Hutagaol dkk 2000: 11). Beberapa dalam pelaksanaan upacara adat Batak, peran Tortor dianggap sebagai satu bagian penting yang tidak terpisahkan dari setiap upacara yang ada di masyarakat Batak. Tortor digunakan sebagai mediasi dalam menjembatani pelaksanaan adat Batak. Hal ini diartikan bahwa Tortor dilakukan apabila terjadi suatu upacara penting dalam pelaksanaan pesta adat Batak, seperti pada pesta upacara adat perkawinan, upacara kematian, dan upacara mangongkal holi (menggali dan memindahkan tulang-belulang) yang biasanya sering dilaksanakan. Pada saat Manortor ternyata tidak semua orang yang terlibat di dalamnya dapat memahami apa sebenarnya makna tarian Tortor. Bagi masyarakat Batak kegiatan Manortor sebenarnya mengandung unsur-unsur sosial yang di dalamnya diatur sistem Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu sebagai sistem hubungan kekerabatan masyarakat Batak Toba yang terdiri atas dongan tubu, boru, dan hula-hula, setiap unsurnya memiliki peranan penting yang tidak bisa terlepas dari setiap upacara apapun yang ada dalam masyarakat Batak Toba. Prinsip Dalihan Na Tolu menjadi pegangan masyarakat suku Batak Toba karena mampu mewujudkan hubungan sosial yang harmonis dalam tata kehidupan pelaksanaan adat masyarakat Batak Toba (Simanjuntak, 1996: 8). Peranan Dalihan Na Tolu pada saat manortor upacara perkawinan Batak Toba dipahami sebagai bentuk interaksi yang berlangsung

3 3 antara kedua keluarga besar. Di dalam proses interaksi tersebut keduanya secara simbolik saling mengkomunikasikan arti kemudian memahami makna dari setiap tindakan masing-masing. Makna yang ditangkap kemudian dipahami selama proses interaksi sedang berlangsung pada saat manortor. Terkait dengan interaksi, salah satu teori yang mempunyai perhatian terhadap interaksi dan makna adalah interaksionisme simbolik yang dikembangkan oleh Blumer. Blumer mengatakan bahwa interaksionime simbolik merupakan interaksi manusia yang dimediasi oleh pengggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan penetapan makna-makna dari tindakan orang lain, misalnya bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang hanya dipahami oleh orang-orang yang melakukannya. Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol komunikasi tersebut dan mengorientasikan tindakan balasannya berdasarkan penafsiran dari pikiran manusia itu sendiri. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial, para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi (Ritzer 2014: 278). Deddy Mulyana mengatakan, bahwa teori simbolik membahas tentang diri, diri sosial, termasuk pengendalian dari perspektif orang lain, interpretasi dan makna-makna lain yang muncul dalam interaksi tersebut ada tiga premis yang dibangun dalam interaksi simbolik antara lain: 1. Manusia bertindak berdasarkan makna-makna; 2. Makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain;

4 4 3. Makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung (Mulyana, 2010: 29). Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik tersebut tidak semua dipakai untuk mengkaji permasalahan pada penelitian, akan tetapi ada beberapa poin yang cocok dan berhubungan dengan makna dan simbol, yaitu interaksi antarindividu melalui simbol-simbol. Berdasarkan uraian persoalan di atas penelitian ini akan memfokuskan pada Peran Dalihan Na Tolu pada saat manortor upacara perkawinan adat Batak yang dianalisis dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik Herbert George Blumer. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam memahami bentuk interaksi sosial antara satu individu dengan individu lainya. Interaksi tersebut dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan penetapan makna dari tindakan orang lain yang ada dalam tari Tortor tersebut. Tarian ini juga dipahami dengan simbol dan gerakan-gerakan, yang setiap gerakannya memiliki suatu makna yang dijadikan sebagai proses komunikasi dalam memahami tarian tersebut. Peneliti menggunakan objek formal teori symbolic interactionism Herbert George Blumer yang dipandang sangat tepat dalam memahami bentuk interaksi manusia, karena dalam teori Blumer dinyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, penafsiran, kepastian makna dari tindakan orang lain di sekitarnya.

5 5 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang sudah dijelaskan maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut : a. Apa peran Dalihan Na Tolu di dalam tari Tortor? b. Apa prinsip mendasar Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer? c. Bagaimana peran Dalihan Na Tolu dalam tari Tortor dianalisis dengan menggunakan teori Interaksionisme simbolik Herbert George Blumer? 3. Keaslian Penelitian Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana peran Dalihan Na Tolu pada Tortor Upacara Adat Pernikahan Batak Toba. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa setiap gerakan tari Tortor memiliki suatu makna yang dipahami melalui proses interaksi antara Dalihan Na Tolu dengan kedua pihak mempelai yang dilakukan lewat manortor. Para panortor secara simbolik saling mengkomunikasikan arti kemudian memahami makna dari setiap tindakan masing-masing. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teori Symbolic Interactionism Herbert George Blumer. Sejauh pengamatan dan penelusuran yang dilakukan oleh penulis mengenai karya-karya ilmiah di lingkungan Fakultas Filsafat UGM atau di luar Fakultas Filsafat, memang sudah ada beberapa penelitian mengenai hal ini, namun penulis belum menemukan penelitian yang mengkaji serta menganalisis Peran Dalihan Na Tolu

6 6 pada Tortor Upacara Perkawinan Adat Batak Toba dengan menggunakan teori Symbolic Interactionism Herbert George Blumer. Berikut penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang behubungan dengan tema pilihan, yaitu: 1. Pesta Fidelis Situmorang, 2007, Skripsi. Dalihan Na Tolu Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Batak (Kajian Strukturalisme Levi-Strauss) Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang struktur tanda. Dalihan Na Tolu sebagai sistem kekerabatan dapat dilihat sebagai suatu struktur tanda. Struktur tanda kekerabatan sebagai kerangka dasar yang mengatur individu-individu dalam mempertukarkan tanda. Tanda yang dipertukarkan dalam hal ini adalah wanita. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode struktural. 2. Nelli Loriska L.Gaol, 2007, Skripsi. Tanda-Tanda Dalam Upacara Pernikahan Batak Toba (Tinjauan Semiotika) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan. Skripsi ini membahas tentang tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba. Tanda bertujuan untuk menyederhanakan buah pikiran atau ide-ide untuk mempermudah komunikasi yang di dalamnya terkandung arti, nilai-nilai, norma-norma atau maksud tertentu yang harus dipatuhi oleh masyarakat Batak Toba. 3. Anneke Agustina Sihombing, 2009, Skripsi. Dalihan Na Tolu sebagai Identitas Kultural Kearifan Sosial Batak (Perspektif Filsafat Kebudayaan) Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang karakteristik masyarakat Batak dan konsep budaya

7 7 Dalihan Na Tolu serta implementasinya sebagai sistem nilai kearifan sosial Batak. Konsep Dalihan Na Tolu merupakan konstruksi identitas kultural yang perlu diketahui aspek-aspek sosialnya dan refleksinya di tengah tantangan budaya global dengan menggunakan strategi kebudayaan. 4. Doni Boy Faisal Panjaitan, 2010, Skripsi. Peranan Dalihan Na Tolu dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak di Kecamatan Balige) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini membahas tentang Dalihan Na Tolu sebagai bagian dari pernikahan adat Batak Toba dengan pendekatan hukum adat. Skipsi ini menjawab rumusan masalah, diantaranya: (a) bagaimana peranan Dalihan Na Tolu dalam proses pelaksanan perkawinan Adat Batak Toba?, (b) bagaimana Peranan Dalihan Na Tolu sebagai mediator bagi penyelesaian permasalahan dalam perkawinan Adat Batak Toba. 5. Yudi Marito Adityapratama Nainggolan, 2010, Skripsi. Tinjauan Estetika Terhadap Prosesi Pernikahan Adat Batak Toba Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang prosesi pernikahan sekaligus pakaian pernikahan Adat Batak Toba dengan menggunakan pendekatan estetika. Skripsi ini mencoba menjawab rumusan masalah, di antaranya: (a) bagaimana prosesi dan tata cara dalam upacara pernikahan Adat Batak Toba? (b) bagaimana budaya adat pada

8 8 masyarakat Batak Toba?, dan (c) apa nilai-nilai estetis yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Batak Toba? 6. Bekry Jonathan Sihite, 2011, Skripsi. Dalihan Na Tolu sebagai Adat Istiadat Masyarakat Batak Dalam Perspektif Etika Deontologi Immanuel Kant Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang etika deontologi yang berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap pola tingkah laku masyarakat modern di masa globalisasi seperti sekarang ini. Etika deontologi Immanuel Kant akan memberikan bentuk bagaimana menjalankan adat Dalihan Na Tolu dengan Baik dalam kehidupan Masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan diatas bahwa memang sudah banyak yang mengkaji tentang konsep Dalihan Na Tolu namun seperti apa peranannya Dalihan Na Tolu apabila dilihat pada saat kegiatan manortor dalam upacara adat perkawinan Batak Toba sampai sejauh ini penulis belum menemukan. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan maka hal ini yang menjadi latar belakang penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi seperti apa peranan Dalihan Na Tolu pada Tortor upacara adat perkawinan Batak dan bagaimana ketiga unsur yang ada di dalam Dalihan Na Tolu dapat memahami makna yang ada di dalam Tortor yang dijadikan sebagai simbol dalam memahami proses interaksi diantara unsur-unsur Dalihan Na Tolu lewat peranannya pada saat melangsungkan kegiatan manortor.

9 9 4. Manfaat Penelitian a. Bagi Ilmu Pengetahuan Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dan melengkapi pandangan-pandangan yang telah ada tentang Dalihan Na Tolu dan peranannya dalam tari Tortor upacara perkawinan adat Batak b. Bagi Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi pendukung dalam kajian penelitian sosial humaniora khususnya yang berkaitan dengan kajian sosial dan budaya. c. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat menambah wawasan dan membuka pikiran masyarakat luas tentang adat budaya Batak Toba khususnya tentang manortor pada upacara perkawinan adat Batak Toba dan hubunganya dengan Dalihan Na Tolu. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang peran Dalihan Na Tolu pada Tari Tortor upacara perkawinan adat Batak Toba 2. Menjelaskan pemikiran Herbert George Blumer tentang teori Symbolic Interactionism 3. Menganalisis secara kritis peran Dalihan Na Tolu pada tari Tortor upacara perkawinan adat Batak dengan menggunakan Teori interaksionisme simbolik Herbert George Blumer.

10 10 C. Tinjauan Pustaka Upacara perkawinan Batak Toba menggunakan berbagai bentuk simbol yang masing-masing mengandung makna dan informasi, salah satunya adalah tarian Tortor. Setiap gerak tarian Tortor mempunyai makna tersendiri yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Tarian Tortor dalam pelaksanaannya juga tidak terlepas dari Dalihan Na Tolu yang dianggap sangat penting dalam setiap rangkaian upacara apapun yang ada di suku Batak Toba. Peran Dalihan Na Tolu dalam tarian Tortor juga memiliki makna yang sangat dalam. Namun demikian masih ada beberapa orang Batak Toba tidak paham dan mengerti makna yang terdapat di dalam pelaksanaan tarian tersebut. Penelitian tentang Dalihan Na Tolu sudah banyak dilakukan juga sudah banyak diungkapkan. Penelitian tentang perkawinan adat Batak Toba dilakukan oleh Marcelyna, tahun (2013) dengan judul Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apa sajakah aktivitas komunikasi yang terdapat dalam upacara pernikahan adat Batak Toba dan terdapat beberapa aktivitas komunikasi yang diperoleh antara lain situasi komunikatif sakral yang ditandai dengan adanya kegiatan panomu-nomu (lokasi yang menjadi tempat pertemuan diadakannya prosesi adat pernikahan, selanjutnya ditandai dengan adanya proses kegiatan marsibuha-buhai (pihak calon pengantin pria membawa dan menyerahkan makanan dalam ampang (semacam bakul terbuat dari anyaman

11 11 pandan yang ditaruh di atas kepala), serta pemberian dengke (masakan ikan), dan setting tempat duduk dan yang terakhir tindakan komunikatifnya ditandai dengan saling menyuapi kedua mempelai, penyerahan sinamot (mahar), mangulosi (pemberian ulos sebagai tanda kasih sayang) (Marcelyna, 2013: 10-11). Penelitian dilakukan oleh Dony Boy Faisal Panjaitan tahun 2010, dengan judul Peranan Dalihan Na Tolu dalam Hukum Perkawinan Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak di Kecamatan Balige). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Dalihan Na Tolu dalam hukum perkawinan masyarakat Batak Toba agar tidak terjadi kasus seperti yang ada di Padang Sidimpuan yakni pernikahan semarga. Bagi masyarakat Batak Toba perkawinan semarga sangat dilarang untuk itu Dalihan Na Tolu dianggap penting. Selain itu, Dalihan Na Tolu dianggap memiliki peran di dalam tatanan sosial kemasyarakatan dari masyarakat Batak Toba, sehingga dalam penyelesaian masalah, Lembaga Dalihan Na Tolu memiliki penan sebagai unsur dan motor penggerak dari penyelesaian permasalahan tersebut jika terjadi konflik (Doni, 2010: 80). Situmorang Pesta Fidelis (2007: 88) menuliskan bahwa Dalihan Na Tolu sebagai sistem kekrabatan juga dapat dianalisis dengan menggunakan metode struktural. Di dalam sistem kekerabatan terdapat tanda khusus yang dipertukarkan. Tanda ini mempertukarkan satu kelompok kerabat dengan kelompok yang lain. Karena Dalihan Na Tolu adalah sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal, maka tanda khusus tersebut adalah wanita. Oleh karena itu, dalam suatu pernikahan antar kelompok kerabat laki-laki sebenarnya saling mempertukarkan wanita.

12 12 Pertukaran wanita dalam kebudayaan Batak tentu menghasilkan struktur kekerabatan dalam kebudayaan yang lain. Sihombing Anneke Agustina (2009: 94) menuliskan bahwa Dalihan Na Tolu ini adalah suatu bentuk kearifan lokal Suku Batak dalam bidang sosial. Nilainilai budaya di dalam konsep Dalihan Na Tolu tersebut mengandung nilai-nilai sosial yang arif dan membawa masyarakatnya pada proses kebajikan. Konsep yang dimaksud yaitu mengatur hubungan tingkah laku masyarakat Batak sehingga menjadi identitas diri masyarakat Batak. Penelitian tentang perkawinan adat Batak Toba, Dalihan Na Tolu yang dianggap sebagai identitas kultural kearifan sosial Batak, kemudian Dalihan Na Tolu sebagai filsafat hidup masyarakat Batak sudah banyak dibahas, namun penelitian-penelitian yang sebelumnya belum ada yang membahas tentang Peran Dalihan Na Tolu dalam tari Tortor upacara perkawinan adat Batak Toba dengan menggunakan Teori Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer. Penelitian ini hanya akan berfokus pada bagaimana peran Dalihan Na Tolu selama kegiatan manortor pada upacara perkawinan adat Batak Toba, seperti apa masyarakat Batak memahami makna yang ada pada tarian Tortor kemudian bagaimana bentuk interaksi yang berlangsung antara Dalihan Na Tolu dengan kedua pihak mempelai yang dilakukan lewat manortor. Proses interaksi simbolik yang terjadi merupakan proses mengkomunikasikan arti dalam memahami makna dari setiap kegiatan manortor. Peran Dalihan Na Tolu dalam kegiatan manortor kemudian dianalisis dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik George Blumer, yang dijadikan sebagai kerangka berfikir.

13 13 D. Landasan Teori Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, di antaranya James Mark Baldwin, William James, Charles H. Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George Herbert Mead. Mead-lah yang dianggap paling populer sebagai perintis dasar teori tersebut. Mead mengembangkan teori interaksionisme simbolik pada tahun 1920-an dan 1930-an ketika Mead menjadi profesor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni : Mind, Self, and Society (1934) yang diterbitkan tak lama setelah Mead meninggal dunia. Penyebaran dan pengembangan teori Mead juga berlangsung melalui interpretasi dan penjabaran lebih lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama Herbert Blumer ( ). Justru Blumer-lah yang menciptakan istilah interaksi simbolik pada tahun (1937) dan mempopulerkannya di kalangan komunitas akademis (Mulyana, 2001 : 68). Pokok perhatian interaksionisme simbolik yaitu, dampak makna dan simbol pada tindakan dan interaksi manusia. Manusia mempelajari simbol-simbol dan juga makna di dalam interaksi sosial. Makna dan simbol memberi karakteristik khusus pada tindakan sosial dan interaksi sosial. Manusia sering menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan sesuatu tentang dirinya, misalnya mengkomunikasikan gaya hidup tertentu (Ritzer, dkk, 2007: 292).

14 14 Interaksi secara simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer menyatukan gagasan-gagasan tentang interaksi simbolik melalui tulisannya, dan juga diperkaya dengan gagasan-gagasan dari John Dewey, William I. Thomas, dan Charles H. Cooley (Mulyana, 2001: 68). Dalam ilmu sosial, perspektif interaksi simbolik sering dianggap berada di bawah perspektif interpretif atau perspektif fenomen. Istilah fenomen bisa berarti pandangan ilmu pengetahuan yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Natanson dkk, 2008; 59). Menurut Natanson, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjekif terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam. Natanson mengakui bahwa George Herbet Mead, William I.Thomas, dan Charles H. Cooley, selain mazhab Eropa yang dipengaruhi Max Weber adalah representasi perspektif fenomenologis ini. Bog dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan utama dalam tradisi fenomenologis adalah interaksi simbolik dan etnometodologi (Mulyana, 2001:59). Selama awal perkembangannya, teori interaksi simbolik seolah-olah tetap tersembunyi di belakang dominasi teori Phenomenology dari Talcott Parsons. Menurut interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Oleh karena itu, penganut teori ini akan berupaya memahami bagaimana simbol terbentuk, makna dalam simbol, dan bagaimana simbol itu memberikan pengaruh dalam interaksi sosial (Douglas dalam Mulyana 2008:77).

15 15 Dengan pengertian ini, banyak hal yang bisa diartikan sebagai simbol. Bahasa adalah simbol, gambar adalah simbol, ekpresi adalah simbol, dan masih banyak hal lainnya yang bisa diartikan sebagai simbol. Kemampuan manusia dalam menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi. Simbol-simbol yang digunakan selain yang sudah ada dan diakui secara internasional, ada juga yang bersifat lokal, dan hanya dapat dipahami oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu saja. Simbol mampu membentuk budaya komunitas atau organisasi. Simbol dapat digunakan untuk mempengaruhi dan mengubah sebagian perilaku yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi sekelompok manusia, apakah itu komunitas ataupun organisasi. (Liliweri, 2011:49). E. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah penelitan yang bersifat kualitatif dengan pengambilan data yang dilakukan dari studi pustaka, sehingga penelitian ini bersumber dari bahan kepustakaan dan literatur, internet dan wawancara sebagai data pendukung. a. Bahan Penelitian: Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam dua kategori yang bersumber dari data primer dan data skunder: 1. Data Primer Sumber data primer yaitu melalui penelusuran pustaka yang dijadikan sebagai data utama dan wawancara sebagai data pendukung.

16 16 a. Blummer, Herbert, Symbolic Interactionism: Perspektive and Method, New Jersey: Prentice Hall, b. Hutagaol, Tiurlan & Sitompul, MA., Budaya Batak Gondang dan Tortor yang Disinari Kekristenan. Jakarta. c. Purba, Mauly Mengenal Tradisi Gondang dan Tor-Tor pada Masyarakat Batak Toba. Medan. d. Siahaan, Nalom, 1982, Adat Dalihan Natolu: Prinsip dan Pelaksanaanya, Prima Anugerah, Tanggerang. e. Sihombing, T. M., 2000, Falsafah Batak Tentang Kebiasaan- Kebiasaan Adat Istiadat, Balai Pustaka, Jakarta. f. Vergouwen, J.C Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: Lkis. 2. Data Sekunder Sumber data sekunder penelitian ini adalah berbagai buku-buku lain, jurnal, dan tulisan maupun artikel lain di Internet sebagai pelengkap yang terkait dengan objek material maupun objek formal penelitian di antaranya. a. Charon, Joel M Symbolic Interactionism, United State of America: Pretice Hall Inc. b. Soeprapto, Riyadi Interaksionisme Simbolik perspektif sosiologi modern. Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar.

17 17 c. Umiarso, Elbadiansyah. Interaksionisme Simbolik Dari Era Klasik Hingga Modren. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada b. Jalan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan data: mengumpulkan sumber pustaka yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti dan melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat Batak yang paham akan adat budaya Batak guna untuk mendapat penjelasan tambahan terkait objek penelitian. b. Klasifikasi: data yang telah diperoleh, dikelompokkan menjadi data primer dan data skunder. c. Pengolahan data: menganalisis data dari hasil klasifikasi data sehingga diperoleh pemahaman dalam menentukan arah penelitian. d. Penyajian akhir penelitian: memaparkan hasil analisis berupa uraian tertulis. c. Analisis Hasil Berdasarkan buku karya Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair (1990: ) yang berjudul Metodologi Penelitian Filsafat, penelitian skripsi ini termasuk ke dalam model penelitian yang mengangkat persoalanpersoalan aktual yang merupakan masalah kontroversial. Data-data yang digunakan kemudian dilakukan analisis filosofis, dan direfleksi menggunakan

18 18 beberapa unsur metodis umum, seperti yang berlaku bagi setiap penelitian filsafat antara lain: 1. Deskripsi: Memberi deskripsi yang jelas tentang konsep Dalihan Na Tolu serta peranannya pada tari Tortor upacara perkawinan adat Batak Toba. 2. Interpretasi: Bahan penelitian yang telah dideskripsikan kemudian di interpretasikan dengan konsep-konsep filosofis. Hal ini dilakukan untuk memberi ketegasan bahwa penelitian ini berada di wilayah filsafat. 3. Koherensi Intern, yaitu mencari keterkaitan logis bentuk interaksi yang berlangsung antara Dalihan Na Tolu dalam memahami makna dari setiap proses tari Tortor, dengan Teori Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer. 4. Refleksi, yaitu interpretasi yang lebih baru dan penambahan hasil refleksi penulis, sehingga penelitian ini dapat merumuskan secara jelas peran Dalihan Na Tolu dalam memahami makna dari setiap tari Tortor upacara perkawinan adat Batak Toba dengan menggunakan Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer.

19 19 F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai dalam penelitian filsafat ini mengacu pada rumusan masalah: 1. Memperoleh pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai adat budaya suku Batak terutama adat Dalihan Na Tolu sebagai sistem sosial seta perananya pada tari Tortor Perkawinan adat Batak Toba. 2. Memahami lebih mendalam tentang Teori Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer sebagai tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini. 3. Mendapatkan pemahaman baru tentang makna secara simbolik yang tedapat pada tari Tortor serta hubunganya dengan Dalihan Na Tolu yang dianalisis dengan mengunakan teori interaksionisme simbolik Herbert George Blumer.

20 20 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian yang berjudul Peran Dalihan Na Tolu pada tari Tortor dalam Upacara Perkawinan Adat Batak Toba Perspektif Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer ini terdiri atas lima bab yaitu: Bab I : Berupa Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka sebagai dasar dari landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akan dicapai dan sistematika penulisan. Bab II : Berisikan objek Formal penelitian yaitu mendeskripsikan asal-usul Interaksionisme simbolik, kemudian biografi singkat dari Herbert George Blumer, Tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiranya, kemudian karya-karyanya dan Teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert George Blumer. Bab III : Berisi tentang objek material penelitian yakni uraian tentang Peranan Dalihan Na Tolu pada tari Tortor dalam Upacara Perkawinan Adat Batak Toba. Bab IV : Merupakan analisis kritis terhadap Peran Dalihan Na Tolu pada Tari Tortor Upacara Adat Perkawinan Batak Toba dengan meggunakan Teori Interaksionisme Simbolik Herbert George Blumer. Bab V : Yaitu bagian penutup rangkaian penulisan yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori 38 BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD A. Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: PARADIGMA SOSIOLOGI DAN TEORI PENDEKATANNYA 1.1 Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya... 1.3 Latihan... 1.11 Rangkuman... 1.12 Tes Formatif 1.....

Lebih terperinci

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER A. Teori Interaksionisme Simbolik Yang menjadi objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis

BAB II URAIAN TEORITIS. Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William James, Charles H.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akad dilaksanakan. Tahapan sebelum akad nikah yaitu : kepandaian berbicara, berbahasa dan penuh keramahan.

BAB I PENDAHULUAN. akad dilaksanakan. Tahapan sebelum akad nikah yaitu : kepandaian berbicara, berbahasa dan penuh keramahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam prosesi pernikahan Adat Sunda terdapat beberapa tahap yang dilakukan mulai dari pra- akad nikah, pelaksanaan akad nikah sampai pada setelah akad dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ekspressi perasaan, pikiran dan pergumulan manusia yang terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi. BAB I PENDAHULUAN Suku Batak Toba memiliki berbagai benda budaya yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas. Oleh : Marcelyna NIM.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas. Oleh : Marcelyna NIM. AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA ( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh 50 BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD A. Interaksionisme Simbolik Teori yang relevan untuk menjelaskan judul ini adalah interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap agama percaya terhadap Ketuhan Yang Maha Esa dan menolak terhadap kepercayaan-kepercayaan roh-roh halus yang berbau mistis. Semua ini tercetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat untuk menetap, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Modul ke: TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK Fakultas 15FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang dan akan mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE)

PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE) PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA (STUDI MENGENAI HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK DI KECAMATAN BALIGE) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci