ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA BANK UMUM SYARIAH (KASUS PADA BMI CABANG PEMBANTU DEPOK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA BANK UMUM SYARIAH (KASUS PADA BMI CABANG PEMBANTU DEPOK)"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA BANK UMUM SYARIAH (KASUS PADA BMI CABANG PEMBANTU DEPOK) SKRIPSI MOCHAMAD ZEINI RACHMAT H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ANALYSIS OF THE FACTORS THAT AFFECT THE RETURN ON FINANCING AGRIBUSINESS (CASE STUDY : BMI SUB BRANCH DEPOK, WEST JAVA) ABSTRACT Risk financing is often defined as the risk of potential loss as a result of the failure or inability of customers to fulfill their obligations under the contract agreement that has been set between the Bank and the customers. Considering that any credits have a risk of potential loss, then it s proper that any credit demand should be a risk assessment, that risk assessment which may arise from the financing by the Bank to provide it customers. In there was an increase in arrears installment financing customers that viewed from an increase in NPF (Non Performing Financing), this caused of unaccuracy in assessing the feasibility of financing by the officer. This study was to identify the characteristics of customers and analyze the factors that affect the financing of return by using a logistic regression analysis. Based on the analysis, factors that significantly affect are Family dependents, Income, The experience, and Business types. Keywords: financing, credit of return, regression

3 RINGKASAN MOCHAMAD ZEINI RACHMAT. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah, kasus pada BMI Cabang Pembantu Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Sektor agribisnis yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang mencakup sektor hulu dan hilir merupakan salah satu sektor yang penting bagi suatu negara di dunia untuk mendukung pertumbuhan perkonomian dalam meningkatkan pendapatan negara dalam memajukan taraf hidup masyarakatnya di suatu negara, termasuk Indonesia. Sektor ini memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama peningkatan pada sektor riil dan secara signifikan dapat membantu meningkatkan penyerapan tenaga kerja terutama pada sektor usaha kecil menengah. Pemberian fasilitas pembiayaan yang diberikan bank di Indonesia merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas, kuantitas produksi dan omset sektor agribisnis. Risiko pembiayaan sering didefinisikan sebagai risiko timbulnya kerugian sebagai akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai akad atau perjanjian yang telah di tetapkan antara Bank Muamalat dengan nasabah pembiayaan. Mengingat bahwa setiap penyaluran pembiayaan mengandung risiko pembiayaan atau kredit, maka sudah selayaknya bahwa setiap pengajuan pembiayaan harus terlebih dahulu dilakukan risk assessment, yakni penilaian atas risiko risiko yang mungkin timbul dari disalurkannya pembiayaan oleh Bank kepada nasabah. Namun demikian, masih ditemui adanya keterlambatan pengembalian angsuran pembiayaan oleh nasabah dikarenakan kekurang akuratan dalam menilai kelayakan pembiayaan oleh para marketing. Pembiayaan pada UMKM khususnya sektor agribisnis yang disalurkan BMI Cabang Pembantu Depok setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan juga diikuti dengan meningkatnya jumlah tunggakan angsuran pembiayaan oleh nasabah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik nasabah pembiayaan UMKM pada sektor agribisnis, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis. Penelitian dilaksanakan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Depok Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Agustus sampai November Responden penelitian adalah nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Depok yang telah memperoleh Fasilitas Pembiayaan Agribisnis sebanyak 50 nasabah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian di analisis secara deskriptif, dan analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi logistik dan omnibus test. Karakteristik responden nasabah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu karakteristik individual, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden yang terdiri dari 29 dengan status pengembalian lancar (kolektibilitas 1) dan

4 menunggak atau tidak lancar (kolektibilitas 2-4) sebanyak 21 nasabah. Karakteristik individu yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan terdiri dari usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan terakhir dan pemahaman akad pembiayaan. Karakteristik usaha terdiri dari pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha. Karakteristik pembiayaan terdiri dari jumlah frekuensi fasilitas pembiayaan yang pernah diajukan. Berdasarkan hasil penelitian, karaktersitik nasabah dengan peluang lancar dalam mengembalikan pembiayaannya adalah nasabah dengan usia tahun (28 persen), pendidikan terakhir Diploma (24 persen), memiliki jumlah tanggungan 4 orang (24 persen), jenis usaha yang dijalankan adalah off farm (58 persen) dan telah menerima pembiayaan sebanyak 3 kali (26 persen). Sedangkan karakteristik nasabah yang tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaan sebagian besar berusia tahun sebanyak 8 orang (16 persen), memiliki jumlah tanggungan 5 orang sebanyak 8 orang (16 persen), pendidikan terakhir SMP sebanyak 8 orang (16 persen), jenis usaha yang dijalankan on farm sebanyak 21 orang (42 persen) dan telah menerima fasilitas pembiayaan sebanyak 1 kali sebanyak 15 orang (30 persen). Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat terlihat bahwa nilai -2 Log likelihood sebesar dan nilai signifikasinya Nilai -2 Log likelihood tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai chi-square tabel dengan df N-1, (N adalah jumlah responden = 50). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai -2 Log likelihood lebih kecil dari nilai chi-square tabel. Nilai chi-square tabel dengan df sebesar 49 adalah Perbandingan kedua nilai chi-square tersebut menunjukkan bahwa nilai -2 Log likelihood (39.356) lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi-square tabel (66.33), hal ini menunjukkan bahwa persamaan dinyatakan layak dan dapat diinterpretasikan. Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan persamaan adalah dengan menggunakan hosmer-lemeshow test, tetapi terdapat perbedaan dengan omnibus test. Hosmer-lemeshow test digunakan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian antara data empiris dengan persamaan. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak adanya perbedaan antara data empiris dengan persamaan. Tahapan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara nilai chi-square dengan nilai chi-square tabel atau membandingkan nilai signifikasinya dengan taraf alpha 5 persen (0,05). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai chi-square hosmer-lemeshow test lebih kecil dari nilai chi-square tabel df 8 atau nilai signifikasinya lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05). Berdasarkan nilai chi-square hosmer-lemsehow (10.402) ternyata lebih kecil dari nilai chi-square tabel dengan df 8 (15,51) dan nilai signifikasinya lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05), artinya terdapat perbedaan jika memasukkan semua variabel. Oleh karena itu, persamaan yang dibangun sudah layak dan dapat diinterpretasikan. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari kedelapan variabel pada awalnya yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan adalah Usia, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, pemahaman akad, omset usaha, lama usaha, jenis usaha, dan frekuensi banyaknya pembiayaan, dan ternyata hanya empat variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan BMI Capem Depok adalah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, lama usaha dan jenis usaha. Namun variabel jumlah tanggungan keluarga dan jenis usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan.

5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA BANK UMUM SYARIAH (KASUS PADA BMI CABANG PEMBANTU DEPOK) MOCHAMAD ZEINI RACHMAT H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Pembiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah (Kasus pada BMI Cabang Pembantu Depok) Nama : Mochamad Zeini Rachmat NIM : H Menyetujui, Pembimbing Rahmat Yanuar, SP. M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 Desember Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Dedeng Saepudin (Alm) dan Ibunda Ereh Komariah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Nilem III Bandung pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama di selesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 43 Bandung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Pasundan 1 Bandung diselesaikan pada tahun Pada tahun 2003, penulis diterima di Program Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun 2006, penulis melanjutkan kembali studinya pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama melanjutkan pendidikan S1, penulis bekerja pada PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Capem Depok Sebagai Teller (Juli Desember 2008). Kemudian penulis dimutasikan ke PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Cabang Pancoran Jakarta sebagai Staff Operation pada periode Januari 2009 Sekarang.

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat, karunia dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta Ummat nya hingga akhir massa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor serta pengaruhnya terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis pada Bank Umum Syariah. Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi jenjang pendidikan Strata Satu pada Program Studi Agribisnis Fakultas Ekonomi. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak atau pun sebagai bahan rujukan kembali untuk menyempurnakan hasil penelitian ini yang akan datang. Bogor, Agustus 2011 Mochamad Zeini Rachmat

10 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan petunjuk-nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rahmat Yanuar, SP,M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen penguji akademik pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan penulisan skripsi ini. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. 5. Pihak manajemen Bank Muamalat Indonesia,Tbk Cabang Pembantu Depok atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 6. Teman-teman AGB angkatan 1 terima kasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya. 7. Semua pihak, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis ucapkan permintaan maaf dan terima kasih untuk segalanya. Bogor, Agustus 2011 Mochamad Zeini Rachmat

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Ruang Lingkup UMKM Pengertian dan Ruang Lingkup Pertanian dan Agribisnis Pengertian Bank dan Bank Syariah Prinsip Prinsip Bank Syariah Pengertian Pembiayaan Pembiayaan Agribisnis Prinsip Pembiayaan Bank Syariah Prinsip Jual Beli (Murabahah) Prinsip Penyertaan Modal (Musyarakah) Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) Sewa murni tanpa pilihan kepemilikan (Ijarah) Sewa dengan pilihan kepemilikan (Ijarah MBT) Metode Penilaian Risiko Kredit Bank Muamalat Agunan Pembiayaan dan Pengikatan Agunan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Kredit Fungsi dan tujuan kredit Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Siklus Perkreditan Kualitas Kredit Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Penyelamatan kredit bermasalah Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ii iii iv

12 V VI 4.2. Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Analisis dan Pengolahan Data Analisis Deskriptif Regresi Logistik Omnibus Test Definisi Operasional Hipotesis Penelitian GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia,Tbk Karakteristik Umum Responden Karakteristik Individu Karakteristik Usaha Karakteristik Pembiayaan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS Uji Kelayakan Persamaan Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Implikasi Manajerial VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSATAKA LAMPIRAN... 84

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun Total Penyaluran Pembiayaan UKM dan Pembiayaan Agribisnis BMI Tahun Perkembangan Rasio NPL Perbankan Indonesia Tahun Penyaluran Pembiayaan dan Tunggakan Pembiayaan Agribisnis BMI Capem Depok Tahun Karakteristik Individu nasabah Bank Muamalat Capem Depok Karakteristik Usaha nasabah Bank Muamalat Capem Depok Karakteristik Pembiayaan nasabah Bank Muamalat Capem Depok Perbandingan karakteristik nasabah lancar dan tidak lancar Uji kelayakan persamaan dengan Omnibus Test dan Hosmer Lesmeshow Test Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan... 71

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Sistem Agribisnis Skema pembiayaan dengan akad Murabahah Skema pembiayaan akad Musyarakah Skema Pembiayaan dengan akad Mudharabah Siklus Kredit Kerangka Pemikiran Operasional... 51

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Proyeksi Perhitungan Bad Debt Ratio (BDR) Tahun Proyeksi Perhitungan Bad Debt Ratio (BDR) Tahun Proyeksi Perhitungan Bad Debt Ratio (BDR) Tahun Daftar Agunan dan nilai likuidasi yang dapat dijaminkan di Bank Muamalat Indonesia berdasarkan regulasi Bank Indonesia Daftar Agunan yang dapat dijaminkan di Bank Muamalat Indonesia berdasarkan dokumen yang dibutuhkan Form Pemeringkatan Nasabah Kuisioner Penelitian Hasil pengolahan data dengan SPSS Rekap data kuestioner nasabah pembiayaan UMKM Agribisnis

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. UMKM sanggup memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan juga merupakan salah satu sumber yang cukup besar bagi penerimaan pendapatan negara 1. Perekonomian indonesia sesungguhnya secara rill digerakan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) termasuk koperasi. Secara nasional statistik 2009 (Informasi Kebijakan Perpajakan bagi Koperasi dan UKM, 2009) UMKM jumlahnya demikian besar yakni 51,3 juta unit usaha dengan komposisi usaha mikro 50,7 juta (95,58 persen), usaha kecil 520 ribu (1,01 persen) dan usaha menengah unit (0,05 persen). UMKM telah memberikan andil besar dalam perekonomian nasional dan daerah. Kontribusinya secara total dalam PDB sebesar 55,6 persen, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 96,18 persen dengan nilai investasi 52,9 persen dan kinerja non migas mencapai 20,2 persen. Gambaran tersebut mengindikasikan juga bahwa UMKM termasuk koperasi yang sehari-hari melakukan transaksi usaha dan memiliki penghasilan merupakan potensi yang mampu dan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi penerimaan pajak bagi negara maupun daerah. Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia berdasarkan Renstra Kementrian Negara Koperasi dan UMK paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Pada tahun 2008, kinerja PDB UKM menunjukan peningkatan sebesar Rp 825,94 triliun dari tahun Nilai PDB UKM tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 2.609,36 triliun sedangkan pada tahun 2006 nilai PDB UKM sebesar Rp 1.783,42 triliun. Pada kinerja perekonomian nasional, UKM memberikan kontribusi sebesar 52,67 persen dari total PDB Indonesia, artinya lebih dari setengah perekonomian Indonesia ditopang sektor UMKM. Sektor agribisnis yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang mencakup sektor hulu dan hilir merupakan salah satu sektor yang penting bagi suatu 1 kompas-online.co.id/artikel /di akses tgl 20 desember 2009

17 negara di dunia untuk mendukung pertumbuhan perkonomian dalam meningkatkan pendapatan negara dalam memajukan taraf hidup masyarakatnya di suatu negara, termasuk Indonesia. Sektor ini memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama peningkatan pada sektor riil dan secara signifikan dapat membantu meningkatkan penyerapan tenaga kerja,terutama pada sektor usaha kecil menengah. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun No Sektor Ekonomi Jumlah (unit) Perkembangan Jumlah (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (52.579) (0.20) 2. Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa Jumlah Sumber: Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah RI (2009) Sebagian besar usaha yang bergerak di sektor agribisnis di Indonesia saat ini masih termasuk dalam ukuran Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari sektor ekonomi, jumlah unit UMKM di Indonesia tahun 2008 berada di sektor pertanian, diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri urutan kedua dan ketiga. Secara keseluruhaan selama periode 2008, jumlah unit UMKM mengalami peningkatan sebesar 2,1 persen. Perkembangan jumlah unit UMKM di tahun 2008 berbanding terbalik dengan perkembanagan unit UMKM di sektor agribisnis. Jumlah unit UMKM di sektor agribisnis tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dari tahun sebelumnya.

18 Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun No Sektor Ekonomi Jumlah (Orang) Perkembangan Jumlah (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,67 2. Pertambangan dan Penggalian ,32 3. Industri Pengolahan ,42 4. Listrik, Gas dan Air Bersih (1.878) (1,78) 5. Bangunan ,63 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,21 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,35 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,30 9. Jasa - Jasa ,39 Jumlah ,46 Sumber: Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah RI (2009) Perkembangan jumlah unit UMKM berkorelasi positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar orang dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Jumlah tersebut meningkat sebesar 2,46 persen atau orang dibandingkan tahun Hanya saja untuk sektor pertanian penyerapan tenaga kerja sangat minim, hal ini disebabkan penurunan dari jumlah unit usahanya. Pembangunan perekonomian nasional khususnya di sektor agribisnis sudah selayaknya mengedepankan upaya yang nyata dalam pembedayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil pembangunan (Efendi, 2005). Aspek pemodalan pembiayaan di sektor agribisnis disadari sepenuhnya masih tetap menjadi salah satu kebutuhan penting. Kebutuhan penyediaan permodalan bagi pelaku agribisnis lahir berkaitan dengan kebutuhan untuk menjalankan usahanya, baik untuk kebutuhan modal kerja maupun untuk mengembangkan usaha melalui kegiatan investasi, sekaligus merupakan akibat yang disebabkan persoalan lain yang dihadapi guna menjaga arus keuangan suatu usahanya. Selama ini UMKM khususnya sektor agribisnis sangat sulit untuk memanfaatkan mekanisme pembiayaan usaha yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan formal yang lain. Permasalahannya antara lain sebagai berikut:

19 1. Belum berkembangnya konsolidasi usaha yang memiliki jaringan usaha terpadu baik di sektor produksi maupun pemasaran, 2. Masih rendahnya kredibilitas usaha dari studi analisis perbankan, 3. Persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang rumit dan birokratis, 4. Adanya persyaratan kesediaan jaminan berupa agunan yang sulit untuk dipenuhi dan, 5. Infomasi yang kurang merata tentang layanan perbankan dan lernbaga keuangan yang dapat dimanfaatkan (Efendi, 2005). Oleh karena itu diperlukan suatu pembiayaan alternatif yang baik dan kebijakan operasional yang efektif dalam membangun jembatan antar lembaga keuangan pembiayaan bank dan non bank dengan sektor agribisnis. Bank merupakan salah satu bagian dari sistem agribisnis yang merupakan sarana pendukung sistem agribisnis. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem agribisnis. Fungsi bank dalam hal ini adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kepada sektorsektor usaha yang produktif, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional (Kasmir, 2004). Dilihat dari fungsi utama bank, maka peranan bank terhadap agribisnis sangat penting, terutama peranan dalam hal pemberian bantuan modal dalam bentuk pembiayaan kepada sektor usaha agribisnis (Kadarsan, 1992). Dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia khususnya Cabang Pembantu Depok merupakan salah satu cabang yang memang di fokuskan kepada segmentasi pembiayaan retail. Berdirinya Bank Syariah pertama di Indonesia telah mengawali era baru pelaksanaan prinsip-prinsip Islam dalam dunia perbankan Indonesia. PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk atau yang lebih dikenal dengan nama Bank Muamalat (BMI) mulai beroperasi tanggal 1 Mei 1992, seiring dengan diakuinya bank syariah dalam Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang disempurnakan dengan Undang Undang Nomor 10 tahun Dalam lima tahun terakhir ini, perkembangan bank syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berdasarkan laporan Bank Indonesia 2, jaringan bank syariah tumbuh dari 140 kantor pada tahun 2000 menjadi 659 kantor pada tahun Sejalan dengan fungsi PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk sebagai pengelola keuangan yang berlandaskan prinsip syariah, membiayai proyek-proyek yang bertujuan untuk memajukan sektor riil yang terbebas dari unsur Maisyir, Gharar, Haram dan Riba 2 di akses 10 Januari 2010

20 serta sebagai bank komersial yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang bersih dan halal berusaha untuk menjalankan fungsi intermediasinya dengan meningkatkan penyaluran kredit atau pembiayaannya ke masyarakat melalui pembiayaan produktif bagi sektor usaha kecil, menengah maupun korporasi. Mengingat salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah keberhasilannya mengelola pinjaman pembiayaan yang diberikan, maka sasaran pembiayaan tersebut diprioritaskan bagi sektor usaha yang prospektif dan produktif kepada nasabah yang mampu mengembalikan kewajibannya, berupa pokok pinjaman, beserta margin atau bagi hasilnya dan biaya-biaya lainnya dengan tetap mengacu kepada kaidah syariah muamalah dan persyaratan yang ditetapkan BMI. BMI akan terus berupaya semaksimal mungkin menyalurkan pembiayaan kepada UMKM dengan memanfaatkan Office Chanelling program, karena program tersebut mampu menjangkau debitur dalam jumlah relatif banyak dengan cakupan area pemasaran lebih luas. Untuk memanfaatkan Office Chanelling program ini, Bank Muamalat telah melakukan kerja sama dengan BPRS, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) maupun Koperasi. BMI memberikan fasilitas kepada masyarakat dan pelaku bisnis untuk mengembangkan UMKM dalam bentuk pembiayaan menggunakan prinsip syariah dengan jenis pembiayaan yang disalurkan menggunakan prinsip jual beli (murabahah), bagi hasil (mudharabah) dan penyertaan modal (musyarakah). Pembiayaan yang telah disalurkan oleh BMI disalurkan pada sektor UMKM termasuk sektor agribisnis di dalamnya. Secara keseluruhan, pembiayaan yang telah disalurkan oleh BMI dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Total Penyaluran Pembiayaan UKM dan Pembiayaan Agribisnis BMI Cabang Pembantu Depok Tahun Tahun Pembiayaan (Rp) Pembiayaan Agribisnis (Rp) Persentase (%) Sumber: Laporan Neraca Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia Capem Depok, (diolah) Berdasarkan data penyaluran pembiayaan yang telah dilakukan BMI pada Tabel 3 terlihat bahwa pertumbuhan pembiayaan yang diberikan BMI mengalami pertumbuhan

21 positif terhadap aktiva produktif BMI Cabang Pembantu Depok. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan modal UMKM termasuk didalamnya sektor agribisnis setiap tahunnya, meskipun nominal pembiayaan agribisnis relatif kecil dari keseluruhan pembiayaan UMKM yang disalurkan. Berdasarkan informasi yang diberikan Kepala BMI Cabang Pembantu Depok, terdapat beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan agribisnis di BMI Cabang Pembantu Depok relatif kecil salah satunya adalah para pelaku UMKM sektor agribisnis yang mengajukan pembiayaan tidak mampu memenuhi persyaratan administrasi pembiayaan dan agunan yang sesuai persyaratan BMI Cabang Pembantu Depok. Peningkatan penyaluran pembiayaan oleh BMI Cabang Pembantu Depok juga diikuti oleh peningkatan risiko kerugian yang harus ditanggung bank berupa ketidakmampuan nasabah untuk mengembalikan pokok pembiayaan yang telah diterima. Hal ini yang mendasari pentingnya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis ini dilakukan, dengan harapan agar dapat memberikan masukan kepada pihak bank dalam memberikan fasilitas pembiayaannya kepada calon nasabah dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko. 1.2 Perumusan Masalah Sektor UMKM termasuk didalamnya agribisnis merupakan sektor usaha yang memiliki potensi strategis dalam perekonomian nasional. Namun, dalam pelaksanaannya sektor tersebut juga menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan utama yang paling sering dijumpai adalah terbatasnya penguasaan dan pemilikan aset produksi, terutama permodalan (Hastuti, 2005). Menurut Direktorat Pembiayaan, Ditjen Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian dalam Supratisto 3 (2008), permasalahan pembiayaan bagi pengembangan sektor agribisnis secara umum disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya (1) skema pembiayaan yang ada banyak untuk membiayai usaha on farm, sementara kegiatan pra produksi, pasca-produksi dan pasca panen belum tersentuh pembiayaan dari lembaga keuangan, (2) keterbatasan petani untuk mengakses sumber-sumber pembiayaan terutama perbankan karena persyaratan yang begitu ketat, (3) usaha di sektor pertanian masih dianggap berisiko tinggi, (4) lembaga penjamin usaha di sektor pertanian belum ada dan (5) belum ada lembaga keuangan khusus untuk membiayai sektor pertanian serta pemerintah dianggap belum berpihak pada pembiayaan agribisnis. Akan tetapi, pada saat ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian sudah memberikan jaminan pembiayaan sektor agribisnis dengan bekerjasama dengan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 3 diakses 15 Desember 2008

22 Perusahaan Umum Sarana Pengembangan Usaha. Sektor agribisnis dengan kendala keterbatasan modal tersebut sangat bergantung pada bantuan pembiayaan yang diberikan oleh sektor-sektor pendukung, salah satunya adalah lembaga perbankan. Bank dalam menyalurkan pembiayaan selalu mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi terhadap pembiayaan yang telah disalurkan. Risiko yang paling sering terjadi dan harus dipertimbangkan bank adalah ketidakmampuan nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diterima sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Begitu juga dengan BMI Cabang Pembantu Depok yang merupakan salah satu lembaga keuangan bank yang pada hakikatnya mencoba memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor riil yang berfokus pada UMKM. Pada kenyataannya tidak semua nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BMI Cabang Pembantu Depok dapat menjalankan kewajibannya, yaitu mengembalikan pokok pembiayaan serta bagi hasil yang telah diterima tepat pada waktunya. Hal ini berdampak pada kualitas aktiva pembiayaannya tidak baik atau dalam istilah perbankan konvensional disebut rasio kredit bermasalah atau disingkat dengan non performing loan (NPL) atau dalam istilah perbankan syariah adalah non performing financing (NPF) yang besaran tingkatan rasionya yang di tetapkan dari regulasi Bank Indonesia maksimal sebesar 5% (persen) sebagai acuan dasar dari baik atau buruknya pembiayaan yang ada di bank tersebut yang berdampak pada baik atau buruknya tingkat kesehatan bank tersebut. Tabel.4 Menunjukan perbandingan rasio tingkat pembiayaan atau kredit bermasalah pada setiap bank yang ada di Indonesia. Tabel 4. Perkembangan Rasio NPL Perbankan Indonesia Tahun Nama Bank 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) gross nett gross Nett gross Nett Bank Muamalat Indonesia 3,33 1, ,85 5,52 4,10 Bank Syariah Mandiri 6,33 4,43 5,77 3,02 4,75 1,08 Bank Syariah Mega Indonesia 1,45 0,42 1,50 0,89 4,54 2,08 BNI 46 8,18 4,01 4,96 1,74 6,40 1,90 Sumber: Annual Report Bank Persepsi Tabel 4 menunjukkan perkembangan tingkat persentase NPL pada setiap Bank sebagai tolak ukur performa kualitas aktiva produktif pada laporan neraca keuangan Bank. Dengan asumsi bahwa telah terjadi peningkatan NPL pada BMI, Bank Mega dan BNI46, yang diikuti dengan penurunan NPL pada BSM. Selain itu, pada Tabel 5

23 disajikan perbandingan jumlah pembiayaan agribisnis yang disalurkan pada BMI Cabang Pembantu Depok dengan masa tunggakan pembiayaan agribisnis yang terjadi pada tahun 2007 sampai dengan tahun Tabel 5. Penyaluran Pembiayaan dan Tunggakan Pembiayaan Agribisnis BMI Cabang Pembantu Depok Tahun Tahun Pertumbuhan Tunggakan Pertumbuhan Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Tunggakan Agribisnis Agribisnis Agribisnis Pembiayaan (Rp) (%) (Rp) Agribisnis (%) Sumber: Laporan Keuangan dan Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia Capem depok, (diolah) Tabel 5 memperlihatkan bahwa pembiayaan sektor agribisnis yang disalurkan BMI Cabang Pembantu Depok pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan juga diikuti dengan timbulnya peningkatan tunggakan pembiayaan. Salah satu penyebab terjadinya tunggakan pembiayaan yang terjadi diantaranya disebabkan oleh kurangnya validitas data yang dibutuhkan Bank dalam melakukan penilaian kelayakan pembiayaan oleh analis pembiayaan sehingga terjadinya side streaming. Dampak dari adanya tunggakan dari pembiayaan yang disalurkan adalah terjadinya pengendapan likuiditas bank pada pihak ketiga (nasabah yang menanamkan dana dibank), sehingga berdampak pada terganggunya aktivitas perbankan, yaitu perputaran uang yang akan disalurkan kembali ke nasabah, sehingga mengakibatkan penurunan keuntungan yang diperoleh bank maupun return yang akan diberikan kepada pihak ketiga yaitu dana yang dihimpun dari masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara ringkas permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan tingkat pengembalian pembiayaan agribisnis bank adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis di BMI Cabang Pembantu Depok.

24 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik nasabah pembiayaan agribisnis BMI Cabang Pembantu Depok. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis BMI Cabang Pembantu Depok. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi penulis, mahasiswa, maupun untuk pihak BMI Cabang Pembantu Depok. Bagi penulis yaitu dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh pada saat kuliah, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Pembiayaan Syariah serta pengalaman praktis dalam dunia perbankan. Bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan referensi pustaka untuk penelitian yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. Bagi pihak BMI Cabang Pembantu Depok, diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan selanjutnya. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian tunggakan pembiayaan pada sektor agribisnis yang telah disalurkan BMI Cabang Pembantu Depok. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya untuk mengetahui karakteristik umum responden seperti usia, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman akad, pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha dan frekuensi banyaknya pembiayaan yang pernah disetujui oleh bank.

25 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup UMKM UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang banyak memiliki keterbatasan dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling mendasar jika dibandingkan dengan perusahaan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat terbatas. Faktor lain yang membedakan adalah pada umumnya sektor UMKM belum memiliki legalitas usaha yang sah, sehingga sering disebut dengan sektor informal, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak pula UMKM yang memiliki legalitas sebagai badan hukum. Menurut S.V. Sethuraman (Wibowo, 2002), sektor informal merupakan sektor usaha yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya masing-masing dan dalam usahanya sangat dibatasi faktor modal dan keterampilan. Definisi mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih belum seragam antar satu institusi dengan institusi yang lain. Berikut ini dijelaskan definisi UMKM dari masing-masing institusi. 1. Badan Pusat Statistik mendefinisikan UMKM berdasarkan ukuran ketenagakerjaan. Usaha mikro adalah usaha yang mempekerjakan lima orang termasuk pekerja keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil apabila mempekerjakan 5 sampai 10 orang, dan usaha menengah apabila mempekerjakan 20 sampai 99 orang. 2. Bank Indonesia mendefinisikan UMKM dengan dua kriteria. Kriteria yang pertama berdasarkan aset, omset, dan badan hukum. Yang disebut usaha mikro adalah usaha yang dilakukan orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset hingga Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dengan omset Rp 1 miliar. Lalu disebut usaha menengah apabila ber-omset Rp 3 miliar, yang terbagi dalam dua jenis, yaitu industri bukan manufaktur dengan aset hingga Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan serta industri manufaktur dengan aset hingga Rp 5 miliar. Kriteria yang kedua berdasarkan kredit yang diterima oleh pengusaha. Usaha mikro adalah

26 usaha yang dapat menerima kredit hingga Rp 50 juta. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang dapat menerima kredit mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu usaha menengah adalah usaha yang dapat menerima kredit dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar rupiah. 3. Menurut Bank Dunia, usaha mikro adalah kegiatan usaha yang menggunakan pekerja hingga 20 orang. Sedangkan usaha kecil dan menengah (UKM) adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja di atas 20 orang dengan aset di luar tanah dan bangunan hingga US$ 500 ribu. 4. Definisi UMKM yang terdapat di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 merupakan definisi UMKM yang terbaru di Indonesia, menggantikan definisi UMKM yang lama, yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun Definisi usaha mikro, kecil dan menengah dijelaskan satu persatu berikut ini. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.

27 2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Pertanian dan Agribisnis Menurut Sa id (2001), agribisnis merupakan suatu sistem kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Sa id, 2001). Menurut Kadarsan (1992) pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang dalam volume besar; dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Agribisnis mencakup keseluruhan kegiatan dari proses pengolahan dan distribusi yang terdiri dari penyediaan sarana pertanian, aktivitas produksi pertanian, penyimpanan, pengolahan dan distribusi produk pertanian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian (Saragih, 1998). Pertanian dan agribisnis mempunyai hubungan yang sangat erat, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian. Menurut Saragih (1998), dalam upaya mewujudkan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia, diperkirakan akan terwujud melalui pendekatan strategi pembangunan sektor agribisnis pertanian. Pembangunan agribisnis yang harus dilakukan diantaranya adalah pengembangan agroindustri sebagai motor penggerak sektor agribisnis, pengembangan strategi pemasaran, pengembangan sumberdaya agribisnis, penataan dan pengembangan struktur agribisnis, pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis serta pengembangan infrastruktur agribisnis. Dalam sistem agribisnis terdapat beberapa subsistem yang saling mempengaruhi dan mendukung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Subsistemsubsistem yang terdapat pada sistem agribisnis adalah subsistem pengadaan input, subsistem usahatani (on farm), subsistem pengolahan dan pemasaran serta sarana pendukung (supporting system). Agribisnis tidak akan efektif jika hanya mengembangkan salah satu subsistem yang ada di dalamnya. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jika akan mengembangkan agribisnis maka setiap subsistem harus diperlakukan secara terpadu dan selaras. Pada sistem agribisnis, setiap subsistem mempunyai keterkaitan ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage).

28 Setiap subsistem akan berfungsi dengan baik jika ditunjang oleh subsistem lainnya. Berikut ini ditampilkan pada Gambar.1 yang menunjukkan bahwa agribisnis merupakan sebuah kesatuan dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan setiap subsistem agribisnis memiliki keterkaitan ke depan dan kebelakang. Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem Input Usahatani Pengolahan Pemasaran Subsistem Sarana Pendukung terhadap Efektivitas Sistem Gambar 1. Sistem Agribisnis Sumber : Soeharjo (Sa id, 2001) Pada sistem agribisnis terdapat subsistem sarana pendukung, yang terdiri dari lembaga penunjang, seperti lembaga pertanahan, lembaga pembiayaan atau keuangan, lembaga pendidikan, lembaga penelitian dan lembaga perhubungan. Sebagaian besar lembaga-lembaga penujang berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat hubungannya dengan sektor-sektor lainnya. Agribisnis juga melibatkan pelaku dari berbagai pihak yang bertugas sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang, distributor, eksportir, importir dan lain-lain Pengertian Bank dan Bank Syariah Bank merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat untuk menamai realitas yang mereka ciptakan. Karena itu antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menyebut realitas tersebut dengan nama yang berbeda meskipun substansinya sama. Masyarakat Eropa menyebut Bank dengan bank yang berarti meja atau konter atau tempat penyimpanan uang. Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tangal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Dendawijaya, 2006). Berikut dikemukakan beberapa definisi bank dari sumber lain (Dendawijaya, 2006) : 1. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari

29 pihak-pihak yang berkelebihan dana (idle funds/surplus unit) pada waktu yang ditentukan. 2. Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Secara umum bank adalah suatu lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2006). Bank disebut sebagai lembaga kepercayaan, karena bank harus dapat dipercaya oleh masyarakat sehingga masyarakat yakin untuk menyimpankan uangnya di Bank. Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Kasmir (2004), aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan kegiatan funding dalam dunia perbankan. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Aktivitas perbankan lainnya adalah kegiatan lending, yaitu kegiatan memutar kembali dana yang telah dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bahwa, Undang-Undang ini sebagai penyempurna dari UU Nomor 7 tahun 1992 yang sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 tahun 1998 dengan mengatur perbankan syariah secara khusus, dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut perbankan syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia belum lama berkembang yaitu mulai dikenal pada tahun Namun di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah, bank yang menggunakan prinsip syariah sudah berkembang pesat. Menurut Kasmir (2004), bank yang berdasarkan prinsip syariah, dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau

30 kegiatan perbankan lainnya. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding), berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka (time deposit). 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending), dalam bentuk antara lain : kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit perdagangan. 3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services) seperti transfer, kliring (clearing), letter of credit (LC), menerima setoran-setoran serta pembayaran. 4. Kegiatan di pasar modal : penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali amanat (trustee), perdagangan sekuritas (dealer) Prinsip Prinsip Bank Syariah Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank Syariah menganut beberapa prinsipprinsip seperti prinsip keadilan, kesederajatan, dan prinsip ketentraman. Dengan sistem operasional yang berdasarkan profit and loss-sharing system, Bank Syariah memiliki kekuatan tersendiri yang jelas berbeda dari sistem konvensional. Perbedaan ini nampak jelas bahwa dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi keadilan dan pemerataan Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan istilah dalam perbankan syariah sebagai pengganti istilah kredit pada bank konvensional. Pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Kadarsan (1992), pembiayaan pada dasarnya tergantung pada tiga hal, yaitu; (1) kepercayaan bahwa posisi materi dari si peminjam mampu mengembalikan modal yang dipinjam tersebut; (2) kepercayaan bahwa peminjam akan mengembalikan uangnya; dan (3) kepercayaan bahwa hukum-hukum yang sah dapat melindungi semua pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan apabila ada yang dirugikan karena ada persyaratan yang dilanggar. Berdasarkan informasi ini dapat disimpulkan bahwa landasan utama pembiayaan adalah kepercayaan. Menurut Kasmir (2004) Sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu melakukan analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan mencakup latar belakang nasabah, prospek usaha, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS 6.1. Uji Kelayakan Persamaan Sebuah persamaan regresi logistik akan dinyatakan layak dan signifikan apabila telah memenuhi persyaratan uji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor yang berperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara terutama Indonesia diharapkan akan lebih maju dengan keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung dengan pesat. Hal ini juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya bank yang bermunculan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tetapi untuk semua kalangan masyarakat. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution) yaitu perbankan sangat penting dalam suatu sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan inklusif. Keuangan inklusif ini lebih dipergunakan atau ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan inklusif. Keuangan inklusif ini lebih dipergunakan atau ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hanya sekitar 19% masyarakat di Indonesia yang mampu untuk melakukan akses layanan keuangan secara tepat dan benar. Sedangkan jasa layanan keuangan merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank pada umumnya tentu saja menjalankan fungsi utamanya yakni fungsi intermediasi sebagai penyalur dana dan penghimpun dana. Khususnya pada Bank konvensional dan Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank yang merupakan lokomotif pembangunan ekonomi mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Tidak mengherankan jika pemerintah

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PENGARUH NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH ( Studi Kasus pada PT.Bank Syariah Mandiri tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam ekonomi modern, terutama dalam pembangunan suatu negara di bidang ekonomi. Bank memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank merupakan organisasi

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Wenda Purnama Sari Program Studi Akuntansi, Jurusan Manajemen Bisnis Politeknik Negeri Batam Jl. Ahmad Yani, Batam Center, Batam, 29461, Indonesia

Wenda Purnama Sari Program Studi Akuntansi, Jurusan Manajemen Bisnis Politeknik Negeri Batam Jl. Ahmad Yani, Batam Center, Batam, 29461, Indonesia Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 161-166 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Analisis Laaporan Keuangan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam industri perbankan sendiri, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi merupakan sesuatu yang melekat erat keberadannya pada sistem perekonomian suatu negara. Adapun penyebab terjadinya krisis ekonomi tersebut,secara umum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri (manufaktur), jasa,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah tidak membebankan bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah sudah dimulai sejak tahun 1992, dengan didirikannya bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Pada tahun itu juga dikeluarkan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Uji Kelayakan Persamaan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebuah persamaan regresi logistik akan dinyatakan layak dan signifikan apabila telah memenuhi persyaratan uji persamaan yang dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan badan usaha atau lembaga keuangan yang beranggotakan orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi ke arah peningkatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonsia dalam kurun waktu dua windu terakhir telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik dana dan pengguna dana. Bank merupakan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik dana dan pengguna dana. Bank merupakan lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan sebagai lembaga keuangan dan merupakan media penghubung antara pemilik dana dan pengguna dana. Bank merupakan lembaga yang mempunyai peran strategis dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orangorang atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,

Lebih terperinci

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga intermediasi, bank berperan dalam memobilisasi dana masyarakat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat ini, perekonomian Indonesia berada diurutan keenambelas dan pada 2030, diperkirakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu faktor utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kurangnya modal membuat suatu usaha menjadi sulit untuk berkembang karena

Lebih terperinci