PENGARUH PENURUNAN KARAKTERISTIK SUMBER PANAS TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER DI PLTP BINER DIENG
|
|
- Widyawati Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : P-ISSN E-ISSN PENGARUH PENURUNAN KARAKTERISTIK SUMBER PANAS TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER DI PLTP BINER DIENG THE EFFECT OF DECREASED HEAT SOURCE PROPERTIES ON HEAT EXCHANGER PERFORMANCE AT DIENG BINARY POWER PLANT Guntur Tri Setiadanu, Yohanes Gunawan, Didi Sukaryadi. Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi, Jl. Ciledug Raya kav.109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Indonesia guntur_tri_s@yahoo.com Abstrak Fenomena penurunan nilai karakteristik temperatur dan tekanan telah terjadi pada sumber panas PLTP biner Dieng. Pada studi ini dilakukan perhitungan model matematis dan termodinamika menggunakan software Engineering Equation Solver (EES) dan NIST Refprop untuk memprediksi pengaruh penurunan karakteristik sumber panas terhadap kemampuan heat exchanger dan efisiensi total dari sistem biner ORC. Hasil dari perhitungan akan dibandingkan dengan data aktual yang diperoleh dari pengujian sistem PLTP biner. Simulasi menunjukkan bahwa penurunan sumber panas mengakibatkan turunnya semua nilai parameter tekanan, temperatur dan laju alir dari n-pentane yang pada akhirnya akan menurunkan nilai kerja mekanik turbin dan listrik yang dihasilkan dibandingkan dengan desain awal. Laju n-pentane optimal dari simulasi desain adalah 0,9 kg/s, dengan tekanan kerja 6 bar, dan kalor perpindahan panas yang diterima n-pentane dari sumber adalah 419,51 kw dengan potensi untuk menggerakkan turbin sebesar 28,15 kw. Hasil pengujian aktual pada PLTP biner Dieng didapatkan bahwa nilai optimal laju n-pentane adalah 0,5 kg/s, kalor perpindahan panas sebesar 255,39 kw, tekanan kerja 6 bar dan potensi untuk menggerakkan turbin sebesar 12,31 kw. Perbedaan nilai kerja turbin antara hasil simulasi dengan percobaan aktual disebabkan oleh nilai input brine optimal saat percobaan di lapangan tidak bisa mencapai nilai optimal saat disimulasikan, akibat adanya pressure drop dan heat loss pada pipa heat exchanger sehingga laju n-pentane yang teruapkan juga turun. Kata kunci: heat exchanger, limbah geothermal, binary, ORC, pressure drop Abstract A decreased in temperature and pressure properties of heat source waste brine has occurred at Dieng binary geothermal power plant. This study performed mathematical models and thermodynamic calculations using EES and NIST Refprop software to predict the effect of decreased heat source brine to the heat exchanger capability and the total efficiency of the ORC binary system. Simulation s results will be compared with actual data obtained from experiment at Dieng binary geothermal power plant. The results showed that a decrease in the heat source resulting values declining in all parameters, i.e. pressure, temperature and flow rate of n-pentane, moreover it will reduced the turbine mechanical work and electricity produced while compared with the initial design. Optimal mass rate of n-pentane from the simulation is 0,9 kg / s, with a working pressure of 6 bar, and heat transfer value received from source brine to n-pentane is 419,51 kw, predicted work turbine is 28,15 kw. Actual experiment on Dieng binary geothermal power plant show the optimal value of n-pentane mass rate is 0,5 kg / s, heat the heat transfer amounted to 255,39 kw, 6 bar working pressure and turbine work that can be produced is kw. Those differences were due to the pressure drop and heat loss in the heat exchanger. Keywords: heat exchanger, binary, ORC, geothermal waste brine, pressure drop Diterima : 28 September 2016, direvisi : 28 Oktober 2016, disetujui terbit : 20 Februari
2 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : PENDAHULUAN Potensi panas bumi di wilayah kerja pertambangan (WKP) dataran tinggi dieng cukup tinggi. Berdasarkan profil potensi panas bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2012, disebutkan bahwa potensinya mencapai 897 MW[1]. Pambudi dkk (2014), menyebutkan potensi exergy yang bisa diekstraksi dari sumur yang ada mencapai 59,52 MW dengan jumlah waste brine mencapai 17,98 % atau setara dengan 10,7 MW [2]. Kementerian ESDM melalui Puslitbang TKEBTKE mencoba untuk memanfaatkan potensi waste brine ini menjadi listrik dengan menggunakan sistem biner Organic Rankine Cycle (ORC) pada pilot plant PLTP biner Dieng. Pada sistem ORC, heat exchanger merupakan peralatan utama dimana kalor dari sumber panas diserap dan diteruskan ke fluida kerja. Kemampuan efektivitas heat exchanger adalah panas yang diterima oleh laju alir massa untuk menjadi fasa uap pada tekanan dan temperatur tertentu dibandingkan dengan panas yang tersedia dari sumber [3]. Penurunan dari temperatur sumber panas akan mempengaruhi profil temperatur dari evaporator, jika terjadi penurunan sumber panas tanpa ada perubahan profil evaporator maka akan mempengaruhi laju dan tekanan uap fluida kerja yang dihasilkan [4]. Penelitian mengenai heat exchanger ORC dan metode perhitungan koefisien perpindahan panas dalam hubungannya dengan perubahan fasa pada fluida kerja pada tekanan subcritical sudah banyak dilakukan [4,7]. Berdasarkan pinch analisis didapatkan bahwa, subcritical ORC bekerja lebih baik pada temperatur keluar sumber panas yang tinggi, sedangkan untuk temperatur sumber panas yang rendah lebih baik digunakan supercritical ORC. Nguyen dkk (2001), mengembangkan dan menguji ORC skala kecil dengan fluida kerja n-pentane dengan memanfaatkan panas yang didapatkan dari boiler gas. Sistem tersebut mampu menghasilkan 1,5 kw listrik dengan efisiensi thermal 4,3% [8]. Pada unit PLTP biner Dieng terjadi fenomena penurunan properties aliran sumber panas yang digunakan sebagai fluida pemanas. Studi ini bertujuan untuk melakukan perhitungan model matematis dan termodinamika menggunakan Engineering Equation Solver (EES) dan NIST Reference Fluid Thermodynamic and Transport Properties Database (REFROP) untuk memprediksi pengaruh penurunan aliran sumber panas terhadap kemampuan heat exchanger dan efisiensi total dari sistem biner ORC. Hasil dari perhitungan akan dibandingkan dengan data aktual yang diperoleh dari pengujian sistem PLTP biner. Tabel 1. Parameter desain PLTP biner Dieng Parameter Desain PLTP Biner Dieng Generator rated power 50 (Kwe) 100 Rated thermal power input (KWt) Basic subcritical ORC Konfigurasi ORC n-pentane Fluida kerja Axial Turbin* Setting to 1 bar Pressure Reducer Shell-Tube Heat exchanger** Temperatur kerja (C) * pada pengujian ini fluida kerja di bypass ke pressure 70
3 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng reducer yang di set ke 1 bar sebelum masuk ke kondenser ** lihat Tabel 2 untuk spesifikasi heat exchanger Fasilitas Eksperimen dan Studi Kasus PLTP biner Dieng adalah laboratorium ORC insitu milik Puslitbang TKEBTKE yang terletak di sumur 29, PT.Geodipa Energi (GDE). Kapasitas desain PLTP biner Dieng adalah 50 kw dengan fluida kerja n-pentane. Desain parameternya disajikan pada Tabel 1. Studi Kasus PLTP biner Dieng didesain menggunakan brine langsung dari separator pemisahan uap geothermal. Akibat adanya permasalahan pengendapan silika pada pipa separator, maka tekanan separator harus dijaga diatas 10 bar, oleh karena itu itu PT.GDE memasang pressure regulator pada pipa setelah separator, akibatnya tekanan dan temperatur brine yang masuk kedalam sistem PLTP biner menjadi turun. Skema kasus bisa dilihat pada Gambar 1. METODOLOGI Deskripsi Sistem dan Model Termodinamika Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini diilustrasikan pada Gambar 3. Fokus dari studi ini adalah untuk menentukan berapa uap n-pentane yang dihasilkan setelah mengalami penurunan parameter sumber panas, baik secara simulasi maupun secara aktual. Untuk itu detail dari sistem heat exchanger dihitung dan disimulasikan menggunakan software simulasi heat exchanger untuk mendapatkan efektifitas HE yang paling optimal. Hasil perhitungan akan digunakan dalam model termodinamika untuk perhitungan efisiensi siklus menggunakan software EES dan NIST Refprop. Sistem Heat exchanger Bila dilakukan plot penurunan input brine yang terjadi ke dalam diagram temperatur-entropi (T-s) pada Gambar 2, didapatkan bahwa garis sumber panas harus berada di atas siklus Rankine yang terbentuk. a) parameter desain input brine b) setelah pemasangan pressure regulator Gambar 1.Studi kasus pada PLTP biner Dieng 71
4 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : Gambar 2. Penurunan sumber tekanan dengan entropi fluida kerja Mulai Input parameter desain awal Spesifikasi HE Luas permukaan (A) Koef. Heat transfer (U) Efektifitas HE Pengambilan data paramater aktual berdasarkan kasus Modeling sistem HE Perhitungan nilai koef.h. Transfer (U), kalor transfer HE (Q) dan massa alir fluida kerja Optimasi Efektifitas HE Model Termodinamika Sistem Perhitungan parameter output Bandingkan output model vs aktual Analisis dan Kesimpulan Selesai Gambar 3. Flowchart prosedur pengujian Metode Log Mean Temperatur Different (LMTD) digunakan sebagai metode perhitungan di dalam desain heat exchanger. Persamaan LMTD dituliskan sebagai berikut : (1) dimana ΔT A adalah perbedaan suhu antara dua aliran di akhir A, dan ΔT B adalah perbedaan suhu antara dua aliran pada akhir B. Kalor perpindahan panas yang terjadi dihitung dengan persamaan : q = U x A x LTMD (2) dimana q= kalor yang dipertukarkan (W ),U adalah koefisien perpindahan panas (W/K.m 2 ) dan A adalah luas pertukaran. Bersamaan dengan peningkatan entropi maka kenaikan temperatur diekspresikan dalam persamaan: (3) Tipe HE adalah shell-tube counterflow, sehingga koefisien perpindahan panas total, U, didefinisikan dalam persamaan: 72
5 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng (4) Nusselt number (Nu) untuk fasa tunggal fluida subcritical dihitung menggunakan persamaan Dittus-Boelter [9] (5) dimana q adalah kalor perpindahan panas (W) dan q max adalah kalor maksimum dari sumber. Tabel 2.Spesifikasi heat exchanger PLTP biner Dieng dimana n = 0,4 untuk proses pemanasan dan 0,3 untuk proses pendinginan (konstanta n yang dipilih, untuk pemanasan seperti evaporator digunakan 0.4, untuk pendinginan seperti kondenser digunakan 0,3, pada kasus ini yang dipakai 0,4). Kedua permukaan koefisien perpindahan panas dari tube dan shell pada counterflow pass HE diekspresikan dengan persamaan : Spesifikasi Preheater Parameter Nilai Satuan Kapasitas transfer panas 414 kw Actual U 504 W/m 2 -K Area 39,134 m 2 TEMA type BEM Shell ID 430 mm Tube OD 15,875 mm Jumlah Tube 222 tubes Pressure - Shell 15,4 Bar - Tube 7 Bar (6) Pass Spesifikasi Evaporator 1 Shell, 4 Tube passes dimana d adalah ekuivalen diameter dalam atau luar tube. Pada desain heat exchanger PLTP Biner Dieng, semua perhitungan dilakukan dengan bantuan software desain heat exchanger [10], dan didapatkan parameter spesifikasi pada Tabel 2. Untuk memprediksi output dari suatu heat exchanger maka Kays dan London (1955), memperkenalkan metode NTU. Metode ini menggunakan parameter tak berdimensi yang disebut perpindahan panas efektif (ε), yang di tuliskan sebagai berikut : (7) Parameter Nilai Satuan Kapasitas transfer panas 397 kw Actual U 870 W/m 2 -K Area 30,469 m 2 TEMA type BEM Shell ID 430 mm Tube OD 15,875 mm Jumlah Tube 226 tubes Pressure - Shell 15,4 Bar - Tube 7 Bar Pass 1 Shell, 4 Tube passes Asumsi perhitungan simulasi dan analisis energi balance yang digunakan pada paper ini adalah sebagai berikut : 1. Heat exchanger terisolasi sempurna dari lingkungan, yang terjadi hanya 73
6 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : perpindahan panas antara fluida panas dan dingin. 2. Konduksi aksial sepanjang tabung HE diabaikan 3. Perubahan energi kinetik dan potensial diabaikan Model termodinamika dan performa siklus 1. Turbin Diasumsikan proses ekspansi non-isentropis terjadi, enthalpi fluida kerja di titik keluar turbin serta kerja dari turbin ditulis dengan persamaan : (8) (9) dimana h 2ft adalah enthalpi fluida kerja pada titik keluar turbin dengan kondisi ideal, η is adalah efisiensi isentropik yaitu ratio kekuatan pengereman dengan kebutuhan tenaga isentropik. Kehilangan tenaga yang lain dari exergy loss ke lingkungan, yang pada pengujian ini temperatur lingkungan tercatat 22 o C, sehingga pada perhitungan ini total efisiensi dari turbin dipakai pada angka 60%. 2. Kondenser Total perpindahan panas yang terjadi digunakan persamaan : Q con = m(h 2f h 3f ) (10) diasumsikan tidak ada panas yang terbuang ke lingkungan. 3. Pompa Fuida kerja dikompresikan sampai ke puncak tekanan dalam proses ini dari kerja pompa. Untuk menghitung kebutuhan power dari pompa digunakan persamaan : W p = m(h 4f h 3f )/η (11) dimana η p adalah efisiensi dari pompa, karena digunakan inverter maka perhitungan efisiensi pompa diabaikan. 4. Preheater Total perpindahan panas dari sumber panas ke preheater dihitung menggunakan persamaan : Q ph = m. Cp. (T 3 T 1 ) (12) yang setara dengan Q ph = m(h 1 h 3 ) (13) diasumsikan tidak ada panas yang terbuang ke lingkungan dan proses perpindahan panas terjadi pada tekanan konstan. 5. Evaporator Total perpindahan panas dari sumber panas ke preheater dihitung menggunakan persamaan : Q ev = m(h 2 h 4 ) (14) sehingga Q heat exchanger total yang diterima oleh fluida kerja dari sumber panas : Q he = Q ph + Q ev (15) diasumsikan tidak ada panas yang terbuang ke lingkungan dan proses perpindahan panas terjadi pada tekanan konstan. Efisiensi siklus Efisiensi termal dan kerja total yang dihasilkan dari sistem dihitung menggunakan persamaan : η the = (W tur W p )/Q he (16) W net = W tur - W p (17) 74
7 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan nilai yang didapatkan dari spesifikasi desain peralatan HE (Preheater dan evaporator) pada Tabel 3, maka dilakukan simulasi dan perhitungan dari penurunan parameter sumber panas yang ada untuk mendapatkan berapa nilai laju alir n-pentane yang optimal. Tabel 3a. Parameter pada Preheater Tabel 3b. Parameter pada Evaporator massa brine (kg/s) 2,48 T brine in (C) 116 T brine out (C) 101,6 P brine in (bar) 2,51 massa n-pentane (kg/s) 0,9 T n-pentane in (.C) 30,75 T n-pentane out (.C) 100 P n-pentane (bar) 6 EMTD (.C) 29,7 Duty (KW) 157,54 U act (KW) 325,95 U req (KW) 134,19 Over Desain (%) 142,9 massa brine (kg/s) 11,1 T brine in (C) 116 T brine out (C) 110,9 P brine in (bar) 2,51 massa n-pentane (kg/s) 0,9 T n-pentane in (.C) 100 T n-pentane out (.C) 103 P n-pentane (bar) 6 EMTD (.C) 13,8 Duty (KW) 272,39 U act (KW) 964,9 U req (KW) 647 Over Desain (%) 49,14 Gambar 4. Optimalisasi laju alir n-pentanepada evaporator 75
8 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : Diketahui dari uji coba pembukaan valve brine menuju preheater (CV1), bukaan terkecil yang bisa dilakukan adalah pada nilai laju alir 2,48 kg/s. Jika dihitung performa dari preheater maka didapatkan nilai parameter seperti pada Tabel 3a, terlihat bahwa nilai over desain yang ada mencapai 142%, artinya preheater sangat mampu untuk melakukan kerja pemanasan n-pentane sampai ke suhu sebelum saturasinya. Dari hasil simulasi pada evaporator, Gambar 4, didapatkan bahwa nilai parameter massa paling optimal yang bisa dipanaskan oleh sumber panas adalah 0,9 kg/s. Terlihat bahwa pada nilai optimal didapatkan dari nilai over desain tertinggi, atau nilai yang paling optimis bahwa pemanasan tersebut bisa tercapai untuk mendapatkan nilai uap n-pentane yang sesuai dengan spesifikasi dari turbin, nilai P dan T superheat tertinggi. Pada nilai optimal maka nilai Q yang didapatkan adalah 272,39 kw. Berdasarkan nilai di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan heat-mass balance pada laju alir brine optimal untuk mendapatkan berapa output dari siklus menggunakan software EES (Gambar 5). Nilai parameter evaporator disajikan pada Tabel 3b. Nilai output yang bisa dihasilkan setelah terjadi penurunan sumber panas adalah Wtur = 28,15 kw, jika diasumsikan efisiensi generator 97% maka output listrik yang bisa dihasilkan adalah 27,31 kw. Untuk memverifikasi hasil dari perhitungan simulasi, dilakukan pengukuran pada pilot plant PLTP biner Dieng. Pengukuran dilakukan pada titik-titik perpindahan dalam setiap komponen, terutama pada heat exchanger. Gambar 5. Simulasi heat-mass balance pada laju alir n-pentane 0,9 kg/s dengan parameter input brine mengalami penurunan 76
9 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng Tabel 4. Hasil pengukuran aktual dan simulasi desain pada pilot plant PLTP Biner Dieng Pembacaan dan penyimpanan sinyal dari thermocouple dan pressure transmitter menggunakan Graphtec GL7000 data recorder. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 4. Terlihat bahwa nilai parameter yang didapatkan berbeda dari hasil simulasi diatas (angka merah tebal). Pada nilai pembagian laju alir input brine antara preheater dan evaporator, didapatkan pada simulasi dengan laju alir input preheater 2,48 kg/s sudah didapatkan nilai output temperatur n-pentane 100 o C atau mendekati titik saturasi. Sedangkan pada aktual didapatkan bahwa dengan laju input brine 6,1 kg/s hanya mampu memanasi n-pentane sampai suhu 87C. Jika laju input preheater dinaikkan terus maka akan mengurangi laju brine ke evaporator. Konfigurasi pembukaan valve brine preheat (CV1) : valve brine evaporator (CV2) diatas yaitu 6,1 : 7,2 adalah nilai optimal dari pengujian. Perbedaan parameter kedua adalah pada nilai laju alir n-pentane, pengukuran pada aktual operasi, laju alir n-pentane tercatat 0,5 kg/s, sedangkan pada simulasi 0,9 kg/s. Jika dilihat dari kalor yang diterima oleh n-pentane maka didapatkan bahwa hasil dari aktual lebih kecil dari nilai simulasi, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5. Perhitungan kalor n-pentane pada fasa liquid menggunakan persamaan (12), untuk fasa saturasi dan superheat menggunakan persamaan (13), sedangkan nilai Q total yang diterima oleh n-pentane menggunakan persamaan (14). Nilai Cp n-pentane dan enthalpi pada suatu titik ditentukan dari software NIST Refprop. 77
10 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : Tabel 5. Perbandingan nilai kalor perpindahan panas pada simulasi desain dan aktual operasi Aktual Simulasi desain m Pentane (kg/s) tekanan (bar) 6 6 m ph Brine (kg/s) Qph (kw) dt (.C) 28 --> 87 30,7 --> 100 m ev Brine (kg/s) Qev (liq) (kw) dt (.C) 87 --> Qev (sat+sh) (kw) dt (.C) > > 103 Qhe (kw) jauh dibawah nilai tekanan kerja aman 15 bar pada grafik Silica Saturation Index dari fluida panas bumi dieng, tersaji pada Gambar 6. Faktor utama yang mempengaruhi perbedaan nilai aktual dan simulasi tersebut adalah aliran brine yang berupa dua fasa berbeda. Pada output brine preheater tekanan terukur 1 bar (0 barg) dan temperatur adalah 104 o C, jika dimasukkan dalam tabel properties untuk air, maka didapatkan bahwa fasanya adalah dua fasa, yaitu fasa uap dan air. Penurunan nilai tekanan output brine ini menunjukkan bahwa di dalam preheater terjadi penurunan tekanan (pressure drop) yang signifikan, sehingga kalor yang bisa diserap jauh lebih sedikit. Pada Incropera dkk (2007), disebutkan, bahwa koefisien perpindahan panas pada aliran 2 fasa lebih kecil dibandingkan dengan aliran cair penuh pada laju alir yang sama dan temperatur yang sama. Berdasarkan hasil analisis di lapangan, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hal tersebut adalah telah terjadi penebalan akibat silica scaling pada tube preheater, hal ini disebabkan oleh tekanan kerja dari sistem PLTP Biner Dieng Gambar 6. Silica Saturation Index (SSI) fluida geothermal Dieng [11]. Scalling mengakibatkan nilai fouling factor HE menjadi besar. Walaupun belum dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pipa-pipa di dalam HE, akan tetapi jika dilihat dari pipa outlet brine menuju atmospheric flash tank (AFT) (Gambar 7), terlihat jelas adanya proses silica scaling yang melekat di dinding pipa dengan tebal sekitar 1,5 cm. 78
11 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng Gambar 7. Silica Scaling yang terjadi di pipa outlet menuju AFT Faktor lain penyebab terjadi perbedaan kalor yang diterima n-pentane dari hasil simulasi dan aktual adalah adanya heat loss pada saluran pipa brine sebelum dan sesudah masuk sistem perpindahan kalor. Hal ini disebabkan karena insulation yang tidak maksimal, pengaruh suhu ambient/lingkungan serta kecepatan angin di sekitar saluran pipa. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahkan di saluran pipa outlet brine dari preheater dan evaporator sama sekali tidak diisolasi dan suhu ambien rata-rata 20 C. Wen-Lon Cheng dkk (2014) meneliti pengaruh ketebalan insulasi pada pipa geothermal, dan menyimpulkan bahwa semakin tebal insulator akan semakin mengurangi heat loss yang terjadi di saluran pipa [12]. Suhu ambien juga berpengaruh terhadap heat loss, bila suhu lingkungan semakin rendah maka heat loss semakin tinggi [3]. Sedangkan semakin tinggi kecepatan aliran udara disekitar saluran pipa, heat loss dalam pipa juga semakin tinggi [13]. Fenomena heat loss pada pipa brine terekam dalam data percobaan dimana suhu lingkungan rata-rata tercatat sebesar 20 o C, sedangkan suhu permukaan insulasi pipa tercatat 38 o C. Hal ini menunjukkan adanya panas yang terbuang ke lingkungan. Jika nilai aktual dari pengujian dimasukkan ke dalam siklus termodinamika dan dibandingkan dengan hasil dari simulasi, maka didapatkan bahwa terjadi pergeseran titik-titik termodinamika seperti terlihat Gambar 8. Terlihat bahwa titik 6, awal kerja evaporator bergeser kebawah ke temperatur 87 o C (titik 6), hal ini mengakibatkan penurunan kinerja heat exchanger sebagaimana sudah ditunjukkan diatas. Gambar 8. Siklus termodinamika PLTP biner Dieng pada kondisi penurunansumber panas, Simulasi Desain vs aktual operasi Pengaruh penurunan kalor yang diterima n-pentane berdasarkan hasil simulasi dan data aktual, (Tabel 3 dan Tabel 4), maka prediksi kerja turbin yang dihasilkan, sesuai persamaan (8) dan (9), disajikan pada Tabel 6. 79
12 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 2 Desember 2016 : Tabel 6. Kerja turbin yang bisa dibangkitkan Simulasi Desain Aktual Operasi Q.Heat Exchang kw kw m. n-pentane 0.9 kg/s 0.5 kg/s h1 (in turbin) kj/kg kj/kg h2 (out turbin) kj/kg kj/kg P turbin kw kw Asumsi efisiensi turbin = 0.6 Perbedaan kapasitas turbin pada Tabel 6, terutama disebabkan nilai laju alir n- pentane yang didapatkan antara simulasi dan aktual jauh berbeda. Penurunan laju alir pada kondisi aktual disebabkan oleh kurangnya kemampuan peralatan heat exchanger dalam melakukan perpindahan panas dari sumber ke fluida n-pentane, hal ini dikonfirmasi dengan analisis heat exchanger di atas. Kalor yang diserap turbin di simulasi (Q sim ) sebesar kw, sedangkan pada aktual (Q ak ) hanya sebesar kw. Akibatnya terjadi penurunan nilai enthalpi uap n-pentane masuk turbin yang tergantung dari sumber panas yang ada dan kinerja sistem heat exchanger. KESIMPULAN Pembangkitan listrik dari sumber panas enthalpy rendah sangat tergantung dari ketersediaan sumber panas. Kasus yang terjadi adalah terjadi penurunan nilai properties tekanan dan temperatur sumber panas air sisa pemisahan uap pada separator. Hasil optimasi simulasi didapatkan fakta bahwa peralatan heat exchanger yang ada mengalami over desain yaitu 142% pada preheat dan 49% pada evaporator. Nilai laju alir n-pentane optimal adalah 0,9 kg/s dengan tekanan kerja 6 bar. Nilai kalor yang bisa diserap oleh n-pentane pada heat exchanger adalah 419,51 kw dan kerja turbin yang bisa dihasilkan adalah 28,15 kw. Pada pengujian aktual kinerja heat exchanger PLTP biner Dieng, didapatkan bahwa nilai optimal laju n-pentane adalah 0,5 kg/s, kalor perpindahan panas sebesar 255,39 kw, tekanan kerja 6 bar dan kerja turbin yang bisa dihasilkan adalah 12,31 kw. Rendahnya nilai parameter pada pengujian aktual disebabkan oleh dua hal yaitu 1) heat exchanger bekerja diluar tekanan aman dari silica saturation index, sehingga diprediksi sudah terjadi pengendapan silica pada tube-tube heat exchanger, selanjutnya akan mengakibatkan pressure drop dan nilai fouling faktor besar dengan semakin tebalnya tube 2) terjadi heat loss akibat isolasi yang tidak maksimal pada pipa-pipa inlet dan outlet heat exchanger. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penulisan paper ini penulis menyampaikan terima kasih pada Dr. Yogi Sirodz Gaoz dan Edy Agus Mulyono, ST. atas data desain Heat exchanger PLTP-Biner Dieng. DAFTAR PUSTAKA [1] Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (2012) Profil Potensi Panas Bumi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: Jakarta. 80
13 Pengaruh Penurunan Karakteristik Sumber Panas Terhadap Kinerja Heat Exchanger di PLTP Biner Dieng [2] Pambudi NA, Itoi R, Jalilinasrabady S, and Jaelani K (2014), Exergy analysis and optimization of Dieng single-flash geothermal power plant. Energy Conversion and Management, 78: p [3] Incropera FP, Dewitt DP, Bergman TL, and Lavine AS, Fundamentals of Heat and Mass Transfer. 6th ed. 2007, United States of America: John Wiley & Sons, Inc. [4] Guo C, Du X, Yang L, and Yang Y (2014), Performance analysis of organic Rankine cycle based on location of heat transfer pinch point in evaporator. Applied Thermal Engineering, 62(1): p [5] Hsieh JC, Lee YR, Guo TR, Liu LW, Cheng PY, and Wang CC (2014), A Coaxial Multi-tube Heat Exchanger Applicable for a Geothermal ORC Power Plant. Energy Procedia, 61: p [6] Li W, Feng X, Yu LJ, and Xu J (2011), Effects of evaporating temperature and internal heat exchanger on organic Rankine cycle. Applied Thermal Engineering, 31(17-18): p [7] Ryms M, Pyś T, and Klugmann- Radziemska E (2014), Adapting the pinch point analysis to improve the ORC design process. International Journal of Energy Research, 38(1): p [8] Nguyen VM, Doherty PS, and Riffat SB (2001), Development of a prototype lowtemperature Rankine cycle electricity generation system. Applied Thermal Engineering, 21(2): p [9] Sharabi M, Ambrosini W, He S, and Jackson JD (2008), Prediction of turbulent convective heat transfer to a fluid at supercritical pressure in square and triangular channels. Annals of Nuclear Energy, 35(6): p [10] Kistler RS, ed. HTRI Design Manual. 2006, Heat Transfer Research, inc.: Texas, USA. [11] S.F. DepartmentO (2007) Technical Report : SSI Indeks of Dieng Geothermal Fluid,P.G. Energy Jakarta. [12] Cheng W-L, Li T-T, Nian Y-L, and Xie K (2014), An Analysis of Insulation of Abandoned Oil Wells Reused for Geothermal Power Generation. Energy Procedia, 61: p [13] Arisma E, Nugroho S, and Prabowo (2015), Studi Numerik Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Critical Radius dan Distribusi Temperatur pada Pipa Uap. JURNAL TEKNIK ITS 4(1): p
14 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 82
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System
32 BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System PLTP Gunung Salak merupakan PLTP yang berjenis single flash steam system. Oleh karena itu, seperti yang
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo
B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI
Lebih terperinciOPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi
Lebih terperinciAnalisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio
Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424
Lebih terperinciTekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)
CHRISNANDA ANGGRADIAR (2109 106 036) Dosen Pembimbing Ary Bachtiar Khrisna Putra, ST, MT, Ph.D STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC) Latar Belakang
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciOptimisasi Teknologi Proses Geothermal Sistem Flash Steam pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia
Optimisasi Teknologi Proses Geothermal Sistem Flash Steam pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia Daril Ridho Zuchrillah 1, Renanto Handogo 1, *, Juwari 1 1 Teknik Kimia ITS Surabaya, Jalan
Lebih terperinciANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN
ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN Ilham Bayu Tiasmoro. 1), Dedy Zulhidayat Noor 2) Jurusan D III Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciPerancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan
Lebih terperinciRe-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.
Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi
Lebih terperinciBAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK
BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK 3.1 Konfigurasi PLTGU UBP Tanjung Priok Secara sederhana BLOK PLTGU UBP Tanjung Priok dapat digambarkan sebagai berikut: deaerator LP Header Low pressure HP header
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL SIMULASI KCS 34
BAB IV ANALISIS HASIL SIMULASI KCS 34 4.1 KCS 34 HUSAVIC, ISLANDIA Pembangkit daya sistem siklus Kalina yang telah berjalan dan dilakukan komersialisasi didunia, yakni yang berada di negara Islandia. Akan
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)
Lebih terperinciEvaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number
Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Siti Duratun Nasiqiati Rosady 1), Bambang Arip Dwiyantoro 2) 1) Program Studi Pascasarjana Teknik
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE
ISSN: 1410-233 ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE Chandrasa Soekardi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciAnalisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur
Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN SIKLUS KALINA DENGAN CYCLE TEMPO 5.0
BAB III PEMODELAN SIKLUS KALINA DENGAN CYCLE TEMPO 5.0 3. SIKLUS KALINA 2 MW Sistem siklus Kalina 34 atau (KCS 34) digunakan dalam pembuatan pembangkat daya dan dirancang oleh Dr. Alexander Kalina yang
Lebih terperinciPerancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan Gas Buang Pada PLTU di Indonesia
Jurnal Rekayasa Hijau No.2 Vol. I ISSN 2550-1070 Juli 2017 Perancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan Gas Buang Pada PLTU di Indonesia Mohammad Azis M Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri,
Lebih terperinciGambar 2.1 Skema siklus cetus tunggal sederhana pada sistem pembangkit. Gambar 2.22 Diagram T-s untuk siklus cetus tunggal sederhana.
BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam bentuk batuan atau fluida yang terkandung di bawah permukaan bumi. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling
Lebih terperinciVERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciAnalisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap *Eflita Yohana
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air
Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin
Lebih terperinciStudi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123 Aria Halim Pamungkas, Ary Bachtiar Khrisna Putra Jurusan
Lebih terperinciANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 78-83 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan energi terus meningkat. Untuk dapat
Lebih terperinci(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo
Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas Aliran Lube Oil (Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi menjadi peran penting dalam menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan energi Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Energi fosil Indonesia jumlahnya
Lebih terperinciPENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3837 RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES DESIGN AND CONSTRUCTION OF TEMPORARY AIR
Lebih terperinciPerencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika
Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika Muhamad dangga A 2108 100 522 Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar Krishna
Lebih terperinciPengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle
1 Pengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle Adek Fathir Fajar, Ary Bachtiar K.P Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR
PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin
Lebih terperinciPENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR
PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.
Lebih terperinciBAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR
BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.
Lebih terperinciGbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda
BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciPengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciBab IV. Pengolahan dan Perhitungan Data 57 Maka setelah di klik akan muncul seperti gambar dibawah ini, lalu klik continue.
Bab IV. Pengolahan dan Perhitungan Data BAB IV PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA Hasil dari pengambilan data parabolic solar concentrator pada skripsi ini secara umum berhasil karena alat ini mampu memanaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,
Lebih terperinciSujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48
PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat berperan penting dalam kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktifitas manusia berhubungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA
BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA 4.1. Spesifikasi Main Engine KRI Rencong memiliki dua buah main engine merk Caterpillar di bagian port dan starboard, masing-masing memiliki daya sebesar 1450 HP. Main
Lebih terperinciANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts
ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU Bambang Setyoko * ) Abstracts Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ) is a construction in combine cycle with gas turbine and
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 85-90 PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet Priyoatmojo
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY
Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY Oleh: Taqwim Ismail 2111.105.007 Dosen Pembimbing: Ary Bachtiar K. P, ST.,
Lebih terperinciAnalisa Efisiensi Thermal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Unit 5 Dan 6 Di Tompaso
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer vol 7 no 2, 2018, ISSN : 2301-8402 123 Analisa Efisiensi Thermal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Unit 5 Dan 6 Di Tompaso Gerry A. Kusuma, Glanny Mangindaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciTEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.ere.01 TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH Rafif Tri Adi Baihaqi a), Hensen P. K. Sinulingga b), Muhamad Ridwan Hamdani
Lebih terperinciStudi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan
Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Kurniadi Heru Prabowo 1, Prabowo 2 1) Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Magister Rekayasa Energi, ITS
Lebih terperinciOleh : Dwi Dharma Risqiawan Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar K.P, ST, MT, PhD
STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN PENGARUH VARIASI TEKANAN MASUK TURBIN DAN VARIASI PEMBEBANAN GENERATOR TERHADAP PEFORMA TURBIN PADA ORGANIC RANKINE CYCLE Oleh : Dwi Dharma Risqiawan 2109100120 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciTURBIN UAP. Penggunaan:
Turbin Uap TURBIN UAP Siklus pembangkitan tenaga terdiri dari pompa, generator uap (boiler), turbin, dan kondenser di mana fluida kerjanya (umumnya adala air) mengalami perubaan fasa dari cair ke uap
Lebih terperinciDesain Kondensor Jenis Shell and Tube Heat Exchanger Untuk Sistem Organic Rankine Cycle
Desain Kondensor Jenis Shell and Tube Heat Exchanger Untuk Sistem Organic Rankine Cycle *M. Wildam Akbar 1, Berkah Fajar TK 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2
Lebih terperinciAnalisis Perpindahan Panas Pada Cooler Tank FASSIP - 01
Jurnal METTEK Volume 3 No 1 (2017) pp 11 20 ISSN 2502-3829 ojs.unud.ac.id/index.php/mettek Analisis Perpindahan Panas Pada Cooler Tank FASSIP - 01 Aprianto Tangkesalu 1)*, I.G.B Wijaya Kusuma 2) dan I
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciCara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DENGAN SISTEM DUAL PRESSURE MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG SEBUAH TURBIN GAS BERDAYA 160 MW
PERANCANGAN ULANG HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DENGAN SISTEM DUAL PRESSURE MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG SEBUAH TURBIN GAS BERDAYA 160 MW F. Burlian (1), A. Ghafara (2) (1,2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciEVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Saut Mangihut Tua Naibaho 1), Steven Darmawan 1) dan Suroso 2) 1) Program Studi Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki
Lebih terperinciTUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI
TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI Dosen Pembimbing : Ir. Joko Sarsetiyanto, MT Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN
BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN Setelah melakukan perancangan terhadap mesin-mesin refrigerasi yang akan digunakan, maka tahap berikutnya adalah melakukan perhitungan terhadap kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciAnalisis Exergy, Optimasi Exergoeconomic dengan Metode Multiobjective, dan Optimasi Steam Ejector Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Unit 4
Analisis Exergy, Optimasi Exergoeconomic dengan Metode Multiobjective, dan Optimasi Steam Ejector Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Unit 4 Septian Khairul Masdi, Nasruddin Departemen Teknik
Lebih terperinciSKRIPSI / TUGAS AKHIR
SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN GEOTHERMAL BRINE UNTUK PEMBANGKITAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN HEAT EXCHANGER
Halaman Judul TUGAS AKHIR - TF 141581 ANALISIS PEMANFAATAN GEOTHERMAL BRINE UNTUK PEMBANGKITAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN HEAT EXCHANGER ALOYSIUS AFRIANDI NRP. 2413 100 127 Dosen Pembimbing Dr. Ridho Hantoro,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN
ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR
PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR Afdhal Kurniawan Mainil, Rahmat Syahyadi Putra, Yovan Witanto Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN Proses analisa alat uji pada sistem organic rankine cycle ini menggunakan data Reference Fluid Thermodynamic and Transport Properties dan perhitungan berdasarkan
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo
B107 Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo Muhammad Ismail Bagus Setyawan dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN
ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.
EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pemilik potensi energi panas bumi terbesar di dunia, mencapai 28.617 megawatt (MW) atau setara dengan 40% total potensi dunia yang tersebar
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 Mei 2008 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Kampus IPB, Bogor. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi panas bumi (Geothermal) merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Saat ini energi panas
Lebih terperinciMODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING
MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING Muhamad Ridwan Hamdani a), Cukup Mulyana b), Renie Adinda Pitalokha c),
Lebih terperinciBAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR
27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dalam re-desain heat exchanger Propane Desuperheater dengan menggunakan baffle tipe single segmental, variasi jarak baffle dan baffle cut menentukan besarnya
Lebih terperinciJurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi
Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi Lamsihar S. Tamba 1), Harmen 2) dan A. Yudi Eka Risano 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci