DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian..

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian.."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. iii HALAMAN PENETAPAN PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI. ix ABSTRAK. xiii ABSTRACT xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus. 14 ix

2 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Manfaat praktis Landasan Teori Metode Penelitian Jenis penelitian Jenis pendekatan Sifat penelitian Data dan sumber data Teknik pengumpulan data Teknik penentuan sampel penelitian Teknik pengolahan dan analisis data.. 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGA HUKUM, INVESTOR, PERDAGANGAN BERJANGKA DAN PERUSAHAAPIALANG BERJANGKA KOMODITI Perlindungan Hukum Pengertian perlindungan hukum Prinsip-prinsip perlindungan hukum Bentuk-bentuk perlindungan hukum Investor Pengertian investor Tujuan investor Jenis investor. 34 x

3 2.3 Perdagangan Berjangka Komoditi Sejarah perdagangan berjangka komoditi Pengertian perdagangan berjangka komoditi Tujuan perdangan berjangka komoditi Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi Pengertian perusahaan pialang berjangka komoditi Dasar hukum perusahaan pialang berjangka komoditi Ciri ciri perusahaan pialang berjangka komoditi.. 41 BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Ketentuan hukum yang mengatur mengenai perdagangan berjangka komoditi Hak dan kewajiban investor dan perusahaan pialang berjangka Bentuk perlindungan hukum terhadap investor dalam perdagangan berjangka komoditi. 54 BAB IV PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DI PT. CENTRAL CAPITAL FUTURES Profil PT. CENTRAL CAPITAL FUTURES Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah/investor. 69 xi

4 4.3 Pelaksanaan perdagangan berjangka pada perusahaan pialang berjangka PT.Central Capital Future 78 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran.. 85 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN LAMPIRAN xii

5 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan bisnis perdagangan berjangka yang merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan dilakukan oleh kalangan dunia dan tentunya di Indonesia sangatlah popular dan juga salah satu merupakan penunjang pertumbuhan perekonomian, namun disayangkan banyak orang yang melakukan investasi di dalam perdagangan berjangka ini yang belum sepenuhnya memahami mekanisme yang ada di dalam perdagangan berjangka tersebut. Maka sangat diperlukan adanya perlindungan hukum terhadap investor dalam pelaksanaan perdagangan berjangka komoditi pada PT.Central Capital Futures, agar nasabah/investor merasa terjamin dengan adanya perlindungan hukum dalam kegiatan perdagangan berjangka tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris yaitu salah satu penelitian yang membahas hukum yang beroperasi dalam masyarakat. Penelitian hukum empiris menggunakan pendekatan masalah yang bermetode yuridis-empiris yaitu masalah yang diangkat dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yag berlaku dengan kenyataan pada aktifitas perdagangan berjangka komoditi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk perlindungan hukum kepada investor dalam perdagangan berjangka komoditi pada PT.Central Capital Future yaitu dengan diketahuinya hak dan kewajiban investor dan perusahaan pialang dapat mengurangi adanya suatu permasalahan, dan dengan didukung adanya bentuk perlindungan hukum preventif dan refresif, yaitu tindakan pencegahan sebelum terjadinya permasalahan dan tindak lanjut dari dampak yang ditimbullkan dari kasus tersebut. Pelaksanaan perdagangan berjangka dapat terjadi dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai perdagangan berjangka komoditi yang berlaku saat ini. Kata Kunci : Perdagangan Berjangka, Perlindungan hukum, Pelaksanaan. xiii

6 ABSTRACT Along with the development of futures trading business which is a form of activity that can be utilized and done by people of the world and of course in Indonesia is very popular and also one of the supporters of economic growth, but unfortunately there are many people who invest in futures trading is not fully understand of the mechanisms in the futures trading. So it s very important there a legal protection that can protect the investors in the implementation of commodity futures trading on PT. Central Capital Futures, so that customers/investors can feel confortable and secure with the legal protection in the futures trading activities. In this study using the type of empirical legal research, this resesarchs type is one of the research that discuss the laws that operate in social environment. Empirical legal research using a juridical-empirical problem-solving approach that issues raised in relation to legislation that apply to the reality of commodity futures trading activities. From the results of this study can be concluded that the form of legal protection to investors in commodity futures trading on PT. Central Capital Future is to know the rights and obligations of investors and brokerage companies can reduce the existence of a problem, and with the support of the form of preventive and refresive legal protection, is precautionary measures prior to the occurrence of the problem and the follow-up of the impacts incurred from the case. The implementation of futures trading may occur well in accordance with the prevailing rules of commodity futures trading that used these days. Keywords: Futures Trading, Legal Protection, Implementation xiv

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan zaman saat ini menuntut semua aspek bergerak dengan cepat untuk mengikuti perkembangan tersebut, tidak terkecuali sebuah negara harus turut serta dan berperan aktif dalam perkembangan tersebut. Setiap perubahan yang terjadi dalam suatu perkembangan zaman menuntut setiap manusia untuk terus berada dalam lingkup perkembangan tersebut sehingga setiap manusia dituntut untuk senantiasa berusaha agar dapat mengikuti perubahan zaman tersebut. Salah satu ciri negara yang dapat mengikuti perkembangan zaman adalah negara yang memiliki teknologi dan informasi yang canggih serta perekonomian yang kuat. Perkembangan teknologi mutakhir tidak dapat lepas dari pengaruhnya terhadap kecenderungan gaya hidup dan perilaku ekonomi manusia, demikian pula dengan perilaku dalam berinvestasi. Akhir-akhir ini perilaku investasi cenderung bergeser dari investasi riil ke arah investasi finasial. Kehidupan finansial manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang saat ini berlangsung. Indonesia dalam perjalanannya tidak lepas dari permasalahan di bidang ekonomi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan permasalahan tersebut dan beberapa diantaranya adalah stabilitas politik, stabiltas ekonomi, peralihan kekuasaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu pemerintah melalui program pembangunan nasional akan 1

8 2 diwujudkan oleh perekonomian yang mandiri dan handal dengan didukung infrstruktur perdagangan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perdagangan bebas yang salah satunya melalui Perdagangan Berjangka. Seiring dengan perkembangan zaman era globalisasi seperti sekarang yang dengan kemajuan ilmu teknologinya yang sangat pesat, corak dan ragam dalam investasi juga mulai mengalami perkembangan, dari investasi yang bersifat kebendaan yang dilakukan secara langsung menjadi investasi terhadap modal atau bentuk-bentuk investasi yang baru seperti surat berharga, barang komoditi utama, seperti saham, obligasi, komoditi perkebunan yang misalnya kelapa sawit, karet, minyak bumi dan lain-lain. Namun dalam berinvetasi tidak dapat lepas dari adanya resiko, karena dalam setiap kegiatan investasi pasti ada resiko yang besarnya tergantung dari jenis investasi yang dilakukan dan pengetahuan para pihak yang terlibat dalam investasi tersebut. Dengan banyaknya investasi yang dialihkan dari investasi secara langsung kepada investasi surat berharga, terutama oleh investor mandiri atau kecil dan menengah maupun oleh investor besar yang biasanya sangat menghindari resiko. 1 Salah satu jenis investasi yang ada di Indonesia saat ini adalah bursa berjangka. Keberadaan bursa berjangka di Indonesia diawali dengan terjadinya kasus penipuan tahun 1970 yang dilakukan oleh beberapa perusahaan komisioner yang menjalankan kegiatan penyaluran amanat kontrak investasi berjangka dari nasabah di dalam negeri ke bursa berjangka luar negeri. Perusahaan komisioner pada praktiknya tidak boleh 1 Johanes Arifin Wijaya, 2005, Bursa Berjangka, Penerbit Andi, Yogyakarta, h.11

9 3 melakukan penyaluran amanat dari nasabah ke bursa komoditi diluar negeri bahkan yang lebih parah lagi banyak nasabah yang dilarikan ke perusahaan komisioner. Akibat adanya keadaan tersebut, Menteri perdagangan pada waktu itu melarang kegiatan perdagangan berjangka komoditi. Sebenarnya dengan adanya perdagangan berjangka tersebut diharapkan mampu untuk menunjang perekonomian pada umumnya. Pada tahun 1982 pemerintah mengeluarkan aturan tentang perdagangan berjangka yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1982 tentang Bursa Komoditi, yang diikuti dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 1982 tentang Pendirian dan Pokok-Pokok Organisasi Bursa Komoditi. Pada saat ini perdagangan komoditi diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Pada waktu itu pengawasan perdagangan komoditi dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) yang berada dibawah kewenangan Derpartemen Perdagangan kemudian terdapat aturan lain seperti perjanjian kerjasama antara investor dengan perusahaan pialang merupakan dasar hukum utama dan acuan bagi para pihak untuk melaksanakan investasi dari investor di Bursa Berjangka. Selain itu perdagangan berjangka ini dapat digunakan sebagai sarana alternatif perdagangan berjangka bagi para pihak yang bermaksud untuk menanamkan modalnya di Bursa Berjangka. Perkembangan perdagangan berjangka di berbagai Negara sangat pesat dan saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur penunjang pertumbuhan perekonomian suatu Negara.

10 4 Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar, dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Perdagangan berjangka ini berkaitan dengan jual beli komiditi dan penyerahannya (barang) dilakukan berdasarkan kontrak berjangka- opsi atas kontrak berjangka pada waktu yang telah disepakati. 2 Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang menyatakan bahwa : Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan modal dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya. Perdagangan berjangka komoditi merupakan investasi derivatif (turunan) dari produk investasi saham dan sejenisnya yang tergolong dalam perdagangan pada bursa berjangka. Perdagangan berjangka komoditi sudah bukan merupakan bagian dari sekuritas, perdagangan berjangka komoditi memiliki regulasinya sendiri di Indonesia. Regulator yang mengawasi kegiatan para pialang berjangka komoditi ada dibawah 2 Ibid., h. 12.

11 5 wewenang Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), serta Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Namun ada beberapa hal yang harus diketahui tentang kerjasama investasi antara investor dengan perusahaan pialang berjangka, yaitu sebagai berikut : 1. Kedudukan investor terhadap pialang atau wakil pialang berjangka. Investor adalah pemilik modal yang mengamanatkan modalnya untuk diinvestasikan di bursa berjangka melalui pialang atau wakil pialang berjangka dengan demikian dapat dilihat bahwa pialang atau wakil pialang berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan investasi yang dilakukan oleh investor. 2. Sistem Investasi di Bursa berjangka Pelaksanaan investasi yang sudah ditanamkan melalui pialang atau wakil pialang berjangka adalah dengan cara membeli kontrak-kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka. Perdagangan Berjangka merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan dilakukan oleh kalangan dunia usaha sebagai sarana lindung nilai (hedging) yang sangat efektif untuk menunjang kemantapan strategi manajemen perusahaan dari timbulnya resiko/kerugian. Seiring dengan perkembangan bisnis perdagangan berjangka tentunya di Indonesia sangatlah popular dan juga salah satu merupakan penunjang pertumbuhan perekonomian, namun disayangkan banyak orang yang melakukan investasi di dalam perdagangan berjangka ini yang belum sepenuhnya

12 6 memahami mekanisme yang ada di dalam perdagangan berjangka tersebut. Ketidak pahaman masyarakat terhadap segala ketentuan mengenai perdagangan berjangka dimanfaatkan oleh perusahaan pialang berjangka dengan menjaring sebanyakbanyaknya nasabah atau investor yang dengan menyelewengkan dana milik nasabah dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran aturan yang sudah ditentukan oleh BAPPEBTI. Salah satu contoh kasus yang terjadi di perusahaan pialang berjangka yaitu pihak dari perusahaan tersebut dalam menjaring nasabah atau investor untuk melakukan investasi tidak memberikan informasi mengenai segala prosedur yang telah ditentukan namun sebaliknya pihak perusahaan memberikan informasi yang menyesatkan kepada nasabah secara langsung maupun tidak langsung yang dengan memberikan janji keuntungan yang fantastis kepada nasabah ataupun menyalahgunakan dana nasabah di rekening terpisah yang bukan merupakan rekening yang diberikan secara resmi oleh perusahaan pusat yang telah berada di bawah pengawasan BAPPEBTI. Sehingga seringkali hal ini dimanfaatkan oleh para pialang untuk berbuat curang terhadap investor yang mengakibatkan kerugian bagi investor yang sebagai pemilik modal dalam perusahaan pialang berjangka tersebut, yang tidak jarang menyebabkan terjadinya suatu permasalahan atau sengketa antara investor dengan manager investasi atau perusahaan pialang berjangka. 3 3 Ibid., h. 15.

13 7 Namun, pada undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pada pasal 4 huruf c mengenai hak konsumen yang menyebutkan bahwa : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Dapat dilihat dari bunyi pasal tersebut bahwa setiap konsumen atau dalam perdagangan berjangka komiditi disebut investorberhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur. Maka jika salah satu pihak perusahaan memberikan informasi yang tidak sesuai maka dapat dikenakan sanksi. Dalam pelaksanaan perdagangan berjangka diharapkan undang-undang memberikan hukum bagi orang yang dirugikan dengan menuntut pihak yang menyebabkan kerugian tersebut untuk memberikan ganti kerugian kepada nasabah perdagangan berjangka pengguna yang merasa dirugikan tersebut. Pialang berjangka sebagai pihak penyelenggara perdagangan berjangka wajib memberikan perlindungan hukum dan memberikan kepercayaan atas jasa pelayanan yang telah diberikan. Sedangkan dalam prakteknya, pelaksanaan perlindungan bagi nasabah perdagangan berjangka komoditi yang didasarkan pada perjanjian perdagangan berjangka komoditi sangatlah sulit untuk diwujudkan, karena tidak adanya klausulklausul pertanggung jawaban pialang berjangka atas hal-hal yang merugikan nasabah tersebut melemahkan posisi nasabah untuk memperoleh haknya. Sementara itu, Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi bisa dikatakan tidak memuat ketentuan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah

14 8 perdagangan berjangka. Ketentuan dalam pasal 50 ayat (2) UU RI No. 10 Tahun 2011 Tentang Perdangan Berjangka Komoditi yang menyatakan bahwa : Pialang Berjangka wajib menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Resiko serta membuat perjanjian dengan nasabah sebelum Pialang Berjangka yang bersangkutan dapat menerima dana milik nasabah untuk perdagangan kontrak berjangka. Ketentuan dalam pasal ini menyatakan bahwa masih minimnya perlindungan yang diberikan kepada nasabah perdagang berjangka. Pasal ini memperjelas bahwa resiko yang akan dihadapi nasabah sepenuhnya tergantung kepada keinginan nasabah sendiri untuk terlibat dalam perdagangan berjangka dan menanggung seluruh resiko yang dihadapi dalam bertransaksi di perdagangan berjangka ini. Untuk menjamin dan menciptakan keamanan dalam berinvestasi, Negara Indonesia perlu memberikan perlindungan hukum terhadap investasi yang ditanamkan oleh investor pada suatu perusahaan. Perlindungan hukum merupakan salah satu unsur untuk memperbaiki aspek penegakan hukum di suatu Negara. Tentunya perlindungan hukum diberikan oleh Negara kepada masyarakatnya demi mewujudkan stabilitas dalam hal apapun, termasuk didalamnya dalam hal ekonomi seperti adanya kegiatan investasi. 4 4 Made Udiana, 2011, Rekontruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing, Udayana University Press, Denpasar h. 2

15 9 Penulisan usulan penelitian ini melakukan penelitian di PT. Central Capital Futures di Provinsi Bali yang beralamat di jalan Letda Tantular blok A-6, Ruko Dewata Square, Renon. Adapun alasan penulis meneliti di PT. Central Capital Futures karena selain merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di jasa keuangan dan karena sesuai untuk dibahas dari sisi jasa pelayanan perdagangan berjangka komoditi yang dimana membantu pemilik modal (investor), baik retail maupun corporate investor, untuk mengembangkan investasinya dengan bertransaksi perdagangan berjangka secara aman, terukur dan berlikuidasi tinggi dengan tujuan pemindahan resiko meupun pemanfaatn fluktuasi harga serta perdagangan berjangka komoditi pada PT. Central Capital Futures merupakan salah satu bentuk investasi baru yang dimana investor berpeluang untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi, dengan adanya keuntungan tersebut perdagangan berjangka yang merupakan jenis investasi yang dapat dikatakan baru di Indonesia yang menarik keinginan masyarakat. Besarnya minat masyarakat sejalan dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar tersebut. Namun masyarakat selama ini kurangnya pengetahuan mengenai tata cara pengelolaan dana, cara mengoperasikannya secara online maka dalam kegiatan perdagangan berjangka itu diperlukan perlindungan hukum bagis nasabah atau investor perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi. Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul :

16 10 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PADA PT. CENTRAL CAPITAL FUTURES DI DENPASAR. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dalam penelitian ini akan dibahas beberapa pokok permasalahan yang terkait. Adapun permasalahan yang dimaksudkan sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum dalam perdagangan berjangka kepada investor? 2. Bagaimana pelaksanaan perdagangan berjangka antara investor dengan perusahaan pialang berjangka pada PT. Central Capital Futures? 1.3 RUANG LINGKUP MASALAH Agar mendapatkan gambaran tentang apa yang penulis uraikan dalam penelitian ini, maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup permasalahannya, agar hasil dari penelitian ini tidak menimbulkan penafsiran yang terlalu luas dan untuk mendapatkan uraian yang lebih terarah dalam proses pelaksanaan penelitian ini maka diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian, adapun ruang lingkup dari permasalahan yang akan dibahas yaitu: Pertama mengenai bentuk perlindungan dalam perdagangan berjangka komoditi kepada investor didalam pembahasan ini akan membahas beberapa sub

17 11 bagian, seperti ketentuan hukum yang mengatur mengenai perdagangan berjangka komoditi, hak dan kewajiban perusahaan pialang berjangka dan investor dan bentuk perlindungan hukum terhadap investor dalam perdagangan berjangka komoditi Kedua mengenai pelaksanaan perdagangan berjangka antara investor dengan perusahaan pialang berjangka pada PT. Central Capital Futures yang dimana didalam pembahasan ini akan membahas beberapa sub bagian, seperti profil dari PT. Central Capital Futures, perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah atau investor, dan pelaksanaan perdagangan berjangka antara investor dengan perusahaan pialang berjangka pada PT. Central Capital Futures. 1.4 ORISINALITAS PENELITIAN Dalam rangka menghindari adanya plagiat atau kemiripan dalam penyusunan hasil dari penelitian ini yang membahas mengenai perlindungan hukum terhadap investor dalam pelaksanaan investasi berjangka. Adapun penelitian yang memiliki kemiripan dan memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :

18 12 No Judul Penulis Rumusan Masalah 1 Perlindungan Hukum Grandnaldo 1. Bagaimana penerapan Terhadap Investor dalam Yohanes hukum dalam transaksi di pasar modal Tindangen perlindungan penanam melalui derivatties market modal(investor) asing maupun dalam negeri Menurut Undang-undang 25 Tahun Bagaimana Proses penyelesaian sengketa antara penanam modal (Investor) dengan 2 Perlindungan Hukum Bagi Anak Agung perusahaan yang melalui derivaties market? 1. Bagaimanakah Nasabah Perusahaan Pialang Gede perlindungan hukum Berjangka Mahendra terhadap nasabah dalam hal perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan?

19 13 2. Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan pialang berjangka dibubarkan yang terhadap nasabah? 1.5 TUJUAN PENELITIAN Dalam penelitian ini memiliki tujuan, baik itu tujuan umum maupun tujuan khusus. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tujuan umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang berkaitan mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap investor dalam perdagangan berjangka komoditi. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan dari perdagangan berjangka komoditi antara investor dengan perusahaan pialang berjangka.

20 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini meliputi : 1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada investor dalam hal berinvestasi pada perusahaan-perusahaan perdagangan berjangka di Negara Indonesia. 2. Untuk mendalami berbagai pelaksanaan dan perjanjian yang terjadi dalam hal perdagangan berjangka komoditi antara investor dengan perusahaan pialang berjangka. 1.6 MANFAAT PENELITIAN Melalui penelitian ini terdapat adanya manfaat dari penelitian yang dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menambah wawasan mahasiswa dan masyarakat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum umumnya. Serta menambah pemahaman mengenai pengaturan tentang perlindungan hukum bagi investor dalam pelaksanaan kegiataan perdagangan berjangka komoditi.

21 Manfaat Praktis Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap suatu permasalahan hukum sehingga hasil dari penelitian dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam pembuatan karya-karya tulis baik itu makalah maupun penelitian hukum lainnya agar mahasiswa dapat melaksanakan dalam praktek di masyarakat secara langsung. 1.7 LANDASAN TEORI Pasal 1313 KUH Perdata memberikan rumusan tentang Perjanjian yang menyatakan bahwa : Suatu perjanjian adalah suati perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Syarat sahnya suatu perjanjian secara umum di atur dalam pasal 1320 KUH Perdata, terdapat 4 syarat yang harus di penuhi untuk sahnya perjanjian syarat-syarat tersebut adalah : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal.

22 16 Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berkenaan dengan para subjek yang membuat perjanjian itu, apabila salah satu dari kedua syarat tidak terpenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan, sedangkan syarat ketiga dan keeempat dinamakan syarat objektif karena berkenaan dengan objek dalam perjanjian tersebut, jika salah satu dari kedua syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian dapat batal demi hukum. 5 Dalam penulisan penelitian ini digunakan beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang terkait dalam penelitian ini guna menunjang pembahasan permasalahan tersebut, sebagai berikut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III yang menyebutkan bahwa perlindungan adalah tempat berlindung atau melindungi. Pemberian perlindungan hukum tidak terlepas dari Negara hukum. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Menurut Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang berdiri atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Pancasila. Menurut Fitzgerald, menjelaskan mengenai teori perlindungan hukum dari Salmond bahwa bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu kepentingan, perlindungan terhadap h Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta,

23 17 kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi utnuk menentukan kepentingan manusia yang perlu di atur dan di lindungi. 6 Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam hal kepentingannya tersebut yang dengan memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Selanjunya pendapat dari Setiono, perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian, perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 6 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.15.

24 18 1. Perlindungan hukum preventif Perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan kewajiban Perlindungan hukum represif Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukannya pelanggaran. 1.8 METODE PENELITIAN Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum secara empiris yaitu sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat. Penelitian hukum empiris merupakan salah satu penelitian yang membahas hukum yang beroperasi dalam 7 Ibid., h.30.

25 19 masyarakat. Dalam penelitian ini yang menjadi salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga dari masyarakat itu sendiri, yang berupa kesadaran dari masyarakat untuk mematuhi suatu Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 8 Penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah. Penelitian hukum sosiologis memandang hukum sebagai fenomena sosial. 9 Pada penulisan penelitian, penulis mengkaji mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Pelaksanaan Perdagangan Berjangka Komoditi pada PT.Central Capital Futures di Denpasar Jenis pendekatan Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris maka adapun dalam penelitian ini, menggunakan jenis pendekatan sebagai berikut : 1. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk mengkaji bagaimana ketentuan-ketetuan yang mengatur mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Pelaksanaan Investasi dalam hal perdagangan Berjangka yang dengan 8 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h H. Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian, Sinar Grafika, Jakarta, h. 34.

26 20 melakukan kajian terhadap undang-undang yang terkait dengan permasalahan hukum dalam penelitian ini, yang selanjutnya dihubungkan dengan fakta dilapangan di tempat penelitian dilakukan. 2. Pendekatan Fakta (The Fact Approach) Pendekatan fakta digunakan untuk mengkaji dari fakta-fakta yang ada yang terkait perlindungan hukum terhadap investor dalam pelaksanaan perdagangan berjangka komoditi dan melihat keadaan nyata di wilayah penelitian dilakukan. 3. Pendekatan Kasus ( The Case Approach) Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus yang ditelaah sendiri merupakan kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Dalam penelitian akan diteliti kasus pada PT. Central Capital Futures. Hal pokok yang akan dikaji pada putusan tersebut adalah mengenai pelaksanaan dalam perdagangan berjangka yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang dimana dalam penelitian ini memberikan uraian atau gambaran terhadap peristiwa hukum yang diteliti dengan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam

27 21 masyarakat. 10 Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada penggambaran/pemaparan yang khususnya mengenai pelaksanaan dari perjanjian yang dilakukan antara investor atau nasabah dengan perusahaan pialang berjangka Data dan Sumber Data Untuk menunjang pembahasan dalam penelitian ini terhadap permasalahan yang diajukan, sumber data diperoleh dari: 1. Data primer Data Primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan atau field research, dilakukan baik melalui wawancara atau interview. 11 Data Primer dalam penulisan skripsi ini bersumber dari kenyataan yang terjadi dilapangan dalam pelaksanaan perdagangan berjangka. Sumber data juga diperoleh dari informan maupun responden yang diperoleh langsung dilapangan tempat penelitian dilakukan, yang dimana data yang diperoleh tersebut berasal dari observasi atau pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui teknik wawancara. 10 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, h.16

28 22 2. Data sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari data kepustakaan ( library research) yaitu dimana data-data atau bahan penulisan ini diperoleh dari literatur-literatur dan peraturan Perundang-undangan yang ada kaitannya dengan masalah. Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumentasikan dalam bentuk bahan-bahan hukum. Data sekunder terdiri dari : - Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif) yang terdiri dari 12 : a. Peraturan Perundang-Undangan b. Catatan - catatan resmi atau risalah pembuatan suatu peraturan perundang-undangan. c. Putusan Hakim. Adapun bahan hukum yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjagka Komoditi. Jakarta, h Soerjono Soekanto & Sri Mahmudji, 1988, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press,

29 23 b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdaganga Berjangka Komoditi. c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgerlijk Wetboek terjemahan R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. - Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang didapat dari beberapa pustaka yang ada yang memiliki kaitan yang erat dengan bahan hukum primer yang berisikan informasi. Contoh bahan hukum sekunder adalah berupa buku-buku hukum, hasilhasil penelitian atau pendapat pakar hukum artikel-artikel serta dokumen yang relevan lainnya. - Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun bahan hukum tersier yang digunakan adalah : - Kamus Besar Bahasa Indonesia - Kamus Bahasa Inggris Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengamatan atau observasi dan teknik wawancara, yaitu :

30 24 1. Teknik pengamatan atau observasi Merupakan suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap peristiwa atau kejadian yaang terjadi pada lokasi penelitian dilakukan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. 2. Teknik Wawancara Merupakan suatu percakapan yang dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan yang telah dirancang secara sistematis guna mendapatkan jawabanjawaban yang relevan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan yang diwawancarai (narasumber) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut Teknik Penentuan Sampel Penelitian Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Snowball Sampling, merupakan penarikan sampel dengan teknik yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari sample sebelumnya dan merupakan salah satu metode dalam pengambilan sampel dari suatu populasi. Dimana snowball

31 25 sampling ini adalah termasuk dalam teknik non-probability sampling (sampel dengan probalitas yang tidak sama). Untuk metode pengambilan sampel seperti ini khusus digunakan untuk data-data yang bersifat komunitas dari subjektif responden/sampel, atau dengan kata lain objek sampel yang kita inginkan sangat langka dan bersifat mengelompok pada suatu himpunan. Dengan kata lain snowball sampling metode pengambilan sampel denga secara berantai Teknik Pengolahan dan Analisis Data Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum terkumpul mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis, kemudian setelah mengadakan sistematisasi baha hukum dianalisasi kemudian melakukan interpretasi atau penafsiran terhadap bahan hukum tersebut. Bahan-bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder adalah data kualitatif kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Sehingga tulisan ini bersifat deskriptif analisis. Analisis data yakni dengan analisis kualitatif untuk menjawab permasalahn dalam penelitian ini Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo, Jakarta, hal. 14 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres,Jakarta,h.197

32 26

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi para investor, kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup menarik,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. MILLENIUM PENATA FUTURES

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. MILLENIUM PENATA FUTURES PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT. MILLENIUM PENATA FUTURES oleh : Ni Luh Putu Ayu Merry Candrawati R.A. Retno Murni Marwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang secara pesat, baik dari segi ekonomi,sosial,maupun politik.kebutuhan ekonomi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Jika tidak maka ia akan tertinggal jauh dengan yang lain, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Jika tidak maka ia akan tertinggal jauh dengan yang lain, baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas yang semakin berkembang dan teknologi yang semakin canggih, menuntut manusia agar mau berfikir dan berusaha. Jika tidak maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana investasi atau sarana pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui proses penawaran umum (go

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA Galih Mahendratama Putra, Budiharto, Siti Mahmudah*) Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL Oleh Kadek Endra Bayu Sudiartha Made Subawa Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi secara harfiah diartikan sebagai aktifitas atau kegiatan penanaman modal, sedangkan investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai uang untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, corak dan ragam perdagangan juga mulai mengalami perkembangan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE Oleh : Putu Prasmita Sari I Gusti Ngurah Parwata Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of this scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini terjadi perkembangan perekonomian yang sangat pesat dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal research), dan pendekatan yuridis empiris (empirical legal research). Disebut demikian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I `PENDAHULUAN. Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

BAB I `PENDAHULUAN. Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana BAB I `PENDAHULUAN A. Latar belakang Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar, dengan adanya potensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum dimana penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Negara hukum dalam kekuasaan pemerintahan berdasarkan kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Pembangunan Daerah dengan fungsinya meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah, sebagai perantara pihakpihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN TRANSAKSI EFEK MELALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL INDONESIA

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN TRANSAKSI EFEK MELALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL INDONESIA EFEKTIFITAS PELAKSANAAN TRANSAKSI EFEK MELALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL INDONESIA Navila Faisal Ni Ketut Supasti Darmawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam Pasal 1 angka 1 menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA Oleh : Belly Riawan I Made Mahartayasa Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Along with the development

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Perdagangan berjangka komoditi (yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan dunia usaha saat ini semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sehingga Sumber Daya Manusia sebagai pelakunya dituntut untuk menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM. 0916051085 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola resiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh Made Gede Justam Widhyatma I Ketut Tjukup Bagian Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah yuridis empiris. Yuridis empiris merupakan cara penelitian

METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah yuridis empiris. Yuridis empiris merupakan cara penelitian III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris. Yuridis empiris merupakan cara penelitian hukum

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan berjangka di berbagai negara saat ini melaju sangat pesat dan telah menjadi salah satu penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAH ULUAN. masalah kompleks untuk dihadapi tetapi masalah ekonomi menjadi suatu masalah yang sulit

BAB I PENDAH ULUAN. masalah kompleks untuk dihadapi tetapi masalah ekonomi menjadi suatu masalah yang sulit BAB I PENDAH ULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman yang semakin berkembang bukan hanya masalah hukum yang menjadi masalah kompleks untuk dihadapi tetapi masalah ekonomi menjadi suatu masalah yang sulit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard contract. Perjanjian baku merupakan perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang CSR (Corporate Social Responsibility) saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha semakin berkembang dengan adanya era perdagangan bebas, 107 maka untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut yang sejalan dengan kesepakatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT DENGAN PIHAK KETIGA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga keuangan tersebut dalam

Lebih terperinci

KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS Oleh: Anak Agung Intan Permata Sari Ni Ketut Supasti Darmawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS

AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS Oleh : I Made Aryawan Saddewa Ni Nengah Adiyaryani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720); 7. Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa yang dapat dikonsumsi.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS Oleh : I Gusti Agung Puspa Dewi I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA Oleh Gek Ega Prabandini I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects Against

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA Oleh : I Gede Arya Pratama Made Nurmawati Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract : The paper

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa di dalam Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Secara substansial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain sehingga timbullah hubungan hak dan kewajiban. Setiap orang mempunyai hak yang wajib selalu di perhatikan orang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu permasalahan. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting untuk menyukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja.

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tinjauan dari segi hubungan keluarga, rumah merupakan sarana atau tempat tinggal yang damai. Karena di dalam rumahlah para anggota keluarga dapat lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lain dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia memerlukan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI Oleh: Komang Ayu Pradnyatiwi Mustika Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah sistem pemerintahan di daerah dengan penguatan sistem desentralisasi (Otonomi Daerah). Perubahan

Lebih terperinci