HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Proksimat Ekstrak Daun Murbei Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan dan komposisi zat gizi yang terdapat dalam ekstrak daun murbei. Hasil analisis terhadap komposisi zat gizi daun murbei segar dan ekstrak daun murbei baik yang berasal dari daun muda maupun daun tua disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Kandungan zat gizi daun murbei Komposisi Daun murbei muda segar Daun murbei tua segar Kadar air (%bb) Karbohidrat (% bk) Lemak (%bk) Protein (%bk) Serat kasar (%bk) Kadar abu (%bk) 83,29 12,16 0,64 3,53 7,72 0,38 78,53 14,75 0,60 5,89 6,48 0,23 MSA 59,03 33,99 0,61 6,32 7,84 0,05 TSA 47,66 45,49 0,60 6,21 8,37 0,04 MKA 57,94 35,68 0,55 5,53 10,60 0,30 TKA 53,61 39,96 0,73 5,44 7,96 0,26 MSL 57,22 36,79 0,64 5,28 7,75 0,07 TSL 44,06 50,53 0,60 4,76 7,29 0,05 MKL 37,40 57,86 0,61 4,08 10,40 0,05 TKL 34,97 58,07 0,58 6,31 9,72 0,07 Keterangan: MSA (daun muda segar larut air);tsa (daun muda tua segar larut air);mka (daun muda kering larut air);tka (daun tua kering larut air);msl (daun muda segar larut lemak);tsl (daun tua segar larut lemak);mkl (daun muda kering larut lemak);tkl (daun tua kering larut lemak). Dari hasil analisis proksimat diketahui bahwa kandungan gizi ekstrak daun murbei cukup lengkap, karena mengandung karbohidrat, lemak, protein dan serat. Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak daun murbei baik yang berasal dari daun tua maupun daun muda kandungan karbohidrat, protein dan serat kasar lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei segar. Singhal et al (2001) melaporkan bahwa beberapa penelitian yang dilakukan di India menunjukkan daun murbei

2 34 mengandung banyak asam amino yaitu dopamine, DOPAC, kynurenine, norepinephrine, tryptophan, tyramine, tyrosine, HPAC-4, L-DOPA dan nilai serat kasar yang cukup tinggi. Menurut Almatsier (2003) bahan makanan yang banyak mengandung serat cenderung meningkatkan berat feses, memperpendek waktu transit di dalam saluran cerna dan dapat mengontrol metabolisme glukosa. Sedangkan menurut Sardesai (2003) berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa serat tanaman menghambat penyerapan karbohidrat dan menghasilkan postprandial glikemik yang rendah. Tingginya serat pangan di dalam diet berkaitan dengan reduksi resistensi insulin, sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes. Daun murbei segar memiliki kandungan karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak daun murbei. Daun muda segar kandungan karbohidrat sebesar 12,16% sedangkan daun tua sebesar 14,75%. Menurut deman (1997), karbohidrat yang terdapat di dalam tumbuhan adalah monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Induksi Aloksan Hewan percobaan diabetes mellitus dapat dipersiapkan dengan menggunakan bahan kimia diabetogenik, yaitu aloksan dan streptozotosin, dengan dosis tertentu aloksan dapat menyebabkan kerusakan selektif terhadap sel-sel β pankreas, sehingga menghasilkan keadaan hiperglikemia permanen yang merupakan salah satu ciri DM tipe-1. Menurut Ahmed et al (2001) streptozotosin merupakan bahan diabetogenik yang dapat menghasilkan keadaan diabetes tipe-1 maupun tipe-2. Winarto (2007) melaporkan bahwa berdasarkan pengamatan morfologi tehadap tingkat kerusakan sel-sel β pankreas menunjukkan bahwa tikus yang diinduksi dengan streptozotosin dengan dosis 60 mg/kg BB menghasilkan tikus dengan keadaan DM sedang karena masih terdapat sejumlah sel-sel β. Menurut Fukunaga et al (1997) sifat diabetogenik diduga terjadi karena kerusakan DNA dalam sel-sel β pankreas yang disebabkan oleh alkilasi DNA, disamping itu juga akibat aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dihasilkan dari nitrogen oksida (NO) yang bersumber dari streptozotosin.

3 35 Dosis aloksan optimum yang dapat menghasilkan kondisi hiperglikemia permanen tergantung dari jenis, umur dan kondisi hewan percobaan. Andayani (2003) melaporkan bahwa tikus putih berumur sekitar tiga bulan dengan berat badan g yang diinduksi dengan aloksan 75 mg/kg berat badan hanya menghasilkan tikus dengan kadar glukosa darah sesaat mg/dl sebanyak 25%, tetapi dalam waktu satu minggu kadar glukosanya kembali normal. Selanjutnya digunakan dosis 125 mg/kg berat badan untuk menghasilkan tikus DM sedang, ternyata dapat menghasilkan 80% tikus diabetes sedang dengan kadar glukosa darah mg/dl. Pada penelitian ini digunakan aloksan dengan dosis Andayani (2003), dan pada dosis tersebut setelah tiga hari tikus yang mengalami hiperglikemia permanen (kadar glukosa darah sesaat lebih besar dari 200 mg/dl) lebih dari 90% dengan peningkatan kadar gula darah sebesar 386,7%. Karena sangat sulit mendapatkan variasi kadar glukosa darah antar tikus DM relatif kecil, oleh karena itu semua tikus DM dengan kadar glukosa darah sesaat lebih dari 200 mg/dl digunakan dalam penelitian ini. Rata-rata kadar glukosa darah setelah induksi masing-masing kelompok berkisar antara 200 mg/dl sampai 450 mg/dl (Gambar 11). Gambar 11. Kadar glukosa darah sebelum dan setelah induksi aloksan

4 36 Induksi aloksan dilakukan secara intraperitonial dengan maksud untuk mempersingkat jalur induksi. Faktor yang sangat dominan untuk menghasilkan sifat diabetogenik aloksan adalah pembentukan senyawa oksigen reaktif yang terjadi dalam sel-sel β pankreas. Beberapa penelitian melaporkan bahwa aloksan meningkatkan konsentrasi kalsium bebas sitosolik dalam sel-sel β pankreas akibat dari beberapa proses antara lain peningkatan infulk kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi intraseluler, maupun berkurangnya kalsium yang hilang dalam sitoplasma. Kemampuan aloksan untuk dapat menimbulkan diabetes juga tergantung pada jalur penginduksian, dosis, senyawa, hewan percobaan dan status gizinya (Szkudelski 2001 ). Menurut Cooperstein dan Watkins (1981) diacu dalam Widowati 2007, berbagai penelitian menunjukkan bahwa induksi aloksan mempengaruhi kadar gula darah, dan apabila diplotkan dalam kurva terbagi menjadi tiga fase. Fase pertama yaitu 1-4 jam setelah injeksi aloksan akan terjadi hiperglikemia, diikuti dengan fase hipoglikemia sekitar 6-12 jam pasca injeksi aloksan, dan fase ketiga (12-24 jam) terjadi hiperglikemia permanen. Kadang-kadang sebelum fase pertama, terjadi hipoglikemia singkat yaitu menit setelah injeksi aloksan. Oleh karena itu seleksi tikus DM dalam penelitian ini dilakukan tiga hari setelah induksi aloksan. Perubahan Berat Badan Tikus Perubahan berat badan merupakan salah satu ciri umum penderita diabetes. DM ditandai dengan poliurea, polidipsia, poliphagia dan penurunan berat badan serta lemah (Hartono 2006). Bila kadar glukosa darah naik diatas 180 mg/dl, ginjal tidak dapat menahan sehingga sebagian glukosa dibuang melalui urine, sehingga kadar glukosa urine tinggi dan menarik banyak air (daya osmotik gula). Akibat penarikan air yang terlalu banyak, volume urine berlebihan, oleh sebab itu penderita DM sering kencing (poliurea). Keadaan tersebut akan mengganggu neraca air di dalam tubuh, yang akhirnya dimanifestasikan oleh rasa haus terus menerus (polidipsia). Pada waktu yang bersamaan, meskipun kadar glukosa darah berlebih tetapi tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi sel (glucosestorred stat), sehingga tubuh menjadi lemah dan terjadi perasaan lapar yang

5 37 berlebihan (poliphagia). Untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh harus memecah lemak atau protein, akibatnya akan terjadi penurunan berat badan (Hartono 2006). Perubahan berat badan tikus bervariasi setelah mengalami DM (Lampiran 2). Rata-rata penurunan berat badan dalam penelitian ini sebesar 9,1%, hasil ini hampir sama dengan penelitian Takatori et al (2002) yang melaporkan bahwa hamster diabetes yang diinduksi dengan aloksan dan streptozotosin mengalami penurunan berat badan sebesar 9%, Sedangkan penelitian Widowati (2007) pada tikus diabetes induksi aloksan mengalami rata-rata penurunan berat badan sebesar 4,7%. Berdasarkan hasil uji regresi linier menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p > 0,05) antara penurunan berat badan dengan konsumsi ransum tikus diabetes induksi aloksan (Tabel 3). Keadaan ini mungkin mengindikasikan bahwa tikus telah mengalami DM. Percobaan lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan kemungkinan tersebut. Tabel 3 Perubahan berat badan tikus dan jumlah konsumsi ransum selama percobaan Kelompok perlakuan Perubahan berat badan (g) Jumlah konsumsi (g/hr) MSA -27,8± 86,32 a 8,72 ± 0,77 a TSA -7,0 ± 5,0 a 12,54 ± 1,10 a MKA -1,6 ± 39,55 a 11,60 ± 1,77 a TKA 18, ± 25,07 a 14,3 ± 0,66 a MSL -7,8 ± 10,75 a 11,28 ± 1,65 a TSL -53,8 ± 4,91 a 8,42 ± 0,83 a MKL 60,0 ± 13,24 a 13,68 ± 0,47 a TKL -58,0 ± 77,65 a 7,32 ± 0,21 a Kontrol 5,0 ± 19,50 a 13,38 ± 0,86 a Keterangan: Angka yang diikuti huuruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P> 0,05). MSA (daun muda segar larut air); TSA (daun tua segar larut air); MKA (daun muda kering larut air); TKA (daun tua kering larut air); MSL (daun muda segar larut lemak); TSL (daun tua segar larut lemak); MKL (daun muda kering lemak); TKL(daun tua kering larut lemak). Menurut Subekti (1999) pada penderita diabetes, walaupun kadar glukosa dalam darah tinggi tetapi sel tidak dapat memanfaatkan glukosa dalam darah sehingga untuk mempertahankan kehidupannya sumber tenaga diambil dari otot ataupun hati melalui proses glukoneogenesis sehingga keadaan ini menyebabkan berat badan menurun. yang

6 38 Kadar Glukosa Darah Tikus DM Pemberian ekstrak daun murbei pada tikus dilakukan dengan menggunakan sonde. Penentuan dosis ekstrak yang dicekokkan ke tikus didasarkan pada pemakaian tradisional dan berdasarkan perhitungan, sehingga didapatkan dosis konversi yaitu 0,01 mg/g berat badan tikus. Hasil pengujian efek hipoglikemik ekstrak daun murbei terhadap kadar glukosa darah tikus diabetes induksi aloksan sebelum dan 1 jam, 3jam dan 5 jam setelah diberi ekstrak daun murbei menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05) berdasarkan uji T (Lampiran 4). Penurunan kadar glukosa darah tikus terlihat sangat kuat terutama 1 jam dan 3 jam setelah perlakuan. Gambar 13 menunjukkan bahwa pada jam ke-1 dan jam ke-3 efek penurunan kadar glukosa darah untuk semua jenis ekstrak baik yang berasal dari daun muda segar dan kering ataupun daun tua segar dan kering dengan pelarut hexane dan pelarut air ini lebih kuat dibandingkan kelompok kontrol. Pengaruh ekstrak terhadap kadar glukosa darah 400 kadar gula darah (mg/dl) MKA KSS MSA MSL TSA TSL MKL TKL TKA 0 0 jam 1 jam 3 jam 5 jam waktu Keterangan: MKA (daun muda kering larut air);kss (kontrol);msa (daun muda segar larut air); MSL (daun muda segar larut lemak); TSA (daun tua segar larut air); TSL (daun tua segar larut lemak); MKL (daun muda kering larut lemak); TKL (daun tua kering larut lemak); TKA (daun tua kering larut lemak). Gambar 12. Pengaruh beberapa jenis ekstrak terhadap kadar glukosa darah Konsentrasi glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) pada penderita DM disebabkan oleh peningkatan produksi glukosa hati diiringi dengan penurunan pemanfaatan glukosa oleh jaringan perifer. Disamping gangguan metabolisme

7 39 karbohidrat, DM juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Asam amino terpaksa dikonversi menjadi glukosa. Ketosis merupakan salah satu gangguan metabolisme asam lemak. Ketosis terjadi dengan meningkatnya metabolisme trigliserida yang diikuti dengan kelebihan produksi keton bodies dan kolesterol (Brody 1999). Hasil penelitian di Jepang tahun 2005 melaporkan bahwa daun murbei mengandung senyawa deoxynojirimicyn (DNJ) dengan rumus kimia C6H13NO4, yaitu senyawa monosakarida yang secara terstruktur sangat mirip dengan glukosa monomer-monomer tetrasakarida pada acarbose. Acarbose sendiri sudah sangat dikenal sebagai obat oral-non insulin komersial bagi penderita penyakit diabetes yang dikenal dengan nama dagang Glucobay (Sofyan 2005). Mekanisme kerja acarbose dalam menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes adalah menghambat aktivitas alfa glukosidase, menginversi proses hidrolis karbohidrat, menghambat penyerapan glukosa dan monosakaridamonosakarida lainnya. Senyawa DNJ mempunyai efek yang sama dengan acarbose dalam menghambat aktivitas enzim glukosidase yang berfungsi memecah senyawa polisakarida menjadi monomer-monomer glukosa (Peyrieras et al 1993). Secara tradisional daun murbei telah diketahui merupakan ramuan kuno obat tradisional Cina untuk mengobati penyakit diabetes (Arisandi & Yovita 2006). Walaupun sampai saat ini bukti ilmiah tentang khasiat tanaman murbei yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yang telah dilaporkan masih sangat terbatas tetapi penelitian di Korea, Kim et al (2006) menguji efek dari empat jenis ekstrak tanaman obat yaitu Chrysanthinum coronarium, Morus alba, Dioscorea batatas, dan Citrus unshiu pada tikus diabetes induksi aloksan, ternyata Morus alba atau ekstrak murbei menghasilkan penurunan kadar glukosa darah hingga 35% dan sebanding dengan penurunan kadar glukosa darah yang ditunjukkan oleh obat anti diabetes Glibenclamide. Hasil penelitian ini membuktikan potensi daun murbei sebagai penurun kadar glukosa darah. Penelitian Sugiwati 2005 menunjukkan bahwa tikus diabetes yang diberi obat acarbose menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap penurunan kadar glukosa darah, hal ini diduga disebabkan obat acarbose yang berperan

8 40 sebagai inhibitor terhadap enzim sukrase sehingga kerja dari enzim ini akan dihambat secara reversible kompetitf, sehingga tidak semua sukrosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa dan terjadi penurunan absorbsi glukosa. Berdasarkan uraian diatas dapat diduga bahwa kemungkinan penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diberi ekstrak daun murbei disebabkan oleh adanya senyawa deoxinojirimycin (DNJ) yang mempunyai kemiripan dengan acarbose yang terkandung dalam daun murbei. Pengaruh Jenis Ekstrak Terhadap Kadar Glukosa Darah Hasil uji statistik (Lampiran 5) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata perubahan kadar glukosa darah antar perlakuan pada 1 jam setelah diberi ekstrak, walaupun secara faktual kontrol menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah sebesar 67,4 mg/dl. Ekstrak dengan pelarut air yang berasal dari daun muda segar (MSA) menunjukkan penurunan kadar glukosa darah sebesar -164,0 mg/dl (41,94%) satu jam setelah perlakuan (Tabel 4). Hasil ini lebih tinggi dari penelitian Kim (2006) yang menguji ekstrak Morus alba pada tikus diabetes induksi aloksan dan menghasilkan penurunan kadar glukosa darah sebesar 35%. Tabel 4 Perubahan kadar glukosa darah tikus diabetes 1 jam setelah diberi ekstrak Keterangan: Kelompok perlakuan Perubahan kadar glukosa darah (mg/dl) MSA -164,0 a TSA -77,6 a MKA -72,2 a TKA -68,2 a MSL -107,6 a TSL -59,6 a MKL -56,2 a TKL -22,6 a Kontrol 67,4 a MSA (daun muda segar larut air); TSA (daun tua segar larut air); MKA (daun muda kering larut air); TKA (daun tua kering larut air); MSL (daun muda segar larut lemak); TSL (daun tua segar larut lemak); MKL (daun muda kering lemak); TKL(daun tua kering larut lemak). Penelitian Sugiwati (2005) menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa dengan pelarut non polar (air) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus, hal ini diduga senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak buah mahkota dewa lebih banyak larut dalam air dibandingkan dengan jenis pelarut lainnya, sehingga

9 41 menyebabkan senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai inhibitor alfaglukosidase yang larut akan lebih banyak. Dalam keadaan diabetes sedang dimana sel-sel β pankreas hampir mengalami kerusakan maka bahan aktif senyawa DNJ yang terdapat dalam ekstrak daun murbei akan menstimulasi sel-sel β pankreas yang masih tersisa atau bertindak sebagai insulin like atau insulin mimicking yang akan meningkatkan kerja insulin terutama di jaringan periferal, misalnya melalui peningkatan asupan glukosa ataupun melalui kerja enzim yang terlibat dalam metabolisme glukosa (Peyrieras et al 1993). Metode maserasi ataupun dekoksi merupakan metode ekstraksi yang umum digunakan untuk menghasilkan ekstrak bahan berkhasiat mulai dari pelarut air hingga berbagai pelarut organik. Beberapa efek antihiperglikemik yang dihasilkan ekstrak air misalnya pada Rhizoma Polygonati Odorati, daun Smallantus sonchifolius (Aybar et al 2001). Meskipun telah diketahui bahwa pelarut air dan alkohol digunakan untuk menghasilkan sediaan obat, tetapi beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut seperti kloroform dan hexane sering menghasilkan bahan-bahan yang berkhasiat sebagai antihiperglikemik. Seperti sifat antihiperglikemik yang berasal dari ekstrak kloroform Parkia speciosa (Jamaluddin et al, 1994). Yulinah et al (2001) melaporkan bahwa daun sambiloto yang diekstrak dengan pelarut hexane menunjukkan penurunan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi dengan aloksan secara bermakna. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil yang dilaporkan Alarcon et al (2000) yang melaporkan bahwa ekstrak air dari akar P. decompocotum menunjukkan aktivitas antihiperglikemik yang lebih kuat dibanding ekstrak hexane maupun ekstrak metanol. Sementara itu pada tanaman petai yang diekstrak dengan berbagai pelarut seperti eter, kloroform, hexane, etilasetat, diklorometan dan metanol ternyata hanya ekstrak kloroform yang dapat menghasilkan efek antihiperglikemik. (Jamaludin & Mohamed 1993). Penelitian Sayekti et al (1994) yang menggunakan pelarut air dan hexane untuk mengekstrak daun salam dan herbalutung melaporkan bahwa ekstrak hexane menunjukkan aktivitas hipoglikemik kuat sedangkan aktivitas hipoglikemik terkuat ditunjukkan oleh

10 42 ekstrak air, dan berdasarkan uji fitokimia dari ekstrak tersebut dengan fraksi hexane dan air menunjukkan adanya kelompok senyawa steroid, flavonoid dan tanin yang diketahui mempunyai kemampuan hipoglikemik. Perbedaan aktivitas ini sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan sifat dan peranan dari bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan. Beberapa hasil penelitian mengenai aktivitas antihiperglikemik tumbuhan yang diberikan dalam bentuk sediaan ekstrak menunjukkan adanya perbedaan pola respon terhadap kadar glukosa darah hewan maupun manusia. Platel & Srinivasan (1997) memperkirakan bahwa efek hipoglikemik beberapa tanaman yang diekstrak dengan beberapa jenis pelarut baik pelarut an organik seperti air maupun pelarut organik seperti kloroform, eter dan hexane yang mempunyai aktivitas hipoglikemik terjadi selain melalui stimulasi sekresi insulin diduga juga meningkatkan kerja enzim yang terlibat dalam metabolisme glukosa. Menurut Enkhmaa et al (2005) melaporkan dalam beberapa studi telah ditemukan bahwa daun murbei mengandung sejenis flavonoid yang merupakan antioksidan yaitu quercetin 3-glucoside (Q3G)(isoquercetin), quercetin 3-6 malony glucoside (Q3MG),kaempferol 3-glucoside dan fagomine yang berfungsi meningkatkan level plasma insulin yang berkontribusi sebagai bagian dari aksi antihiperglikemik. Berdasarkan uraian diatas dapat diduga bahwa efek hipoglikemik dari ekstrak daun murbei baik daun muda maupun daun tua atau daun segar dan daun kering mengandung senyawa bahan aktif seperti steroid, flavonoid, dan tanin. Menurut Ivorra et al (1999) senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah yang sudah diketahui adalah golongan polisakarida dan protein, flavonoid, alkaloid, steroid dan terpenoid. Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut tentang kandungan senyawa bahan aktif yang terkandung dalam daun murbei.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relatif ataupun

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menahun karena kekurangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh di negara tropis seperti Indonesia. Pegagan merupakan tanaman rumput-rumputan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah ramuan yang telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis dikendalikan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada kesehatan. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan makhluk hidup karbohidrat memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan makhluk hidup karbohidrat memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan makhluk hidup karbohidrat memegang peranan penting sebagai sumber energi utama. Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang berasal

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama seumur peradaban manusia.pemanfaatan bahan alam sebagai obat dan rempah cenderung mengalami peningkatan

Lebih terperinci

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal, BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang dapat terjadi pada semua kelompok umur dan populasi, pada bangsa manapun dan usia berapapun. Kejadian DM berkaitan erat dengan faktor keturunan,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah Ekstrak daun salam memiliki kandungan alkaloid, saponin, quinon, fenolik, triterpenoid, steroid dan flavonoid. Stres oksidatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu gangguan kronik pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang terjadi karena sekresi insulin berkurang dengan disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) akibat dari kelainan metabolisme

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita diabetes mellitus diseluruh dunia telah mencapai angka 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah 7 juta setiap tahunnya. Diabetes

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat. Salah satu diantaranya adalah pergeseran pola makan. Ada kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan cepat

Lebih terperinci

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan suatu negara tropis di dunia yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ini memiliki berbagai macam manfaat, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

Gambar 1. Tanaman murbei (Morus multicaulis)

Gambar 1. Tanaman murbei (Morus multicaulis) 5 TINJAUAN PUSTAKA Murbei Murbei (Morus alba. L) termasuk marga morus dari keluarga Moraceae yang mempunyai nama asing mulberry (Inggeris), sangye (China) dan beberapa nama daerah seperti walot (Sunda),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan heterogen ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah atau sering disebut hiperglikemia yang biasanya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, ekonomis dan merupakan salah satu nikmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, dan sindrom genetik lain (Purnamasari & Poerwantoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kimia, dan sindrom genetik lain (Purnamasari & Poerwantoro, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia kronik (Powers, 2001; Hasnah, 2009). Hiperglikemia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah glukosa yang dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yaitu berupa protein, lemak dan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan gejala yang dapat dikarakterisasi melalui hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama perubahan pola makan serta berkurangnya kegiatan jasmani menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat (Sujatno, 2008).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat 20 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2008. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat Aromatik Bogor, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada penurunan kadar glukosa darah dan histology pancreas mencit (Mus musculus) diabetes yang diinduksi streptozotocin, dengan perlakuan pemberian ekstak biji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes atau peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan penyakit seumur hidup dan kian hari makin populer dengan tingkat kematian yang tinggi. Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius tidak hanya di Indonesia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan dari makanan tradisional menjadi makanan cepat saji dan berlemak tampaknya diminati oleh masyarakat di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah / hiperglikemia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit metabolik kronik yang dapat berdampak gangguan fungsi organ lain seperti mata, ginjal, saraf,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies Spirulina platensis merupakan jenis mikroalga berbentuk spiral dan mengandung fikosianin tinggi sehingga berwarna hijau biru (Christwardana et.al, 2013). Spirulina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes

Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes Karakteristik Obat Anti Diabetes Pada Daun Yakon Daun Insulin disebut juga dengan Yakon, nama botaninya Smallanthus sonchifolia, tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang memerlukan waktu dan biaya terapi yang tidak sedikit. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus ( DM ) merupakan gangguan kesehatan yang ditandai oleh keadaan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin ( Powers, 2005 ). DM merupakan salah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang dicirikan dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh terjadinya malfungsi pada sekresi insulin dan atau

Lebih terperinci

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Insulin memiliki nama latin Smallanthus Sonchifolius atau sinonim nya: Polymnia edulis, P. sonchifolia. daun insulin dikenal juga dengan nama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sindrom metabolik saat ini banyak terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu sindrom metabolik adalah adanya peningkatan angka penderita

Lebih terperinci

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Anak Agung Gede Prawira Yuda, Rolan Rusli, Arsyik Ibrahim Laboratorium

Lebih terperinci