KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR"

Transkripsi

1 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah KAJIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KABUPATEN BANJAR Moh. Yamin dan Suyidno FKIP Universitas Lambung Mangkurat Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi pendidikan menengah dari sisi efisiensi internal dan skor UN di Kabupaten Banjar, kebutuhan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar, serta perbedaan kapasitas fiskal antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten. Jenis penelitian ini adalah survey dengan pendekatan kuantitatif dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi penelitian adalah SMA/SMK/MA dan sampel dipilih secara proporsional berdasarkan strata wilayah tinggi, sedang, dan rendah. Teknik analisis data kuantitatif secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dari skor UN umumnya pada posisi sedang ( ) dan paling banyak pada posisi rendah (UN<7.0), terutama pada jenjang Madrasah Aliyah; (2) persebaran penduduk dan sekolah jenjang menengah belum merata sehingga mempengaruhi jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah; (3) anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan, terutama pada biaya kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan. Komponen biaya naik turun yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervisi, serta mengalami penurunan adalah biaya pemeliharaan dan penggantian; (4) sumber biaya dari orang tua mengalami kenaikan dan terbesar; (5) pemerintah perlu mengkaji ulang kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan posisi sekolah berdasarkan skor UN, terutama MA dengan posisinya yang rendah, persebaran penduduk dan persebaran sekolah, ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah terutama di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung, jenjang menengah paling sedikit adalah SMK. Biaya pendidikan orang tua terlalu tinggi. Anggaran baik dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah propinsi lebih kecil. Kata Kunci: PMU, Kebijakan Fiskal, dan UN Abstract This study has the objective to determine the position of senior high school in terms of internal efficiency and National Examination scores in Banjar Regency, the need for Universal Secondary Education (Pendidikan Menengah Universal [PMU]), and differences in fiscal capacity between the central, province and district government. This research is survey with quantitative approach and questionnaire as the data collecting instrument. The study population is Senior High School, Vocational High School, and Islamic Senior High School and the sample is chosen proportionally based on high, medium, and low strata area. The quantitative data analysis technique is descriptively qualitative and quantitative. The results of the study show that (1) the position of senior high school in Banjar Regency from the national examination score commonly is in the mid position ( ) and at the most bottom position (National Examination <7.0), especially at the Islamic Senior High School level; (2) the distribution of the population and senior high school is not evenly distributed that influences the number of students continuing to mid level; (3) education budget from year to year has increased significantly, especially on the cost of teachers' and employees' welfare, improvement of the training profession, the implementation of teaching-learning process, and students' affairs. The cost componen is up and down, namely assessment, power, services, supervision, maintenance, and replacement; (4) the source of the cost from students' parents increased and is the largest; (5) the government should review the readiness of Universal Secondary Education in Banjar Regency by taking into account the school position based on national examination score, especially Islamic Senior High School with low position, the population distribution and the schools distribution, the absence of medium school facilities and infrastructure, especially in Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, and Telaga Bauntung. The least number of school is vocational school. The cost of education from students' parents is too high. The budgets from the district and provincial government is smaller than central government. Key Words: Universal Secondary Education, Fiscal Policy, and National Examination 198

2 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 PENDAHULUAN Tahun merupakan periode emas Indonesia untuk mempersiapkan generasi baru sehingga perlu dilakukan investasi sumber daya manusia secara besarbesaran. Karena kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif, tangguh dan mandiri, Susilo Yudhoyono dalam Pidato Presiden RI pada Penyampaian RAPBN 2013 tanggal 16 Agustus 2012 menjelaskan bahwa pada tahun 2013 akan dimulai pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal (PMU) untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang menengah, memperkecil disparitas antar daerah, dan memperkuat pelayanan pendidikan vokasi. Oleh karenanya, pemerintah perlu menyiapkan penyediaan guru serta pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan (Berita Edukasi, 18 Agustus 2012). Menindaklanjuti pidato Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menjelaskan bahwa program Pendidikan Menengah Universal (PMU) merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun sehingga pemerinah segera melakukan amandemen UU Sisdiknas untuk mengokohkan landasan pelaksanaan wajib belajar dari 9 tahun menjadi 12 tahun. Selain itu, Pemerintah propinsi Kalimantan Selatan memberikan dukungan pelaksanaan PMU dengan menetapkan angka pencapaian APK 97% pada tahun Bupati Banjar dalam LKPJ Tahun 2011 pada hari Selasa, 17 April 2012 dalam sidang Paripurna DPRD Kabupaten Banjar melaporkan bahwa perkembangan pembangunan di Kabupaten Banjar dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti, tingkat kemiskinan berkisar 3,34% (nasional sebesar 12,49%), tingkat pengangguran terbuka 4,67 % (nasional sebesar 6,56%), dan IPM sebesar 70,94% berada pada peringkat 5 di antara 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Kenaikan tersebut ditunjang oleh pembangunan sumberdaya manusia baik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan maupun daya beli masyarakat yang mengalami peningkatan. Pada penyelenggaraan urusan pendidikan, telah dilaksanakan program peningkatan PAUD, pengembangan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, Peningkatan Pendidikan Menengah, Pengembangan Pendidikan Non Formal, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Manajemen Pelayanan Pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat dengan proporsi anggaran pendidikan berkisar 39,57% terhadap total APBD tahun Realisasi dari program dan kegiatan yang telah dilaksanakan APK SD/MI sebesar 99,92%, APK SMP/MTs sebesar 80,89% dan APK SM/MA 68,21%. Sementara itu, untuk APM, SD/MI sebesar 89,04% dan APM SMP/MTs sebesar 53,42%, selanjutnya untuk APM SMA/MA sebesar 34,16%. (Humas Kabupaten Banjar, 18 April 2012). LKPJ di atas menunjukkan bahwa APK dan APM SMA/SMK di Kabupaten Banjar belum sesuai dengan harapan pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang tidak melanjutkan ke sekolah menengah/kejuruan dan keterbatasan sekolah menengah/kejuruan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan APK pendidikan menengah di Kabupaten Banjar. Salah satunya adalah pemerintah menyambut positif dan ikut bertanggung jawab dalam mendukung pencanangan program Pendidikan Menengah Universal (PMU). Untuk mencapai 97% pada tahun 2019, mulai tahun 2012 pemerintah kabupaten Banjar harus berusaha meningkatkan APK pendidikan menengah minimal sebesar 35,5% per tahun. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah mengetahui posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dalam hal efisiensi internal dan skor UN baik SMA maupun SMK, mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar, serta mengetahui perbedaan kapasitas fiskal antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembiayaan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian adalah diperoleh informasi 199

3 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah tentang posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar, kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan PMU, selanjutnya diperoleh rumusan kebijakan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar secara merata dan bermutu. KAJIAN TEORI Pendidikan dan Paradigma Baru Mengutip pendapat Romo Mangun Wijaya, pendidikan adalah proses awal dalam usaha menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. Kesadaran sosial hanya akan bisa tercapai apabila seseorang telah berhasil membaca realitas perantaraan dunia di sekitar mereka. Sebagai usaha untuk menambahkan kesadaran sosial, maka perlu adanya perangkat analisis yang bersumber dari kebebasan berpikir dari masing-masing individu, yang pada akhirnya memberikan daya nalar kritis terhadap perkembangan sosial yang ada. Sementara Jean Piaget mendefinisikan pendidikan sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi, individu yang sedang tumbuh (dan) di sisi lain, nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang. Tentu, apa yang disampaikan kedua tokoh pendidikan tersebut menegaskan bahwa modal besar dalam pemajuan kehidupan berbangsa diawali dari pendidikan. Dengan pendidikan, masa depan akan bisa diraih dengan sedemikian berhasil. Pasalnya, pendidikan meletakkan cara berpikir yang kritis dan tegas bagaimana langkah-langkah pergerakan dalam pemajuan. Pendidikan berjalin kelindan dengan bagaimana melangkah dan bergerak sesuai dengan upaya pencerdasan dan pencerahan. Pendidikan merubah cara berpikir yang awalnya sangat statis menuju dinamis dan konstruktif. Pendidikan mengangkat kehidupan manusia yang awalnya terpuruk menjadi bermartabat. Dengan demikian, mengapa ada kemajuan besar dalam kehidupan berbangsa, ini selanjutnya tidak terlepas dari konteks pendidikan yang terus menerus mengawal sebuah perubahan bermakna bagi kepentingan bersama di atas segala-galanya. Jauh-jauh hari Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan memiliki tujuan guna memanusiakan manusia muda, yang disebut homonisasi dan humanisasi. Lebih tepatnya, manusia dipimpin dengan cara sedemikian rupa supaya ia bisa berdiri, bergerak, bersikap dan bertindak sebagai manusia sehingga ia kemudian memiliki kebudayaan yang tinggi. Ketika proses homonisasi ditunaikan, ini tidak akan lepas dari upaya untuk menjadikan manusia yang benar-benar kuat dan teguh dalam berpendirian. Sementara tatkala humanisasi dijalankan dalam rangka proses pendidikan untuk manusia, maka ini bermuara pada pemberadaban manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki nilai yang tinggi dan keluhuran yang tinggi menjadi sebuah akhir dari pendidikan humanisasi. Oleh sebab itu, menjadi sebuah urgensi bersama dan bangsa ini untuk mempercepat proses pendidikan yang benar-benar membebaskan dan mencerahkan. Tujuan mendasar dari hal tersebut adalah agar tidak lagi terjadi buta aksara. Anak-anak Indonesia mampu menjadi manusia-manusia yang mengenal diri dan lingkungannya sehingga dengan demikian mereka tidak lagi menjadi asing di dalam negerinya sendiri. Dengan pendidikan yang didapat, mereka selanjutnya mampu menggali serta mengembangkan bakat sekaligus potensi yang dimilikinya untuk bisa menjadi bermartabat. Pendidikan Menengah Universal Undang Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 ayat 1 menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ; ayat 2 setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya ; ayat 3 pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; dan ayat 4 negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Tentu, apa yang ditegaskan dalam konstitusi republik tercinta ini sudah sangat jelas menegaskan bahwa negara bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan 200

4 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 pendidikan bagi seluruh rakyatnya dari Sabang sampai Merauke. Wajib belajar 9 tahun yang selama ini sudah dilakukan negara sesungguhnya menjadi bagian dari tanggung jawab negara dalam membebaskan rakyatnya dari keterbelakangan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun di sini dimaknai bahwa semua anak Indonesia wajib mengikuti pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar dan negara bertanggung jawab sepenuhnya dalam pembiayaan. Kini memasuki era reformasi dan perjalanan pemerintah sudah berganti dari satu rezim kepada rezim selanjutnya, maka program pendidikan 12 tahun yang kemudian disebut Pendidikan Menengah Universal (PMU) menjadi penting untuk dilaksanakan seutuhnya. Ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh selanjutnya menjelaskan, ada tiga sasaran PMU. Sasaran pertama adalah untuk menaikkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah secara signifikan. Ini didasarkan setidaknya terdapat 235 kabupaten/kota dengan APKnya di bawah rata-rata nasional. Pengertiannya adalah kalau tidak menyelenggarakan PMU, APK 90 persen itu baru dicapai tahun Sementara dengan PMU, APK 90% akan dicapai pada tahun Kedua, PMU ditujukan untuk memperkecil disparitas antar kabupaten/kota. Ada 71 kabupaten/kota yang saat ini rata-rata APKnya di bawah 50 persen. Dengan PMU ini, ini diharapkan akan mendongkrak APK di kabupaten/kota tersebut agar mempersempit disparitas APKnya dengan kabupaten/kota lainnya. Ketiga, PMU akan memperbaiki komposisi SMA dan SMK agar ke depannya ada keseimbangan antara pendidikan vokasi dan akademis reguler. Perbedaan Standar Biaya Pendidikan Nasional dengan Dana BOS Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Lembaga sekolah akan dapat berfungsi dengan memadai ketika memiliki sistem manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk bukubuku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil mencakup kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan pada pasal 2 menjelaskan bahwa (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, (2) masyarakat meliputi: (a) penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat, (b) peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, (c) pihak lain yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Selain itu, pasal 50 menjelaskan sumber pendanaan pendidikan harus ditentukan berdasarkan 3 prinsip meliputi : (1) prinsip keadilan, berarti besarnya pendanaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing- masing, (2) prinsip kecukupan berarti pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan, (3) prinsip keberlanjutan berarti pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Dalam rangka membantu pembiayaan pendidikan, Kemendikbud meluncurkan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Dalam petunjuk teknis BOS 2013, 201

5 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah dijelaskan bahwa Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang bertujuan mendukung keberhasilan program PMU yang dirintis pada tahun Seluruh stakeholder pendidikan wajib memperhatikan pentingnya BOS, yaitu (1) memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu, (2) sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu, (3) mempersempit gap partisipasi sekolah antar kelompok penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa), (4) menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan biaya ekstrakulikuler sekolah, (5) mendorong dan memotivasi kepada pemerintah daerah serta masyarakat yang mampu untuk memberikan subsidi kepada siswa miskin (subsidi silang). Program BOS SMA/SMK berupa pemberian dana langsung ke sekolah dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masingmasing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. Adapun perbedaan besaran biaya bos dibandingkan dengan standar biaya pendidikan nasional sebagai berikut: Tabel 1 Perbedaan Besaran Dana BOS dengan Standar Biaya Nasional Dana BOS Standar Biaya Nasional Per Siswa SMA/MA.SMK Januari-Juni 2013: Rp Permendiknas no 60 tahun 2009 SMA/MA Bahasa : Rp /smt Juli-Des 2013: Rp SMA/MA IPS : Rp /smt SMA/MA IPA : Rp /smt Biaya BOS pertahun = Rp Rp = Rp Perkiraan biaya SMA rata-rata pertahun = 2 (2 x Rp Rp )/3 = Rp SMK Non teknik terendah Rp SMK Non teknik tertinggi Rp SMK teknik terendah Rp SMK teknik tertinggi Rp Perkiraan biaya rata-rata pertahun: = Rp Tabel di atas menjelaskan masih ada kekurangan biaya untuk SMA per tahun sekitar Rp , Rp , = Rp , dan kekurangan biaya SMK pertahun sekitar Rp , Rp , = Rp Kekurangan biaya tersebut perlu dicarikan solusinya untuk diatasi bersama-sama antara pemerintah daerah dan masyarakat, terutama orang tua peserta didik. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data angka putus sekolah dan kelulusan, serta data UN SMA/MA/SMK di Kabupaten Banjar. Selanjutnya dilakukan analisis untuk menstratifikasi SMA/SMK/MA menjadi dua belas quintile berdasarkan pada angka partisipasi kasar. Pada masing-masing quintile ini akan dibandingkan skor UN. Pada tahap kedua pengumpulan data primer melalui angket berupa kebutuhan pendanaan dalam penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah. Pemilihan satuan pendidikan dilakukan secara acak dengan tidak mempertimbangkan distribusi status satuan pendidikan. Selanjutnya, dirumuskan kebijakan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar secara merata dan bermutu. Populasi penelitian adalah SMA/SMK/MA di Kabupaten Banjar. Melalui analisis efisiensi internal, ditentukan tiga stratifikasi wilayah (tinggi, sedang, dan rendah). Selanjutnya, dari setiap wilayah dibagi lagi dalam empat stratifikasi, yaitu sekolah negeri atau swasta di bawah naungan Dinas Pendidikan atau Departemen Agama. Selanjutnya dari masing-masing wilayah ditentukan SMA, MA, dan SMK secara proporsional. Setiap sampel diambil responden penelitian yang meliputi semua kepala sekolah sampel, satu guru wali kelas X, satu guru wali kelas XII, satu rombongan 202

6 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 belajar kelas X, tiga orang tua siswa kelas X dan XII dari strata tinggi, sedang dan bawah, pejabat Dinas Pendidikan serta pejabat Departemen Agama kabupaten Banjar yang berhubungan dengan pendanaan pendidikan dan pengalokasian dana, dan pejabat Bappeda Kabupaten Banjar yang berkaitan dengan alokasi dan mekanisme pendanaan sekolah. Secara garis besar, pengumpulan data menggunakan dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar berupa angka putus sekolah, kelulusan, dan data UN SMA/SMK, angket pembiayaan sekolah menengah, angket orang tua siswa, serta penyebaran angket terhadap kepala sekolah, wali kelas, Pejabat Dinas Pendidikan, Pejabat Departemen Agama, dan Bappeda Kabupaten Banjar. Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis data sekunder adalah untuk mengidentifikasi efisiensi internal (studi dokumentasi berupa angka partisipasi kasar, angka putus sekolah dan angka kelulusan, hasil UN SMA, MA dan SMK), menganalisis data pembiayaan pendidikan pada sampel wilayah, kecamatan yang menjadi lokasi penelitian dan sekolah yang menjadi sampel sekolah. Selanjutkan, dilakukan perumusan kebijakan kesiapan penyelenggaraan Pendidikan Menengah Universal di Kabupaten Banjar. HASIL DAN PEMBAHASAN Posisi Pendidikan Menengah di Kabupaten Banjar Skor UN SMA/MA dan SMK Untuk mengetahui posisi pendidikan Menengah di Kabupaten Banjar, salah satunya dapat diketahui dari hasil analisis skor UN SMA/MA/SMK tahun 2008/ /2012 yang ada di Kabupaten Banjar. Hasil analisis data skor UN dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Jenjang SMA Hasil analisis skor UN jenjang SMA di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No SMA/MA Tabel 2 Hasil Analisis Skor UN Jenjang SMA di Kabupaten Banjar IPA IPS BAHASA SMAN 1 Martapura SMAN 1 Mataraman SMAN 1 Sungai Tabuk SMAN 1 Gambut SMAN 1 Karang Intan SMAN 1 Pengaron SMAN 1 Aluh Aluh SMA N 1 Barun-Tung Baru SMA PGRI 1 Martapura SMA Muhammadiyah Martapura SMA Darul Hijrah Puteri SMA Islam Arriyadh Pengaron Berdasarkan hasil rata-rata nilai UN tersebut, selanjutnya dikelompokkan sekolah dengan mata pelajaran IPA, IPS, maupun Bahasa dalam kategori tinggi (rata-rata skor UN 7,2), kategori sedang (7,2 > rata-rata skor UN 7,0), dan kategori rendah (rata-rata skor UN<7,0) yang kemudian diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3 Posisi SMA berdasarkan skor UN Tinggi Sedang Rendah SMA UN SMA UN SMA/MA UN SMA-IPA SMAN 1 Martapura 7.47 SMA Muhammadiyah Martapura 7.12 SMAN 1 Sungai Tabuk

7 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah SMA N 1 Gambut 7.39 SMA N 1 Aluh Aluh 7.09 SMAN 1 Karang Intan 6.93 SMA N 1 Mataraman 7.21 SMA N 1 Baruntung Baru 7.08 SMA Darul Hijrah Puteri Martapura 5.88 SMA N 1 Pengaron 7.02 SMA-IPS SMAN 1 Martapura 7.79 SMA N 1 Mataraman 7.14 SMAN 1 Baruntung Baru 6.92 SMAN 1 Gambut 7.52 SMA PGRI 1 Martapura 6.87 SMAN 1 Karang Intan 7.45 SMAN 1 Aluh Aluh 6.73 SMA N I 1 Pengaron 7.21 SMA Muhammadiyah Martapura 6.72 SMAN 1 Sungai Tabuk 6.63 SMA-Bahasa SMAN 1 Martapura 7.18 SMAN 1 Mataraman 6.68 SMAN 1 Gambut 7.08 SMAN 1 Sungai Tabuk 6.46 SMA Islam Arriyadh Pengaron 6.39 SMA Darul Hijrah Puteri Martapura 6.17 SMA Muhammadiyah Martapura 5.81 Tabel di atas menunjukkan bahwa sekolah pada kategori SMA-IPA yang berada pada posisi tinggi adalah SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, dan SMAN 1 Mataraman. Sekolah pada kategori sedang adalah SMA Muhammadiyah Martapura, SMA N 1 Aluh Aluh, SMA N 1 Baruntung Baru, SMA N 1 Pengaron, sedangkan sekolah kategori rendah adalah SMAN 1 Sungai Tabuk, SMAN 1 Karang Intan, SMA Darul Hijrah Puteri Martapura. Pada kategori SMA-IPS yang berada pada kategori tinggi adalah SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, SMAN 1 Karang Intan, SMA N Pengaron. Sekolah kategori sedang hanya SMAN 1 Mataraman, sedangkan sekolah kategori rendah SMAN 1 Baruntung Baru, SMA PGRI 1 Martapura, SMAN 1 Aluh Aluh, SMA Muhammadiyah Martapura, SMAN 1 Sungai Tabuk. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil SMA yang berada pada posisi tinggi dan sedang, yaitu SMAN 1 Martapura, SMAN 1 Gambut, SMAN 1 Mataraman, SMAN 1 Pengaron. Pada umumnya, yang lain lebih banyak berada pada posisi rendah (UN<7.0). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum mata pelajaran IPA belum terlalu dikuasai oleh siswa SMA, padahal IPA memiliki peranan sangat penting dalam pengembangan teknologi dan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan bagi kehidupan. Jenjang MA Hasil analisis skor UN jenjang MA di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4 Hasil Analisis Skor UN Jenjang MA di Kabupaten Banjar No IPA IPS BAHASA SMA/MA MA NEGERI 1 Martapura MA NEGERI 2 Martapura MA NEGERI 3 Martapura MA NEGERI 4 Martapura MA NEGERI 5 Martapura MA Hidayatullah MA Pangeran Antasari MA Puteri Al-Amin Pasayangan MA Muallimin Darussalam MA Puteri Cindai Alus MA Darul Hijrah Putera MA Izharil Ulum MA Al Hidayah MA Al Irsyad Astambul

8 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun MA Athahiriyah Pengaron MA Raudhatul Yatama MA Manbaul Ulum MA Darul Imad MA Abnaul Amin MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh MA Raudhatusy Syubban MA Nurul Hidayah 22 Lok Baintan MA Arrahmah Sei Tabuk MA IstiqamaH MA Darul Huda 6.38 Berdasarkan hasil rata-rata nilai UN tersebut, selanjutnya dikelompokkan sekolah dengan mata pelajaran IPA, IPS, maupun Bahasa dalam kategori tinggi (rata-rata skor UN 7,2), kategori sedang (7,2 > rata-rata skor UN 7,0), dan kategori rendah (rata-rata skor UN < 7,0), yang selanjutnya diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5 Posisi MA berdasarkan skor UN Tinggi Sedang Rendah MA-IPA MA UN MA UN MA UN MA Darul Hijrah Putera 7.40 MAN 1 Martapura 7.02 MA Hidayatullah 6.88 MAN 3 Martapura 7.32 MAN 4 Martapura 7.13 MA Puteri Al-Amin Pasayangan 6.54 MA Muallimin Darussalam 7.27 MAN 2 Martapura 7.08 MA Pangeran Antasari 6.45 MAN 5 Martapura 6.36 MA Izharil Ulum 5.99 MA-IPS MAN 2 Martapura 7.45 MAN 1 Martapura 6.57 MAN 4 Martapura 6.90 MAN 3 Martapura 6.80 MA Raudhatusysyubban 6.78 MA Muallimin Darussalam 6.66 MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh 6.62 MA Darul Imad 6.60 MA Pangeran Antasari 6.49 MA Raudhatul Yatama 6.45 MA Darul Huda 6.38 MA Istiqamah 6.37 MA Arrahmah Sei Tabuk 6.37 MA Nurul Hidayah Lok Baintan 6.18 MA Abnaul Amin 6.13 MA Manbaul Ulum 6.11 MA Puteri Cindai Alus 5.49 MA-BAHASA MA Darul Hijrah Putera 7.31 MAN 1 Martapura

9 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah MAN 5 Martapura 6.66 MA AL Irsyad Astambul 6.66 MA Al Hidayah 6.65 MAN 2 Martapura 6.63 MA Puteri Al-Amin Pasayangan 6.58 MA Hidayatullah 6.44 MA Athahiriyah Pengaron 6.24 MA Puteri Cindai Alus 6.15 Tabel di atas menunjukkan bahwa MA pada mata pelajaran IPA yang berada dalam kategori sekolah tinggi adalah MA Darul Hijrah Putera, dan MAN 3 Martapura, MA Muallimin Darussalam. Sekolah dalam kategori sedang adalah MAN 1 Martapura, MAN 4 Martapura, dan MAN 2 Martapura, sedangkan pada kategori rendah meliputi MA Hidayatullah, MA Puteri Al-Amin Pasayangan, MA Pangeran Antasari, MAN 5 Martapura, dan MA Izharil Ulum. Pada matapelajaran IPS, sekolah dalam kategori tinggi hanya MAN 2 Martapura, lainnya dalam kategori rendah yaitu MAN 1 Martapura, MAN 4 Martapura, MAN 3 Martapura, MA Raudhatusysyubban, MA Muallimin Darussalam, MA Al Huda Labat Muara Aluh-Aluh, MA Darul Imad, MA Pangeran Antasari, MA Raudhatul Yatama, MA Darul Huda, MA Istiqamah, MA Arrahmah Sei Tabuk, MA Nurul Hidayah Lok Baintan, MA Abnaul Amin, MA Manbaul Ulum, dan MA Puteri Cindai Alus. Begitu juga dengan bahasa, sekolah pada posisi tinggi hanya MA Darul Hijrah Putra, sedangkan lainnya pada posisi rendah, yaitu MAN 1 Martapura, MAN 5 Martapura, MA AL Irsyad Astambul, MA Al Hidayah, MAN 2 Martapura, MA Puteri Al-Amin Pasayangan, MA Hidayatullah, MA Athahiriyah Pengaron, dan MA Puteri Cindai Alus. Ternyata tampak bahwa MA yang berada pada kategori tinggi pada umumnya hanya MA Darul Hijrah Putra, sementara yang lainnya pada mata pelajaran tertentu, yakni ada pada posisi sedang tetapi lebih banyak pada posisi rendah. Jenjang SMK Hasil analisis skor UN jenjang SMK di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Hasil Analisis Skor UN Jenjang SMK di Kabupaten Banjar No SMK SMKN 1 Martapura SMK Darussalam Martapura SMKN 1 Gambut SMKN 1 Sungai Pinang SMKN 1 Simpang Empat 6.56 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa SMK1 Martapura dan SMK Darussalam Martapura pada posisi tinggi; SMKN 1 Gambut berada di posisi sedang, sementara SMKN 1 Sungai Pinang dan SMKN 1 Simpang Empat berada di posisi rendah. Ini memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya kendatipun SMK Darussalam Martapura adalah sekolah swasta, kualitasnya berada di atas rata-rata sekolah menengah kejuruan negeri. Posisi Pendidikan Menengah di lihat dari Persebaran Penduduk dan Persebaran Sekolah Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk di Kabupaten Banjar pada setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: 206

10 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 Tabel 7 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Banjar Kecamatan Luas Kepadatan (2011) Kepadatan (2012) Martapura Martapura Timur Kertak Hanyar Sungai Tabuk Aluh-Aluh Tatah Makmur Gambut Beruntung Baru Mataraman Astambul Karang Intan Martapura Barat Sambung Makmur Simpang Empat Pengaron Sungai Pinang Telaga Bauntung Paramasan Aranio Tabel di atas menunjukkan bahwa Martapura Kota merupakan kecamatan paling padat penduduk. Hal ini dikarenakan Martapura Kota selain sebagai ibukota Kabupaten juga sebagai pusat perekonomian sehingga sebagian besar penduduk Kabupaten Banjar berdomisili di Martapura Kota. Kecamatan padat selanjutnya adalah Martapura Timur, Kertak Hanyar, dan Sungai Tabuk dimana Martapura Timur berada pada wilayah dekat kota Banjarbaru. Sedangkan Kertak Hanyar dan Sungai Tabuk berada diantara Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru sehingga berpeluang besar untuk mengalami perkembangan penduduk dan perekonomian yang pesat. Persebaran penduduk Kabupaten Banjar dari segi usia ternyata secara umum tersebar merata pada berbagai kelompok umur. Tabel 8 Persebaran Penduduk berdasarkan Usia Usia Jumlah Persebaran penduduk pada tabel di atas, 28% berada pada kelompok usia sekolah pada jenjang dasar dan menengah, sedangkan pada kelompok jenjang menengah sendiri kurang lebih 9% dari total penduduk. Melihat kondisi tersebut, seharusnya jumlah siswa SD, SMP, 207

11 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah maupun SMA/sederajat tidak berbeda terlalu jauh, tetapi kenyataan masih banyak anak usia SMA yang tidak melanjutkan sekolah. Persebaran jumlah siswa secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Persebaran Siswa Usia Sekolah No Kecamatan SD SMP SMA SMA 1 Martapura Sungai Tabuk Gambut Astambul Aluh-Aluh Kertak Hanyar Karang Intan Martapura Timur Beruntung Baru Pengaron Sungai Pinang Martapura Barat Sambung Makmur Mataraman Tatah Makmur Simpang Empat Aranio Paramasan Telaga Bauntung Berdasarkan tabel di atas, dapat diperkirakan pada siswa SD yang melanjutkan ke SMP hanya 32%, dan yang melanjutkan ke jenjang menengah sekitar 22%. Angka siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA pada umumnya terjadi hampir pada semua kecamatan. Pada kecamatan Martapura, Sungai Tabuk, dan Gambut hanya sedikit siswa tidak melanjutkan ke jenjang menengah, tetapi pada kecamatan yang lain hampir 50% lebih tidak melanjutkan ke jenjang menengah, apalagi kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung tidak ada siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah. Persebaran Sekolah Salah satu motivasi siswa melanjutkan jenjang sekolah adalah ketersediaan sarana prasarana sekolah yang dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini persebaran SD, SMP, SMA di Kabupaten Banjar. Tabel 10 Persebaran Sekolah di Kabupaten Banjar No Kecamatan SD SMP SMA Total 1 Martapura Sungai Tabuk Simpang Empat Astambul Aluh-Aluh Karang Intan Gambut

12 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun Mataraman Kertak Hanyar Beruntung Baru Pengaron Sungai Pinang Martapura Timur Martapura Barat Sambung Makmur Tatah Makmur Aranio Paramasan Telaga Bauntung Tabel di atas menunjukkan bahwa persebaran sekolah belum sepenuhnya merata. Jumlah sekolah paling banyak berada di Martapura Kota baik SD, SMP, maupun SMA. Selanjutnyam disusul Kecamatan Sungai tabuk, Simpang Empat, Astambul, Aluh-aluh, Karang Intan, dan Gambut. Bahkan ada beberapa kecamatan yang belum ada sekolah jenjang menengahnya, yaitu Kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Persebaran sekolah yang tidak merata secara tidak langsung akan mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan sekolah, hubungan antara jumlah sekolah dengan jumlah siswa yang melanjutkan sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kecamatan Tabel 11 Hubungan Jumlah Sekolah dengan Siswa Bersekolah Siswa (2011) 2012 SD SMP SMA Siswa SMA/ Sederajat Jumlah Sekolah SMA/Sederajat Martapura Sungai Tabuk Gambut Astambul Aluh-Aluh Kertak Hanyar Karang Intan Martapura Timur Beruntung Baru Pengaron Sungai Pinang Martapura Barat Sambung Makmur Mataraman Tatah Makmur Simpang Empat Aranio Paramasan Telaga Bauntung

13 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa di jenjang menengah sebanding dengan jumlah sekolah menengah di wilayah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor kepadatan penduduk, ternyata jumlah sarana prasarana sekolah secara tidak langsung mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke jenjang menengah. Hal ini tampak di Kecamatan Martapura Kota dengan jumlah sekolah jenjang menengahnya sebanyak 16 buah, ternyata jumlah siswa jenjang menengahnya 4951 (tahun 2011) dan 6063 (tahun 2012). Sementara Kecamatan Tatah Makmur, Paramasan, Aranio, dam Telaga Bauntung yang belum memiliki sarana prasaran sekolah jenjang menengah, ternyata tidak ada siswa yang sekolah di jenjang menengah. Kebutuhan Penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar Kebutuhan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar pada umumnya terbagi dalam biaya operasional dan investasi. Biaya operasional yang dikeluarkan secara garis besar meliputi kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, Peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, penilaian, pemeliharaan dan penggantian, daya dan jasa, kesiswaan, dan supervisi. Pengeluaran Biaya Operasional Tabel 12 Biaya operasional setiap sekolah jenjang menengah Tahun Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan Peningkatan profesi diklat Penyelenggaraan KBM Penilaian Pemeliharaan dan penggantian Daya dan jasa Kesiswaan Supervisi Total Tabel di atas menunjukkan bahwa anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan dimana peningkatan lebih dititikberatkan pada peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan. Penyelenggaraan KBM pada umumnya digunakan untuk insentif tambahan bagi guru PNS/GTY dari Pemerintah kabupaten, insentif tambahan bagi tenaga administrasi di sekolah dari Pemerintah kabupaten, honor kelebihan jam mengajar guru dari sekolah, honor diterima guru bantu/honorer daerah dari sekolah, biaya perjalanan dari sekolah untuk proses mutasi/promosi per guru, tunjangan hari raya untuk guru dan administrasi, biaya sekolah untuk pakaian seragam guru dan administrasi, alokasi uang lembur dari sekolah bagi tenaga administrasi sekolah. Biaya-biaya di atas sangat penting untuk meningkatkan motivasi guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik. Biaya peningkatan profesi diklat digunakan untuk diklat peningkatan professional guru, diklat bagi kepala sekolah, diklat bagi tenaga administrasi sekolah, kegiatan KKG/MGMP, kegiatan MKKS, dan lain sebagainya. Biaya penyelenggaraan KBM biasanya digunakan untuk penyediaan buku ajar siswa, penyediaan bahan praktikum IPA, penyediaan bahan praktik IPS, penyediaan bahan praktik keterampilan, pengembangan kurikulum muatan lokal dan pengembangan diri, serta pelaksanaan remedial siswa. Biaya kesiswaan pada umumnya ditujukan untuk biaya pembinaan pramuka sekolah, pembinaan olahraga sekolah, pembinaan kesenian sekolah, pelaksanaan Porseni sekolah, pelaksanaan Cerdas Cermat 210

14 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 sekolah, pelaksanaan Olimpiade sains tingkat sekolah, pembinaan KIR, penyelenggaraan Peringatan hari raya besar, kegiatan Pesantren kilat, kegiatan orientasi siswa baru. Biaya siswa sangat penting untuk menunjang bakat dan minat siswa yang tidak diperoleh di dalam kelas. Selain itu, berbagai kegiatan siswa lebih efektif untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa yang lebih positif. Meskipun secara total anggaran operasional naik, tetapi ada beberapa komponen biaya dengan besarannya yang naik turun, yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervisi. Biaya penilaian digunakan untuk biaya ulangan umum (teori), biaya ulangan umum praktek, biaya ujian akhir tertulis, biaya ujian akhir praktik, biaya pengembangan dan penilaian tes diagnostik untuk siswa baru, biaya sekolah untuk pengukuran IQ, EQ siswa, dan biaya pembelian buku raport siswa. Biaya daya dan jasa digunakan untuk biaya listrik, air PDAM, telepon, dan internet. Biaya supervisi digunakan untuk biaya kegiatan supervisi oleh kepala sekolah. Sedangkan biaya yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir adalah biaya pemeliharaan dan penggantian yang digunakan untuk biaya perawatan bangunan sekolah, biaya perawatan perabot kantor, biaya penggantian alat ipa, biaya penggantian alat keterampilan yang rusak, dan biaya penggantian buku pelajaran yang rusak. Sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan sekolah sampel secara total dapat dilihat di bawah ini. Jenis Pembiayaan Pendidikan (persekolahan) 1. Sarana Prasarana Tabel 13 Biaya Investasi Aspek Pembiayaan Besaran Nominal 2010/ / /2013 a. Biaya untuk pembebasan tanah untuk lahan sekolah b. Bangunan Biaya pembangunan ruang kelas baru Biaya pembangunan ruang Tata Usaha Biaya pembangunan ruang Kepala Sekolah Biaya pembangunan ruang Wakil KS Biaya pembangunan ruang Guru Biaya pembangunan ruang Perpustakaan Biaya pembangunan Laboratorium IPA Biaya pembangunan Lab Bahasa Biaya pembangunan ruang Keterampilan Biaya pembangunan lapang Olahraga Biaya pembangunan ruang Serbaguna Biaya pembangunan ruang Ibadah Biaya pembangunan kamar kecil /WC Biaya pembanguan ruang Ekstrakurikuler Biaya pembangunan ruang BK c. Buku Biaya pembelian buku Teks Utama pertahun Biaya pembelian buku Perpustakaan per tahun Biaya pembelian buku Sumber pertahun Biaya pembelian buku Pelengkap per tahun d. Alat Biaya pembelian Alat peraga per tahun Biaya pembelian Alat Praktik per

15 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah tahun Biaya pembelian LCD per tahun Biaya pembelian Komputer per tahun Biaya pembelian Perabot per tahun Tenaga a. Biaya pengadaan tenaga pendidik perorang b. Biaya pengadaan tenaga kependidikan per orang Komponen Lainnya Total Biaya investasi dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan angka dengan alokasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan sekolah bersangkutan. Biaya investasi merupakan biaya yang diperuntukkan untuk kebutuhan investasi jangka panjang sehingga ada beberapa sekolah dalam tiga tahun terakhir yang banyak memerlukan biaya investasi, tetapi beberapa sekolah juga ada yang tidak mengeluarkan biaya investasi. Biaya investasi hanya terjadi pada sarana prasarana berupa bangunan, pengadaan buku dan alat peraga, dan tidak ada ada biaya investasi untuk pembebasan lahan untuk sekolah. Perbedaan Kapasitas Fiskal antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Pembiayaan Penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan pada pasal 2 menjelaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan kapasitas fiskal dalam pendanaan pendidikan untuk setiap jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Banjar. Tabel 14 Sumber Dana Pendidikan Jenjang Menengah Sumber Dana Pemerintah Pusat Pemerintah Propinsi Pemerintah Kab/Kota Orang Tua Sumber lainnya Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber dana dari pemerintah pusat pada tahun 2011 mengalami kenaikan sekitar seratus juta rupiah, tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan secara signifikan sekitar enam ratus juta rupiah. Sementara bantuan dari pemerintah propinsi juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan anggaran pendidikan setiap tahun hanya terjadi pada sumber biaya dari pemerintah daerah kab/kota, orang tua, dan sumber lainnya. Hal ini perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai perimbangan pendanaan antara pemerintah pusat, propinsi, dan daerah agar pembiayaan pendidikan bisa terpenuhi dengan baik. Berikut ini adalah secara umum biaya yang digunakan setiap orang tua siswa pada jenjang SMA, SMK, dan MA untuk keperluan anaknya. Tabel 15 Biaya Pendidikan Anak dari Orang Tua Biaya Orang Tua SMA SMK MA SMA SMK MA SMA SMK MA Alat perlengkapan sekolah(per tahun) ` a. Sepatu

16 Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2017 b. Seragam sekolah c. Seragam olahraga d. Alat tulis (ballpoint, pensil, penghapus, dll) e. Buku tulis Biaya transport PP per hari Uang saku/uang jajan per hari Biaya ekstrakurikuler per tahun Biaya bimbingan belajar per tahun Pengeluaran biaya lainnya Total Tabel di atas menunjukkan bahwa pengeluaran orang tua setiap tahun untuk kebutuhan anaknya ternyata lebih besar pada siswa SMA, kemudian MA dan terendah adalah untuk siswa SMK. Alternatif Pemecahan Masalah Pemerintah perlu mengkaji ulang terkait dengan syarat kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan: Persebaran nilai UN jenjang menengah pada umumnya lebih banyak pada posisi sedang (7,2 7.00) dan paling banyak posisi rendah (UN<7.0), terutama pada sekolah jenjang Madrasah Aliyah. Persebaran siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah belum merata. Salah satu faktornya adalah ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah di kecamatan yang bersangkutan, seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Persebaran sekolah jenjang menengah lebih banyak pada Madrasah Aliyah, kemudian SMA, dan paling sedikit adalah SMK. Biaya pendidikan yang dikeluarkan orang tua dalam tiga tahun mengalami kenaikan signifikan apalagi tahun 2012 menempati posisi tertinggi, disusul kemudian biaya pendidikan dari pemerintah pusat. Anggaran dari pemerintah kab/kota maupun pemerintah propinsi lebih kecil. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan: Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan pembelajaran inovatif mengacu pencapaian UN. Penambahan sarana dan prasaran sekolah jenjang menengah atau mendirikan sekolah jenjang menengah satu atap, terutama di kecamatan yang belum ada sekolah menengahnya, seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Penambahan jumlah sekolah menengah kejuruan berbasis potensi lokal terutama pada daerah yang jauh dari SMK yang sudah ada. Peningkatan sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua. SIMPULAN Posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dilihat dari skor UN pada umumnya pada posisi sedang ( ) dan paling banyak di posisi rendah (UN < 7.0) ada pada jenjang Madrasah Aliyah. Posisi pendidikan menengah di Kabupaten Banjar dilihat dari persebaran penduduk dan persebaran sekolah menunjukkan bahwa pada setiap kecamatan persebaran penduduk dan persebaran sekolah, terutama jenjang menengah belum merata sehingga mempengerahui jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang menengah. Anggaran pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara siginifikan dimana peningkatan lebih dititikberatkan pada peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan profesi diklat, penyelenggaraan KBM, dan kesiswaan, tetapi ada beberapa komponen biaya dengan besarannya yang naik turun yaitu penilaian, daya dan jasa, serta supervise, serta biaya 213

17 Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Menengah yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, yakni biaya pemeliharaan dan penggantian. Sumber dana dari pemerintah pusat pada tahun 2011 mengalami kenaikan sekitar seratus juta rupiah, tetapi pada tahun 2012 mengalami penurunan secara signifikan sekitar enam ratus juta rupiah. Sementara bantuan dari pemerintah propinsi juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan anggaran pendidikan setiap tahun hanya terjadi pada sumber biaya dari pemerintah daerah kab/kota, orang tua, dan sumber lainnya. Pemerintah perlu mengkaji ulang terkait dengan syarat kesiapan penyelenggaraan PMU di Kabupaten Banjar dengan memperhatikan posisi sekolah berdasarkan skor UN terutama MA yang memiliki posisi rendah, persebaran penduduk dan persebaran sekolah, ketiadaan sarana dan prasarana sekolah jenjang menengah di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung, persebaran sekolah jenjang menengah lebih banyak Madrasah Aliyah, kemudian SMA, dan paling sedikit adalah SMK. Biaya pendidikan yang dikeluarkan orang tua dalam tiga tahun mengalami kenaikan signifikan apalagi tahun 2012 menempati posisi tertinggi, disusul kemudian biaya pendidikan dari pemerintah pusat. Anggaran dari pemerintah kab/kota maupun pemerintah propinsi lebih kecil. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan/diklat pembelajaran inovatif mengacu pencapaian UN. Penambahan sarana DAFTAR PUSTAKA A ad Strategi Implementasi Pendidikan Menengah Universal. Diakses melalui www. rapendik.com/program/halopendidikan/umum pada tanggal 28 Februari Arikunto, S Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aulia, V. 4 Januari Tantangan Pendidikan 2012 menuju MDGs. Jurnal Nasional hal 10. Freire, P Education for Critical Consciousness. New York: Continum. dan prasarana sekolah jenjang menengah atau mendirikan sekolah jenjang menengah satu atap, terutama di kecamatan yang belum memiliki sekolah menengah,seperti Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Penambahan jumlah sekolah menengah kejuruan berbasis potensi lokal, terutama pada daerah yang jauh dari SMK yang sudah ada. Peningkatan sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua. Atas simpulan yang disampaikan, maka selanjutnya perlu diikuti dengan rekomendasi yang perlu dilakukan pemerintah daerah sebagaimana berikut: Pemerintah Kabupaten Banjar diharapkan menyesuaikan persyaratan kesiapan penyelenggaraan pendidikan menengah universal dengan memperhatikan posisi pendidikan menengah yang ada berdasarkan skor UN, persebaran penduduk, dan persebaran sekolah yang ada. Kerjasama dengan instansi lain melalui bintek/diklat dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dalam menyukseskan UN. Perlu penambahan sekolah jenjang menengah atau sekolah satu atap, diutamakan untuk jenjang sekolah menengah kejuruan di kecamatan Tatah Makmur, Aranio, Paramasan, dan Telaga Bauntung. Perimbangan kebijakan dalam sumber anggaran biaya dari pemerintah pusat, gubernur, maupun kab/kota sehingga biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan orang tua. Indratno, A. Ferry T. (Ed) Kurikulum yang Mencerdaskan: Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif. Jakarta: Kompas. Kemenag Propinsi Kalsel Peringatan Hardiknas Tahun 2012 di Kabupaten Banjar. Liputan 4 Maret 2013 Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, UUD 1945, Amandemen I, II,III,IV. Surabaya: Penerbit Apollo. Mangunwijaya, Y.B. Saya Ingin Membayar Utang kepada Rakyat. Yogyakarta: Kanisius. Kompas Edisi Desember Moleong, L.J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 214

INSTRUMEN PENGGALIAN DATA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

INSTRUMEN PENGGALIAN DATA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN INSTRUMEN PENGGALIAN DATA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI JAWA BARAT S E K O L A H IDENTITAS RESPONDEN Kab./Kota : Nama Responden : Jabatan responden: No. Contact : IDENTITAS SEKOLAH Jumlah guru : PNS:.. orang

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia A. LATAR BELAKANG Tema peringatan hari tahun 2013 adalah Meningkatkan kualitas dan akses berkeadilan. Tema tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan dalam upaya percepatan keseluruh warga Negara untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kebijakan dalam

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kebijakan dalam BAB IV METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Untuk menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kebijakan dalam pembiayaan pendidikan, selain harus memiliki landasan konseptual yang kuat, perlu juga didukung

Lebih terperinci

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah Dasar (SD) di Jawa Barat a. Biaya Operasional Sekolah Dasar Kebutuhan pembiayaan SD di Jawa Barat

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012

RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012 RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012 PEMETAAN KOMPETENSI GURU SD DI KABUPATEN BANJAR Oleh: Suyidno, Moh Yamin, dan Sri Setiati

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi membawa perubahan yang signifikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi membawa perubahan yang signifikan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi membawa perubahan yang signifikan di berbagai bidang sehingga menuntut kesiapan yang lebih matang dalam segala hal, seperti ekonomi, sosial,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu peradaban, manusia merupakan unsur terpenting didalamnya. Maka wajar jika suatu bangsa ingin maju maka hal utama yang harus diperhatikan adalah mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Cluster 1 Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Oleh: Jumono, Abdul Waidil Disampaikan pada kegiatan Simposium Pendidikan 23 Febuari 2015 Ki Hadjar Dewantara: Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting dan universal. Setiap pemerintahan harus menjalankan fungsi penganggaran dalam melakukan aktivitas dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN : BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN BEASISWA BAGI PELAJAR BERPRESTASI BERDASARKAN NILAI AKHIR MELALUI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA /MA DAN SMK NEGERI DAN SWASTA DILINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA CIMAHI, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN LAMANDAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU,

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI Pada bab dua ini membahas mengenai keadaan umum instansi Disdik Kota Bandung, seperti sejarah, kronologis terbentuknya instansi, visi misi, sasaran strategi instansi, dan struktur

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BUPATI KEPULAUAN YAPEN RAFT 4 RANPERDA final BUPATI KEPULAUAN YAPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN YAPEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan setiap manusia. Dengan pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunci keberhasilan pembangunan adalah pembangunan pendidikan. Kemajuan bidang pendidikan diharapkan dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia dan para pendiri negara ini sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Jika sebelum

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pendidikan 1. Pengertian Biaya Menurut Supriyono (2000:16), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kajian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Banjar

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kajian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Banjar RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Banjar KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi suatu bangsa kedepan ditengah persaingan global ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang menyadari peran SDM tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengembangan sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meringankan beban masyarakat/orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan ini. Karena pendidikan merupakan hal yang penting, maka aturan mengenai pendidikan terdapat dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini penyiapan dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian utama, khususnya

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN I. Arah Kebijakan 1. Menyediakan pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas yang dapat diakses oleh seluruh anak usia

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA Renova Marpaung Abstrak Implementasi manajemen mutu dalam pembangunan pendidikan di Provinsi Sumatera Utara menyangkut perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan dana pendidikan sebesar 20% sebagaimana diamanatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan dana pendidikan sebesar 20% sebagaimana diamanatkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemenuhan dana pendidikan sebesar 20% sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen merupakan cerminan keinginan segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional disamping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak hanya berbicara

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR

Lebih terperinci

Yunita 56, Sunardi 57, Dafik 58

Yunita 56, Sunardi 57, Dafik 58 IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGUASAAN MATERI DALAM UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMA/MA PROGRAM IPA TAHUN AJARAN 9/1DI KABUPATEN JEMBER BAGIAN UTARA DAN TIMUR Yunita 56, Sunardi 57, Dafik 58 Abstract

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Program dan Kegiatan yang Direncanakan Pembangunan pendidikan di Kabupaten Barru didesain dalam rangka

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci