RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012"

Transkripsi

1 RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012 PEMETAAN KOMPETENSI GURU SD DI KABUPATEN BANJAR Oleh: Suyidno, Moh Yamin, dan Sri Setiati Abstrak Dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama guru SD di Kabupaten Banjar maka dilakukan kerjasama penelitian kebijakan pendidikan puslitjak dengan jarlit kab/kota/provinsi dengan tujuan mengetahui sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan kualifikasi, kesesuaian jam mengajar, sebaran guru bersertifikasi, beserta solusi alternatifnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan metaanalisis berdasarkan data kuantitatif profil SD di Kabupaten Banjar dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap kepala dinas, kepala sekolah, guru bersertifikasi dan belum bersertifikasi. Sampel dipilih 20 SD dari 290 SD secara purposive sampling berdasarkan kluster kecamatan dengan kondisi SD Sangat Maju, SD Sedang, SD Kurang, dan SD Belum Maju. Teknik analisis data kuantitatif secara metaanalisis dan data kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sebaran guru SD berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi belum merata, karena 30% SD guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi, (2) peta jam mengajar guru belum sesuai permendiknas, karena 80% SD sebagian besar gurunya mengajar kurang atau lebih dari 24 JP, (3) sebaran guru SD bersertifikasi belum merata, jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang dan 6 guru di SD Gambut 2, serta terendah belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik. Beberapa alternatif solusi yang ditawarkan adalah: (1) peninjauan kembali syarat-syarat kualifikasi dan sertifikasi guru dengan memperhatikan kebutuhan pengangkatan guru dan kondisi daerah, (2) penambahan guru berkualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama, (3) penerapan pembelajaran bertim atau perbaikan yang terencana dengan baik, (4) pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar, dan guru bersertifikasi melalui mutasi guru, menambah guru bersertifikasi yang bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, dan (5) kerjasama dengan berbagai instansi melalui perkuliahan/pelatihan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal. Kata Kunci: Pemetaan kompetensi, kualifikasi, peta jam mengajar, sertifikasi PENDAHULUAN Guru sebagai jabatan profesional ditetapkan dalam UU no 14 tahun 2005 dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1

2 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kenyataan menunjukkan bahwa keberadaan guru professional di Kabupaten Banjar masih jauh dari apa yang dicita-citakan. Beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru adalah: (1) proses penempatan guru di beberapa SD belum belum sesuai dengan kompetensinya, (2) rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik dibeberapa sekolah belum seimbang. Sekolah yang kelebihan guru saling rebutan jam mengajar untuk mencapai ketentuan minimal memperoleh tunjangan profesi. Sedangkan sekolah yang kekurangan guru terpaksa mengangkat guru honorer/guru tidak tetap (GTT) yang gajinya jauh di bawah upah minimum, dan (3) guru-guru yang sudah bersertifikasi persebaran belum merata. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya? 2. Apakah peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar sesuai permendiknas tentang beban mengajar? 3. Bagaimana sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya? 4. Bagaimana solusi alternatif untuk memetakan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya, (2) kesesuaian peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar dengan permendiknas ttg beban mengajar, (3) sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya, serta (4) menemukan solusi alternatif untuk memetakan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian adalah diperoleh informasi tentang sebaran guru SD di Kabupaten Banjar, seberapa besar kewajiban guru dalam menjalankan tugas jam mengajarnya, dan sebaran sertifikasi yg memenuhi standar berapa orang yg kompeten dan belum, serta bahan pertimbangan dalam merumuskan solusi alternatif kebijakan pemetaan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar terkait sebaran kualifikasi, peta jam mengajar, dan guru bersertifikasi. Penataan perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pemerataan kualitas sumberdaya manusia dan lulusan SD di seluruh Kabupaten Banjar, sehingga dapat menunjang pembangunan sumberdaya manusia sesuai amanat pembukaan UUD 45. Profesional menurut UU RI no 14 tahun 2005 adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Beberapa syarat atau ciri pokok dari pekerjaan professional diantaranya: (a) ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 2

3 dipertanggungjawabkan secara ilmiah, (b) menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik, (c) tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesional didasarkan pada latar belakang pendidikan yang dialaminya diakui oleh masyarakat, (d) dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap Permendiknas no 30 tahun 2011 tentang perubahan atas permendiknas 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan menjelaskan bahwa (1) dalam jangka waktu sampai tanggal 31 Desember 2011, dinas pendidikan kabupaten dan kantor kantor kementerian agama kabupaten harus selesai melakukan perencanaan kebutuhan dan redistribusi guru, baik di tingkat satuan pendidikan maupun di tingkat kabupaten/kota, dan (2) dalam keadaan kelebihan guru pada mata pelajaran tertentu di wilayah kabupaten, dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dengan cara mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah berkewajiban membuat perencanaan kebutuhan guru dan redistribusi guru sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya serta kebutuhan sekolah-sekolah di Kabupaten Banjar. Sehingga setiap sekolah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan meningkatkan kualitas sumberdaya di tiap-tiap daerah secara menyeluruh. Mengingat kondisi daerah dan SD di Kabupaten Banjar berbeda dengan daerah-daerah lain terutama daerah di Pulau Jawa. Maka Pemerintah Kabupaten Banjar harus mengkaji ulang kebijakan kualifikasi, jam mengajar, dan sertifikasi bagi guru SD yang ada di Kabupaten Banjar. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan metaanalisis berdasarkan data kuantitatif sebaran kompetensi 3890 guru pada 350 SD sesuai latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya, kesesuaian peta jam mengajar guru SD dengan permendiknas tentang beban mengajar, sebaran guru SD berdasarkan sertifikasinya, dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap kepala sekolah, guru bersertifikasi dan belum bersertifikasi dari 20 SD sampel yang dipilih secara purposive sampling berdasarkan kluster kecamatan dengan kondisi SD Sangat Maju, SD Sedang, SD Kurang, dan SD Belum Maju terkait dengan sebaran guru bersertifikasi di wilayah kabupaten Banjar. Selanjutnya untuk menemukan model alternatif meningkatkan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus Data hasil penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 3

4 atau kalimat akan dilakukan reduksi data, pemisahan atau pengelompokan sehingga dapat disimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi SD di Kabupaten Banjar Kabupaten Banjar merupakan salah kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yang pusat pemerintahannya terletak di Martapura. Mengingat Kota Banjar memiliki akses yang dekat dengan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, menjadikan kabupaten lebih cepat berkembang. Kabupaten ini terdiri dari 19 kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 290 desa, dimana 78 desa masih termasuk daerah terpencil sehingga akses desa tersebut ke sekolah SD/Mi tergolong sulit. SD di Kabupaten Banjar 99% dari 361 SD merupakan SD Negeri, tetapi hanya ada 1 SD SBI dan 2 SD RSBI yang ketiganya terletak di kecamatan Martapura, sedangkan 358 SD tergolong SD biasa saja. Berdasarkan nilai akreditasinya dari 361 SD sebanyak 4,4% berakreditasi A, 30,2% berakreditasi B, 45,4% berakreditasi C, sedangkan 19,9% belum terakreditasi. Kualifikasi Guru Guru SD yang ada di kabupaten Banjar sebanyak guru yang memiliki ijazah SMP sebanyak 1,5%, ijazah SLTA 28,4%, ijazah D1 0,4%, ijazah D2 45,1%, ijazah D3 0,7%, ijazah S1 23,8%, dan ijazah S2 0,1%. Pada umumnya jurusan keguruan adalah D2-S2 sehingga secara umum bisa dikategorikan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi mengajar hanya 69,7% dan yang belum memenuhi sebanyak 30,3%. Guru yang kurang memenuhi sebenarnya lebih dari 30,3% karena ada sebagian besar guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang kualifikasinya karena ketiadaan guru disekolah yang bersangkutan. Kenyataan tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dan guru dari 20 SD yang ada di Kabupaten Banjar. Tabel 1 Hasil wawancara kualifikasi guru di Kabupaten Banjar No SDN Kualifikasi Guru 1 Kayu Bawang 1 Sudah sesuai, karena semua guru sudah S.Pd dan A.Ma.Pd yang berstatus lulusan keguruan 2 Gambut 2 Belum sesuai, karena jaman dahulu belum ada fakultas pendidikan di FKIP Unlam dan beberapa guru masih dalam proses kuliah 3 Bunipah 2 Sesuai kualifikasi 100% 4 Penyiuran Belum, jumlah guru kurang terutama agama 5 Pakutik Sesuai, 6 Kupangrejo Sesuai, 6 orang PN dan 4 orang honor 7 Sungai Pinang Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 8 Sungai Batang Ilir Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 9 Sungai Rangas Ulu Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 10 Sungai Rangas Hambuku Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 4

5 11 Sungai Batang 1 75% sesuai, karena kurang guru umum 12 Aluh-aluh Besar 3 Sesuai 100% 13 Kayu Bawang Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 14 Gambut 9 100% sesuai 15 Gambut 2 Belum, sebagian besar bukan berlatar belakang keguruan, tetapi mereka sudah banyak berpengalaman menjadi seorang guru dan tahap kuliah penyesuaian 16 Gambut 10 5 dari 12 guru yang sesuai, masih pada tahap kuliah penyesuaian 17 Gudang Hirang 3 Sesuai 18 Sungai Lulut 1 6 orang dari 24 guru sesuai 19 Gudang Hirang 4 Sesuai 20 Aluh-aluh Besar 1 Semua guru mengajar sesuai kualifikasi 21 Jawa 3 Sudah sesuai kualifikasi 22 Antasan Senor Sudah sesuai kualifikasi Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 22 SD sampel, sebanyak 30% SD yang guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi. Mereka belum sesuai kualifikasi karena pada umumnya merupakan lulusan SLTP/SLTA yang direkrut jadi guru karena jaman dulu belum adanya perguruan tinggi yang mencetak tenaga keguruan. Selain itu juga karena ketiadaan guru, sehingga ada sebagian guru yang mengajar tidak sesuai kualifikasinya untuk mengisi kekosongan guru. Peta Jam Mengajar Guru Besarnya guru yang berstatus Non PNS 30,7% secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja guru di sekolah yang bersangkutan. Karena pada umumnya guru yang berstatus Non PNS diberikan beban mengajar sedikit atau bisa dibebani jam mengajar berlebihan dengan gaji belum layak. Hasil di atas dibuktikan berdasarkan hasil wawancara peta jam mengajar guru di Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa dari 20 SD sampel ternyata 80% SD yang sebagian besar gurunya memiliki jadwal mengajar tidak sesuai standar permendiknas tentang peta jam mengajar guru sebesar 24 JP. Hal tersebut disebabkan peta jam mengajar guru yang sesuai 24 JP hanya dibebankan pada guru yang telah bersertifikasi bahkan sebagian guru bersertifikasi juga dibebani jam mengajar lebih dari 24 JP. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga guru kelas, sedangkan sebagian besar guru yang jam mengajarnya kurang dari 24 JP pada umumnya dalah guru agama, B. Inggris, Olahraga, dan muatan lokal yang jam mengajarnya terbatas. Selain itu juga pada guru honor yang tidak diwajibkan mengajar 24 JP, tetapi kebanyakan guru honor mengajar lebih banyak dibandingkan guru PNS. Sertifikasi Guru Persebaran guru yang bersertifikasi pada semua kecamatan di Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa dari 3890 guru SD ternyata hanya 22% atau 841 guru yang telah bersertifikasi. Data di atas menunjukkan bahwa persebaran guru bersertifikasi belum Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 5

6 merata. Guru bersertifikasi lebih banyak dijumpai di kecamatan Aluh-aluh (67%), Kertak Hanyar (40%), Gambut dan Martapura Timur (36%) serta Martapura (32%). Sedangkan Kecamatan dengan jumlah guru bersertifikasi sangat kurang adalah kecamatan Sungai Pinang (1%), Aranio (5%), Sungai Tabuk (10%), dan Sambung Makmur (12%). Guru yang bersertifikasi pada umumnya memiliki lama mengajar di atas 25 tahun dan berstatus guru PNS. Hasil wawancara guru dan kepala sekolah dari 20 SD menunjukkan bahwa jumlah guru bersertifikasi pada 20 SD ternyata belum merata, jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang, 6 guru di SD Gambut 2, 5 Guru di SD Gambut 10 dan SD Gua Hirang 4, 4 Guru di SD Aluh-aluh Besar 1, SD Sungai Lulut 1, SD Gua Hirang 3, dan SD Gambut 9, ada 3 guru di SD Bunipah 2 dan SD Sungai Batang 1, ada 2 guru di SD Sungai Rangas Ulu, 1 guru di SD Kupang Rejo, SD Sungai Batang Ilir, dan SD Aluhaluh besar 3, SD Jawa 3, dan SD Antasan Senor belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik. Permasalahan guru yang belum bersertifikasi karena sebagian besar guru senior yang bekerja diatas 30 adalah guru SLTP atau SLTA yang diangkat karena kebutuhan akan guru dan saat itu belum ada lulusan keguruan. Selain itu juga banyak yang terkendala masalah syarat-syarat sertifikasi seperti pengabdian kurang dari 20 tahun, jam mengajar kurang 24 JP, dan hampir 30% guru SD di Kabupaten Banjar adalah guru honor dan baru mengajar, serta sebagian guru ada yang terkendala karena minimnya informasi pelaksanaan sertifikasi guru. Alternatif Pemecahan Masalah 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang syarat-syarat terkait kualifikasi, peta jam mengajar, dan sertifikasi guru dengan memperhatikan: a. Guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kebutuhan nasional yaitu guru senior lulusan SLTP dan SLTA yang dulu direkrut sebelum ada lulusan keguruan. b. Kondisi SD yang bersangkutan, terutama kebijakan pada guru yang mengajar di SD terpencil, jumlah kelas sedikit, serta akses transportasi sulit, sehingga menyebabkan kesulitan mengajar 24 JP dan kesulitan informasi tentang sertifikasi guru. c. Berbagai kegiatan profesionalisme yang dilakukan guru selama melaksanakan pengabdian. d. Guru honor yang telah mengabdi lebih dari 20 tahun. e. Belum meratanya kualifikasi guru, jam mengajar, dan guru bersertifikasi pada seluruh SD di Kabupaten Banjar. 2. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan a. Mempermudah persyaratan kualifikasi dan sertifikasi bagi guru yang diangkat karena kebutuhan nasional dengan memperhatikan masa pengabdian. b. Penambahan guru sesuai kualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama. Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 6

7 c. Permasalahan kekurangan jam mengajar guru bisa diatasi melalui penerapan pembelajaran bertim atau pembelajaran perbaikan yang terencana dengan baik. Selain itu memberikan nilai kredit untuk kegiatan sekolah yang dibebankan pada guru di luar jam mengajar, misalnya sebagai wali kelas, mengajar ekstrakulikuler, koperasi, perpustakaan, dll. d. Perumusan kembali kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi cukup lama berdasarkan masa pengabdian dan kondisi daerah. Sedangkan kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi belum lama berdasarkan kualifikasi, kondisi daerah, serta profesionalisme. e. Perlu upaya pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi. Hal tersebut bisa ditempuh melalui: (a) mutasi guru pada SD yang kelebihan guru ke SD yang kekurangan guru, (b) pengangkatan guru honor menjadi PNS dan menambah guru bersertifikasi dengan catatan bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, (3) kerjasama dengan berbagai instansi untuk mengadakan kuliah atau pelatihan dalam rangka penyetaraan kualifikasi dan pemenuhan syarat sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal. KESIMPULAN 1. Sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya belum merata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 SD sampel, sebanyak 30% SD yang guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi. Mereka umumnya merupakan lulusan SLTP/SLTA yang direkrut jadi guru karena kebutuhan nasional dan faktor kekurangan guru sehingga ada sebagian guru yang mengajar tidak sesuai kualifikasinya untuk mengisi kekosongan guru. 2. Peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar belum sesuai permendiknas tentang beban mengajar yaitu 24 JP. Hasil penelitian menunjukkan 80% SD sampel sebagian besar gurunya mengajar tidak 24 JP. Jam mengajar guru sebesar 24 JP dibebankan pada guru yang bersertifikasi bahkan sebagian guru bersertifikasi mengajar lebih dari 24 JP karena kekurangan guru. Sebagian besar guru yang jam mengajarnya kurang dari 24 JP pada umumnya dalah guru agama, B. Inggris, Olahraga, dan muatan lokal yang jam mengajarnya terbatas. Selain itu juga pada guru honor yang tidak diwajibkan mengajar 24 JP, tetapi kebanyakan guru honor mengajar lebih banyak dibandingkan guru PNS. 3. Sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya belum merata. Hasil penelitian menunjukkan persebaran guru bersertifikasi pada 20 SD sampel ternyata jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang, 6 guru di SD Gambut 2, 5 Guru di SD Gambut 10 dan SD Gua Hirang 4, 4 Guru di SD Aluh-aluh Besar 1, SD Sungai Lulut 1, SD Gua Hirang 3, dan SD Gambut 9, ada 3 guru di SD Bunipah 2 dan SD Sungai Batang 1, ada 2 guru di SD Sungai Rangas Ulu, 1 guru di SD Kupang Rejo, SD Sungai Batang Ilir, dan SD Aluh-aluh besar 3, dan belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik. Permasalahan guru yang belum Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 7

8 bersertifikasi karena ada sebagian besar guru senior diangkat bukan karena kualifikasi tetapi kebutuhan. Selain itu terkendala masalah syarat-syarat sertifikasi seperti pengabdian kurang dari 20 tahun, jam mengajar kurang 24 JP, dan hampir 30% guru SD di Kabupaten Banjar adalah guru honor dan baru mengajar. 4. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan a. Mempermudah persyaratan kualifikasi dan sertifikasi bagi guru yang diangkat karena kebutuhan nasional dengan memperhatikan masa pengabdian dan kondisi daerah. b. Penambahan guru sesuai kualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama. c. Permasalahan kekurangan jam mengajar guru bisa diatasi melalui penerapan pembelajaran bertim atau pembelajaran perbaikan yang terencana dengan baik. Selain itu memberikan nilai kredit untuk kegiatan sekolah yang dibebankan pada guru di luar jam mengajar, misalnya sebagai wali kelas, mengajar ekstrakulikuler, koperasi, perpustakaan, dll. d. Perumusan kembali kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi cukup lama berdasarkan masa pengabdian dan kondisi daerah. Sedangkan kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi belum lama berdasarkan kualifikasi, kondisi daerah, serta profesionalisme. e. Perlu upaya pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi. Hal tersebut bisa ditempuh melalui: (a) mutasi guru pada SD yang kelebihan guru ke SD yang kekurangan guru, (b) pengangkatan guru honor menjadi PNS dan menambah guru bersertifikasi dengan catatan bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, (3) kerjasama dengan berbagai instansi untuk mengadakan kuliah atau pelatihan dalam rangka penyetaraan kualifikasi dan pemenuhan syarat sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal. SARAN KEBIJAKAN 1. Pemerintah Kabupaten Banjar diharapkan menyesuaikan persyaratan kualifikasi, jam mengajar, dan sertifikasi berdasarkan kebutuhan pengangkatan guru dan kondisi daerah. 2. Kerjasama dengan instansi lain melalui bintek/diklat dalam rangka pemenuhan syarat kualifikasi dan sertifikasi. 3. Penambahan guru SD dengan mengutamakan guru honorer berprestasi yang mengajar cukup lama. 4. Penambahan guru bersertifikasi yang siap ditempatkan di SD terbelakang dalam waktu tertentu. 5. Pemerataan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi. Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 8

9 DAFTAR PUSTAKA Arrends, Richard L Penerj. Mohamad Nur. Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung. Jawa Timur: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Arikunto, S Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Darmono Model Penuntasan Wajib Belajar Dikdas 9 Tahun Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Artikel Penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Program Pengembangan Profesionalisme Guru Djamarah, Syaiful Bahri Cet. 3. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineke Cipta. Edward III, George Implementing Public Policy. Washington : Congrational Quaterly Inc. Mardapi, J Strategi Meningkatkan Profesionalisme guru. Makalah disampaikan pada Seminar Regional Pendidikan Pusat Kajian dan Advokasi Pendidikan Yogyakarta 19 Januari Moleong, L. J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Muhaimin, dkk Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: CV. Citra Media Karya Anak Bangsa. Pemerintah Kabupaten Banjar Selayang Pandang Kabupaten Banjar. Pemerintah Kabupaten Banjar Profil Pendidikan Kabupaten Banjar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Winarno, Budi Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo Publishing. Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 9

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Analisis Profesionalitas Guru KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 PENDAHULUAN KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN GURU Kedudukan: Sebagai

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR MAKALAH PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR OLEH: MUHAMMAD NURSA BAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 13-17 OKTOBER, 2011 Makalah disampaikan dalam Bimbingan Teknis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN, PENINGKATAN PROFESIONALISME, DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN GURU, KEPALA SEKOLAH/MADRASAH, DAN PENGAWAS DI KAWASAN

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan, dan merupakan faktor penentu perkembangan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar

Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2009 SERI E.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Disajikan dalam Workshop Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk itu masalah pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia A. LATAR BELAKANG Tema peringatan hari tahun 2013 adalah Meningkatkan kualitas dan akses berkeadilan. Tema tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan dalam upaya percepatan keseluruh warga Negara untuk

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan zaman sekarang ini yang begitu cepat sehingga sejak itu pula manusia menghadapi kemajuan dalam kehidupannya dan kemajuan generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seperti dengan isi undang-undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seperti dengan isi undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan selalu menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan generasi demi generasi. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tujuan

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional di samping

Lebih terperinci

1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),

1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), 1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA), madrasah aliyah kejuruan (MAK), yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut cita-cita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut cita-cita dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang bertujuan untuk membentuk manusia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu program pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia adalah melalui pembangunan sumber daya guru, yaitu menciptakan guru yang profesional dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI - 1 - SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI, TUNJANGAN KHUSUS, DAN TAMBAHAN PENGHASILAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia Dindin Abdul Muiz Lidinillah Dosen Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya dindin_a_muiz@upi.edu Abstrak Guru sebagai tenaga profesional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

KATA PENGANTAR. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. KATA PENGANTAR Pelaksanaan Penetapan Jabatan Fungsional Bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 47 Tahun 2007. Agar Penetapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171 PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp. 022-426481112 fax. 022-4264881 Bandung 40171 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2006 Materi : Wawasan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah tingkat kedewasaan. Artinya anak dituntut agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS TAMBAHAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN, KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : DJ.IV/KEP/HK.OO.5/463/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 KATA PENGANTAR Mulai tahun anggaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja, akan tetapi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 40 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN GURU YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN SEBAGAI KEPALA SEKOLAH WALIKOTA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016 PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN PEGAWAI TIDAK TETAP PENDIDIK, TENAGA KEPENDIDIKAN DAN TENAGA HARIAN LEPAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MARTAPURA BARAT, MARTAPURA TIMUR, BERUNTUNG BARU DAN SAMBUNG MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 722 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR AN DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang. Pendidikan merupakan wadah yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN Oleh: Opong Sumiati Pendahuluan AGENDA Isi dan Amanat Undang-Undang 43/2007 Turunan Undang-Undang 43/2007 Konsekuensi bagi Instansi Pembina/Teknis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 11 TAHUN : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa pendidikan Kota

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG TUNJANGAN PROFESI GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN KHUSUS GURU DAN DOSEN, SERTA TUNJANGAN KEHORMATAN PROFESOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DALAM LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa guru dapat

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam suatu bangsa. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan canggih, dituntut sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci