BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, Penulis menggunakan analisis framing untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, Penulis menggunakan analisis framing untuk"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, Penulis menggunakan analisis framing untuk mengetahui bagaimana Majalah Rolling Stone Indonesia membingkai realitas dari rencana pemerintah untuk menutup blog-blog musik dan memblokir situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah model analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Pada dasarnya Entman membagi framing ke dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari realitas atau isu. Seleksi isu adalah aspek yang berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas yang beragam, yang dilakukan dengan menggunakan empat strategi media atau elemen utama, yaitu pendefinisian masalah, perkiraan sumber masalah, membuat keputusan moral dan rekomendasi penyelesaian. Sementara, penonjolan aspek dari isu adalah aspek yang berhubungan dengan penulisan fakta (Eriyanto 2002: ). Seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari isu merupakan tahap untuk menemukan bingkai (frame) yang dibentuk oleh Majalah Rolling Stone Indonesia dalam menyampaikan informasi tentang rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia oleh pemerintah dalam artikel opini yang diterbitkannya. 96

2 Seleksi Isu Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sumadiria (2004: 93-94), topik rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia merupakan peristiwa aktual, penting untuk diketahui khalayak, serta berdampak luas terhadap khalayak. Oleh sebab itu, telah memenuhi kriteria topik rencana yang baik. Proses seleksi isu dilakukan melalui tahapan empat strategi media yang disebut juga elemen-elemen framing dalam analisis model Entman, Pendefinisian Masalah (Define Problems), Perkiraan Sumber Masalah (Diagnose Causes), Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) dan Rekomendasi Penyelesaian (Treatment Recommendation ) Pendefinisian Masalah (Define Problems) Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia mendefinisikan rencana penutupan blog-blog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait masalah pembajakan musik di Indonesia sebagai permasalahan hukum dan sosial. Dikatakan sebagai persoalan hukum, karena berkaitan dengan pelanggaran atas ketentuan hukum yang berlaku tentang penyebaran konten digital serta penerapan Undang-undang yang tepat untuk digunakan dalam menangani masalah penyebaran konten-konten ilegal di Internet. Sementara rencana penutupan blogblog musik dan pemblokiran situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia juga dapat dikatakan sebagai masalah sosial kerena berkaitan dengan sosialisasi program pemerintah yang mengatur mengenai pembajakan musik di

3 98 Indonesia serta reaksi masyarakat yang timbul terhadap pemerintah ketika mengetahui rencana pemblokiran blog dan situs bersangkutan. Sosialisasi rencana pemerintah untuk menutup blog-blog musik dan situssitus file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia tersebut dianggap sebagai permasalahan sosial juga karena reaksi yang timbul atas kebijakan tersebut datang dari masyarakat, dalam hal ini para musisi dan pemilik label rekaman. Paragraf pertama menunjukan bahwa tuntutan atas penerapan kebijakan tersebut datang dari masyarakat; Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup situs-situs Internet yang memberikan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal atau menyebarkan lagu tanpa izin yang memiliki hak atas lagu-lagu tersebut. Setidaknya ada 20 (dua puluh) situs Internet yang mereka anggap menyediakan akses pengunduhan lagu secara ilegal. Tuntutan tersebut berujung pada sebuah siaran pers dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, yang menyatakan pembajakan musik adalah sebuah masalah pelanggaran hukum dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya akan mendapat tindakan hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, pemerintah berencana untuk menutup blog-blog musik dan memblokir situs-situs file sharing yang menyebarkan konten musik ilegal. Pembahasan mengenai pembajakan musik sebagai sebuah tindakan pelanggaran hukum yang cukup serius mendapat porsi paling besar dalam artikel ini, terutama tentang bagaimana tindakan yang akan diambil oleh pemerintah berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini dapat dilihat pada paragraf kedua; Bersamaan dengan hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring juga menyampaikan pernyataan yang dikutip berbagai media bahwa mengunduh lagu-lagu di situs Internet tanpa seizin pemiliknya dapat dikenakan pidana penjara maksimum 12 (dua belas) tahun. Menurut

4 99 beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah karena tindakan tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pemerintah menganggap ada dua pihak yang dianggap sebagai pokok permasalahan dalam pembajakan musik di tahan air, pertama para pemilik situs yang menyediakan materi untuk diunduh secara ilegal, lalu kedua adalah para pengunduh musik-musik ilegal tersebut. Paragraf ketiga menjelaskan tentang hal tersebut; Dengan demikian, ada dua hal yang menjadi perhatian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal dan orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika menganggap dua hal tersebut berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya, sehingga merasa yakin untuk menerapkan ketentuan-ketentuan UU ITE dalam rangka menanggulanginya. Sementara Majalah Rolling Stone Indonesia mengajak para pembacanya untuk menelaah lebih lanjut mengenai kebijakan pemerintah mengenai pembajakan musik tersebut. Seperti yang dapat ditemukan dalam paragraf keempat; Untuk melihat apakah memang penanggulangan terhadap dua hal tersebut masuk dalam lingkup tugas dan tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika, ada baiknya kita melihat lebih jauh ketentuan-ketentuan dalam UU ITE yang dianggap relevan dengan dua hal tersebut. Hal ini penting untuk mengetahui apakah memang tepat digunakan ketentuanketentuan dalam UU ITE terhadap dua hal tersebut. Dalam paragraf di atas, Majalah Rolling Stone Indonesia merasa bahwa perlu untuk bersikap skeptis pada kebijakan pemerintah mengenai pembajakan ini, sikap tersebut dianggap penting karena kebijakan yang tepat akan memberikan dampak positif dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia. Hal

5 100 tersebut juga ditegaskan oleh Redaktur Majalah Rolling Stone Indonesia dalam wawancaranya dengan penulis: Selama ini pemerintah kurang begitu antusias dalam menangani masalah pembajakan musik, sekalinya masalah tersebut mendapat perhatian yang serius, timbul keraguan dari para praktisi dan pengamat musik tanah air. Timbul beberapa pertanyaan seperti: Apakah kebijakan tersebut sudah tepat? Apakah kebijakan tersebut mampu untuk setidaknya mengurangi tingkat pembajakan musik di Indonesia? Karena kebijakan yang tepat akan berdampak sangat besar terhadap kelangsungan hidup industri musik tanah air. (Adib Hidayat, wawancara tanggal 02 Mei 2012) Realitas yang terjadi pada permasalahan pembajakan musik di Indonesia ini adalah terdapat kebutuhan yang sangat besar dari masyarakat atas kebijakan pemerintah tentang masalah pembajakan musik, serta adanya keraguan yang timbul terhadap kebijakan pemerintah yang akan diterapkan, dalam hal ini penggunaan Undang-undang yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Kebijakan pemerintah yang akan menutup blog-blog musik dan memblokir situssitus file sharing tampak seperti keputusan yang diambil dengan terburu-buru tanpa kajian lebih lanjut terhadap dasar permasalahan serta dampak lebih lanjut yang akan ditimbulkannya. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, fungsi penulisan National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia penulis anggap telah sesuai dengan salah satu fungsi penulisan artikel yang dikemukakan Suhandang (2004: 158) yaitu untuk menafsirkan masalah. Penulis berpendapat bahwa sikap Majalah Rolling Stone Indonesia yang memilih menjelaskan peristiwa ini dari aspek hukum dan sosial adalah untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai alasan kuat munculnya keraguan dalam penggunaan Undang-undang yang tepat untuk mengatasi masalah

6 101 pembajakan musik di Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia juga berupaya memberikan pandangan dan sikap yang tetap menempatkan diri pada posisi netral dalam menanggapi isu tersebut Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia Dalam Rubrik Music Biz-nya, Majalah Rolling Stone Indonesia mendefinisikan rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia sebagai persoalan bisnis, sosial, dan teknologi. Disebut sebagai persoalan bisnis karena pembajakan musik sangat erat kaitannya dengan industri musik di tanah air. Tingginya tingkat pembajakan musik di Indonesia mempunyai pengaruh langsung terhadap kelangsungan industri musik di tanah air. Sementara persoalan sosial karena kebijakan yang diterapkan pemerintah, akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dari sisi teknologi, perkembangan teknologi baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak menjadi tantangan tersendiri bagi industri musik Indonesia dalam memerangi para pembajak. Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap bahwa awal kemunculan blog-blog serta situs-situs file sharing yang menyebarkan konten musik digital secara ilegal yang berujung kepada masalah pembajakan musik justru pada awalnya diawali oleh komersialisme musik yang membangun sebuah industri di dalamnya. Hal tersebut dapat kita lihat dalam paragraf kedua: Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari mulainya komersialisasi produk musik lewat piringan hitam. Musik yang ingin kita nikmati hanya bisa kita nikmati lewat pertunjukan langsung, dan pembelian piringan hitam (dan dalam gilirannya, kaset dan CD). Para pelaku industri musik rekaman memiliki kekuasaan cukup ketat terhadap distribusi musik, karena akses ke musik dibatasi pada sebuah produk fisik, berupa piringan

7 102 hitam, kaset atau CD. Sebuah pola bisnis yang relatif sempurna terbentuk sebuah struktur industri yang menjual beraneka ragam musik, dalam format dan harga yang relatif sama, yang dapat dipertahankan nyaris secara tak terhingga, selama tidak ada kondisi pasar yang bergeser. Paragraf di atas menunjukan bahwa kuasa industri musik rekaman begitu kuat dalam proses komersialisme musik sejak awal, hal tersebut memberikan sisi positif dengan terbentuknya iklim bisnis yang ideal dimana musisi dan perusahaan rekaman dapat mengontrol peredaran musik mereka di pasaran. Hal tersebut dimungkinkan karena penjualan musik dibatasi oleh penjualan musik dalam bentuk musik saja: Piringan Hitam, Kaset dan CD. Inovasi terus dilakukan, seiring perkembangan teknologi, industri musik juga ikut berkembang. Kemunculan CD Audio adalah tonggak menuju era kejayaan industri musik. Majalah Rolling Stone Indonesia menggambarkan peristiwa tersebut dalam paragraf ketiga: Salah satu inovasi yang mengembangkan industri musik rekaman juga jadi salah satu penyebab besar industrinya secara relatif turun drastis. Musik dikemas dalam CD diperkenalkan ke publik pada tahun 80-an, dan menawarkan kemurnian suara yang nyaris menandingi piringan hitam (bahkan, bedanya mungkin tidak dapat terdeteksi oleh sebagian banyak orang). Setelah meng-alami masa kaset yang memiliki beberapa keterbatasan teknologi, misalnya kalau terlalu lama didengarkan lagunya jadi ngageol kalau kata orang Sunda, CD memberikan sebuah pengalaman mendengarkan musik yang cukup konsisten, yang hanya akan dibatasi oleh perangkat audio yang digunakan. Dilengkapi dengan pola media dan berita yang pada zaman itu masih relatif tersentralisasi, promosi dan penjualan produk musik sangat berkembang. Zaman CD adalah zaman keemasan industri musik rekaman. Tapi pasar berubah. Namun kemudian perkembangan tenologi pula yang kemudian menenggelamkan kedigdayaan industri musik, penemuan format MP3 salah satunya. Keberadaan format MP3 serta populernya Internet memungkinkan

8 103 sebuah produk musik untuk disebar dan diunduh siapa saja tanpa ada pemasukan untuk sang pemegang hak cipta. Paragraf keempat menjelaskan tentang hal ini: Pertumbuhan pemakaian Personal Computer (PC) pada tahun 90-an memicu industri perangkat lunak untuk makin berkembang bukan saja oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Apple, tapi juga pengembang-pengembang lunak independen dan open source yang menemukan cara supaya isi CD Audio dapat disalin ke dalam komputer, dalam format MP3, yang semula dimaksudkan oleh Moving Picture Experts Group sebagai bagian dari protokol enkripsi video. Software pertama yang bisa membuat file format MP3 dikeluarkan oleh Fraunhofer Society pada tahun 1994, yang kemudian disusul oleh berdirinya website MP3.com untuk musisi-musisi independen, dan keluarnya WinAmp yang mempopulerkan MP3 sebagai format penyebaran musik, sampai akhir 90-an. CD yang semula tidak mudah dibuat duplikatnya (dibandingkan dengan kaset yang sangat mudah diduplikasi dengan perangkat dubbing), ternyata dapat diduplikasi dengan mudah melalui perangkat lunak khusus dan CD writer, dan bahkan disalin isinya menjadi MP3 yang dapat disebar dengan mudah melalui Internet! Penyebaran penggunaan MP3 sebagai format musik pilihan seperti dikukuhkan oleh berdirinya Napster pada tahun Mudahnya sebuah karya musik disebar dan diunduh melalui Internet inilah yang menghentikan era kejayaan industri musik era label rekaman sekaligus merubah industri musik menjadi sebuah industri yang mempunyai masalah yang tidak kunjung terselesaikan. Musisi dan label rekaman mengalami penurunan pendapatan, dari sisi bisnis hal ini tentu saja bukan berita baik. Paragraf keenam menjelaskan tentang ini: Sekarang, dunia musik seolah sudah terbalik: penjualan CD turun terus (dan kaset sudah nyaris punah) karena pembajakan lewat Internet maupun CD palsu, album sekaligus diperlakukan sebagai alat promosi artis/band supaya orang maumenonton konsernya, media sudah terdesentralisasi dengan berkembangnya Internet dan jutaan blog, dan sampai saat ini MP3 masih banyak beredar bebas lewat Internet. Promosi berpola lebih sulit dilakukan karena fragmentasi media (dan fragmentasi penikmat musik), dan akses konsumen ke musik secara umum sulit dilakukan, karena hadirnya suatu file musik di Internet bisa berarti penyebaran otomatis ke seluruh dunia, sehingga mengurangi potensi konsumen membeli produk musik tersebut.

9 104 Penggambaran tentang meningkatnya jumlah pembajakan melalui Internet tersebut menjadi alasan kuat bagi para praktisi musik untuk mendesak pemerintah agar menerapkan kebijakan yang tepat untuk memberi tindakan terhadap para pembajak musik di tanah air. Seperti yang diterangkan oleh paragraf pertama Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia tersebut: Akhir Juli lalu sempat semarak berita bahwa 20 situs atau blog musik ternama akan ditutup oleh Kemenkominfo; tepatnya, para asosiasi pelaku industri musik yang tergabung dalam kampanye Heal Our Music telah melayangkan sebuah surat kepada Kemenkominfo, yang juga disebar kepada kantor-kantor media berita. Sampai penulisan artikel ini, belum terlihat ada tindakan apapun terhadap situs-situs yang tertera pada surat permintaan tersebut. Ini merupakan sebuah gejala zaman, yang memiliki akar sejarah yang cukup panjang. Majalah Rolling Stone Indonesia membingkai rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia dari segi bisnis, teknologi serta sosial dengan memposisikan diri sebagai pihak yang netral. Majalah Rolling Stone Indonesia mencoba untuk menjelaskan duduk permasalahan sehingga pembaca mengerti bahwa masalah pembajakan musik di Indonesia merupakan masalah yang aktual dan penting untuk diketahui oleh khalayak Perkiraan Sumber Masalah Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia Dalam masalah pembajakan musik di Indonesia yang diangkat oleh Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia, Majalah Rolling Stone Indonesia menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia, dalam hal ini Kementerian Komunikasi

10 105 dan Informasi, merupakan sesuatu yang diperkirakan sebagai sumber masalah. Hal ini tersebut dapat dilihat dalam pemaparan berikut: Dalam Siaran Pers Kementrian Komunikasi dan Informasi 27 Juli 2011 lalu, disampaikan bahwa pemerintah akan menggunakan UU ITE untuk menjerat situs-situs yang memuat karya musik bajakan dalam bentuk digital serta para pengguna Internet yang mengunduh lagu secara ilegal dari situs-situs tersebut seperti yang diterangkan dalam paragraf ketiga: Bersamaan dengan hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring juga menyampaikan pernyataan yang dikutip berbagai media bahwa mengunduh lagu-lagu di situs Internet tanpa seizin pemiliknya dapat dikenakan pidana penjara maksimum 12 (dua belas) tahun. Menurut beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah karena tindakan tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kementrian Komunikasi dan Informasi bahkan menjelaskan pasal-pasal yang akan digunakan dalam rangka menjerat para pembajak tersebut, hal tersebut dapat dilihat pada paragraf kelima sampai dengan kedelapan: Dalam Siaran Pers Kementerian Komunikasi dan Informatika tertanggal 27 Juli 2011, diketahui beberapa pasal dalam UU ITE yang digunakan sebagai dasar hukum untuk perlindungan hak cipta di dunia maya. Siaran Pers tersebut antara lain mengutip ketentuan Pasal 25 UU ITE yang mengatur bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internei, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, terdapat pula ketentuan dalam Pasal 32 ayat 1 UU ITE yang mengatur me-ngenai larangan bagi setiap orang yang de-ngan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik. Atas pelanggaran Pasal 32 ayat 1 UU ITE tersebut, Pasal 48 ayat 1 UU ITE mengatur sanksi pidana penjara maksimum 8 (delapan) tahun dan/atau denda maksimum Rp 2 miliar.

11 106 Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE yang mengatur larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. Apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 32 ayat 2 UU ITE tersebut, maka orang yang melakukannya dapat dipidana penjara maksimum 9 tahun dan/atau denda maksimum Rp 3 miliar menurut ketentuan Pasal 48 ayat 2 UU ITE. Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 32 ayat (1) dan (2) UU ITE tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maka ancaman pidananya menjadi lebih besar. Pasal 36 juncto Pasal 51 ayat 2 UU ITE mengatur ancaman pidana perbuatan tersebut menjadi maksimum 12 (dua belas) tahun penjara dan/atau denda maksimum Rp 12 miliar. Sementara Majalah Rolling Stone Indonesia beranggapan bahwa penerapan UU ITE untuk kepentingan penanganan pembajakan musik digital adalah kebijakan yang kurang tepat, Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap bahwa UU tersebut memiliki kelemahan ketika diterapkan sebagai dasar hukum untuk mengatur tentang penyebaran musik digital di Internet. Hal tersebut dapat dilihat dalam paragraf kesembilan: Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan terhadap situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut, tentu akan mengundang perdebatan teknis. Salah satu contoh, apakah kegiatan mengunduh dapat dipersamakan dengan kegiatan memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik? Dalam praktik, mengunduh suatu file itu merupakan tindakan memperbanyak file, karena misalnya semula hanya ada satu file pada suatu situs, setelah selesai diunduh akan ada satu file lagi pada media penyimpanan tanpa meng-hilangkan file pada situs tersebut. Hal ini berbeda dengan tindakan memindahkan atau mentransfer yang dalam pemahaman umum tidak menambah jumlah barang yang dipindahkan atau ditransfer. Sebagaimana fungsi penulisan artikel opini sebagai penambah wawasan pembaca dan mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis terhadap berbagai

12 107 permasalahan yang masih hangat, National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia mengajak para pembacanya untuk menelaah kembali penerapan UU ITE untuk dijadikan landasan hukum dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia yang disampaikan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi dalam siaran pers 27 Juli 2011 lalu. Majalah Rolling Stone Indonesia berpendapat bahwa UU HKI lebih tepat untuk mengatasi masalah pembajakan di Indonesia, mereka berpendapat bahwa materi ilegal yang disebarkan oleh situs-situs tersebut sebenarnya sudah memiliki perlindungan hukum dari UU HKI, seperti yang disampaikan pada paragraf kesepuluh: Kalau lebih jeli memperhatikan ketentuan Pasal 25 UU ITE, diterangkan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, ketika suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik mengandung Hak Kekayaan Intelektual (HKI), maka ketentuan yang mengatur mengenai pelanggaran terhadapnya seharusnya adalah ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang HKI, bukan UU ITE. Hal ini sesuai dengan asas hukum lex specialis derogate lex generali, yang artinya peratutan atau UU yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau UU yang umum. Penulis berpendapat, Majalah Rolling Stone Indonesia berupaya melihat dan menjelaskan peristiwa ini secara proporsional, yaitu dengan menyajikan ulasan mendalam atas usaha untuk menangani pembajakan musik di Indonesia, UU ITE dan UU Hak Cipta sebagai alternatifnya.

13 Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia edisi #78 menyoroti rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia yang menimbulkan kekhawatiran para praktisi musik tanah air dan pemerintah akan tingginya tingkat pembajakan di Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia melihat bahwa sumber permasalahan dari kekhawatiran tersebut adalah belum siapnya para praktisi musik maupun pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi yang berkaitan dengan industri musik saat ini. Hal ini dapat dilihat pada awal paragraf kedelapan: Kita lihat bahwa industri musik rekaman, walaupun pola pikirnya sudah sangat jauh berkembang pada awal 2000-an, masih berusaha memperlakukan musik rekaman sebagai komoditas. Ini sama sekali tidak salah memperlakukan produk musik sebagai komoditas adalah sebuah prinsip bisnis yang bagus, dan mempermudah perhitungan pembiayaan, prakiraan keuntungan, dan berapa jumlah uang yang dapat diinvestasikan kembali ke produk berikutnya. Tapi bisnis komoditas sangat bergantung kepada pertanyaan apakah akses dan distribusi komoditas tersebut bisa dilakukan dengan baik dan terukur. Kaset bisa. CD bisa. Tapi kalau sebuah file digital, sulit, dengan Digital Rights Management sekalipun. Dilema ini yang sedang melanda industri-industri musik, film, buku, dan perangkat lunak. Dan sampai sekarang, belum tampak solusi yang dapat menyelesaikan masalah semua orang dengan praktis dan, tentunya, dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan. Tingginya tingkat pembajakan musik di Indonesia mempunyai pengaruh sangat besar akan kelangsungan industri musik di negeri ini. Akhir paragraf kedelapan menunjukan betapa besarnya pengaruh tersebut: Karena tanpa keuntungan, sebuah bisnis dapat berlanjut sebuah label musik tidak akan dapat menginvestasikan uangnya ke artis baru atau album baru; tidak dapat membayar berbagai pekerja industri yang bekerja di belakang layar supaya hasil rekamannya bagus, supaya pertunjukan artisnya bagus, dan sebagainya.

14 109 Majalah Rolling Stone Indonesia juga menggambarkan pembajakan musik digital melalui media Internet merupakan sebuah permasalahan yang sulit dicari jalan keluarnya. Persaingan harga dengan para pembajak adalah sesuatu yang sulit untuk disiasati, penutupan blog-blog yang membagi musik ilegal tidak akan menutup akses publik terhadap materi-materi bajakan yang tersebar di Internet, dan yang lebih penting untuk diketahui, wilayah hukum Indonesia tidak akan dapat menjangkau sumber peredaran materi-materi tersebut. Kalimat pertama dalam paragraf kesebelas menjelaskan tentang hal ini: Salah satu hal yang diajarkan pada saya saat awal bekerja di sebuah perusahaan rekaman adalah, You can t fight the pirates. Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia menyampaikan sebuah kutipan yang cukup menakutkan, Anda tidak dapat bersaing dengan para pembajak., lalu menjelaskan bagaimana pernyataan tersebut menjadi sesuatu yang nyata pada kalimat-kalimat selanjutnya: Percuma. Kalau harga CD diturunkan dari Rp , menjadi Rp , para pembajak masih untung dengan menjual CD bajakannya sebesar Rp , arena tidak harus membayar berbagai royalti dan bagi hasil. Dan MP3 ilegal bisa mudah didapatkan dari berbagai sumber; Internet, kios-kios ringtone yang banyak terdapat di pusat perbelanjaan, atau dikirim lewat Bluetooth dari teman. Melalui paragraf tersebut, Majalah Rolling Stone Indonesia menunjukan kalau pembajakan musik di Indonesia bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan hanya menurunkan harga jual, yang notabene juga akan mengurangi pendapatan label rekaman dan, terutama, para musisi. Masalah lain dengan ditutupnya blog-blog musik dan situs-situs file sharing yang menyediakan konten musik digitl secara ilegal tersebut adalah akan tertutup pula media penyebaran musik legal yang selama ini dimanfaatkan oleh para

15 110 musisi independen (indie), hal tersebut sudah seharusnya menjadi bahan pertimbangan karena industri musik tidak hanya milik label dan musisi besar (major). Paragraf kesembilan menjelaskan tentang hal tersebut: Ada satu hal yang terlewat industri musik bukan hanya industri musik rekaman. Kalau orang sempat ramai mengatakan kalau industri musik akan mati, justru itu pernyataan yang salah. Industri musik yang bergantung pada penjalan CD itu yang akan mati. Industrinya sendiri masih dalam transisi mencari bentuk baru. Tapi apakah pencarian bentuk baru tersebut, harus melibatkan penutupan berbagai situs dan blog musik, yang notabene tidak hanya digunakan untuk penyebaran MP3 secara ilegal, tapi juga dijadikan saluran penyebaran MP3 legal oleh band-band indie? Penulis menganggap Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik Music Biz-nya dapat menjelaskan inti permasalahan dari isu pembajakan musik di Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia juga menjabarkan permasalahan yang sepertinya luput dari tinjauan pemerintah serta para praktisi musik yang mendesak ditutupnya blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia, dalam hal ini mereka yang mengusung kampanye Heal Our Music. Hal tersebut, sejalan dengan fungsi pers sebagai alat didik (to educate) seperti yang dijelaskan oleh Effendy (2002 : ) Penilaian/Keputusan Moral (Make Moral Judgement) Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia Berdasarkan pendefinisian dan perkiraan masalah, Majalah Rolling Stone Indonesia melihat penerapan UU ITE untuk mengatasi pembajakan musik di Indonesia adalah kebijakan yang kurang tepat. Menurut Majalah Rolling Stone Indonesia, munculnya keraguan tersebut dikarenakan ketakutan terhadap ketidakmampuan kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk menutup kesempatan bagi situs-situs yang menyediakan musik-musik ilegal untuk terus

16 111 online dan membuka kesempatan bagi para penggunjungnya untuk dapat mengunduh lagu-lagu tersebut. Dalam paragraf kesembilan Majalah Rolling Stone Indonesia mengemukakan keraguan tersebut: Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan terhadap situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut, tentu akan mengundang perdebatan teknis. Salah satu contoh, apakah kegiatan mengunduh dapat dipersamakan dengan kegiatan memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik? Dalam praktik, mengunduh suatu file itu merupakan tindakan memperbanyak file, karena misalnya semula hanya ada satu file pada suatu situs, setelah selesai diunduh akan ada satu file lagi pada media penyimpanan tanpa meng-hilangkan file pada situs tersebut. Hal ini berbeda dengan tindakan memindahkan atau mentransfer yang dalam pemahaman umum tidak menambah jumlah barang yang dipindahkan atau ditransfer. Paragraf tersebut menjelaskan bahwa kesalahan penerapan hukum dalam menangani masalah pembajakan musik digital akan menimbulkan masalah baru yaitu perdebatan teknis. Apabila perdebatan teknis ini terjadi, besar kemungkinan dapat dijadikan jalan oleh para pembajak untuk terus melanggar hukum, dan situssitus penyedia musik ilegal akan terus menyebarkan konten musik ilegal tanpa ada tindakan yang bisa diambil oleh pemerintah. Majalah Rolling Stone Indonesia mengangap penerapan Undang-undang yang tidak tepat dalam penanganan masalah pembajakan musik di Indonesia akan membahayakan para pihak yang terkait seperti musisi dan perusahaan rekaman. Paragraf terakhir menjelaskan tentang hal ini: Oleh karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan ketentuan hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para pihak yang terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin proses hukum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.

17 112 Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik National Affairsnya mengingatkan para pembaca dan pemerintah tentang pentingnya peninjauan kembali atas UU ITE sebagai dasar hukum untuk menyelesaikan masalah pembajakan musik di Indonesia. UU ITE dianggap mempunyai kelemahan ketika harus mengatur tentang penyebaran musik ilegal secara digital di Internet Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia Berdasarkan pendefinisian dan perkiraan sumber masalah, Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia erat kaitannya dengan kelangsungan hidup industri musik di tanah air, komersialisme musik yang pada awalnya memberikan banyak keuntungan untuk para pelaku industri musik telah berubah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka yang da di dalamnya. Paragraf ketiga menjelaskan tentang hal ini: Salah satu inovasi yang mengembangkan industri musik rekaman juga jadi salah satu penyebab besar industrinya secara relatif turun drastis. Musik dikemas dalam CD diperkenalkan ke publik pada tahun 80-an, dan menawarkan kemurnian suara yang nyaris menandingi piringan hitam (bahkan, bedanya mungkin tidak dapat terdeteksi oleh sebagian banyak orang). Setelah meng-alami masa kaset yang memiliki beberapa keterbatasan teknologi, misalnya kalau terlalu lama didengarkan lagunya jadi ngageol kalau kata orang Sunda, CD memberikan sebuah pengalaman mendengarkan musik yang cukup konsisten, yang hanya akan dibatasi oleh perangkat audio yang digunakan. Dilengkapi dengan pola media dan berita yang pada zaman itu masih relatif tersentralisasi, promosi dan penjualan produk musik sangat berkembang. Zaman CD adalah zaman keemasan industri musik rekaman. Tapi pasar berubah. Kemudian diperjelas lagi oleh paragraf keenam yang menyatakan bahwa seiring perkembangan teknologi, tantangan bagi industri musik semakin besar:

18 113 Sekarang, dunia musik seolah sudah terbalik: penjualan CD turun terus (dan kaset sudah nyaris punah) karena pembajakan lewat Internet maupun CD palsu, album sekaligus diperlakukan sebagai alat promosi artis/band supaya orang maumenonton konsernya, media sudah terdesentralisasi dengan berkembangnya Internet dan jutaan blog, dan sampai saat ini MP3 masih banyak beredar bebas lewat Internet. Promosi berpola lebih sulit dilakukan karena fragmentasi media (dan fragmentasi penikmat musik), dan akses konsumen ke musik secara umum sulit dilakukan, karena hadirnya suatu file musik di Internet bisa berarti penyebaran otomatis ke seluruh dunia, sehingga mengurangi potensi konsumen membeli produk musik tersebut. Majalah Rolling Stone Indonesia menganggap bahwa pembajakan musik yang merajalela di era internet merupakan sebuah tantangan bagi industri musik itu sendiri, bukan sebuah rintangan. Industri musik perlu berkembang, sehingga sebagai konsumen, masyarakat tidak terus menerus dieksploitasi dengan harga dari sebuah karya musik yang semakin hari memang semakin membumbung. Industri rekaman, serta para musisi harus mulai mempertimbangkan bagaimana mereka menjalankan industri musik. Menjadikan karya musik sebagai sebuah komoditas memang sebuah jalan keluar yang paling mudah, namun hal tersebut mempunyai banyak efek buruk terhadap kelangsungan industri itu sendiri. Paragraf kesepuluh mencoba untuk menjelaskan hal tersebut kepada pembaca: Kita lihat di seluruh dunia, perusahaan rekaman sedang berusaha berubah bentuk: beberapa telah membentuk event organizer sendiri, ada yang memiliki manajemen artis sendiri, sampai mengelola merchandise sendiri, sebagai usaha diversivikasi pemasukan uang, dan memaksimalkan pengembalian invesatasi atas uang yang dikeluarkan perusahaan tersebut untuk artis atau album yang dikelola. Sisi buruknya adalah artis menjadi terikat ke kontrak yang cukup komprehensif mengambil keuntungan dari semua lini pemasukan artis tersebut, dan segala kegiatan artis tersebut pertunjukan, merchandise, album diperlakukan sebagai komoditas. Tidak salah, tapi bukan satu-satunya cara. Keputusan moral lain yang dibingkai oleh Majalah Rolling Stone Indonesia pada artikel Music Biz ini adalah pengaruh penutupan stitus dan blog musik

19 114 terhadap keberadaan musik independen. Tidak seperti musisi yang bernaung di bawah label rekaman besar, para musisi independen ini memanfaatkan situs dan blog musik tersebut untuk meperkenalkan karya mereka. Penutupan blog-blog musik akan berpengaruh besar terhadap cara mereka memperkenalkan karya-karyanya, begitu juga dengan pemblokiran situs-situs file sharing seperti Mediafire, Rapidshare, dsb. Selama ini, situs-situs file sharing tersebut menjadi tempat untuk para musisi indie menyimpan file-file lagunya secara gratis sehingga juga dapat diunduh secara gratis oleh para penggemarnya. Paragraf kesembilan sedikit menjelaskan tentang hal tersebut: Ada satu hal yang terlewat industri musik bukan hanya industri musik rekaman. Kalau orang sempat ramai mengatakan kalau industri musik akan mati, justru itu pernyataan yang salah. Industri musik yang bergantung pada penjalan CD itu yang akan mati. Industrinya sendiri masih dalam transisi mencari bentuk baru. Tapi apakah pencarian bentuk baru tersebut, harus melibatkan penutupan berbagai situs dan blog musik, yang notabene tidak hanya digunakan untuk penyebaran MP3 secara ilegal, tapi juga dijadikan saluran penyebaran MP3 legal oleh band-band indie? Penyebaran musik digital di Internet merupakan sebuah fenomena yang terjadi karena perkembangan teknologi, dan seperti halnya fenomena lain, perkembangan teknologi memiliki sisi negatif sekaligus positif. Tuntutan para label rekaman dan musisi untuk memblokir situs-situs file sharing dan menutup blog-blog musik bukanlah sebuah jalan keluar untuk mengatasi pembajakan di Indonesia, Majalah Rolling Stone Indonesia cukup jelas menjabarkan tentang hal ini dalam Rubrik Music Biz yang tayang dalam edisi #78 bulan November 2011 ini.

20 Rekomendasi Penyelesaian Masalah (Treatment Recommendation) Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia Sebuah artikel opini sebagai karya jurnalistik sebisa mungkin harus dapat membawa opini media massanya untuk memberikan jalan penyelesaian terhadap masalah yang diangkat dalam isi artikel tersebut. Sejalan dengan fungsi penulisan artikel opini yaitu untuk menyampaikan hal-hal yang positif, maka Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik National Affair-nya merekomendasikan penyelesaian masalah dengan cara mengajak pemerintah serta pihak-pihak yang terkait untuk meninjau kembali penerapan UU ITE sebagai dasar hukum dalam penindakan masalah pembajakan musik di Indonesia. Seperti yang dapat dilihat pada paragraf ke-lima belas: Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penindakan atas situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal seharusnya mengutamakan penerapan ketentuan dalam UU Hak Cipta. Dengan demikian, penanganan dugaan pelanggaran hak cipta tersebut lebih tepat diserahkan kepada aparat kepolisian atau penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Majalah Rolling Stone Indonesia juga mengingatkan, bahwa usaha untuk memberikan tindakan hukum atas penyebaran musik ilegal di Internet harus tetap dijalankan. Paragraf terakhir menjelaskan tentang hal ini: Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk mengendurkan semangat untuk melawan pembajakan di era digital. Hal tersebut hanya sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak sepatutny dilakukan secara sembarangan. Apalagi jika semata-mata didasarkan pada desakan publik. Oleh karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan ketentuan hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para pihak yang terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin proses hukum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.

21 116 Dalam paragraf di atas, bisa dilihat bahwa Majalah Rolling Stone Indonesia berusaha untuk menjelaskan kepada pembacanya bahwa tindakan hukum tersebut harus didasari oleh Undang-undang yang tepat, serta bukan sekedar adanya tuntutan dari pihak-pihak tertentu saja, agar tidak membuka kesempatan bagi para pembajak untuk menemukan celah di kemudian hari. Melalui artikel ini, Majalah Rolling Stone Indonesia mengajak pemerintah serta khalayak khususnya para praktisi musik tanah air untuk berpikir dan bertindak dengan tepat serta sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Sikap yang diambil Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik National Affair-nya, merupakan perwujudan fungsi utama pers (Effendy, 2002 : ), yaitu fungsi mendidik (to educate) dan memengaruhi (to influence), terlebih dengan melakukan kontrol sosial (social control) terhadap masyarakat, khususnya para praktisi musik tanah air, juga pemerintah Indonesia Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia Sebuah artikel opini yang baik sebisa mungkin harus dapat mewakili media massanya dalam memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang diangkat sebagai pokok bahasan dari isi artikel tersebut. Rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia dibingkai oleh Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai sebuah permasalahan yang erat kaitannya dengan bisnis, sosial serta perkembangan teknologi. Setelah tahap pendefinisian masalah, serta identifikasi sumber masalah, Majalah Rolling Stone Indonesia memberikan alternatif penyelesaian masalah yang diantaranya disampaikan pada paragraf keempatbelas:

22 117 Satu hal yang sering saya kedepankan adalah hentikan memberlakukan musik sebagai komoditas. Metode komoditas ini akan mati perlahan, karena sangat tergantung ke kontrol distribusi. Jangan tergantung ke musik sebagai komoditas, tapi model bisnis baru harus dikembangkan ke arah yang lebih mendekati produknya sendiri: pengalaman. Dalam paragraf di atas, Majalah Rolling Stone Indonesia mencoba untuk memberikan alternatif dalam mensiasati pembajakan musik di Indonesia selain dengan memblokir situs-situs file sharing yang ada dan menutup blog-blog musik yaitu dengan membangun model bisnis yang sesuai dengan keberadaan pasar serta perkembangan teknologi sekarang ini, yaitu pengalaman konsumen. Mengenai pengalaman konsumen ini dijelaskan lebih lanjut dalam paragraf kelimabelas: Kenapa kita suka sebuah lagu? Kenapa kita berulang kali melihat remajaremaja umur tanggung menjerit-jerit lagu favoritnya saat mereka menonton artis favoritnya di TV, bahka dipertnjukan yang sangat pagi? Karena lagu menggugah emosi. Lagu menjadi cerminan ekspresi kita: cinta, benci, sedih, senang, anti pemerintah, konyol, dan sebagainya. Ikatan antara lagu atau artisnya adalah sesuatu yang tidak bsa diciptakan, dan akan timbul sendiri. Dan ikatan emosi ini, adalah langkah pertama dari pengembangan sebuah pengalaman konsumen. Majalah Rolling Stone Indonesia menegaskan bahwa model bisnis yang berkonsentrasi pada pengalaman konsumen bukanlah satu-satunya jalan keluar alternatif yang dapat diambil oleh para praktisi industri musik tanah air. Paragraf terakhir menjelaskan tentang hal tersebut: Masih banyak contoh model bisnis dan kegiatan yang dapat dijadikan acuan, tapi pada dasarnya sama: penggabungan berbagai kegiatan dan produk untuk memberi penawaran musik kepada konsumen, yang sulit ditiru oleh pembajak. Pembajak mungkin dengan mudah mendapatkan akses pada file digital sebuah lagu, tapi akan sulit mendapatkan akses pada artisnya, dan pastinya akan sulit menginvestasikan uang dan waktu untuk membuat pengalaman konsumen yang lebih canggih. Artis atau band harus lebih jeli dan berpikir seperti entreprenuer, dan perusahaan rekaman perlu mengembangkan diri menjadi business enabler. Para perusahaan penerbit musik, yang mewakili pencipta lagu, juga perlu mengembangkan diri dan

23 118 lebih fleksibel menghadapi perkembangan teknologi. Inovasi teknologi dan inovasi model bisnis akan berkembang terus, sehingga metode penrhitungan royalti juga perlu berkembang. Sebagain besar pembajakan adalah gejala perkembangan teknologi, bukan tindakan sengaja melawan hak cipta. Pembajakan adalah tren konsumsi hiburan yang perlu diteliti dan disikapi, karena yang pasti, hampir tidak mungkin dihapuskan. Pendidikan untuk apresiasi hak cipta masih bisa dilakukan dengan inovasi bisnis, tapi tidak dengan represi. Majalah Rolling Stone Indonesia mengingatkan para pembacanya, bahwa masih banyak alternatif lain dalam penyelesaian masalah pembajakan musik di Indonesia, mereka menuntut para praktisi industri rekaman baik itu musisi maupun label rekaman untuk lebih jeli dalam mengelola sisi bisnis mereka. Inovasi adalah keharusan serta mengikuti perkembangan teknologi adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh para praktisi musik tersebut. Hal ini penting, karena dengan begitu para pelaku industri musik akan mampu bersaing dengan para pembajak dalam memikat perhatian konsumen. Sikap yang diambil Majalah Rolling Stone Indonesia melalui Rubrik Music Biz-nya, merupakan perwujudan fungsi utama pers (Effendy, 2002 : ), yaitu fungsi mendidik (to educate) dan memengaruhi (to influence), terlebih dengan melakukan kontrol sosial (social control) terhadap masyarakat, khususnya para praktisi musik tanah air, juga pemerintah Indonesia. 4.2 Penonjolan Aspek dari Isu Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia Konstruksi atas peristiwa siaran pers Kementrian Komunikasi dan Informasi mengenai pembajakan musik digital di Indonesia dilakukan penulis Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia melalui proses seleksi isu,

24 119 dengan menggunakan empat strategi atau elemen Entman, selanjutnya dibentuk dengan cara melakukan penonjolan aspek tertentu. Pada tajuk Rubrik National affairs Majalah Rolling Stone Indonesia, rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia didefinisikan sebagai persoalan hukum dan sosial, di mana sosial terkait tuntutan publik terhadap pemerintah, sementara hukum terkait kebijakan pemerintah terhadap permasalahan pembajakan musik di Indonesia. Oleh karena itu, penonjolan aspek dari isu yang dipilih ini dilakukan dengan menggunakan bahasa tertentu (pilihan kata, istilah, rangkaian kata, dan sebagainya) yang berhubungan dengan aspek hukum dan sosial. Penonjolan dilakukan Majalah Rolling Stone Indonesia melalui cara berikut ini: 1. Pilihan Kata Majalah Rolling Stone Indonesia melakukan penonjolan melalui pilihan kata atau istilah yang berkaitan dengan aspek hukum. Pilihan kata yang mengandung aspek hukum terlihat dalam rangkaian kata; 1. Ilegal Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup situs-situs Internet yang memberikan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal atau menyebarkan lagu tanpa izin yang memiliki hak atas lagu-lagu tersebut. (Paragraf 1) 2. Relevan Untuk melihat apakah memang penanggulangan terhadap dua hal tersebut masuk dalam lingkup tugas dan tanggung jawab Kementerian

25 120 Komunikasi dan Informatika, ada baiknya kita melihat lebih jauh ketentuan-ketentuan dalam UU ITE yang dianggap relevan dengan dua hal tersebut. (Paragraf 4) 3. Melawan Hukum Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE yang mengatur larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. (Paragraf 7) 2. Istilah Majalah Rolling Stone Indonesia dalam tajuk recananya menggunakan beberapa istilah seperti; 1. Mengunduh Lagu Asosiasi-asosiasi musik tersebut meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup situs-situs Internet yang memberikan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal atau menyebarkan lagu tanpa izin yang memiliki hak atas lagu-lagu tersebut. (Paragraf 1) 2. Ancaman Pidana Menurut beliau, adanya ancaman pidana penjara tersebut adalah karena tindakan tersebut melanggar ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). (Paragraf 2) 3. Lingkup Tugas

26 121 Kementerian Komunikasi dan Informatika menganggap dua hal tersebut berada dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya, sehingga merasa yakin untuk menerapkan ketentuan-ketentuan UU ITE dalam rangka menang-gulanginya. (Paragraf 3) 4. Pemegang Hak Cipta Apabila ketentuan pasal-pasal dalam UU ITE di atas diterapkan terhadap situs-situs Internet yang menyediakan fasilitas mengunduh lagu secara ilegal, dan juga terhadap orang yang mengunduh lagu tanpa izin penciptanya atau pemegang hak ciptanya dari situs-situs Internet tersebut, tentu akan mengundang perdebatan teknis. (Paragraf 9) 5. Karya Intelektual Kalau lebih jeli memperhatikan ketentuan Pasal 25 UU ITE, diterangkan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. (Paragraf 10) 6. Lex Specialis Derogate Lex Generali Hal ini sesuai dengan asas hukum lex specialis derogate lex generali, yang artinya peraturan atau UU yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau UU yang umum. (Paragraf 10)

27 Mengendurkan Semangat Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk mengendurkan semangat untuk melawan pembajakan di era digital. Hal tersebut hanya sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak sepatutnya dilakukan secara sembarangan. (Paragraf 16) 8. Era Digital Apa yang disampaikan di atas tidak dimaksudkan untuk mengendurkan semangat untuk melawan pembajakan di era digital. Hal tersebut hanya sebagai pengingat bahwa penegakan hukum tidak sepatutnya dilakukan secara sembarangan. (Paragraf 16) 9. Desakan Publik Apalagi jika semata-mata didasarkan pada desakan publik. Oleh karena itu, harus dipikirkan dengan benarpenggunaan ketentuan hukum yang tepat untuk melindungi kepentingan hukum para pihak yang terkait di dalam proses penegakan hukum, serta menjamin proses hukum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar. (Paragraf 16) 10. Maju Terus Maju terus musik Indonesia! (Paragraf 16) Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia Konstruksi atas peristiwa atau isu mengenai rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia yang dilakukan melalui proses seleksi isu, dengan menggunakan empat strategi atau

28 123 elemen Entman, selanjutnya dibentuk dengan melakukan penonjolan aspek tertentu. Pada Rubrik Music Biz Majalah Rolling Stone Indonesia, rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia didefinisikan sebagai persoalan bisnis, sosial dan teknologi, sedikit berbeda dengan pendefinisian Rubrik National Affairs Majalah Rolling Stone Indonesia. Oleh karena itu, penonjolan aspek dari isu yang dipilih dilakukan dengan menggunakan bahasa tertentu (pilihan kata, istilah, rangkaian kata, dan sebagainya) yang berhubungan dengan aspek bisnis, sosial dan teknologi. Penonjolan dilakukan Majalah Rolling Ston Indonesia melalui beberapa cara berikut ini: 1. Pilihan Kata Majalah Rolling Stone Indonesia dalam Rubrik Music Biz-nya berupaya menonjolkan rencana penutupan blog-blog musik dan situs-situs file sharing terkait pembajakan musik di Indonesia ini dari sisi bisnis, sosial dan teknologi melalui pilihan kata yang bersifat atau erat kaitannya dengan segi bisnis, sosial dan teknologi. Beberapa kata yang berkaitan dengan ketiga aspek tersebut terdapat pada beberapa paragraf dalam artikel ini, sehingga secara umum paragraf-paragraf tersebut bersifat atau bermakna bisnis, sosial, atau teknologi seperti: 1. Industri Industri musik rekaman yang kita kenal sekarang berawal dari mulainya komersialisasi produk musik lewat piringan hitam. (Paragraf 2) 2. Komersialisasi

BAB V PENUTUP. bersangkutan. Dalam menyampaikan materinya Majalah Rolling Stone Indonesia

BAB V PENUTUP. bersangkutan. Dalam menyampaikan materinya Majalah Rolling Stone Indonesia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setiap media massa memilik desk editor yang berbeda dalam menyampaikan materi pemberitaannya, sesuai dengan kebutuhan visi media bersangkutan. Dalam menyampaikan materinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan tidak lepas dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan tidak lepas dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan tidak lepas dari usaha mengkonstruksi realitas, karena pada dasarnya setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa,

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUMPULAN DATA

BAB 3 PENGUMPULAN DATA BAB 3 PENGUMPULAN DATA 3.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku konsumen Indonesia terhadap aktifitas mengunduh file lagu. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa

dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa 91 A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah ditambah dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perbedaan perlindungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang memiliki aneka ragam etnik atau suku bangsa, budaya, serta kekayaan dibidang seni dan sastra, kekayaan tersebut merupakan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Obyek Studi Profil PT. MelOn Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Obyek Studi Profil PT. MelOn Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Obyek Studi 1.1.1 Profil PT. MelOn Indonesia Pada tanggal 20 Mei 2010, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) sebagai perusahaan penyelenggara jasa dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya. Musik meliputi berbagai jenis aliran yang ada dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya. Musik meliputi berbagai jenis aliran yang ada dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu hiburan yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Musik meliputi berbagai jenis aliran yang ada dengan para penikmatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH, MH, FCBArb Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. 2000:1). Proses sistematis ini tidak lain adalah langkah langkah metode ilmiah.

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. 2000:1). Proses sistematis ini tidak lain adalah langkah langkah metode ilmiah. BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur

Lebih terperinci

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA SOFTWARE Pengertian Hak Cipta Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah selesai dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, di mana metode ini berhasil menjelaskan fenomena kontemporer manajemen musik rekaman dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan

PENDAHULUAN. lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tingkat kehidupan masyarakat seperti sekarang ini lagu atau musik bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan dampak

Lebih terperinci

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com 8 Intellectual Property Rights and Ethics Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com Sumber Understanding Computers in a Changing Society, 3rd Edition Copycat Materi Hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX (BACA, TELITI, DAN KONFIRMASI : BUDAYAKAN BIJAK DALAM LITERASI) Madiunkota.go.id Pemerintah Kota Madiun LPPL Radio Suara

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

Etika Profesi Pelanggaran Hak Cipta

Etika Profesi Pelanggaran Hak Cipta Etika Profesi Pelanggaran Hak Cipta Fakhril Haqi - 2110121011 Agus Muniruddin - 2110121013 Teknik Informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2016 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI 41 BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI A. Menurut Peraturan Sebelum Lahirnya UU No. 44 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan. Hak cipta dapat juga memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu, pada dasarnya hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Drs. Rusmanto, M.M. rusmanto@gmail.com Narasumber DPR RI: Pembahasan RUU ITE 2008 Pemimpin Redaksi Majalah InfoLINUX 2001-2013 Dosen STT-NF & Pengajar NF Computer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Home Media Server. Hak Cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang.

Home Media Server. Hak Cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. Nokia, Nokia Connecting People, dan Nseries adalah merek dagang atau merek dagang terdaftar dari Nokia Corporation. Nama produk dan perusahaan lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Pasal 45 Ayat 1 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam konteks itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum berfungsi untuk mengatur seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengunduhan MP3 secara ilegal yang dilakukan oleh. mahasiswa, perumusan masalah, manfaat dari penelitian, batasan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengunduhan MP3 secara ilegal yang dilakukan oleh. mahasiswa, perumusan masalah, manfaat dari penelitian, batasan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGANTAR Banyaknya masyarakat, khususnya mahasiswa, yang mengunduh musik dalam format MP3 sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Kemajuan teknologi, khususnya internet memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupannya. Seiring perkembangan jaman maka berdampak pada

Lebih terperinci

Home Media Server. Hak cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang.

Home Media Server. Hak cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. TIDAK ADA JAMINAN 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. Nokia, Nokia Connecting People, dan Nseries adalah merek dagang atau merek dagang terdaftar dari Nokia Corporation. Produk dan nama perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana pengaruh niat penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, Konsultasi Publik RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN LAYANAN APLIKASI DAN/ATAU KONTEN MELALUI INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 The World We Are Facing Today A Borderless,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dibidang teknologi informasi semakin banyak digunakan didalam kehidupan sehari-hari. Bidang teknologi informasi merupakan salah satu bidang terpenting pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN LAYANAN APLIKASI DAN/ATAU KONTEN MELALUI INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media komunikasi yang dapat mencangkup banyak penerima pesan biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media yang didukung dengan majunya teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak separuh dekade yang lalu, terdapat suatu aktivitas baru pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak separuh dekade yang lalu, terdapat suatu aktivitas baru pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak separuh dekade yang lalu, terdapat suatu aktivitas baru pada beberapa warung internet (warnet) di Yogyakarta. Beberapa warnet seolah beralih fungsi dari tempat

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No. Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Nama: Yudo Aryo Wicaksono NIM: Kelas: S1-TI-2A

ABSTRAKSI. Nama: Yudo Aryo Wicaksono NIM: Kelas: S1-TI-2A Nama: Yudo Aryo Wicaksono NIM: 10.11.3549 Kelas: S1-TI-2A ABSTRAKSI Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini apapun menjadi lebih mudah, sama halnya dengan bisnis online yang semakin hari peminatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang HAKI (hak atas kekayaan intelektual) adalah hak hukum yang timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang dipublikasikan kepada masyarakat umum baik

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Comment [g1]: Integrate dengan jurnal mantap musisi indie jobin. 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Comment [g1]: Integrate dengan jurnal mantap musisi indie jobin. 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Comment [g1]: Integrate dengan jurnal mantap musisi indie jobin Berdasarkan pernyataan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Film sebagai media komunikasi massa pandangdengar mempunyai

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D 101 09 250 ABSTRAK Skripsi ini berkenaan dengan pertanggungjawaban pidana pengguna website porno. Berdasarkan dasar-dasar hukum pidana,

Lebih terperinci

PERIKLANAN INTRUSIVE ADVERTISING / IKLAN PERALIHAN PADA MOBILE PHONE

PERIKLANAN INTRUSIVE ADVERTISING / IKLAN PERALIHAN PADA MOBILE PHONE PERIKLANAN INTRUSIVE ADVERTISING / IKLAN PERALIHAN PADA MOBILE PHONE Oleh : I Gusti Agung Manu Kepakisan Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

15 Februari apa isi rpm konten

15 Februari apa isi rpm konten 15 Februari 2010 http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/125757/1299704/399/seperti apa isi rpm konten MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat. Salah satunya dengan bermunculan karya-karya, baik dibidang seni, musik, ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, Irama, dan menggunakan garasi rumahnya untuk merekam album. sedemikian pesat berikut dengan segala problematikanya.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, Irama, dan menggunakan garasi rumahnya untuk merekam album. sedemikian pesat berikut dengan segala problematikanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri musik di Indonesia memasuki periode terburuk sejak bisnis ini dimulai pada tahun 1954. Ketika Suyoso Karsono mendirikan label rekaman pertama di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil insight yang didapat dari masing-masing Key Stakeholder di Jakarta dan observasi secara langsung dalam mengamati perilaku konsumen musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini adalah semakin meluasnya globalisasi di bidang teknologi

Lebih terperinci

Mudah Membuat Siaran Televisi Berbasis Internet dan Peluang Finansialnya

Mudah Membuat Siaran Televisi Berbasis Internet dan Peluang Finansialnya Mudah Membuat Siaran Televisi Berbasis Internet dan Peluang Finansialnya Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : 1. Keterkaitan antara Prospektus dan Prinsip Keterbukaan dalam rangka Penawaran Umum yang membuka peluang investasi

Lebih terperinci

POIN PENTING DALAM UU ITE

POIN PENTING DALAM UU ITE POIN PENTING DALAM UU ITE Muhammad Fachri Maulana fachri.maulana@raharja.info Abstrak Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE adalah UU yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hari raya Idul Fitri beberapa pekan yang lalu telah terjadi kerusuhan berbau SARA di Papua. Sebagaimana telah diketahui bahwa sekelompok orang membuat kekacauan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk

Lebih terperinci

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 13 Januari 2017 www.msp-lawoffice.com REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunukasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunukasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunukasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi, melainkan dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERDAGANGAN EMAS SECARA ONLINE Oleh: Endang Wahyuni Setyawati * Naskah diterima: 22 Desember 2014; disetujui: 29 Desember 2014 Kemajuan teknologi seperti yang terjadi saat

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN ATAU PENGADUAN KONTEN INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH Kehidupan manusia modern ditandai dengan adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Engeline merupakan seorang anak perempuan berusia delapan tahun asal Bali. Sosoknya mulai diberitakan di penghujung Mei 2015 ketika dua minggu lebih keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sedang maraknya perkembangan teknologi informasi di seluruh dunia dan telah menciptakan banyak inovasi dan keahlian baru disegala bidang informasi tersebut.

Lebih terperinci