BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia menerapkan sistem desentralisasi dalam bentuk otonomi daerah untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas pemerintahan melalui peraturan perundang-undangan sebagai urusan rumah tangganya sendiri. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, setiap daerah dibentuk perangkat daerah atau satuan kerja perangkat daerah yang disebut dengan unit-unit kerja. Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. SKPD bertanggung jawab kepada Gubernur atau Bupati atau Walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah (Komang Sartika Dewi et. al. 2014). Salah satu wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah wewenang di bidang keuangan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pasal 2 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 mengemukakan bahwa pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan. Bentuk 1

2 2 pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan tersebut diatur dalam Undang- Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Upaya dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan harus dilakukan pengawasan baik secara intern maupun ekstern sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Pasal 134 dan Pasal 135. Laporan keuangan pemerintah kemudian diserahkan kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya enam bulan setelah tanggal anggaran. Laporan keuangan pemerintah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance government) agar menghasilkan informasi yang berkualitas dan dapat dipahami karena akan digunakan oleh pihak yg berkepentingan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Norlia et. al. 2011). Kriteria kualitas informasi yang dapat memberikan nilai atau manfaat telah dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010) yang terdiri dari: (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan, dan (d) dapat dipahami. Laporan keuangan pemerintah yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dapat dinilai dari opini yang diberikan oleh auditor

3 3 (Silky Raditya Siregar, 2012). Sama halnya dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya yang mendapat penilaian berupa opini dari BPK. Terdapat empat jenis opini yang diberikan yaitu, Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak Wajar (TW), dan Pernyataan Menolak memberi Opini atau Tidak Memberi Pendapat (TMP) (Pasal 16 UU No. 15 Tahun 2004). Berikut opini BPK yang diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Kota Bandung: Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota bandung Tahun No Tahun Opini BPK Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber: IHPS I BPK RI, 2015 Berdasarkan tabel 1.1 dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah Kota Bandung masih mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Pada umumnya penurunan opini disebabkan entitas tidak menerapkan SAP seperti tahun sebelumnya. Ketidaksesuaian dengan SAP tersebut antara lain meliputi penyajian aset dan belanja yang tidak didukung dengan bukti. Pengecualian akun atas

4 4 LKPD Kota Bandung masih terdapat di piutang dan aset tetap dan aset lainnya (IHPS I BPK RI, 2015). Tedi Rusmawan, selaku anggota Pansus Pertanggungjawaban Pelaksanaan (PJP) APBD Tahun Anggaran 2013, DPRD Kota Bandung, menilai Pemkot Bandung masih sulit mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian (WTP) dikarenakan adanya dari ketidakseriusan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dalam pencatatan setiap melakukan pembelian aset baru. Selain itu, Wakil Ketua Pansus PJP, Rieke Suryaningsih, mengakui terdapat kelemahan dalam sistem pengendalian aset tetap pada Pemkot Bandung. Namun buruknya pengelolaan aset bukan masalah Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah (DPKAD) semata, melainkan ada ketidakkonsistenan pihak-pihak yang punya kepentingan ( Pemerintah Kota Bandung memiliki aset berupa tanah dan bangunan bermasalah senilai Rp 3,6 triliun karena luasnya tidak diketahui. Menurut Cornell Syarief Prawiradiningrat, Kepala BPK Perwakilan Jawa Barat, pengukuran luas aset dapat dilakukan dengan mudah tergantung dari kesungguhan pemerintah kota dan ketersediaan anggaran. Aset tetap yang nilainya triliunan disajikan tanpa menyebutkan rincian luasnya yaitu senilai Rp 4 triliun, dari jumlah tersebut terdapat Rp 3,6 triliun yang tidak diketahui luasnya dan di dalamnya terdapat jumlah aset sebesar Rp 185,5 miliar yang tidak diketahui alamat gedung dan lahannya ( : 2014).

5 5 Nilai informasi dari laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kota Bandung masih lemah karena ada dua nilai dari karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010 yang belum terpenuhi yaitu relevan dan andal. Suatu laporan keuangan dikatakan relevan jika memiliki unsur manfaat umpan balik, manfaat prediktif, tepat waktu, dan lengkap. Selanjutnya, laporan keuangan dikatakan andal jika laporan keuangan bebas dari kesalahan dan penyimpangan yang material. Pada LKPD Kota Bandung, aset tetap tidak diketahui kebedaradaannya dan tidak didukung dengan bukti kepemilikan, penghapusan, dan penyusutannya tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu, pengamanan aset tetap secara administrasi, hukum, dan fisik belum dilakukan secara memadai. Hal tersebut menyebabkan ketidakjelasan nilai dari aset yang tercantum dalam LKPD Kota Bandung (LHP BPK 2015). Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terkait dengan laporan keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang mana akan menghasilkan laporan keuangan yang mempunyai nilai informasi. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2) Untuk memenuhi keadaan yang terus berubah perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus dan evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internnya.

6 6 Pemantauan juga berguna untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola (missmanagement). Uraian permasalahan di atas menunjukan bahwa untuk menghasilkan nilai informasi dalam laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif, dibutuhkan peningkatkan dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan pengimplementasian pemerintahan yang bersih atau dikenal dengan istilah Good Governance. Dengan adanya SPIP dan Good Governance diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah di setiap SKPD dapat dilakukan dengan pengawasan yang efektif dan efisien untuk menghindari adanya penyimpangan yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Indriya Kartika (2013), I Putu Upbayu Rama Mahaputra dan I Wayan Putra (2014), dan Dyah Puri Surastiani dan Bestari Dwi Handayani (2015), menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hayyuning Tyas Rosdiani (2011) dan Azlim et. al. (2012) membuktikan secara empiris bahwa good governance berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Good Governance terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

7 7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, penulis merumuskan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Seberapa besar pengaruh good governance terhadap kualitas laporan keuangan. 3. Seberapa besar pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan good governance terhadap kualitas laporan keuangan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh good gevernance terhadap kualitas laporan keuangan. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan good governance terhadap kualitas laporan keuangan.

8 8 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan dan memberikan wawasan kepada pihak SKPD melalui pengujian good governance dan sistem pengendalian intern pemerintah dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi akuntabilitas publik. 2. Kegunaan Pengembangan Ilmu Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan wawasan baru yang akan mendukung keberadaan dan perkembangan ilmu akuntansi, khususnya di bidang akuntansi sector publik. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi serta perbandingan untuk penelitianpenelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, penulis melakukan penelitian pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Wastukencana No.2 Bandung. Sedangkan, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Agustus