PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI HASIL PENDATAAN KELUARGA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 1
|
|
- Hadian Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI HASIL PENDATAAN KELUARGA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 1 Oleh : Dr. Johannes, S.E., M.Si Kebutuhan Data Dalam konteks perencanaan peran data sangat mendukung terhadap keberhasilan perencanaan itu sendiri. Ketersediaan data yang cukup pada tahap awal akan memberikan gambaran, situasi seperti apa yang sedang dihadapi (existing). Sama halnya dengan itu, situasi apa yang diinginkan haruslah juga didukung oleh data. Pemanfaatan data pada dasarnya multifungsi, data yang dihasilkan oleh satu lembaga melulu tidak akan digunakan oleh lembaga itu sendiri, sebagai laporan misalnya, akan tetapi dapat merupakan ukuran (indikator) keberhasilan lembaga lain. Artinya data mempunyai saling keterkaitan yang erat antara lembaga, SKPD, organisasi guna menopang operasinya masing-masing. Oleh karena itu, satu bidang terhadap bidang yang lain adalah komplemen, saling melengkapi. Dalam hal seperti ini maka peran perencanaan pembangunan adalah mensinergikan kelengkapan data saat perencanaan akan dimulai. Penjelasan di atas dapat digunakan untuk memposisikan hasil pendataan keluarga yang dilakukan oleh BKKBN. Hasil pendataan seperti itu tidak saja menjadi masukan bagi BKKBN, akan tetapi bagi seluruh lembaga. Lembaga ini dapat dipilah menjadi pengguna primer dan sekunder. Pengguna primer adalah lembaga pemerintahan yang tupoksinya memang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Data yang dihasilkan oleh BKKBN ini akan menjadi data utama dalam menopang masing-masing fungsi lembaga tersebut. Sementara itu, pengguna sekunder adalah kelompok pemerhati lain (stakeholder) dengan informasi tentang keluarga di Provinsi Jambi. Untuk dapat memanfaatkan data dibutuhkan keahlian, dimana keahlian ini sangat ditentukan oleh kompetensi pengguna. Kompetensi ini akan optimal bilamana didukung dari kesiapan lembaga ataupun SKPD menjadikan data keluarga menjadi salah satu komponen dari data base, dan sistem data masing-masing SKPD. 1 Disampaikan pada Seminar Pemanfaatan Data Hasil Pendataan Keluarga dalam Pengembangan Program Kependudukan, 24 Juni Dosen Fakultas Ekonomi dan Magister Manajemen Universitas Jambi, simatupangsbr@yahoo.com, Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 1
2 Dari hasil survey kependudukan Tahun 2008, dijelaskan bahwa manfaat daripada data keluarga adalah sebagai berikut: 1) Penentuan sasaran yang lebih tajam berdasarkan kondisi, potensi, dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga yang ada di setiap tingkatan wilayah. 2) Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesetaraan KB, dan tingkat pencapaian tahapan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di satu wilayah tertentu. 3) Penentuan bentuk program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera 4) Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga meningkatkan tahap kesejahteraannya serta sekaligus untuk merangsang kepedulian keluarga-keluarga yang sudah lebih mampu untuk bersama-sama mengangkat tingkat kesejahteraan keluarga-keluarga yang kurang mampu yang ada di lingkungannya. 5) Kepentingan program pembangunan sektor lain, salah satu diantaranya yang sangat penting adalah untuk program pengentasan masyarakat dari kemiskinan atau dari ketertinggalannya dalam berbagai spek kehidupan 6) Merencanakan, memantau maupun menilai program-program dukungan yang dilakukan terhadap satu wilayah atau satu kelompok masyarakat di satu wilayah tertentu. Dari 6 manfaat yang disebutkan di atas, harus dicatat bahwa manfaat adalah multifungsi, artinya hanya dapat terwujud bilamana ada koordinasi antar SKPD di satu pemerintah daerah. Lebih dari itu harus juga dicatat bahwa manfaat di atas dapat bertambah terhadap lembaga lain baik yang berkaitan langsung maupun tidak terhadap data keluarga. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka awal pemanfaatan hasil pendataan keluarga yang dilaksanakan oleh BKKBN terhadap masing-masing SKPD di satu pemerintah daerah. 2. Data Keluarga Data pada dasarnya dapat dibagi dua, kuantitatif dan kualitatif. Pemahaman data bagi akademisi yang fokus kepada penggunaan komputer (programmer) akan berbeda dengan data bagi pengguna (user) atau disebut sebagai pelanggan. Kriteria pemenuhan data yaitu validitas dan realibilitas. Validitas menunjukkan ukuran yang konsisten untuk berbagai kondisi. Untuk Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 2
3 mengukur kesehatan keluarga misalnya digunakan prinsip validitas agar ukuran yang digunakan sama antara satu keluarga terhadap keluarga yang lain. Sama pentingnya dengan itu adalah realiabilitas yang menunjukkan bagaimana sesungguhnya prosedur pengukuran dilakukan, apakah mengukur apa yang dikehendaki. Data keluarga dalam konteks ini merupakan fakta dan informasi. Disebut fakta karena didalamnya ada kuantifikasi, dan muncul tidak dengan sendirinya, akan tetapi karena adanya cause and effect relationship. Misalnya, diperoleh kenyataan bahwa keluarga miskin cenderung beranggotakan jumlah keluarga lebih besar dari keluarga yang relatif kaya. Sebagai fakta, maka orang akan beranggapan bahwa hal ini dikarenakan berkurangnya promosi ataupun komunikasi yang selama ini dilakukan oleh BKKBN. Kurangnya komunikasi seperti ini sebahagian karena terhapusnya kelembagaan BKKBN yang berdampak kepada kurangnya fungsi promosi pentingnya KB. Penjelasan ini termasuk kepada fakta, dimana lembaga yang berbeda dapat memberikan informasi yang berbeda akan tetapi satu tujuan yaitu dalam konteks pembangunan daerah. Untuk dapat memahami data keluarga, berikut diringkas hasil pendataan sebagaimana dilaporkan oleh BKKBN Provinsi Jambi (2008) dengan kategori sebagai berikut. A. Data Demografi i. Jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan. ii. Jumlah wanita usia subur (Umur tahun) dalam keluarga iii. Jumlah jiwa dalam keluarga iv. Status pekerjaan ibu/istri v. Jumlah jiwa menurut jenis kelamin dalam keluarga serta kelompok menurut kelompok umur tertentu (anak balita, berumur 5-6 tahun, 7-15 tahun, tahun, tahun dan 60 tahun ke atas (Penduduk lanjut usia). B. Kemudian data ini dipilah menjadi: i. Jumlah pasangan usia subur ii. Jumlah pasangan usia subur yang menjadi peseta KB menurut jalur pelayanan iii. Jumlah peseta KB yang implantnya dicabut tahun ini iv. Jumlah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan alat kontrasepsi Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 3
4 C. Data Tahapan keluarga sejahtera i. Jumlah keluarga pra Sejahtera ii. Jumlah keluarga Sejahtera I; iii. Jumlah keluarga Sejahtera II; iv. Jumlah keluarga Sejahtera III; v. Jumlah keluarga Sejahtera III Plus D. Data Individu meliputi i. Nomor Induk penduduk ii. Nama iii. Alamat iv. Hubungan dengan kepala keluarga v. Jenis kelamin vi. Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran vii. Pendidikan terakhir viii. Pekerjaan ix. Perubahan (mutasi) Sebagai hasil sensus pendataan ini cukup komprehensif, pelaporan dengan menunjukkan keadaan naik dan turun disampaikan pada setiap variabel di atas dilakukan untuk menggambarkan arah ataupun kondisi terkini. Sudah jelas orang berbeda menyimak laporan ini akan memberikan sense yang berbeda pula, atau SKPD yang berbeda dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan sesuai dengan tupoksi masing-masing. 3. Pengendalian Kuantitas penduduk. Adapun falsafah pengendalian kuantitas penduduk tidak lagi fokus kepada upaya mencegah jumlah anggota keluarga, akan tetapi kepada perwujudan keluarga kecil yang sejahtera. Dengan paradigma ini, persepsi masyarakat terhadap pengendalian keluarga adalah perwujudan keluarga sejahtera. Walau pada praktiknya keluarga sejahtera intinya adalah keluarga kecil yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 4
5 Dari hasil identifikasi kependudukan dapat dijelaskan berbagai permasalahan di bidang kependudukan yaitu: 1) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas belum sepenuhnya dipahami. 2) Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah kuantitas penduduk 3) Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk, karena tingginya angka kelahiran total. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000 jumlah penduduk Indonesia 179, 4 juta jiwa dan 2006,3 juta jiwa. Laju pertumbuhan 1,49 persen, ini lebih rendah dari sebelumnya yaitu 1,49 persen. 4) Masih rendahnya usia kawin pertama penduduk, usia kawin rata-rata 18,6 tahun. 5) Rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-kb, 1,3 persen. 6) Lemahnya institusi daerah dalam pelaksanaan program KB. 7) Belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. 8) Belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan, Dimanakah posisi pendataan keluarga? Mengamati laporan pendataan keluarga terlihat bahwa sifatnya adalah data mikro. Sebagai data yang bersifat mikro, data ini menjelaskan tentang berbagai keadaan di provinsi Jambi. Akan tetapi harus dimaknai bahwa dalam kaitan ini didapat satu sifat hubungan yaitu cause and effect relationship yaitu sifat hubungan penyebab dan akibat. Maknanya, variasi angka yang dilaporkan oleh BKKBN muncul karena faktor yang dirancang maupun tidak dirancang oleh SKPD. Faktor yang dirancang maksudnya adalah bahwa SKPD secara sadar melalui program dan kegiatan menetapkan data dan informasi tentang keluarga sebagai sasaran. Sementara tanpa dirancang maksudnya adalah kealpaan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terjadinya variasi pada data keluarga. Kealpaan ini sifatnya tentu lebih kepada efek negatif daripada positif dari kondisi yang diinginkan. Lebih lanjut harus pula disimak bahwa dalam konteks pengendalian jumlah penduduk ada SKPD yang sifatnya langsung dan tak langsung, tergantung kepada posisi dan progam yang dikembangkan. Lembaga terkait langsung maupun tidak: 1) Langsung: Bappeda, Dinas Capil, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit; dan 2) Tak Langsung: Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, ditambah dengan SKPD lain. Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 5
6 Selanjutnya harus juga dipertimbangkan bahwa keterlibatan SKPD juga harus mempertimbangkan isu dan intensitasnya pada masa tertentu misalnya seperti isu Kemiskinan, Asuransi Kesehatan, Gender, Millenium Development Goal, dan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang semuanya menjadi bagian daripada pemerintah. 4. Pemanfaatan Data Sesungguhnya manfaat data tidak terbatas, semakin banyak jenis data semakin tajam analisis yang dapat dilakukan. Walau harus diakui bahwa kelemahan justru terletak kepada sumber data yang berbeda yang adakalanya memberikan informasi yang berbeda. Bila persyaratan kualitas data (relaibilitas dan validitas) dapat dipenuhi, maka pemanfaatan data tidak akan pernah berhenti. Mengacu kepada pola di pabrik, pemanfaatan data dapat ditingkatkan dengan pola sebagaimana pada Gambar-1. Gambar. 1. Pola Pemanfaatan Data Pada Satu SKPD Pemerintahan Daerah Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar-1, pendataan keluarga dapat ditingkatkan melalui tahapan berikut. 1. Pengelolaan data pada sistem perusahaan yang sudah maju sudah menggunakan komputasi dan otomatis. Misalnya di perbankan, setiap kali terjadi transaksi, maka pada akhir pelayanan dapat ditentukan jenis rekening, keluhan yang paling banyak Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 6
7 muncul. Hal demikian tentu belum semuanya dilakukan di SKPD. Akan tetapi pola ini tetap saja dapat dilakukan, bilamana data keluarga hasil Sensus BKKBN sudah disimpan secara elektronik. Data ini bagaimanapun masih belum bermanfaat banyak, akan tetapi bila satu jenis data dikaitkan dalam prinsip sebab dan akibat, atau diberi makna hubungan, maka hal ini akan menjadi informasi. Misalnya pemaknaan informasi tentang Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengalami peningkatan. Hal ini dapat dimaknai dengan memberikan penjelasan penyebab dan akibat sebelum memasuki fase analisis. 2. Informasi tentang PUS demikian selanjutnya memasuki tahapan analisis. Makna analisis di sini SKPD mencoba memposisikan penyebab dan akibat PUS. Kemudian melihatnya dalam satu struktur, baik secara internal maupun eksternal. Bagi Dinas Capil misalnya, maka hal ini berakibat terhadap permintaan pelayanan kependudukan misalnya permintaan daftar KK baru atau pelayanan pencatatan bayi karena satu atau dua tahun lagi akan terjadi peningkatan kelahiran. 3. SKPD Pemerintah Daerah pada umumnya adalah unit pelayanan, oleh karena itu setiap saat siap memberikan pelayanan yang disebut sebagai transaksi. Transaksi ini menjadi bagian daripada sistem data yang diadopsi oleh SKPD terkait. Dari contoh sederhana di atas, dalam hubungannya dengan keberadaan SKPD haruslah dipertimbangkan hal berikut. 1) Kesiapan SKPD akan berbeda karena adanya perbedaan sumberdaya (peralatan dan jaringan) dan kompetensi manusia yang berada lingkungannya. 2) Perbedaan juga dikarenakan respon manajemen SKPD karena untuk mendorong SKPD yang respon terhadap keberadaan data membutuhkan komitmen pimpinan. Dalam kaitannya dengan SKPD sebagai satu organisasi, perlu dipertimbangkan model manajemen pengambilan keputusan. Dalam hal ini Baltzan and Philips (2009) menjelaskan tiga tingkatan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan ketersediaan data dan sistem pada organisasi bisnis: 1) Excecutive Information system (EIS). Eksekutif (Pimpinan) senantiasa terkait dengan pengambilan keputusan, ciri daripada sistem ini adalah bahwa keputusan harus didukung oleh informasi ringkas dan tajam. 2) Decision Support System (DSS). Personel yang terlibat dalam hal ini adalah mereka yang ditugasi untuk menopang jalannya sistem pengambilan keputusan, mereka Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 7
8 banyak terlibat dalam rancangan sistem yang diterapkan sehingga dapat mengikuti perkembangan dan dinamika organisasi. 3) Transaction Processing Systems (TPS). Personel dalam hal ini bertugas memberikan pelayanan sehari-hari kepada pelanggan, setiap pelayanan diberikan data tercatat dan menjadi masukan dalam sistem pengembilan keputusan. Selanjutnya sistem seperti di atas satu dengan lain saling terkait. Adapun transaksi yang telah dilaksanakan hari per hari hanya bisa dilaksanakan dengan baik bilamana telah tersedia sistem pendukung yang dari awal telah dirancang. Sementara rancangan ini haruslah mengikuti kebutuhan para manajer eksekutif. 5. Kendala dan Solusi Pemanfaatan Data Keluarga Dalam kaitannya dengan pemanfaatan data keluarga, dapat disebutkan kendala dan solusi yang dapat ditawarkan yaitu; Kendala a) Lemahnya perencanaan. Salah satu kelemahan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah berkaitan dengan kualitas perencanaan yang utamanya tidak didukung oleh data. Dalam kaitan ini data keluarga adalah sesuatu yang multi guna, tidak hanya digunakan oleh BKKBN, akan tetapi oleh seluruh SKPD di satu pemerintah daerah. b) Lemahnya koordinasi. Koordinasi sesungguhnya dapat dilihat sebagai bentuk komunikasi antar SKPD dalam satu pemerintah daerah. Koordinasi seharusnya dipasok oleh kebutuhan data, data keluarga menjadi bagian daripada kebutuhan data untuk keluarga. c) Merosotnya keberfungsian BKKBN. Setelah ber-otonomi, salah satu lembaga yang diciutkan adalah BKKBN. Penciutan ini berdampak terhadap merosotnya promosi dan komunikasi terhadap program KB. Solusi 1) Menyiapkan data keluarga dalam bentuk digital dan online. Alternatif yang tersedia di Jambi adalah menempatkannya pada alamat web provinsi Dengan demikian data ini dapat digunakan oleh Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 8
9 seluruh pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, data akan disisipkan oleh pengguna menjadi bagian daripada DBS setiap SKPD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. 2) Menyiapkan ringkasan eksekutif (RE) yang senantiasa dapat dijadikan insipirasi untuk memahami permasalahan dan sasaran yang akan diperoleh dari setiap program dan kegiatan yang dilakukan. 3) Bersama dengan Pemerintah Provinsi menyiapkan DBS (Data Base System). Pemerintah provinsi dapat memulai DBS yang dapat digunakan oleh setiap pemerintah daerah guna menopang penyelenggaraan pemerintah yang baik di Provinsi Jambi. Daftar Bacaan Badan Kordinasi Keluarga Berencana Provinsi Jambi, Analisis Hasil Pendataan Keluarga BKKBN Provinsi Jambi, Tahun Baltzan, P., and Philips, A. (2009). Business Driven Information Systems, McGraw-Hill, Boston. Rust, D and Reid, B Implementung a strategy for effective fab data management, executive overview, Solid State Technology, solid-state.com. Setiadi, H. dkk Database Kependudukan Nasional Sebagai Prasyarat Untuk Pelaksanaan Good Governance, Makalah, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta. Pemanfaatan Data dan Informasi Hasil Pendataan Keluarga 9
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam fungsi pelayanan publik, yaitu fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 228 juta jiwa. Dengan pertumbuhan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia pada tahun 2011 sudah mencapai 7 miliar, jumlah tersebut memberikan kesempatan dan sekaligus tantangan bagi kita. Segi positifnya, penduduk dunia semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terciptanya persaingan yang sengit diantara para pelaku bisnis di setiap bidang. Kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan secara cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Dari jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Peneliti mengelompokkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi pembangunan nasional.
Lebih terperinciMATRIKS 2.3. RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIKS 2.3. TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN KOORDINASI KELUARGA BE NASIONAL (BKKBN) 2012 2013 2014 2012 2013 2014 I. PROGRAM Tercapainya penduduk Contraceptive
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013
ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
18 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Landasan hukum yang mewajibkan bagi setiap SKPD untuk memiliki Rencana Kerja (Renja-SKPD) adalah :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan ditetapkannya UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), diamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciMENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL
MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL PENDAHULUAN Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk merupakan modal dasar dan faktor dominan dalam pembangunan serta menjadi titik sentral dalam pembangunan
Lebih terperinciTipe-tipe Sistem Informasi
Tipe-tipe Sistem Informasi OPERATIONS SUPPORT SYSTEM (OSS) OSS memproduksi berbagai bentuk informasi yang digunakan secara internal atau eksternal. Namun demikian sistem informasi ini tidak ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU
ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil sensus penduduk pada
Lebih terperinciTeknologi Informasi dan Sistem Informasi Manajemen 01
Modul ke: Teknologi Informasi dan Sistem Informasi Manajemen 01 Sistem Informasi dalam Perusahaan Fakultas FEB Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak. Program Studi Magister Akuntansi 1 Jenis Sistem Utama dalam
Lebih terperinciBAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan
Lebih terperinciModul ke: CHAPTER 2. Sistem Informasi dalam Perusahaan. Fakultas PASCA SARJANA. Dr. Istianingsih. Program Studi Magister Akuntansi
Modul ke: 02 Fakultas PASCA SARJANA CHAPTER 2 Sistem Informasi dalam Perusahaan Dr. Istianingsih Program Studi Magister Akuntansi Sistem Informasi dalam Perusahaan Jenis Sistem Utama dalam Organisasi Jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui peningkatkan infrastruktur
Lebih terperincilamban. 1 Pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia mengalami lonjakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India
Lebih terperinciKATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kasih dan Penyertaannya, sehingga Rencana Kerja ( RENJA ) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menduduki peringkat ke empat untuk jumlah penduduk terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun waktu 40 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya ( tidak termasuk kecelakaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang adalah masalah kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi oleh Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019
PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 9 Organisasi / SKPD :.8.. -DINAS KELUARGA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Halaman dari
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciPerempuan dan Industri Rumahan
A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciAnalisa dan Perancangan Sistem Informasi. Pengantar System Analyst. Ir. Hendra,M.T., IPP Dosen STMIK IBBI
Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Pengantar System Analyst Ir. Hendra,M.T., IPP Dosen STMIK IBBI Definisi System Himpunan dari elemen-elemen yang berinteraksi satu sama yang lain untuk mencapai
Lebih terperinciAssalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
1 SAMBUTAN GUBERNUR JAWA TENGAH PADA PEMBUKAAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 5 MEI 014 Assalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk melakukan
Lebih terperinciMENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN
MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN Oleh: Wahyu Roma Ratnasari Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan persebaran penduduk yang tidak merata masih merupakan masalah yang cukup serius apabila tidak segera mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keprihatinan akan permasalahan kependudukan melahirkan sebuah konsep pembangunan berwawasan kependudukan atau konsep pembangunan yang bekelanjutan. Dari sini pula lahirlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar, pendapat bahwa Banyak Anak Banyak Rejeki dan keluarga besar adalah
Lebih terperinciLaporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana (KB) dibentuk dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk sehingga dapat mewujudkan penduduk tanpa pertumbuhan atau Zero Population
Lebih terperinciModul ke: CHAPTER 12 ENHANCING DECISION MAKING. Fakultas. Dr. Istianingsih. Ekonomi Dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi.
Modul ke: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis CHAPTER 12 ENHANCING DECISION MAKING Dr. Istianingsih Program Studi Magister Akuntansi www.mercubuana.ac.id Jenis Keputusan Ada tiga klasifikasi umumnya keputusan:
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya
Lebih terperinciPengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan
Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis Defri Kurniawan Content: Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi Bisnis (-e-bisnis) Jenis Sistem Informasi Bisnis Konsep Dasar
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI
Lebih terperinciMateri II Overview Sistem Informasi. Sistem Informasi Manajemen Dr. Hary Budiarto
Materi II Overview Sistem Informasi Sistem Informasi Manajemen Dr. Hary Budiarto Why Study Information Systems? Teknologi Informasi dapat digunakan untuk meningkatkan proses bisnis secara efisien dan efektif
Lebih terperinciPotret KB DIY dan Tantangan ke Depan
Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Partisipasi pria menjadi salah satu faktor dalam menyukseskan program Keluarga Berencana (KB). Sebaik apa pun program yang dilakukan pemerintah tetapi tanpa peran
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA SEMINAR SEHARI OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA SDKI 2007 DAN HASIL SENSUS 2010 PROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 26 MARET 2011 ASSALAMU
Lebih terperinciPROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM
2015 PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karangasem PROFIL BPPKB. KABUPATEN KARANGASEM I. GAMBARAN UMUM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Lebih terperinciBAB 1. waktu dan tenaga yang digunakan. Dengan kata lain, komputerisasi dapat. mempercepat dan menunjang seluruh kegiatan bisnis perusahaan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat memungkinkan kegiatan transaksi, penyampaian dan penyimpanan serta pengolahan informasi dapat dilaksanakan dengan jauh lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi keempat dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Petunjuk Penggunaan Database Profil KKB Desa
DAFTAR ISI Petunjuk Penggunaan Database Profil KKB Desa DAFTAR ISI... 2 DAFTAR GAMBAR... 4 1. Penjelasan Umum... 6 2. Penjelasan Menu... 7 2.1. Menu Halaman Depan... 7 2.2. Menu Profil Desa... 9 2.2.1.
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PELANTIKAN DAN SERAH TERIMA JABATAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH SENIN, 14 MARET 2011
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan bertujuan secara bertahap meningkatkan produktifitas dan kemakmuran penduduk secara menyeluruh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Capital Development merupakan faktor yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Selain itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) mengajarkan kepada
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan berkelanjutan, karena di samping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan, karena di samping sebagai pelaksana pembangunan,
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGUATAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
Lebih terperinciSEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003
SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada Tahun 2016 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Keluarga
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN Oleh Riny Handayani gmriny@yahoo.co.id Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan dalam dua dasawarsa telah memperlihatkan semakin tingginya tingkat kesertaan masyarakat dalam melaksanakan
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi keempat dengan laju pertumbuhan tertinggi.
Lebih terperinci