BAB I PENDAHULUAN. dilakukan menunjukkan keterkaitan antara pola konsumsi dan gaya hidup secara
|
|
- Leony Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya penyakit degeneratif menurut studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan keterkaitan antara pola konsumsi dan gaya hidup secara signifikan. Masyarakat yang mengkonsumsi diet tinggi lemak mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit degeneratif seperti penyakit hati dan penyakit kardiovaskular (Mesink et al., 2003). Perkembangan teknologi informasi pangan dan perubahan gaya hidup mengakibatkan sebagian besar masyarakat merubah pola makan dengan konsumsi lebih banyak lemak, antara lain berupa makanan yang digoreng. Masyarakat Indonesia pada umumnya sangat menyukai makanan yang digoreng (Oeij et al., 2007). Secara komersial bahan pangan yang digoreng biasanya menggunakan sistim deep frying, yaitu memasak atau memanaskan makanan menggunakan minyak dalam jumlah banyak, secara berulang dengan suhu yang tinggi antara o C. (Danowska and Karpinska, 2005; Ketaren, 2005; Ghidurus et al., 2010). Krisis ekonomi yang melanda belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia, telah menyebabkan sebagian besar para ibu rumah tangga berupaya secermat mungkin dalam pengelolaan pengeluaran keluarga, salah satunya melalui penghematan penggunaan minyak goreng tanpa mempertimbangkan kualitas minyak tersebut. 1
2 2 Minyak goreng dalam rumah tangga akan dimanfaatkan untuk beberapa kali dalam penggorengan (Kadarwati dan Wahyuni, 2010). Proses pemanasan minyak goreng yang lama ataupun berulang akan menyebabkan perubahan fisik kimiawi minyak goreng berupa peningkatan kejenuhan asam lemak minyak yang digunakan, mempercepat terjadinya dekomposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng yang pada batas tertentu mengakibatkan minyak menjadi tidak layak digunakan (minyak jelantah), karena telah terjadi kerusakan rantai karbon akibat oksidasi dan polimerisasi asam lemak yang akan menghasilkan radikal bebas senyawa peroksida (Danowska and Karpinska, 2005; Qing Zhang et al., 2012; Bou et al., 2012). Kerusakan minyak jelantah ditunjukkan melalui bilangan peroksida. Pemanasan minyak goreng pada suhu yang tinggi menyebabkan ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh terurai, dan kemudian akan teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik, sehingga tersisa asam lemak jenuh dalam bentuk asam lemak bebas yang tinggi (Winarno, 2004). Berdasarkan syarat mutu bilangan peroksida pada minyak goreng menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimal sebesar 1 mgo 2 /100 gram minyak (10 meq/1 kg minyak). Penggunaan minyak goreng berulang dalam rumah tangga menghasilkan bilangan peroksida meq/kg (Thadeus, 2005). Minyak jelantah sebagai radikal bebas dapat memicu terjadinya kerusakan oksidatif di dalam tubuh, maka konsumsi minyak jelantah dapat menimbulkan kerusakan DNA, protein, peroksidasi lipid, dan kerusakan membran sel. Kerusakan
3 3 oksidatif yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan timbulnya penyakitpenyakit yang bersifat kronis dan degeneratif (Dorffman et al., 2009). Hati sebagai tempat metabolisme berbagai senyawa yang masuk ke dalam tubuh merupakan organ tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh berbagai zat atau senyawa kimia, salah satunya minyak jelantah (Jusup dan Raharjo, 2010). Penyakit perlemakan hati non alkoholik hingga saat ini merupakan kondisi klinis yang sering ditemukan dalam bidang hepatologi sebagai salah satu bentuk penyakit hati kronik (Dabhi et al., 2008). Salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan minyak jelantah sebagai radikal bebas adalah perlemakan hati non alkoholik (Nonalcoholic Fatty Liver Disease = NAFLD) (Dabhi et al., 2008; Setiawan, 2014). Fatty Liver Disease (FLD) bervariasi mulai dari perlemakan hati sederhana (steatosis atau fatty liver), perlemakan hati dengan inflamasi (Nonalcoholic Steatohepatitis/NASH), fibrosis sampai menjadi sirosis hati (Charlton, 2009; Tacer and Rozman, 2011). Prevalensi penyakit perlemakan hati non-alkoholik meningkat dengan pesat di seluruh dunia pada beberapa dekade belakangan ini. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data prevalensi NAFLD pada populasi umum. Namun, penelitian Hasan dan kawan-kawan (2002) pada populasi urban di Jakarta dengan Ultrasonography (USG) hati didapatkan prevalensi NAFLD sekitar 30%. Di RSUP Kariadi Semarang dengan pemeriksaan USG hati pada tahun didapatkan peningkatan kasus perlemakan hati dari tahun ke tahun, masing-masing pertahun adalah 4%, 4.5%, 5%, 6% dan 7% (Hasan et al., 2002; Setiawan, 2014).
4 4 Produksi radikal bebas yang melebihi antioksidan sistim pertahanan selular menimbulkan kerusakan oksidatif dengan menginduksi oksidasi dari asam lemak polyunsaturated dalam sistim biologik, sehingga terjadi kerusakan membran sel yang akan mengganggu keseimbangan kerja organel sel dan berlanjut pada gangguan produksi normal DNA (genotoxicity). Ketidakseimbangan reduksi oksidasi (redoks) seluler terkait dengan stimulasi onkogenik (carcinogenicity). Kerusakan DNA menjadi faktor predisposisi untuk timbulnya berbagai penyakit degeneratif dengan ditunjukkannya berupa peningkatan tingkat oxidative DNA lesions (8-OHdG/8- Hydroxy-2 -Deoxy Guanosine Monoclonal Antibody) (Kasai et al., 2001; Valko et al., 2006). Gangguan keseimbangan organel sel ini akan dapat berlanjut sampai menimbulkan kerusakan jaringan dengan pembentukan salah satu produk peroksidasi lipid yang dapat dideteksi dalam darah adalah malondialdehid (MDA) (Halliwell and Gutteridge, 2007; Moller et al., 2010). Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses inflamasi, maupun melalui reaksi terhadap rangsangan luar misalnya polutan, seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi, alkohol, obat, bahan racun pestisida, minyak goreng jelantah, dan masih banyak lagi yang lainnya (Pham-Huy et al., 2008). Dan reaksi radikal bebas selain melalui jalur kerusakan oksidatif, dapat juga terjadi melalui superoksida yang dihasilkan akibat salah satu reaksi aktifasi fagosit karena proses peradangan (Khansari et al., 2009).
5 5 Peradangan selain dikenal sebagai reaksi pelindung jaringan lokal terhadap iritasi, luka atau infeksi, dan realisasi terbaru inflamasi terbukti berperan dalam patogenesis berbagai macam penyakit, termasuk kanker (Aggarwal et al., 2006; Mantovanii and Pierotti, 2008). Banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara peradangan kronis dan keganasan (Nathan, 2002). Peradangan kronis memberikan kontribusi sekitar 25% dari seluruh kasus keganasan di dunia. Berbagai kondisi peradangan kronis menyebabkan sel rentan terhadap transformasi neoplastik (carcinogenicity) (Federico et al., 2007). Sitokin pro-inflamasi (IL-1, IL-6, tumor necrotizing faktor/tnf- dan interferon/inf-) menginduksi produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dalam sel non fagosit dengan mengikat reseptor spesifik. Beberapa reseptor diaktifkan faktor pertumbuhan yang menginduksi ROS. ROS yang dihasilkan oleh induksi sitokin menjadi sinyal penting biologis terhadap efek pada sel seperti proliferasi dan apoptosis (Louis et al.,, 2005; Segal, 2006). Tingginya radikal bebas dalam tubuh dapat disebabkan karena rendahnya aktivitas enzim antioksidan. Antioksidan terdiri dari antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen disintesis di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutation peroksidase (GPx). Enzim SOD merupakan pertahanan pertama terhadap proses oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh dan aktifitasnya bergantung pada beberapa logam mineral seperti Zn, Cu, Fe dan Mn. SOD mengkatalisis dismutase superoksida menjadi H 2 O 2 dan oksigen,
6 6 sehingga SOD merupakan enzim yang berfungsi memperbaiki sel serta melindungi sel dan jaringan terhadap toksisitas oksigen (Nurhayati et al.,, 2011). Menurut penelitian Thadeus (2005), dengan percobaan yang dilakukan selama 12 minggu, ditemukan adanya perubahan histologik hati, jantung dan aorta Mus musculus L Galur Swiss Derived akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida sebesar meq/kg yang berasal dari restoran fast food yang kemudian digunakan lagi untuk menggoreng bawang merah berulang kali. Mengingat banyaknya penggunaan minyak jelantah dalam rumah tangga, perlu diteliti efek toksisitas minyak jelantah dengan bilangan peroksida meq/kg (setara dengan bilangan peroksida minyak jelantah dalam rumah tangga) terhadap oksidatif DNA yang dicurigai sebagai penyebab tingginya penyakit degeneratif. Pada penelitian ini digunakan pemberian minyak jelantah dengan bilangan peroksida meq/kg (setara minyak jelantah rumah tangga) sebagai pencetus jalur kerusakan oksidatif DNA pada mencit (Mus musculus L) galur Swiss derived melalui produksi serum MDA, produksi serum SOD, perubahan struktur histopatologik hati, ekspresi sitokin peradangan (TNF-α dan IL-6), serta peningkatan 8-OHdG Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana mekanisme minyak jelantah menimbulkan perubahan gambaran histologik hati?
7 7 a. Apakah pemberian minyak jelantah peroral pada mencit (Mus musculus L) dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg dapat meningkatkan produk peroksidasi lipid dalam bentuk peningkatan kadar serum malondialdehida (MDA)? b. Apakah minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg dapat meningkatkan produksi serum SOD? c. Apakah terdapat perbedaan perubahan histologik hati akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8, 12 dan 16 minggu? 2. Bagaimanakah mekanisme minyak jelantah menimbulkan oksidatif DNA melalui proses peradangan kronis? a. Apakah minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg dapat menimbulkan peradangan yang ditandai dengan peningkatan ekspresi TNF-α dan IL-6 pada jaringan hati? b. Apakah minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg dapat menimbulkan peningkatan 8-OHdG? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengkaji mekanisme minyak jelantah sebagai pencetus kerusakan oksidatif yang menimbulkan oksidatif DNA.
8 Tujuan Khusus a. Menganalisis kadar serum MDA yang dihasilkan akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu. b. Menganalisis produksi serum SOD akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu c. Menganalisis perubahan gambaran histologik hati akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu. d. Menganalisis tingkat ekspresi sitokin peradangan (TNF-α dan IL-6) pada jaringan hati yang dihasilkan akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu. e. Menganalisis produksi 8-OHdG pada DNA yang rusak akibat pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg selama 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep ilmiah dan informasi mengenai mekanisme minyak jelantah dalam proses kerusakan oksidatif DNA hepatosit yang mengarah pada penyakit degeneratif.
9 Manfaat praktis a. Bagi Masyarakat : penelitian ini memberikan acuan bahaya pemakaian minyak jelantah terhadap kesehatan jangka panjang, yang berdampak sebagai bentuk pertahanan kualitas manusia Indonesia. b. Bagi pemerintah : agar mengendalikan penjualan minyak jelantah di pasaran, karena penggunaan minyak jelantah dapat membahayakan kesehatan jangka panjang, khususnya para generasi penerus bangsa dan perlu dipertimbangkan pengaturan harga-harga kebutuhan pokok khususnya minyak goreng sebagai bentuk perlindungan terhadap masyarakat Indonesia Keaslian Penelitian Dari penelusuran kepustakaan, belum ada penelitian yang mengamati toksisitas minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg melalui mekanisme oksidasi dengan perantaraan kerusakan oksidatif pada mencit (Mus musculus L) galur Swiss derived dengan kajian aspek pada bidang biologi molekuler dan imunologi melalui produksi serum MDA, produksi serum SOD, perubahan gambaran histologik hati, ekspresi sitokin peradangan (TNF-α dan IL-6) pada jaringan hati, dan produksi 8-OHdG. Ada beberapa penelitian yang tidak sama dengan penelitian ini, tetapi mengenai minyak jelantah yaitu: 1. Pengaruh pemberian Minyak Kelapa Bekas Gorengan Tahu-Tempe secara oral terhadap gambaran histologi hati mencit (Mus musculus L) Galur Swiss Derived (Furqonita, 1997), melaporkan terjadinya perubahan gambaran histologi yang
10 10 bertambah berat pada hati mencit berupa bendungan dan perlemakan (steatosis) dengan minyak kelapa bekas gorengan tahu-tempe sebanyak 9, 18 dan 27 kali. Belum ada laporan berapa besaran kandungan peroksida pada minyak kelapa bekas gorengan serta belum ada laporan mengenai besarnya kadar MDA, SOD, ekspresi TNF-α dan IL-6 serta produksi 8-OHdG yang menyebabkan perubahan gambaran histologi hati. 2. Pengaruh Vitamin C dan Vitamin E terhadap perubahan histologik hati, jantung dan aorta Mus musculus L Galur Swiss Derived akibat pemberian minyak jelantah (Thadeus, 2005), melaporkan pemberian minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida sebesar meq/kg selama 12 minggu dalam jumlah 10 μl/gram berat badan menyebabkan bendungan hati, dilatasi vena sentralis, perlemakan hati, apoptosis daerah vena sentralis dan apoptosis daerah porta serta dilatasi ventrikel, penipisan dinding miokardium dan perubahan tunika elastika aorta. Belum ada laporan apakah minyak jelantah bekas rumah tangga (setara dengan kandungan bilangan peroksida sebesar meq/kg) dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan perubahan histologik hati melalui produksi 8-OHdG. 3. Efek Ekstrak Daun Krokot (Portulaca oleracea) sebagai Anti Oksidan Alami Terhadap Kadar Alanin Transaminase (ALT) dan Gambaran Histologi Sel Hepar Rattus norvegicus L yang Diberi Minyak Goreng deep frying (Jusup dan Raharjo, 2010), melaporkan bahwa terdapat penurunan kadar ALT dan aktivitas hepatoprotektif oleh ekstrak daun krokot yang diberi minyak goreng deep frying. Tidak ada laporan mengenai besaran kandungan bilangan peroksida minyak
11 11 kelapa bekas gorengan yang digunakan dan bagaimana dampak minyak goreng deep frying menimbulkan reaksi peradangan melalui ekspresi TNF-α dan IL-6 pada jaringan hati serta bagaimana peran sitokin peradangan tersebut pada perubahan histologik organ hati. 4. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan asam lemak trans (Sartika, 2009), melaporkan bahwa adanya hubungan terbalik antara kadar asam lemak elaidat (trans) dan asam oleat (cis) dengan nilai p <0,05. Pembentukan asam lemak trans terjadi setelah proses penggorengan minyak pada pengulangan kedua. Tidak ada laporan mengenai besaran kandungan bilangan peroksida dari sampel minyak goreng yang digunakan, dan bagaimana mekanisme minyak goreng tersebut menyebabkan kerusakan jaringan hati. 5. Penelitian mengenai hubungan lamanya pemanasan dengan kerusakan minyak goreng curah ditinjau dari bilangan peroksida, melaporkan pemanasan minyak yang berulangkali dengan pemanasan yang tinggi menyebabkan kerusakan rantai karbon karena oksidasi dan polimerisasi asam lemak yang akan menghasilkan radikal bebas senyawa peroksida (Oktaviani, 2009). Tetapi belum ada laporan penelitian yang menjelaskan bagaimana minyak jelantah dengan bilangan peroksida meq/kg dapat menimbulkan kerusakan jaringan. 6. Penelitian dengan pemanasan minyak sawit merah menunjukkan peningkatan bilangan peroksida yang signifikan (p<0,05) dengan meningkatnya suhu (50 C, 100 C, 150 C, 200 C) dan waktu penggorengan (30, 60, 90 dan 120 ) (Alyas et
12 12 al., 2006). Tidak dijelaskan bagaimana bilangan peroksida yang tinggi menyebabkan kerusakan oksidatif dan perlemakan hati. 7. Penelitian Xin et all (2012) dengan judul Effect of Repeatedly Heated Palm Olein on Blood Pressure-Regulating Enzymes Activity and Lipid Peroxidation in Rats membuktikan pemanasan minyak goreng sawit yang berulang kali dapat mempengaruhi aktivitas enzim pengatur tekanan darah dan meningkatkan peroksidasi lipid. Tidak ada laporan mengenai besaran kandungan bilangan peroksida minyak goreng sawit yang digunakan dan tidak ada penilaian MDA, SOD, ekspresi TNF-α dan IL-6 serta produksi 8-OHdG sebagai parameter kerusakan oksidatif. 8. Adam et all (2008) dalam penelitian Consumption of repeatedly heated soy oil increases the serum parameters related to atherosclerosis in ovariectomized rats menyimpulkan bahwa minyak kedelai yang dipanaskan berulang kali menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam Low Density Lipoproteins (LDL) dan reaksi zat asam serum tiobarbiturat (TBARS) dibandingkan dengan minyak segar. Semakin tinggi tingkat homosistein dalam tikus yang diovariektomi dengan makan minyak yang dipanaskan berulang kali, dibandingkan dengan tikus yang makan minyak segar, juga menunjukkan minyak yang dipanaskan berulang kali berkontribusi untuk perkembangan terjadinya aterosklerosis. Terpenting dari efek perlindungan minyak kedelai mungkin hilang setelah dipanaskan berulang kali. Tidak ada laporan mengenai besaran kandungan bilangan peroksida minyak
13 13 kedelai tersebut dan tidak ada penilaian MDA, SOD, ekspresi TNF-α dan IL-6 serta produksi 8-OHdG sebagai parameter pengukuran kerusakan oksidatif. 9. Hasil penelitian Srivastava et all ( 2010) mengenai Genotoxic and carcinogenic risks associated with the dietary consumption of repeatedly heated coconut oil menyimpulkan bahwa konsumsi minyak kelapa yang dipanaskan berulang-ulang menunjukkan penurunan kadar enzim antioksidan seperti SOD dan katalase, dengan disertai peningkatan ROS dan peroksidasi lipid di hati. Namun tidak ada laporan mengenai besaran kandungan bilangan peroksida dari minyak kelapa yang digunakan dan tidak ada penilaian MDA, ekspresi TNF-α dan IL-6, serta 8- OHdG sebagai parameter pengukuran kerusakan oksidatif yang terjadi pada hati. 10. Dhibi et al l ( 2011) dalam penelitiannya mengenai The Intake of High Fat Diet with Different Trans Fatty Acid Levels Differentially Induces Oxidative Stress and Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) in Rats membuktikan bahwa terdapat korelasi negatif antara kadar asam lemak trans di dalam diet dan aktivitas SOD, katalase, dan glutathione di dalam hati tikus, yang menimbulkan dugaan bahwa peningkatan konsumsi asam lemak trans terkait dengan penurunan efisiensi sistim antioksidan enzimatik yang disebabkan terjadinya kerusakan oksidatif di dalam hati tikus dan hasil histopatologi hati dari kelompok tikus yang diberi diet tinggi asam lemak trans menunjukkan gambaran vakuolisasi sitoplasma tingkat sedang hingga parah, hipertrofi hepatosit, hepatocyte ballooning, dan nekrosis peradangan. Tapi tidak ada laporan mengenai peran sitokin peradangan dalam
14 14 proses perubahan histopatologi tersebut, dan tidak menggunakan minyak goreng jelantah sebagai pemicu kerusakan oksidatif. Pada prinsipnya penelitian ini berusaha mengungkapkan perubahan oksidatif DNA akibat minyak jelantah dengan kandungan bilangan peroksida meq/kg yang setara dengan minyak jelantah yang dihasilkan rumah tangga, dengan lama pemberiaan yang berbeda yaitu 8 minggu, 12 minggu dan 16 minggu untuk memberikan efek kronis, mengingat kerusakan DNA memerlukan waktu lebih lama dari penelitian sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan.kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbakar, bahan kimiawi, nutrisi, dan imunologik. 1. superior cavum abdominis, berperan pada berbagai fungsi metabolisme,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi atau reaksi radang merupakan reaksi terhadap jejas seluler yang hanya berlangsung pada jaringan dari organisme multiseluler yang mempunyai pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver disease ( NAFLD ) merupakan gangguan pada hati yang biasa terjadi di dunia, insiden yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok saat ini menjadi masalah yang terus - menerus dibicarakan di berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health Organization (2012), Indonesia menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng dalam minyak. Masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goreng untuk mengolah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium sakarin dengan rumus kimia (C 7 H 5 NO 3 S) dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,
Lebih terperinciAktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)
Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat dibutuhkan makhluk hidup sebagai logam esensial dalam proses metabolisme dan juga sebagai co-faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker paru dan tumor ganas lainnya, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan kardiovaskular.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah digunakan per tahun dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak goreng merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dan karena itu dalam keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak digunakan di dunia. Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) digunakan untuk mengontrol gulma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh
BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula
Lebih terperinciI. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat
I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akses terhadap obat merupakan salah satu hak azasi manusia. Obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini harganya masih cukup mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng, terutama dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6
Lebih terperinciEFEK PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) HATI MENCIT STRAIN JEPANG AKIBAT PAPARAN MINYAK GORENG BERULANG
J. Ris. Kim. Vol. 4, 1, September 2010 EFEK PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) HATI MENCIT STRAIN JEPANG AKIBAT PAPARAN MINYAK GORENG BERULANG Elmatris Sy, Yustini Alioes,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada masyarakat modern dewasa ini, penyakit jantung koroner merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang paling banyak mendapat perhatian serius. Hal ini dikarenakan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi yang mencapai lebih dari 2,5 juta ton per tahun atau lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta. dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak goreng merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dan karena itu dalam keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen akan kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam proses menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun bagi manusia, dapat ditemukan pada semua lingkungan sekitar kita, dan merupakan logam berat yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat janin kurang dari 500 gram (Cunningham et al., 2005). Abortus adalah komplikasi umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan di pinggir jalan telah menjadi bagian dari masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keterbatasan waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World health organization ( WHO ) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes mellitus ( DM) akan meningkat di seluruh dunia pada millenium ketiga ini, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superoxide Dismutase (SOD) adalah enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide Dismutase tubuh manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Semua makanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, perilaku merokok terus meningkat dan telah menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan sehingga menjadi masalah kesehatan dunia. 1 Menurut data dari WHO melalui Global Tobaco Epidemic tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot rangka yang membutuhkan kalori lebih besar daripada pengeluaran energi saat istirahat. Aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai
Lebih terperinciMINYAK GORENG SAWIT DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN
MINYAK GORENG SAWIT DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN Ambar Rukmini Universitas Widya Mataram Yogyakarta The 11 th Indonesian Occupational Medicine Update 2017 Jakarta, 1 Oktober 2017 Inti/biji kelapa sawit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi terjadi peningkatan jumlah industri, akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia masalah penyakit hepar masih menjadi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 1999). Kerusakan sel hepar dan fungsi hepar disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hepar (hati) merupakan salah satu problem kesehatan besar di Indonesia karena angka kejadiannya yang masih tinggi (Hadi, 1995). Angka kematian karena penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulseratif (KU) termasuk salah satu penyakit peradangan usus yang menahun yaitu Inflammatory Bowel Disease (IBD) / penyakit inflamasi usus. Penyakit ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulcerative Colitis (UC) termasuk dalam golongan penyakit Inflammatory Bowel Disease (IBD). Keadaan ini sering berlangsung kronis sehingga dapat mengarah pada keganasan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,
Lebih terperinci