Mengenal Kesenian Nasional 12. Kuda Lumping

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengenal Kesenian Nasional 12. Kuda Lumping"

Transkripsi

1 Sri Winarsih i

2 Mengenal Kesenian Nasional 12 Pengarang Sri Winarsih Editor Yuni Winarti Layout Prastuti Indra Handayani Perwajahan Indra Ilustrator Indra Desain Sampul Gatot Penerbit : PT. BENGAWAN ILMU Jln. Sriwijaya No. 59 G Telp. (024) Cetakan : Tahun 2010 ISBN : (Jilid Lengkap) (MKN 12 ) HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Penyayang, karena hanya berkat kasih sayang-nya, buku ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini disusun dengan tujuan untuk mengenalkan salah satu kesenian yang saat ini terancam kelestariannya yaitu kesenian. Kuda lumping merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang menjadi pertunjukan rakyat terutama di Jawa. Kesenian ini berupa tarian menunggang kuda, yang dimainkan oleh sekelompok orang dengan iringan gamelan. Puncak acaranya adalah pertunjukan menegangkan yang dilakukan oleh para pemain yang kerasukan (kesurupan), seperti mengunyah dan menelan kaca bola lampu, mengupas kelapa dengan gigitan gigi, dan sebagainya. Penyusun berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin lebih mengenal kesenian Indonesia khususnya Kesenian. Apalagi kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional sehingga sudah semestinya kita menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita. Akhir kata, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan buku ini di edisi selanjutnya. Terima kasih dan semoga bermanfaat. Penyusun iii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar iii Daftar Isi iv BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB 2 SEKILAS TENTANG SENI 4 A. Berbagai Bentuk Seni 4 B. Seni Tari Jawa 8 BAB 3 KESENIAN KUDA LUMPING 10 A. Asal-Usul Tari 11 B. Kesenian dalam Berbagai Versi 13 BAB 4 UNSUR-UNSUR DALAM TARI KUDA LUMPING 28 A. Alat Musik (Gamelan) 28 B. Penari 31 C. Kuda Tiruan 33 BAB 5 ATRAKSI DALAM KUDA LUMPING 35 A. Saatnya Pertunjukan Dimulai 35 B. Hilang Kesadaran (Kesurupan) 36 C. Di Balik Kesaktian Pemain 40 BAB 6 FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIS KUDA LUMPING 49 A. sebagai Panggung rakyat dan Simbol Perlawanan Terhadap Penguasa 49 B. sebagai Media Dakwah 50 C. Eksistensi Kesenian Kaum Pingiran 54 D. Makna Simbolis dan Nilai Estetis Kesenian 54 BAB 7 PENUTUP 57 Daftar Pustaka 60 iv

5 Bab 1 PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multisuku, multibudaya, multibahasa, maupun multiagama. Kesemuanya itu jika dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya negara nasional Indonesia pada tahun Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku di Indonesia merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia beraneka ragam. Sumber: 1

6 Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan India, kebudayaan Tionghoa, dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama, masuk bersama penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara, jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernapaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara yaitu Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagangpedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Pengaruh agama Budha pada bangunan dan relief Candi Borobudur. Sumber: Selain itu, banyak pula budaya yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan 2

7 Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Sebagai salah satu warisan nenek moyang kita, kekayaan budaya Indonesia haruslah dijaga dan dilestarikan. Kekayaan Indonesia harus menjadi kebanggaan warga bangsanya. Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sayangnya, minat untuk melestarikan budaya itu sendiri masih rendah. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi maka, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, minat generasi muda dalam melestarikan budaya Indonesia harus tertanam sejak dini. Salah satunya dengan mengenal dan mempelajari seni budaya asli Indonesia seperti seni Kuda Lumping sebagaimana dibahas dalam bab-bab selanjutnya di buku ini. Pengaruh agama Hindu pada bangunan di Bali. Sumber: 3

8 Bab 2 SEKILAS TENTANG SENI Dalam perjalanan sejarah, boleh dikatakan pada setiap masa orang selalu bertanya tentang apa dan bagaimana bentuk seni itu. Bahkan, para filsuf sejak masa peradaban Yunani sampai sekarang telah memberikan beragam definisi. Seni berasal dari kata Latin ars yang artinya keahlian, yaitu keahlian dalam mengekspresikan ide-ide dan pemikiran, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah. A. Berbagai Bentuk Seni Dalam Ensiklopedi Indonesia, dipetik bahwa definisi seni yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama). Berikut beberapa dari bentuk seni. 1. Seni Musik Seni musik (instrumental art) adalah bidang seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar 4

9 dari alat musik tersebut. Bidang ini membahas cara menggunakan instrumen musik. Masing-masing alat musik memiliki nada tertentu. Seni musik. Sumber: Seni musik dapat disatukan dengan seni instrumental atau seni vokal. Seni instrumentalia adalah seni suara yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik, sedangkan seni vokal adalah melagukan syair yang hanya dinyanyikan dengan perantaraan oral (suara saja) tanpa iringan instrumen musik. 2. Seni Pendengaran Seni pendengaran (auditory art) adalah bidang seni yang menggunakan suara (vokal maupun instrumental) sebagai medium pengutaraan, baik dengan alat-alat tunggal (biola, piano, dan sebagainya) maupun dengan alat majemuk seperti orkes simponi, band, juga lirik puisi berirama atau prosa yang tidak berirama, serta perpaduan nada dan kata seperti lagu asmara, qashidah, dan tembang (Jawa). 5

10 3. Seni Rupa Seni rupa merupakan bentuk penciptaan keindahan yang mampu berkomunikasi dengan penikmatnya terutama melalui mata. Termasuk di dalam seni rupa adalah seni lukis, seni patung, arsitektur, dan seni kerajinan. Lukisan sebagai suatu karya seni rupa. Sumber: 4. Seni Tari Seni tari adalah seni menggerakkan tubuh secara berirama dengan iringan musik. Gerakannya dapat sekedar dinikmati sendiri, merupakan ekspresi suatu gagasan atau emosi, dan cerita (kisah). Di beberapa daerah, seni tari juga digunakan untuk mencapai ekskatase (semacam mabuk atau tak sadar diri) bagi yang melakukannya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai ujung Papua, memiliki seni tari masingmasing. Contohnya: Seudati, Tor-tor, Serampang Dua Belas, Zapin, Cokek, Jaipong, Cakalele, atau Maengket. Tentu saja masih banyak nama-nama tari yang lain. 6

11 Dari zaman dahulu, seni tari telah memainkan peranan penting dalam upacara kerajaan, di kalangan masyarakat maupun individu. Seni tari merupakan akar tari Barat yang populer pada masa kini. Bangsa-bangsa primitif bahkan percaya pada daya magis tari, seperti tampak pada tari untuk meminta kesuburan dan hujan, tari eksorsisme (ruwatan), tari perburuan dan perang. Begitu pula halnya tarian tradisional Asia Timur yang hampir seluruhnya bersumber dari keagamaan walaupun ada juga yang bersifat sosial. Selain itu ada pula tarian komunal (folk dance) yang umumnya berbentuk tarian rakyat (atau kreasi baru). Biasanya tarian seperti ini dijadikan sebagai perlambang kekuatan kerjasama secara kelompok dan sebagai perwujkdan saling hormat-menghormati. Semua itu didasari oleh tradisi-tradisi masyarakat. Seni tari. Sumber: Seni tari modern lebih mengutamakan keindahan dan irama gerak dengan fokus hiburan. Seni tari sekarang berbeda halnya dengan tarian abad-abad sebelumnya, seperti balet, tapdances, ketoprak, atau sendratari. Gaya tarian abad XX kini berkembang dengan irama-irama musik pop singkopik, misalnya dansa cha-cha-cha, togo, soul, twist, dan sebagainya. 7

12 B. Seni Tari Jawa Tari dalam Bahasa Jawa sering disebut juga beksan. Kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan atau diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak zaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan. Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari, dan Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Seni tari Jawa. Sumber: Surakarta merupakan pusat seni tari Jawa. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi 8

13 hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta. Macam-macam tariannya Srimpi, Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata- Ramayana. Yang khusus di Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, yang mengambil ceritera Damarwulan. Dalam perkembangannya timbullah tari kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya Surakarta. Selain tari yang bertaraf kraton (Hofdans), yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di daerah Jawa Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat. Tari semacam itu termasuk jenis kesenian tradisional, seperti Dadung Ngawuk, (Kuda Kepang), Incling, Dolalak, Tayuban, Jelantur, Ebeg, Ketek Ogleng, Barongan, Sintren, Lengger, dan lain sebagainya. Diperkirakan tarian tersebut merupakan peninggalan budaya masa pra-hindu atau prakerajaan. Pedoman tari tradisional itu sebagian besar mengutamakan gerak yang ritmis dan tempo yang tetap sehingga ketentuanketentuan geraknya tidaklah begitu ditentukan sekali. Jadi lebih bebas, lebih perseorangan. Bentuk-bentuk seni pertunjukan pada masa ini, masih banyak terdapat di daerah pedalaman yang terpencil yang diwarnai oleh kepercayaan animisme. Perwujudan tari pada masa itu diduga merupakan refleksi dari satu kebulatan kehidupan masyarakat agraris yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, dan norma kehidupannya secara turun temurun. 9

14 Bab 3 KESENIAN KUDA LUMPING Kuda lumping merupakan salah satu jenis kesenian tradisional sangat populer sehingga dapat dikatakan bahwa hampir semua orang Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya mengenal tarian ini. Tarian hingga kini masih tumbuh di banyak kelompok masyarakat khususnya di Pulau Jawa. Begitu populernya tari, hingga ada lagu, yang juga tidak kalah populernya, yang terinspirasi dari permainan kesenian rakyat ini. Berikut petikan lagu tersebut. Ada suatu permainan Permainan unik sekali Orang naik kuda, tapi kuda bohong Namanya kuda lumping Anehnya permainan ini Orangnya bisa lupa diri Dia makan rumput, juga makan kaca Aduhai ngeri sekali Itu kuda lumping, kuda lumping Kuda lumping, kesurupan 10

15 Itu kuda lumping, kuda lumping Kuda lumping, loncat-loncatan adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkan seni ini biasanya juga diiringan dngan musik khusus yang sederhana karena hanya permainan rakyat, yaitu dengan gong, kenong, kendang dan slompret, alat musik tradisional yang kini tidak lagi dikenal oleh anak-anak generasi muda kita karena telah tergantikan oleh dram, gitar dan lainnya. A. Asal-Usul Tari Tidak diketahui secara pasti mengenai asal-usul tari ini, karena telah disebut oleh banyak daerah sebagai kekayaan budayanya. Hanya dapat diperkirakan tarian sudah ada sejak kerajaan kuno tempo dulu atau pada masa pra-hindu karena masih diwarnai dengan adanya kepercayaan animisme. Kesenian tempo dulu. Sumber: Indonesian Heritage, Performing Arts,

16 Menurut versi umum Jawa Timur, kesenian diduga berasal dari zaman Kerajaan Daha. Menurut cerita, pada masa itu kuda merupakan kendaraan atau tunggangan utama para kesatria, pangeran, dan raja. Pada upacara-upacara kebesaran kerajaan, mereka muncul sambil menunggang kuda masing-masing. Hal tersebut menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi seluruh warga kerajaan. Pada masa selanjutnya, peranan para kesatria mulai mundur dan muncullah di kalangan rakyat suatu pemainan yang menirukan para kesatria penunggang kuda. Mereka membuat kuda-kudaan dari anyaman bambu (kepang) yang kemudian dikenal dengan sebutan jaran kepang. Kuda-kudaan itu mereka tunggangi sambil menari-nari dan bertingkah laku seperti seorang kesatria. Sejak itu, lahirlah kesenian rakyat. Masih menurut versi Jawa Timur, kesenian ini juga mengisahkan lakon tokoh raja Jawa Timur. Diceritakan bahwa pada zaman dahulu, Kudawaningpati, raja dari Kerajaan Jenggala, ingin memperistri Dewi Sekartaji, ratu dari Kerajaan Kediri. Kudawaningpati kemudian menuju Kediri diiringi para pengikutnya. Dalam perjalanan yang sangat jauh ini mereka bertemu dan bertempur dengan Singabarong, Bujang Anom, Banaspati, Pentul, Kacung, Cepot, yang berakhir dengan kemenangan dipihak Raja Jenggala. Mereka yang berhasil dikalahkan kemudian menjadi pengikutnya. Setelah sekian lama dalam perjalanan, rombongan Raja Jenggala sampai di Kerajaan Kediri, dan raja berhasil mempersunting Dewi Sekartaji. Berdasarkan cerita ini, rombongan kesenian kuda Lumping mengikutsertakan tokoh-tokoh di atas, walaupun namanya berbeda-beda di setiap daerah. Bahkan, kesenian ini kemudian berkembang dengan penggunaan ilmu mistik sebagai puncak acaranya. 12

17 B. Kesenian dalam Berbagai Versi Tari atau permainan menyebar hampir di seluruh Pulau Jawa karena permainan ini dapat dimainkan oleh siapapun, meskipun dengan nama tarian yang berbeda, namun pada intinya sama. Di Jawa Timur saja seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, sebut saja Malang, Nganjuk, Banyuwangi, Ponorogo, dan Tulungagung, di samping daerah-daerah lainnya. Jika dilihat dari model permainan ini, yang menggunakan kekuatan dan kedigdayaan, besar kemungkinan berasal dari daerah-daerah kerajaan di Jawa. Di Jawa Tengah, tarian sejenis dengan kuda lumping ditemukan di daerah Banyumas, Tegal, dan sekitarnya. Bahkan, di Jawa Barat, juga ada tarian sejenis. Berikut beberapa versi tari. 1. Jatilan Jatilan merupakan sebutan untuk tari di wilayah Yogyakarta, Magelang, dan sekitarnya. Di wilayah Yogyakarta, tari Jatilan selalu dipertunjukkan bersama-sama dengan tarian raksasa yang disebut Barongan dan dilengkapi dengan unsur magis. Selain itu, acara ini juga dibarengi dengan pelawak dengan topeng Pentul dan Tembem yang menyanyikan lagu-lagu Penari Jatilan Sumber: Indonesian Heritage, Performing Arts,

18 penuh humor dengan lawakan yang menjurus porno.tarian ini digelar dengan iringan beberapa macam alat musik gamelan seperti: kendang, saron dan gong. Jatilan adalah salah satu jenis tarian rakyat yang bila ditelusur latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang paling tua di Jawa.Tari yang selalu dilengkapi dengan properti berupa kuda kepang ini lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya, yaitu keadaan tidak sadar diri pada salah seorang penarinya. Penari jatilan dahulu hanya berjumlah 2 orang tetapi sekarang bisa dilakukan oleh lebih banyak orang lagi dalam formasi yang berpasangan. Tarian jatilan menggambarkan peperangan dengan naik kuda dan bersenjatakan pedang. 2. Obeg Kesenian ini berkembang di Cilacap. Pemain Obeg ini terdiri atas beberapa orang wanita atau pria dengan menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu (kepang), serta diiringi dengan bunyi-bunyian tertentu. Pertunjukan ini dipimpin oleh seorang pawang (dukun) yang dapat membuat pemain dalam keadaan tidak sadar. 3. Jaran Kepang Kesenian ini populer di daerah Temanggung. Biasanya diperagakan secara massal dan sering dipentaskan untuk menyambut tamu -tamu resmi atau biasanya diadakan pada waktu upacara 4. Ebeg Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumas, Tegal, dan sekitarnya. Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi 14

19 kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping di telinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari Ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Kesenian Ebeg Banyumasan. Sumber: Jumlah penari Ebeg 8 orang atau lebih, dua orang berperan sebagai Penthul-Tembem, seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi, satu grup Ebeg dapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu Ebeg sedangkan Penthul- Tembem memakai topeng. Tarian Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat pagelaran yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran atau halaman rumah yang cukup luas. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 4 jam. Peralatan yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong dan terompet. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagulagu irama Banyumasan seperti Ricik-Ricik, Gudril, Blendrong, Lung Gadung, dan lain-lain. Para penari akan menunjukkan keperkasaan sebagai kesatria. Demikian pula pemain yang menaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit 15

20 berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan Ebeg dilengkapi dengan atraksi Barongan. Dalam pertunjukannya, Ebeg juga diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe. Alat musik ini memiliki ciri fisik seperti gong akan tetapi berukuran lebih kecil terbuat dari logam. Sebenarnya ada pemanis dalam pertunjukkan tersebut. Yaitu kehadiran sepasang aul yang mungkin agak mirip dengan ondel-ondel betawi. Hanya ukurannya lebih pendek karena aul ini sebenarnya adalah laki-laki yang didandani. Masing-masing mengenakan baju dari karung goni dan mengenakan topeng merah. Sepanjang jalan hanya lenggak lenggok saja. Mereka juga tetap sadar karena tidak dimasukkan roh halus ke dalam tubuhnya. Tetapi makhluk ini yang paling ditakuti anak-anak. Topengnya berwajah menyeramkan! Entah apa yang hendak digambarkan oleh penggagas pertunjukkan mengenai hal ini. Bisa jadi hendak melambangkan karakter jahat sepasang manusia. Manusia yang mana, belum ada yang tahu. Di dalam suatu sajian Ebeg akan melalui satu babak yang unik yang biasanya di tempatkan di tengah pertunjukan. Babak tersebut sebagaimana dikenal dalam bahasa Banyumasan dengan Mendhem (intrans). Pemain akan kesurupan dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik. Bentuk atraksi tersebut seperti halnya: makan beling atau pecahan kaca, makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak seperti monyet, ular, dan masih yang lainnya. Tingkat kegalakan Ebeg ditentukan oleh seberapa susah ia disadarkan kembali. Proses penyadaran kembali ini pun menjadi tontonan yang tak kalah menarik. Beberapa orang pria yang kuat harus memegangi tangan, kaki, kepala, dan tubuh Ebeg. Kalau tidak, ia akan berlari lagi. Sepertinya roh 16

21 yang bersemayam di tubuhnya enggan beranjak. Permintaannya pun jadi bermacam-macam, dari air kepala muda hingga soft drink. Semakin lama Ebeg dapat disadarkan, semakin galak, semakin terkenal ia sebagai Ebeg papan atas. Tetapi semakin lunglai juga ia kalau sudah sadar dan kembali sebagai manusia. Setelah prosesi penyembuhan selesai, usai pula rangkaian pertunjukkan Ebeg. Jalan kembali sepi hanya menyisakan bekas-bekas keriuhan. Tetapi di ruang-ruang pos ronda, beranda rumah, bahkan di langgar, perbincangan ataupun bisikbisik menjadi semakin hangat. Para pemuda membanggakan diri dan puas karena pemudi incarannya pasti menyaksikan. Para wanita mulai bergunjing tentang siapa nama pemain paling gagah di pertunjukkan hari ini. Asal tahu saja, pertunjukkan Ebeg selama bertahun-tahun telah menjadi ajang unjuk diri yang cukup efektif dan murah. Para pemudii berdandan, para pemuda beraksi menjadi yang paling keras dan paling dikejar, karena di situlah pusat perhatian. Ebeg termasuk kesenian yang tergolong cukup diperhitungkan dalam hal umur. Diperkirakan kesenian jenis ini sudah ada sejak zaman purba tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentuk intrans atau wuru. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme. Akibat perkembangan budaya di Banyumas dan orentasi suatu seni pertunjukan juga yang dalam tahap awal merupakan sarana ritual telah bergeser pada bisnis seni pertunjukan, pembenahan dalam Ebeg-pun segera di lakukan. Penataan pada Ebeg yang dapat meliputi bentuk iringan, penghalusan 17

22 gerak tari, kostum ataupun propertinya banyak di lakukan oleh seniman Banyumas. Karya-karya baru yang bersumber pada pola gerek Ebeg-pun akhirnya banyak bermunculan. Gobyog Jaranan adalah salah satu bentuk tarian baru yang diambil dari ragam gerak Ebeg oleh Yusmanto sebagai penata iringan dan Agus Sungkowo sebagai koreografer tarinya. 5. Jaranan Senterewe Jaranan Senterewe merupakan kesenian khas Kediri. Kesenian ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Ngurawan Kediri dan sampai sekarang terus dilestarikan oleh pemuda di daerahnya. Jaranan Senterewe membawakan cerita Diah Ayu Songgolangit. Songgolangit adalah putri dari Kerajaan Ngurawan Prabu Amiseno dan mempunyai seorang adik bernama Tubagus Putut. Untuk menambah wawasan Tubagus Putut menuntut ilmu dan mengabdi di Kerajaan Bantar Angin yang dipimpin Raja Kelono Suwandono. Tarian Jaranan. Sumber: Karena kesaktiannya, Tubagus Putut diangkat menjadi Patih Pujonggo Anom. Kemudian oleh Raja Kelono Suwandono, Putut disuruh melamar Songgolangit yang masih adiknya sendiri. Agar dia tidak diketahui adik dan ayahandanya ia memohon kepada Dewata Agung untuk menutupi wajahnya dengan topeng. Meskipun mukanya tertutup dengan topeng adik dan ayahnya tetap mengetahuinya. 18

23 Songgolangit mau dijadikan permaisuri Kelono Suwandono asalkan diberi kendaraan atau titian yang tidak menyentuh tanah serta iring-iringan pengantinnya lewat bawah tanah. Patih Anom menyanggupi permintaan Songgolangit setelah meminta petunjuk Dewata Agung Patih Anom diberi bambu, besi, dan dan pecut. Lalu bambu dibuat kepang (kuda tiruan), besi dijadikan gamelan, dan pecut untuk menghela kuda. 6. Jaranan Turonggo Yakso Kesenian Turonggo Yakso alias kuda lumping berkepala raksasa berkembang dari Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Jaranan khas Trenggalek ini terbuat dari kulit, lain dari Jaranan Senterewe yang terbuat dari anyaman bambu. Meskipun demikian, kesenian tradisi itu berakar pada tarian jaranan Reog Ponorogo. Seperti halnya kesenian tradisional Jaranan ataupun Jaran Kepang, grup seni jaranan ini pun beraksi dengan pertunjukan atraktif-demonstratif. Penari jaranannya selalu genap, bisa dua, empat, atau enam orang penari. 7. Jaranan Buto Kesenian ini berkembang di wilayah Banyuwangi. Peralatan yang dipakai meliputi kendang, gong, terompet, kethuk dan kuda kepang dengan kepala berbentuk raksasa atau bentuk babi hutan serta topeng berbentuk kepala binatang buas. Kesenian ini biasanya dilakukan pada pukul WIB. Pada akhir pertunjukan biasanya pemainnya kesurupan sehingga mampu memakan kaca maupun benda keras lainnya. Sebagaimana musik dan lagu Banyuwangi, Jaranan Buto Banyuwangi memiliki musik khas yang sedikit berbeda dengan Kuda Kepang Jawa Tengah dan Blitar Tulungagung, yaitu ada nuansa musik Bali yang mempengaruhinya. 19

24 8. Marongan Sukomakmur, Kajoran Kesenian Marongan menceritakan Prabu Klono Suwandono dan Panji. Kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat ini mulanya digunakan sebagai sarana penyembuhan, nadar, atau syukuran. Kesenian ini banyak berkembang di daerah lereng Gunung Sumbing. Kesenian yang dilakukan secara massal ini diiringi seperangkat gamelan slendro dan pelok. 9. Romo Turonggo Gopakan Windusari Kesenian kuda lumping yang sangat digemari oleh masyarakat Windusari ini memiliki ciri khusus, terutama pada tokoh barong dalam permusuhannya dengan Prabu Klono Suwandono. Gerak tarinya yang ritmis dan dinamis, terutama pada gerak tari prajuritan. Kesenian kuda lumping ini juga diiringi oleh seperangkat gamelan slendro, pelok, serta angklung. 10. Jathilan dalam Reog Ponorogo Secara sederhana, ada lima fragmen tarian disajikan dalam penampilan kelompok Reog yaitu sebagai berikut. 1. Tari Warok (prajurit sakti). 2. Tari Jathilan (penggambaran prajurit berkuda) 3. Bujangganong (patih buruk rupa yang jujur). 4. Tari Klana (Raja Klana Sewandono). 5. Dadak Merak (burung mjerak yang naik di atas harimau). Pada dasarnya, ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan 20

25 pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Arak-arakan Reog Ponorogo. Sumber: Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari rekan raja yang beretnis Cina dalam pemerintahan dan perilaku raja yang korup. Ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan Sang Raja dan mendirikan perguruan yang mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan kepada anak-anak muda, dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kembali Kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan sindiran kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai Singa Barong atau raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang 21

26 diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggang kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan Warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya. Pemberontakan oleh Warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan Warok. Namun, murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dengan ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu. Tokoh Raja Kelono Sewondono. Sumber: Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning. Namun, di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kediri. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh 22

27 Warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya). Warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan kerasukan saat mementaskan tariannya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku. Tokoh Warok dengan dandanan dan kostumnya yang khas. Sumber: Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada Reog tradisional, penari biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari Jathilan atau Jaran Kepang. 23

28 Menurut orang Ponorogo, Reog yang mereka tampilkan tidak memiliki unsur kuda kepang yang kesurupan. Aspek ini biasanya ditampilkan kelompok-kelompok Reog dari Tulungagung, Madiun, dan wilayah luar Ponorogo lainnya. Masyarakat Ponorogo melihat bahwa kesurupan ini adalah ketidakmurnian dalam Reog asli. Kesurupan ini kemungkinan lebih dekat ke kesenian Ebeg dari Banyumas (Jawa Tengah), Seblang dari Banyuwangi (Jawa Timur), Jaranan Senterewe dari Tulungagung (Jawa Timur), dan dari Cirebon (Jawa Barat). Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar, Reog dan jatilan ini fungsinya hanya sebagai tontonan atau hiburan, ini agak berbeda dengan fungsi reog pada zaman dahulu yang selain untuk tontonan juga berfungsi sebagai pengawal yang memeriahkan iring-iringan temanten atau anak yang dikhitan serta untuk kepentingan pelepas nadzar. Perbedaan antara Jatilan dan Reog antara lain adalah pertama, dalam permainan Jatilan penari kadang-kadang dapat rnencapai trance, sedangkan pada Reog penari tidak bisa mengalami hal ini. Kedua, pada Jatilan selama permainan berlangsung digunakan tempat atau arena yang tetap. Pada Reog selain permainannya tidak menggunakan arena atau tempat yang tetap, juga sering diadakan untuk mengiringi suatu perjalanan ataupun upacara.mengenai kapan dan dimana lahirnya dua jenis kesenian ini orang tidak tahu. Para pemain Jatilan dan Reog hanya mewarisi kesenian tersebut dari nenek 24

29 moyang mereka.orang-orang umumnya menyatakan bahwa Jatilan dan Reog sudah ada sejak dulu kala. Pendukung permainan ini tidak tentu jumlahnya tergantung pada banyak sedikitnya anggota. Meskipun demikian, biasanya pendukung tersebut sekitar 35 orang dan terdiri dari laki-laki dengan perincian: penari 20 orang; penabuh instrumen 10 orang; 4 orang penjaga keamanan atau pembantu umum untuk kalau ada pemain yang mengalami trance; dan 1 orang sebagai koordinator pertunjukan (pawang). Puncak tarian Jatilan ini kadang-kadang diikuti dengan keadaan mencapai trance (tak sadarkan diri tetapi tetap menari) pada para pemainnya. Sebelum pertunjukan Jatilan dimulai biasanya ada pratontonan berupa tetabuhan dan kadang-kadang berupa dagelan atau lawakan.kini keduanya sudah jarang sekali ditemui. Pertunjukan ini bisa dilakukan pada malam hari, tetapi umumnya diadakan pada siang hari. Pertunjukan akan berlangsung selama satu hari apabila pertunjukannya memerlukan waktu 2 jam per babaknya, dan pertunjukan ini terdiri dari 3 babak. Bagi group yang untuk 1 babak memerlukan waktu 3 jam maka dalam sehari dia hanya akan main 2 babak. Pada umumnya permainan ini berlangsung dari jam sampai jam 17.00, termasuk waktu istirahat. Jika pertunjukan berlangsung pada malam hari, maka pertunjukan akan dimulai pada jam dan berakhir pada jam dengan menggunakan lampu petromak. Tempat pertunjukan berbentuk arena dengan lantai berupa lingkaran dan lurus.vokal hanya diucapkan oleh Pentul dan Bejer dalam bentuk dialog dan tembang, sedangkan instrumen yang dipakai adalah angklung 3 buah, bendhe 3 buah, kepyak setangkep dan sebuah kendang.peralatan musik ini diletakkan berdekatan dengan arena pertunjukan. 25

30 11. Jatilan Gaya Baru Dewasa ini ada kemajuan dalam kesenian Jatilan dengan munculnya Jatilan Gaya Baru di desa Jiapan, Tempel, dan Sleman.Instrumen yang dipakai adalah kendang, bendhe, gong, gender dan saron. Jadi jenis Jatilan ini sudah tidak memakai angklung lagi.yang menarik pada Jatilan ini adalah apabila pemain berada dalam keadaan tidak sadar (trance) dia bisa berbicara dalam bahasa Indonesia dan kalau diperbolehkan dia bisa menunjuk orang yang telah mengganggu pertunjukan, seandainya gangguan ini memang terjadi. Sering pula dalam keadaan trance ini pemain meminta sebuah lagu dan ketika lagu itu dinyanyikan oleh pemain musik ataupun oleh Pentul dan Bejer. Penari yang trance tersebut berjoged mengikuti irama lagu tersebut. Dalam keadaan trance mata si penari tidak selalu tertutup, ada juga penari yang matanya terbuka seperti dalam keadaan biasa. Kuda lumping di sini tidak hanya 6 tetapi 10 buah. Dua kuda pasangan terdepan berwarna putih, sedangkan yang 8 buah berwarna hitam.dua kuda pasangan yang ada di baris belakang adalah kuda kecil atau anak kuda (belo - Jawa). Anak kuda ini dibentuk sedemikian rupa sehingga memberi kesan kekanak-kanakan. Kepala kuda yang kecil memandang lurus ke depan, sedang kepala kuda yang lain tertunduk. Perbedaan sikap kepala kuda lumping itu bukan hanya model atau variasi, tetapi memang digunakan untuk menunjukkan atau memberi kesan bahwa peran kuda tersebut berbeda dengan kuda-kuda yang lain dan gaya tarian orang yang menunggang anak kuda agak berlainan, yaitu harus lebih lincah dan leluasa dalam bergerak atau bergaya, dan memberi kesan kekanak-kanakan.di samping itu masih banyak keunikan-keunikan yang menambah kemeriahan pertunjukan Jatilan Gaya Baru ini. 26

31 12. atau Kuda Renggong Jawa Barat (Gunung Manglayang) Selain beberapa kesenian tradisonal Sunda seperti Degung, Longser, Benjang, atau Tayuban lainnya, ada satu kesenian yang tidak kalah tersohor dikalangan masyarakat Sunda yaitu Jawa Barat atau disebut Kuda Renggong. Sebagai contoh, Desa Ciwaru yang terletak di kaki Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Jabar, masih terkenal dengan adanya kesenian Kuda Renggong untuk memeriahkan berbagai hajatan seperti pernikahan atau khitanan. Kegemaran terhadap seni ini biasanya berlangsung secara turun-temurun. Tak mengherankan, jika segala kegiatan yang berhubungan dengan maupun Kuda Renggong berpusat di beberapa tempat yang sudah dikenal sebelumnya misalnya di daerah Sumedang. Begitu pula dengan, masih sering muncul keberadaannya di sekitar Bandung Timur ini. Kesenian ini biasanya diramaikan dengan bunyi-bunyian seperti terompet dan gendang. Bunyi-bunyian tersebut jika terdengar penduduk sekitar, menandakan ada suatu keramaian. Selanjutnya, hampir seluruh penduduk desa akan berdatangan dan tumpah ruah di depan rumah milik seorang warga yang akan menggelar acara hajatan tersebut. 27

32 Bab 4 UNSUR-UNSUR DALAM TARI KUDA LUMPING Seni merupakan jenis kesenian rakyat yang sederhana. Dalam pementasannya, tidak diperlukan suatu perlengkapan dan koreografi khusus. Peralatan gamelan seperti halnya karawitan atau gamelan untuk mengiringi seni Kuda Lumping juga cukup sederhana. A. Alat Musik (Gamelan) Di Jawa, gamelan tak bisa dipisahkan dari seni tari serta drama. Tak heran pemain gamelan akan mengerti dengan berbagai gerakan tari, sedangkan sang penari akan terbiasa dengan nada-nada gamelan. Umumnya perangkat gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping hanya terdiri atas kendang (drum besar), ketuk, kenong atau kempul (suspended gong), gong, dan sebuah selompret (seruling dengan bunyi melengking). Ada juga grup kesenian yang menggunakan saron, gong, demung, angklung (tiga pipa bambu) dan tipung (drum kecil). Bahkan, saat ini ada yang menggunakan organ atau drum modern sebagai variasi. 28

33 1. Kendang Kendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrumen ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon atau lebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Dapat juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung. Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga jika dimainkan oleh satu orang dengan orang lain maka akan berbeda nuansanya. Kendang besar dan kendang kecil. Sumber: 29

34 Kendang asimetris bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dan kulit atau rotan. Kendang diletakkan dalam posisi horizontal pada gawangannya (plangkan), dimainkan dengan jari dan telapak tangan. 2. Kethuk Kempyang, Kenong atau Kempul Dua instrumen jenis gong berposisi horisontal ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat kalimat yang pendek. Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan ketukan balungan, menghasilkan pola jalin-menjalin yang cepat. 3. Gong Gong berasal dari kata yang menirukan bunyi. Kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal, berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain. Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang. Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, Kethuk kempyang. Sumber: Gong dalam berbagai ukuran. Sumber: 30

35 sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan. Ada dua macam gong sebagai berikut. a. Gong Ageng (Besar) Merupakan gong gantung besar yang ditabuh untuk menandai permulaan dan akhiran kelompok dasar lagu (gongan) gendhing. b. Gong Suwukan Merupakan gong gantung berukuran sedang, ditabuh untuk menandai akhiran gendhing yang berstruktur pendek, seperti lancaran, srepegan, dan sampak. Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. B. Penari Kesenian ini biasanya dilakukan oleh beberapa orang penari pria yang dirias sangat mencolok mata, dengan pakaian setengah wanita setengah pria. Pakaian para pemainnya berbeda antara daerah yang satu dan yang lainnya. Namun, pada dasarnya para pemain berpakaian ala kesatria, agak mirip pakaian wayang orang. Gerakannya menyerupai gerak tari wayang, walupun sangat sederhana. Pemain wanita jarang atau bahkan tidak pernah ada, karena dalam upacara yang sifatnya magis itu para pemain akan kesurupan dan melakukan hal- hal yang dinilai membahayakan. 31

36 Pada umumnya iring-iringan kesenian terdiri atas kelompok pengawal yang bertugas sebagai pembuka jalan, pemberi komando, dan penanggung jawab kelompok. Kelompok ini biasanya terdiri atas dua sampai empat orang laki-laki. Di samping, ada pula kelompok lain yang jumlah dan tugasnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pengawal, hanya mereka lebih giat memotivasi penonton untuk menyemarakkan suasana. Kelompok pemain atau penari terdiri atas penari inti dan penari cadangan, yang masing-masing menunggang kuda tiruan (), dan penari tanpa kuda melakukan gerakan tari sesuai irama dengan irama gamelan. Kelompok terakhir adalah pengiring yang jumlahnya lebih banyak, dan tugasnya menyemarakkan suasana dan menjaga keamanan selama pertunjukan. Penari. Sumber: Selain menaiki kuda tiruan, ada juga para penari menggunakan pedang-pedangan yang dibuat dari bambu. Pada kelompok Jatilan atau Reog di antara para penari ada yang 32

37 memakai topeng hitam dan putih, bernama Bancak (Penthul) untuk yang putih, dan Doyok (Bejer/Tembem) untuk yang hitam.kedua tokoh ini berfungsi sebagai pelawak, penari dan penyanyi untuk menghibur prajurit berkuda yang sedang beristirahat sesudah perang-perangan. Ketika menari, para pemain mengenakan kostum dan tata rias muka yang realistis. Ada juga grup yang kostumnya nonrealistis terutama pada tutup kepala; karena grup ini memakai irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang realistis, tutup kepala berupa blangkon atau iket (udeng) dan para pemain berkacamata gelap, umumnya hitam. Selain itu ada juga yang menggunakan baju atau kaos, rompi, celana panji, kain, dan stagen dengan timangnya. Permainan yang berlangsung sekitar satu sampai dua jam ini diadakan di lapangan terbuka. Pembayaran untuk melihat pertunjukan ini bersifat sumbangan sukarela. Salah seorang anggota kelompok berkeliling lapangan mendatangi penonton satu persatu sambil menadahkan tempat untuk menerima uang dari penonton. Penonton yang tidak mau memberi sumbangan tidak dipermasalahkan. C. Kuda Tiruan Kesenian tradisional menggunakan alat peraga pengganti kuda yang disebut kuda tiruan (kudakudana). Kuda tiruan itu dibuat dari anyaman bambu berbentuk mirip kuda lengkap dengan jambul di tengkuknya. Dulu, kudakudaan tersebut dibuat dari anyaman bambu) karena bahan tersebut mudah dikibas-kibaskan untuk memunculkan gerakan meliuk-liuk seperti halnya seekor kuda yang tengah menari.kini, kuda tiruan juga dibuat dari kulit binatang. Kuda tiruan itu umumnya dicat warna hitam dengan hiasan warna 33

38 merah dan putih. Penari menempatkan kuda tiruan ini di antara kedua pahanya sehingga tampak seperti seorang kesatria yang menunggang kuda sambil menari dengan diiringi musik. Menurut seorang pembuat kuda-kudaan tersebut tidak membutuhkan banyak modal karena untuk membuat dua buah kuda lumping ukuran kecil hanya dibutuhkan satu batang bambu tali. Untuk membuat ukuran besar yang biasa digunakan grup kesenian, dibutuhkan satu batang bambu. Kuda tiruan sebagai properti utama dalam seni. Sumber: Proses pembuatan kuda-kudaan ini yaitu: bambu yang sudah dibelah dibuat ukuran lebar satu sentimeter kemudian disayat tipis-tipis sebagai bahan anyaman. Anyaman bambu itu dibentuk seperti kuda dan ukurannya sesuai permintaan, dan bagian pinggir diberi bingkai bambu agar anyaman bambu tetap kokoh. Untuk pemanis, di bagian leher diberi genta logam sehingga kalau digerak-gerakkan akan menimbulkan bunyi. 34

39 Bab 5 ATRAKSI DALAM KUDA LUMPING Kesenian masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Seni ini lain dari seni lainnya karena di dalamnya terdapat atraksi di mana penarinya menunjukkan tingkah laku yang tidak mungkin dilakukan manusia biasa. A. Saatnya Pertunjukan Dimulai Atraksi dalam umumnya diawali dengan tarian pasukan berkuda yang dengan cekatan berjingkrakkringkrak mengikuti alunan gamelan. Para pemain masih dalam tingkat kesadaran yang penuh. Mereka mempertontonkan kebolehannya menari. Kuda yang mereka tunggangi seolaholah meringkik, meronta-ronta, mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya ke arah penonton yang berjubel lalu lari sekencang-kencangnya berputar-putar bagai di arena balapan kuda. Dinamis dan penuh gaya, seperti saat menikung dengan kemiringan yang hampir menyentuh tanah. Lantas, perlahanperlahan kecepatan dikurangi, Pertunjukan dilakukan di arena terbuka. Sumber: 35

40 berhenti, menyeringai dan mengangkat kembali kedua kakinya tinggi-tinggi menyalami penonton. B. Hilang Kesadaran (Kesurupan) Atraksi bersama para penunggangnya pun usai. Tetapi atraksi berikutnya tak kalah seru. Tanpa melibatkan kuda-kudaan tunggangannya, para pemain beratraksi akrobatik. Para pemain yang tampil garang dan juga eksotik itu beratraksi layaknya pemain pencak silat yang piawai: dengan posisi kuda-kuda yang kokoh, kedua tangan menggerakkan jurus-jurus silat dari memukul, menangkis, dan mematikan jurus lawan, sampai melepas posisi kuda-kuda di kedua kaki lantas menendang dalam berbagai jurus dan seolah bercanda dengan memainkan gerak-gerik kepala dan mata yang memandang tajam. Penari yang hilang kesadarannya. Sumber: Ciri khas pada seni adalah terjadinya kesurupan (hilangnya kesadaran) pada penari. Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si pemain. Adegan ini merupakan bagian yang paling ditunggu oleh penonton. Dalam masyarakat Jawa kuno yang menganut kejawen (gabungan antara animisme-dinamisme dan Hindu), seseorang 36

41 mempercayai kehadiran dan peran roh-roh orang yang sudah meninggal. Roh-roh ini dapat dipanggil dan melakukan sesuatu yang diinginkan pemanjat doa (biasanya dukun atau pawang). Roh ini, menurut Dr Paul D. Stange dalam The Sumarah Movement in Javanese Mysticism, memiliki pemikiran, perasaan dan nafsu yang sama dengan manusia, dan roh ini berasal dari kematian yang tak sempurna. Roh ini kemudian masuk ke dalam tubuh penunggang, dan memanfaatkan fisik para penunggang untuk melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan orang biasa. Tubuh mereka sesaat menegang, kemudian menari, melompat, menjungkirkan badan, dan memakan apa saja di meja sesajian. Fisik penari dapat berdarah dan kesakitan, namun mereka tak dapat merasakannya. Secara faktual, proses kesurupan dalam meliputi proses pemanggilan roh lewat pembakaran kemenyan (incene) dan pembacaan mantra (doa) untuk meningkatkan ketahanan tubuh penunggang kuda sehingga ia tahan memakan kaca dan lainnya. Di satu sisi, adegan mistis ini mengundang decak kagum dan perasaan terhibur. Namun di sisi lain, adegan ini juga mengundang kontroversi terutama jika dipertemukan dengan ajaran agama Islam. Menurut seorang pawang, roh masuk ke dalam tubuh dan berada di ruas-ruas tulang manusia. Semakin banyak roh atau arwah yang datang diundang, pesta akan semakin meriah, sehingga biasanya penari dapat kesurupan lebih dari tiga kali. Sering terjadi, penari yang sudah pulih, kembali hilang kesadarannya. Kalau sudah begini,jik suasana memang kacau dan tidak terkendali. Tugas ketua rombongan atau pawanglah yang menjadi berat. Apabila jumlah roh yang datang lebih banyak dari penari, maka penonton yang menjadi 37

42 sasaran. Roh menggunakan mereka sebagai perantara. Masyarakat kadang menyebutnya mendem. Ada juga orang yang sengaja ingin mendem. Jika dikehendaki demikian, ketua rombongan atau pawang akan memberikannya. Penonton yang sedang mendem atau kesurupan dapat juga menularkanya kepada temannya. Caranya dengan menyemburkan air kembang atau memandang lalu menjejakkan kakinya ke tanah tiga kali. Saat pertunjukan usai, pawang harus menepati janji untuk memulangkan kembali arwah ke tempat dimana mereka bermukim. Ini pekerjaan berat, karena ada saja roh yang tidak mau diantar pulang. Ia masih masih keluar masuk merasuki tubuh penari. Penari melakukan atraksi berbahaya. Sumber: Kalau sudah begini, biasanya pawang akan mengucapkan kata-kata yang ditakuti oleh roh. Roh seharusnya dipulangkan dengan membuat dupa dan kemenyan, namun cara ini sangat merepotkan. Pawang memilih cara lain, yakni memasukannya ke dalam kendang, lalu dipulangkan secara bersamaan di halaman rumah yang punya hajat. Dengan pengawasan seorang pawang, para penari yang kesurupan bertingkah semaunya. Ada yang bertingkah konyol sehingga membuat gelak tawa penonton. Namun, ada pula penari yang menunjukkan tingkah laku di luar kewajaran seperti mengambil tampah berisi tumpukan beling lalu 38

43 dimakannya, lahap bagai orang kelaparan. Para penonton dibuat miris, menyaksikan penari dengan lahapnya memakan beling. Namun, tak sedikit pun mulut dari penari itu terluka akibat makan beling. Penari baru kembali sadar dari kesurupan, setelah sang pawang mengeluarkan roh yang merasuki tubuhnya. Penari yang telah disadarkan biasanya lunglai sejenak, kembali pada kondisi normal, minum air di ember, dan berakhir dengan menyemburkan asap dari mulut. Bagi seorang dukun atau pawang, mengundang roh (indang) bukanlah pekerjaan sulit. Selain mantra Jawa, seorang dukun umumnya membutuhkan sesajian seperti beras, daun singkong, air, teh, kopi, air kelapa, kemenyan, dan empat macam bunga, yakni bunga kantil, melati, mawar, dan kenanga. Khusus bunga kantil mesti dimasukkan dalam gendang agar bisa memberi pengaruh magis kepada pemain. Gendang merupakan alat musik utama dalam seni Kuda Lumping. Setiap tarian pemain menghadap gendang, begitupun pada saat mereka melepaskan diri dari roh. Selain gendang, pawang akan mengolesi semua alat musik seperti gong, demung, kethuk, dan lainnya dengan minyak air mata duyung untuk merangsang datangnya roh. Jika dilihat dari keseluruhan permainan, bunyi pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan. Agaknya, setiap pecutan yang dilakukan oleh si penunggang terhadap dirinya sendiri, yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika lecutan anyaman rotan panjang diayunkan dan mengenai kaki dan tubuhnya, si penari Kuda Lumping akan merasa semakin kuat, semakin perkasa, semakin digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia akan 39

44 semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal mustahil dan tidak masuk diakal sehat manusia normal. Semarak dan kemeriahan permainan menjadi lebih lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain Kuda Lumping, diawali dengan menampung bensin di dalam mulut mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya. Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian dilakukan di bawah pengawasan seorang pimpinan supranatural. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain Kuda Lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan pimpinannya. C. Di Balik Kesaktian Pemain Kesenian yang dipertontonkan kerapkali diwarnai berbagai atraksi magis. Dalam keadaan tanpa sadar, mereka melakukan hal-hal yang tak wajar. Siapa yang tidak takjub melihat atraksi di mana para pemain memakan ayam hidup-hidup atau beling (pecahan kaca). Cuma pawanglah yang nantinya dapat menghentikan segala atraksi tersebut, seperti hal memulainya. Para pemain kuda lumping 40

45 dituntun untuk berbaring di atas tikar. Selanjutnya, pawang menyelimuti seluruh tubuh mereka dengan selembar kain. Setelah membacakan mantra, para pemain itu kembali sadar sediakala dan seolah tak pernah terjadi apaapa. Namun, di samping diyakini memang ada kekuatan roh yang merasuki pemain, ternyata dalam atraksinya pemain diketahui juga menggunakan trik-trik tertentu. Trik ini juga dijumpai pada pemain Debus Cirebon. 1. Rahasia Kebal Api Atraksi dengan api ternyata tidak hanya ada di Indonesia. Atraksi dengan api diketahui juga dilakukan oleh banyak bangsa di dunia. Pada tahun 1885, suku Indian Navayo menjadi masyhur karena tari-tarian apinya. Mereka menari-nari telanjang bulat mengelilingi api unggun besar sambil membawa obor. Mereka menyapu-nyapukan nyala api itu pada badan mereka dan badan teman-temannya yang turut menari dengan cara yang mengagumkan sekali. Akan tetapi ternyata, sebelum menari mereka sudah menggosok dulu badannya dengan lumpur. Dengan cara yang demikian mereka tak mudah terbakar kulitnya. Di Jepang, terkenal apa yang dinamakan Hi-Wattari, yakni suatu upacara keagamaan Shinto. Paderi-paderi Shinto berjalan di atas arang yang membara. Memang menakjubkan bagi mereka yang menyaksikan untuk pertama kalinya. Pertunjukan itu dilakukan di halaman kuil. Sebelum berjalan di atas arang api itu, paderi-paderi menanggalkan pakaiannya yang indahindah dan lebih dulu menginjakkan kaki mereka pada semacam tikar basah yang ditaburi dengan sebangsa tepung atau garam. Lalu mereka berjalan di atas arang-arang yang menyala itu dengan tenang tidak ada bahaya apa-apa. Sesungguhnya 41

46 garam yang ditabur-taburkan di atas tanah pada ujung bidang yang membara itu adalah campuran garam dan sulfat rangkap aluminium dan potasium. Sejak itu, diketemukan bahan-bahan lain untuk membuat kebal terhadap api. Misalnya campuran amonium fosfat, amonium sulfat, dan amonium chorat. Pakaian-pakaian yang digunakan oleh pemain-pemain dalam opera-opera menjadi tak dapat terbakar dengan menggunakan campuran dari klorida seng. Ada juga resep lainnya yang digunakan orang supaya dapat berjalan di atas besi yang terbakar atau mencuci tangannya dalam timah yang mendidih. Resep ini terdiri dari setengah ons rumput sumphiro yang dilebur ke dalam dua ons spiritus, satu ons storax yang cair, satu ons air raksa dan dua ons homatius. Semuanya itu digiling menjadi tepung. Apabila adonan ini digosokkan ke dalam jumlah yang cukup pada kaki, maka tak akan ada luka-luka. Apabila diinjakkan pada sebatang besi yang membara tidak akan luka bakar. Dengan menggosokkannya pada tangan, maka tangan itupun dapat dicuci dengan timah yang mendidih. a. Atraksi Makan Arang yang Membara Untuk makan arang yang membara, teknik yang biasa dipakai pemain dengan membuat api yang panas dari arang kayu yang didapat dari berbagai macam batang pohon yang kayunya dapat dibuat arang. Di sini, disisipkan di antara arang kayu itu beberapa potong kayu cemara yang empuk yang sama besarnya dengan arang itu. Apabila kayu cemara terbakar sampai hangus, maka tak ada bedanya dengan arang kayu biasa, kecuali apabila pemain menusuknya dengan garpu. Garpu itu akan menghujam sangat mudah pada kayu cemara yang tekstur kayunya empuk namun garpu tidak akan bisa menembus arang selain dari batang pohon cemara. 42

47 Atraksi menyemburkan api. Sumber: Indonesian Heritage, Performing Arts, Selain itu, arang yang dibuat dari kayu yang bukan dari kayu pohon cemara akan benar-benar membara dengan sangat panas, sedangkan arang dari pohon cemara tidak akan membara dan tidak terlalu panas sehingga dapat diletakkan di atas lidah tanpa berakibat apa-apa seperti luka bakar. Apalagi jika lidah sudah dibasahi dengan air ludah sebanyakbanyaknya. Untuk atraksi biasanya pemain menusuk arang cemara itu dengan garpu, lalu masukkan ke dalam mulut dan dikunyah-kunyah seperti hendak memakannya. b. Atraksi Menjilati Besi Membara Dalam atraksi ini, sebatang besi tongkat dari besi dipanasi sampai merah membara lalu pemain api menjilatinya namun lidah mereka tidak terbakar hangus. Rahasianya adalah lidah harus diurapi dengan strerax encer, suatu bahan kimia yang dapat dibeli di apotek. Lidah dengan demikian kebal terhadap panas namun pada saat atraksi mereka tidak menempelkan lidah terlalu lama pada besi yang membara melainkan dilakukan secepat mungkin. Bibir juga diurapi dengan strerax, sehingga jika terkena besi panas tidak akan berakibat apaapa. c. Tangan Dijilati Api Berkobar-kobar Sang pemain menyingsingkan lengan bajunya dan dengan sebuah obor besar dari minyak tanah, 43

48 membakar sekujur tangannya namun tangannya tidak terbakar sama sekali. Rahasianya adalah dalam permainan ini, yang penting cara menyinggungkan api obor pada kulit, yaitu jangan ditekankan dan tidak boleh berhenti, melainkan sambil digerakkan agak cepat dari sisi satu ke sisi lainnya atau maju mundur sehingga tidak sempat membakar. Bisa juga dalam atraksi kebal api ini menggunakan bantuan zat kimia khusus seperti dengan menggunakan zat Arab Bishom atau lem Arab yang diusapkan secara merata ke tangan. Selain itu bisa menggunakan storack cair atau ramuan yang terdiri dari amonium fosfat, amonium sulfat dan amonium chorat yang dapat diperoleh pada toko-toko yang menjual bahan kimia. d. Atraksi Berjalan di Atas Api yang Membara Demonstrasi berjalan di atas api cukup menarik tetapi memiliki resiko cukup tinggi jika kurang penguasaan dalam teknis dapat menimbulkan luka bakar pada bagian kaki. Yang perlu diketahui sesungguhnya sifat api dapat membakar apabila ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda lain. Sedangkan jika persentuhan itu hanya sesaat maka paling hanya meninggalkan kesan hangat saja. Dengan demikian, maka api tidak menimbulkan luka bakar jika pemain dapat mengatur irama atau kecepatan. Oleh karena itu, demonstrasi dengan berjalan di atas api sangat sedikit resikonya karena seseorang akan berupaya untuk melangkah agak cepat ketika kakinya bersentuhan dengan api. Pemain yang sudah berpengalaman tidak akan pernah ragu bahkan langsung menginjak api tersebut dengan telapak kaki mereka. Rahasianya adalah dengan mengetahui sifat api, bahwa api hanya membakar jika ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda yang diam. 44

49 2. Kebal Pukulan Cambuk Grup kesenian tradisional sering memperagakan kekebalan tubuhnya terhadap sebetan cambuk. Benarkah hal itu karena kekebalan tubuh atau karena teknis memukulnya? Jawabnya tentu hanya trik saja. Tekniknya sebenarnya adalah bagaimana cara pemain dalam mencambuk seseorang. Pemukul harus berupaya untuk tidak memukul dengan ujung cambuk. Tetapi, harus menggunakan teknis pukul putar yang artinya ketika memukul harus menggunakan bagian tengah cambuk, sehingga memberikan efek ujung cambuk melingkari bagian yang terkena. Dengan demikian maka rasa sakit akan berkurang, karena yang menimbulkan sakit dari pukulan cambuk berasal dari ujung cambuknya dan bukan dari bagian tengah cambuk. Teknik pukul putar selain akan menghindarkan dari rasa sakit juga akan menimbulkan efek suara ledakan cambuk. Selain itu ada juga teknik lain yaitu dengan menggunakan pelindung dari bahan kulit kambing atau kulit kerbau yang dipakai melingkar pada bagian dalam tubuh. Pelindung tersebut mempunyai fungsi ganda. Selain kulit tidak merasakan sakit, benturan ujung cambuk dengan pelindung tersebut akan menimbulkan suara yang keras. Tetapi, untuk penggunaan pelindung kulit binatang tersebut haruslah rapi dan hati-hati. Cara mengikat pada tubuh harus benar-benar kuat. Pemain mengupayakan menutupnya dengan kaos dalam, baru setelah itu mereka mengenakan baju atau kaos yang resmi. Fungsi kaos tersebut adalah untuk mengelabui penonton, sebab tanpa adanya kaos dalam maka penonton akan curiga. 45

50 Jika pemain kesulitan mendapatkan pelindung dari kulit, mereka biasanya menggunakan karton tebal. Ada juga pemain yang menggunakan pelindung dari bengkung atau ikat pinggang wanita yang melingkari perut secara berangkap-rangkap. 3. Bergulir pada Hamparan Duri Salak Bagaimana kita tidak terheran-heran jika melihat atraksi kekebalan berguling pada hamparan duri salak yang terlihat tajam. Untuk mendapatkan kekebalan itu dikatakan oleh pemain debus haruslah belajar ilmu ghaib yang sangat berat. Sesungguhnya atraksi yang mereka lakukan itu hanyalah sebuah trik. Mengapa para pemain atau debus selalu menggunakan duri salak? Rahasianya karena duri salak walau tajam dan panjang, namun memiliki sangat elastis sehingga ketika tertimpa oleh tubuh maka durinya akan rebah sehingga tidak menusuk kulit, apalagi kulit manusia sampai tekanan tertentu memiliki kekenyalan dan elastisitas yang tinggi. Setiap orang asal berani mencoba yakinlah tidak akan terjadi apaapa, kecuali kulit orang tersebut akan sedikit memerah dan jikapun sampai lecet hanya akan mengenai kulit ari dan tidak pernah ada insiden duri salak akan masuk ke dalam tubuh pemain debus sebab mereka tahu tekniknya. 4. Mengunyah Beling dan Silet Siapa yang tidak menggeleng-gelengkan kepala ketika para pemain dengan tenangnya mengunyah beling dan silet lalu ditelannya. Namun, semua itu ternyata ada tekniknya. Berikut ini penjelasan rahasianya. 46

51 a. Mengunyah Beling Demonstrasi mengunyah dan memakan semprong lampu ini banyak dilakukan para pemain dan para pemain debus. Pada atraksi ini sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa saja tidak perlu harus belajar ilmu ghaib yang anehaneh. Dalam memakan beling ini, biasanya pemain memilih beling yang tipis dan rapuh seperti semprong lampu atau lampu neon yang terbuat dari stum yang memang jika pecah tidak tajam dan tidak membahayakan jika tertelan. Sebelum memakan beling pemain harus makan makanan Atraksi mengunyah beling. Sumber: yang lengket seperti pisang atau ketan. Fungsi makanan tersebut akan mengamankan dan lebih melindungi usus dari kemungkinan adanya sisa-sisa beling yang tidak dapat dicerna. Untuk lebih amannya, sebelum dan sesudah atraksi makan beling tersebut para pemain atau debus makan makanan yang lengket. Kita tidak perlu menggolongkan keterampilan memakan beling sebagai permainan mistik dan magis, sebab sebagian besar orang dapat melakukannya asal tahu tekniknya dan berani. Kunci atraksi makan beling adalah: Tidak boleh ada gigi yang berlubang. Pilih jenis beling yang paling tipis dan paling rapuh seperti semprong lampu atau lampu neon. Beling (semprong lampu atau lampu neon) harus dikunyah sampai benar-benar halus barulah ditelan. Dalam mengunyah jangan ragu-ragu tetapi harus mantap dan tempatkan beling tersebut selalu diantara gigi. 47

52 b. Mengunyah Silet Satu lagi jenis permainan mengunyah yang lebih spektakuler yaitu mengunyah silet. Namun, rahasia permainannya juga tak jauh beda dengan cara mengunyah beling. Untuk melakukan atraksi ini seseorang jangan memilih jenis silet yang liat yang lebih rapuh dan mudah patah. Ada beberapa trik yang bisa dilakukan untuk membuat permainan ini lebih terkesan spektakuler, yaitu sebelum silet dikunyah dibuat untuk memotong-motong kertas terlebih dahulu. Teknik pelaksanaannya adalah menghilangkan terlebih dahulu ketajaman silet dengan cara menggosokkannya pada benda-benda keras seperti besi, batu, dan sebagainya. Namun, sebagian kecil ujung dari salah satu sudut silet itu tajam, dan bagian itu nantinya akan digunakan untuk memotong-motong kertas. Penonton tak akan mengetahui trik tersebut kerena mereka menganggap bahwa seluruh bagian silet memiliki ketajaman semuanya.ketika atraksi makan silet berlangsung seorang pemain harus tetap memegang ujung dari sudut silet yang masih tajam tersebut dan ujung silet tersebut dipatahkan dengan digigit lalu disembunyikan pada sela-sela jari jemari. 48

53 Bab 6 FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIS KUDA LUMPING Menurut sejarah, seni lahir sebagai simbolisasi, bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan), dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elit kerajaan, yang memiliki bala tentara. Selain itu, menghadirkan hiburan yang murah meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak. A. sebagai Panggung Rakyat dan Simbol Perlawanan Terhadap Penguasa Pada masa kekuasaan pemerintahan Jawa dijalankan di bawah kerajaan, aspirasi dan ruang berkreasil rakyat begitu dibatasi, karena perbedaan kelas dan alasan kestabilan kerajaan. Meski dalam kondisi tertekan, rakyat tidaklah mungkin melakukan perlawanan secara langsung terhadap penguasa. Rakyat sadar bahwa untuk melakukan perlawan, tidak cukup hanya dengan bermodalkan cangkul dan parang, namun dibutuhkan kekuatan dan kedigdayaan serta logistik yang cukup. Menyadari hal itu, akhirnya luapan perlawanan yang berupa sindiran diwujudkan dalam bentuk kesenian, yaitu. 49

54 Sebagai tontonan dengan mengusung nilai-nilai perlawanan, sebenarnya juga dimaksudkan untuk menyajikan tontonan yang murah untuk rakyat. Disebut sebagai tontonan yang murah meriah karena untuk memainkannya tidak perlu menghadirkan peralatan musik yang banyak sebagaimana karawitan. Dipilih kuda, karena kuda adalah simbol kekuatan dan kekuasaan para elit bangsawan dan prajurit kerajaan ketika itu yang tidak dimiliki oleh rakyat jelata. Permainan dimainkan dengan tanpa mengikuti pakem seni tari yang sudah ada dan berkembang dilingkungan ningrat dan kerajaan. Dari gerakan tarian pemainnya tanpa menggunakan pakem yang sudah mapan sebelumnya menunjukkan bahwa seni ini hadir untuk memberikan perlawanan terhadap kemapanan kerajaan. Seni dulu merupakan simbol perlawanan terhadap penguasa. Sumber: B. sebagai Media Dakwah Selain sebagai media perlawanan, seni juga dipakai oleh para ulama sebagai media dakwah, karena kesenian merupakan suatu kesenian yang murah dan cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo. Beliau dan para ulama Jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni. 50

55 Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai sifat dakwah dapat dilihat dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang ada dalam tarian, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan, dan Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. 1. Simbol Kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun. Simbol kuda disini dibuat dari anyaman bambu. Anyaman bambu ini memiliki makna, dalam kehidupan manusia ada kalanya sedih, susah, dan senang, seperti halnya dengan anyaman bambu kadang diselipkan ke atas kadang diselipkan ke bawah, kadang ke kanan, juga ke kiri. Semua sudah ditakdirkan oleh yang kuasa, tinggal manusia mampu atau tidak menjalani takdir kehidupan yang telah digariskan- Nya. 2. Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan tari yang seolaholah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguno yaitu sifat semaunya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh. 3. Simbol Celengan atau babi hutan dengan gayanya yang sludar-sludur,lari ke sana ke mari, dan makan dengan rakus apa saja yang ada dihadapannya tanpa peduli makanan itu milik atau hak siapa, yang penting ia puas. Seniman mengisyaratkan bahwa orang yang rakus diibaratkan seperti Celeng atau babi hutan. 51

56 Sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia. Para seniman memberikan isyarat kepada manusia bahwa di dunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya akan memilih sisi yang mana. Jika dia bertindak baik berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motifasi dalam hidup. Sebaliknya, jika dia bertindak buruk berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya yaitu Barongan dan Celengan atau babi hutan. memiliki banyak makna. Sumber: Namun, banyak orang yang salah paham dalam memaknai seni. Mereka beranggapan bahwa para pelaku seni adalah pemuja roh hewan seperti roh kuda. Anggapan itu adalah salah. Simbol kuda disini hanya diambil semangatnya untuk memotivasi hidup. Bahkan, Negara Indonesia sendiri menggunakan sosok hewan sebagai lambang negara yaitu seekor burung Garuda, yang juga merupakan hewan. Jadi, merupakan hal yang salah jika kesenian Kuda Lumping dianggap kelompok kesenian yang mendewakan hewan. 52

57 Sekelompok orang juga beranggapan bahwa kesenian sama dengan kemusyrikan karena identik dengan kesurupan atau kalap, kemenyan, dupa dan bunga bungaan. Anggapan bahwa dekat dengan kemusyrikan adalah tidak benar. Justru para pelaku seni Kuda Lumping berusaha mengingatkan manusia bahwa di dunia ini ada dua macam alam kehidupan, ada alam kehidupan nyata dan alam kehidupan gaib. Fenomena kalap atau kesurupan dapat terjadi di mana saja dan dapat menimpa siapa saja, baik di kalangan arena maupun tempat-tempat formal seperti sekolahan atau pabrik. Hal itu tergantung pada kondisi fisik dan psikologis individu yang bersangkutan. Sedangkan kemenyan, dupa, dan bunga-bungaan tidak lebih dari sekedar wewangian yang tidak pernah dilarang dalam Islam bahkan dianjurkan penggunaanya. Selain para tokoh yang telah disebutkan, dalam kesenian warna juga memiliki makna. Warna yang dominan dalam kesenian ini ada tiga, warna merah, hitam dan putih. Masing-masing warna tersebut secara filosofis juga memiliki makna yang berbeda. Warna merah melambangkan keberanian, kewibawaan, dan semangat kepahlawanan. Warna putih melambangkan kesucian, makna kesucian di sini adalah kesucian pikiran dan hati yang akan direfleksikan dalam semua panca indera sehingga menghasilkan suatu tindak-tanduk yang selaras dan dapat dijadikan panutan. Sedangkan, warna hitam melambangkan kejahatan yang harus diberantas manusia. Secara filosofis masing-masing alat musik yang digunakan dalam mengiringi tari juga memiliki makna yang berbeda. Misalnya kendang berbunyi ndang ndang tak ndlab, mempunyai makna yen wis titiwancine ndang-ndango mangkat ngadeb marang pengeran yang mempunyai arti kalau 53

58 sudah waktunya cepat-cepat bangun menghadap Tuhanmu, dalam melakukan ibadah jangan suka ditunda-tunda. Sajaksajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian semuanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu eling ingat pada Sang Pencipta. C. Eksistensi Kesenian Kaum Pingiran Dalam parade waktu, kesenian atau Jaran Kepang bertumbuh sebagai kesenian kaum pinggiran atau rakyat kecil. Tentunya, kesenian ini sangat berbeda dengan kesenian lain, semisal wayang kulit yang lebih menggambarkan kemewahan dan kehalusan budi kaum priyayi dan santri yang notabene masih tercampuri dengan nilai-nilai keagamaan. Namun, apabila kita cermati, perbedaan mendasar dari identitas simbol kesenian tersebut sebenarnya hanya terletak pada ada dan tidak adanya intervensi dari penguasa. Artinya, kesenian yang lahir dari rahim kaum priyayi atau santri biasanya berorientasi pada legitimasi kekuatan dan kekuasaan penguasa semata. Sedangkan kesenian rakyat adalah kesenian yang murni untuk mengagungkan atau nguri-nguri budaya leluhur rakyat tradisional. Hal ini sesuai dengan gagasan terkait dengan pembentukan simbol pada kaum Priyayi ataupun kaum Santri. Oleh karena itu, kesenian menjadi simbol eksistensi kesenian kaum pinggiran atau rakyat kecil. D. Makna Simbolis dan Nilai Estetis Kesenian Kesenian kuda lumping menyajikan unsur-unsur kesenian yang meliputi gerak, tata rias, tata busana, properti, sesaji, pawang dan iringan musik. Masing-masing unsur apabila 54

59 diamati secara lebih lanjut mengandung makna simbolis dan nilai estetis dalam setiap penyajiannya. Menurut penelitian, makna simbolis terdapat dalam penyajian gerak antara lain: gerak sadar yang menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu berpandangan ke depan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya; gerak tak sadar dalam adegan kesurupan menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu menyekutukan dan mengkhianati Tuhan artinya manusia yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Unsur-unsur dalam seni Kuda Lumping memiliki arti-arti tertentu. Sumber: blogger.com. Properti yang mempunyai makna sebagai partner atau teman dalam melakukan suatu gerak artinya seorang manusia yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan atau uluran tangan dari orang lain. Sesaji mempunyai sebagai permohonan izin kepada Tuhan dan roh nenek moyang agar diberi keselamatan artinya bahwa manusia mengakui adanya sesuatu yang lebih atau diagungkan dalam kehidupan di dunia. Tata rias dapat mengubah karakter seorang penunggang kuda yang mempunyai makna bahwa seorang pemuda harus dapat menempatkan diri di lingkungan masyarakat serta berani membela kebenaran dan keadilan. Tata busana menyimbolkan kesederhanaan yang artinya hidup di dunia harus menerapkan prinsip hidup sederhana secara apa adanya tanpa melebihlebihkan. Iringan musik berupa seperangkat gamelan pengiring 55

60 tari yang menyimbolkan seorang pemuda yang selalu siap untuk menolong sesamanya, dan pawang sebagai pengatur utama jalannya pertunjukan artinya dalam menjalani hidup di dunia, seorang manusia harus memiliki panutan atau contoh. Nilai estetis terdapat dalam gerak yang meliputi keseimbangan dan simetris gerak dalam tari dan dalam gerak tak sadar terdapat dalam setiap adegan yang selalu menyisipkan gerak tari. Nilai estetis tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari. Nilai estetis tata busana terdapat pada kemeriahan warna busana yang dipakai. Nilai estetis properti dalam setiap gerakan yang selalu menggunakan properti baik ditunggangi maupun digerakkan, dan nilai estetis iringan musik terdapat pada kesesuaian gerak dengan iringan gamelan berlaras slendro dengan syair lagu pengiring Sluku- Sluku Bathok dan Waru Doyong. 56

61 Bab 7 PENUTUP Kehidupan masyarakat saat ini memang telah mengikuti perkembangan zaman. Dari yang semula berlangsung dalam pola tradisional-agraris, kini berganti ke arah modernteknologis. Sungguh pun demikian, ragam peninggalan masa lalu bukan berarti harus ditinggalkan. Khasanah kesenian lokal semacam harus terus diuri-uri dan dijaga kelestariannya. Hal ini mengingat perubahan zaman yang menuju ke arah globalisasi, terbukti telah bermuara pada penyeragaman budaya yang cenderung menanggalkan nilainilai lokal. Apabila kondisi demikian terus berlanjut, maka bangsa Indonesia akan kehilangan jati diri atau kehilangan identitas. Ini tidak boleh terjadi, sebab penyeragaman budaya akan mengakibatkan sebuah bangsa teralienasi, terasing di negeri sendiri. Seni perlu terus dilestarikan. Sumber: 57

62 Pada kenyataannya, kebudayaan pop dan moderenisasi memang membuat kesenian ini menjadi tidak menarik lagi bagi sebagian orang yang tinggal di kota besar. Banyak pemain yang beralih profesi karena kesenian ini sudah tidak dapat dijadikan sebagai sandaran hidup. Mereka yang bertahan umumnya yang merupakan pewaris asli atau orangorang yang memang bertahan dalam kebanggaan berkesenian meskipun budaya modern terus menggempur. Oleh karena itu, peran serta semua pihak dalam melestarikan seni ini sangat diperlukan. Bagi para penari perlu ditingkatkan ketegasan dan kegagahan gerak agar lebih jelas diketahui maknanya. Bagi para pengrawit atau penabuh gamelan agar lebih memfokuskan irama gending agar sesuai dengan gerakan penari pada saat adegan kesurupan. Bagi para penikmat seni diharapkan turut mendukung dan mempertahankan keberadaan kesenian dengan menyediakan tempat yang sesuai untuk pertunjukan kesenian. Generasi muda harus mengenal budaya asli Indonesia. Sumber: Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus ikut melestarikan kebudayaan yang sejak dulu ada. Jangan sampai kebudayaan asli punah ditelan zaman. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus- 58

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM Nama ; MUKHLISON HAKIM 1. Abstrak Pusat kebudayaan reog ponorogo merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk memamerkan,melatih dalam rangka melestarikan kebudayaan reog ponorogo adapun fasilitas yang

Lebih terperinci

Ebeg. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto

Ebeg. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto Ebeg Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto Ebeg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO. sejarah dan legenda yang dipentaskan dengan drama dan tarian yang

PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO. sejarah dan legenda yang dipentaskan dengan drama dan tarian yang BAB II PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO 2.1. Kesenian Reog Ponorogo Kesenian Reog Ponorogo adalah kesenian dalam bentuk sendratari. Sendratari adalah salah satu bentuk seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO

PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO BAB II PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO 2.1. Kesenian Reog Ponorogo Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Kesenian yang memiliki kata dasar seni dan memiliki arti kesanggupan akal untuk menciptakan

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

KESENIAN REOG PONOROGO

KESENIAN REOG PONOROGO KESENIAN REOG PONOROGO DI SUSUN OLEH : NAMA : DWI PRASETYO NUGROHO NIM : 167037004 Prodi : Penciptaan dan Pengkajian Seni UNIVERSITAS SUMATERA UTARA T.A 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Gambar 2. sesaji dalam pementasan topeng Lengger (dok. Ela : Giyanti, 2015) Bentuk penyajian pertunjukan topeng Lengger dalam sebuah rangkaian upacara adat berbeda dengan sajian pertunjukan ketika dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan khasanah budaya, salah satunya di Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni kesenian Reyog

Lebih terperinci

PENGARUH KEBUDAYAAN SUNDA DALAM KESENIAN EBEG DI KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH. (Kajian Antropologi-Sosiologi) ARTIKEL

PENGARUH KEBUDAYAAN SUNDA DALAM KESENIAN EBEG DI KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH. (Kajian Antropologi-Sosiologi) ARTIKEL PENGARUH KEBUDAYAAN SUNDA DALAM KESENIAN EBEG DI KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH (Kajian Antropologi-Sosiologi) ARTIKEL diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cirebon merupakan perpaduan kota budaya, kota niaga dan kota wisata di pesisir pantai utara. Sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan sesudah masuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN REOG PONOROGO DALAM ACARA TUJUH BELAS AGUSTUS DI DESA PARIT I/II KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK RIAU

BENTUK PENYAJIAN REOG PONOROGO DALAM ACARA TUJUH BELAS AGUSTUS DI DESA PARIT I/II KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK RIAU BENTUK PENYAJIAN REOG PONOROGO DALAM ACARA TUJUH BELAS AGUSTUS DI DESA PARIT I/II KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK RIAU Rodhiya 1, Syeilendra 2, Wimbrayardi 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis 1. ALAT MUSIK RITMIS CONTOH ALAT MUSIK RITMIS Ada beberapa contoh alat musik ritmis tang sering digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. 1. GENDANG Gendang atau kendang

Lebih terperinci

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA 1 A. LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakansalahsatupusat mempunyaikebudayaankeseniansunda, keseniantersebutdapatmempengaruhimasyarakatjawa Barat khususnya Kota Bandung.BanyaksekalikeanekaragamankesenianSunda

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO 1 Dwiyan Novriawan, 2 Drs. Tri Widiarto, M.Pd. E-mail : 1 novriawan.dwiyan@gmail.com, 2 tri.widiarto@staff.uksw.edu ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman suku-suku di Indonesia yang merupakan bagian terpenting dari kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Oleh: Fransiskus Indra Udhi Prabowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Udi_fransiskus@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena kebudayaan merupakan kompleks budi dan daya, bukan semata-mata kesenian dan kekriyaan. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seni kebudayaan yang berbeda. Tiap daerah memiliki banyak sekali budaya yang berbeda-beda dan merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian LONGSER KETOPRAK Longser merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan, khususnya di daerah Bandung. Pada tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah pertunjukan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan jenis kesenian baik tradisi maupun kreasi. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

TARI SELOKA KUSUMAYUDA 1 TARI SELOKA KUSUMAYUDA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 23 FEBRUARI 2013 Disusun oleh: Herlinah JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta. Rupa Seni Pertunjukan Musik Tradisional = dimainkan sendiri maupun sebagai pengiring kesenian tradisional lainnya Luntur karena globalisasi, perkembangan jaman dan pengaruh musik modern LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang didalamnya terkandung kesenian, seperti halnya kesenian berupa tari-tarian

Lebih terperinci

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan PENDAHULUAN 1 Bab 1 Pendahuluan Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Jika tidak secara langsung, mungkin pernah melihat gambarnya dari buku-buku atau dalam film di mana ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kumpulan data dalam skripsi ini bersumber dari wawancara dengan ketua

BAB V PEMBAHASAN. Kumpulan data dalam skripsi ini bersumber dari wawancara dengan ketua 54 BAB V PEMBAHASAN Kumpulan data dalam skripsi ini bersumber dari wawancara dengan ketua kelompok kesenian jaranan dan sesepuh, dilengkapi dengan dokumen yang berkaitan dengan tema. Mengacu pada fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat. PENDAHULUAN 9 Gbr. 1-34: Muka liong dibuat oleh para seniman desa (bukan orang Tionghoa) dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Di sana, liong dan barongsay biasa dipertunjukkan dalam upacara Sidekah Bumi di

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dalam jiwa manusia. Kesenian di Indonesia beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kuda Lumping 1. Pengertian Kuda Lumping Kuda lumping adalah tarian tradisional jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci