ANALISIS AKUNTABILITAS PENDAPATAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN NGANJUK. Oleh: Indrian Supheni

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS AKUNTABILITAS PENDAPATAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN NGANJUK. Oleh: Indrian Supheni"

Transkripsi

1 ANALISIS AKUNTABILITAS PENDAPATAN PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN NGANJUK Oleh: Indrian Supheni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Nganjuk, Indonesia ABSTRAK Pendapatan Pajak Daerah berperan penting dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Maka dari itu pemerintah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk harus berusaha untuk memaksimalkan pendapatan pajak daerah serta menyusun laporan akuntabilitas yang baik dan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah dalam kurun waktu tertentu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara wawancara dan studi pustaka pada Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa laporan pertanggungjawaban Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Nganjuk menunjukkan bahwa laporan tersebut sudah akuntabel. Hal ini dijelaskan oleh salah satu narasumber yang mengemukakan bahwa akuntabilitas laporan Pendapatan Pajak Daerah yang telah diaudit dan dinyatakan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) oleh BPK, maka dari opini tersebut dapat diartikan bahwa laporan tersebut sudah Akuntabel. Kata Kunci : Akuntabilitas dan Pajak Daerah PENDAHULUAN Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Sumbangan PAD terhadap APBD Kabupaten Nganjuk masih dibawah 11%. Hal ini menunjukkan bahwa struktur APBD Kabupaten Nganjuk masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat terutama dari dana perimbangan. Oleh karena itu perlu 82

2 optimalisasi PAD dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan melalui penggalian potensi sumber-sumber pendapatan baru maupun penyesuaian tarif pajak dan retribusi sehingga dapat meningkatkan kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Nganjuk di tahun-tahun yang akan datang demi terwujudnya kemandirian keuangan daerah. Adapun Pendapatan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintahan dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Berdasarkan wewenang pemungutannya pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri dari Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dll. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Hotel, Restoran, Reklame, Penerangan Jalan, Parkir, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. Obyek Pajak Daerah di Kabupaten Nganjuk diantaranya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang diperoleh pasca peralihan PBB-P2 dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah pada tahun Pada tahun 2013, berdasarkan catatan atas laporan keuangan pada DP2KAD Nganjuk menunjukkan bahwa Pajak Daerah di Kabupaten Nganjuk terealisasi sebesar 121,49% dari anggarannya. Realisasi Pajak Daerah mengalami kenaikan sebesar 14,43% apabila dibanding penerimaan TA Metode pembayaran pajak daerah menggunakan metode Self Assesment dan Official Assesment, dimana Self Assesment memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk berinisiatif mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang. Self Assesment terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir dan Pajak BPHTB. Sedangkan Official Assesment adalah Sistem Pemungutan Pajak yang memberi wewenang kepada Pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.wajib bersifat pasif karena utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh 83

3 Pemerintah. Official Assesment meliputi Pajak Reklame dan Pajak Air Bawah Tanah. Otonomi daerah yang luas yang telah diberikan kepada daerah dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat meningkatkan efisiensi,efektifitas, dan akuntabilitas Pemerintah Daerah yang pada akhirnya diharapkan mampu mencapai good government governance (Muhamad Shodiqun, 2007). Tuntutan akuntabilitas terhadap penyelenggaraan pemerintahan berjalan seiring dengan semakin luasnya sistem pemerintahan yang berbasis otonomi daerah di Indonesia. Akuntabilitas keuangan daerah merupakan salah satu elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut. Akuntabilitas daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan, serta mengungkapkan segala kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memilik hak dan kewajiban untuk meminta pertanggungjawaban tersebut yaitu DPRD dan masyarakat luas. Dalam kerangka akuntabilitas keuangan daerah pemerintah sebagai pelaksana akuntabilitas dituntut untuk memberikan informasi dan pengungkapan atas aktivitas program dan kinerja keuangan yang telah dicapainya kepada stakeholder pemakai akuntabilitas. Mengingatp endapatan pajak daerah merupakan suatu bentuk peran masyarakat maka harus ada suatu pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada masyarakat melalui akuntabilitas pada proses administrasi dan dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana akuntabilitas pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Analisis. Pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis data dilakukan denga nmereduksi data-data yang terkumpul, baik dari hasil wawancara maupun catatan tertulis di lapangan. Kemudian penyajian data dilakukan dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN AnalisisPendapatanPajak Daerah Pendapatan Pajak Daerah adalah pos untuk menampung pendapatan yang berasal dari pajak daerah. Obyek Pajak Daerah diantaranya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir, pajak air bawah tanah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah bertekad mengelola keuangan dan aset daerah secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, asas kepatutan dan asas manfaat untuk masyarakat. Sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah memerlukan referensi yang konstruktif agar pelaku kebijakan di daerah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya lebih baik. 84

4 Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan dalam rangka mencapai kemakmuran, kesejahteraan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat diperlukan pendanaan dari pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, pengelolaan keuangan yang efektif, efisien dan ekonomis serta mewujudkan azas akuntabilitas dan transparansi yang didukung dengan penataan asset daerah yang baik. Pendapatan daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun alokasi dari pemerintah pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sumbersumber pendapatan daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat selanjutnya diatur melalui Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.Adapun Pendapatan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pajak Daerah merupakan salah satu penerimaan pendapatan daerah yang memiliki kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah. Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah. Dalam penelitian ini, laporan Pendapatan Pajak Daerah dinyatakan akuntabel apabila penerimaan pajak daerah telah mencapai target bahkan melebihi di setiap tahunnya. Untuk mencapai pernyataan akuntabel tersebut ditetapkan 2 indikator untuk mengukurnya, yaitu : 1) Prosentase realisasi dari target setiap objek Pendapatan Pajak Daerah per tahun dan 2) Prosentase pertumbuhan Pendapatan Pajak Daerah per tahun. Dari data point sebelumnya Pendapatan Asli Daerah tahun 2013 terealisasi sebesar Rp ,67, pada tahun 2014 sebesar Rp ,74, dan pada tahun 2015 sebesar Rp ,95. Pendapatan Asli Daerah salah satunya bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah.Untuk mengetahui bagaimana perkembangan prosentase Pendapatan Pajak Daerah yang terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, dan Pajak Air Tanah terhadap Pajak Daerah, maka dapat dilihat dari perkembangan target dan realisasi Pajak Daerah yang dikelola unit kerja DP2KAD pada tahun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 85

5 Tabel 4.7 Analisis Pajak Daerah tahun 2013 No. Jenis Pajak Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pertumbuha n 1 Pajak Hotel , ,00 0,26 2 Pajak Restoran , ,00 4,46 3 Pajak Hiburan , ,00 23,56 4 Pajak Reklame , ,14 10,40 5 Pajak Penerangan , ,0 Jalan ,40 6 Pajak Parkir , ,00 48,56 7 Pajak Air Bawah Tanah , ,60 4,11 Sumber : Diolah dari Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013 Dengan melihat tabel di atas maka untuk tahun 2013 dapat dijelaskan bahwa: 1. Target tahunan pajak hotel adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini menunjukkan bahwa penerimaan yang terealisasi berada di atas yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan pajak hotel sebesar Rp ,00 atau setara dengan 0,26% dari yang 2. Target tahunan pajak restoran adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak restoran sebesar Rp ,00 atau setara dengan 4,46% dari yang 3. Target tahunan pajak hiburan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini menunjukkan bahwa penerimaan yang terealisasi berada di atas yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan pajak hiburan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 23,56% dari yang 4. Target tahunan pajak reklame adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,14. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak reklame sebesar Rp ,14 atau setara dengan 10,40% dari yang 5. Target tahunan pajak penerangan jalan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak penerangan jalan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 10,40% dari yang 6. Target tahunan pajak parkir adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini 86

6 bahwa ada kenaikan pajak parkir sebesar Rp ,00 atau setara dengan 48,56% dari yang 7. Target tahunan pajak air bawah tanah adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,60. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak air bawah tanah sebesar Rp ,60 atau setara dengan 4,11% dari yang Dari data Tabel 4.7, pendapatan pajak daerah tahun 2013 realisasinya dapat mencapai target pada setiap jenis pajak daerah. Hal ini dikarenakan, DP2KAD khususnya aparat dalam bidang Pendapatan Pajak Daerah telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tugasnya dengan baik. Menurut narasumber, yang menjabat sebagai Seksi Pajak Daerah: Aparat dalam bidang Pendapatan Pajak Daerah sudah melaksanakan tupoksinya dengan baik. Meskipun SDM terbatas, tapi tetap berusaha melaksanakan tupoksi masing-masing dengan baik. (Wawancara, 21 September 2016; 1) Selanjutnya, berikut ini adalah data Analisis Pajak Daerah tahun 2014: Tabel 4.8 Analisis Pajak Daerah tahun 2014 No. Jenis Pajak Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pertumbuha n 1 Pajak Hotel , ,00 (1,63) 2 Pajak Restoran , ,00 3,24 3 Pajak Hiburan , ,00 22,03 4 Pajak Reklame , ,65 22,88 5 Pajak Penerangan , ,0 25,89 Jalan Pajak Parkir , ,00 0,90 7 Pajak Air Tanah , ,35 17,56 Sumber : Diolah dari Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk, 2014 Dengan melihat tabel di atas maka untuk tahun 2014 dapat dijelaskan bahwa: 1. Target tahunan pajak hotel adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini menunjukkan bahwa penerimaan yang terealisasi berada di bawah yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan pajak hotel sebesar Rp ,00 atau setara dengan 1,63% dari yang 2. Target tahunan pajak restoran adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak restoran sebesar Rp ,00 atau setara dengan 3,24% dari yang 3. Target tahunan pajak hiburan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini menunjukkan 87

7 bahwa penerimaan yang terealisasi berada di atas yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan pajak hiburan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 22,03% dari yang 4. Target tahunan pajak reklame adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak reklame sebesar Rp ,65 atau setara dengan 22,88% dari yang 5. Target tahunan pajak penerangan jalan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak penerangan jalan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 25,89% dari yang 6. Target tahunan pajak parkir adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak parkir sebesar Rp ,00 atau setara dengan 0,9% dari yang 7. Target tahunan pajak air bawah tanah adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,35. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak air bawah tanah sebesar Rp ,35 atau setara dengan 17,56% dari yang Dari data Tabel 4.8, menunjukkan bahwa realisasi pajak hotel tidak mencapai target yang telah ditentukan. Menurut Narasumber: Pajak Hotel tidak mencapai target itu yak arena banyak hotel yang tutup. (Wawancara, 21 September 2016; 2) Meskipun demikian, angka selisihnya tidak terlalu banyak. Berikut adalah data Analisis Pajak Daerah tahun 2015: Tabel 4.9 Analisis Pajak Daerah tahun 2015 No. Jenis Pajak Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pertumbuhan 1 Pajak Hotel , ,00 (0,47) 2 Pajak Restoran , ,48 50, Pajak Hiburan , ,00 (12,40) 4 Pajak Reklame , ,88 20,79 5 Pajak Penerangan , ,0 6,22 Jalan Pajak Parkir , ,00 12,89 7 Pajak Air Tanah , ,90 20,51 Sumber : Diolah dari Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk,

8 Dengan melihat tabel di atas maka untuk tahun 2015 dapat dijelaskan bahwa: 1. Target tahunan pajak hotel adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini terealisasi berada di bawah yang bahwa ada penurunan pajak hotel sebesar Rp ,00 atau setara dengan 0,47% dari yang 2. Target tahunan pajak restoran adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,48. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak restoran sebesar Rp ,00 atau setara dengan 50,33% dari yang 3. Target tahunan pajak hiburan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini menunjukkan bahwa penerimaan yang terealisasi berada di bawah yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan pajak hiburan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 12,4% dari yang 4. Target tahunan pajak reklame adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,88. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak reklame sebesar Rp ,88 atau setara dengan 20,79% dari yang 5. Target tahunan pajak penerangan jalan adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak penerangan jalan sebesar Rp ,00 atau setara dengan 6,22% dari yang 6. Target tahunan pajak parkir adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,00. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak parkir sebesar Rp ,00 atau setara dengan 12,89% dari yang 7. Target tahunan pajak air bawah tanah adalah sebesar Rp ,00, sementara Rp ,90. Nilai ini bahwa ada kenaikan pajak air bawah tanah sebesar Rp ,90 atau setara dengan 20,51% dari yang Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pajak hotel tidak mencapai target lagi seperti pada T.A Seperti yang sudah dijelaskan oleh Narasumber sebelumnya, bahwa pajak hotel tidak dapat mencapai target karena banyak hotel yang tutup. Selain itu, objek wisata di Kabupaten Nganjuk sendiri kan sedikit. Jadi ya banyak hotel yang sepi. Sehingga hal tersebut mempengaruhi penerimaan pajak hotel. (Wawancara, 21 September 2016; 2) Imbuh Narasumber mengenai penerimaan pajak hotel yang tidak mencapai target. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa pajak hiburan tidak mencapai target. Menurut keterangan yang diberikan oleh narasumber: 89

9 Di Nganjuk kan hiburan bersifat insidentil, kegiatan seperti event-event, kita tidak bisa nagih. Karena tergantung sponsor, contoh acara Motor Cross, Roadrace. (Wawancara, 21 September 2016; 3) Berdasarkan data yang telah diolah, pertumbuhan Pajak Daerah mengalami kenaikan dan penurunan. Berikut tabel rekapitulasi pertumbuhan Pajak Daerah: Tabel 4.10 Rekapitulasi Realisasi Pertumbuhan Pajak Daerah Uraian 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) Pajak Hotel , , ,00 Pajak Restoran , , ,48 Pajak Hiburan , , ,00 Pajak Reklame , , ,88 Pajak Penerangan Jalan , , ,00 Pajak Parkir , , ,00 Pajak Air Tanah , , ,90 Sumber : Diolah dari Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk, Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas, maka ada beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pajak hotel pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,00. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami penurunan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang berarti bahwa ada penurunan sebesar 0,24% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak hotel yang terealisasi adalah sebesar Rp ,00. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 7,21%. 2. Pajak restoran pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,00. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang berarti bahwa ada peningkatan sebesar 7,33% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak restoran yang terealisasi adalah sebesar Rp ,48. Nilai ini mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu 1.185%. 3. Pajak hiburan pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,00. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami penurunan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang berarti bahwa ada penurunan sebesar 4,05% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak hiburan yang terealisasi adalah sebesar Rp ,00. Nilai ini juga mengalami penurunan sebesar 37,55%. 4. Pajak reklame pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,14. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,65 yang berarti bahwa ada peningkatan sebesar 8,03% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak reklame yang terealisasi adalah sebesar Rp ,88. Nilai ini juga mengalami peningkatan sebesar 23,35%. 90

10 5. Pajak penerangan jalan pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,00. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang berarti bahwa ada peningkatan sebesar 24,05% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak penerangan jalan yang terealisasi adalah sebesar Rp ,00. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 20,51%. 6. Pajak parkir pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,00. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami penurunan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang berarti bahwa ada penurunan sebesar 17,53% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak parkir yang terealisasi adalah sebesar Rp ,00. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 31,62%. 7. Pajak air tanah pada tahun 2013 yang terealisasi sebesar Rp ,60. Pada tahun 2014 nilai ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 di mana nilai yang terealisasi pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,35 yang berarti bahwa ada peningkatan sebesar 9,91% dari tahun Sedangkan pada tahun 2015 nilai pajak air tanah yang terealisasi adalah sebesar Rp ,90. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 5,2%. Data Rekapitulasi Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun menunjukkan bahwa pajak hotel dan pajak parkir mengalami naik turun atau tidak stabil setiap tahunnya. Narasumber menerangkan: Pajak hotel tidak stabil yak arena itu tadi, banyak hotel yang tutup. Hanya ada beberapa hotel yang masih aktif. Sedangkan potensi wisata alam di Nganjuk hanya sedikit. Itu juga kadang rame kadang sepi. Dan untuk masalah pajak parkir ya sama, kalau sepi ya dapatnya sedikit, kalau rame ya dapatnya banyak. (Wawancara, 21 September 2016; 4) Sedangkan pajak hiburan menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Menurut Narasumber: Pajak hiburan selalu mengalami penurunan karena tidak bisa produksi. Tidak ada hiburan yang tetap seperti bioskop dan yang lain. Di Nganjuk hanya ada event-event kecil yang bersifat insidentil. (Wawancara, 21 September 2016; 5) Dari semua jenis pajak yang mengalami kenaikan, ada salah satu jenis pajak yang mengalami kenaikan sangant pesat, yaitu pajak restoran yang mengalami kenaikan dari T.A ke T.A sebesar 1.185%.Menurut keterangan dari Narasumber: Pajak restoran dari T.A ke T.A mengalami kenaikan sangat pesat dikarenakan adanya cathering atau konsumsi pada setiap kegiatan instansi pemerintahan. Dulu penagihan langsung kepada pemilik cathering, tapi tidak efektif. Sekarang tiap bendahara instansi langsung menghitung, melaporkan dan membayar sendiri dalam laporan yang mereka buat. Selain itu, sekarang kan banyak café dan restoran-restoran baru di Nganjuk. Jadi pendapatan pajak restoran bertambah. (Wawancara, 21 September 2016; 6) Dalam tugas dan fungsinya, aparat dalam bidang Pajak Daerah berusaha melakukan penagihan agar Pendapatan Pajak Daerah realisasinya dapat mencapai target yang telah ditentukan. Hal tersebut diungkapkan oleh Narasumber: Langkah yang dilakukan agar realisasi pajak daerah mencapai target semua ya dengan melakukan penagihan. Selain itu target juga harus disesuaikan dengan 91

11 potensi yang realistis. (Wawancara, 21 September 2016; 7) Setiaplaporan pertanggungjawaban yang disusun selain laporan keuangan seperti APBD, Pemerintah DP2KAD juga sudah menyusun laporan pertanggungjawaban yang mencakup 5 dimensi akuntabilitas dengan baik dan sesuai hokum dan menjamin adanya praktik organisasi yang sehat. Pengelolaan organisasi, pelaksanaan program yang telah dibuat serta laporan-laporan keuangan telah disusun dengan baik dan telah diaudit oleh BPK. Seperti yang dijelaskan oleh Dra. Dyah Puspita Rini, M.Si selaku Sekretaris DP2KAD: Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah DP2KAD sudah sesuai ketentuan yang diamanatkan. Semua laporan sudah dilaksanakan, ada yang per semester ada yang tiap bulan. Tidak ada kebijakan-kebijakan sendiri yang diberlakukan, semua berdasarkan pedoman yang sudah ditetapkan. (Wawancara, 21 September 2016; 8) Selain itu Narasumber juga menjelaskan: Setiap laporan pertanggungjawaban Pajak Daerah sudah disusun dengan baik dan tidak ada hambatan. Semua laporan disusun menurut Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Selain itu, setiap tahun diaudit oleh BPK. (Wawancara, 21 September 2016;9) Melalui laporan pertanggungjawaban yang telah disajikan, termasuk laporan Pendapatan Pajak Daerah dapat dinyatakan akuntabel melalui opini audit yang diukur dari laporan yang sudah diaudit. Apabila laporan yang disajikan sudah sesuai, tidak ada permasalahan yang menyangkut kesalahan material, maka jenis opini dinyatakan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Narasumber menjelaskan lebih lanjut: Laporan pertanggungjawaban atau akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah dinyatakan akuntabel dilihat dari opini audit yang telah mengukur seluruh laporan keuangan setiap tahun. Dan sejauh ini pada T.A hingga T.A BPK menyatakan opini WTP terhadap laporan yang kami sajikan. (Wawancara, 21 September 2016; 10) Meskipun Pendapatan Pajak Daerah T.A ada beberapa jenis pajak yang tidak mencapai target, hal ini didasarkan oleh alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini tidak ada kesalahan material pada laporan pertanggungjawabannya. Sehingga BPK menyatakan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang berarti laporan Pendapatan Pajak Daerah sudah akuntabel. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pendapatan pajak daerah setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini terjadi pada pajak hotel dan pajak parkir. Hal ini terjadi karena yang tergantung ramai atau sepinya pelayanan hotel dan parkir. 2. Pendapatan pajak hiburan selalu mengalami penurunans etiap tahunnya. Dari tahun 2013 ketahun 2014 mengalami penurunan sebesar 4,05%. Sedangkan dari tahun 2014 ketahun 2015 mengalami penurunan sebesar 37,55%. Hal ini terjadi karena Kabupaten Nganjuk tidak memiliki industry hiburan tetap, sedangkan kegiatan event-event sudah jarang ada. 3. Pendapatan pajak daerah dari pajak selain pajak hotel, pajak parker dan pajak hiburan selalu 92

12 mengalami peningkatan dari tahunketahun. 4. Peningkatan pendapatan pajak daerah paling tajam terdapat pada pajak restoran dari tahun 2014 ketahun 2015, yaitu sebesar 1.185%. Hal ini terjadi karena banyaknya cathering yang sudah patuh pajak dan munculnya cafecafe dan restoran-restoran baru. 5. Akuntabilitas pajak daerah dinyatakan akuntabel melalui opini audit yang menyatakan WTP pada laporan yang disajikan. Saran 1. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Nganjuk melakukan control terhadap piutang pajak hiburan agar dapat mengalami peningkatan setiap tahunnya. 2. Sebaiknya kinerja Pemerintah Kabupaten Nganjuk lebih ditingkatkan lagi dalam menyajikan laporan akuntabilitas pajak daerah. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya meneliti dengan membahas lebih detail tentang pajak daerah. DAFTAR PUSTAKA Akuntansi (PPA) yang Disusun oleh Badan akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya. Budiarjo, Miriam,1998.Menggapai Kedaulatan Untuk Rakyat.Bandung: Mizan. Hal B. Guy Peters, The Politics of Bureaucracy, London: Routledge, Hal L., K. Debby Debora, 2014, Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Memenuhi APBD Pada Pemerintah Kota Medan. Medan: Universitas HKBP Nommensen. Pontas R. Siahaan,2004.Pengelolaan SDM dalam Rangka Penerapan Good Corporate Governance.Bogor: Gadog. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Rasul, Syahrudin, Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI Rusli, Andika, Saharuddin dan Surianti Jurnal Equilibrium SAP Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun Sekaran, Uma Research Methods For Business. Buku 1. Jakart. Penerbit: Salemba Empat. Sekaran, Uma Research Methods For Business. Buku 2. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat. 93

13 Suandy, Erly Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat. Undang-undang Nomor 22 Tahun1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Widari, Ni Luh Nora, I Made Pradana Adiputra dan Gede Adi Yuniarta Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 aerah rah anaslidaera 94

14 95

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo Andika Rusli 1 Saharuddin 2 Surianti 3 No. HP 085242438738¹, 081342512379² ¹Alamat Korespondensi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kota Malang dalam segi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat merupakan hal besar yang harus mendapatkan perhatianserius dari Pemerintah Kota Malang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Repulik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, hal ini terlihat dengan diberikannya keleluasaan kepada kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH 1 KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Analisa Kontribusi Daerah Terhadap PAD (Trisna dan Phaureula Artha Wulandari) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Trisna (1) dan Phaureula Artha Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun pada kenyataannya, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2001. Otonomi daerah dimaksudkan agar Pemerintah Daerah dapat membangun daerah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah DPPKAD Kab. Karawang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PAJAK & RETRIBUSI PARKIR PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Jl. Pemuda 148 Telp. (024)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Otonomi Daerah Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia tumbuh semakin pesat seiring dengan adanya otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian mempercepat pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997 Pemerintah akhirnya mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kalau dilihat dari segi waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dapat diartikan sebagai kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keuangan Daerah 2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah kewenangan dan kewajiban setiap daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 jo Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Untuk bisa mencapai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional yang adil, makmur, dan merata maka penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam era reformasi di negeri kita, begitu banyak tuntutan rakyat untuk mensejahterakan daerah mereka. Kemandirian suatu daerah atau otonomi menjadi harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-undang no 34 tahun 2004 menyatakan bahwa penerimaan daerah merupakan uang yang masuk ke kas daerah, dan pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pajak

Lebih terperinci