BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem imun merupakan sistem biologis dalam tubuh yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan. Sistem ini bekerja dengan mencegah dan melawan infeksi dalam tubuh (Abbas dkk, 2001). Oleh karena itu, penurunan respon imun dapat menyebabkan proses pembersihan antigen infeksius dalam tubuh menjadi terhambat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sasmito dkk (2015), diketahui bahwa buah mengkudu memiliki fungsi sebagai imunostimulan dengan meningkatkan proliferasi sel limfosit berdasarkan adanya kandungan polisakarida di dalamnya. Selain itu, berdasarkan penelitian Brooke dkk (2009), buah mengkudu dilaporkan dapat meningkatkan jumlah sel TCD8+. Dalam proses pertahanan tubuh, beberapa komponen sistem imun seperti sel fagositik maupun beberapa sel leukosit mampu menghasilkan senyawa radikal yang berperan dalam proses penghancuran mikroba. Namun apabila diproduksi secara berlebih, radikal tersebut dapat menyebabkan kerusakan komponen biologis tubuh (Pham-Huy dkk, 2008; Sordillo dan Aitken, 2009; Cook-Mills, 2002). Oleh karena itu, selain memerlukan senyawa yang dapat meningkatkan sistem imun, tubuh juga memerlukan senyawa antioksidan yang dapat mencegah kerusakan komponen biologis tubuh akibat radikal bebas (Antolovich dkk, 2001). 1

2 2 Salah satu bahan alam yang sering digunakan sebagai sumber antioksidan yaitu kulit buah manggis. Kulit buah manggis mengandung sebagian besar senyawa turunan xanton yang ada pada tanaman manggis dengan salah satu fungsinya sebagai antioksidan (Ahmat dkk, 2010). Menurut Zarena dan Sangkar (2009), ekstrak etil asetat dan ekstrak aseton dari kulit manggis memiliki aktivitas penangkapan radikal yang kuat. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki oleh buah mengkudu dan kulit buah manggis, diharapkan kombinasi keduanya dapat menjadi suplemen alternatif dalam peningkatan respon imun. Salah satu indikator untuk menilai respon imun, yaitu melalui pengamatan terhadap jumlah sel TCD8+. Hal ini dikarenakan, sel TCD8+ merupakan salah satu komponen dalam sel limfosit yang telah terbukti mampu meningkat dengan pemberian mengkudu dan sel ini bekerja secara langsung dalam membunuh mikroba yang masuk ke dalam sel dan menyebabkan infeksi pada sel yang dimasukinya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan ekstrak kulit buah manggis (EKM) untuk memberikan informasi mengenai kemampuan kombinasi tersebut dalam mempengaruhi sistem imun melalui pembentukan sel TCD8+. Selain itu, diukur pula aktivitas penangkapan radikal oleh kombinasi ekstrak EBM dan EKM untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antar ekstrak yang berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan radikal.

3 3 B. Rumusan Masalah 1. Apakah kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan ekstrak kulit buah manggis (EKM) dapat meningkatkan jumlah sel TCD8+ pada tikus yang diinduksi antigen? 2. Bagaimana pengaruh kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan ekstrak kulit buah manggis (EKM) pada aktivitas penangkapan radikal jika dibandingkan ekstrak tunggalnya? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan ekstrak kulit buah manggis (EKM) terhadap jumlah sel TCD8+ pada tikus yang diinduksi antigen. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan ekstrak kulit buah manggis (EKM) terhadap aktivitas penangkapan radikal dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah data ilmiah mengenai potensi kombinasi ekstrak buah mengkudu dan ekstrak kulit manggis sebagai agen imunomodulator, sehingga dapat menjadi sumber data yang bermanfaat bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

4 4 E. Tinjauan Pustaka 1. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Mengkudu merupakan tanaman yang mudah tumbuh pada berbagai tipe lahan dan iklim, dan merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara dan Australia (Nelson, 2006; Winarti dan Nurdjanah, 2005). Tanaman yang memiliki nama ilmiah Morinda citrifolia ini memiliki berbagai nama berbeda di beberapa negara maupun di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa nama mengkudu tersebut antara lain, Indian mulberry dan nuna dari India, noni dari Hawai dan cheese fruit dari Australia. Adapun beberapa nama daerah mengkudu antara lain pace, kemudu, cengkudu di Jawa, mengkudu, bengkudu dan eodu di Sumatra, dan masih banyak lagi nama daerah untuk buah ini (Yanine dkk, 2005; Wijayausuma dan Dalimartha, 1995). Berikut klasifikasi tumbuhan mengkudu : Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae (suku kopi-kopian) : Morinda Spesies : Morinda citrifolia L.

5 5 Gambar 1. Buah Mengkudu (Nelson, 2006) Tanaman mengkudu tumbuh selalu hijau dengan ketinggian 3-10 meter. Memiliki daun yang berbentuk elips, ujung runcing, tepi rata, tulang daun menyirip dengan panjang cm dan lebar 7 25 cm. Daun berwarna hijau tua dengan helai daun tebal dan mengkilap. Buah mengkudu merupakan buah majemuk berwarna putih kekuningan, dengan panjang 5-10 cm dan diameter 3-4 cm. Daging buah lunak dan berbau busuk saat matang (Nelson, 2006). Buah mengkudu telah digunakan sebagai bahan makanan dan pengobatan tradisional polinesia selama lebih dari 2000 tahun. Beberapa contoh pemanfaatan mengkudu dalam bidang pengobatan antara lain untuk melawan bakteri, virus, jamur, tumor dan anti cacing (Nagalingam dkk, 2013). Selain itu, buah mengkudu juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem imun, sebagai agen anti inflamasi, analgesik, antioksidan dan dapat mencegah pembentukan dan proliferasi tumor (Yanine dkk, 2005; Brooks dkk, 2009). Buah mengkudu memiliki berbagai kandungan seperti protein, skopoletin, polisakarida, asam askorbat, proxeronin dan proxeroninase (Sjabana dan Bahalwan, 2002 dalam Sasmito dkk, 2015). Dari beberapa kandungan tersebut, senyawa

6 6 polisakarida diketahui memiliki kemampuan sebagai agen imunomodulator. Polisakarida yang terkandung dalam buah mengkudu terutama tersusun atas ramnosa, arabinosa, galaktosa dan asam glukoronat (Hirazumi dan Furuzawa, 1999; Yanine dkk, 2005). Gambar 2. Penyusun polisakarida dalam buah Mengkudu (Assi dkk, 2015) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sasmito dkk (2015), tingginya kandungan polisakarida dalam ekstrak buah mengkudu memberikan stimulasi yang tinggi pada proliferasi limfosit. Selain itu, jus buah mengkudu juga diketahui dapat meningkatkan jumlah sel TCD8+ (Brooke dkk, 2009). 2. Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang banyak tersebar di kawasan Asia Tenggara. Selain itu tumbuhan ini juga banyak ditemukan didaerah Australia bagian utara, Afrika, India, Hawai i, dan Amerika tengah dan selatan (Diczbalis, 2011). Di Indonesia, tanaman ini tersebar hampir di seluruh daerah, dengan pusat produksi berada di Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali (Sobir dan Poerwanto, 2007). Tanaman manggis memiliki buah dengan warna kulit buah yaitu ungu gelap atau kemerahan sedangkan daging buah berwarna putih, lembut dengan rasa sedikit

7 7 asam dan manis dan memiliki aroma yang menyenangkan (Hyun-Ah dkk, 2006). Adapun klasifikasi tanaman manggis sebagai berikut : Divisio Sub-divisio Kelas Ordo Familia Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Guttiferales : Guttiferae (Clusiaceae) : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. Gambar 3. Kulit Buah Manggis (Purnawati, 2010 dan Gutierrez-Orozco dan Failla, 2013) Buah manggis memiliki beberapa kandungan bioaktif. Beberapa kandungan tersebut antara lain adalah xanton, flavonoid, triterpenoid dan benzofenon (Gutierrez-Orozco dan Failla, 2013). Senyawa golongan xanton merupakan salah satu komponen dari buah manggis yang saat ini banyak dipelajari. Senyawa golongan ini diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antibakteri, dan anti kanker (Ahmat dkk, 2010). Adanya kandungan variasi antioksidan dalam suatu buah diketahui dapat mengurangi insidensi terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung, artritis, inflamasi, dan

8 8 penurunan sistem imun (Hyun-Ah dkk, 2006). Senyawa golongan xanton dalam tanaman manggis dapat diisolasi baik dari kulit buah, seluruh bagian buah, kulit kayu maupun dari daun (Pedraza-Chaverri dkk, 2008; Young-Won dan Kinghorn, 2008). Ada sekitar 68 jenis senyawa golongan xanton yang sudah diidentifikasi dengan pasti tersebar di bagian berbeda dari tumbuhan manggis, dan sekitar 50 jenis ditemukan di bagian kulit manggis dengan konsentrasi tinggi dibanding bagian aril (bagian yang dapat dimakan dari buah tersebut). Dari banyaknya senyawa golongan xanton pada buah mengkudu, α-mangostin dan γ-mangostin merupakan jenis yang paling berlimpah pada buah manggis (Gutierrez-Orozco dan Failla, 2013). (a) (b) Gambar 4. a. α-mangostin, b. γ-mangostin (Gutierrez-Orozco dan Failla, 2013) 3. Flow cytometry Flow cytometry merupakan suatu teknologi yang dapat menganalisis secara bersamaan beberapa sifat fisik dari partikel tunggal dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat (James, 1991). Prinsip dari flow cytometry yaitu, partikel yang terdapat dalam suatu aliran larutan sampel akan diperiksa secara tunggal dengan melewati suatu daerah sempit dalam waktu yang singkat (Robinson, 2004). Flow cytometry terdiri dari tiga sistem utama yaitu fluidics system, optical system, dan electronic system. Fluidics system berfungsi untuk membawa partikel

9 9 pada aliran sampel menuju berkas sinar untuk di periksa. Sistem optik terdiri dari sinar yang akan menyinari partikel untuk melakukan deteksi, sedangkan sistem elektronik berfungsi untuk mengubah deteksi dari sinyal cahaya menjadi sinyal elektronik yang dapat di proses oleh komputer (Anonim, 2002). Saat sampel melewati berkas sinar, maka akan terjadi sebaran sinar. Sebaran tersebut dapat menuju ke arah depan atau biasa disebut forward scatter (FS) maupun sebaran ke arah samping atau side scatter (SS). Parameter FS dapat digunakan untuk mengetahui ukuran partikel serta dapat membedakan antara pecahan sel dengan sel hidup, sedangkan SS dapat memberikan informasi mengenai konsistensi granular dalam partikel (Rahman, 2006). Gambar 5. Sifat sebaran sinar pada sel (Anonim, 2002) Hampir semua partikel alam dapat dianalisis dengan flow cytometry. Salah satu penggunaan umum dalam flow cytometry adalah menggunakan molekul fluorescent yang akan menempel pada partikel. Molekul fluorescent akan berkonjugasi dengan antibodi seperti antibodi monoklonal ataupun poliklonal yang dapat mengenali reseptor spesifik dari sel (Robinson, 2004).

10 10 4. Sistem imun Sistem imun merupakan kumpulan sel jaringan dan molekul yang memediasi ketahanan tubuh, sedangkan respon imun merupakan reaksi koordinasi sel dan molekul untuk melawan mikroba infeksius. Fungsi dari sistem imun yaitu untuk mencegah infeksi maupun menghilangkan infeksi yang sudah ada. Selain itu, sistem imun juga dapat mencegah pertumbuhan tumor serta berperan dalam pembersihan sel mati dan dalam permulaan perbaikan jaringan. Namun, respon imun yang tidak normal juga dapat membahayakan tubuh, karena dapat melukai sel dan menginduksi inflamasi, sehingga dapat menyebabkan penyakit inflamasi, alergi maupun penyakit autoimun (Abbas dkk, 2001). Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistem imun dapat dibedakan menjadi dua macam mekanisme yaitu innate immunity atau respon imun bawaan dan respon imun adaptif (adaptive immunity) atau yang biasa disebut respon imun spesifik. Respon imun bawaan merupakan respon imun lini pertama yang memediasi pertahanan awal dalam melawan infeksi. Sistem imun ini dimediasi oleh sel non lymfoid seperti granulosit, monosit, sel mast dan natural killer. Respon imun adaptif merupakan respon imun yang membutuhkan pengembangan dan diferensiasi dari sel limfosit dalam merespon atau dapat dikatakan bahwa sistem imun ini akan beradaptasi terhadap kehadiran senyawa-senyawa infeksius (Abbas dkk, 2001; Ghaedi dan Takei, 2016; Pham-Huy dkk, 2008).

11 11 Gambar 6. Mekanisme respon imun bawaan dan respon imun adaptif (Abbas dkk, 2001) Pengenalan reseptor antigen dalam respon imun adaptif dilakukan oleh sel limfosit. Terdapat dua sel limfosit yaitu sel limfosit B dan limfosit T. Sel Limfosit B merupakan komponen sistem imun yang memberikan respon humoral dengan menghasilkan antibodi yang dapat mengenali berbagai makromolekul seperti protein, polisakarida, lipid, dan asam nukleat, sedangkan sel limfosit T berperan dalam respon imun selular yang dapat mengenali fragmen peptida dari antigen. Kebanyakan sel limfosit T dalam mengenali peptida antigen memerlukan bantuan molekul major histocompatibility complex (MHC) dari antigen-presenting cells (APC), dimana MHC akan berikatan dan mengenalkan antigen kepada sel limfosit T (Abbas dkk, 2001; Nauta, 2011). Sel limfosit mengalami diferensiasi dan pematangan di organ limfoid primer. Sel limfosit B dan sel limfosit T, keduanya diproduksi di sumsum tulang belakang, namun pada saat proses pematangan, sel limfosit B akan menetap di sumsum tulang belakang sedangkan sel limfosit T akan berpindah menuju timus sebelum keduanya bermigrasi menuju organ limfoid sekunder (Stewart, 2012).

12 12 Sel limfosit T dalam sistem imun adaptif berdiferensiasi menjadi sel T helper dan sel T sitolitik. Keduanya dibedakan dengan adanya protein spesifik yang berada di permukaan sel yang disebut Cluster of Differentiation (CD). Sel T helper ditandai dengan protein spesifik CD4+ sedangkan sel T sitolitik ditandai dengan protein spesifik CD8+. Sel limfosit TCD4+ berfungsi membantu sel limfosit B untuk memproduksi antibodi dan membantu fagosit untuk menghancurkan mikroba, sedangkan sel limfosit TCD8+ berfungsi untuk membunuh mikroba intraseluler. Fungsi sel limfosit TCD8+ ini cukup penting, karena mikroba yang berhasil menginfeksi sel akan selamat dari antibodi, karena antibodi tidak dapat memasuki sel, sehingga diperlukan sel limfosit TCD8+ (sel T sitolitik) yang dapat membunuh sel yang terinfeksi mikroba patogen (Abbas dkk, 2001). Dalam proses pertahanan tubuh, beberapa komponen sistem imun seperti sel fagositik maupun beberapa sel leukosit juga mampu menghasilkan senyawa radikal yang berperan dalam proses penghancuran mikroba. Namun apabila diproduksi secara berlebih, radikal tersebut dapat menyebabkan kerusakan komponen biologis tubuh (Pham-Huy dkk, 2008; Sordillo dan Aitken, 2009; Cook-Mills, 2002). 5. Imunomodulator Imunomodulator merupakan agen yang dapat memodifikasi respon dari sistem imun. Senyawa imunomodulator dapat bekerja dengan meningkatkan atau menurunkan respon imun. Senyawa yang dapat mengaktivasi atau menginduksi mediator atau komponen sistem imun disebut dengan senyawa imunostimulan, sedangkan senyawa yang dapat menghambat sistem imun disebut dengan imunosupresan (Bascones-Martinez dkk, 2014; Jantan dkk, 2015).

13 13 Senyawa imunostimulan dan imunosupresan memiliki fungsi masingmasing. Senyawa imunosupresan memiliki fungsi untuk mengurangi respon imun dalam pengobatan penyakit autoimun serta mengurangi respon imun dalam melawan organ tranplantasi untuk mengurangi kegagalan dalam proses transplantasi organ, sedangkan senyawa imunostimulan berfungsi untuk meningkatkan sistem imun pada penyakit infeksi, imunodefisiensi dan kanker. Senyawa imunomodulator dapat diperoleh dari bahan alam. Beberapa contoh bahan alam yang sering digunakan sebagai agen imunomodulator, khususnya yang dapat meningkatkan sistem imun yaitu buah mengkudu, meniran, sambiloto dan temulawak (Devagaran dan diantini, 2012). 6. Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda ataupun menghambat proses oksidasi (Pisoschi dan Pop, 2011). Antioksidan berperan untuk menghilangkan radikal bebas yang reaktif, sebelum radikal tersebut menyerang dan mengakibatkan kerusakan oksidatif terhadap komponen biologis tubuh (Niki, 2014). Proses oksidasi dapat terjadi baik dalam tubuh maupun dalam makanan. Proses oksidasi dalam tubuh seperti metabolisme diperlukan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup sel. Namun efek samping dari proses tersebut yaitu adanya produksi radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) (Antolovich dkk, 2001). Produksi yang berlebih dari radikal bebas tersebut menyebabkan kerusakan terhadap protein seluler, membran lipid, maupun DNA. Selain itu asam lemak polyunsaturated juga memiliki kemungkinan besar untuk diserang oleh radikal bebas karena, asam lemak tersebut memiliki banyak ikatan rangkap dua dalam

14 14 strukturnya. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada komponen biologis tubuh tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsional tubuh (Hughes, 1999; Antolovich dkk, 2001). Selain dapat mencegah kerusakan pada komponen biologis tubuh akibat serangan radikal bebas, antioksidan juga dapat mempengaruhi sistem imun tubuh. Sistem imun tubuh, untuk bekerja efektif berkaitan dengan komunikasi sel-sel melalui reseptor terikat membran yang kaya akan asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, penyerangan radikal bebas pada komponen lemak membran sel imun dapat menyebabkan hilangnya integritas membran dan mengubah fluiditas membran (Hughes, 1999). Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya melalui buah dan sayur yang dikonsumsi. Hal ini dikarenakan, dalam buah ataupun sayur terdapat beberapa senyawa seperti senyawa fenolik dan flavonoid. Kedua senyawa tersebut efektif sebagai antioksidan karena dapat mendonorkan hidrogen dari kelompok fenolik hidroksil kepada senyawa radikal (Zarena dan Sankar, 2009). 7. DPPH Metode DPPH merupakan salah satu metode untuk pengujian aktivitas antioksidan. Metode ini menggunakan reagen yang disebut dengan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) (Apak dkk, 2013). DPPH merupakan salah satu jenis radikal yang memiliki warna ungu tua dan dapat larut dalam metanol. Pengukuran dengan metode DPPH didasarkan pada kemampuan reduksi antioksidan terhadap DPPH yang dapat dievaluasi melalui penurunan absorbansinya (Pisoschi dan Pop 2011; Shurbaji dan Agha, 2016). Penurunan

15 15 absorbansi tersebut terjadi karena DPPH radikal yang berwarna ungu akan bereaksi dengan donor hidrogen dari senyawa antioksidan sehingga akan merubah warna larutan DPPH menjadi kuning (Shurbaji dan Agha, 2016). Gambar 7. Reaksi antara senyawa DPPH dengan senyawa Antioksidan (Bendary dkk, 2013) Dari pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, diperoleh hasil berupa nilai EC50. EC50 dihitung berdasarkan analisis regresi linier dari kurva antara konsentrasi dengan % penangkapan radikal (Shurbaji dan Agha, 2016). EC50 merupakan konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk menangkal radikal DPPH sampai setengahnya (Antolovich, 2001). Nilai EC50 yang kecil menunjukkan potensial antioksidan yang besar (Shurbaji dan Agha, 2016). F. Landasan Teori Berdasarkan penelitian terdahulu, mengkudu telah diketahui dapat digunakan sebagai agen imunomodulator. Buah mengkudu mengandung protein, skopoletin, polisakarida, asam askorbat, proxeronin dan proxeroninase. Diantara beberapa kandungan tersebut, senyawa polisakarida yang terdapat pada buah mengkudu memiliki kemampuan sebagai imunostimulan. Salah satu efek imunostimulan yang dimiliki oleh buah mengkudu yaitu melalui peningkatan jumlah sel TCD8+. Sedangkan, pada buah manggis terdapat senyawa golongan

16 16 xanton yang menunjukkan aktivitas antioksidan. Dari sekitar 68 jenis senyawa golongan xanton yang terdapat pada tanaman manggis, kurang lebih sekitar 50 jenis senyawa tersebut terdapat di dalam kulit buahnya. Kandungan antioksidan tersebut dapat berfungsi untuk menangkal radikal bebas baik yang berasal dari luar tubuh ataupun dari dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap komponen biologis tubuh. Oleh karena itu, apabila buah mengkudu dan kulit buah manggis dikombinasikan, diduga kombinasi keduanya dapat meningkatkan aktivitas imunostimulan melalui peningkatan jumlah sel TCD8+ serta dapat meningkatkan aktivitas penangkapan radikal, sehingga kombinasi keduanya dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan respon imun serta daya tahan tubuh. C. Hipotesis 1. Kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan kulit buah manggis (EKM) dapat meningkatkan jumlah sel TCD8+ pada tikus yang terinduksi antigen. 2. Kombinasi ekstrak buah mengkudu (EBM) dan kulit buah manggis (EKM) dapat meningkatkan aktivitas penangkapan radikal dibanding dengan aktivitas penangkapan radikal pada ekstrak tunggalnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. polusi mengakibatkan munculnya berbagai penyakit. Daya tahan tubuh lemah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. polusi mengakibatkan munculnya berbagai penyakit. Daya tahan tubuh lemah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan gaya hidup dan perubahan lingkungan sarat dengan polusi mengakibatkan munculnya berbagai penyakit. Daya tahan tubuh lemah, vertigo, dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul berbasis oksigen atau nitrogen dengan elektron tidak berpasangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik normal dalam tubuh yang secara potensial dapat menyebabkan kerusakan (Benzei and Strain,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dikenal dengan sistem imun (Wood, 2006). Patogen juga dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dikenal dengan sistem imun (Wood, 2006). Patogen juga dapat mengganggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia secara terus menerus terpapar oleh agen penginfeksi yang dapat menyebabkan penyakit. Kebanyakan penyakit ataupun ancaman dari luar lainnya dicegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak termasuk salah satu jenis tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasarngan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut sangat reaktif (Fessenden dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut sangat reaktif (Fessenden dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan radikal bebas dalam jumlah yang banyak merupakan permasalahan bagi kesehatan tubuh manusia karena atom atau gugus atomnya memiliki satu atau lebih elektron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tumbuhan Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada kulit orbital terluarnya. Radikal bebas dibentuk lewat reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak plasma nuftah tanaman berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat terdapat di negara ini. Menurut Taslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, tingkat kematian akibat penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, kencing manis dan lain-lain mengalami peningkatan cukup signifikan di dunia.

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Annonaceae Genus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Sistem imun bawaan bersifat non-spesifik sedangkan

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kopi merupakan salah satu minuman yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik MANFAAT KULIT MANGGIS OKTOBER 2013 Abdul Malik - 649226 Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis adalah buah musiman dengan kulitnya

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Cabai Cabai (Capsicum annum L.) termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri tegak dengan batang berkayu, dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman dewasa antara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kapasitas antioksidan, Total fenol, Buah mengkudu, Fermentasi

ABSTRAK. Kata kunci : Kapasitas antioksidan, Total fenol, Buah mengkudu, Fermentasi ABSTRAK Penelitian tentang pengujian kapasitas antioksidan dan kadar fenolik total buah mengkudu terfermentasi telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan kapasitas antioksidan

Lebih terperinci

Buah pepaya kaya akan antioksidan β-karoten, vitamin C dan flavonoid. Selain itu buah pepaya juga mengandung karpoina, suatu alkaloid yang dapat

Buah pepaya kaya akan antioksidan β-karoten, vitamin C dan flavonoid. Selain itu buah pepaya juga mengandung karpoina, suatu alkaloid yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Terdapat berbagai jenis tanaman yang memiliki potensi sebagai obat dan makanan kesehatan. Dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan zat kimia yang meracuni tubuh manusia bila pemberiannya tidak sesuai dosis. Obat yang menyebabkan gangguan cukup banyak termasuk antibiotik yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel punca sendiri merupakan sel yang mampu mereplikasi dirinya dengan cara beregenerasi, mempertahankan, dan replacing akhir diferensiasi sel. (Perin, 2006). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Mahkota Dewa Mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia tepatnya Papua dan secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di masyarakat angka kejadian infeksi masih tinggi dan masih banyak infeksi tersebut dikarenakan oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri penyebab adalah Staphylococcus

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah merah merupakan tanaman endemik Papua yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pengobatan beberapa penyakit, antara lain kanker, tumor,

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Langsat (Lansium domestcum Var. langsat) adalah salah satu tanaman Indonesia yang kulitnya buahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada pajanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup di beberapa negara termasuk Indonesia berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan karena pada usia senja organ-organ tubuh mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif. menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti.

I. PENDAHULUAN. Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif. menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif dari tanaman terus menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti. Kandungan aktif dimaksud biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus Nama dari diabetes melitus diperoleh dari bahasa latin yang berasal dari kata Yunani, diabere yang berarti siphon atau tabung yang mengalirkan cairan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi tentang efek pangan telah dipelajari secara intensif beberapa tahun terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena berhubungan dengan adanya

Lebih terperinci