Naskah Usulan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Madiun Pemilihan Umum Tahun 2019.

Transkripsi

1 Naskah Usulan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Madiun Pemilihan Umum Tahun Latar Belakang Secara geografis kota Madiun terletak di wilayah propinsi Jawa Timur bagian barat, terhampar didataran rendah antara 7 LS sampai dengan 8 LS, dan 111 BT sampai dengan 112 BT. Kota Madiun mempunyai luas sekitar 33,23 Km 2 yang terbagi menjadi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kartoharjo, Taman dan Manguharjo dengan 27 kelurahan, 267 RW dan RT. Menurut klasifikasi desa, 4 kelurahan di Kota Madiun termasuk swadaya, 9 kelurahan termasuk swakarsa dan 14 kelurahan termasuk swasembada. (Kota Madiun dalam angka 2011 : 15). Masyarakat di 27 kelurahan dari masing-masing kecamatan memiliki ciri peralihan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Kelurahan yang berada di daerah pedesaan untuk Kecamatan Kartoharjo meliputi Kelurahan Tawangrejo, Kelun, dan Pilangbango. Sementara di Kecamatan Taman, kelurahan yang berbatasan dengan wilayah pinggiran atau pedesaan meliputi Kelurahan Demangan, Banjarejo dan Manisrejo. Kelurahan-kelurahan tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Madiun. Kondisi paling marginal nampak di Kecamatan Manguharjo, karena kelurahan pinggiran yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Madiun ini masih kental mencerminkan suasana kehidupan pedesaan yakni Kelurahan Sogaten, Ngegong, dan Winongo. Masih banyak areal sawah pertanian di kelurahan tersebut. Terlebih sebagian wilayah kecamatan Manguharjo secara geografis dipisahkan oleh Kali Madiun sehingga terkesan terpinggirkan dari pusat perkotaan. Kelurahan-Kelurahan di Kota Madiun yang berbatasan dengan wilayah pedesaan rata-rata termasuk daerah agraris, dengan mayoritas hasil buminya padi. Secara sosiologis, hubungan kemasyarakatan bersifat paguyuban dan suasana kekeluargaan antar warga masih terjaga. Sedangkan untuk Kelurahan yang termasuk dalam wilayah perkotaan di Kecamatan Kartoharjo meliputi Kelurahan Oro-oro Ombo, Kartoharjo, Sukosari, Kanigoro, Klegen dan Rejomulyo. Wilayah perkotaan di Kecamatan Taman mencakup Kelurahan Taman, Pandean, Kejuron dan Mojorejo. Sementara

2 di Kecamatan Manguharjo, kelurahan perkotaan mencakup Kelurahan Nambangan Kidul, Nambangan Lor, Manguharjo, Pangongangan, Madiun Lor dan Patihan. Masyarakat yang berada di daerah perkotaan mempunyai mata pencaharian heterogen. Antara lain; sebagai pedagang di pasar tradisional maupun pasar modern, pegawai pemerintah, buruh pertokoan/industri rumah tangga, jasa di lembaga kursus, jasa sektor angkutan dan lain-lain. Pada masyarakat transisi antara kota dan desa seperti ini akan ditemukan tiga komunitas. Pertama komunitas yang mengadopsi gaya metropolis perkotaan, kemudian komunitas dengan gaya tradisional pedesaan dan komunitas masyarakat pinggiran (marginal) yang belum sepenuhnya seperti masyarakat kota namun mereka sudah tidak lagi terikat dengan tradisi pedesaan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah dan Surat Keputusan nomor 16 tahun 1950, Kotapraja Madiun diubah statusnya menjadi Kota Besar Madiun. Surat keputusan itu diterbitkan atas persetujuan antara DPRDS Kabupaten dan Kotapraja Madiun untuk memenuhi status Kota Besar. Perkembangan berikutnya sejak tahun 1951 delapan buah desa di wilayah Kabupaten Madiun ditetapkan masuk sebagai wilayah Kotapraja yakni; Demangan, Josenan, Kuncen (yang pada waktu itu berstatus desa Perdikan), Banjarejo, Mojorejo, Rejomulyo, Winongo dan Desa Manguharjo. Dengan penambahan ini maka jumlah desa di Kota praja menjadi 20 desa, luasnya pun bertambah dari Km 2 menjadi 2.309,9885 hektar. (Buku Kenang-kenangan Sekilas Madiun Pada Hari Jadi Ke-418, 1986: 72-73) Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, sebagai pengganti UU Nomor 18 tahun 1965, maka Kotamadya Madiun berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun, dengan wilayah 20 desa. Istilah Walikota Kepala Daerah Kotamadya Madiun diubah menjadi Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Madiun. Tahun 1979 atas persetujuan DPRD Kotamadya dan Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun, diusulkan pemekaran daerah Kotamadya menjadi 27 Desa/Kelurahan. Usulan ini diterima dengan mendasari Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1982 dan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 135.1/1169/011/1983 tanggal 19 Januari 1983 wilayah Kotamadya Madiun bertambah 7 desa yang berasal dari Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun yakni Desa Ngegong, Sogaten, Tawangrejo, Kelun, Pilangbango,

3 Kanigoro dan Manisrejo. Luas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun menjadi 33,92 KM2 terdiri dari 3 Kecamatan dengan 20 Kelurahan dan 7 Desa dimana masing-masing kecamatan terdiri dari 9 Kelurahan/Desa. ( Political Marketing & Partai Politik (Analisis Political Marketing Partai Demokrat, PDIP, Gerindra dan NasDem Kota Madiun Dalam Menjaring Anggota Sebagai Peserta Pemilu Tahun 2014), Latutik Mukhlisin, Pasca Sarjana FISIP UNS, 2013) Peta Wilayah Kota Madiun

4 2. Penghitungan Alokasi Kursi A. Kondisi Geografis dan Demografis Sumber data pemetaan dapil dan alokasi kursi adalah jumlah penduduk di suatu wilayah kabupaten/kota. Jumlah penduduk ini mengacu pada data agregat kependudukan per kecamatan (DAK 2) yang diserahkan oleh Kementerian Dalam Negeri kepada KPU paling lambat 16 (enam belas) bulan sebelum hari pemungutan suara. Sesuai tahapan Pemilu tahun 2019 sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 7 tahun 2017 yang kemudian direvisi menjadi PKPU nomor 5 tahun 2018, tanggal 17 Desember 2017 lalu, KPU telah menerima DAK2 (Data Agregat Kependudukan per Kecamatan) dari Kemendagri yang kemudian di break down ke KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota. Sesuai data yang diperoleh melalui aplikasi SIDALIH (Sistem Informasi Pendataan Pemilih), DAK2 Kota Madiun sejumlah jiwa. DAK2 tersebut menjadi dasar KPU Kota Madiun untuk menentukan alokasi kursi DPRD Kota Madiun untuk Pemilu tahun Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal (191) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 bahwa; 1) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota ditetapkan paling sedikit 2O (dua puluh) kursi dan paling banyak 55 (lima puluh lima) kursi. 2) Jumlah Kursi DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan dengan ketentuan:

5 JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI < s.d < s.d < s.d < s.d < s.d < s.d Dengan mendasari pasal (191) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017, maka jumlah kursi DPRD Kota Madiun sebanyak 30 kursi. Hal ini diperkuat dalam Keputusan KPU RI nomor 13/PL.01.3-Kpt/03/KPU/I/2018 tentang Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota dan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten/Kota dalam Pemilu Tahun 2019 sebagai berikut; KPU Kota Madiun telah melakukan pleno penetapan jumlah kursi anggota DPRD Kota Madiun untuk Pemilu Tahun 2019 sejumlah 30 kursi. Hasil pleno ini kemudian dituangkan dalam keputusan KPU Kota Madiun nomor 04/PL.03- Kpt/3577/KPU-Kot/I/2018 sebagaimana terlampir berikut;

6

7

8 B. Simulasi Penghitungan Alokasi Kursi Komisi Pemilihan Umum Kota Madiun telah melakukan simulasi penghitungan alokasi kursi. Ada 2 metode penghitungan, yakni menggunakan metode Bilangan Pembagi Penduduk (BPPd) dan metode Kuota Hamilton. Berikut simulai penghitungan alokasi kursi untuk dapil di Kota Madiun; B.1. Metode BPPd Simulasi Penghitungan Alokasi Kursi Setiap Dapil Kota Madiun Pemilu 2019 (Menggunakan Bilangan Pembagi Penduduk) KOTA : MADIUN Keputusan KPU Nomor 14/PL Sumber Data : Kpt/03/KPU/I/2018 JUMLAH PENDUDUK : JUMLAH KURSI : 30 BPPd : NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI Jml Pend/BPPd Pembulatan 1 KARTOHARJO , TAMAN A , TAMAN B , MANGUHARJO ,91 8 TOTAL Catatan : - Sesuai UU Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 191 ayat (2) huruf c : kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari orang sampai dengan orang memperoleh alokasi 30 kursi.

9 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK PENGHITUNGAN TAHAP 2 ALOKASI SISA KURSI PENDUDUK PERINGKAT SISA PENDUDUK ALOKASI SISA KURSI TOTAL ALOKASI KURSI pembulatan dari jml pend/bppd jml pend- (alokasi kursi*bppd) 1 KARTOHARJO TAMAN A TAMAN B MANGUHARJO TOTAL Untuk Kecamatan Taman terpisah menjadi 2 Dapil yaitu Taman A : gabungan dari Kelurahan Mojorejo, Taman, Kejuron dan Pandean. Sementara Taman B : gabungan dari Kelurahan Banjarejo, Demangan, Josenan, Kuncen, dan Manisrejo B.2. Metode Kuota Hamilton Simulasi Penghitungan Alokasi Kursi Setiap Dapil Kota Madiun Pemilu 2019 (Menggunakan Kuota Hamilton) KOTA : MADIUN Keputusan KPU Nomor 14/PL Sumber Data : Kpt/03/KPU/I/2018 JUMLAH PENDUDUK : JUMLAH KURSI : 30 QUOTA : NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK LANGKAH 1 LANGKAH 2 FRAKSIONAL LANGKAH 3 SURPLUS TOTAL QUOTA LOWER QUOTA PARTS (30-28=2) KURSI 1 KARTOHARJO , , TAMAN , , MANGUHARJO , , TOTAL

10 Untuk Kecamatan Taman terpisah menjadi 2 Dapil yaitu Taman A : gabungan dari Kelurahan Mojorejo, Taman, Kejuron dan Pandean. Sementara Taman B : gabungan dari Kelurahan Banjarejo, Demangan, Josenan, Kuncen, dan Manisrejo NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK 1 KARTOHARJO 2 3 TAMAN A TAMAN B 4 MANGUHARJO TOTAL LANGKAH 1 QUOTA LANGKAH 2 LOWER QUOTA FRAKSIONAL LANGKAH 3 SURPLUS TOTAL PARTS (30-28=2) KURSI , , , , , , , , Dari penghitungan alokasi kursi yang ada, baik menggunakan metode BPPd maupun Kuota Hamilton, maka hasil akhir penghitungan alokasi kursi empat dapil di Kota Madiun untuk Pemilu tahun 2019 dapat ditampilkan melalui tabel berikut; Tabel Penghitungan alokasi Kursi Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kota Madiun Pemilu Tahun 2019 DAERAH PEMILIHAN KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI KOTA MADIUN 1 1. KARTOHARJO 2. KELUN 3. TAWANGREJO 4. PILANGBANGO 5. ORO-ORO OMBO 6. SUKOSARI 7. KLEGEN 8. KANIGORO 9. REJOMULYO

11 KOTA MADIUN 2 (TAMAN A) 1. MOJOREJO 2. PANDEAN 3. KEJURON 4. TAMAN KOTA MADIUN 3 (TAMAN B) 1. MANISREJO 2. BANJAREJO 3. DEMANGAN 4. OSENAN 5. KUNCEN KOTA MADIUN 4 1. MANGUHARJO 2. SOGATEN 3. NGEGONG 4. WINONGO 5. NAMBANGAN KIDUL 6. NAMBANGAN LOR 7. MADIUN LOR 8. PANGONGANGAN 9. PATIHAN Jumlah Akhir Penyusunan dan Pemetaan Dapil Kota Madiun Daerah Pemilihan (district) adalah arena kompetisi politik yang sesungguhnya. Sebab disinilah partai politik dan calon anggota legislatif berebut suara pemilih untuk meraih kursi yang tersedia. Bicara tentang daerah pemilihan tidak hanya membahas besaran daerah pemilihan atau jumlah kursi perwakilan yang tersedia di setiap dapil. Tetapi juga penduduk yang diwakili dan wilayah atau area penduduk tersebut tinggal. Jadi dalam setiap dapil terdapat 3 unsur; kursi, penduduk dan wilayah. Ketiganya saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembentukan daerah pemilihan. Tujuan pembentukan dapil adalah memperjelas hubungan penduduk dan pemilih dengan wakilnya. Pada saat Pemilu, penduduk dan pemilih mengetahui calon-calon yang hendak dipilih. Sedangkan pada pasca Pemilu, penduduk dan pemilih dapat menyalurkan aspirasi kepada wakil-wakil yang terpilih. Dengan demikian daerah pemilihan dapat menjaga hubungan akuntabilitas perwakilan. Di satu pihak, penduduk dan pemilih mengetahui dan bisa berhubungan dengan wakilwakilnya untuk memperjuangkan kepentingannya. Di lain pihak, para wakil mengetahui dengan pasti penduduk dan pemilih mana yang harus diperjuangkan

12 kepentingan aspirasinya. (Khoirunnisa DPRD, Perludem 2014, hal. 35) Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi Pada Pemilu tahun 2014 lalu, Kota Madiun terbagi menjadi 4 dapil, yakni Dapil Kota Madiun 1, Kota Madiun 2, Kota Madiun 3 dan Kota Madiun 4. Sebagaimana Lampiran II Keputusan KPU nomor 107/Kpts/KPU/Tahun 2013 tanggal 9 Maret Dapil Kota Madiun pada Pemilu tahun 2014 terbagi sebagai berikut :

13 Sementara itu untuk Pemilu tahun 2019, dapil untuk anggota DPR RI dan dapil untuk anggota DPRD Provinsi telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pasal 187 ayat (5) dan pasal 189 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 menetapkan Dapil untuk Pemilu Anggota DPR dan DPRD Provinsi sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan Lampiran IV Undang-Undang. Sedangkan untuk Dapil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dilakukan oleh KPU sebagaimana bunyi Pasal 194 ayat (5) dan Pasal 195 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun Penyusunan dan penetapan Dapil untuk Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan berkonsultasi kepada DPR. Sebelum ditetapkan oleh KPU, maka tugas KPU Kabupaten/Kota dengan supervisi oleh KPU Provinsi melakukan pengusulan skenario pemetaan Dapil. Melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 16 tahun 2017 tentang Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota DPRD Kab/Kota dalam Pemilu dijelaskan Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dapil adalah kecamatan atau gabungan kecamatan atau bagian kecamatan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah penduduk untuk menentukan Alokasi Kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan partai politik dan penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Mekanisme dan tata cara pengusulan dapil diatur lebih detail melalui Keputusan KPU Nomor 18/PP.02/Kpt/03/KPU/I/2018 tentang Petunjuk Teknis Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum. Dengan mempertimbangkan tujuh prinsip yakni kesetaraan suara, ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional, proporsionalitas, coterminuos (berada dalam satu wilayah yang sama), kohesivitas, integralitas wilayah dan kesinambungan dengan Dapil Pemilu sebelumnya.

14 Peta Dapil Kota Madiun Pemilu tahun 2014 A. Analisis Tujuh Prinsip Penataan dapil A.1. Prinsip Kesetaraan Suara Prinsip kesetaraan suara adalah prinsip yang mengupayakan harga kursi setara antar satu dapil dengan dapil yang lain. Ada juga yang menyebut prinsip kesetaraan penduduk. Prinsip kesetaraan suara merupakan implementasi prinsip demokrasi karena langsung menyentuh pada prinsip kesetaraan hak politik warga negara. Dalam hal ini setiap warga negara tanpa melihat jenis kelamin, ideologi, agama, etnis, asal daerah, pekerjaan maupun kelas ekonomi memiliki kedudukan setara untuk mendapatkan kursi perwakilan. (Khoirunnisa Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal ) Agustiyati dkk, Menetapkan Prinsip kesetaraan suara biasa diungkapkan dengan istilah OPOVOV: one person, one vote, one vallue. Prinsip ini menegaskan bahwa nilai suara yang dimiliki setiap pemilih adalah sama dalam satu pemilihan. Dalam perspektif hak warga negara, kesetaraan suara adalah perwujudan asas persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan.(menyetarakan Nilai Suara Jumlah dan Alokasi Kursi DPR ke Provinsi, Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, Hasyim Asy Ari, August Mallaz, Bukut The Partnership for Governance Reform, September 2011)

15 Dari 7 prinsip pembentukan Dapil sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 16 tahun 2017, prinsip kesetaraan suara diposisikan paling atas, sehingga prinsip kesetaraan suara menjadi dasar utama dalam pengusulan dapil. Hal ini juga terlihat dari metode dan langkah-langkah pembentukan dapil, yang menjadikan BPPd (Bilangan Pembagi Penduduk) sebagai dasar untuk menghitung jumlah kursi berdasarkan jumlah penduduk. Untuk menghitung kesetaraan suara antar dapil dapat dilakukan dengan cara BPPd tingkat kota dibandingkan dengan BPPd dapil. Dengan memperhatikan pergerakan dan perubahan penduduk yang berbeda antar dapil, maka para ahli sepakat, pembagian kursi di suatu dapil dapat dikatakan setara apabila masih dalam kisaran kurang atau lebih dari 10% BPPd tingkat kota. Artinya jika perbandingan antara BPPd suatu dapil dengan BPPd tingkat kota masih dalam kisaran 90% sampai dengan 110%, maka masih bisa disebut setara. Sebaliknya, jika perbandingan antara BPPd dapil dengan BPPd kota kurang dari 90% atau lebih dari 110%, maka kondisi demikian disebut malapportionment, yakni pembagian kursi yang tidak proporsional dengan jumlah penduduk antara satu dapil dengan dapil yang lain. (Khoirunnisa Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 158) Agustiyati dkk, Tabel Penghitungan BPPd Dapil Setelah diketahui harga kursi atau nilai BPPd dari masing-masing dapil, untuk mengetahui nilai kesetaraan suara antar dapil, maka dilakukan perbandingan.

16 Dengan cara BPPd dapil dibandingkan dengan BPPd kota kemudian dikalikan dengan 100%, maka hasilnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut; Tabel Penghitungan Prinsip Kesetaraan Suara Antar Dapil Dapil Jml Penduduk BPPd dapil/bppd kota Prosentase Kota Madiun / % Kota Madiun / % Kota Madiun / % Kota Madiun / % Keterangan: Jumlah penduduk : (DAK2) BPPd : Dari tabel tersebut, jelas menunjukkan bahwa perbandingan harga kursi antar dapil di Kota Madiun masuk kisaran 90% sampai dengan 110%. Dapil Kota Madiun 1 dan Kota Madiun 3, prosentase kesetaraan suaranya mencapai 103%. Sementara dapil Kota Madiun 2 mencapai 94%, Kota Madiun 4 mencapai 99%. Artinya empat dapil yang ada memiliki kesetaraan suara yang sangat signifikan sehingga sangat layak dipertahankan untuk Pemilu tahun A.2. Prinsip Ketaatan Pada Sistem Pemilu Yang Proporsional Prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional mengutamakan pembentukan dapil dengan jumlah kursi besar agar persentase jumlah kursi yang diperoleh setiap Partai Politik setara mungkin dengan persentase suara yang diperolehnya. Artinya, semakin besar besaran dapil, semakin bagus dalam sistem Pemilu proporsional. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 169) Penerapan prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional, KPU merekomendasikan besaran kursi sedang menuju besar. Sebagaimana diatur dalam

17 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017, bahwa besaran alokasi kursi dapil anggota DPRD kabupaten/kota antara 3-12 kursi, maka KPU mengutamakan alokasi kursi antara 6 sampai dengan 12 kursi. Sebagaimana simulasi penghitungan alokasi kursi dengan metode BPPd dan Kuota Hamilton secara berurutan, empat Dapil di Kota Madiun mempunyai alokasi kursi 8,7,6 dan 9. Tabel Usulan Alokasi Kursi Dapil Kota Madiun Pemilu Tahun 2019 NO Dapil Alokasi Kursi 1 Kota Madiun Kota Madiun Kota Madiun Kota Madiun 4 9 Jumlah 30 Dengan alokasi kursi 6, 7, 8 dan 9, maka empat dapil di Kota Madiun sangat patuh terhadap prinsip ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional sehingga layak untuk diusulkan kembali pada Pemilu tahun A.3. Prinsip Proporsionalitas Prinsip proporsionalitas adalah prinsip yang memperhatikan kesetaraan alokasi kursi antar dapil agar tetap terjaga perimbangan jumlah kursi setiap dapil. Maksudnya besaran kursi antara dapil satu dengan dapil yang lain tidak terlalu jomplang. Karena akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi Partai Politik dan calon. Berkompetensi di dapil dengan kursi kecil akan berbeda tingkat persaingannya jika dibanding berkompetensi di dapil dengan kursi besar. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 172) Besaran jumlah kursi dari empat dapil di Kota Madiun sangat proporsional. Dapil Kota Madiun 1 mendapat jatah 8 kursi. Kota Madiun 2 memperoleh alokasi 7 kursi. Kota Madiun 3 memperoleh 7 kursi. Kota Madiun 4 mendapat jatah 9 kursi. Dengan besaran kursi antara 6, 7, 8 dan 9 maka alokasi kursi empat dapil di kota Madiun relatif berimbang tidak jomplang. Dengan demikian persaingan antar Parpol dan calon di masing-masing dapil relatif seimbang. Dengan terpenuhinya prinsip proporsionalitas ini, maka peta dapil di Kota Madiun kembali diusulkan untuk Pemilu tahun 2019.

18 A.4. Prinsip Integralitas Wilayah, Coterminous dan Kohesivitas Kami sengaja memasukkan ketiga prinsip dalam satu bahasan, karena ketiganya saling berkaitan. Penerapan prinsip integralitas wilayah, coterminous dan kohesivitas untuk dapil Kota Madiun tidak dapat dipisahkan. Ketiga prinsip saling menunjang dan saling menguatkan. Prinsip integralitas wilayah adalah prinsip yang menekankan pada keutuhan dan keterpaduan suatu wilayah kecamatan yang akan disusun menjadi satu dapil. Wilayah-wilayah yang ada harus saling berbatasan dengan tetap memperhatikan keutuhan, keterpaduan, mempertimbangkan kondisi grografis, sarana perhubungan dan aspek kemudahan sarana transportasi. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 174) Dari peta dapil yang diusulkan, semua wilayah kelurahan di Kota Madiun yang tercakup dalam satu dapil saling berbatasan, utuh dan terpadu. Terintegrasi juga melalui sarana perhubungan maupun sarana transportasinya. Pengembangan prinsip integralitas wilayah adalah prinsip coterminous yakni penataan dapil dengan mengutamakan ketercakupan wilayah yang sama antara dapil untuk anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Artinya dapil untuk anggota DPR harus mencakup dapil untuk anggota DPRD Provinsi dan dapil untuk anggota DPRD kabupaten/kota. Dalam konteks Pemilu di Indonesia, penerapan prinsip coterminous sangat penting karena Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota dilaksanakan bersamaan. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 175) Untuk Pemilu anggota legislatif, dapil yang ada di Kota Madiun masuk dalam cakupan yang sama dan sinergis. Dapil anggota DPRD Kota Madiun masuk dalam cakupan Dapil Jawa Timur 11 untuk anggota DPRD Provinsi Jawa Timur. Bergabung dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun dengan alokasi 6 kursi. Sementara untuk Dapil anggota DPR RI, dapil Kota Madiun masuk dalam dapil Jatim VIII bergabung dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk, Jombang, Mojokerto dan Kota Mojokerto dengan alokasi 10 kursi.

19 Dapil Anggota DPR RI (lampiran III UU Nomor 7 tahun 2017) Dapil Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur (lampiran IV UU Nomor 7 tahun 2017) Prinsip penunjang selanjutnya adalah prinsip keenam yakni prinsip kohesivitas. Prinsip kohesivitas sangat memperhatikan sejarah, kondisi sosial budaya, adat-istiadat dan kelompok minoritas. (Khoirunnisa Agustiyati dkk, Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD, Perludem 2014, hal. 176) Prinsip kohesivitas menjadi salah satu pertimbangan ketika akan dilakukan pemecahan dapil di wilayah Kecamatan Taman pada Pemilu tahun Alokasi 13 kursi untuk dapil kecamatan Taman pada Pemilu tahun 2014, melebihi batas maksimal kursi yang diamanatkan undang-undang yakni 12 kursi. Konsekuensinya wilayah Kecamatan Taman harus dipecah menjadi 2 dapil. Setelah melalui konsultasi publik dengan melibatkan stake holder terkait seperti Parpol, akademisi, pemerintah daerah, ormas, dan tokoh-tokoh masyarakat, maka disepakati pemecahan dua dapil untuk wilayah Kecamatan Taman. Disepakati pula bahwa pemecahan wilayah Kecamatan Taman menjadi dua dapil didasarkan pada sejarah masuknya wilayah-wilayah kelurahan menjadi bagian wilayah pemerintahan Kota Madiun sebagaimana sudah dijelaskan di bagian latar belakang. Dapil Kota Madiun 2 atau Taman B meliputi kelurahan-kelurahan perkotaan, yakni Kelurahan Mojorejo, Kejuron, Taman dan Pandean. Dapil Kota Madiun 3 atau Taman A meliputi kelurahan pinggiran yang dalam sejarah awalnya dikenal dengan

20 desa perdikan. Yakni mencakup Kelurahan Manisrejo, Banjarejo, Demangan, Kuncen dan Josenan. Kondisi sosial dan budaya masyarakat di kedua dapil relatif sama, pinggiran dan berbatasan dengan wilayah kabupaten. Dari analisis prinsip integralitas wilayah, coterminous dan kohesivitas dapat disimpulkan bahwa empat dapil di Kota Madiun masih signifikan untuk dipertahankan pada Pemilu tahun Masing-masing dapil berada dalam cakupan wilayah yang sama ditunjang oleh sarana transportasi yang sangat memadai serta memiliki sejarah dan kondisi sosial masyarakat yang relatif sama. A.5. Prinsip Kesinambungan Prinsip kesinambungan adalah prinsip terakhir yang harus diperhatikan dalam pengusulan dan penataan dapil untuk Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota. KPU harus memperhatikan dapil yang sudah ada pada Pemilu sebelumnya (Pemilu tahun 2014). Dapil pada Pemilu tahun 2014 sangat layak untuk dipertahankan jika memang tidak ada alasan obyektif yang menyebabkan harus dilakukan perubahan dapil. Dari analisis tujuh prinsip dalam pengusulan dan penataan dapil, prinsip kesinambungan menjadi kesimpulan bagi KPU Kota Madiun untuk kembali mengusulkan peta Dapil sebagaimana Pemilu Tahun Hal ini dipertegas lagi dengan enam alasan berikut yang memungkinkan dilakukannya penataan ulang dapil. Sebagaimana dijelaskan melalui bimtek KPU RI tentang Kebijakan Umum Dapil, ada enam alasan yang memungkinkan dilakukannya penataan ulang Dapil yakni; 1. Penataan Dapil pada Pemilu Tahun 2014 tidak memenuhi prinsip prinsip penataan Dapil; 2. Kabupaten/kota baru yang terbentuk pasca penetapan Dapil Pemilu Tahun 2014; 3. Kabupaten/Kota Induk, yang sebagian wilayahnya telah membentuk kab/kota baru; 4. Kabupaten/kota yang terdapat penambahan atau pengurangan jumlah kecamatan; 5. Perubahan jumlah penduduk yang mengakibatkan berubahnya alokasi kursi dapil menjadi lebih dari 12 atau kurang dari 3;

21 6. Sebab atau alasan lain dengan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan; (Sumber: Materi Kebijakan Umum Dapil, Bimtek KPU RI ) Mencermati enam alasan perubahan Dapil tersebut tidak ada satu pun alasan yang memungkinkan dapil di Kota Madiun harus ditata ulang atau dilakukan pemecahan. Kondisi geografis dan demografis Kota Madiun relatif masih sama dengan Pemilu tahun Dapil Anggota DPRD Kota Madiun pada Pemilu tahun 2014 masih sangat representatif untuk dipertahankan pada Pemilu tahun Namun perlu penyempurnaan pada urutan dan penyebutan dapil khususnya di wilayah Kecamatan Taman. Wilayah Kecamatan Taman terbagi menjadi 2 dapil yakni Kota Madiun 2 atau Taman B dan Kota Madiun 3 atau Taman A. Untuk memudahkan pengurutan dan penyebutan, maka dapil Kota Madiun untuk Pemilu tahun 2019 diusulkan sebagai berikut : 1. Dapil Kota Madiun 1 meliputi wilayah Kecamatan Kartoharjo 2. Dapil Kota Madiun 2 atau Taman A : mencakup wilayah Kelurahan Kejuron, Mojorejo, Taman dan Pandean. 3. Dapil Kota Madiun 3 atau Taman B : mencakup wilayah Kelurahan Manisrejo, Banjarejo, Demangan, Kuncen dan Josenan. 4. Dapil Kota Madiun 4 meliputi wilayah Kecamatan Manguharjo. Secara lengkap, berikut usulan peta Dapil Kota Madiun untuk Pemilu tahun 2019;

22 Usulan Peta Dapil Kota Madiun Pemilu Tahun Kesimpulan Dari bahasan dan analisis 7 prinsip dalam penataan dapil, maka naskah akademik ini memberikan saran dan kesimpulan sebagai berikut ; 1. Dapil Kota Madiun untuk Pemilu Tahun 2019 terdiri dari 4 dapil. 2. Peta Dapil Kota Madiun pada Pemilu tahun 2014 dipertahankan dan kembali diusulkan untuk dapil Pemilu tahun Dilakukan perubahan penyebutan Dapil di wilayah Kecamatan Taman. Kota Madiun 2 yang pada Pemilu Tahun 2014 identik dengan Taman B, diusulkan menjadi Taman A. Sebaliknya Dapil Kota Madiun 3 yang identik dengan Taman A diusulkan menjadi Taman B. 4. Secara berurutan berikut usulan penyebutan Dapil Kota Madiun untuk Pemilu Tahun 2019; a. Dapil Kota Madiun 1 meliputi wilayah Kecamatan Kartoharjo b. Dapil Kota Madiun 2 atau Taman A : mencakup wilayah Kelurahan Kejuron, Mojorejo, Taman dan Pandean.

23 c. Dapil Kota Madiun 3 atau Taman B : mencakup wilayah Kelurahan Manisrejo, Banjarejo, Demangan, Kuncen dan Josenan. d. Dapil Kota Madiun 4 meliputi wilayah Kecamatan Manguharjo. 2019; Secara lengkap, berikut usulan peta Dapil Kota Madiun untuk Pemilu tahun Usulan Peta Dapil Kota Madiun Pemilu Tahun Saran dan Masukan Naskah akademik ini sengaja disusun dalam rangka memberikan landasan dan legitimasi akademik dalam proses pengusulan dapil anggota DPRD Kota Madiun untuk Pemilu tahun Selanjutnya usulan dapil sebagaimana yang direkomendasikan dalam naskah akademik ini juga diumumkan di laman web kpumadiunkota.go.id untuk mendapatkan tanggapan dari masyarakat. Saran dan masukan masyarakat diharapkan akan memperkuat legitimasi publik terhadap usulan dapil yang ada.

24 Sesuai jadual tahapan Pemilu tahun 2019 sebagaimana diatur dalam PKPU nomor 7 tahun 2017 yang telah direvisi menjadi PKPU 5 tahun 2018, KPU Kota Madiun akan melakukan uji publik terhadap usulan dapil yang ada. Dengan mengundang seluruh stake holder terkait seperti Partai Politik, ormas, akademisi, Bawaslu, tokoh masyarakat, media massa serta dari unsur pemerintah daerah Kota Madiun. Uji publik dilakukan dalam rangka mendapatkan legitimasi politik dari stake holder terkait sebagaimana telah diatur melalui Keputusan KPU Nomor 18/PP.02/Kpt/03/KPU/I/2018 tentang Petunjuk Teknis Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum. Dengan tersusunnya naskah akademik usulan dapil anggota DPRD Kota Madiun untuk Pemilu tahun 2019 ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan warisan kepada pihak-pihak terkait khususnya bagi lembaga KPU, Partai Politik, Pemerintah Daerah, akademisi serta para pelaku politik di Kota Madiun. Naskah ini menjadi bagian dari dokumen arsip dalam proses tahapan penyelenggaraan Pemilu anggota legislatif tahun 2019 di Kota Madiun. Ke depan, penulis juga berharap naskah ini dapat menarik minat kalangan akademik untuk melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut. Madiun, 31 Januari 2018 KPU Kota Madiun Latutik Mukhlisin div. teknis