WALIKOTA PALANGKA RAYA
|
|
- Teguh Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang : a. bahwa dalam mendukung dan menjamin penyelenggaraan suatu Acara Kenegaraan dan Acara Resmi di lingkungan pemerintahan secara tertib, rapi, lancar, teratur, harmonis dan bertanggung jawab diperlukan suatu pengaturan keprotokolan di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya; b. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, maka dipandang perlu dibentuk suatu pedoman keprotokolan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan resmi maupun kenegaraan di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, dipandang perlu dibentuk Peraturan Daerah Kota Palangka Raya tentang Keprotokolan di Lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapradja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
2 2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3149); 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3432); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 08 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 01); 11. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun Nomor 02); 12. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Dewan
3 3 Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 03), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1); 13. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04), sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2013 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1); 14. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 05), sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA dan WALIKOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN:
4 4 Menetapkan: PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Dearah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Walikota adalah Walikota Palangka Raya. 3. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Palangka Raya. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Dearah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. 6. Mantan Walikota adalah mantan Walikota Palangka Raya. 7. Ketua DPRD adalah Ketua DPRD Kota Palangka Raya. 8. Wakil Ketua DPRD adalah Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Raya. 9. Anggota DPRD adalah mereka yang diresmikan keanggotaannya sebagai anggota DPRD dan telah mengucapkan sumpah dan janji berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 10. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya. 11. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Palangka Raya. 12. Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat. 13. Kedudukan Protokoler adalah kedudukan yang diberikan kepada Pejabat Negara, pejabat Pemerintahan Daerah dan Pejabat lainnya diwilayah Kota Palangka Raya sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya masingmasing. 14. Acara kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara secara terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta Pejabat Negara dan undangan lain. 15. Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan serta undangan lain.
5 5 16. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pejabat Negara yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang. 17. Pejabat Pemerintahan adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. 18. Forum Koordinasi Pimpinan Daerah adalah sebuah Forum yang dibentuk untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta stabilitas daerah bagi kelancaran pembangunan daerah yang terdiri dari Walikota, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Komandan Distrik Militer, Kepala Kepolisian Resort Kota, dan Kepala Kejaksaan Negeri. 19. Tamu Negara adalah pemimpin negara asing yang berkunjung secara kenegaraan, resmi, kerja, atau pribadi ke negara Indonesia. 20. Tokoh Masyarakat Tertentu adalah Ketua Dewan Perwakikan Daerah Partai Politik, Pemuka Agama, Pemuka Adat Setempat, dan seseorang yang ditempatkan sebagai tokoh oleh masyarakat dan atau secara luas dikenal dengan tokoh termasuk mantan pejabat Pemerintah Daerah. 21. Tata Tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. 22. Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. 23. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. 24. Upacara Bendera adalah upacara yang diselenggarakan di lapangan dan diikuti dengan kegiatan pengibaran bendera sang merah putih. 25. Lagu Kebangsaan adalah lagu kebangsaan Indonesia Raya; 26. Inspektur Upacara adalah Pejabat Tertinggi dalam upacara yang bertindak sebagai pemimpin upacara dan kepadanya disampaikan penghormatan oleh pasukan yang melaksanakan upacara. 27. Komandan Upacara adalah Pejabat dalam upacara yang memimpin seluruh pasukan upacara termasuk memimpin penghormatan kepada Inspektur Upacara. 28. Tuan Rumah adalah Walikota sebagai Kepala Daerah yang menyelenggarakan acara resmi di Kota Palangka Raya. BAB II ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2
6 6 Keprotokolan diatur berdasarkan asas Kebangsaan, Ketertiban, kepastian hukum, Keseimbangan, Keserasian, Keselarasan dan Timbal balik. Pasal 3 Tujuan pengaturan keprotokolan adalah untuk : a. Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan Negara Asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan masyarakat; b. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional; dan c. Menciptakan tata hubungan atau tata pergaulan resmi antar daerah, antar lembaga, antar pejabat dan antar bangsa guna mewujudkan hubungan yang saling menghormati dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat; d. Mendapat kepastian hukum atas status dan kedudukan protokoler bagi pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, pejabat lainnya dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara resmi serta dapat menjadi acuan bagi penyelenggaraan keprotokolan di Kota Palangka Raya. Pasal 4 (1) Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini meliputi: a. Tata Tempat; b. Tata Upacara; dan c. Tata Penghormatan. (2) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberlakukan dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi bagi : a. Pejabat Negara; b. Pejabat Pemerintahan; c. Perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional; dan d. Tokoh Masyarakat Tertentu. BAB III ACARA KENEGARAAN DAN ACARA RESMI Pasal 5 (1) Acara Kenegaraan diselenggarakan oleh negara dan dilaksanakan oleh panitia negara yang diketuai oleh menteri yang membidangi urusan kesekretariatan Negara.
7 7 (2) Acara Kenegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diselenggarakan di lingkungan pemerintahan Kota Palangka Raya, pelaksanaannya dilakukan oleh petugas protokol yag merupakan bagian kesekretariatan pemerintahan Kota Palangka berkoordinasi dengan panitia negara. Pasal 6 (1) Acara Resmi dapat diselenggarakan oleh Lembaga Negara/ kementerian/lembaga Pemerintah Non Kementerian, Instansi Pusat Dan Daerah dan Organisasi Lain. (2) Penyelenggaraan Keprotokolan Acara Resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh petugas protokol Pemerintah Kota Palangka Raya dan/atau petugas protokol instansi lain berkoordinasi dengan Protokol Pemerintah Kota Palangka Raya. Pasal 7 (1) Penyelenggaraan Acara Kenegaraan dan Acara Resmi dilaksanakan sesuai dengan aturan Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan. (2) Acara Kenegaraan dan Acara Resmi dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera. (3) Acara Kenegaraan dan acara resmi yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya dan/atau oleh Pemerintah Kota Palangka Raya diawali dengan pengucapan salam kedaerahan. (4) Dalam hal terjadi situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan terlaksananya atau berlangsungnya Acara Kenegaraan dan/atau Acara Resmi, pelaksanaan acara dimaksud menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tersebut. BAB IV TATA TEMPAT Pasal 8 Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, Pejabat Lainnya, Perwakilan Negara asing, organisasi Nasional/internasional, Tokoh Masyarakat Tertentu di Kota Palangka Raya dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi mendapat tempat sesuai dengan pengaturan Tata Tempat.
8 8 Pasal 9 (1) Pejabat Negara, pejabat Pemerintah, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, Pejabat Lainnya dan Perwakilan Negara Asing, Organisasi Nasional/Internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu memperoleh penghormatan protokol dalam acara resmi. (2) Acara resmi dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Acara resmi Pemerintah yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya; b. Acara resmi Pemerintah Kota Palangka Raya yang menghadirkan Pejabat Pemerintah; c. Acara resmi Pemerintah Kota Palangka Raya yang dihadiri oleh Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, Pejabat Lainnya, Perwakilan Negara Asing, Organisasi Nasional/Internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu. (3) Pengaturan Tata Tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Walikota Palangka Raya. Pasal 10 Tata Tempat dalam Acara Kenegaraan dan Acara Resmi yang dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya ditentukan dengan urutan : a. Presiden Republik Indonesia; b. Wakil Presiden Republik Indonesia; c. Mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia; d. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; e. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; f. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia; g. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; h. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia; i. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia; j. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia; k. Perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan; l. Duta besar/kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional; m. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia, Gubernur Baink Indonesia, Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum, Wakil Ketua Badan Pemeriksa
9 9 Keuangan Republik Indonesia, Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Wakil Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia, Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia; n. Menteri, pejabat setingkat Menteri, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia, serta Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia; o. Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia; p. Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; q. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ketua Muda dan Hakim Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan anggota Komisi Yudisial Republik Indonesia; r. Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan sebagai pejabat negara, pemimpin lembaga negara lainnya yang ditetapkan dengan undang-undang, Deputi Gubernur Senior dan s. Gubernur/kepala daerah; t. Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu; u. Pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, Wakil Menteri, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia, Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia, Wakil Gubernur, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, pejabat eselon I atau yang disetarakan; v. Walikota/Bupati dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten; dan w. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan tingkat nasional yang secara faktual diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat. Pasal 11 (1) Tata Tempat dalam Acara Resmi yang diselenggarakan di Kota Palangka Raya ditentukan dengan urutan : a. Walikota; b. Wakil Walikota;
10 10 c. Mantan Walikota dan mantan Wakil Walikota; d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; f. Sekretaris daerah, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan semua badan peradilan, dan Kepala Kejaksaan Negeri; g. Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; i. Pemuka agama, Pemuka Adat, dan Tokoh Masyarakat; j. Asisten Sekretaris Daerah, Kepala Badan, Kepala Dinas Pejabat Eselon II, Kepala Kantor, kepala kantor perwakilan Dinas Pejabat Eselon II, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, dan Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Palangka Raya; k. Kepala instansi vertikal, kepala unit pelaksana teknis instansi vertikal, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan di kecamatan, dan kepala kepolisian di kecamatan; l. Sekretaris, Kepala Bagian, Camat, Kepala Bidang dan pejabat eselon III; dan m. Lurah dan pejabat eselon IV. Pasal 12 Tata Tempat bagi penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah dalam pelaksanaan Acara resmi sebagai berikut : a. Dalam hal Acara resmi dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden, penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Presiden dan/atau Wakil Presiden; b. Dalam hal Acara Resmi tidak dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden, penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintah yang tertinggi kedudukannya. Pasal 13 (1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan dan/atau Acara Resmi dapat diimbangi isteri atau suami.
11 11 (2) Isteri dan suami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menempati urutan sesuai Tata Tempat suami atau isteri. Pasal 14 (1) Tata Tempat sebagaimana diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dapat disesuaikan dengan acara-acara yang bukan acara resmi dan/atau acara kemasyarakatan. (2) Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu berhalangan hadir pada Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, tempatnya tidak diisi oleh yang mewakilinya. (3) Seorang yang mewakili sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapat tempat sesuai dengan kedudukan sosial dan kehormatan yang diterimanya atau jabatannya dan kedudukannya. BAB V TATA UPACARA Bagian Kesatu Upacara Bendera Pasal 15 Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi : a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia; b. Hari besar nasional; c. Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara; d. Hari ulang tahun lahirnya Provinsi Kalimantan Tengah; e. Hari ulang tahun lahirnya Kota Palangka Raya dan Pemerintah Kota Palangka Raya; dan f. Upacara Apel Gabungan TNI/POLRI dan PNS Jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya. Pasal 16 Tata upacara bendera dalam penyelenggaraan Acara Kenegaraan dan Acara Resmi meliputi : a. Tata urutan dalam upacara bendera; b. Tata bendera negara dalam upacara bendera; c. Tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan d. Tata pakaian dalam upacara bendera. Bagian Kedua Tata urutan dalam upacara bendera
12 12 Pasal 17 Tata urutan upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi tata urutan upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan tata urutan upacara bendera dalam upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b sampai dengan huruf f. Pasal 18 Tata urutan upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a sekurang-kurangnya meliputi : a. Pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya; b. Mengheningkan cipta; c. Pembacaan Naskah Pancasila; d. Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan e. Pembacaan doa. Pasal 19 Tata urutan upacara dalam rangka peringatan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sekurang-kurangnya meliputi : a. Pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya; b. Mengheningkan cipta; c. Mengenang detik-detik Proklamasi diiringi dengan tembakan meriam, sirine, bedug, lonceng gereja dan lain-lain selama satu menit; d. Pembacaan Teks Proklamasi; dan e. Pembacaan doa. Bagian Ketiga Tata Bendera Negara Pasal 20 Tata bendera negara dalam upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi : a. Bendera dikibarkan sampai dengan saat matahari terbenam; b. Tiang bendera didirikan di tempat upacara; dan c. Penghormatan pada saat pengibaran atau penurunan bendera. Bagian Keempat Tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera Pasal 21 (1) Tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c meliputi :
13 13 a. Pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya; b. Iringan lagu Kebangsaan dalam pengibaran atau penurunan Bendera Negara dilakukan oleh korps musik atau genderang dan/atau sangkakala, sedangkan seluruh peserta upacara mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan menurut keadaan setempat. (2) Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau sangkakala pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi dengan lagu kebangsaan oleh seluruh peserta upacara. (3) Waktu pengiring lagu untuk pengibaran atau penurunan bendera tidak dibenarkan menggunakan musik dari alat rekam. Bagian Kelima Tata pakaian dalam upacara bendera Pasal 22 (1) Tata pakaian upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan menurut jenis acara. (2) Dalam Acara Kenegaraan digunakan pakaian sipil lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, atau pakaian nasional yang berlaku sesuai dengan jabatannya atau kedudukannya dalam masyarakat. (3) Dalam Acara Resmi dapat digunakan pakaian sipil harian atau seragam resmi lain yang telah ditentukan. (4) Pakaian Adat Daerah di gunakan dalam acara HUT Provinsi Kalimantan Tengah, HUT Kota dan Pemerintah Kota Palangka Raya dan acara adat daerah Kota Palangka Raya. (5) Ketentuan mengenai pakaian sipil lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, pakaian nasional, pakaian sipil harian, atau seragam resmi diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan yang berlaku yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota. Pasal 23 (1) Pelaksanaan Upacara Bendera dalam acara kenegaraan dan acara resmi beserta segala kelengkapannya dan perlengkapannya menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksana dan berkoordinasi dengan Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya. (2) Kelengkapan upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain, meliputi : a. Inspektur Upacara; b. Komandan Upacara; c. Perwira Upacara; d. Peserta Upacara; e. Pembawa Uaskah; f. Pembaca Naskah; g. Pembawa Acara; dan
14 14 h. Pengibar Bendera. (3) Perlengkapan upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain, meliputi : a. Bendera; b. Tiang Bendera dengan tali; c. Mimbar Upacara; d. Naskah Proklamasi; e. Naskah Pancasila; f. Naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan g. Teks doa. (4) Dalam hal terjadi situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan terlaksananya upacara sebagaimana di maksud dalam pasal 16, tata upacara di laksanakan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Bagian Keenam Upacara bukan Upacara Bendera Pasal 24 (1) Upacara bukan upacara bendera dapat dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. (2) Tata Upacara bukan upacara bendera dalam penyelenggaraan Acara Kenegaraan atau Acara Resmi meliputi tata urutan upacara dan tata pakaian upacara. (3) Tata urutan acara bukan upacara bendera sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain, meliputi : a. Menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya; b. Pembukaan; c. Acara pokok; dan d. Penutup. (4) Tata pakaian upacara bukan upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan menurut jenis acara. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata pakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Walikota. Pasal 25 Bendera Negara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi upacara bukan upacara bendera dipasang pada sebuah tiang bendera dan diletakkan di sebelah kanan mimbar. Bagian Ketujuh Pelantikan Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya Pasal 26
15 15 (1) Pelantikan Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang atau oleh pejabat yang di tunjuk pejabat yang berwenang diselenggarakan dalam suatu acara resmi. (2) Pelantikan sebagaimana di maksud pada ayat (1) urutannya adalah Pengambilan sumpah atau janji jabatan, Pelantikan dan di lanjutkan dengan serah terima jabatan. (3) Tata cara dan pengaturan selanjutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan di atur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedelapan Persemayaman dan Pemakaman Pasal 27 (1) Upacara Persemayaman dan pemakaman berupa : a. Pelepasan jenazah dari rumah duka ke persemayaman; b. Pelepasan jenazah dari tempat persemayaman ke tempat pemakaman; c. Prosesi pengurusan jenazah di liang lahat; dan d. Penurunan jenazah ke liang lahat/pemakaman. (2) Tata cara persemayaman dan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sesuai dengan agama yang di anut pejabat atau tokoh masyarakat yang bersangkutan. (3) Upacara pesemayaman dan pemakaman sebagaimana di maksud pada ayat (1) dan ayat (2) di atur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota. Bagian Kesembilan Acara Kemasyarakatan Pasal 28 Acara Kemasyarakatan yang bersifat sosial, budaya, ekonomi dan politik yang di selenggarakan dalam acara resmi atau upacara yang di hadiri oleh Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya dan Tokoh Masyarakat tertentu di aplikasikan pengaturan tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Bagian Kesepuluh Rapat dan atau Seminar Pasal 29 Rapat dan/atau seminar yang diselenggarakan dalam acara resmi, yang di hadiri Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Tokoh Masyarakat tertentu di aplikasikan pengaturan tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB VI TATA PENGHORMATAN Pasal 30
16 16 (1) Penghormatan diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu di wilayah Kota Palangka Raya sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya masingmasing. (2) Penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Penghormatan dengan bendera negara; b. Penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau c. Bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. (3) Tata penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Bagian Kesatu Tata Lambang Kehormatan Negara Pasal 31 (1) Lambang Kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari lambang negara, Garuda Pancasila, Bendera Kebangsaan Merah Putih, Gambar Resmi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. (2) Penggunaan lambang kehormatan negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana di maksud pada ayat (1) dalam setiap acara resmi di daerah harus selaras dengan kedudukannya sebagai lambang kedaulatan negara. Pasal 32 (1) Pemasangan Lambang Kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tempat tempat tertentu susunannya adalah sebagai berikut : a. Lambang Negara di tempatkan lebih tinggi dari bendera kebangsaan sang merah putih; b. Bendera kebangsaan sang merah putih di pasang pada tiang yang ketinggiannya lebih atau paling sedikit sama utamanya dengan gambar resmi Presiden Republik Indonesia; c. Tata letak bendera kebangsaan sang merah putih di pasang pada tiang sebelah kanan mimbar; dan d. Gambar resmi Presiden dan Wakil Presiden ditempatkan sejajar yang letaknya dibawah atau sama utamanya dengan ujung tiang bendera kebangsaan. Bagian Kedua Panji-Panji dan Lambang Daerah Pasal 33 (1) Bendera Daerah, atau organisasi atau panjí panjí dapat di pasang di tempat Upacara; (2) Tata letak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di sebelah kiri tiang bendera kebangsaan atau disebelah kiri mimbar; dan (3) Ukuran tinggi dan besarnya tidak boleh melebihi tinggi dan besarnya bendera kebangsaan sang merah putih. Bagian Ketiga Pengibaran setengah Tiang Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih Pasal 34
17 17 (1) Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya dan Pejabat lainnya serta tokoh masyarakat tertentu di wilayah Kota Palangka Raya meninggal dunia mendapatkan penghormatan berupa pengibaran bendera setengah tiang bendera kebangsaan Sang merah putih selama : a. 2 (Dua) hari bagi Walikota dan Wakil Walikota, Pimpinan DPRD dan Pejabat unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah; b. 1 (Satu) hari bagi Sekretaris Daerah, anggota DPRD dan Tokoh Masyarakat tertentu; (2) Pengibaran setengah tiang bendera kebangsaan sang merah putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di lakukan sebagai tanda berkabung di lingkungan instansinya masing-masing. (3) Jika bertepatan dengan tanggal 17 Agustus atau tanggal bersejarah yang di tetapkan oleh Pemerintah, pengibaran bendera kebangsaan sang merah putih setengah tiang di lakukan satu hari setelah tanggal bersejarah tersebut. (4) Pengibaran setengah tiang bendera kebangsaan sang merah putih meninggalnya tokoh masyarakat tertentu pengibarannya di lakukan ditempat yang bersangkutan berkiprah dan atau di halaman gedung DPRD. (5) Selama Pengibaran bendera kebangsaan sang merah putih sebagaimana di maksud pada ayat (1) dinyatakan sebagai hari berkabung Pemerintah Kota Palangka Raya dan organisasi atau masyarakat tertentu. Bagian Keempat Pengamanan dan Pengaturan Acara Resmi Pasal 35 (1) Pengamanan di berikan kepada Walikota dan Wakil Walikota, pimpinan DPRD dan Pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah. (2) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengamanan pada saat acara resmi dan pengawalan yang dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan sebuah acara. Bagian Kelima Nomor Polisi Kendaraan Dinas Jabatan Pasal 36 (1) Kendaraan Dinas Jabatan yang digunakan oleh Walikota, Ketua DPRD, Pejabat Unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Pejabat Pemerintah Kota Palangka Raya dan Pejabat lainnya di berikan tanda nomor polisi kendaraan dinas jabatan dengan huruf seri. (2) Protokol tanda nomor polisi kendaraan dinas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut : a. Walikota, huruf kode wilayah, angka pendaftaran satu (1); b. Ketua DPRD, huruf kode wilayah, angka pendaftaran dua (2); c. Kepala Kejaksaan Negeri, huruf kode wilayah, angka pendaftaran tiga (3); d. Ketua Pengadilan Negeri, huruf kode wilayah, angka pendaftaran empat (4); e. Wakil Walikota, huruf kode wilayah, angka pendaftaran lima (5); f. Pengaturan nomor polisi kendaraan dinas untuk pejabat lainnya di sesuaikan dengan tingkat urutan masing masing pejabat.
18 18 BAB VII TAMU NEGARA, TAMU PEMERINTAHAN, DAN/ATAU TAMU LEMBAGA NEGARA LAINNYA Pasal 37 (1) Tamu Negara, tamu pemerintah, dan/atau tamu lembaga negara lain yang berkunjung ke Negara Indonesia mendapat pengaturan keprotokolan sebagai penghormatan kepada negaranya sesuai dengan asas timbal, norma-norma, dan/atau kebiasaan dalam tata pergaulan internacional. (2) Tamu Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari presiden, raja, kaisar, ratu, yang dipertuan agung, paus, gubernur jenderal, wakil presiden, perdana menteri, kanselir dan sekretaris jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa. (3) Kunjungan tamu negara dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kunjungan kenegaraan, kunjungan resmi, kunjungan kerja atau kunjungan pribadi. Pasal 38 Pengaturan keprotokolan terhadap Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan/atau tamu lembaga negara lain dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 39 (1) Pembiayaan penyelenggaraan keprotokolan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Palangka Raya, di bebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan harus memperhatikan prinsip efisiensi dan di sesuaikan dengan kondisi masyarakat dan atau keuangan Pemerintah Kota Palangka Raya. (2) Pembiayaan keprotokolan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan/atau organisasi kemasyarakatan menjadi beban masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
19 19 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya. Ditetapkan di Palangka Raya pada tanggal 13 Mei 2013 WALIKOTA PALANGKA RAYA, Ttd H. M. RIBAN SATIA Diundangkan di Palangka Raya pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KOTA PALANGKA RAYA, Ttd SANIJAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 NOMOR
20 20 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA I. UMUM Negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dengan Tata Pengaturan mengenai Keprotokolan. Pengaturan Keprotokolan tersebut perlu disesuaikan dengan dinamika yang tumbuh dan berkembang dalam sistem ketatanegaraan, budaya, dan tradisi bangsa. Banyak terjadi di beberapa organisasi atau institusi formal, personpersonnya kadang tidak memahami pentingnya protokoler. Sehingga kadang opening ceremony suatu kegiatan menjadi carut marut. Memang kadang orang berpikir ceremonial tak begitu dipermasalahkan jika substansi dari acara itu sendiri bagus dan lancar. Tapi protokoler seperti ini tidak akan pernah bisa kita hilangkan begitu saja, terlebih jika kegiatan yang diselenggarakan berhubungan atau dihadiri mereka yang memiliki jabatan dan pangkat tertentu (VIP) dan juga memiliki derajat tertentu (Very Important Citizen). Pengaturan Keprotokolan juga diperlukan terhadap lembaga negara yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang. Dalam rangka penyempurnaan pengaturan mengenai Keprotokolan khususnya mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau tamu negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan masyarakat maka ditetapkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dimana ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan yang diberlakukan dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat tertentu. Dalam Peraturan Daerah ini diatur mengenai penyelenggaraan Acara Kenegaraan dan Acara Resmi yang dilaksanakan sesuai dengan Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan baik dalam upacara bendera maupun bukan upacara bendara. Penyelenggara Acara Kenegaraan
21 21 dilaksanakan oleh Panitia Negara yang diketuai oleh menteri yang membidangi urusan kesekretariatan negara, sedangkan penyelenggara Keprotokolan Acara Resmi dilakukan oleh : 1. Lembaga negara yang kewenangannya disebutkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Lembaga negara yang dibentuk dengan atau dalam Undang-Undang; 3. Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian; 4. Instansi pemerintah pusat dan daerah; dan 5. Organisasi lain. Pengaturan Keprotokolan dalam dalam Peraturan Daerah ini berasaskan kebangsaan, ketertiban dan kepastian hukum, keseimbangan, serta keselarasan dan timbal balik yang bertujuan : a. memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan masyarakat; b. memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional; dan c. menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa. Fungsi Protokol sangat penting karena terkait dengan sukses tidaknya penyelenggaraan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat. Karena protokol merupakan seperangkat aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan sehubungan dengan penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara. Untuk kelancaran proses keprotokoleran pada Pemerintah Kota Palangka Raya diperlukan suatu legalitas dasar hukum pasti yang mengaturnya; baik mengenai teknis pelaksanaan maupun dari sisi pembiayaannya. Sebagai sebuah institusi formal, maka di Pemerintah Daerah seharusnya ada person-person yang memahami perihal Protokoler secara benar. Acara-acara resmi semestinya diatur sesuai dengan etiket resmi dalam hal pengaturan tempat, tata upacara, dan tata penghormatan secara benar dimana dalam kegiatan pemerintahan, khususnya Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya, Peraturan Daerah ini merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan.
22 22 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Kebangsaan adalah bahwa keprotokolan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik atau kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia; Ketertiban dan Kepastian Hukum adalah keprotokolan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui adanya kepastian hukum. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan adalah keprotokolan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara. Timbal Balik adalah keprotokolan diberikan setimpal atau balas jasa terhadap keprotokolan dari negara lain. Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Telah dijelaskan pada Pasal 1 tentang Ketentuan Umum Ayat (2) Pasal 5 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan Panitia Negara adalah panitia yang susunan keanggotaannya ditetapkan dengan keputusan presiden untuk melaksanakan Acara Kenegaraan Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Salam Kedaerahan yaitu salam yang diucapkan pada acara-acara resmi :
23 23 1. Tabe Salamat Lingu Nalatai, salam sujud karendem malempang artinya Salam sejahtera bagi kita semua 2. Adil Ka talino, bacuramin ka saruga, basengat ka jubata artinya hidup adil terhadap sesama, hidup baik pada jalan kebenaran, taat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dijawab Harus. Ayat (4) Yang dimaksud dengan situasi dan kondisi tertentu, antara lain, kondisi tempat dan ruangan yang tersedia, hujan yang berkepanjangan, gempa, banjir, longsor, bencana lainnya Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Huruf a. Huruf b. Huruf c. Huruf d Cukup Jelas Huruf e. Huruf f. Huruf g Yang dimaksud dengan Pimpinan Partai Politik di Kabupaten/Kota adalah ketua wilayah atau sebutan lain pemimpin tertinggi partai politik di kabupten/kota sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga partai politik. Huruf h. Huruf i Yang dimaksud dengan Pemuka Agama di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia, Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia, Ketua Perwalian Umat Budha Indonesia, dan Ketua Umum Organisasi Keagamaan yang diakui oleh Peraturan Perundang-Undangan di kabupaten/kota.
24 24 Yang dimaksud dengan Pemuka Adat adalah tokoh atau pemimpin kesatuan masyarakat adat dengan penyebutan nama jabatan adat dan/atau nama tokoh atau gelar pada suatu daerah tertentu. Tokoh masyarakat tertentu di kabupaten/kota antara lain rektor perguruan tinggi Negeri/Swasta. Huruf j. Huruf k. Huruf l. Huruf m. Pasal 12 Huruf a Yang dimaksud dengan tuan rumah adalah gubernur, dan/atau bupati/walikota sebagai kepala daerah yang menyelenggarakan Acara Resmi di provinsi atau kabupaten/kota. Huruf b Pejabat pemerintah yang tertinggi didasarkan pada tingkat eselonisasi. Pasal 13. Pasal 14. Pasal 15. Pasal 16. Pasal 17. Pasal 18 Huruf a Pengibaran bendera diiringi dengan lagu kebangsaan pada pagi hari dilakukan menjelang detik-detik proklamasi. Huruf b. Huruf c. Huruf d. Huruf e.
25 25 Pasal 19 Huruf a Pengibaran bendera diiringi dengan lagu kebangsaan pada pagi hari dilakukan menjelang detik-detik proklamasi. Huruf b. Huruf c. Huruf d. Huruf e. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Peran tanggung jawab Bagian Protokol Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya dengan tetap melakukan koordinasi dengan SKPD terkait dalam kegiatan upacara bendera dimaksud. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30
26 26 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.125, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Acara Kenegaraan. Protokoler. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 20102010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 20102010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para pejabat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa sebagai tindak
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN
I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN Negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau
Lebih terperinciBUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 27 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 27 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,
PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. Bahwa setiap manusia berhak memperoleh penghormatan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang: a. bahwa sebagai
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa keprotokolan
Lebih terperinciBSN^ BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8TAHUN 2013 TENTANG
BSN^ PERATURAN KEPALA NOMOR 8TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KEPROTOKOLAN KEPALA, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentxian Pasal 7 ayat (2) huruf c Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN Menimbang: Presiden Republik Indonesia, bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 4,
Lebih terperinciPROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciMENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014
MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PROTOKOL KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2014 KEMENRISTEK. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET
Lebih terperinci2015, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi
No.1726, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNASHAM. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN KETUA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 001/KOMNAS HAM/I/2015 TENTANG PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1009, 2014 KEMENPAN RB. Keprotokolan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. Bahwa setiap manusia
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006
PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PROTOKOL DAN KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinci\- Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan dalam pasal 9
BT'PATI TIILUI{GAGIIITG, \- Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan dalam pasal 9 dan Pasal 10 Undang Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor
Lebih terperinciWALIKOTA PRABUMULIH,
PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 01 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005
LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 01 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 44 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUMAJANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 1 Tahun 2006 Seri E PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN
Lebih terperinciPeraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan. Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Keprotokolan di Lingkungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
w w w.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
1 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011. PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk
Lebih terperinciNomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 SERI E TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT dan BUPATI BANDUNG BARAT MEMUTUSKAN:
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
S A L I N A N NOMOR 1/A, 2005 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciL E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E
L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005
1 BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR06 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR06 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES
b. bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004, maka kedudukan protokoler dan keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Brebes, perlu ditetapkan dengan Peraturan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 26 TAHUN 2004 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN
Lebih terperinci-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO
PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,
PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,
Lebih terperinci\- Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan dalam pasal 9
BT'PATI TIILUI{GAGIIITG, \- Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan dalam pasal 9 dan Pasal 10 Undang Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN
PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 18 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN dan ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *40798 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 2004 (24/2004)
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 1 TAHUN 2005 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciSALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS
SALINAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2005 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciQLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
QLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 1999 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI NOMOR : 71 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 34 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 34 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGERTIAN TENTANG KEPROTOKOLAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN Disusun oleh : H. Kusmindar, S.Pd, MM
POKOK-POKOK PENGERTIAN TENTANG KEPROTOKOLAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 Disusun oleh : H. Kusmindar, S.Pd, MM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 0 POKOK-POKOK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KEPROTOKOLAN DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KEPROTOKOLAN DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG JAM KERJA DAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
TELUK BINTUNI SEHATI MENUJU BINTUNI BARU PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI 2003 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI NOMOR 16 TAHUN 2006 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN
Lebih terperinci2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang No
No.131, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Tata Upacara. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA UPACARA DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 2 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PROTOKOLER PEMERINTAHAN PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga citra penyelenggaraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LANDAK
PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO SERI. E PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 2005 SERI. E PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK Menimbang
Lebih terperinci