BAB II DISKRIPSI LOKASI LEMBAGA DPRD KABUPATEN GAYO LUES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DISKRIPSI LOKASI LEMBAGA DPRD KABUPATEN GAYO LUES"

Transkripsi

1 BAB II DISKRIPSI LOKASI LEMBAGA DPRD KABUPATEN GAYO LUES A. Sejarah Kabupaten Gayo Lues Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda daerah Gayo dan Alassecararesmi dimasukkan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas dibagi atasbeberapadaerah yang disebut Kejurun. Kepada Kejurun diberikan sebuah bawar,pedang(semacam tongkat komando) sebagai pengganti surat keputusan. Daerah Gayo dan Alas dibagi atas delapan Kejurun. Enam di Gayo dan dua di Tanah Alas. Di Gayo yaitu Kejurun Bukit, Linge, Syiah Utama, Patiambang, Bebesan dan Abuk; di Tanah Alas, Batu Mbulan dan Bambel. Kejurun Patiamang berkedudukan di Penampaan, dengan luas daerah seluruh Gayo Lues dengan 55 kampung. Kepala pemerintahan dipegang Kejurun dengan dibantu 4 orang Reje Cik yaitu; Porang, Kutelintang, Tampeng, Kemala Derna, Peparik, Penosan,Gegarang dan Padang. Tugas utama Reje dan Rekje Cik adalah membangunanmembangun daerahnya masing-masing dan memungut pajak dari rakyat sertamemilih Kejurun. Kejurun setiap tahun menyetor upeti kepada Sultan Aceh. 42 Konsep Kejurun itu sendiri hampir mirip dengan bupati yang di atas ada seorang gubernur, Kejurun akan bertanggungjawab atas beberapa desa dibawahnya dan Kejurun bertanggungjawab kepada sultan Aceh. Jadi Pada masa itu Gayo Lues sudah diatur dalam pemerintahan kerajaan Aceh yang sistematis. Setelah Sultan Aceh Muhammad Daudsyah menyerah kepada Belanda pada tahun 1903, maka Gubernur Militer Aceh Van Heutsz memutuskan untuk menaklukkan seluruh Aceh. Daerah yang belum takluk adalah daerah Gayo dan Alas, Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan kedua daerah tersebut. Setelah segala sesuatunya dianggap rampung maka Van Daalen mulai menyerang daerah Gayo Lues pada tahun setelah mengalahkan Gayo Laut dan Gayo Deret, akhirnya Van Daalen memasuki daerah Gayo Lues di sebuah kampung terpencil yaitu 42 hal 2

2 Kampung Kela ( 09 Maret 1904). Dari sinilah daerah Gayo Lues ditaklukkan benten demi benteng. Dimulai dengan menaklukkan Benteng Pasir (16 Maret 1904), Gemuyang (18,19,20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (04 April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904) Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei 1904). Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan akhirnya juga dibunuh. Menurut catatan Kempes dan Zentegraaf (Pengarang Belanda) hampir orang Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo seperti Aman Linting, Aman Jata, H. Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen Mayak Tri, Dimus dan lain lain. 43 Jadi dengan ditaklukanya Gayo Lues oleh Belanda maka sistem Pemerintahan Aceh berubah pula dengan Pemerintahan Belanda. Sistem pemerintahan Aceh digantikan dengan sistem Pemerintahan Belanda sehingga terjadi perubahanperubahan di dalam sitem pemerintahan Aceh pada umumnya termasuk Gayo Lues yang ada di pedalaman Aceh. Pasukan Belanda yang pergi meningglakan Gayo Lues ke Tanah Alas kembali lagi pada tahun 1905 untuk menyusun Pemerintahan. Untuk Gayo dan Alas dibentuk Pemerintahan Sipil yang disebut Onder Afdeling. Onder Afdeling Gayo Lues membawahi tiga daerah yang sibet Lanndschap (Kecamatan) yaitu Landschap Gayo Lues di Blangkejeren dikepalai oleh Aman safi'i Landschap Batu Mbulan dikepalai oleh Berakan Landschap Bambel dikepalai oleh Syahidin Sejak tahun Tanah Alas tunduk ke Gayo Lues. Tahun 1926 terjadi pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Blangkejeren yang dipimpin oleh Muhammad Din, pemberontakan gagal, dapat dipadamkan Muhammad Din dibuang ke Boven Digul (Papua) sedangkan kawan-kawannya dibuang ke Cilacap, sukamiskin dan Madura. 45 Jadi daerah Gayo Lues juga hampir sama dengan daerah lainnya di Indonesia masyarakat melakukan perlawanan dengan perang gerilia namun masih bisa 44 : 43 Ibid hal Ibidhal Ibid hal.4.

3 ditaklukan oleh Belanda mengingat persenjataan yang belum secangging Belanda namun dengan alasan perjuangan dan agama islam yang kuat Gayo Lues berjuang memperebutkan tanah Gayo pada khususnya. Pada tahun Gayo Lues dijadikan Jepang sebagai daerah pertahanan terakhir Jepang. Daerah ini cocok untuk pemusatan militer. Untuk itu pemuda-pemuda Gayo Lues dilatih kemiliteran dalam jumlah yang banyak diharapkan pemuda-pemuda ini kelak sebagai pendukung militer Jepang. Pemudapemuda hasil didikan Jepang antara lain adalah Muhammad Din, Bahrin, Zakaria, Maaris, Jalim Umar, Abdurrahim, Asa, Dersat, Hasan Sulaiman, Ahmad Aman Bedus, Hasan Tejem dan lain - lain yang kelak berjasa dalam agresi I dan II.Sehingga ada beberapa pemuda Gayo yang dilatih oleh Jepang yang memang pada mulanya ditujukan untuk membela Jepang namun pada akhirnya merupakan pejuang yang tangguh untuk membela tanah airnya. Gema Proklamasi lama baru sampai ke Gayo Lues. Kepastiannya didapat pada akhir september Pada tanggal 04 Oktober 1945 teks Proklamasi dibacakan di Blangkejeren oleh Muhammad Din. Pada tahun 1946 Pemerintah Aceh menetapkan daerah pedalaman menjadi satu Kabupaten (Keluhakan) yang bernama Keluhakan Aceh Tengah. Luhak (Bupati) dan ibukota Kabupaten dimusyawarahkan antara pemimpin dari Takengon, Blangkejeren, dan Kutacae. Setelah diadakan musyawarah terpilih Raja Abdul Wahab sebagai Luhak Aceh Tengah sedangkan Takengon dipilih menjadi ibukota, A.R Hajat menjadi Patih, Mude Sedang menjadi Wedana Takengon, M. Saleh Aman Sari menjadi Wedana Gayo Lues dan Khabar Ginting menjadi Wedana Tanah Alas. Setelah susunan Pemerintahan terbentuk dan berjalan beberapa bulan mulalilah terasa kesulitan menjalankan roda pemerintahan mengingat hubungan Takengon-Blangkejeren- Kutacane sangat jauh. Atas dasar kesulitan di atas maka sejak tahun 1957 mulailah Gayo Lues dan Alas berjuang untuk membentuk Kabupaten sendiri. Setelah melalui perjuangan penuh liku-liku akhirnya pada tahun 1974 Gayo Lues dan Alas terbentuk

4 menjadi Kabupaten yang dinamakan Kabupaten Aceh Tenggara dengan UU No 4 Tahun 1974 tertanggal 26 Juni Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status Kewedanaan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namu sejak tahun 1975 s.d 1981 status Gayo Lues masih dalam transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan. Dari tahun 1982 Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues yang dipimpin oleh Pembantu Bupati. Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi luasnya daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh Tenggara dan kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan. Pada pertengahan tahun 90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang dengan berfunginya saranan jalan, sehingga menjadikan Kota Blangkejeren sebagai simpang empat, yaitu ; Blangkejeren - Takengon, Blangkejeren - Aceh Selatan (sekarang Abdya), Blangkejeren - Kutacane, Blangkejeren - Aceh Timur. Hal ini memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung PMDN dan PMDA untuk menanamkan modal. Faktor intern di atas ditambah lagi dengan faktor ekstren dengan diresmikannya Pembnatu Bupati Simeulu menjadi Kabupaten Administratif, menyusul Pembantu Bupati Biureun dan Pembantu Bupati Singkil menjadi Kabupaten Administratif. Hal inilah yang merangsang masyarakat GayoLues untuk mengikuti jejak daerah tersebut.atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka pada akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah di Blangkejeren untuk memeperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten administratif. unutk itu dibentuk sebuah Panitia Persiapan Peningkatan Status Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dinamakan Panitia Persiapan Peningkatan Status Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues di Blangkejeren, Kabupaten Aceh Tenggara dengan susunan Panitia sebagai berikut : 47 Ketua : Drs. Maat Husin Wakil Ketua : H. Husin Sabil Wakil Ketua : H. Abdullah Wirasalihin 46 Ibid hal ibid

5 Wakil Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara : AK. Wijaya : H. Syahuddin Thamin : H.M. Saleh Adami : Drs. Buniyamin : H. M. Yakob Mas Dilengkapi dengan Biro-Biro : Biro Keuangan : Drs. H. Saniman M Biro Pendapatan : Drs. Ramli. S, MM Biro Humas : Syhril A.W Biro Seni Budaya : H. Ibrahim Sabri Biro Hukum/Dokumentasi : Drs. H. M. Salim Wahab Biro Adat : A. Rahim Biro Umum : Rajab Abdullah Maksud dan tujuan panitiaini disampaikan kepada Bupati Aceh Tenggara. Bertepuk tidak sebelah tangan, Bupati sangat setuju dan mendukung gagasan yang baik ini. Panitia meminta Bupati aga menyurati Gubernur dan Ketua DPRD i Aceh. Permintaan ini disanggupi oleh Bupati dan Ketua DPRD II Aceh Tenggara denagn mengirim surat kepada Gubernur dan Ketua DPRD Aceh. Petinggi Aceh lalu menyurati menteri yang terkait di Jakarta termasuk pimpinan DPRD RI, pimpinan Parpol dan lain lain yang di rasa patut. Proses di Jakarta sedikit agak terhambat mengingat situasi Negara pun belum begitu stabil. Karena itu Panitia, Pemerintah Daerah Aceh Tenggara dan masyarakat Gayo Lues yang berdomisili di Jakarta berjuang terus tanpa mengenal lelah, tanpa biaya yang melimpah, bekerja tanpa pamrih demi terwujudnya sebuah Kabupaten. Tahun 2000 delegasi dikirim ke Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri Dalam Negeri, pimpinan DPR dan Pimpinan Parpol untuk mohon bantun. Setelah selesai proses yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 agustus 2001 DPOD menetapkan 4 calon Kabupaten dari aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten, sedangkan Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara, Pemda Daerah Aceh

6 merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke Jakarta menemui petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi kabupaten. Akhirnya DPOD menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupayen dalam sidangnya pada tanggal 18 Oktober Tidak lama kemudian pemerintah mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo Lues ke DPR-RI. Dalam sidang paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh fraksi menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainnya. Setelah itu masyarakat Gayo Lues mengusulkan kepada Bupati Aceh Tenggara daftar 5Calon Pelaksana Tuga Bupati, yaitu : 48 Drs. Ramli. S, MM Drs. Syamsul Bahri Drs. Harus Al-Rasyid Ir. Muhammad Alikasim, MM Drs. Abdul Gafar Pada tanggal 2 Juli 2001 Gayo Lues beserta 21 Kabupaten/Kota lainnya diresmikan oleh Mendagri Hari Sabarno sebagai sebuah kabupaten. Pada tanggal 6 Agustus 2002 Gubernur NAD Ir. Abdullah Puteh melantik Ir. Muhammad Alikasim, MM menjadi Pjs. Bupati Gayo Lues di GOR Kutacane. Dengan demikian terbentuklah Kabupaten Gayo Lues. B. Diskripsi Kondisi Kependudukan dan Pendidikan Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu kabupaten di PropinsiNanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai luas wilayah sekitar 5.719,678km2 atau 10,3 persen dari luas Propinsi NAD. Kabupaten Gayo Lues terletakpada , ,45 Lintang Utara dan , ,29 Bujur Timur dengan ketinggian sekitar 850 meter daripermukaan laut yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan.sebagian kawasan Kabupaten Gayo Lues merupakan daerah suaka alamtaman Nasional Gunung Leuser 49. Sehingga daerah Kabupaten Gayo Lues 48 Ibid hal hal. 20.

7 merupakan daerah yang sejuk. Kabupaten Gayo Lues berbatasan sebelah Utara dengan KabupatenAceh Timur dan Aceh Tengah. Sebelah Selatan berbatasan dengankabupaten Aceh Selatan Besar dan Aceh Tenggara. Sebelah Timurberbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Langkat (Sumut) dan sebelahbarat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Barat Daya.Kabupaten ini terdiri dari 11 kecamatan, 20 mukim, 143 desa (kampung),dan 1 kelurahan yakni Kelurahan Kota Blangkejeren. Jadi kabupaten ini terletah hampir ditengah-tengah Provinsi Aceh. Dari luas Kabupaten Gayo Lues seluas 5.719,678 km2 tersebut,kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Blangkejeren yakni mencapai1.139,88 km2 atau 19,93% dari total luas wilayah ini, kemudiankecamatan Pining seluas km2 atau 19,23 persen. Sementarakecamatan yang terkecil luasnya adalah Kecamatan Putri Betung yakni seluas139 km2 atau 2,43 persen dari total luas daerah ini, kemudian KecamatanPantan Cuaca yakni seluas 176 km2 atau 3,08 persen, kecamatan yang jugaterkecil luas daerahnya adalah Kecamatan Kuta Panjang yakni 189,08 km2atau 3,31 persen dari total luas wilayah. Luas wilayah Kabupaten Gayo Luesmenurut kecamatan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 50 Tabel. 1 Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues di setiap Kecamatan No Kecamatan Luas (Km2) 1 Kuta Panjang 189,08 2 Blangjerango 516,38 3 Blangkejeren 1.139,88 4 Putri Betung 139,00 5 Debun Gelang 651,73 50 Ibid hal

8 6 Blangpegayon 280,71 7 Pining 1.100,00 8 Rikit Gaib 419,24 9 Pantan Cuaca 176,23 10 Terangon 645,82 11 Tripe Jaya 461,60 Gayo Lues 5.719,67 Sumber : Gayo Lues Dalam Angka, 2008 Jadi dari tabel di atas terlihat bahwa kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Blangkejeren dengan 1.139,88 km² dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Putri Betung yakni hanya 139,00 km².untuk distribusi kepadatan penduduk bisa dilihat di bawah ini 51 Tabel. 2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues Luas Wilayah Penduduk No Kecamatan Ha Km 2 Jumlah % Jiwa/ha Jiwa /Km 2 1 Blangkejeren , ,92 0, Kuta Panjang , ,63 0, Terangun , ,41 0, Rikit Gaib , ,63 0, KASI%20PENELITIAN.pdf?sequence=6 hal.52

9 5 Pining , ,53 0, Blangjerango , ,31 0, Blangpegayo n 8 Dabun Gelang , ,90 0, , ,83 0, Putri Betung , ,62 0, Pantan Cuaca , ,24 0, Tripe Jaya , ,00 0,29 29 Kab. Gayo Lues , ,13 13 Sumber : Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka (2009) Jadi Kecamatan Blangkejeren yang merupakan kecamatan terluas juga sebagai pusat kota mempunyai kepadatan penduduk tertinggi yaitu 43 jiwa/km² sedangkan untuk kecamatan yang terendah adalah Kecamatan Pining dengan kepadatan penduduk sebesar 2 jiwa/km². Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues tahun 2007 berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rasiojenis kelamin 97. Wilayah yang memiliki jumlah penduduknya yang terbanyakadalah Kecamatan Blangkejeren yakni sebanyak jiwa, dan yangterkecil terdapat pada wilayah Kecamatan Pantan Cuaca yaitu jiwa.dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah yang terpadat penduduknyaadalah Kecamatan Putri Betung yaitu sebanyak 47 jiwa/km2, sedangkan yangterjarang penduduknya terdapat di Kecamatan Pining yakni 4 jiwa/km2.masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang kompleks, karenaakan berimbas pada masalah lainnya seperti sosial dan ekonomi. Untuk

10 itupersebaran penduduk yang tidak merata hendaknya dipecahkan secaraberhati-hati. Sebab bukannya tidak mungkin program pemerataan pendudukyang sedianya ditujukan untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraanrakyat, malahan berbalik menyengsarakan rakyat dan menimbulkankerawanan sosial.faktor tingkat kelahiran, kematian dan migrasi adalah faktor-faktor yangmempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jika dibandingkan dengan tahunsebelumnya laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 memiliki angkayang signifikan sebesar 5,13 persen lebih besar dibanding tahun 2007 yangmencapai 1,55 persen. Jumlah penduduk di Kabupaten Gayo Lues terbanyak terutama di kecamatan Blangkejeren, Terangun dan Kuta Panjang yangmemang berkembang sebagai daerah pendidikan, industri dan permukiman.kepadatan penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2008 adalahrata-rata 14 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2007 adalah 13 jiwa per km2.dengan demikian terjadi penambahan kepadatan sebanyak 1 orang selamasetahun, yang berarti bahwa tidak terjadi penambahan kepadatan yangsignifikan dan angka 14 jiwa per km2 inipun masih tergolong jarangpenduduknya (tidak padat) bila dibanding dengan daerah-daerah perkotaanyang telah maju seperti Jakarta yang umumnya berkisar antara jiwa per km2. 52 Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Hal inijuga berpengaruh pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sertasemua segi kehidupan di kabupaten Gayo Lues. Pendidikan yang merupakankomponen strategis dan mendasar untuk mendukung dan mendorong setiapupaya pembangunan sektor lainnya adalah suatu investasi yang akanmemberikan hasil yang sangat besar karena pembangunan tidak hanyamengandalkan sumber daya alam saja tetapi harus didukung oleh sumberdaya manusia yang handal. Penduduk Kabupaten Gayo Lues menurut pendidikan tertinggi yangditamatkan terbanyak adalah berpendidikan tidak tamat SD yakni mencapai jiwa (34,14 persen) kemudian berpendidikan SD sebanyak jiwa (23,14 persen), selanjutnya berpendidikan SLTP sebanyak Ibid hal. 51.

11 jiwa(3,47 persen), berpendidikan SLTA sebanyak persen (1,73 persen),dan universitas sebanyak 452 orang (0,58 persen). Bila dilihat dari jeniskelamin, penduduk laki-laki lebih banyak berpartisipasi sekolah pada jenjangpendidikan SLTP, SLTA, dan Universitas. Sementara jenjang pendidikan SDdapat dikatakan berimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan. Secarakeseluruhan jumlah lakilaki yang masih bersekolah berjumlah 10,396penduduk dan perempuan berjumlah 8,588. Tetapi, pada jenjang pendidikantidak tamat SD dan tidak pernah sekolah, penduduk perempuan lebih banyak1,8 persen dari penduduk laki-laki. Dengan demikian perlu peningkatanpendidikan di masa depan terutama bagi penduduk perempuan. Berdasarkandata PODES 2008, penduduk Gayo Lues yang dapat membaca dan menulishuruf latin adalah sebanyak penduduk atau sekitar 60,2 persen daritotal jumlah penduduk kabupaten Gayo Lues. 53 Data penduduk Kabupaten Gayo Lues menurut tingkat pendidikan yangditamatkan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : 54 Tabel. 3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Gayo Lues Status Jumlah Persentase Tidak Punya Ijazah (SD) ,14 SD ,14 SLTP ,47 SLTA ,73 Universitas 452 0,58 Sumber : PODES hal Ibid hal. 53.

12 Jadi kebanyakan penduduk Gayo Lues tidak punya ijasah yakni 34,14 % dan hanya 0,58 % penduduk yang sarjana. Dari data ini bisa dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Gayo Lues masih kurang dalam pendidikan sekolah. Sehingga penduduk Kabupaten Gayo Lues menunjukan pertumbuhan pendidikan yang cukup signifikan antara tahun 2008 dengan 2009 hal ini dikarenakan adanya semangat yang tinggi untuk mengenyam pendidikan terlebih banyaknya dibangun infrastruktur sekolah-sekolah untuk mendapatkan pendidikan sekolah. Sementara itu, jumlah taman kanak-kanak di Kabupaten Gayo Luesada sebanyak 8 unit dengan jumlah murid seluruhnya adalah 313 orang danjumlah guru sebanyak 43 orang. Jumlah sekolah TK hanya ada di tigakecamatan yakni Kecamatan Blang Kejeren sebanyak 6 unit dengan jumlahmurid 246 orang, Kuta Panjang sebanyak 1 unit dengan jumlah murid 41orang dan Kecamatan Blang Jerango 1 unit dengan jumlah murid 26 orang.dengan demikian, secara keseluruhan rasio murid dan guru TK di Kabupaten Gayo Lues adalah 7,3 adalah suatu rasio yang ideal. Data selengkapnyadapat dilihat pada tabel di bawah ini. Jumlah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Gayo Lues seluruhnya adasebanyak 87 unit dengan jumlah murid sebanyak orang, dan jumlahguru sebanyak 638 orang. Dengan demikian rasio murid dan guru adalah19,3 suatu angka yang tergolong ideal. Namun, bila dilihat di KecamatanTerangun dan Tripe Jaya rasio murid dengan guru mencapai angka masing-masing33 dan 51,6 suatu angka rasio yang tergolong kurang ideal. Sisi lain,di Kecamatan Rikit Gaib rasio murid dengan guru sangat rendah yakni 8,7,yang berarti terjadi kekurangan murid atau kelebihan guru di kecamatan ini.dengan demikian untuk mencapai rasio murid dengan guru SD yang idealmerata di kabupaten ini, maka perlu disarankan agar sebagian guru yang adadi Kecamatan Rikit Gaib dapat dipindahkan ke Kecamatan Terangun dantripe Jaya. 55 Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalammeningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan pendudukmaka semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Pembangunanpendidikan dilakukan dengan upaya pemerataan kesempatan pendidikan danpeningkatan kualitas pendidikan. Pemerataan 55 Ibid hal 60.

13 kesempatan pendidikandilakukan dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan sepertigedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai daripendidikan dasar sampai pendidikan tinggi yang merata di tiap daerah.peningkatan kualitas pendidikan terkait meningkatkan relevansi systempendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja (link and match) dan lulusanmampu berdaya saing serta berakhlak mulia. Taman Kanak-Kanak yang ada pada 3 dari 11 kecamatan dengan rasiomurid dan guru rata-rata sebesar 7,3. Sekolah Dasar yang ada di setiapkecamatan mempunyai rasio murid dan guru rata-rata sebesar 19,3. SekolahMenengah Pertama yang ada di setiap kecamatan mempunyai rasio murid danguru rata-rata sebesar 25,6. Sekolah Menengah Atas yang ada di 8 dari 11kecamatan mempunyai rasio murid dan guru rata-rata sebesar 20,7. Jumlahperguruan tinggi di Kabupaten Gayo Lues ada sebanyak 3 unit dengan jumlahmahasiswa sebanyak 309 orang dan jumlah dosen sebanyak 25 orang.dengan demikian rasio mahasiswa dengan dosen adalah 12,36. Rasio muriddan guru menggambarkan berapa murid yang ditangani seorang guru.semakin rendah nilai rasio diharapkan semakin banyak perhatian yangdiberikan dari seorang guru, sehingga diharapkan proses belajar mengajardapat lebih baik. 56 Pencapaian derajat pendidikan di Kabupaten Gayo Lues terusditingkatkan dengan melihat aspek ekonomi, sosial budaya dan geografis.ketiga aspek tersebut digabungkan dengan kondisi pendidikan yang terjadiseperti sarana dan prasarana pendidikan, ketersediaan guru terutama didaerah pelosok, biaya pendidikan dan lainlain harus mendapat perhatianyang besar. C. Diskripsi Kondisi Kesehatan, ekonomi dan Sosbud Derajat kesehatan masyarakat merupakan suatu indikator keberhasilanpemerintah. Salah satu modal dasarpembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani,karena dengan keberhasilan pembangunan SDM yang sehat akanmenghasilkan masyarakat yang sehat sehingga akan menjadi pelaku dansasaran pembangunan. Pemerintah dalam hal ini pemerintah 56 Ibid hal.51-52

14 daerahkabupaten Gayo Lues memiliki peran yang sangat signifikan dalammeningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai program dibidang kesehatan. Tujuan dari program-program tersebut adalah untukmenghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam intelektual, fisik,ekonomi dan moral sesuai dengan definisi kesehatan dalam Undang-undangKesehatan tahun 1992 bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera daribadan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktifsecara sosial dan ekonomis. 57 Tabel. 4 Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling dirinci menurut Kecamatan dalam Kabupaten Gayo Lues Tahun 2007 Banyaknya Sarana Kesehatan (unit) No Kecamatan RS Puskesmas Pustu Pusling 1 Kuta Panjang Blangjerango Blangkajeren Putri Betung Debun Gelang Blangpegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca hal 32.

15 10 Terangon Tripe Jaya Gayo Lues Sumber : Gayo Lues Dalam Angka, Tahun 2007 Data yang diperoleh dari Gayo Lues Dalam Angka tahun 2007memperlihatkan bahwa jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Gayo Lues,terdapat 1 (satu) rumah sakit umum (RSU), 12 unit pusat kesehatanmasyarakat (Puskesmas), 28 unit puskesmas pembantu (Pustu), dan 9 unitpuskesmas keliling (Pusling). Jumlah sarana kesehatan juga masih sangat sedikit, sehingga diperlukan penambahan sarana kesehatanuntuk meningkatkan penanganan bagi penderita atau pasien, baik untukpasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Dengan membaiknya derajatkesehatan masyarakat yang didukung oleh baiknya sarana dan prasaranakesehatan diharapkan akan menambah kualitas bagi penduduk Gayo Luesmenjadi semakin baik. Untuk melihat secara jelas di bawah ini akan disajikan banyaknya tenaga kerja kesehatan yang ada di Kabupaten Gayo Lues 58 Tabel. 5 Banyaknya Tenaga KesehatanKabupaten Gayo Lues, Tahun 2007 Banyaknya Tenaga Kesehatan (orang) No Kecamatan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Perawat Bidan 1 Kuta Panjang Blangjerango Blangkejeren Ibid hal. 34.

16 4 Putri Betung Debun Gelang Blang Pegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca Terangon Tripe Jaya Gayo Lues Sumber : Gayo Lues Dalam Angka, Tahun 2007 Menurut data di atas, jumlah tenaga kesehatan masyarakat dikabupaten Gayo Lues yang berprofesi sebagai dokter umum sebanyak 15 orang, dokter spesialis sebanyak 5 orang, bidan sebanyak 84 orang, dan perawat sebanyak 126 orang melihat hal tersebut Kabupaten Gayo Lues masih kekurangan tenaga kesehatan. Kemudian belum tersedianya dokter spesialis di rumah sakit umum akanberpengaruh kepada pelayanan kesehatan kepada masyarakat yangmembutuhkan penanganan khusus.salah satu perhatian utama program kesehatan adalah menurunkanangka kematian bayi (AKB), karena sampai saat ini angka kematian bayimasih tergolong cukup tinggi. Tinggi rendahnya AKB, akan berpengaruhterhadap kualitas kesehatan yang sangat erat kaitannya dengan angkaharapan hidup yang menjadi komponen IPM. Semakin rendah AKB makaangka harapan hidup akan meningkat dan sebaliknya jika AKB tinggi makaangka harapan hidup menjadi rendah. Dari 747 kelahiran bayi di KabupatenGayo Lues maka tercatat 14 bayi lahir mati dan 26 bayi mati. Selain AKB,Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi perhatian utama program kesehatandi Kabupaten Gayo Lues karena angka

17 kematian ibu hamil dan melahirkanmemperlihatkan rendahnya status sosial-ekonomi dan politik perempuan. 59 Sarana air bersih juga merupakan aspek penting dalam kehidupan dan selain sarana air bersih, faktor lingkungan lainnya yang perludiperhatikan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah fasilitas fisikperumahan dan pemukiman yang sehat, termasuk di dalamnya fasilitas untukbuang air besar dan kondisi fisik perumahan seperti jenis lantai rumah, atapdan dinding rumah. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian pemukimandan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. Melihat kondisifasilitas buang air besar rumahtangga di Kabupaten Gayo Lues masih kurang. Daya beli penduduk merupakan salah satu komponen penentu IPMyang sampai saat ini untuk Kabupaten Gayo Lues masih terus mendapatkanperhatian yang lebih. Pada tahun 2008, kemampuan daya beli pendudukkabupaten Gayo Lues sebesar Rp ,- perkapita, yang mengalamisedikit kenaikan dibanding pada tahun 2007 yang sebesar Rp Kenaikan dalam kemampuan daya beli ini yang akhirnya pada tahun 2008indeks pengeluaran perkapita Kabupaten Gayo Lues mencapai sebesar 0, Daya beli penduduk sangat ditentukan oleh kemampuan perekonomiandalam menyediakan lapangan pekerjaan baru dan memberikan kemudahanbagi penduduk untuk mendapatkan penghasilan. Semakin mudah bagipenduduk untuk mendapatkan penghasilan maka semakin meningkat dayabelinya. Dengan penghasilan yang lebih baik maka kemampuan pendudukuntuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan pendidikan dankesehatan keluarga dapat tercapai.sebaliknya jika perekonomian tidak berjalan dengan baik maka akanmenyebabkan penurunan bahkan tidak adanya penciptaan kesempatan kerjadan tidak adanya kemudahan bagi penduduk untuk mendapatkanpenghasilan. Kondisi ini akan menambah jumlah pengangguran dan jumlahpenduduk miskin sehingga akan menurunkan daya beli yang selanjutnyamenurunkan pemenuhan kebutuhan akan kesehatan dan 59 Ibid hal Ibid hal. 37.

18 pendidikankeluarga. Dalam jangka menengah dan panjang penurunan kualitas hiduppenduduk akan menyebabkan biaya yang semakin mahal. Kondisi makro ekonomi Kabupaten Gayo Lues menunjukan bahwasektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar dalam perekonomiankabupaten yaitu di atas 60 peren, meskipun empat tahun terakhirmenunjukkan kecenderungan yang menurun. Sedangkan sektor lainmempunyai kontribusi di bawah 10 persen. Dengan demikian kebijakanpengembangan dan peningkatan produktivitas sektor pertanian menjadiagenda utama kebijakan perekonomian pemerintah Kabupaten Gayo Lues. 61 Perlu upaya pengguliran program penanggulangan kemiskinan danprogram kesejahteraan sosial di Kabupaten Gayo Lues dengan tujuan untukmenjamin standar hidup bagi penyandang masalah sosial, yang selanjutnyamenjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Penyandangmasalah sosial seperti fakir miskin, wanita rawan ekonomi, anak terlantar danlanjut usia terlantar menunjukkan bahwa masalah penyandang sosial sangatberkaitan erat dengan tingkat kemiskinan.usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan basispenghasilan bagi masyarakat, sehingga perlu adanya keterlibatan daripemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam membantu permasalahan yangdihadapi oleh UMKM seperti rendahnya akses permodalan, kesinambunganpasokan bahan baku, lemahnya posisi tawar sehingga menekan harga jual,kualitas produk rendah, rendahnya akses informasi pasar, dan rendahnyadaya saing. Masyarakat kabupaten Gayo Lues mempunyai budaya yang berbeda dan unik, berbeda dengan penduduk di sebagian besar provinsi di Aceh. Mayoritas dihuni oleh suku gayo. Suku Gayo punya bahasa sendiri dan hampir semua memeluk agama islam. Provinsi Aceh yang menerapkan Syariat Islam tentu diterapkan pada masyarakat, Kabupaten Gayo Lues juga menerapkan Syariat Islam dengan Qanun yang telah disetujui oleh DPRD dan merupakan visi dari semua kepala daerah. Dalam prakteknya masyarakat dilarang dalam hal tidak memakai busana islam dan menutup aurat serta tidak dibenarkan bagi seseorang untuk berdua-duaan di tempat yang sepi yang bukan merupakan muhrimnya. Bagi yang melanggar akan diberikan sanksi oleh 61 Ibid hal. 38.

19 dinas Syariat Islam atau yang disebut sebagai Wilayatul hisbahyaitu berupa teguran himbauan atau pun cambuk di depan umum. Selain Syariat Islam masyarakat Gayo Lues punya suatu tradisi yang dari turun temurun melakukan acara saman. Biasanya pada waktu tertentu masyarakat dari suatu kampung akan menjamu kampung lain dengan tarian saman sebagai hal yang utama, namun tujuan dari itu semua adalah menjalin tali silaturrahmi dengan mengangkat orang yang datang sebagai saudara angkat dan kegiatan ini akan dilakukan lagi dengan kampung yang lain. D. DISKRIPSI DPRK GAYO LUES Lokasi lembaga DPRK Gayo Lues terletak di Kecamatan Blangkejeren dekat dengan beberapa kantor pemerintahan misalnya kantor bupati kantor BKD dan rumah dinas dari wakil bupati. Gedung DPRK Gayo Lues terdiri dari dua lantai dan disetiap lantai terdiri dari beberapa ruangan dan setiap ruangan kerja terdapat fasilitas komputer. Disitu juga terdapat musholla, toilet tempat dan tempat parkir yang luas. Gedung ini juga dilengkapi dengan jaringan internet jadi memberikan kemudahan dari lembaga ini memperoleh informasi. Anggota DPRD terdiri dari 20 anggota dan satu ketua. Setiap dari anggota DRDK diberikan satu buah mobil dinas. Sebelum memasuki uraian tentang tugas pokok dan fungsi DPRD selaku lembaga legislatif di daerah beserta hak dan kewenangan yang dimilikinya, terlebih dahulu akan diuraikan keberadaan DPRD sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat di daerah. Semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, secara konstitusional penyelenggaraan pemerintah daerah telah di atur eksistensinya. Hal ini dapat dilihat dari isi pasal 18 UUD 1945, di mana ketentuan ini menghendaki dibentuknya undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan di daerah. Apabila dilihat dari segi hukum maupun peraktek, badan legislatif daerah (DPRD) telah mengalami tujuh (7) kali perubahan kedudukan hukum sesuai dengan pergeseran politik dan perubahan konstitusi yang selalu dikaitkan dengan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan di daerah. Praktek ini sejalan dengan ide dasar pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya, yakni

20 pembentukan pemerintah daerah berikut badan permusyawaratan yang mendampinginya. Adapun pertumbuhan dan perkembangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Dalam undang-undang no tentang pembentukan Komite Nasional Daerah menjadi Badan Perwakilan Rakyat Daerah, yang bersama-sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah menjalankan pekerjaan mengatur rumah tangga daerah, asal tidak bertentangan dengan peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang lebih luas dari padanya. b. Undang-undang No 22 tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, susunan pemerintah daerah terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah. Keadaan DPRD semakin kuat, karena DPRD berwenang membuat pedoman untuk DPD guna mengatur menjalankan kekuasaan, kebijaksanaan dan kewajibannya. Dengan kata lain, ruang gerak DPD ditentukan oleh DPRD, sementara itu Kepala Daerah hanya merupakan Organ Pemerintah Pusat yang bertugas mengawasi pekerjaan dan DPD. c. Undang-undang No 1 tahun 1957, tentang pokok-pokok pemerintahan daerah. Undang-undang ini, pemerintah daerah terdiri dari DPRD dan DPD, sedangkan kepala daerah bukan merupakan organ tersendiri dari Pemerintah Daerah, akan tetapi hanya menjadi Ketua dan anggota DPD karena jabatannya. Hak-hak dan kewajiban DPRD semakin luas, dimana DPRD mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga daerahnya, kecuali yang oleh Undang-Undang ini diserahkan kepada pengusaha lain. d. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1959, tentang Pemerintah Daerah. Dalam penetapan Presiden ini, Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Sedangkan DPD diganti dengan Badan Pemerintah Harian yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Selanjutnya disusul dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5

21 tahun 1960, yang mengatur tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRGR) dan Sekretariat Daerah. e. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965, tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah. Menurut Undang-Undang ini, DPRD merupakan unsur Pemerintah Daerah, yang tanggung jawabnya adalah membuat dan menetapkan Peraturan Daerah, mencalonkan Wakil Kepala Daerah serta mengajukan calon Kepala Daerah. f. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Dalam Undang-Undang ini, yang menempatkan DPRD sebagai unsur Pemerintah Daerah, guna menjamin kerjasama dan keserasian antara Kepala Daerah dan DPRD untuk mencapai tertib pemerintahan di daerah. g. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini DPRD dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan peningkatan pertanggung jawaban Pemerintah Daerah kepada Rakyat. Berdasarkan perkembangan yang ada terutama menyangkut tata pemerintah di daerah, melalui kajian yang berpacu pada landasan sejarah, diharapkan dapat membantu untuk mengetahui sejauh mana eksistensi lembaga legislatif daerah mampu berperan sesuai dengan fungsinya. Seluruh peraturan yang mengatur tentang tata cara pemerintahan di daerah, yang pernah ada dan berlaku selain undang-undang No. 5 Tahun 1974 pada hakikatnya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada DPRD sebagai lembaga legislatif daerah untuk dapat berperan dalam menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan masayarakat yang diwakilinya. Sehingga dengan berdirinya kabupaten Gayo Lues otomatis lembaga legislatif pun terbentuk. Pada mulanya beberapa anggota dewan berasal dari anggota dewan yang ada di kabupaten induknya Aceh Tenggara. Di bawah ini adalah tabel komposisi DPRK Gayo Lues Periode Tabel 6 Komposisi DPRK Gayo Lues Periode Berdasarkan Partai Politik

22 No Partai Politik Jumlah 1 Partai Golongan Karya 3 orang 2 Partai Demokrat 2 orang 3 Partai Amanat Nasional 2 orang 4 Partai Kedaulatan 2 orang 5 Partai Demokrasi Kebangsaan 1 orang 6 Partai Nasional Bintang Kerakyatan Indonesia 1 orang 7 Partai Kebangkitan Bangsa 1 orang 8 Partai Keadilan Persatuan Indonesia 1 orang 9 Partai Indonesia Sejahtera 1 orang 10 Partai Persatuan Daerah 1 orang 11 Partai Aceh 1 orang 12 Partai Persatuan Pembangunan 1 orang 13 Partai Keadlian Sejahtera 1 orang 14 Partai Peduli Rakyat Nasional 1 orang 15 Partai Hati Nurani Rakyat 1 orang Jumlah 20 orang Sumber: Sekretariat DPRK Gayo Lues Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa komposisi keanggotaan DPRK Gayo Lues periode berjumlah 20 orang. Pada komposisi tersebut Partai Golkar memperoleh kursi terbanyak dan di bawahnya Partai Amanat Nasional serta Partai Demokrat sebanyak 2 kursi, selebihnya partai lain masing-masing 1 kursi. Dalam hal penguatan Lembaga Legislatif daerah (DPRD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga legislatif daerah (DPRD) telah menglami perubahan dan peningkatan fungsi serta peran yang sangat berarti dalam hal: 1. DPRD merupakan lembaga perwakilan daerah dan berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

23 2. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama. 3. Membahas dan menyetujui rancangan perda tentang APBK bersama kepala daerah. 4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBK, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama Internasional di daerah. 5. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/wakil kepala daerah kepada presiden melalui menteri dalam Negeri bagi DPRK Provinsi dan kepada menteri dalam Negeri melalui gubernur bagi DPRK Kabupaten Kota. 6. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah. 7. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah dareh terhadap rencana perjanjian Internasional di Daerah. 8. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional di daerah. 9. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. 10. Membentuk panitia pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. 11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Bertolak dari kenyataan bahwa lembaga legislatif adalah lembaga poliik yang merupakan representasi masyarakat, maka bagi anggota yang melaksanakan tugas dalam lembaga tersebut diperlukan kadar pemahaman yang cukup atas prinsip-prinsip dan tata kerja institusi tersebut. Di samping itu anggota perlu pula mempunyai tingkat pemahamn tertentu mengenai kultur politik dan nilai serta kepentingan-kepentingan yang melandasi tingkah laku politik anggota masyarakat secara menyeluruh.

24 DPRK Gayo Lues adalah unsyur pemerintah daerah yang susunannya mencerminkan perwakilan seluruh rakyat daerah Kabupaten Gayo Lues. Adapun yang menjadi tugas dan wewenang DPRK Gayo Lues sesuai dengan Tata Tertib DPRK Gayo Lues adalah: 1. Membentuk Perda/qanun yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama. 2. Menetapkan APBK bersama dengan kepala daerah. 3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBK, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah. 4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada mentri dalam Negeri melalui Gubernur Aceh. 5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap perjanjian internasional di daerah. 6. Meminta laporan pertanggung jawaban kepala daerah dalam pelaksanaan disentralisasi. 7. Tugas-tugas lain yang diberikan undang-undang. Untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya, DPRK memiliki hak, baik hak institusi maupun hak anggota, yaitu : a. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota. Dalam pelaksanaan hak ini, setiap anggota DPRK dapat mengajukan pertanyaan kepada kepala daerah ataupun perangkat daerah. Pertanyaan disusun singkat jelas dan tertulis yang disampaikan kepada pimpinan DPRK. Pimpinan DPRK dapat memusyawarahkan dengan penanya tentang bentuk dan isi pertanyaan. Selanjutnya pimpinan DPRK meneruskan pertanyaan kepada kepala daerah atau perangkat daerah lainnya. Jawaban atas pertanyaan dimaksud oleh kepala daerah atau perangkat daerah disampaikan secara tertulis. Apabila jawaban atas pertanyaan tersebut kurang tepat, tidak memberikan gambaran yang sebenarnya dan atau tidak dapat memecahkan persoalan masalah.

25 Maka penanya akan mengajukan melalui pimpinan dewan untuk di bahas dalam panitia musyawarah. Panitia musyawah adalah panitia yang terakhir untuk memberikan jalan keluarnya. b. Hak meminta keterangan kepada kepala daerah Dalam pelaksanaan hak ini, sekurang-kurangnya lima (5) anggota DPRK dapat mengajukan usul kepada pimpinan DPRK untuk meminta keterangan kepada kepala daerah tentang sesuatu kebijaksanaan dan keputusan bupati. Usul tersebut disusun secara singkat, jelas, dan ditanda tangani oleh para pengusul. Serta usul tersebut diberikan nomor pada mengusul serta usul tersbut diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRK. Kemudian disampaikan kepada pimpinan DPRK. Selanjutnya apabila usul permintaan keterangan kepada bupati disetujuiu dalam rapat paripurna sebagaimana permintaan keterangan DPRK, maka permintaan keterangan tersebut dikirimkan kepada kepala daerah. Dalam pemberian keterangan kepala daerah tersebut, diadakan pembicaraan dengan memberikan kesempatan pada pengusul maupun anggota DPRK lainnya untuk memberikan pandangannya dalam rapat paripurna. Atas pandangan para pengusul dan para anggota DPRK, DPRK dapat menyatakan pendapatnya terhadap jawaban tersebut dalam suatu keputusan. c. Hak mengajukan pernyataan pendapat Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRK dapat mengajukan usul pernyataan pendapat. Usul pernyataan pendapat tersebut disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRK dengan disertai daftar nama dan tanda tangan pengusul. Dan usul pernyataan tersebut juga diberi nomor oleh Sekretariat DPRK. Kemudian usul pernyataan pendapat tersebut oleh pimpinan DPRK disampaikan dalam rapat paripurna DPRK setelah mendapat pertimbangan dari panitia musyawarah. Dalam rapat pari-purna DPRK para pengusul diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan atas usul yang disampaikan tersebut. Pembicaraan mengenai suatu usul pernyataan pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada: Anggota-anggota DPRK lainnya untuk memberikan pandangan, Kepala Daerah untuk menyatakan pendapat, para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para naggota dan pendapat Kepala Daerah. Kemudian

26 pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRK yang menerima atau menolak usul pernyataan pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat DPRK. d. Hak Prakarsa Mengenai Rancangan Peraturan Daerah (Qanun). Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRK dapat mengajukan sesuatu usul prakarsa (inisiatif). Usul prakarsa tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRK dalam bentuk rancangan peraturan daerah disertai penjelasan secara tertulis dan diberi nomor pokok oleh sekretarian DPRK. Kemudian usul prakarsa tersebut oleh pimpinan DPRK disampaikan dalam rapat pari-purna setelah mendapat pertimbangan dari panitia musyawarah. Dalam rapat pari-purna para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul prakarsa tersebut. Dalam pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan dengan memberikan kepada: Anggota-anggota DPRK lainnya untuk memberikan pandangannya, kepala daerah memberikan pendapatnya, dan para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota dan pendapat kepala daerah. Kemudian pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRK yang menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRK. Selama usul prakarsa belum diputuskan menjadi prakarsa DPRK para pengusul berhak mengajukan perubahan atau mencabutnya kembali. e. Hak Mengajukan Perubahan Rancangan Peraturan Daerah Setiap anggota DPRK dapat mengajukan usul perubahan atas rancangan peraturan daerah. Pokok-pokok usul perubahan tersebut disampaikan dalam pemandangan umum para anggota DPRK pada pembicaraan tahap I (satu). Kemudian usul perubahan tersebut disampaikan oleh anggota DPRK dalam tahap II untuk dibahas dan diambil keputusan. f. Hak dan Penyelidikan Setiap anggota DPRK berhak melakukan penyelidikan tersebut, penyelidik wajib dilengkapi surat tugas/surat jalan yang diterbitkan oleh pimpinan DPRD. Penyelidik dalam melakukan penyelidikannya wajib membuat laporan penyelidikannya dan menyampaikannya kepada pimpinan DPRK. Kemudian pimpinan DPRK dapat membentuk panitia musyawarah untuk melakukan

27 penyelidikan yang lebih konfrehensif. Setelah itu hasil penyelidikan yang dilakukan oleh panitia khusus tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRK untuk ditindaklanjuti dan selanjutnya diambil keputusan DPRK setelah memperoleh pertimbangan dari panitia musyawarah. g. Hak Protokoler Dalam hak protokoler ini pimpinan dan anggota dewan dalam melaksanakan tugasnya berhak untuk mendapat perlindungan, keamanan dan pembelaaan. Apabila keadaan menghendaki demi kelancaran tugas pimpinan dan anggota DPRD berhak untuk meminta dan diberikan pengawalan oleh aparat hukum demi menjamin keselamatannya. h. Hak Keuangan Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan DPRK atas beban anggaran dan belanja daerah DPRK menentukan anggaran belanja DPRK, dengan hak-hak keuangan yang terdiri dari: uang refresentasi, uang paket, biaya pemeliharaan kesehatan, tunjangan kehormatan, uang duka dan biaya pengangkutan jenazah, pakaian dinas dan biaya perjalanan dinas. Di sampaing pembiayaan tersebut pada APBK, DPRK juga menentukan pembiayaan untuk: dana penunjang kegiatan, tujangan kesejahteraan, tunjangan perumahan pimpinan dan anggota DPRK, fasilias (bentuk fasilitas ditentukan oleh pimpinan DPRK) dan besarnya hak keuangan dan fasilitas tersebut diputuskan dengan keputusan DPRK setelah memperoleh masukan dan pertimbangan dari panitia anggaran. i. Hak Tenaga Ahli DPRK dalam melaksanakan hak kewajiban, tugas dan wewenang berhak memperoleh tenaga ahli. Anggaran yang diperlukan sehubungan dengan tenaga ahli tersebut dibebankan kepada anggaran dewan. Dengan demikian pengaturan lebih lanjut mengenai tenaga ahli akan diatur dalam keputusan pimpinan DPRK.

SEJARAH RINGKAS KABUPATEN GAYO LUES

SEJARAH RINGKAS KABUPATEN GAYO LUES SEJARAH RINGKAS KABUPATEN GAYO LUES SEJARAH RINGKAS TERBENTUKNYA KABUPATEN GAYO LUES Gayo Lues Pada Zaman Kerajaan Aceh Pada masa pemerintahan Kesultanan Iskandar Muda, daerah Gayo dan Alas dibagi atas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KABUPATEN GAYO LUES. : Nanggroe Aceh Darussalam. : Kab. Nagan Raya, Kab. Aceh Tengah dan Kab. Aceh Timur.

BAB II PROFIL KABUPATEN GAYO LUES. : Nanggroe Aceh Darussalam. : Kab. Nagan Raya, Kab. Aceh Tengah dan Kab. Aceh Timur. BAB II PROFIL KABUPATEN GAYO LUES 2.1 Kabupaten Gayo Lues Nama Resmi Ibu Kota Provinsi Utara Selatan Barat Timur Luas Wilayah : Kabupaten Gayo Lues. : Blangkejeren. : Nanggroe Aceh Darussalam. : Kab. Nagan

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak 79.592 orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun Batil Petangas Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD 35 BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN MPR,DPR, DPD, dan DPRD A. Gambaran Umum tentang Lembaga DPRD Kota Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 17, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, KABUPATEN GAYO LUES, KABUPATEN ACEH JAYA, KABUPATEN NAGAN RAYA, DAN KABUPATEN ACEH TAMIANG, DI PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, KABUPATEN GAYO LUES, KABUPATEN ACEH JAYA, KABUPATEN NAGAN RAYA, DAN KABUPATEN ACEH TAMIANG, DI PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 44 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH BESAR Menimbang : a. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUAPTEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2006 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI TELUK BINTUNI SEHATI MENUJU BINTUNI BARU PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI 2003 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI NOMOR 16 TAHUN 2006 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN

Lebih terperinci

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM -1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 4, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR

Lebih terperinci

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *40798 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 2004 (24/2004)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES

PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN KAMPUNG DALAM KABUPATEN GAYO LUES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI GAYO

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KULIAH 11 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SUSUNAN DAN KEDUDUKAN DPRD terdiri dari anggota Parpol hasil Pemilu Fungsi DPRD Fungsi Pengawasan Fungsi Anggaran 2 Fungsi legislasi DPRD merupakan lembaga perwakilan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 700 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KABUPATEN CIAMIS Jln. Ir. H. Juanda No. 164 Tlp. (0265) 771522 Ciamis 46211 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006 K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 1 TAHUN 2005 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR : 02/KPTS/BPD/2013 TENTANG TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keberadaan Majelis Rakyat Papua

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005

BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005 1 BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH I. UMUM Sejalan dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. BUPATI ACEH TENGAH, bahwa dengan diakuinya keistimewaan Aceh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DAN BADAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 Undang-undang Nomor 22 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 2 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN ACEH, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci