BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widyawati Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian uang tunai kepada Rumah tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajibannya sejak tahun Persyaratan tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas sekolah untuk keluarga yang memiliki anggota keluarga masih dalam usia pendidikan dan kehadiran di fasilitas kesehatan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga masih balita atau bagi ibu hamil. Program ini dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi sehingga diharapkan generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan. PKH merupakan program lintas kementrian dan lembaga dengan pemeran utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika serta Badan Pusat Statistik (Liance, 2014). Secara khusus tujuan PKH terdiri atas (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2015): 1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi peserta PKH. 2. Meningkatkan taraf hidup pendidikan peserta PKH. 3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak di bawah lima tahun dan pra sekolah anggota Rumah Tangga Sangat Miskin. PKH diberikan kepada Keluarga Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM) dengan acuan 12 kriteria kemiskinan yaitu kepemilikan telepon selular, pekerjaan, tatus tempat tinggal, luas lantai, jenis lantai terluas, jenis dinding terluas, jenis atap terluas, fasilitas jamban, tempat pembuangan akhir tinja, kelompok usaha bersama, usaha ekonomi produktif dan beras miskin dan memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut, yaitu :
2 digilib.uns.ac.id 6 1. Memiliki ibu hamil / nifas / anak balita. 2. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah). 3. Anak usia SD / MI / Paket A / SDLB (usia 7-12 tahun). 4. Anak SLTP / MTs / Paket B / SMLB (Usa 12-15). 5. Anak tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk anak dengan disabilitas. Validasi data adalah proses kegiatan mencocokkan data lengkap calon peserta PKH dengan fakta terkini untuk menentukan data peserta yang akurat dan sah. Pihak yang berhak melakukan validasi dan pemutakhiran data calon peserta PKH adalah pendamping (UPPKH Kecamatan). Tahap validasi ialah sebagai berikut (Kementrian Sosial, 2014): 1. Sasaran lokasi dan peserta PKH telah ditentukan. 2. Percetakan formulir validasi oleh UPPKH Pusat. 3. Pengiriman formulir validasi, surat undangan, dan surat pernyataan komitmen oleh UPPKH Pusat ke UPPKH Kabupaten/Kota. 4. Penyusunan jadwal dan persiapan pertemuan awal untuk melakukan validasi. 5. Pendamping berkoordinasi dengan aparat setempat untuk melakukan pertemuan awla dan validasi. 6. Menyebar undangan ke calon peserta PKH dan penyedia layanan kesehatan/pendidikan. 7. Pertemuan awal dan validasi, mencocokkan data dengan penandatangan komitmen. 8. Mendatangi calon peserta yang tidak datang untuk melengkapi formulir validasi. 9. Melakukan pemutakhiran data. 10. Mengirim data paling mutakhir ke UPPKH Provinsi dan Pusat, menerbitkan berita acara hasil validasi sebagai bahan laporan. 11. UPPKH Pusat mengolah data hasil validasi dan menentukan daftar tetap peserta PKH. 12. Mengirim daftar resmi tersebut ke mitra kerja untuk dicetak menjadi kartu Peserta PKH.
3 digilib.uns.ac.id Kartu Peserta PKH dikirim ke UPPKH Kabupaten/Kota untuk didistribusikan oleh Pendamping Lapangan ke Peserta PKH Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ialah suatu sistem yang digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Aplikasi SPK menggunakan CBIS (Computer Based Information System) yang fleksibel, interaktif dan dapat diadaptasi yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah yang tidak terstruktur (Nofriansyah, 2014). Menurut Bonczek, dkk., (1980) di dalam buku Decision Support System and Intelligent System menyatakan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan dan sistem pemrosesan masalah yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik sistem pendukung keputusan yaitu (Turban, Sharda, & Delen, 2011) : a. Mendukung proses pengambilan keputusan suatu organisasi. b. Terdapat interface sehingga pemegang kontrol dalam proses pengambilan keputusan tetap berada di tangan manusia. c. Menunjang masalah pengambilan keputusan untuk masalah yang terstruktur, semi terstruktur serta mendukung beberapa masalah keputusan yang saling berinteraksi. d. Terdapat dialog untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan. e. Terdiri dari beberapa subsistem yang terintegrasi sehingga berfungsi sebagai suatu kesatuan sistem yang utuh. f. Terdapat dua komponen utama yang terdiri dari data dan model. Menurut Simon terdapat tiga fase di dalam proses pengambilan keputusan (Turban, Sharda, & Delen, 2011) yaitu : 1. Intelligence Langkah pertama dalam fase ini yaitu melakukan penulisan dan pendeteksian pada ruang lingkup masalah dengan cara mengenali masalah. Data yang telah diperoleh akan dimasukkan, diproses kemudian diuji untuk mengidentifikasi masalah tersebut.
4 digilib.uns.ac.id 8 2. Design Langkah kedua yaitu menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan dengan menguji kelayakan solusi. 3. Choice Langkah ketiga yaitu proses pemilihan alternatif tindakan yang mungkin dilakukan. Alternatif yang terpilih akan diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan dibangun oleh tiga komponen utama (Turban, Sharda, & Delen, 2011) yaitu : 1. Sub sistem Data (Database) Database merupakan komponen SPK yang berguna sebagai sumber data yang akan diolah oleh sistem. Data tersebut akan disimpan dan diolah dalam sebuah basis data yang akan diorganisir oleh suatu sistem yang disebut sistem manajemen basis data (Database Management System). 2. Subsistem Model (Modelbase) Model merupakan tiruan dari alam nyata, namun perancangan model biasanya tidak mampu mencerminkan seluruh variabel di alam nyata tersebut sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu dalam menyimpan model seharusnya diperhatikan dan dijaga fleksibilitasnya serta ditambahkan rincian keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang sedang dibuat. 3. Subsistem Dialog (User System Interface) User System Interface merupakan suatu komponen yang dapat mengintegrasikan sistem yang terhubung dengan pengguna secara interaktif. Melalui subsistem dialog ini menjadikan pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang sedang digunakan. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan antara lain sebagai berikut (Nofriansyah, 2014) : 1. Membantu mengambil keputusan dengan masalah yang tidak terstruktur, semi terstruktur dan terstruktur. 2. Berfungsi sebagai alat penunjang pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan fungsi pengambil commit keputusan to user itu sendiri.
5 digilib.uns.ac.id 9 3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil. 4. Mempercepat komputasi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pengambil keputusan karena didukung dengan komputasi komputer yang bekerja secara otomatis dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas membangun suatu kelompok pengambil keputusan Analytical Hierarchy Process (AHP) Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process - AHP) ialah sebuah metode yang dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of untuk mengorganisasi informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling dikehendaki. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu permasalahan kompleks yang tidak terstruktur, strategis dan dinamis disusun ke dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan dari setiap variabel secara subjektif diberi nilai numerik untuk memberikan arti seberapa penting variabel tersebut dibandingkan dengan variabel lainnya. Secara grafis metode AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat yang dimulai dengan goal / sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan terakhir alternatif (Marimin, 2004). Struktur hirarki AHP dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Struktur Hierarkial AHP (Sumber: Bohlooli & Chakherlouy, 2014) Metode AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif yaitu melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Dr. Thomas L. Saaty sebagai penggagas
6 digilib.uns.ac.id 10 Metode AHP kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. Metode AHP dapat menguraikan masalah yang kompleks menjadi keputusan-keputusan yang lebih kecil, selain itu AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki atau hierarki harus disusun ulang. Ide dasar prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut (Marimin, 2004). 1. Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Peniliaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty untuk berbagai persoalan skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. 3. Penentuan Prioritas Dibutuhkan suatu perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap kriteria dan alternatif yang telah ditentukan. Nilai nilai perbandingan tersebut kemudian akan diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kuantitatif maupun kualitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk mendapatkan suatu nilai bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas tersebut nantinya akan dibuat sebuah matrik untuk dilakukan perhitungan (melalui persamaan matematik). 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Langkah langkah metode AHP ialah sebagai berikut (Bohlooli & Chakherlouy, 2014) : 1. Menyusun hirarki persoalan yang sedang dihadapi Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu tujuan, kriteria dan alternatif kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif
7 digilib.uns.ac.id 11 Penilaian kriteria dan alternatif menggunakan perbandingan berpasangan menggunakan Skala Saaty, skala tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Skala Saaty (Bohlooli & Chakherlouy, 2014) Nilai Definisi Penjelasan Kedua kriteria / alternatif i 1 Sama penting dan j mempunyai pengaruh yang sama Penilaian kriteria / 3 Sedikit lebih penting alternatif j sedikit lebih penting dibanding dengan kriteria/ alternatif i 5 Lebih penting Kriteria / alternatif j lebih penting daripada kriteria / alternatif i Kriteria / alternatif j sangat 7 Sangat penting lebih penting dibanding dengan kriteria / alternatif i 9 Mutlak lebih penting Kriteria / alternatif j benarbenar lebih penting, tidak sebanding dengan kriteria / alternatif i 2,4,6,8 Perlu adanya toleransi Nilai ragu-ragu antara dua diantara kedua nilai yang berdekatan pertimbangan Nilai perbandingan i dengan j adalah 1 dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. 3. Penentuan prioritas Langkah selanjutnya adalah perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap setiap kriteria dan alternatif yang telah ditentukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai nilai perbandingan diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kuantitatif dan kualitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk mendapatkan suatu nilai bobot dan prioritas. Perbandingan berpasangan diproses untuk memperoleh nilai bobot atau prioritas dengan langkah langkah sebagai berikut. a. Memberi nilai di setiap kriteria untuk memperoleh matrik berpasangan. b. Membagi nilai setiap elemen dengan total kolom pada masing-masing kriteria untuk mendapatkan commit nilai normalisasi to user dari matriks tersebut.
8 digilib.uns.ac.id 12 c. Menjumlah nilai setiap baris elemen, kemudian jumlah tersebut dibagi dengan jumlah elemen yang dimiliki sehingga diperoleh nilai prioritas. 4. Konsistensi Logis Untuk perhitungan konsistensi logis langkah langkahnya ialah sebagai berikut (Prasetyo, 2010): a. Menentukan maks dengan menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah setiap kolom pada matriks perbandingan berpasangan dengan kolom nilai prioritas. b. Setelah mendapatkan maks maka langkah selanjutnya adalah menentukan Indeks Konsistensi (CI) dengan rumus sebagai berikut : CI = ( maks n) n 1 (2.1) c. Kemudian mencari Rasio Konsistensi (indeks random konsistensi) dengan rumus sebagai berikut : Ratio Konsistensi = CI RI (2.2) Apabila rasio konsistensi 0,1 maka hasil perhitungan dinyatakan benar. Nilai rasio konsistensi dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2. Rasio Konsistensi (Bohlooli & Chakherlouy, 2014) Ukuran matriks Nilai RI 1 0,00 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1, , , , , , , Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Metode TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to an Ideal Solution) pertama kali diperkenalkan commit oleh Kwangsun to user Yoon dan Hwang Ching-Lai
9 digilib.uns.ac.id 13 pada tahun TOPSIS adalah suatu metode kriteria majemuk untuk mengidentifikasi solusi dari himpunan alternatif yang berhingga.prinsip dasar dari metode ini yaitu alternatif yang dipilih harus memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif dan memiliki jarak terjauh dari solusi ideal negatif. Proses perhitungan metode TOPSIS ialah sebagai berikut (Dashti, Pedram, & Shanbehzadeh, 2010): 1. Membuat matriks keputusan Membuat suatu matriks keputusan, dengan permisalahan matriks sebagai berikut: a 1 a n b 1 x 11 X 1n X = [ ] (2.3) b n X m1 X mn dimana i alternatif (i=1,2,3...m) dievaluasi dengan j kriteria (j=1,2,3...n), a i merupakan elemen yang digunakan untuk mengukur alternatif dan b i merupakan alternatif yang tersedia. 2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi Matriks X = [X ij ] dinormalisasi dengan persamaan sebagai berikut : rij = Xij n Xij i=1 2 =1,2,...n (2.4) 3. Membuat matriks keputusan berbobot yang ternormalisasi Dalam tahap ini pertama harus menentukan bobot terlebih dahulu. Dengan bobot w ij = w 1, w 2,. w n, untuk w j adalah bobot kriteria ke-j, maka normalisasi bobot matriks X adalah: w 1 r 11 w n r 1n Xij = [ ] (2.5) w 1 r m1 w n r mn w j merupakan bobot kriteria ke-j sedangkan r ij adalah elemen matriks keputusan yang ternormalisasi r. 4. Membuat matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. A + ialah simbol untuk solusi ideal positif dan A simbol untuk solusi ideal negatif, dengan persamaan sebagai berikut: A + = {(max vij j є J), (min vij j є J), i = 1,2,., m} (2.6)
10 digilib.uns.ac.id 14 = {v 1 +, v 2 +,., v m + } A = {(min vij j є J), (max vij j є J), i = 1,2,., m} (2.7) = {v 1, v 2,., v m } Keterangan : J = (j = 1,2,.,n) adalah himpunan kriteria v 1 + (j = 1,2,...,n) merupakan elemen matriks solusi ideal positif v 1 (j = 1,2,3,.., n) merpakan elemen matriks solusi ideal negatif 5. Menghitung jarak separasi Jarak alternatif solusi ideal disimbolkan dengan Si yang dirumuskan dalam persamaan berikut: S + i = n j=1 (v ij v + i ) 2, dimana i =1,2...,m (2.8) S i = n (v ij v j=1 i ) 2, dimana i = 1,2...,m (2.9) Keterangan : S i + S i merupakan jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif merupakan jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif v i + merupakan elemen matriks solusi ideal positif v i merupakan elemen matriks solusi ideal negatif 6. Menghitung kedekatan terhadap solusi ideal positif Menghitung kedekatan relatif setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Ci + = Keterangan : Si Si + Si + 0 Ci+ 1, dimana i = 1,2...,m (2.10) Ci + merupakan kedekatan relatif dari alternatif ke-i terhadap solusi ideal positif Si + merupakan jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif Si merpakan jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif 7. Meranking alternatif Alternatif yang telah dimiliki diurutkan dari alternatif yang memiliki Ci + terbesar ke terkecil. Dimana alternatif yang memiliki Ci + terbesar merupakan solusi terbaik dimana alternatif tersebut merupakan alternatif yang paling direkomendasikan.
11 digilib.uns.ac.id Waterfall Metode waterfall adalah suatu model yang dikembangkan untuk mengembangkan perangkat lunak. Model berkembang secara sistematis dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam mode seperti air terjun. Langkah-langkah yang dilalui dalam pengembangan proses menggunakan waterfall yaitu analisis, desain, pengkodean dan pengujian.. Model ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut (Dennis, Wixom, & Tegarden, 2012): 1. Planning Tahap ini membahas rencana sebuah sistem yang akan dibangun dan bagaimana tim proyek akan membangun sistem tersebut. 2. Analisis Kebutuhan Software Tahap ini ialah suatu proses pengumpulan reqirement software untuk mengetahui kebutuhan sistem yang akan dikembangkan, fungsional software yang diinginkan, performance dan interface terhadap elemen lainnya. Hasil dari analisis ini akan didokumentasikan dan di review dan ditinjau bersama customer. 3. Perancangan Proses perancangan akan menterjemahkan kebutuhan sistem ke dalam sebuah representasi software yang dapat diukur kualitasnya sebelum memulai coding. Hasil dari perancangan didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi software 4. Implementasi Pada tahap implementasi dilakukan pengembangan perangkat lunak berdasarkan analisa dan pemodelan yang telah dilakukan. Sehingga hasil dari tahap ini adalah basis data dan source code perangkat lunak. Pada tahap ini perancangan yang telah dibuat direalisasikan dalam sebuah program. Percangan yang telah dibuat diubah ke dalam kode program. Di akhir tahap ini setiap modul di testing tanpa diintegrasikan System Usability Scale (SUS) Sistem Usability Scale (SUS) merupakan salah satu teknik pengujian di dalam Usability testing yang diciptakan oleh John Brooke pada tahun 1986 untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna dari suatu sistem yang telah dikembangkan. Pengujian SUS dilakukan dengan menggunakan kuisioner dengan likert scale guna
12 digilib.uns.ac.id 16 mengukur grade usability dari sistem dengan rentang nilai nol hingga seratus. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengevaluasi suatu sistem menggunakan SUS ialah sebagai berikut (Brooke, 2013): 1. Menentukan 10 pernyataan yang sudah ditentukan oleh SUS, responden akan memberikan penilaian dari setiap pernyataan yang telah diberikan. Pernyataan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Saya akan sering menggunakan aplikasi ini b. Aplikasi kompleks c. Aplikasi mudah digunakan d. Saya butuh bantuan untuk mengoperasikan aplikasi ini e. Fungsi-fungsi dalam aplikasi dapat berjalan dengan baik f. Banyak yang tidak konsisten dalam aplikasi ini g. Aplikasi mudah dimengerti h. Aplikasi tidak praktis i. Saya yakin dapat menggunakan aplikasi ini j. Saya perlu belajar menggunakan aplikasi ini 2. Responden memberikan skala penilaian SUS pada pernyataan yang telah diberikan dengan rentang 1 sampai dengan 5 yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Skala Penilaian SUS (Brooke, 2013) Jawaban Skala Sangat tidak setuju 1 Tidak setuju 2 Ragu-ragu 3 Setuju 4 Sangat setuju 5 Aturan penilaian di dalam SUS adalah untuk pernyataan pada nomor ganjil, jawaban yang benar skor akan dikurangi dengan 1. Sedangkan untuk pernyataan pada nomor genap, angka 5 dikurangi dengan skor jawaban tersebut. Kemudian semua skor dijumlahkan dan dikalikan dengan Nilai SUS yang diperoleh dari seluruh responden kemudian dihitung rata-ratanya dengan perhitungan sebagai berikut: Rata rata SUS = Jumlah nilai SUS Jumlah responden (2.11)
13 digilib.uns.ac.id Rata-rata SUS tersebut dibandingkan dengan range SUS yang ditunjukkan pada Tabel 2.4. Range ini akan digunakan untuk menentukan apakah aplikasi dapat diterima dengan baik atau tidak berdasarkan nilai yang telah ditentukan. Tabel 2.4. Skala SUS (Brooke, 2013) Nilai SUS Interpretasi <50 Not acceptable Marginal >70 Acceptable Kompleksitas Siklomatis Kompleksitas siklomatis merupakan suatu metriks perangkat lunak yang memberikan pengukuran kuantitatif terhadap kompleksitas logis suatu program (Aprizal, 2016). Apabila metriks ini digunakan dalam konteks metode pengujian basis path, maka nilai yang terhitung untuk kompleksitas siklomatis menentukan jumlah jalur independen dalam basis set suatu program dan memberi batas atas bagi jumlah pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen telah dieksekusi sedikitnya satu kali. Jalur independen adalah jalur yang melalui progarm yang mengintroduksi sedikitnya satu rangkaian statemen proses baru atau suatu kondisi baru. Bila dinyatakan dengan terminologi grafik alir, jalur independen harus bergerak sepanjang paling tidak satu edge yang tidak dilewatkan sebelum jalur tersebut ditentukan. Kompleksitas siklomatis dihitung dengan cara berikut : Dimana: E = jumlah egde/garis panah N = jumlah node/simpul 2.2 Penelitian Terkait V(G) = E-N+2 (2.12) Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengacu pada penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) pada Desa Bangun Rejo Kecamatan Punduh Pidada
14 digilib.uns.ac.id 18 Pesawaran dengan Menggunakan Metode Analytical HIerarchy Process (AHP) (Aminudin & Sari, 2015) Penelitian yang sudah pernah dilakukan dengan permasalahan yang sama namun menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian kali ini yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Aminudin dan Sari tentang sistem pendukung keputusan penerima bantuan PKH menggunakan Metode AHP (Aminudin & Sari, 2015). Penelitian ini telah dilakukan di Desa Bangun Rejo Kecamatan Punduh Pidada Pesawaran. Model pendukung keputusan ini menguraikan masalah multi kriteria menjadi sutau bentuk hirarki. Multi kriteria tersebut antara lain ibu hamil, anak usia balita, anak usia sekolah 1-18 tahun, luas lantai rumah < 50 m 2, jenis dinding tempat tinggal terluas dan pekerjaan kepala keluarga tidak tetap. Dari hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa ranking dan bobot jenis pekerjaan kepala keluarga tidak tetap berada diperingkat pertama dengan ranking 4,9. Hasil output berupa pernyataan layak dan tidak layak dari hasil perbandingan nilai lamda bobot kategori penilaian dengan nilai bobot rasio yang sudah ditentukan. 2. Combining Analytical Hierarchy Process and TOPSIS approaches for supplier selection in a Cable Company (Onder & Dag, 2013) Penelitian lain yang menggunakan metode yang sama namun dengan kasus yang berbeda dengan penelitian kali ini yaitu Combining Analytical Hierarchy Process and TOPSIS approaches for supplier selection in a Cable Company yang dilakukan Onder dan Dag (Onder & Dag, 2013). Penelitian kali menggunakan komnbinasi metode AHP-TOPSIS untuk membantu mengambil keputusan pemilihan pemasok bahan dasar utama kabel yaitu Electrolytic Copper Cathode di perusahaan Kabel di Turki. Kriteria yang digunakan yaitu origin, quality, availability, cost, delivery requirements, cost of conveyance, reliability of pemasok dan quality certificates dengan 4 alternatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cost, quality dan availability merupakan kriteria yang terpenting bagi perusahaan untuk mengevaluasi pemasok Metode AHP-TOPSIS sangat berguna untuk bagi perusahaan kabel untuk mengevaluasi dan meranking pemasok yang terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 3. Digital Camera Evaluation Base on AHP and TOPSIS (Pawar & Verma, 2013).
15 digilib.uns.ac.id 19 Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Pawar dan Verma yaitu Digital Camera Evaluation Base on AHP and TOPSIS (Pawar & Verma, 2013). Di dalam penelitian kali ini penulis melakukan analisis mengenai pemilihan camera digital yang dilakukan oleh konsumen. Beberapa kamera menawarkan penampilan yang unik, beberapa lagi memiliki mega pixel yang tinggi dan tajam, dengan semua fitur tersebut konsumen mengalami kebimbangan dalam memilih. Dalam situasi seperti ini penulis memberikan solusi dengan membuat suatu sistem pendukung keputusan pemilihan kamera menggunakan AHP-TOPSIS dengan tujuan konsumen dapat membeli kamera terbaik dan dari pihak perusahaan produsen dapat memproduksi kamera dengan kulaitas yang unik untuk bagian-bagian yang lebih spesifik. Spesifik utama dalam camera digital dan sekaligus akan menjadi kriteria dalam sistem ini yaitu body, weight, picture quality, price, features dan battery. Dalam menentukan bobot kriteria kamera menggunakan metode AHP kemudian bobot tersebut akan digunakan pada proses Metode TOPSIS untuk mengevaluasi solusi ideal. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menghilangkan kriteria weigh, output yang diperoleh dari proses AHP-TOPSIS akan lebih akrat dan objektif. Dengan menggunakan aplikasi ini konsumen dapat membeli camera digital sesuai sedangkan dari sudut produsen dapat menyimpulkan bahwa apa yang konsumen butuhkan itu adalah spesifkasi dari solusi ideal yang diperoleh dari aplikasi tersebut. 4. Service Quality Evaluation of Restaurant Using the AHP and TOPSIS Method. Social and Administrative Sciences (Yildiz & Yildiz, 2015) Penelitian mengenai evaluasi kualitas pelayanan restoran menggunakan Metode AHP dan TOPSIS telah dilakukan oleh Yildiz dan Yildiz di Turki (Yildiz & Yildiz, 2015). Dalam penelitian ini Penulis mencoba mengevaluasi kualitas pelayanan pada restoran yang beroperasi di industri jasa. Tiga restoran yang beroperasi di Trabzon dianalisis dari segi kualitas pelayanan yang mereka berika. Data yang digunakan adalah random dari 270 kali wawancara konsumen. Metode AHP digunakan untuk menentukan dimensi kualitas pelayanan dan Metode TOPSIS digunakan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan tiga restoran tersebut dan alternatif terbaik akan diidentifikasi. Kriteria yang diperoleh dari studi literatur yang telah dilakukan diantaranya past experience, loyality, value, reliability, tangibles, food quality, ambiance, responsiveness, commit empathy, to user asurance. Tujuan dari penelitian ini
16 digilib.uns.ac.id 20 yaitu menentukan kriteria kualitas layanan yang paling penting dan mengevaluasi kinerja pelayanan dari tiga restoran yang beroperasi di Trabzon. Terbukti bahwa kriteria food quality (0,2657) adalah kriteria yang paling penting kemudian baru kriteria asurance (0,1804) dan reliability (0,1432). Kriteria yang paling tidak penting adalah empathy. Tabel 2.5. Penelitian Terkait Penelitian terkait Judul Metode Tujuan Nur Aminudin Sistem Pendukung Analytical Membuat dan Ida Ayu Keputusan (DSS) Penerima Hierarcy aplikasi sistem Puspita Sari Bantuan Program Keluarga Process pendukung Harapan (PKH) pada Desa (AHP) keputusan Bangun Rejo Kec.Punduh penerima Pidada Pesawaran Dengan bantuan PKH Menggunakan Metode menggunakan Analytical Hierarcy metode AHP. Process (AHP) Emrah Onder dan Combining Analytical AHP dan Melakukan Sundus Dag Hierarchy Process and TOPSIS seleksi terhadap Topsis Approaches For pemasok di Supplier Selection In A sebuah Cable Company perusahaan kabel menggunakan metode AHP. Shashank Singh Digital Camera Evaluation AHP dan Mengevaluasi Pawar dan Base on AHP and TOPSIS TOPSIS kualitas kamera Devendra Singh digital Verma menggunakan metode AHP TOPSIS.
17 digilib.uns.ac.id 21 Penelitian terkait Salih Yildiz dan Emel Yildiz Rofiqoh Hasanah Tabel 2.5. Penelitian Terkait (Lanjutan) Judul Metode Tujuan Service Quality Evaluation AHP dan Mengevaluasi of Restaurants Using the TOPSIS kualitas AHP and TOPSIS Method pelayanan restoran menggunakan metode AHP- TOPSIS. Pengembangan Aplikasi AHP dan Membuat Sistem Pendukung TOPSIS aplikasi Keputusan Validasi pendukung Penerima Bantuan Program keputusan Keluarga Harapan (PKH) penerima Di Kecamatan Wonosari bantuan PKH Menggunakan Metode menggunakan AHP-TOPSIS metode AHP- TOPSIS. 2.3 Rencana Penelitian Berdasarkan penelitian terkait yang telah dijabarkan, penelitian kali ini mengangkat tema pemilihan bantuan PKH seperti yang telah dilakukan oleh Aminudin dan Sari namun dengan metode yang berbeda. Metode yang dilakukan penulis dalam penelitian kali ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah disebutkan yaitu menggunakan metode AHP-TOPSIS. Hasil dari penelitian ini berupa perankingan calon penerma bantuan PKH dan informasi mengenai calon penerma PKH. Proses awal pada sistem ini yaitu penentuan kriteria yang akan digunakan oleh pengguna yakni kepemilikan telepon selular, pekerjaan, status tempat tinggal, luas lantai, jenis lantai terluas, jenis dinding terluas, jenis atap terluas, fasilitas jamban, tempat pembuangan akhir tinja, commit kelompok to user usaha bersama, usaha ekonomi
18 digilib.uns.ac.id 22 produktif, beras miskin, serta memberikan nilai tingkat kepentingan masing-masing kriteria yang telah ditentukan menggunakan Metode AHP sehingga akan menghasilkan bobot dari tiap kriteria yang telah ditentukan. Kemudian bobot ini akan diproses dengan Metode TOPSIS. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode AHP-TOPSIS hasil akhir akan dikalikan dengan status kepemilikan anak dimana apabila memiliki anak dengan usia sesuai dengan persyaratan yang berlaku maka hasil akhir akan dikalikan satu dan apabila tidak sesuai dengan persyaratan akan dikalikan nol. Metode TOPSIS digunakan untuk menentukan perankingan calon penerima bantuan PKH. kemudian akan diperoleh alternatif calon penerima bantuan PKH yang terbaik, dengan hasil akhir berupa data perankingan dari alternatif calon penerima bantuan PKH yang ada.
BAB IV PEMBAHASAN. commit to user
digilib.uns.ac.id 26 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan Sistem 4.1.1 Deskripsi Data Data yang berhasil dikumpulkan dari hasil wawancara dengan pegawai Kementrian Sosial di dapatkan data hasil survey
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian
Lebih terperinciISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014
PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE
34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan
22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rudiansyah Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma
Lebih terperinciKOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Ahmad Abdul Chamid 1*, Alif Catur Murti 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box
Lebih terperinciANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Petrus Wolo 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 Program Studi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara
6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori mengenai Sistem Pendukung Keputusan, penelitan lain yang berhubungan dengan sistem pendukung keputusan, Simple Additve Weighting (SAW), dan Weighted
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis
Lebih terperinciJurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No.
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kost Khusus Mahasiswa dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Pontianak) Herik Sugianto, Yulianti, Hengky Anra Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Keputusan Davis mengemukakan, Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM
IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM Anis Yusrotun Nadhiroh Jurusan Teknik Informatika - STT Nurul Jadid Paiton ayusrotun@gmail.com ABSTRAK Sesuai dengan peraturan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL Asep Nurhidayat Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan
Lebih terperinciAPLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN
Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PERSYARATAN PRODUK
BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera
Lebih terperinciPEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS
PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS Dino Caesaron 1), Leksani B. R. 2 ) Program Studi Teknik Industri-Universitas
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah
Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN
Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas
IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan.
Lebih terperinciMATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)
Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor
Lebih terperinciPemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).
Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan
Lebih terperinciPertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).
Pertemuan 5 Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan
Lebih terperinciISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN METODE MULTI-CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Faisal Piliang Sistem Informasi Universitas
Lebih terperinciJURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Disusun Oleh: Moh.Arifin NPM : 12.1.03.03.0318 Dibimbing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Beasiswa PPA dan BBM Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Beasiswa merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap siswa maupun mahasiswa selama menjalani
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Literatur Berikut adalah beberapa penelitian serupa mengenai kualitas yang telah dilakukan dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Harwati (2013), yaitu: Model Pengukuran Kinerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh : 1. Fitriani M. Yaqiyatum (2014) dari Universitas Dian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh : 1. Fitriani M. Yaqiyatum (2014) dari Universitas Dian Nuswantoro, membahas pemilihan pegawai
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS Nova Widyantoro Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciLaporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM
Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan ini Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo S. Kom., M. Eng. Oleh : Verri Andriawan (14111036) Andi Gustanto Mucharom
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian akan dilakukan di instansi wilayah kecamatan Margorejo Kab.PATI tepatnya pada Unit Pengelola Program Keluarga Harapan (UPPKH) yang merupakan
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) Ivan Kinski (0911189) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perusahaan Lembaga pendidikan pelatihan dan ketrampilan komputer Media Com Binjai didirikan pada tanggal 25 Mei 2010 di kota Binjai, Sumatera Utara. Landasan
Lebih terperinciPENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Fratika Aprilia Purisabara, Titin Sri Martini, dan Mania Roswitha Program
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi, Karakteristik dan Kriteria Jasa Kurir 2.1.1 Defenisi Jasa Kurir Jasa adalah sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA BARU (Studi Kasus : ARENA DISC Yogyakarta)
ISSN : 0-80 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakarta 6-8Februari 0 PENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Metode SAW (Simple Additive Weighting) Metode SAW (Simple Additive Weighting) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era golobalisasi saat ini modernisasi terjadi pada segala aspek kehidupan, demikian pula juga halnya dengan teknologi yang berkembang begitu pesat. dengan perkembangan
Lebih terperinciPENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG
PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS 1 Rikky Wisnu Nugrha, 2 Romi 1 Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik LPKIA 2 Program Studi Sistem Informasi
Lebih terperinciANALISA METODE TOPSIS UNTUK MENENTUKAN JALUR KOPERASI PENGANGKUTAN UMUM MEDAN (KPUM)
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 25 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 25 ANALISA METODE TOPSIS UNTUK MENENTUKAN JALUR KOPERASI PENGANGKUTAN UMUM MEDAN (KPUM) Dedek Indra Gunawan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem pendukung keputusan (SPK) Konsep sistem pendukung keputusan atau decision support system (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK BERBASIS WEB DENGAN METODE TOPSIS
1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK BERBASIS WEB DENGAN METODE TOPSIS Muhammad Ulil Abror, Program Studi Teknik Informatika, S1, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan melakukan dua tahapan utama, yang pertama penelitian yang berkaitan
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciSistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process
Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process Joko Dwi Raharjo 1, Andriyan Darmadi 2 1 Dosen STMIK Bina Sarana Global, 2 Mahasiswa STMIK Bina Sarana Global Email
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA
22 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA M. Irwan Ukkas 1), Amelia Yusnita 2), Eri Wandana 3) 1,2 Sistem
Lebih terperinciSISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP Amirul Khoiri Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ISBN: 978-602-72850-3-3 SNIPTEK 2016 PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dewi Ayu Nur Wulandari AMIK BSI Karawang Jl. Ahmad Yani No.
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN RASKIN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN DELI)
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN RASKIN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN DELI) Wiwi Verina1, Rofiqoh Dewi2 Teknik Informatika Universitas Potensi Utama
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciJurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN LOKASI CABANG BARU USAHA CLOTHING MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS
PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN LOKASI CABANG BARU USAHA CLOTHING MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS Yuni Afifah Setyorini 1, Yan Watequlis Syaifudin 2, Arief Prasetyo 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputusan dan Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi James A.F.Stoner mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan diantara alternatifalternatif. Definisi lainnya yaitu menurut Prof.
Lebih terperinciFUZZY MADM DALAM EVALUASI PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIF WEIGHTING
FUZZY MADM DALAM EVALUASI PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIF WEIGHTING Erliza Yubarda Jurusan Manajemen Informatika, AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99 Duri Riau e-mail : erliza_yubarda@yahoo.co.id
Lebih terperinciPEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision support system atau sistem penunjang keputusan disingkat menjadi DSS, secara umum
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision support system atau sistem penunjang keputusan disingkat menjadi DSS, secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar Strata Satu Program Studi Informatika
HALAMAN JUDU L PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN VALIDASI PENERIMA BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN WONOSARI MENGGUNAKAN METODE AHP- TOPSIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pengolahan data.
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GORONTALO MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB. Abstrak
1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GORONTALO MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB Mayang Pratiwi Damopolii 1, Moh Hidayat Koniyo, ST. M.Kom. 2 Dian Novian S.Kom, MT. 3 Abstrak
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS Fitrah Rumaisa, S.T., Tanti Nurafianti Universitas Widyatama, Jl. Cikutra
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam
BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian tersebut yaitu melakukan uraian hasil metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) dan Simple Additive
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)
PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman maka tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh karena itu masyarakat memandang bahwa pendidikan pada tingkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT Asep Hendar Rustiawan 1, Dini Destiani 2, Andri Ikhwana 3 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA PERGURUAN TINNGI NEGERI SINAR MAS DENGAN METODE TOPSIS (STUDI KASUS: SMK NEGERI 1 GALANG)
Volume : IV, Nomor :, September 04 ISSN : 9-0X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA PERGURUAN TINNGI NEGERI SINAR MAS DENGAN METODE TOPSIS (STUDI KASUS: SMK NEGERI GALANG) Helen Yenifer Silvia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 135-141 Yogyakarta. 3.2 Penentuan Kriteria Identifikasi kriteria menurut Verma dan Pullman
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)
IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global
Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,
Lebih terperinci