ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh PANGESTIKA MUJI RAHAYU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i

2

3

4

5 MOTTO Hidup itu adalah sesuatu yang berharga, sesuatu yang harus selalu diperjuangkan. Jadi teruslah berjuang, meskipun tidak mudah dan berputar-putar di tempat yang sama. (Pangestika M.R.) Jika Allah timpakan kemelaratan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia kehendaki kebaikan bagimu, maka tiada yang sanggup menolak karunianya, Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambanya dan Dia Pengampun lagi Pengasih. (Yunus: 107) v

6 PERSEMBAHAN Teruntuk Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. Terima kasih atas ilmu yang telah diperoleh. Teruntuk Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan doa, kasih sayang dan pelajaran hidup yang sangat berharga, kalian adalah semangatku. Kalian motivasiku untuk mengejar impianku. Impianku untuk mengabdi pada tanah air tercinta dan bermanfaat bagi agama, keluarga, dan umat manusia. Teruntuk Kakakku, Heni Wulandari, suporter setiaku. Atas doa, semangat, dan bimbinganmu, semoga menjadikanku seseorang yang lebih baik dan rendah hati vi

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur patutlah dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Sholawat serta salam juga semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW kepada sahabat keluarga, serta ummat yang istiqomah berada di jalan-nya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna menempuh gelar Strata-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis mengambil judul skripsi ini adalah karena tertariknya penulis untuk mengamati kesalahan sintaksis dalam karangan siswa SMK N 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini hambatan dan kesulitan selalu penulis temui, namun hanya atas izin-nya serta bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta; 2. Ibu Dr. Widyastuti Purbani, M.A., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY; 3. Bapak Dr. Teguh Setiawan, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk sehingga skripsi ini dapat selesai; 4. Ibu Dra. Caecilia Utami, selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X yang telah memberikan waktu dan bantuannya dalam proses pengambilan data di lapangan; 5. Siswa- Siswi Kelas X SMK Negeri 1 Depok, yang bersedia membantu dalam proses pengambilan data di lapangan; vii

8 6. Ibu Ary Kristiyani, M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasihat, ilmu, dan kerjasamanya; 7. Bapak, Ibu, Kakak, Kakak Iparku, Kedua Keponakan tercintaku (Valent dan Varrel) serta Keluarga Besarku terima kasih atas segalanya; 8. Para sahabat di FBS UNY khususnya kelas C PBSI 2012 atas dukungan dan indahnya persahabatan yang terjalin; 9. Para sahabatku KKN Dsn. Krapyak Wetan, PPL SMPN 2 Mlati, dan Seruni Girls yang selalu mendukungku, terima kasih; 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Yogyakarta, Januari 2017 Penulis Pangestika Muji Rahayu viii

9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv ABSTRAK... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 G. Batasan Istilah... 8 BAB II KAJIAN TEORI... A. Karangan Pengertian Karangan Jenis Karangan... a. Narasi... b. Deskriptif ix

10 c. Argumentatif... d. Eksposisi... B. Analisis Kesalahan Berbahasa Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Penyebab Kesalahan Berbahasa Klasifikasi Analisis Berbahasa Konstruksi Sintaksis... C. Kesalahan Sintaksis Pengertian Kesalahan Sintaksis Bentuk Kesalahan Sintaksis... a. Kesalahan Penggunaan Frasa... b. Kesalahan Penggunaan Kalimat... D. Penelitian yang Relevan BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Desain Penelitian... B. Subjek dan Objek Penelitian... C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... D. Teknik Pengumpulan Data... E. Instrumen Penelitian... F. Teknik Analisis Data... G. Keabsahan Data BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta x

11 B. Pembahasan Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta... a. Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Frasa... 1) Pengggunaan Preposisi yang Tidak Tepat... 2) Ketidaktepatan Susunan Kata... 3) Redudansi Makna... b. Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Kalimat... 1) Kalimat Tidak Berpredikat... 2) Kalimat Tidak Bersubjek... 3) Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Buntung)... 4) Penggunaan Konjungsi yang Tidak Tepat... 5) Kalimat yang Rancu... 6) Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta... a. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis Struktur Frasa... 1) Ketidaktepatan Distribusi Kata... 2) Redudansi Makna... b. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis Struktur Kalimat... 1) Ketidaklengkapan Fungsi... 2) Ketidaktepatan Makna... BAB V PENUTUP... A. Simpulan... B. Implikasi xi

12 C. Saran... DAFTAR PUSTAKA xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap Tabel 2 : Jenis Keterangan Tabel 3 : Jenis Kalimat Tabel 4 : Kartu Data Tabel 5 : Indikator Frasa dan Kalimat Tabel 6 : Jenis kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Frasa dalam Karangan Siswa Tabel 7 : Jenis kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Kalimat dalam Karangan Siswa xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Desain Penelitian xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Frekuensi persentase kesalahan penggunaan sintaksis ditinjau dari bentuknya Lampiran 2 : Kesalahan Konstruksi Sintaksis Struktur Frasa dan Kalimat Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa dan Jadwal Pelajaran Lampiran 4 : Hasil Karangan Siswa Lampiran 5 : Gambar Lokasi Penelitian Lampiran 6 : Surat-surat Perizinan xv

16 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh Pangestika Muji Rahayu NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeteksi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan sintaksis yang dilakukan siswa yang meliputi: (1) kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, (2) faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian merupakan kalimat yang mengandung kesalahan sintaksis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan suatu keadaan alamiah mengenai kesalahan penggunaan struktur sintaksis pada karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman. Teknik yang digunakan untuk menemukan dan mengklasifikasikan kalimat yang mengandung unsur kesalahan sintaksis adalah teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan metode agih dengan teknik baca markah dan metode padan ortografis dengan teknik pilah unsur penentu. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), yaitu sebagai instrumen kunci dengan menggunakan kriteria bentuk dan distribusi. Hasil penelitian kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X SMK N 1 Depok ada dua. Pertama, kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa berupa kesalahan struktur frasa dan kalimat. Kemudian, jenis kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa, meliputi ketidaktepatan susunan kata, preposisi yang tidak tepat, dan redudansi makna. Kesalahan struktur kalimat meliputi kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak lengkap (kalimat buntung), penggunaan konjungsi yang tidak tepat, kalimat yang rancu, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. Kedua, faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa, meliputi faktor penyebab kesalahan struktur frasa dibagi menjadi dua, yaitu ketidaktepatan distribusi kata dan redudansi makna. Faktor penyebab kesalahan struktur kalimat dibagi menjadi dua, yaitu ketidaklengkapan fungsi dan ketidaktepatan makna. Kata Kunci: Deskripsi Kualitatif, Kesalahan Sintaksis, Penyebab Kesalahan. xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Dalam hal ini bahasa Indonesia penting penerapannya bagi pendidikan setiap warga negara. Hal tersebut telah menjadikan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai pelajaran wajib di semua jenjang sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan memiliki fungsinya masing-masing, termasuk dalam mengasah empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut meliputi kegiatan menyimak atau mendengarkan, menulis, membaca, dan berbicara. Setiap keterampilan berbahasa tersebut terbentuk dan terus berkembang seiring dengan kemampuan serta latihan dari setiap peserta didik. Salah satu keterampilan berbahasa yang terdapat dalam penelitian ini adalah menulis. Hal ini dikarenakan, menulis memilki tingkat kompleksitas tinggi serta membutuhkan tiga keterampilan berbahasa lain. Menulis merupakan suatu aktivitas menuangkan ide/pikiran ke dalam sebuah angka atau huruf. Sebuah tulisan dapat mengandung sifat informatif, hiburan, ajakan, dan lain sebagainya. Sebagai orang terpelajar, para siswa hingga mahasiswa dituntut untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menyampaikan 1

18 2 ilmunya termasuk dalam menulis. Badudu (1995: 3-5) menjelaskan bahwa berbahasa yang baik ialah berbahasa sesuai dengan lingkungan bahasa itu digunakan. Bahasa yang benar ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: orang yang berbicara, orang yang diajak berbicara, situasi pembicaran (formal atau nonformal), dan masalah atau topik pembicaraan. Selain itu, bahasa yang benar ialah bahasa yang sesuai dengan kaidahnya, aturannya, bentuk, dan strukturnya. Badudu (1995: 5) juga menyatakan bahwa sampai sekarang masih tampak kesalahan bahasa dalam tataran masyarakat, seperti dalam media massa, pembelajaran, komunikasi, dan lain-lain. Kesalahan bahasa dalam tataran masyarakat, tentu berpengaruh juga terhadap bahasa Indonesia peserta didik di sekolah. Dalam setiap pembelajaran Bahasa Indonesia dari tingkat terbawah, yaitu Sekolah Dasar, hingga jenjang SMA/SMK/MA menulis merupakan kegiatan yang selalu ada dan terus dikembangkan pada setiap peserta didik. Hal ini dikarenakan menulis bukanlah sebuah keterampilan bawaan yang dapat dikuasai tanpa mempelajari dan mengasahnya. Nurgiyantoro (2014: 427) mengatakan bahwa kegiatan menulis untuk menghasilkan sebuah karangan atau karya tulis, dalam bentuk apa pun, suatu keharusan mendapatkan prioritas guna mengukur kompetensi menulis peserta didik itu sendiri. Hasil dari keterampilan menulis siswa dinamakan karangan, baik fiksi maupun non fiksi. Pembelajaran menulis guna membuat karangan bertujuan agar siswa mampu menggunakannya sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan fungsi dalam kehidupan sosial akademisnya. Karangan sendiri merupakan satuan bahasa

19 3 yang dapat mempresentasikan makna secara konseptual. Hal ini dikarenakan, karangan yang dihasilkan dapat sekaligus menunjukkan kompetensi atau kemampuan berbahasa tulis peserta didik. Artinya, apabila nilai seorang siswa tinggi, maka tinggi pula kompetensi menulisnya. Oleh sebab itu, anggapan bahwa kompetensi menulis merupakan hal yang sulit dikuasai dikatakan benar. Dengan demikian, dalam sebuah karangan yang dibuat siswa, kalimat harus tersusun baik, agar pembaca dapat memahami maksud yang dipaparkan penulis. Karangan yang baik mengandung sistem tata bahasa yang baik dan benar pula. Penguasaan tata bahasa yang rendah akan memunculkan suatu kekeliruan maksud dan tujuan antara pembaca dengan penulis terhadap isi karangan tersebut. Analisis kesalahan didasarkan pada suatu objek bahasa yang menjadi target. Bahasa yang dimaksud berupa bahasa ibu dan bahasa kedua (bahasa nasional dan bahasa asing). Dalam penelitian ini dikhususkan pada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu, analisis kesalahan dalam sebuah karangan berbahasa Indonesia berfungsi sebagai alat ukur suatu kemampuan tata bahasa siswa. Hal ini dapat membuka pikiran guru dalam mengatasi segala kerumitan sintaksis yang dihadapi peserta didik. Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang terkait dengan struktur frasa, klausa dan kalimat (Suhardi, 2013: 33). Frasa merupakan kelompok kata yang unsur terbentuknya terdiri dari dua kata atau lebih. Klausa menurut Cook dalam Suhardi (2013: 41) merupakan frasa yang mengandung satu unsur predikat, baik disertai unsur lain atau tidak. Selain itu, kalimat merupakan bentuk konstruksi sintaksis yang paling besar dan secara struktural yang mengandung tiga

20 4 konsep dasar berbentuk satuan gramatikal, yaitu kata, frasa, atau klausa, serta dapat berdiri sendiri. Bahasa tertulis terikat pada aturan-aturan kebahasaan, seperti ejaan, susunan, sistematika, dan teknik-teknik penulisan. Apabila siswa tidak memenuhi aturan-aturan kebahasaan tertulis, terjadilah kesalahan kebahasaan. Salah satu kesalahan kebahasaan tertulis yang masih sering dilakukan siswa adalah kesalahan sintaksis. Ruang lingkup kesalahan sintaksis berkisar pada kesalahan diksi, frasa, klausa dan kalimat berikut alat-alat sintaksis yang membentuk unsurunsur tersebut. Selain itu, diangkatnya permasalahan ini karena dari wawancara yang telah dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta bahwa pemahaman dan penguasaan struktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat dalam bahasa tulis yang dimiliki siswa masih perlu ditingkatkan. Jenjang pendidikan Sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan dipilih karena pertimbangan usia, tingkat kemampuan siswa, dan tujuan menulis. Pertimbangan usia siswa sekolah menengah kejuruan adalah karena mereka telah menempuh pembelajaran menulis sejak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, sehingga memiliki latar belakang pengetahuan dan kemampuan menulis. Tujuan menulis karangan sendiri bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan lebih ditekankan untuk membantu penulisan ilmiah. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah hasil karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

21 5 Berdasarkan pemaparan tersebut, menulis untuk menghasilkan karangan merupakan keterampilan berbahasa yang dalam penerapannya membutuhkan penguasaan ejaan, frasa, konjungsi, klausa, struktur kalimat, kosakata, tanda baca, dan penyusunan paragraf. Guna mempelajari kemampuan tata bahasa karangan siswa dilihat dari analisis kesalahan sintaksisnya. Diperlukan adanya penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menilai sejauh mana kemampuan tata bahasa pada karangan siswa, dilihat dari tingkat kesalahan tataran sintaksisnya. Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang kalimat. Sebuah klausa dapat berpotensi menjadi sebuah kalimat apabila intonasinya final. Kesalahan dalam bidang klausa tidak dibicarakan tersendiri, tetapi sudah melekat dalam kesalahan di bidang kalimat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang perlu diteliti dalam analisis kesalahan tataran sintaksis adalah penyimpangan dalam penyusunan atau pemilihan diksi, kalimat, frasa, klausa, konjungsi, dan preposisi. Kesalahan sintaksis yang dilakukan siswa dapat terjadi karena berbagai hal, antara lain sebagai akibat dari kekurangpahaman siswa terhadap kaidah tata bahasa yang digunakan, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna, atau kekhilafan yang dilakukan siswa. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman dan penguasaan menggunakan kaidah bahasa dalam bahasa tulis pada siswa masih perlu diperbaiki. Salah satu kekurangan siswa dalam menggunkan bahasa tampak pada pemakaian kalimat, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui dan mempelajari lebih dalam jenis kesalahan sintaksis yang dilakukan siswa.

22 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Anggapan bahwa kompetensi menulis merupakan hal yang sulit dikuasai sehingga, mengakibatkan kemampuan menulis peserta didik masih rendah. 2. Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yang berupa frasa. 3. Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yang berupa klausa. 4. Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yang berupa kalimat. 5. Kesalahan sintaksis yang dilakukan siswa terjadi akibat dari kekurangpahaman siswa terhadap kaidah tata bahasa yang digunakan, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna, serta kekhilafan yang dilakukan siswa. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat beberapa permasalahan yang sangatlah perlu untuk dibatasi. Permasalahan yang telah diidentifikasi tidak semuanya dibicarakan tersendiri karena penulis mempertimbangkan kemampuan, waktu, dan tujuan agar penulis memperoleh pembahasan yang lebih mendalam. Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa. 2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa.

23 7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta? 2. Apakah faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeteksi dan mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan sintaksis yang dilakukan siswa yang meliputi. 1. Kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. 2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang linguistik. Aspek kebahasaan,

24 8 dalam hal ini menulis karangan dengan memperhatikan unsur-unsur fungsional kalimat, yaitu sintaksis berdasarkan jenis kesalahan yang dilakukan siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru dan Siswa Penelitian Bagi guru maupun siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan dalam aspek menulis khususnya tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan sintaksis sebagai unsur dalam kalimat. Bagi guru juga, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau tolak ukur kemampuan tata bahasa tulis siswa sehingga selanjutnya, dapat memotivasi guru untuk menemukan metode atau cara agar meminimalisir kesalahan bahkan menghilangkannya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menghindari kesalahan sintaksis dalam menulis karangan. b. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau saran positif dalam upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran menulis karangan, sebagai bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. G. Batasan Istilah Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini, peneliti membatasi istilah-istilah tersebut. 1. Analisis kesalahan adalah penyelidikan terhadap suatu hal (karangan, peristiwa, dan sebagainya) sebagai teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara urut dan sistematis

25 9 kesalahan kaidah yang telah ditentukan dalam tataran ilmu kebahasaan (linguistik). 2. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan struktur yang berupa kesalahan struktur frasa dan kesalahan struktur kalimat karena frasa dan kalimat merupakan bagian dari sintaksis. 3. Kesalahan frasa adalah kesalahan penggunaan sintaksis pada struktur frasa. 4. Kesalahan kalimat adalah kesalahan penggunaan sintaksis pada struktur Kalimat. 5. Karangan adalah hasil perwujudan ide, gagasan dan pikiran manusia yang tersusun dari rangkaian kata demi kata yang membentuk sebuah kalimat, paragraf dan wacana yang mempunyai tujuan tertentu sehingga dapat dibaca dan dipahami maksudnya oleh pembaca.

26 BAB II KAJIAN TEORI A. Karangan 1. Pengertian Karangan Dalam proses pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia, Mengarang merupakan sebuah tindakan yang biasa dilakukan dengan tujuan menghasilkan sebuah karya, baik lisan maupun tulis. Umumnya hasil mengarang dalam bentuk tulisan disebut sebagai karangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 419) karangan merupakan hasil mengarang yang berupa: cerita, tulisan, artikel, dan puah pena. Selain pengertian itu, Keraf dalam Istinganah (2012: 17) mengatakan bahwa karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dapat dibaca dan dipahami. Oleh sebab itu, karangan merupakan sebuah tindakan menuangkan pikiran atau gagasan dalam bahasa tulis yang menghasilkan suatu karya dalam bentuk kata demi kata, sehingga menjadi kalimat, paragraf, dan akhirnya wacana. 2. Jenis Karangan Berdasarkan jenis pendekatan berbasis teks atau genre yang berpijak pada fungsi sosial, dikenal empat jenis karangan, yaitu: naratif, deskritif, argumentatif, dan ekspositori (Zainurrahman, 2013: 37). Menurut Wong (2002: ) karangan nonfiksi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu: recounts, prcedural text, information report, explanation, exposition. Akan tetapi, menurut Sugono (ed) 10

27 11 (2005: 128) disebutkan bahwa karangan dibagi menjadi empat, yaitu: kisahan (narasi), bahasan (argumentasi), paparan (eksposisi), perian (deskripsi). Berikut penjelasan berbagai jenis karangan tersebut sebagai berikut. a. Narasi Narasi adalah tulisan yang menyajikan rincian peristiwa menurut urutan waktu, rincian tindakan, atau kegiatan. Narasi berkaitan dengan persepsi dan peristiwa pada latar tertentu mengenai objek tertentu. Narasi biasanya mendeskripsikan suatu tempat, waktu, dan manusia serta tindakannya sebagai poin penting. Dalam karangan narasi, penceritaan yang berdasarkan langkah demi langkah. Fungsi sosial karangan narasi adalah penulis bermaksud untuk berbagi cerita kepada masyarakat, menghibur pendengar, melaporkan sebuah peristiwa atau kejadian, memecahkan suatu misteri, dan sebagainya. Elemen wajib dalam naratif antara lain orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, cerpen, dan novel. b. Deskriptif Deskriptif adalah penjabaran hasil pengamatan alat indera ke dalam rangkaian kata-kata untuk memberikan kesan indera juga kepada orang lain (Budiharso, 2009: 22). Bahasa deskriptif dapat bersifat subjektif atau objektif, hal ini dipengaruhi oleh besarnya keterlibatan penulis terhadap objek yang diamatinya. Karangan deskriptif digunakan penulis untuk menggambarkan sebuah keadaan atau situasi objek secara komprehensif dengan mengandalkan kemampuan kosakata. Fungsi sosial karangan deskriptif adalah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat pembaca seolah-olah mengalami, melihat,

28 12 dan merasakan apa yang sedang dideskripsikan. Contoh karangan deskripsi adalah penggambaran sebuah ruangan yang disertai dengan tata letak barang di dalam ruang, warna, keadaan, bentuk, dan struktur melalui pengamatan indera. c. Argumentatif Argumentatif adalah salah satu jenis esai yang bertujuan untuk mengubah pemikiran atau tindakan orang lain disertai dengan bukti-bukti yang dapat diterima akal. Fungsi sosial karangan argumentatif adalah sebagai sarana berargumen yang bertujuan untuk mengajak, membujuk, atau mendesak pembaca mengenai suatu isu dan menyuguhkan rasionalitas, pembantahan, dan penguatan beralasan terhadap pernyataan. Secara skematik karangan argumentatif terdiri atas tiga bagian, yaitu perkenalan isu, argumen, dan kesimpulan. Contoh argumentatif adalah debat, kampanye, dan lain sebagainya. d. Eksposisi Eksposisi adalah karangan yang menyatakan atau menjawab pertanyaan terkait dengan sesuatu. Eksposisi bertujuan untuk menjelaskan masalah ke dalam bahasa tulis. Eksposisi biasanya digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah populer. Contoh karangan jenis ini adalah buku pengetahuan, artikel-artikel dalam surat kabar, majalah, dan tulisan-tulisan ilmiah. B. Analisis Kesalahan Berbahasa 1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Sebelum membahas tentang kesalahan sintaksis, terlebih dahulu akan membahas kesalahan berbahasa. Pranowo (2015: 118) menjelaskan bahwa

29 13 kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Oleh sebab itu, untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa, pembelajar perlu untuk mengevaluasi sebab-akibat dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang dilakukan, salah satunya adalah analisis kesalahan berbahasa. Hastuti (1989: 73-74) menjelaskan bahwa analisis kesalahan ialah proses yang didasarkan pada menganalisis kesalahan orang yang sedang belajar sebuah objek yang sudah jelas atau sudah ditargetkan. Oleh sebab itu, apabila analisis kesalahan yang dimaksud adalah berbahasa, objek tersebut ialah bahasa. Bahasa yang dapat dianalisis adalah bahasa ibu, bahasa kebangsaannya, dan bahasa asing. Analisis kesalahan berbahasa dikhususkan pada bahasa yang telah ditargetkan. Beberapa fungsi dari analisis kesalahan berbahasa adalah sebagai berikut. (1) sebagai alat pada awal dan selama program pengajaran bahasa dilakasanakan, (2) dapat membuka pikiran guru dalam mengatasi kesulitan bahasa yang dihadapi siswa, (3) membantu penemuan linguistik konstrastif, (4) membantu pengajar bahasa (guru) mengatur materi pengajaran dan melaksanakan pengajarannya sesuai dengan jenis kesalahan bahasa yang dihadapi, (5) sebagai skala penentu keberhasilan atau kegagalan program bahasa yang telah diterapkan sehingga, dapat menentukan evaluasi selanjutnya. Hastuti (1989: 74-76) menjelaskan bahwa penyebutan kesalahan lebih dideskripsikan sebagai sebuah gelincir, yaitu suatu tindakan yang disertai sikap kurang berhati-hati. Hal ini bisa disebabkan oleh sifat terburu-buru ingin cepat sampai tujuan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor ekstra linguistik, semacam kegagalan ingatan, emosi yang meningkat, kelelahan mental

30 14 atau fisik, serta mabuk. Karakteristik dari gelincir memungkinkan pemakai bahasa menyadari kegelincirannya, sehingga ia dapat mengoreksi diri tanpa bantuan eksternal. Pada bahasa Indonesia ditemui beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan. Di samping kesalahan terdapat pula penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat kata tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Kesalahan Kesalahan berasal dari kata salah yang dilawankan dengan betul, memilki arti jika yang dilakukan tidak betul, tidak menurut norma, ataupun tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal ini dapat disebabkan, penutur belum tahu, tidak tahu ada norma, atau khilaf. Apabila kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, bisa jadi penutur tidak tahu kata apa yang tepat untuk dipakai. b. Penyimpangan Kata penyimpangan memilki arti menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Hal ini bisa disebabkan tidak mau, enggan, atau malas mengikuti norma yang ada. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, jargon, dan prokem. c. Pelanggaran Kata pelanggaran memberi kesan negatif karena pemakai bahasa dengan penuh kesadaran tidak mau mneuruti norma yang telah ditentukan, meskipun ia telah paham akan segala konsekuensinya.

31 15 d. Kekhilafan Kata ini merupakan proses psikologis, dalam hal ini menandai seseorang khilaf dalam menerapkan teori atau norma bahasa yang telah diketahuinya. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan yang memungkinkan salah ucap dan salah susun karena kurang cermat. 2. Penyebab Kesalahan Berbahasa Penyebab kesalahan berbahasa terdapat pada orang yang menggunakan bahasa bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati (2010: 15) ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, sebagai berikut. a. Penutur terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Hal ini dapat diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2. b. Pemakai bahasa kurangpaham terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c)

32 16 penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep. c. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. 3. Klasifikasi Analisis Berbahasa Menurut Tarigan (1997: 48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana. b. Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. c. Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis. Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi.

33 17 d. Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. 4. Konstruksi Sintaksis Ilmu bahasa memiliki beberapa cabang yang mengkaji permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur bahasa, salah satu cabang ilmu tersebut adalah sintaksis. Suhardi (2013: 15) menjelaskan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membahas seluk-beluk konstruksi sintaksis berupa frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, Verhaar (2012: 161) menyatakan bahwa sintaksis merupakan ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Oleh karena itu, unsur minimal dalam sebuah konstruksi sintaksis adalah kata atau bentuk bebas. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia memilki empat kategori utama, yaitu verba (kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), dan adverbia (kata keterangan) ada juga kata tugas (preposisi, konjungtor, dan partikel). Objek kajian konstruksi sintaksis adalah hal-hal terkait frasa, klausa, dan kalimat. a. Frasa Verhaar (2012: 291) menyatakan bahwa frasa merupakan kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sebagai contoh: {Secara {lebih mendalam}} kita {akan membahas} {kemampuan {menilai {prestasi belajar}}} {untuk {kepentingan {pengajaran {yang lebih baik}}}.

34 18 Frasa-frasa yang terdapat dalam kalimat diapit antara kurung kurawal, akan tetapi terdapat juga frasa terkandung, yang artinya frasa di dalam frasa. Selain itu, Suhardi (2013: 34) menyatakan bahwa frasa merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang beranggotakan dua kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif. Oka dan Suparno dalam Suhardi (2013: 36) menyebutkan bahwa frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa endosentris adalah frasa nominal (frasa benda), frasa verbal (frasa kerja), frasa adjektival (frasa sifat), dan frasa numeralia (frasa bilangan). Selain itu, frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa eksosentrik adalah frasa preposisional (frasa depan) dan frasa artikel (frasa sandang). Alwi dkk (2003: 243) menyebutkan contoh-contoh frasa tersebut sebagai berikut: 1) Frasa Nominal (Frasa Benda) (1) baju merah (2) dua baju (3) rumah mewah saya (4) baju merah ini/itu 2) Frasa Verbal (Frasa Kerja) (5) akan pergi Kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas adalah akan, harus, dapat / bisa, boleh, suka, ingin, mau, tidak, dan belum. (6) berlatih setiap pagi 3) Frasa Adjektival (Frasa Sifat) (7) anak kecil

35 19 (8) Ia berhasil dengan baik. (9) sangat kuat (10) paling besar 4) Frasa Numeralia (Frasa Bilangan) (11) dua ekor (kerbau) (12) lima orang (penjahat) (13) tiga buah (rumah) 5) Frasa Preposisional (Frasa Depan) (14) dari rumah kata dasar (di, ke, dari, pada) dan kata berafiks (selama, sepanjang, dan mengenai) (15) menurut rencana menambah afiks pada bentuk dasar kelas kata verba, adjektiva, atau nomina. (16) kepada guru 6) Frasa Artikel (Frasa Sandang) Frasa artikel merupakan frasa yang bersifat gelar, mengacu pada makna kelompok, dan yang menominalkan (Alwi, 2003: ). (17) yang mencipta (18) sang juara (19) para guru (20) si pengirim

36 20 b. Klausa Klausa menurut Alwi, dkk. (2003: 312) adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri dari unsur predikat dan subjek, dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Contohnya : (1) Dia pergi pukul 06.00, ketika saya sedang mandi Klausa utama atau induk kalimat Dia pergi pukul Klausa subordinatif atau anak kalimat ketika saya sedang mandi Suhardi (2013: 42) menyatakan bahwa klausa adalah salah bentuk konstruksi sintaksis yang salah satu unsur pembentuknya berfungsi sebagai predikat (P). Predikat dalam konstruksi sintaksis merupakan sentral dari fungsifungsi sintaksis lain yang terkandung di dalamnya. Klausa diidentifikasikan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu (1) kelengkapan unsur intinya, (2) struktur internalnya, (3) ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, (4) kategori unsur yang menduduki fungsi P, dan (5) distribusi unsur-unsur pembentuknya. Berikut penjelasan dari kriteria klausa, sebagai berikut. 1) Kelengkapan unsur intinya Berdasarkan kelengkapan unsur ini terdapat dua jenis klausa yakni klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Contoh : (2) Santi sedang memasak. Klausa Lengkap S P

37 21 (3) Lima ekor. (Sebagai jawaban atas pertanyaan jumlah P sapimu berapa? ) Klausa tidak lengkap 2) Struktur internalnya Berdasarkan unsur internalnya merujuk pada bentuk klausa lengkap, yakni klausa yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas unsur yang berfungsi sebagai S dan P. (3) adik saya / akan pergi berstruktur runtut S-P (4) akan pergi / adik saya berstruktur inversi P-S 3) Ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, yakni klasua positif dan klausa negatif. Kata negasi yang bisa digunakan, anatar lain tidak, tak, tiada, bukan, non, dan jangan. Contohnya : (5) dia / akan bekerja (Klausa psitif) (6) dia tidak akan bekerja (Klausa negatif) 4) Unsur pengisi P Berdasarkan unsur pengisi P, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa kerja (verbal), dan klausa nonkerja (nonverbal). Contohnya : (7) mereka akan berangkat besok klausa kerja/verbal (8) ruangannya sangat kotor klausa nonverbal: sifat/adjektival 5) Distribusi unsur-unsur pembentuknya Berdasarkan distribusi unsur-unsur pembentuknya, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa bebas (klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai

38 22 kalimat sempurna) dan klausa terikat (klausa tidak berdiri sebagai kalimat sempurna, terikat dari konstruksi lain). Contohnya : (9) mereka akan bekerja (klausa bebas) (10) jika terlambat datang,... (klausa terikat) c. Kalimat Kalimat sendiri menurut Chaer (2006: 327) merupakan satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap (terdapat unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan Subjek, bagian yang menjadi komentar tentang subjek Predikat, bagian yang merupakan pelengkap dari predikat Objek, dan bagian yang merupakan penjelasan terhadap predikat dan subjek Keterangan). Alwi, dkk. (2003: 311) menyatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, yang berwujud lisan atau tulis dan mengungkapkan pikiran yang utuh. Selain itu, Badudu (1995: 185) menyatakan bahwa kalimat tersusun dari kata-kata, frasa, atau klausa. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa unsur kalimat, yaitu kata dan frasa. Contoh : (1) Saya sakit. (dua kata) (2) Saya sakit keras. (kata saya dan frasa sakit keras) (3) Adik saya sakit keras. (dua frasa: adik saya dan sakit keras) Kalimat memiliki unsur-unsur, yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan interpretasi ganda (Alwi, dkk., 2003: ). Berikut ini penjelasan masing-masing unsur kalimat, sebagai berikut:

39 23 1) Fungsi Predikat Predikat sebuah kalimat biasanya berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional. Berikut contohnya. (4) Ayahnya guru Bahasa Inggris (P=FN) 2) Fungsi Subjek Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Terdapat pada contoh berikut. (5) Anak itu belum makan. frasa verbal 3) Fungsi Objek Objek dituntut kehadirannya oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya setelah predikat. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Contohnya sebagai berikut : (6) Adi mengunjungi Pak Ali. (7) Adi mengunjunginya. (8) saya ingin menemui kamu. 4) Fungsi Pelengkap Menurut Alwi (2003: 329) berikut ini perbedaan dan persamaan dari objek dan pelengkap.

40 24 Tabel 1: Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap Objek Pelengkap Berwujud frasa nominal dan klausa Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektifal, frasa preposisional, atau klausa Berada langsung di belakang Berada langsung di belakang predikat predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir Menjadi subjek akibat pemasifan Tak dapat menjadi subjek dalam kalimat Dapat diganti dengan pronomina nya Contoh : pemasifan kalimat Tidak dapat diganti dengan nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan. (9) Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok. (10) Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok. 5) Fungsi Keterangan Pel O Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan di tengah kalimat. Kosntituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, frasa adverbial, atau klausa. Sebagai contoh. (11) Dia memotong rambutnya dengan gunting. (12) Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah. Menurut Alwi dkk (2003: 331), berikut ini daftar beberapa jenis keterangan dalam tata bahasa, sebagai berikut.

41 25 Tabel 2: Jenis Keterangan Jenis Keterangan Preposisi/penghubung Contoh di di kamar ke ke Medan dari dari Manado (di) dalam (di) dalam rumah Pada pada saya 1. Tempat 2. Waktu - pada dalam sesebelum sesudah selama sepanjang kemarin, sekarang pada hari ini dalam minggu ini sepulang dari kantor sebelum pergi sesudah pukul selama dua minggu sepanjang hari 3. Alat dengan dengan gunting 4. Tujuan agar/supaya untuk bagi demi demi sahabatnya 5. Cara 6. Penyerta 7. Perbandingan/ Kemiripan 8. Sebab 9. Kesalingan 6) Interpretasi Ganda dengan secara dengan cara dengan jalan dengan bersama beserta Seperti bagaikan laksana agar/supaya kamu pintar untuk kebebasan bagi masa depan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding dengan adiknya bersama orang tuanya beserta sahabatnya seperti angin bagaikan puteri laksana bintang di langit Karena sebab karena perempuan itu sebab kekeliruannya - saling (membenci), satu sama lain Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi konstituen yang tafsirannya berbeda, yaitu kalimat yang predikatnya berupa frasa preposisional dan kalimat yang subjeknya berupa frasa verbal. Sebagai contoh frasa preposisional sebagai predikat.

42 26 (13) Ibu ke pasar. (14) Ibu pergi ke pasar. Frasa Ke pasar pada kedua kalimat tersebut memilki kedudukan yang berbeda. Frasa pada kalimat pertama menduduki posisi predikat kalimat apabila Ibu diperlakukan sebagai subjek kalimat. Frasa ke pasar kalimat kedua berfungsi sebagai katerangan. Sebagai contoh dari frasa verbal sebagai subjek, yaitu: (15) Membangun gedung bertingkat mahal sekali. Subjek Predikat (16) Biaya membangun gedung bertingkat mahal sekali. Pel Perbedaan kedua frasa yang berhuruf miring tersebut adalah pada kalimat (15) berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, pada kalimat (16) berfungsi sebagai pelengkap karena nomina /biaya/ yang mengalami pelesapan. 7) Jenis Kalimat Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya (Alwi, dkk, 2003: ). Berdaarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal sendiri dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya, menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional.

43 Bertingkat Majemuk Kalimat Setara 27 Kalimat verbal sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, yaitu (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi menjadi kalimat deklaratif (kalimat berita), kalimat interogatif (kalimat tanya), kalimat imperatif (kalimat perintah), dan kalimat ekslamatif (kalimat seruan). Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat lengkap (major) dan kalimat taklengkap (minor). Selanjutnya, kalimat dari susunan unsur subjek dan predikatnya dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi. Menurut Alwi dkk (2003: 337) berbagai jenis kalimat yang telah dijelaskan tersebut dapat dirangkum pada tabel 3 berikut. Tabel 3: Jenis Kalimat Jumlah Klausa Bentuk Predikat Susunan Verbativanarasisional Adjek- Nomi- Nume- Prepo- P-S Deklaratif (+) Interogatif (+) Tunggal Kelengkapan Unsur (+) (+) Imperatif + (+) + - (+) (+) (+) Ekslamatif (+) - ++ (+) Kehadiran Aktif objek Taktransitif + Ekatransitif Dwitansitif + + Pasif Keterangan tabel: + : Ada, ya (+) : Terbatas - : Tidak ada ++ : Wajib ada - + +

44 28 Kesalahan penempatan kata atau frasa dalam kalimat dapat membuat makna kalimat tidak jelas dan dapat digolongkan sebagai kalimat yang tidak efektif. Perbedaan dalam bahasa lisan dan tulis, kekurangsempurnaan susunan kata dalam kalimat mungkin masih dapat diatasi dengan adanya intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis alat bantu tersebut tidak ada. Oleh karena itu, bentuk dan susunan bahasa tulis haruslah tepat dan teratur. C. Kesalahan Sintaksis 1. Pengertian Kesalahan Sintaksis Kesalahan-kesalahan yang telah dibuat siswa dalam Bahasa Indonesia mempunyai karakteristik sendiri dan dalam perkembangannya terdapat beberapa komponen bahasa yang belum dibakukan, yaitu komponen lafal. Selain itu, komponen yang telah dibakukan ialah komponen ortografi (ilmu ejaan), selanjutnya menyusul komponen tata bahasa (sintaksis dan morfologi). Tarigan (1988: 199) menjelaskan bahwa kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur, frasa, klausa, atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Hastuti (1989: 79-80) menyebutkan empat jenis kesalahan, yaitu; (a) kesalahan leksikon, (b) kesalahan sintaksis, (c) kesalahan morfologi, (d) kesalahan ortografi. Penelitian ini akan dikhususkan dalam penelitian kesalahan sintaksis. Sintaksis menurut Suhardi (2013: 15) merupakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seputar konstruksi sintaksis yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Pengertian sintaksis hampir serupa dengan Ramlan (2001: 18) ialah bagian ilmu

45 29 bahasa yang yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa serta berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antara unsurunsur itu dalam suatu bahasa. Kesalahan dalam tataran sintaksis berkaitan erat dengan morfologi. Hal ini dikarenakan komponen sintaksis adalah terdiri dari kata. Kesalahan sintaksis berdasarkan pendapat ahli sebelumnya merupakan sebuah kesalahan, penyimpangan, pelanggaran, kekhilafan terhadap suatu kaidah yang ditentukan dalam tataran sintaksis (ilmu bahasa yang membicarakan selukbeluk frasa, klausa, dan kalimat serta pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata atau dengan satuan-satuan yang lebih besar. Satuan-satuan dalam bahasa yang mempunyai satuan terkecil, yaitu kata). Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa tataran frasa, klausa, dan kalimat. Analisis kesalahan tataran sintaksis dalam penelitian ini mencakup frasa dan kalimat. 2. Bentuk Kesalahan Sintaksis a. Kesalahan Penggunaan Frasa Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai pada bahasa lisan maupun bahasa tulis. Artinya, kesalahan berbahasa dalam bidang frasa ini sering terjadi dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis. Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya: (1) pengaruh bahasa daerah, (2) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (3) kesalahan susunan kata, (4) penggunaan unsur berlebihan atau mubazir, (5) penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, (6) penjamakan yang ganda, (7) penggunaan bentuk

46 30 resiprokal yang tidak tepat (Setyawati, 2010: 76). Berikut penjelasan dari kesalahan penggunaan frasa berdasarkan penyebab terjadinya. 1) Pengaruh Bahasa Daerah Situasi kedwibahasaan yang ada di Indonesia, menimbulkan pengaruh besar dalam pemakaian bahasa. Terdapat kecenderungan bahasa daerah merupakan B1, sedangkan bahasa Indonesia merupakan B2 bagi rakyat Indonesia atau pemakai bahasa. Tidak mengherankan apabila hampir dalam setiap tataran linguistik, pengaruh bahasa daerah dapat dijumpai dalam pemakaian bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana sebagai akibat pengaruh bahasa daerah dapat dijumpai dalam bahasa Indonesia (Setyawati, 2010: 76). Hal tersebut dapat diamati dalam pemakaian frasa yang tidak tepat berikut ini. (17) Siswa-siswi pada berlarian di dalam kelas. (18) Kalau harus disuruh menunggu, Ali sudah tidak sabaran lagi. Dalam ragam baku, unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat (17) dan (18) merupakan contoh pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebabkan oleh pengaruh bahasa daerah. Berturut-turut kedua frasa tersebut sebaiknya diganti dengan sedang berlarian dan tidak sabar. 2) Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat Sering dijumpai pemakaian preposisi tertentu dalam frasa preposisional tidak tepat. Hal ini biasanya terjadi pada frasa preposisional yang menyatakan tempat, waktu, dan tujuan. Perhatikan pemakaian preposisi yang salah dalam kalimat berikut ini.

47 31 (19) Di hari bahagia ini aku memberikan sebuah kado untukmu. (20) Jika Pak Tomas tidak berada di rumah, surat itu bisa dititipkan ke istrinya. Kata-kata yang dicetak miring pada kedua kalimat di atas merupakan penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kalimat (3) lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan waktu, yaitu pada; dan pada kalimat (4) lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan tujuan, yaitu kepada (Setyawati, 2010: 78). 3) Susunan Kata yang Tidak Tepat Salah satu akibat pengaruh bahasa asing adalah kesalahan dalam susunan kata. Perhatikan contoh berikut ini. (21) Ini hari kita akan melaksanakan berbagai kegiatan untuk memperingati HUT Kemerdekaan. (22) Kamu sudah mengerjakan tugas-tugas itu? Susunan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (5) dan (6) tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal tersebut berawal dari terjemahan harfiah dari bahasa asing itu ke dalam bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dengan bahasa asing yang berbeda tersebut menyebabkan terjadi kesalahan berbahasa (Setyawati, 2010: 79). 4) Penggunaan Unsur Berlebihan atau Mubazir Sering dijumpai pemakaian kata-kata yang mengandung makna yang sama (bersinonim) digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh berikut. (23) Kita pun juga harus menolong mereka.

48 32 (24) Program ini dimaksudkan agar supaya dapat membantu menyelesaikan masalah yang kita hadapi.. Kata-kata yang bercetak miring pada kalimat-kalimat di atas bersinonim. Penggunaan dua kata yang bersinonim sekaligus dalam sebuah kalimat dianggap mubazir karena tidak hemat. Oleh karena itu, yang digunakan salah satu saja agar tidak mubazir (Setyawati, 2010: 80). 5) Penggunaan Bentuk Superlatif yang Berlebihan Bentuk superlatif adalah bentuk yang mengandung arti paling dalam suatu perbandingan. Bentuk yang mengandung arti paling tersebut dapat dihasilkan dari suatu adjektiva ditambah adverbia amat, sangat, sekali, atau paling. Jika ada dua adverbia digunakan sekaligus dalam menjelaskan adjektiva pada sebuah kalimat, terjadilah bentuk superlatif yang berlebihan (Setyawati, 2010: 81). Perhatikan contoh berikut. (25) Acara tersebut sangat menghibur sekali. (26) Musibah yang dia alami amat sangat memilukan. 6) Penjamakan yang Ganda Dalam penggunaan bahasa sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia, sehingga menjadi bentuk yang rancu atau kacau. Perhatikan contoh bentuk penjamakan ganda berikut ini. (27) Para guru-guru sedang mengikuti seminar. (28) Presiden akan mengunjungi berbagai negara-negara di Asia. Dalam sebuah kalimat untuk penanda jamak sebuah kata cukup menggunakan satu penanda saja; jika sudah terdapat penanda jamak tidak perlu

49 33 kata tersebut diulang atau jika sudah diulang tidak perlu menggunakan penanda jamak (Setyawati, 2010: 82). 7) Penggunaan Bentuk Resiprokal yang Salah Bentuk resiprokal merupakan bentuk bahasa yang mengandung arti berbalasan. Bentuk resiprokal dapat dihasilkan dengan cara menggunakan kata saling atau dengan kata ulang berimbuhan. Akan tetapi, jika ada bentuk yang berarti berbalasan itu dengan cara pengulangan kata, digunakan sekaligus dengan kata saling, akan terjadilah bentuk resiprokal yang salah (Setyawati, 2010: 83). Perhatikan contoh kalimat berikut ini. (29) Sesama pengendara dilarang saling dahulu-mendahului. (30) Kedua sahabat itu kini saling jauh-menjauhi karena kesalahpahaman. b. Kesalahan Penggunaan Kalimat Kesalahan penggunaan kalimat dapat menyebabkan kekeliruan makna atau maksud bagi pembaca atau pendengar. Oleh sebab itu, kesalahan penggunaan kalimat dapat terjadi dalam bahasa lisan dan tulis. Sehingga, bukan hal yang umum bila ditemukan kesalahan saat berbicara dan menulis. Menurut Setyawati (2010: ), kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (1) kalimat yang tidak bersubjek, (2) kalimat yang tidak berpredikat, (3) kalimat yang buntung (tidak bersubjek dan tidak berpredikat), (4) penggandaan subjek, (5) antara predikat dan objek yang tersisipi, (6) kalimat yang tidak logis, (7) kalimat yang ambigu, (8) penghilangan konjungsi, (9) penggunaan

50 34 konjungsi yang berlebihan, (10) urutan kalimat yang tidak pararel, (11) penggunaan istilah asing, dan (12) penggunaan kata tanya yang tidak perlu. Berikut ini penjelasan dari kesalahan penggunaan bidang kalimat berdasarkan penyebab terjadinya. 1) Kalimat yang Tidak Bersubjek Kalimat itu paling sedikit harus terdiri atas subjek dan predikat, kecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan jawaban pertanyaan. Biasanya kalimat yang subjeknya tidak jelas terdapat dalam kalimat rancu, yaitu kalimat yang berpredikat verba aktif transitif di depan subjek terdapat preposisi. Perhatikan contoh berikut. (31) Dari pengamatan selama ini menunjukkan bahwa program BLT belum dapat dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah kemiskinan. (32) Untuk masalah ini memerlukan solusi yang tepat. Subjek kalimat-kalimat di atas tidak jelas atau kabur karena subjek kalimat aktif tersebut didahului preposisi dari dan untuk. Kata-kata lain yang sejenis dengan preposisi itu, yang sering mengaburkan subjek adalah di, di dalam, dalam, bagi, dari, dengan, sebagai, merupakan, kepada, dan pada. Perbaikan kalimatkalimat di atas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; (1) jika ingin tetap mempertahankan preposisi yang mendahului subjek, maka predikat diubah menjadi bentuk pasif, dan (2) jika menghendaki predikat dalam bentuk aktif, maka preposisi yang mendahului subjek harus dihilangkan (Setyawati, 2010: 85).

51 35 2) Kalimat yang Tidak Berpredikat Kalimat yang tidak berpredikat disebabkan adanya keterangan subjek yang beruntun atau terlalu panjang, keterangan itu diberi keterangan lagi, sehingga penulis atau pembicaranya terlena dan lupa bahwa kalimat yang dibuatnya belum lengkap atau belum terdapat predikatnya. Perhatikan contoh berikut. (33) Bandar udara Soekarno-Hatta yang dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam yang belum pernah digunakan di mana pun di dunia sebelum ini karena teknik itu memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini oleh para rekayasa Indonesia. (34) Proyek raksasa yang menghabiskan dana yang besar serta tenaga kerja yang banyak dan ternyata pada saat ini sudah mulai beroperasi karena dikerjakan siang dan malam dan sudah diresmikan pada awal Repelita yang lalu oleh Kepala Negara. Dua contoh kalimat tersebut terlihat belum selesai karena belum berpredikat. Penghilangan kata yang pada kalimat (33) dapat menghasilkan kalimat yang lengkap yang mengandung subjek dan predikat. Subjek kalimat tersebut Bandar udara Soekarno-Hatta dan predikatnya dibangun. Agar tidak melelahkan pembaca karena terlalu panjang dan bertele-tele, maka contoh (33) dipecah menjadi dua kalimat. Pada contoh (34) penghilangan dan sudah cukup memadai dalam usaha membuat kalimat itu menjadi berpredikat. Subjek kalimat itu adalah Proyek raksasa yang menghabiskan dana yang besar serta tenaga kerja yang banyak itu dan predikat kalimatnya sudah mulai beroperasi. Panjang tidaknya suatu kalimat

52 36 bukan merupakan ukuran bahwa kalimat itu lengkap. Sebaiknya kalimat dibuat haruslah pendek, hemat, lengkap, dan jelas karena hal itu merupakan ciri-ciri kalimat yang efektif (Setyawati, 2010: 86-88). 3) Kalimat Tidak Bersubjek dan Tidak Berpredikat ( Kalimat Buntung) Dalam bahasa tulis sehari-hari sering dijumpai kalimat yang tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung). Perhatikan contoh berikut. (35) Perempuan itu menatapku aneh. Serta sulit dimengerti. (36) Di negara saya ajaran itu sulit diterima. Dan sukar untuk dilaksanakan. Kedua contoh di atas adalah susunan kalimat yang dipenggal-penggal. Kalimat yang dipenggal itu masih mempunyai hubungan gantung dengan kalimat lain (sebelumnya). Kalimat yang memiliki hubungan gantung tersebut dinamakan anak kalimat, sedangkan kalimat tempat bergantung anak kalimat disebut induk kalimat. Jika dicermati, kalimat kedua pada masing-masing contoh kalimat (yang diawali oleh kata-kata yang bercetak miring) bukan kalimat baku karena kalimatkalimat tersebut buntung, tidak bersubjek dan tidak berpredikat. Kalimat-kalimat itu hanya merupakan keterangan kalimat sebelumnya. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, kalimat tunggal tidak boleh diawali oleh kata-kata karena, sehingga, apabila, agar, seperti, kalau, walaupun, jika, dan konjungsi yang lain. Konjungsi seperti itu dapat mengawali kalimat jika yang diawali oleh kata tersebut merupakan anak kalimat yang mendahului induk kalimat (Setyawati, 2010: 89).

53 37 4) Penggandaan Subjek Penggandaan subjek kalimat menjadikan kalimat tidak jelas bagian yang mendapat tekanan. Perhatikan contoh berikut. (37) Persoalan itu kami sudah membicarakannya dengan Bapak Camat. (38) Buku itu saya sudah membelinya. Contoh kalimat-kalimat tersebut memilki dua subjek yang berbeda dalam satu kalimat. Dalam kalimat (37) kata /persoalan itu/ dan /kami/ memilki fungsi sebagai subjek yang masing-masing dapat berkaitan dengan fungsi lain dalam kalimat. Penjelasan tersebut berlaku sama dengan kalimat (38), yaitu kata /buku itu/ dan /saya/. Kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat akan menduduki fungsi sintaksis tertentu. Pada kedua contoh di atas merupakan kalimat yang tidak baku karena mempunyai dua subjek. Perbaikan kalimat-kalimat di atas dapat dilakukan dengan cara: (1) diubah menjadi kalimat pasif bentuk diri, (2) diubah menjadi kalimat aktif yang normatif, (3) salah satu di antara kedua subjek dijadikan keterangan (Setyawati, 2010: 90). 5) Antara Predikat dan Objek yang Tersisipi Perhatikan kalimat-kalimat yang di antara predikat dan objek tersisipi preposisi. (39) Kami mengharap atas kehadiran Saudara tepat pada waktunya. (40) Acara yang diselenggarakan pada minggu yang lalu menampilkan tentang seni pertujunkan dari berbagai daerah.

54 38 (41) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan. Dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek; verba transitif tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan kata lain, antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi, seperti atas, tentang atau akan (Setyawati, 2010: 91). 6) Kalimat yang Tidak Logis Kalimat tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal atau tidak benar menurut penalaran. Hal itu terjadi karena pembicara atau penulis kurang berhatihati dalam memilih kata. Bentuk ini pun sudah merata di mana-mana (Setyawati, 2010: 92-93). Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini. (42) Yang sudah selesai mengerjakan tugas harap dikumpulkan. (43) Untuk mempersingkat waktu kita lanjutkan acara ini. (44) Acara berikutnya adalah sambutan Kepala Desa Pesahangan. Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat (42) memilki pertalian antara makna Yang sudah selesai mengerjakan soal dengan harap dikumpulkan tidak logis karena suatu hal yang tidak mungkin adalah Yang sudah selesai mengerjakan tugas itulah yang harap dikumpulkan. Kalimat (43) memilki ketidaklogisan pada makna kata mempersingkat waktu. Hal itu disebabkan kata mempersingkat makna leksikalnya sama dengan memperpendek. Jadi, tidak mungkin kalau waktu sampai diperpendek karena sampai kapan pun waktu itu tetap tidak mungkin dipersingkat atau diperpendek,

55 39 sehari semalam tetap 24 jam. Kata yang tepat untuk menyatakan waktu tersebut adalah kata menghemat. Kalimat (44) memilki ketidaklogisan pada /waktu dan tempat/ yang dipersilakan untuk memberi sambutan. Seharusnya yang dipersilakan memberi sambutan adalah Kepala Desa Pesahangan. 7) Kalimat yang Ambigu Ambigu adalah kegandaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami orang lain. Ambigu dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya intonasi yang tidak tepat, pemakaian kata yang bersifat polisemi, struktur kalimat yang tidak tepat (Setyawati, 2010: 94). Di bawah ini akan diperlihatkan beberapa contoh kalimat yang ambigu. (45) Kubah masjid yang indah terbuat dari emas. (46) Mobil Direktur yang baru mahal harganya. (47) Pidato ketua panitia yang terakhir itu dapat membangkitkan semangat para pemuda. Pembaca dapat menafsirkan kalimat-kalimat di atas dengan dua penafsiran: (1) keterangan yang indah, yang baru, dan yang terakhir dapat mengenai nomina yang terakhir, yaitu kubah, Direktur, dan ketua panitia; (2) keterangan itu dapat mengenai keseluruhannya, yaitu kubah masjid, mobil Direktur dan pidato ketua panitia. Dengan demikian, kalimat itu menjadi ambigu karena maknanya tidak jelas.

56 40 8) Penghilangan Konjungsi Pembaca sering menemukan tulisan-tulisan resmi yang di dalamnya terdapat gejala penghilangan konjungsi pada anak kalimat. Penghilangan konjungsi itu menjadikan kalimat tersebut tidak efektif (tidak baku). Perhatikan contoh-contoh berikut ini. (48) Sering digunakan untuk main game, komputer ini kini telah dijual. (49) Membaca surat anda, saya sangat bahagia. (50) Dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi unit desa tampak semakin meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu. Konjungsi jika, apabila, setelah, sesudah, ketika karena, dan sebagainya sebagai penanda anak kalimat sering ditinggalkan. Hal tersebut dikarenakan penulisnya terpengaruh oleh bentuk partisif bahasa Inggris. Gejala tersebut sudah merata digunakan diberbagai kalangan, maka mereka tidak sadar lagi kalau bentuk itu salah. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi pada anak kalimat harus digunakan (Setyawati, 2010: 95-96). 9) Penggunaan Konjungsi yang Berlebihan Kekurangtelitian pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu tejadi karena dua kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Beberapa contoh kalimat penggunaan konjungsi yang berlebihan sebagai berikut. (51) Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RW.

57 41 (52) Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar inframerah karena sinar itu mempunyai dispersi yang kecil. (53) Meskipun hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu tidak gentar. Pemakai bahasa tidak menyadari kalau bentuk-bentuk kalimat di atas menggunakan padanan yang tidak serasi, yaitu penggunaan dua konjungsi sekaligus. Seharusnya konjungsi yang digunakan salah satu saja (Setyawati, 2010: 97). 10) Urutan Kalimat yang Tidak Pararel Pada keempat kalimat di bawah ini terjadi bentuk rincian yang tidak pararel atau tidak sejajar. (54) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta memahami akan tugas yang diembannya, dokter Ali telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik. (55) Harga BBM dibekukan atau kenaikan secara luwes. (56) Tahap terakhir penyelesaian rumah itu adalah pengaturan tata ruang, memasang penerangan, dan pengecatan tembok. (57) Angin yang bertiup kencang kemarin membuat pohon-pohon tumbang, menghancurkan beberapa rumah, dan banyak fasilitas penerangan rusak. Jika dalam sebuah kalimat terdapat beberapa unsur yang dirinci, rinciannya itu harus diusahakan pararel. Jika unsur pertama berupa nomina, unsur berikutnya juga berupa nomina; jika unsur pertama berupa adjektiva, unsur

58 42 berikutnya juga berupa adjektiva; jika unsur pertama bentuk di- -kan, unsur berikutnya juga berbentuk di- -kan, dan sebagainya. Kata-kata yang dicetak miring pada masing-masing kalimat di atas perlu diperbaiki; sehingga menjadi kalimat yang baku (Setyawati, 2010: 98). 11) Penggunaan Istilah Asing Pengguna bahasa Indonesia yang memiliki kemahiran menggunakan bahasa asing tertentu sering menyelipkan istilah asing dalam pembicaraan atau tulisannya. Kemungkinannya adalah pemakai bahasa itu ingin memperagakan kebolehannya atau bahkan ingin memperlihatkan keintelektualannya pada khalayak. Padahal kita tidak boleh mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing (Setyawati, 2010: ). Perhatikan contoh-contoh berikut ini. (58) At last, semacam task force perlu dibentuk dahulu untuk job ini. (59) Kita segera menyusun project proposal dan sekaligus budgeting-nya. (60) Dalam work shop ini akan dibahas working paper agar diperoleh input bagi kita. Ketiga kalimat di atas belum tentu dapat dipahami oleh orang yang berpendidikan rendah karena pada kalimat-kalimat itu terdapat istilah bahasa asing yang tidak mudah dipahami. Lain halnya jika istilah asing yang dicetak miring pada masing-masing kalimat di atas diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia. Istilah at last diganti dengan akhirnya, istilah task force didanti dengan satuan tugas, istilah job diganti dengan pekerjaan, istilah project proposal diganti dengan rancangan kegiatan, istilah budgeting diganti dengan rancangan

59 43 biayanya, istilah workshop diganti dengan sanggar kerja, istilah working paper diganti dengan kertas kerja, dan istilah input diganti dengan masukan. 12) Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai penggunaan bentuk-bentuk di mana, yang mana, hal mana, dari mana, dan kata-kata tanya yang lain sebagai penghubung atau terdapat dalam kalimat berita (bukan kalimat tanya) (Setyawati, 2010: ). Contoh-contohnya adalah sebagai berikut. (61) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. (62) Ali membuka-buka album dalam mana ia menyimpan foto terbarunya. (63) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil dari mana suara gamelan yang lembut terdengar. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bentuk yang mana sejajar dengan penggunaan which, penggunaan dalam mana sejajar dalam penggunaan in which, dan penggunaan dari mana sejajar dengan penggunaan from which. Dalam bahasa Indonesia sudah ada penghubung yang lebih tepat, yaitu kata tempat dan yang. C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan pertama merupakan penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Sintaksis pada Karangan Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta oleh Nurul Istinganah NIM pada tahun ajaran 2011/2012 Universitas Negeri Yogyakarta.

60 44 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan sintaksis yang meliputi kesalahan penggunaan struktur frasa dan kalimat pada karangan narasi ekspositoris siswa. Subjek penelitian ini adalah karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Objek penelitian ini adalah kalimat dan frasa yang mengandung unsur kesalahan sintaksis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan suatu keadaan alamiah mengenai kesalahan penggunaan struktur sintaksis pada karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan. Untuk menemukan dan mengklasifikasikan kalimat yang mengandung unsur kesalahan sintaksis digunakan teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan metode agih dengan teknik baca markah dan metode padan ortografis dengan teknik pilah unsur penentu. Hasil penelitian kesalahan sintaksis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP 1 Banguntapan ada dua. Pertama, kesalahan penggunaan struktur frasa meliputi enam kesalahan, yaitu: penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, penjamakan ganda, dan penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat. Kedua, kesalahan penggunaan struktur kalimat meliputi tujuh kesalahan, yaitu: kalimat yang tidak berpredikat, kalimat yang tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat tak lengkap), subjek

61 45 ganda, penggunaan preposisi pada verba transitif, kalimat yang rancu penghilangan konjungsi, dan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Penelitian yang relevan kedua adalah penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Kalimat pada Skripsi Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta oleh Anggit Kuntarti NIM Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan kalimat dalam skripsi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia. Objek penelitian ini adalah kalimat yang mengandung unsur kesalahan kalimat pada skripsi mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2013 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan suatu keadaan alamiah mengenai kesalahan penggunaan struktur kalimat pada skripsi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk menemukan dan mengklasifikasikan kalimat yang mengandung unsur kesalahan kalimat digunakan teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan metode agih dengan teknik baca markah dan metode padan ortografis dengan teknik pilah unsur penentu. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), yaitu sebagai instrumen kunci dengan menggunakan kriteria bentuk dan distribusi. Hasil penelitian kesalahan kalimat pada skripsi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjumlah 8 skripsi adalah kesalahan penggunaan struktur kalimat meliputi delapan kesalahan, yaitu: kalimat tidak bersubjek, kalimat yang tidak

62 46 berpredikat, kalimat yang tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat tak lengkap), antara predikat dan objek tersisipi, konjungsi berlebihan, urutan tidak paralel, penggunaan istilah asing, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu dengan berbagai variasi dari tiap bentuk kesalahan. Perbedaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada subjek dan objek kajiannya. Dalam penelitian ini subjek kajiannya adalah karangan eksposisi siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, sedangkan kedua penelitian yang telah disebutkan, subjek kajiannya adalah karangan siswa SMP dan skripsi mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia tahun Objek kajian penelitian ini lebih detail memaparkan kesalahan konstruksi sintaksis berdasarkan bentuk dan penyebabnya dalam karangan siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan.

63 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis jenis-jenis kesalahan sintaksis, khususnya konstruksi pada tataran frasa dan kalimat beserta faktorfaktor yang menyebabkannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Menurut Donald Ary dalam Prastowo (2011: ) menayatakan penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala apa adanya saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menyajikan data selengkapnya dalam tabel data untuk mendeskripsikan jenis kesalahan sintaksis yang terdapat dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. B. Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 1 Depok, yang beralamat di Jalan Ring Road Utara, Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sekolah tersebut menggunakan kurikulum KTSP Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung dari pengamatan lapangan, subjek penelitian adalah karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian merupakan kalimat yang mengandung kesalahan sintaksis. Hal ini sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu kesalahan konstruksi 47

64 48 sintaksis dalam karangan siswa yang ditinjau dari jenis dan faktor-faktor penyebabnya. C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Desain penelitian di bawah ini mendeskripsikan prosedur penelitian analisis deskriptif yang akan dilakukan. Berikut ini adalah gambar dari desain penelitian. Penentuan Tujuan Penelitian Penyusunan Prosedur Penelitian Pengambilan Data Penyusunan Instrumen Pendeskripsian Data Penarikan Kesimpulan Gambar 1: Desain Penelitian

65 49 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah langkah atau cara peneliti dalam mendapatkan sejumlah data lapangan yang kemudian dideskripsikan. Sugiyono (2012: 309) menjelaskan bahwa pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Langkah untuk memperoleh data berupa karangan dalam bahasa Indonesia, dilakukan dengan cara pemberian tugas kepada siswa oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tema karangan yang digunakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Langkah Selanjutnya, agar menemukan dan mengklasifikasikan konstruksi sintaksis (frasa serta kalimat) yang mengandung unsur kesalahan yang terdapat pada karangan siswa, teknik yang digunakan adalah membaca dan mencatat. Teknik baca yang dilakukan adalah membaca secara berulang dan cermat hasil karangan siswa yang telah diperoleh serta dikumpulkan. Pembacaan karangan disesuaikan dengan tujuan penelitian, sedangkan yang tidak berhubungan dengan tujuan penelitian diabaikan. Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Teknik catat digunakan untuk mengungkapkan serta merekam suatu permasalahan yang terdapat dalam bacaan. Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil menyimak karangan pada kartu data. Sebelum dilakukan pencatatan, terlebih dahulu dilakukan pencatatan data pada kartu data. Kemudian kartu data tersebut dikategorikan menurut kriteria bentuk kesalahan

66 50 sintaksis. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan dideskripsikan. Adapun format kartu data tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4: Kartu Data 01/K2/P1 Di dalam rumah ini menunjukkan beberapa barang pemilik yang sudah rusak. PKS Kalimat tidak bersubjek, subjek didahului preposisi Keterangan Tabel: 01 Menunjukkan Subjek K2 P1 PKS Menunjukkan nomor kalimat dalam setiap paragraf Menunjukkan nomor paragraf dalam setiap karangan Menunjukkan penyebab kesalahan sintaksis kalimat E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), yaitu sebagai instrumen kunci dengan bantuan instrumen pendukung yang berupa tabel data. Penelitian ini juga menggunakan kriteria-kriteria sebagai perangkat lunak untuk memudahkan dalam pengambilan data dan analisis data. Kriteriakriteria yang digunakan adalah kriteria untuk menentukan kalimat yang mengandung jenis kesalahan kontruksi sintaksis strukur frasa dan kalimat dalam karangan. Setelah menentukan kriteria kesalahan kontruksi sintaksis tersebut, kemudian dijabarkan dan diklasifikasikan beserta hal-hal yang menjadi penyebab kesalahan sintaksis.

67 51 Tabel 5: Indikator Frasa dan Kalimat No Indikator Jenis Frasa Ciri Kalimat 1 Frasa Nominal Minimal satu klausa (S-P) 2 Frasa Verbal Bersifat predikatif (Fungsi Subjek dan Fungsi Predikat) 3 Frasa Adjektival Diawali huruf kapital 4 Frasa Preposisional Diakhiri tanda titik (.), seru (!), tanya (?) 5 Frasa Numeral 6 Frasa Pronomina Persona Indikator frasa dan kalimat yang terdapat dalam tabel 5 digunakan sebagai parameter peneliti dalam menemukan kesalahan konstruksi sintaksis frasa dan kalimat. Dengan indikator tersebut peneliti dapat menentukan sebuah frasa dan kalimat dalam karangan yang mengandung kesalahan dan tidak mengandung kesalahan, sehingga dapat menggolongkan serta menganalisisnya. Berdasarkan kriteria tersebut peneliti dapat menganalisis tiap jenis kesalahan sintaksis (frasa dan kalimat) dalam karangan siswa. Alat bantu lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data ini menggunakan kertas HVS. Kartu data berfungsi untuk menyimpan data dan selanjutnya diidentifikasi sesuai kriteria kesalahan penggunaan kalimat dalam karangan. F. Teknik Analisis Data Data yang dianalisis adalah kesalahan penggunaan struktur frasa dan kalimat dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok. Metode yang digunakan adalah metode agih. Metode agih, yaitu metode analisis yang alat

68 52 penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan atau bahasa yang diteliti. Alat penentu dari metode ini, selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (ingkar kata, preposisi, adverbia, dan lain-lain), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, dan lain-lain), klausa, silabe kata, titinada, dan lain-lain (Sudaryanto, 2015: 19). Metode ini digunakan untuk mencari kesalahan sintaksis berdasarkan jenis kesalahan beserta penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Berdasarkan metode ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik baca markah. Pemarkahan itu menunjukan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu, dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 129). Teknik baca markah merupakan teknik analisis data dengan cara membaca pemarkah dalam suatu konstruksi. Istilah lain pemarkah adalah penanda. Jenis pemarkah dapat bersifat semantis (preposisi, konjungsi, afiksasi, dan lain-lain), sintaksis, dan suprakorporal generik pragmatis (Sudaryanto, 2015: 134). Teknik baca markah dapat digunakan untuk menentukan peran konstituen kalimat. Caranya adalah dengan membaca satuan kebahasaan yang menjadi pemarkah peran konstituen kalimat yang dimaksud. Pemarkah dapat berupa imbuhan, kata, dan konstruksi. Kalimat merupakan pemarkah yang berupa konstruksi. Teknik lain yang digunakan meliputi kategorisasi, tabulasi, dan pendeskripsian (Istinganah, 2012: 62). Teknik ini digunakan karena data-data dalam penelitian ini berupa kalimat yang merupakan data kualitatif sehingga

69 53 memerlukan penjelasan secara deskriptif. Langkah-langkah yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kategorisasi Data-data berupa kalimat yang mengandung kesalahan sintaksis yang telah diperoleh melalui pembacaan dicatat dalam kartu data dan selanjutnya dikelompokkan/dikategorikan berdasarkan bentuk kesalahan sintaksis dan berdasarkan faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan tersebut. 2) Tabulasi Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data berupa kesalahan sintaksis kalimat ke dalam tabel dan diklasifikasikan berdasarkan penyebab kesalahan sintaksis. 3) Pendeskripsian Data-data yang telah dikelompokkan, selanjutnya dideskripsikan sesuai dengan interpretasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti. Pendeskripsian dilakukan terhadap setiap kelompok dan dilakukan secara berurutan. Berdasarkan pendeskripsian yang dilakukan, selanjutnya dibuat simpulan. G. Keabsahan Data Pencapaian validitas dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi yang diperoleh dari kajian teori tentang kesalahan sintaksis frasa dan kalimat dalam karangan siswa menurut beberapa ahli bahasa. Tujuan mencapai validitas isi data, cara yang digunakan peneliti adalah mengkonsultasikan atau mengevaluasikan kepada orang lain yang ahli, dalam hal ini adalah dosen

70 54 pembimbing. Jenis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu reliabilitas antarpengamat dan konsensus antarpengamat. Agar mencapai reliabilitas data, peneliti menggunakan cara membaca berulang-ulang data yang sama, diskusi dengan teman sejawat, dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Strategi triangulasi dilakukan dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tertentu dan menggunakannya untuk membangun justifikasi koheren berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian. Dalam penelitian ini, dilakukan uji keabsahan data sebagai berikut: (1) Intrarater Intrarater dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data, yaitu dengan cara mencermati berulang-ulang hasil karangan siswa untuk banyaknya dan aspek yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sehingga mendapatkan data yang benar, akurat, dan normal. (2) Interrater Interrater dilakukan untuk menguji keabsahan data, yaitu dengan cara berdiskusi bersama teman sejawat (Eria Wahyu Pratiwi dan Furika Tri Jayanti, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UNY, angkatan tahun 2012) dan melakukan konsultasi atau mengevaluasi kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Hal ini dilakukan untuk mengecek kebenaran dari interpretasi yang telah dilakukan.

71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil berupa deskripsi analisis kesalahan sintaksis dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Adapun subjek dalam penelitian ini berupa 84 karangan narasi, eksposisi, dan deskripsi yang ditulis oleh siswa. Dari 84 karangan tersebut jumlah kalimat yang diteliti dan dianalisis adalah 1323 kalimat. Dari sejumlah kalimat tersebut, ditemukan 101 kalimat yang memilki kesalahan konstruksi sintaksis. Adapun rinciannya adalah 33 kalimat yang memilki kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa dan 68 kalimat yang memilki kesalahan konstruksi sintaksis struktur kalimat. Oleh sebab itu, objek kajian dalam penelitian ini adalah frasa dan kalimat yang memilki kesalahan konstruksi sintaksis dan penyebabnya. Berikut ini akan dijabarkan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. 1. Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok sebagian besar berupa kesalahan struktur frasa dan kalimat. Data yang diperoleh berupa kalimat. Selanjutnya, kalimat-kalimat yang memilki kesalahan tersebut disusun ke dalam tabel kartu data yang terdapat pada teknik pengumpulan data. Berikut ini adalah tabel jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran frasa dan kalimat dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok. 55

72 56 Tabel 6: Jenis Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Frasa dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok No 1 2 Contoh Data Aku keluar daripada rumah menuju halaman, terlihat sawah-sawah yang asri ada juga petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami apapun sawah tersebut. (11/K4/P2) Soekarno bebarengan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indoensia di tanggal 17 Agustus (16/K2/P2) Kesalahan F K Preposisi Tidak Tepat Jenis Kesalahan Susunan Kata Redudansi Makna Di banyak kota besar, lalu lintas kemacetan di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. (44/K1/P1) Akhirnya ibu saya mendaftarkan saya di sekolah Taman 4 Kanak-kanak Mutiara Harapan yang masih baru saja berdiri dan saya masuk langsung pada kelas nol besar. (83/K4/P2) Oleh karena paras dan hatinya yang cantik itu, Uti 5 menjadi sosok yang sangat diidolakan oleh semua temantemannya, tidak terkecuali aku. (13/K8/P3) 6 Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang indah ini. (26/K5/P2) Keterangan Tabel: F : Frasa Susunan Kata : Ketidaktepatan susunan kata K : Kalimat Redudansi Makna : Redudansi makna Jumlah Data

73 57 No Tabel 7: Jenis kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Kalimat dalam Karangan Siswa Contoh Data 1 Kemacetan lalu lintas juga dapat polusi udara dan suara. (18/K3/P3) Kesalahan F K P S Tidak Lengkap Jenis Kesalahan Konj. Rancu Kata tanya Jumlah Dari kejauhan pula yang melihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. (34/K5/P1) 3 Karena tidak ingin tertular penyakit sang gadis itu. (50/K2/P6) Dan kami memilih bus pariwisata agar dapat menampung kami semua. (1/K6/P1) Yang saya ingat saat TK saya pernah jatuh saat latihan menari karena pundak saya dipegang oleh teman saya yang bernama Farel, meskipun saya sudah bilang kalau itu risih dan akhirnya saya terjatuh dan saya menangis dengan kencang. (77/K8/P1) 6 Setelah berapa ratus meter, tiba-tiba aku terpeleset. (54/K1/P3) Keterangan Tabel : F : Frasa Konj. : Konjungsi Tidak Tepat K : Kalimat Rancu : Kalimat yang Rancu P : Kalimat Tidak Berpredikat Kata Tanya : Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu S : Kalimat Tidak Bersubjek Tidak Lengkap : Kalimat Tidak Lengkap Data

74 58 Berdasarkan informasi pada tabel 6, dapat dilihat bahwa terdapat tiga jenis kesalahan yang merupakan bagian dari kesalahan kontruksi sintaksis struktur frasa. Ketiga jenis kesalahan tersebut, yaitu (1) penggunaan preposisi yang tidak tepat sejumlah 18 kalimat, (2) ketidaktepatan susunan kata sejumlah 6 kalimat, dan (3) redudansi makna sejumlah 9 kalimat. Data tersebut menunjukkan bahwa jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran frasa yang paling dominan terdapat pada penggunaan preposisi yang tidak tepat. Berdasarkan informasi pada tabel 7, dapat dilihat bahwa terdapat tujuh jenis kesalahan yang merupakan bagian dari kesalahan kontruksi sintaksis struktur kalimat. Keenam jenis kesalahan tersebut adalah (1) kalimat tidak berpredikat sejumlah 7 kalimat, (2) kalimat tidak bersubjek sejumlah 12 kalimat, (3) kalimat tidak lengkap/kalimat buntung sejumlah 10 kalimat, (4) penggunaan konjungsi yang tidak tepat sejumlah 27 kalimat, (5) kalimat yang rancu sejumlah 6 kalimat, dan (6) penggunaan kata tanya yang tidak perlu sejumlah 6 kalimat. Dengan demikian, data hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kesalahan kontruksi sintaksis tataran kalimat yang paling dominan ditemukan pada penggunaan konjungsi yang tidak tepat. Dari data 1323 kalimat yang diteliti, menunjukkan bahwa persentase kalimat yang memilki kesalahan konstruksi sintaksis adalah 7,63% (101 kalimat). Di sisi lain persentase kalimat yang tidak memilki kesalahan konstruksi sintaksis adalah 92,37% (1222 kalimat). Persentase data tersebut dihitung berdasarkan jumlah temuan dibagi jumlah keseluruhan kalimat dalam karangan siswa kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan persentase tersebut menunjukkan bahwa jumlah kalimat yang dibuat oleh

75 59 siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tidak mengandung kesalahan konstruksi sintaksis lebih banyak dibandingkan dengan kalimat yang mengandung kesalahan. Data 101 kalimat yang memiliki kesalahan konstruksi sintaksis dibagi menjadi dua jenis kesalahan, yaitu 33 kalimat (32,67%) masuk dalam kategori kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa kesalahan konstruksi struktur frasa dan 68 kalimat (67,32%) masuk dalam kategori kesalahan konstruksi struktur kalimat. Persentase data tersebut dihitung berdasarkan jumlah temuan dibagi jumlah keseluruhan kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kemudian dikalikan 100%. 2. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Dari hasil penelitian tentang kesalahan konstruksi sintaksis ditemukan dua kesalahan, yaitu pada tataran frasa dan tataran kalimat. Selanjutnya, data yang berupa kalimat tersebut dianalisis untuk mengetahui jenis kesalahan dan faktor penyebabnya pada konstruksi frasa serta kalimat. Faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis merupakan hal pokok yang mendasari dan mempengaruhi terjadinya kesalahan, baik itu pada tataran frasa maupun tataran kalimat. Penjelasan terkait faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri Depok adalah sebagai berikut. a. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Frasa Dari data hasil penelitian terdapat tiga jenis kesalahan konstruksi sintaksis tataran frasa yang ditemukan dalam karangan siswa SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, yaitu penggunaan preposisi yang tidak tepat, ketidaktepatan susunan kata,

76 60 dan redudansi makna. Ketiga jenis kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang terdapat pada tataran konstruksi dan makna. Akan tetapi, kedua faktor penyebab tersebut sama-sama mempengaruhi kesalahan konstruksi sintaksis tataran frasa. Penjelasan terkait dua faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran frasa adalah sebagai berikut. 1) Ketidaktepatan Distribusi Kata Faktor penyebab kesalahan konstruksi tataran frasa ini terdiri dari penggunaan preposisi yang tidak tepat dan ketidaktepatan susunan kata. 2) Redudansi Makna b. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Kalimat Terdapat tujuh jenis kesalahan kesalahan konstruksi sintaksis tataran kalimat dalam karangan siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, yaitu kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak lengkap/kalimat buntung, penggunaan konjungsi yang tidak tepat, kalimat yang rancu, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. Keenam jenis kesalahan konstruksi sintaksisi tataran kalimat tersebut mempunyai sebab yang mendasari terjadinya kesalahan, atau disebut juga faktor penyebab kesalahan. Dari keenam jenis kesalahan tersebut dapat diambil dua inti faktor penyebab sebagai berikut. 1) Ketidaklengkapan Fungsi Ketidaklengkapan fungsi menjadi faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis tataran kalimat dari beberapa jenis kesalahan, yaitu kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak lengkap/kalimat buntung, dan penggunaan konjungsi yang tidak tepat.

77 61 2) Ketidaktepatan Makna Ketidaktepatan makna menjadi faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis tataran kalimat dari beberapa jenis kesalahan, yaitu kalimat yang rancu dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. B. Pembahasan Penelitian ini akan membahas kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran struktur frasa dan struktur kalimat beserta faktor penyebabnya yang terdapat dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tahun ajaran 2015/ Kesalahan Konstruksi Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Berdasarkan bentuknya, kesalahan konstruksi sintaksis yang terdapat dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tahun ajaran 2015/2016 dibagi menjadi dua, yaitu kesalahan konstruksi struktur frasa dan kesalahan konstruksi struktur kalimat. a. Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Frasa Berdasarkan hasil penelitian, telah ditemukan bahwa dari 33 kalimat yang mengandung kesalahan konstruksi sintaksis tataran frasa terdapat 33 frasa yang salah. Ke-33 frasa yang mengandung kesalahan tersebut ditentukan berdasarkan instrumen pada tabel 5, yaitu Indikator Frasa dan Kalimat. Jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran struktur frasa yang ada dalam kalimat, yaitu ketidaktepatan susunan kata (18 kalimat), preposisi yang digunakan tidak tepat (6 kalimat), dan redudansi makna (9 kalimat). Deskripsi jenis kesalahan struktur frasa beserta penyebabnya tersebut adalah sebagai berikut.

78 62 1) Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat Pada karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok dijumpai adanya penggunaan preposisi yang tidak tepat dalam frasa preposisional. Perhatikan data kalimat berikut ini. (1a) Zulfa dengan teman-temannya sangat terobsesi dengan tokoh cerita fiksi suatu cerita dengan karakter yang bernama Dhirga. (5/K1/P3) (2a) Suasana yang sejuk karena senyuman sang surya membuatku nyaman saat berada pada halaman. (11/K1/P2) (3a) Alpukat sering disebut dengan buah yang tak bersahabat bagi para pengidap kolesterol tinggi. (53/K1/P1) (4a) Tiap prosesi dari upacara ini sangat menarik wisatawan sehingga saat Upacara Kasada Bromo semakin banyak dikunjungi oleh pendatang. (71/K2/P4) Data kalimat tersebut mengandung kesalahan berupa penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kalimat (1a) terdapat kesalahan penggunaan preposisi /dengan/. Kalimat (1a) mengandung dua kesalahan konstruksi struktur frasa yang disebabkan oleh penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kesalahan pertama terdapat pada frasa /Zulfa dengan teman-temannya/. Preposisi /dengan/ yang terdapat pada frasa tersebut tidak tepat, seharusnya menggunakan konjungsi /dan/ yang merupakan penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara. Kesalahan kedua terdapat pada frasa /dengan tokoh cerita fiksi/. Preposisi /dengan/ seharusnya diganti menjadi preposisi /pada/. Hal ini dikarenakan, preposisi /dengan/ pada kalimat (1a) memiliki arti menyatakan cara, sifat, dan keselarasan tidak sesuai bila disandingkan dengan pelengkap yang menyatakan kata ganti orang.

79 63 Kalimat (2a) memilki kesalahan penggunaan preposisi /pada halaman/, seharusnya preposisi yang tepat untuk menggantikan /pada/ adalah /di/. Preposisi /di/ lebih tepat untuk menunjukkan keterangan tempat, sehingga sesuai apabila beriringan dengan kata /halaman/. Kalimat (3a) terdapat kesalahan penggunaan preposisi /dengan/, seharusnya menggunakan preposisi yang menyatakan status, yaitu preposisi /sebagai/. Kalimat (4a) memilki kesalahan penggunaan preposisi /dari/ yang merupakan penanda hubungan tempat, seharusnya menggunakan preposisi /pada/ yang bermakna penanda hubungan waktu. Hal ini dikarenakan kata /tiap prosesi/ yang diletakan sebelum preposisi dan menjelaskan nomina /upacara/ merupakan keterangan waktu, sehingga lebih tepat jika preposisi yang digunakan adalah /pada/. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (1b) Zulfa dan teman-temannya sangat terobsesi pada tokoh cerita fiksi suatu cerita dengan karakter yang bernama Dhirga. (2b) Suasana yang sejuk karena senyuman sang surya membuatku nyaman saat berada di halaman. (3b) Alpukat sering disebut sebagai buah yang tak bersahabat bagi para pengidap kolesterol tinggi. (4b) Tiap prosesi pada upacara ini sangat menarik wisatawan sehingga saat Upacara Kasada Bromo semakin banyak dikunjungi oleh pendatang. 2) Ketidaktepatan Susunan Kata Dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok juga ditemukan adanya susunan kata yang tidak tepat. Banyak faktor yang menyebabkan siswa kurang memahami susunan kata yang tepat pada sebuah kalimat. Salah satu faktor tersebut

80 64 adalah perilaku semena-mena siswa pada susunan kata Bahasa Indonesia, sehingga menyamakan bahasa cakapan dengan bahasa tulisan. Perhatikan data kalimat berikut ini. (5a) Kembali aku merasa sangat kesal saat itu. (23/K2/P2) (6a) Di banyak kota besar, lalu lintas kemacetan di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. (44/K1/P1) (7a) Akhirnya ibu saya mendaftarkan saya di Sekolah Taman Kanak-kanak Mutiara Harapan yang masih baru saja berdiri dan saya masuk langsung pada kelas nol besar. (83/K4/P2) Frasa yang bercetak miring tersebut mengandung kesalahan susunan kata. Kalimat (5a) terdapat kesalahan susunan kata pada predikat dan subjek. Pada kalimat (5a) seharusnya kata /kembali/ diletakkan setelah kata /Aku/. Hal ini dikarenakan, fungsi verba /kembali/ sebagai predikat, seharusnya diletakkan setelah subjek, yaitu /aku/. Kalimat (6a) memilki kesalahan pada susunan frasa /lalu lintas kemacetan/. Frasa yang baik memilki format D-M (diterangkan-menerangkan) tetapi, frasa tersebut mengalami kebalikannya. Oleh sebab itu, susunan frasa /lalu lintas kemacetan/ seharusnya menjadi /kemacetan lalu lintas/. Kalimat (7a) memilki kesalahan pada susunan frasa /masuk langsung/, seharusnya adverbia /langsung/ diletakkan sebelum verba /masuk/. Hal tersebut sesuai dengan aturan dalam tataran frasa, bahwa adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia langsung. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

81 65 (5b) Aku kembali merasa sangat kesal saat itu. (6b) Di banyak kota besar, kemacetan lalu lintas di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. (7b) Akhirnya ibu saya mendaftarkan saya di Sekolah Taman Kanak-kanak Mutiara Harapan yang masih baru berdiri dan saya langsung masuk pada kelas nol besar. 3) Redudansi Makna Dalam karangan siswa juga ditemukan kesalahan karena adanya penjamakan yang ganda (kesalahan penggunaan bentuk jamak) pada kalimat tersebut. Dalam sebuah kalimat untuk penanda jamak sebuah kata cukup digunakan satu penanda saja, jika sudah terdapat penanda jamak tidak perlu kata tersebut diulang atau jika kata tersebut sudah diulang tidak perlu menggunakan penanda jamak. Perhatikan data penggunaan bentuk penjamakan ganda berikut ini. (8a) Oleh karena paras dan hatinya yang cantik itu, Uti menjadi sosok yang sangat diidolakan oleh semua teman-temannya, tidak terkecuali aku. (13/K8/P3) (9a) Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepada ku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepada ku. (35/K1/P5) (10a) Bahkan menurut guru-guruku, perpustakaan sekolahku merupakan perpustakaan terlengkap di kota, tak jarang banyak pengunjung-pengunjung dari sekolah lain yang datang untuk mencari referensi buku. (41/K3/P1) (11a) Kami mengunjungi banyak sekali tempat-tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Surabaya. (46/K3/P2)

82 66 Dalam kalimat-kalimat tersebut, terdapat beberapa frasa bergaris miring yang mengandung kesalahan penjamakan yang ganda. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (8b) Oleh karena paras dan hatinya yang cantik itu, Uti menjadi sosok yang sangat diidolakan oleh semua temannya, tidak terkecuali aku. (8c) Oleh karena paras dan hatinya yang cantik itu, Uti menjadi sosok yang sangat diidolakan oleh teman-temannya, tidak terkecuali aku. (9b) Kini giliran ku untuk membalas semua jasa mereka, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan yang mereka berikan kepada ku. (9c) Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan yang mereka berikan kepada ku. (10b) Bahkan menurut guru-guruku, perpustakaan sekolahku merupakan perpustakaan terlengkap di kota, tak jarang banyak pengunjung dari sekolah lain yang datang untuk mencari referensi buku. (10c) Bahkan menurut guru-guruku, perpustakaan sekolahku merupakan perpustakaan terlengkap di kota, tak jarang pengunjung-pengunjung dari sekolah lain yang datang untuk mencari referensi buku. (11b) Kami mengunjungi banyak sekali tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Surabaya. (11c) Kami mengunjungi tempat-tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Surabaya.

83 67 b. Kesalahan Konstruksi Sintaksis Pada Tataran Struktur Kalimat Dari 1323 kalimat dalam 84 karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok ditemukan 106 kalimat yang mengandung kesalahan konstruksi sintaksis. Ke-102 kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan konstruksi sintaksis tersebut terdiri dari 33 kalimat struktur frasa dan 73 kalimat struktur kalimat. Kesalahan konstruksi sintaksis struktur kalimat tersebut tidak lepas dari parameter penyebab kesalahan sebuah kalimat. Beberapa parameter yang digunakan dalam penelitian ini telah diungkapkan oleh Setyawati (2010: ). Parameter tersebut dibagi menjadi sembilan jenis kesalahan konstruksi pada tataran struktur kalimat. Berdasarkan parameter yang telah diungkapkan dalam bab hasil penelitian, terdapat enam jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran kalimat yang ditemukan dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok. Parameter penyebab kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran struktur kalimat tersebut meliputi kalimat tidak berpredikat (7 kalimat), kalimat tidak bersubjek (12 kalimat), adanya kalimat tidak lengkap (kalimat buntung) (10 kalimat), penggunaan konjungsi yang tidak tepat (27 kalimat), kalimat yang rancu (6 kalimat), dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu (6 kalimat). Deskripsi dari parameter penyebab kesalahan konstruksi sintaksisi struktur kalimat tersebut sebagai berikut. 1) Kalimat Tidak Berpredikat Setiap kalimat dalam struktur lahirnya (lisan/tulis) sekurang-kurangnya memiliki predikat (Sugono, 2009: 30). Ketiadaan unsur predikat sebagai unsur inti/struktur internal kalimat disebut sebagai kalimat yang tidak lengkap atau tidak sempurna atau kalimat minor. Adanya kalimat yang tidak berpredikat pada karangan siswa tersebut

84 68 dapat mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahami makna kalimat. Perhatikan data kalimat berikut ini. (12a) Dinding-dinding kelas putih dan bersih yang dihiasi dengan gambar-gambar pahlawan, foto presiden, wakil presiden, dan pancasila. (14/K1/P2) (13a) Kemudian, aku sarapan pagi bersama ayah dan ibuku. (20/K2/P2) (14a) Ayah dan ibuku, semenjak Imaji diangkat sebagai sesepuh desa. (52/K1/P2) (15a) Adi yang ke pasar dengan sepeda bututnya. (79/K4/P3) Kalimat (12a) memilki kata /yang/ yang dapat mengaburkan predikat dalam kalimat tersebut. Penghilangan kata /yang/ dalam kalimat (12a) dapat mengakibatkan kalimat tersebut lengkap subjek dan predikatnya. Kalimat (13a) tidak dapat disebut kalimat lengkap karena sebelum kata /pagi/ terdapat kata /sarapan/ yang memiliki arti makanan pagi hari atau makanan pada pagi hari. Jadi, apabila diartikan secara harafiah kalimat tersebut memiliki arti /Kemudian, aku...makanan pagi hari pagi bersama ayah dan ibuku./. Kalimat (14a) kurang lengkap bila dilihat dari unsur kelengkapan sebuah kalimat, yaitu subjek dan predikat. Kalimat tersebut tidak memiliki predikat, sehingga akan lebih baik bila terdapat tambahan verba sebagai predikatnya. Salah satu verba yang tepat untuk mengisi predikat kalimat (14a) adalah /berpisah/. Kalimat (15a) memiliki kesalahan yang sama dengan data kalimat lainnya, yaitu tidak adanya verba setelah subjek. Oleh sebab itu, sebagai salah satu data perbaikan kalimat, verba /pergi/ dapat melengkapi kekurangan kalimat tersebut. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

85 69 (12b) Dinding-dinding kelas putih dan bersih dihiasi dengan gambar-gambar pahlawan, foto presiden, wakil presiden, dan pancasila.. (13b) Kemudian, aku makan sarapan bersama ayah dan ibuku. (14b) Ayah dan ibuku berpisah, semenjak Imaji diangkat sebagai sesepuh desa. (15b) Adi pergi ke pasar dengan sepeda bututnya. 2) Kalimat Tidak Bersubjek Sama seperti kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek pun dikatakan sebagai kalimat yang tidak lengkap. Salah satu penyebab kesalahan sintaksis ini adalah menggunakan preposisi di awal kalimat aktif. Preposisi seperti dalam, bagi dari, dengan, sebagai, merupakan, kepada, dan pada dapat mengaburkan subjek dalam kalimat khususnya kalimat aktif (Setyawati, 2010: 85). Perhatikan data kalimat berikut ini. (16a) Di dalam kelas, populer sebagai anak yang usil atau jahil kepada temantemannya. (5/K1/P2) (17a) Dengan menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. (19/K2/P2) (18a) Mempunyai banyak fasilitas seperti lab ipa, lab bahasa, perpustakaan, green house, ruang multimedia, aula, parking lot, dan ruang fitness. (43/K2/P3) (19a) Dari kejauhan pula yang melihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. (34/K5/P1)

86 70 Keempat kalimat tersebut tidak memilki subjek yang jelas. Kalimat-kalimat tersebut hanya menyebutkan predikat, objek, dan keterangan tanpa menyebutkan subjek sebagai pokok pembicaraan atau bahasannya, sehingga membuat makna kalimat menjadi rancu. Kalimat (17a) dan (19a) menggunakan preposisi /dengan/ dan /dari/ yang mengaburkan subjek dalam kalimat aktif, sehingga untuk memperbaikinya dengan mempasifkan kalimat atau menghilangkan preposisi tersebut. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (16b) Di dalam kelas, ia populer sebagai anak yang usil atau jahil kepada temantemannya. (17b) Ekstrakurikuler menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. (18b) Sekolahku mempunyai banyak fasilitas seperti lab ipa, lab bahasa, perpustakaan, green house, ruang multimedia, aula, parking lot, dan ruang fitness. (19b) Dari kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. 3) Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Buntung) Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak memiliki subjek atau predikat. Kalimat buntung dapat merupakan kalimat yang dipenggal dan masih berhubungan dengan kalimat lain. Dalam landasan teori dijelaskan bahwa kalimat tunggal yang diawali konjungsi tidak dapat dikategorikan sebagai kalimat. Akan tetapi,

87 71 dapat menjadi kalimat apabila merupakan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Perhatikan data kalimat berikut ini. (20a) Untuk sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. (34/K3/P1) (21a) Saat sang gadis keluar untuk mencari obat yang dapat menyembukan wajahnya, banyak orang-orang di desa yang menjauhinya. Karena tidak ingin tertular penyakit sang gadis itu. (50/K1&2/P6) (22a) Tiba-tiba saja ia susah bernapas. Seperti mendekati ajal. (81/K1&2/P3) (23a) Ternyata dia teman SD Tiffani. Bernama Reza. (81/K7/P1) Kalimat (20a) memilki pola kalimat yang kurang tepat karena didahului preposisi yang mengaburkan subjek. Akan tetapi, Ketiga kalimat lainnya merupakan kalimat buntung karena dipaksa menjadi kalimat tunggal tanpa adanya induk kalimat dan tanpa keterangan subjek atau predikat yang jelas. Kata bercetak miring pada kalimat (21a), (22a), dan (23a) merupakan anak kalimat yang masih berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (20b) Sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. (21b) Saat sang gadis keluar untuk mencari obat yang dapat menyembukan wajahnya, banyak orang-orang di desa yang menjauhinya karena tidak ingin tertular penyakit sang gadis itu. (22b) Tiba-tiba saja ia susah bernapas, seperti mendekati ajal. (23b) Ternyata dia teman SD Tiffani yang bernama Reza.

88 72 4) Penggunaan Konjungsi yang Tidak Tepat Kesalahan sintaksis ini, merupakan kesalahan struktur kalimat terbanyak dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok. Hal ini dikarenakan beberapa konjungsi berikut ini berada pada posisi yang salah pada sebuah kalimat. Perhatikan data kalimat berikut ini. (24a) Dan kami memilih bus pariwisata agar dapat menampung kami semua. (1/K6/P1) (25a) Dan ketika aku baru pulang sekolah dia sudah menungguku di depan pintu dan segera berlari ke arahku. (8/K6/P2) (26a) Walaupun tanaman lidah buaya sederhana, tetapi begitu banyak manfaat yang bisa kita manfaatkan. (76/K4/P2) (27a) Padahal baru saja Arif menyatakan cintanya pada Tiffani. Tapi kedatangan Reza membuat semuanya kacau. (81/K11/P1) Keempat kalimat tersebut menempatkan konjungsi pada posisi yang tidak tepat, sehingga membuat kalimat tersebut tidak efektif. Konjungsi /dan/ pada kalimat (24a) dan (25a) termasuk konjungtor koordinatif, seharusnya menghubungkan klausa serta kata bukan penghubung kalimat. Kalimat (26a) menggunakan konjungsi yang berlebihan, akan lebih efektif apabila menggunakan salah satu saja konjungsi pada kalimat tersebut. Kalimat (27a) seharusnya menggunakan konjungtor korelatif /akan tetapi/ sebagai penghubung dengan kalimat sebelumnya. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (24b) Kami memilih bus pariwisata, agar dapat menampung kami semua.

89 73 (25b) Ketika aku baru pulang sekolah, dia sudah menungguku di depan pintu dan segera berlari ke arahku. (26b) Walaupun tanaman lidah buaya sederhana, begitu banyak manfaat yang bisa kita manfaatkan. (26c) Tanaman lidah buaya sederhana, tetapi begitu banyak manfaat yang bisa kita manfaatkan. (27b) Padahal baru saja Arif menyatakan cintanya pada Tiffani. Akan tetapi, kedatangan Reza membuat semuanya kacau. 5) Kalimat yang Rancu Kalimat yang rancu merupakan kalimat yang tidak jelas susunan dan maknanya, sesuai dengan kata /rancu/ itu sendiri yang berarti tidak teratur serta kacau. Kesalahan ini juga ditemukan dalam karangan siswa. Adanya kesalahan ini, dapat diakibatkan penempatan kata yang tidak perlu, sehingga membuat konstruksi kalimat menjadi rancu. Perhatikan data kalimat berikut ini. (28a) Kelima, untuk kehamilan karena dalam dalam buah tomat terdapat asupan asamfolat yang cukup banyak sangat penting bagi wanita hamil untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada bayi dalam kandungan. (51/K4/P2) (29a) Yang saya ingat saat TK saya pernah jatuh saat latihan menari karena pundak saya dipegang oleh teman saya yang bernama Farel, meskipun saya sudah bilang kalau itu risih dan akhirnya saya terjatuh dan saya menangis dengan kencang. (77/K8/P1) (30a) Ternyata tidak, dan benar-benar terjadi. (80/K7/P3)

90 74 (31a) Kala itu pendaftaran sekolah sudah mulai selesai, ibu saya mencarikan sekolah untuk saya yang masih menerima siswa baru. (83/K3/P2) Data (28a) bukan merupakan kalimat, tetapi keterangan/anak kalimat yang tidak memiliki induk kalimat. Data (28a) dan (31a) memilki frasa yang salah, sehingga makna kalimatnya sulit untuk dipahami. Kalimat (29a) memiliki kesalahan karena menggunakan preposisi /yang/ di awal kalimat serta menggunakan konjungsi secara berlebihan. Kalimat (30a) mengandung kesalahan karena masih merupakan bagian dari kalimat sebelumnya, sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Oleh sebab itu, langkah untuk memperbaikinya adalah jeli dan teliti dalam melihat kata dan frasa yang tidak tepat, sehingga dapat diperbaiki menjadi kalimat efektif. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (28b) Manfaat buah tomat yang kelima adalah untuk kehamilan karena dalam dalam buah tomat terdapat asupan asamfolat yang sangat penting bagi wanita hamil untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada bayi dalam kandungan. (29b) Saya ingat saat TK saya pernah jatuh ketika latihan menari karena pundak saya dipegang oleh teman yang bernama Farel, meskipun saya sudah bilang kalau itu risi, akhirnya saya terjatuh dan menangis dengan kencang. (30b)... ternyata tidak, dan hal itu benar-benar terjadi. (31b) Kala itu pendaftaran sekolah sudah selesai, ibu saya mencarikan sekolah yang masih menerima siswa baru untuk saya. 6) Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu Kata tanya berfungsi sebagai kata yang digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kalimat tanya itu sendiri berfungsi untuk menanyakan sesuatu (Ramlan, 2001:

91 75 28). Ciri kalimat tanya adalah adanya tanda baca tanda tanya (?) diakhir kalimat serta terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, bagaimana, dan mengapa. Sebaliknya beberapa karangan siswa ini sebagian besar merujuk pada kalimat berita, yaitu kalimat yang berisi informasi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian (Ramlan, 2001: 17). Ramlan menegaskan secara jelas bahwa dalam kalimat berita tidak terdapat kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana. Akan tetapi, beberapa data kalimat berikut ini ditemukan adanya kata tanya dalam kalimat berita. Oleh sebab itu, kalimat berikut ini mengandung kesalahan. Perhatikan data kalimat berikut ini. (32a) Selain keahlian jurnalistik, majalah dinding juga melatih siswa bagaimana bersosialisasi dan bekerjasama dengan rekan kerja. (12/K1/P2) (33a) Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepada ku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku. (35/K1/P5) (34a) Apa yang mereka inginkan dan cita-citakan akan aku laksanakan dan akan aku penuhi. (35/K6/P4) (35a) Setelah berapa ratus meter, tiba-tiba aku terpeleset. (54/K1/P3) Kalimat-kalimat tersebut secara jelas menggunakan kata tanya /bagaimana/, /apa/, dan /berapa/, padahal kalimat tersebut tidak berisi ajakan, persilahan, dan larangan. Oleh karena itu, keempat kalimat tersebut merupakan kalimat berita, sehingga kata tanya dalam kalimat tersebut harus dihapus. Perbaikan keempat kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

92 76 (32b) Selain keahlian jurnalistik, majalah dinding juga melatih siswa bersosialisasi dan bekerjasama dengan rekan kerja. (33b) Kini giliranku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepadaku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan yang mereka berikan kepadaku.. (34b) Apapun yang mereka inginkan dan cita-citakan akan aku laksanakan dan penuhi. (35b) Setelah beberapa ratus meter, tiba-tiba aku terpeleset. 2. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Konstruksi Sintaksis Dalam Karangan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Berdasarkan temuan kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa dan kalimat yang terdapat dalam karangan siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok tahun ajaran 2015/2016. Secara jelas telah menyebutkan bahwa sebuah kalimat yang mengandung kesalahan konstruksi sintaksis baik struktur frasa maupun kalimat memiliki faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Pembahasan sebelumnya menyebutkan bahwa kesalahan pada tataran struktur frasa menemukan tiga jenis kesalahan. Ketiga jenis kesalahan tersebut meliputi penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, dan redudansi makna. Akan tetapi, pada tataran struktur kalimat peneliti menemukan enam jenis kesalahan. Keenam jenis kesalahan tersebut meliputi kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek, adanya kalimat tidak lengkap (kalimat buntung), penggunaan konjungsi yang berlebihan dan tidak tepat, kalimat yang rancu, kalimat yang ambigu, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. Penjelasan terkait faktor penyebab kesalahan

93 77 konstruksi sintaksis struktur frasa dan kalimat dalam karangan siswa adalah sebagai berikut. a. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis Struktur Frasa Sebuah kesalahan, pasti memilki sebab dan akan menimbulkan akibat, sehingga kesalahan konstruksi sintaksis tataran frasa pun pasti memilki faktor penyebab yang melatarbelakangi terjadinya kesalahan tersebut. Faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa dibagi menjadi dua, yaitu pada tataran konstruksi dan tataran makna. Kedua faktor kesalahan tersebut berakibat sama, yaitu membuat kalimat menjadi salah, tidak efektif, dan tidak baku. Ketiga jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran struktur frasa, kemudian dibagi menjadi dua faktor penyebabnya, yaitu ketidaktepatan distribusi kata, dan redudansi makna. Penjelasan mengenai dua faktor penyebab kesalahan kosntruksi sintaksis struktur frasa adalah sebagai berikut. 1) Ketidaktepatan Distribusi Kata Ketidaktepatan distribusi kata erat kaitannya dengan kesalahan konstruksi sintaksis. Faktor penyebab ketidaktepatan distribusi kata mendasari jenis kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat dan ketidaktepatan susunan kata. Preposisi merupakan penanda hubungan makna antara konstituen di depan preposisi dan di belakangnya. Frasa preposisional secara sintaksis berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia. Preposisi merupakan bagian dari kalimat yang juga memilki peranan penting. Penggunaan preposisi yang tidak tepat dapat menimbukan kesalahan konstruksi dan berakibat pada rancunya makna sebuah kalimat. Pembahasan selanjutnya adalah ketidaktepatan susunan kata. Susunan kata, merupakan hal yang penting dalam sebuah kalimat karena setiap konstituen tidak dapat

94 78 menggantikan fungsi konstituen yang lain. Sebuah frasa menurut Suhardi (2013:38) terdiri atas unsur pusat atau unsur yang diterangkan (D) dan unsur atribut atau unsur yang diterangkan (M). Akan tetapi, terdapat beberapa frasa yang berstruktur M-D. Berikut ini adalah data kalimat yang mengandung kesalahan, yaitu penggunaan preposisi dan susunan kata sebagai berikut. (36a) Karena pada siang yang panas terik terlalu banyak polusi dan debu yang membuat udara tidak sejuk kembali. (11/K2/P4) (37a) Membayangkan sudah aku di depan halaman akan berdiri sendiri dan ditertawai oleh teman-teman. (20/K4/P3) Kalimat (36a) merupakan kalimat yang memiliki kesalahan karena penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kesalahan kalimat (36a) terdapat pada frasa /karena siang yang terik/. Kalimat (36a) terdapat frasa yang memilki preposisi dan konjungsi /karena/ di awal kalimat, tetapi tidak disertai dengan induk kalimat yang tepat. Hal ini dikarenakan, preposisi /yang membuat/ mengaburkan klausa sebagai induk kalimat. Preposisi /yang/ menyatakan bahwa bagian kalimat berikutnya menjelaskan kata yang di depan. Dengan demikian, perbaikan kalimat (36a) agar menjadi kalimat majemuk adalah sebagai berikut. (36b) Siang yang panas terik terlalu banyak polusi dan debu yang membuat udara tidak sejuk kembali. (36c) Karena siang yang panas terik terlalu banyak polusi dan debu, membuat udara tidak sejuk kembali. Kalimat (37a) memiliki kesalahan karena susunan katanya yang tidak tepat. Susunan klausa /membayangkan sudah aku/ tidak tepat. Subjek /Aku/ seharusnya diletakkan di awal kalimat sebelum adverbia /sudah/ dan predikat /membayangkan/. Perbaikan kalimat (37a) agar menjadi kalimat majemuk adalah sebagai berikut.

95 79 (37b) Aku sudah membayangkan di depan halaman akan berdiri sendiri dan ditertawai oleh teman-teman. 2) Redudansi Makna Faktor penyebab ini erat kaitannya dengan kesalahan makna. Hal ini dikarenakan, penanda bentuk jamak digunakan lebih dari satu kali atau ganda, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Data kalimat yang mengandung kesalahan karena redudansi makna adalah sebagai berikut. (38a) Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepadaku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku. (35/K1/P5) Kalimat (38a) tersebut memiliki redudansi makna pada frasa /semua jasa-jasa/. Penggunaan numeralia pokok taktentu /semua/ dengan pengulangan nomina atau nomina jamak tidak diperkenankan berangkai karena keduanya telah menandakan makna (Alwi dkk, 2003: 284). Oleh sebab itu, perbaikan dari kalimat (38a) tersebut adalah sebagai berikut. (38b) Kini giliranku untuk membalas semua jasa mereka kepadaku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku. (38c) Kini giliranku untuk membalas jasa-jasa mereka kepadaku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku. b. Faktor Penyebab Kesalahan Konstruksi Sintaksis Struktur Kalimat Berdasarkan analisis data, terdapat dua faktor penyebab sebuah kalimat dikategorikan memilki kesalahan konstruksi sintaksis, yaitu ketidaklengkapan fungsi

96 80 dan ketidaktepatan makna. Penjelasan dari kedua faktor penyebab kesalahan struktur kalimat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Ketidaklengkapan Fungsi Fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur penting dalam sebuah kalimat. Persyaratan pokok sebuah kalimat menurut Sugono (2009: 29) adalah unsur predikat dan permutasi unsur kalimat. Suatu kalimat yang baik dan benar memilki unsur kalimat, yaitu subjek dan predikat. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu kalimat tidak terdapat kedua unsur tersebut, maka kalimat tersebut dinyatakan mengandung kesalahan. Dengan demikian, jenis kesalahan seperti kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak lengkap/kalimat buntung, dan penggunaan konjungsi yang tidak tepat merupakan bagian dari faktor penyebab kesalahan konstruksi sintaksis tataran kalimat ketidaklengkapan fungsi. Seperti yang tertera dalam data kalimat berikut ini. (39a) Kemacetan lalu lintas juga dapat polusi udara dan suara. (18/K3/P3) (40a) Dalam benak, akan kembali esok. (26/K10/P2) (41a) Dari mulai kendaraan pribadi, bus, kereta, maupun pesawat. (71/K3/P6) (42a) Dan ketika aku baru pulang sekolah dia sudah menungguku di depan pintu dan segera berlari ke arahku. (8/K6/P2) Kalimat-kalimat tersebut merupakan data kalimat yang mengandung kesalahan konstruksi sintaksis karena ketidaklengkapan fungsi. Kalimat (39a) memilki kesalahan karena hilangnya fungsi kalimat, yaitu predikat, sehingga pembaca akan mengalami kesulitan dalam memahami makna kalimatnya. Kalimat (40a) memilki kesalahan karena hilangnya fungsi kalimat, yaitu subjek, sehingga pembaca akan kesulitan dalam

97 81 menentukan pelaku. Kalimat (41a) memilki kesalahan karena hilangnya fungsi kalimat, yaitu subjek dan predikat, sehingga kurang lengkap jika disebut sebagai kalimat. Kalimat (42a) memilki kesalahan karena ketidaktepatan penggunaan fungsi kalimat, yaitu konjungsi. Konjungsi merupakan kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat, sehingga konjungsi masih merupakan konstituen dalam kalimat, khususnya kalimat majemuk. Konjungsi /dan/ yang mengawali kalimat (42a) kurang tepat karena /dan/ digunakan sebagai penghubung antarkata dan antarklausa (Alwi dkk, 2003: 297). Perbaikan dari data kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (39b) Kemacetan lalu lintas juga dapat mengakibatkan polusi udara dan suara. (40b) Dalam benak, aku akan kembali esok. (41b) Dari mulai kendaraan pribadi, bus, kereta, maupun pesawat.... (41c)... dari mulai kendaraan pribadi, bus, kereta, maupun pesawat. (42b) Ketika aku baru pulang sekolah dia sudah menungguku di depan pintu dan segera berlari ke arahku. 2) Ketidaktepatan Makna Makna merupakan hal yang penting dalam sebuah kalimat. Oleh sebab itu, faktor penyebab kesalahan ketidaktepatan makna, dapat membuat pendengar atau pembaca mengalami kesulitan dalam memahami makna dan maksud yang akan disampaikan dalam kalimat tersebut. Faktor penyebab kesalahan ketidaktepatan makna merupakan inti dari dua jenis kesalahan konstruksi sintaksis pada tataran struktur kalimat, yaitu kalimat yang rancu, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. Perhatikan data berikut ini. (43a) Dari saya yang 3 tahun sudah menjalani masa putih biru dan saya berlanjut ke jenjang putih abu-abu (SMA/SMK) saya memilih banyak SMK namun saya

98 82 selalu berpikir bahwa saya tidak cocok di SMK tersebut dan orang tua saya mengarahkan saya menuju SMK PGRI 3 Malang yang saat ini menjadi sekolah saya. (83/K1/P5) (44a) Ayah yang selalu memberikan ku kehidupan yang layak dan selalu mengajari ku tentang apa-apa yang baik dan buruk yang harus aku lakukan atau aku tinggalkan. (35/K2/P2) Kesalahan kalimat (43a) karena konstruksi kalimatnya rancu, sehingga makna kalimat juga menjadi sulit untuk dipahami. Kalimat (43a) memiliki kesalahan karena, penulis memasukkan beberapa informasi menjadi satu kalimat. Akan lebih baik apabila kalimat tersebut dipisah menjadi beberapa kalimat. Kalimat (44a) menggunakan kata tanya /apa/ dan kata /tentang/ yang tidak tepat bila mengacu pada kaidah kalimat efektif yang baik dan benar. Perbaikan dari kalimat-kailmat tersebut adalah sebagai berikut. (43b) Setelah 3 tahun, saya menjalani masa putih biru dan berlanjut ke jenjang putih abu-abu (SMA/SMK). Saya memilih beberapa SMK, namun selalu berpikir bahwa saya tidak cocok di SMK tersebut. Oleh karena itu, orang tua saya mengarahkan saya untuk mendaftar di SMK PGRI 3 Malang yang saat ini menjadi sekolah saya. (44b) Ayah yang selalu memberikanku kehidupan yang layak dan selalu mengajariku hal-hal baik dan buruk yang harus dilakukan atau ditinggalkan.

99 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta berupa kalimat yang mengandung kesalahan struktur frasa dan kalimat. Jenis kesalahan konstruksi sintaksis struktur frasa, meliputi tiga kesalahan, yaitu ketidaktepatan susunan kata, preposisi yang digunakan tidak tepat, dan redudansi makna. Kesalahan struktur kalimat meliputi tujuh kesalahan, yaitu: kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak lengkap (kalimat buntung), penggunaan konjungsi yang tidak tepat, kalimat yang rancu, dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu. 2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta dibagi menjadi dua, yaitu faktor kesalahan struktur frasa dan kalimat. Faktor penyebab kesalahan struktur frasa dibagi menjadi dua, yaitu ketidaktepatan distribusi kata dan redudansi makna. Faktor penyebab kesalahan struktur kalimat dibagi menjadi dua, yaitu ketidaklengkapan fungsi dan ketidaktepatan makna. 83

100 84 B. Implikasi Penelitian ini memiliki keterbatasan terkait dengan hasil karangan yang telah diperoleh dari siswa. Peneliti menyimpulkan bahwa data karangan yang diperoleh dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang memuaskan karena guru membebaskan siswa membuat karangan dengan cara meniru serta mencontek contoh karangan dari internet. Bahkan, peneliti menemukan karangan siswa yang sama persis dengan yang ada di internet. Keterbatasan lainnnya adalah jumlah data yang diperoleh oleh peneliti sangat jauh dari harapan. Hal ini diketahui dari jumlah 286 siswa kelas X yang dibagi menjadi 11 kelas, hanya 5 kelas yang mengumpulkan data berupa karangan pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterbatasan lainnya adalah sistem pengambilan data karangan dengan cara kelompok. Guru membentuk siswa dari setiap kelas menjadi 6-7 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Hal ini menyebabkan hasil dari penelitian tidak dapat merujuk pada kemampuan sintaksis siswa perorangan, tetapi kelompok. Segala keterbatasan yang peneliti temukan dalam menganalisis karangan siswa dapat diatasi dan hasilnya telah diterima guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian ini telah memberikan gambaran situasi dan kondisi lapangan yang sebenarnya baik itu sekolah, guru, dan siswa. Apapun hasil dari penelitan ini dapat dijadikan tolak ukur kemampuan tata bahasa khususnya sintaksis siswa kelas X SMK Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

101 85 C. Saran Setelah mengetahui tingkat kesalahan konstruksi sintaksis yang telah dilakukan siswa, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Guru bahasa Indonesia lebih memberikan pengetahuan terkait bentuk kesalahan kontruksi sintaksis, penyebab, serta cara memperbaikinya, agar siswa lebih banyak mengerti berbagai hal tersebut, sehingga dapat menghindarinya. 2. Guru harus lebih aktif memberikan latihan terkait tata bahasa dalam karangan tulis dengan tetap memperhatikan berbagai aspek termasuk struktur sintaksis. Oleh karena itu, pemahaman siswa terkait konstruksi sintaksis dalam frasa, klausa, dan kalimat yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia dapat ditingkatkan kembali. 3. Pengurus sekolah disarankan untuk menambah bacaan khususnya buku sintaksis dan tata bahasa dalam bahasa Indonesia. 4. Siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam mencari informasi dan pengetahuan terkait tata bahasa termasuk sintaksis.

102 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Badudu, J.S Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Budiharso, Teguh Panduan Lengkap Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Venus. Chaer, Abdul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gamiarsih, Irmasari Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kejawar Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar, FIP, UNY. Hastuti, Sri Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Mitra Jasa Niaga. Istinganah, Nurul Analisis Kesalahan Sintaksis Pada Karangan Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. Kuntarti, Anggit Analisis Kesalahan Kalimat pada Skripsi Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Pranowo Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prastowo, Andi Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis dan Praksis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Putrayasa, Ida Bagus Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: PT Refika Aditama. Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. 86

103 87 Setyawati, Nanik Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta. Sugono, Dendy Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugono, Dendy (ed) Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Suhardi Sintaksis (Edisi Pertama). Yogyakarta: UNY Press. Syafar, Dian Noviani Negasi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Jurnal Arbitrer, 3, I, hlm Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Team Pustaka Phoenix Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2009 tentang Sisdiknas. Diakses dari pada tanggal 25 Mei Verhaar, J. W. M Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zainurrahman Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme). Bandung: Alfabeta.

104 88 LAMPIRAN 1 Frekuensi persentase kesalahan penggunaan sintaksis ditinjau dari bentuknya

105 89 Lampiran 1. Frekuensi persentase kesalahan penggunaan sintaksis ditinjau dari bentuknya No Subjek Jumlah Kalimat yang Mengandung Kesalahan Sintaksis Jumlah Kalimat yang Tidak Mengandung Kesalahan Sintaksis Kesalahan Sintaksis Kesalahan Penggunaan Frasa Kesalahan Penggunaan Kalimat

106

107 Jumlah Presentase % 101/1323 x 100% = 7,01% 1217/1323x 100% = 92,37% 33/106 x 100% = 32,67% 73/106 x 100% = 67,32%

108 92 LAMPIRAN 2 Jenis Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Frasa dan Kalimat

109 93 Jenis Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Frasa No Data Kode Data Zulfa dengan teman-temannya sangat terobsesi dengan tokoh cerita fiksi suatu cerita dengan karakter yang bernama Dhirga. Suasana yang sejuk karena senyuman sang surya membuatku nyaman saat berada pada halaman. Tanpa debu, tanpa polusi, hanya pemandangan hijau di depan rumah di samping jalan yang ditanami oleh padi yang terkena embun membuat suasana semakin sejuk. Aku keluar daripada rumah menuju halaman, terlihat sawah-sawah yang asri ada juga petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami apapun sawah tersebut. Karena pada siang yang panas terik terlalu banyak polusi dan debu yang membuat udara tidak sejuk kembali. Soekarno bebarengan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indoensia di tanggal 17 Agustus Kesalahan F K Preposisi Tidak Tepat Jenis Kesalahan Susunan Kata Redudansi Makna 5/K1/P /K1/P /K2/P /K4/P /K2/P /K2/P

110 94 No Data Kode Data Kesalahan F K Preposisi Tidak Tepat Jenis Kesalahan Susunan Kata Redudansi Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. 26/ K1/P Di halaman rumah kakekku yang menghadap ke timur terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang berbuah sangat lebat, di samping kiri pohon mangga dapat pula pohon 34/K1/P jambu air yang belum berbuah karena belum musimnya. Tepat di hari kelahiran Putri Natasha, di depan pintu gerbang istana terdapat seorang bayi kecil 39/K5/P yang tergeletak tak berdaya. Putri Andine yang ketika itu menyadari bahwa Putri Natasha lebih cantik darinya dan lebih mirip kepada 39/K3/P Sang Ratu, mempunyai niat tak baik ke Putri Natasha. Namun ada yang mengatakan ke Lilis bahwa hanya orang yang tulus mencintainya yang dapat 50/K4/P menyembuhkan penyakit tersebut. Sedangkan, ayahku adalah seorang elf (peri) musim dingin. 52/K5/P Makna

111 95 No Data Kode Data Alpukat sering disebut dengan buah yang tak bersahabat bagi para pengidap kolesterol tinggi. Tetapi, pagi itu matahari seolah-olah enggan untuk menampakkan dirinya. Tiap prosesi dari upacara ini sangat menarik wisatawan sehingga saat Upacara Kasada Bromo semakin banyak dikunjungi oleh pendatang. Dengan semakin majunya teknologi kini lidah buaya dapat diolah menjadi makanan, obat, dan minuman tanpa mengurangi nutrisi yang ada di dalamnya. Yang saya ingat saat TK saya pernah jatuh saat menari, karena pundak saya dipegang oleh teman saya yang bernama Farel, meskipun saya sudah bilang kalau itu risih dan akhirnya saya terjatuh dan saya menangis dengan kencang. Itu merupakan berkah yang diberikan kepada Tuhan. Membayangkan sudah aku di depan halaman akan berdiri sendiri dan ditertawai oleh teman-teman. Kesalahan F K Preposisi Tidak Tepat Jenis Kesalahan Susunan Kata Redudansi Makna 53/K1/P /K2/P /K2/P /K5/P /K8/P /K4/P /K4/P

112 96 No Data Kode Data Kembali aku merasa sangat kesal saat itu. P S Puas rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di banyak kota besar, lalu lintas kemacetan di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. Pun ada keesokan harinya seorang warga yang akan berkebun di perkebunan teh dan menemukan Ayah Lilis tewas berlumuran darah. Akhirnya ibu saya mendaftarkan saya di sekolah Taman Kanak-kanak Mutiara Harapan yang masih baru saja berdiri dan saya masuk langsung pada kelas nol besar. Oleh karena paras dan hatinya yang cantik itu, Uti menjadi sosok yang sangat diidolakan oleh semua teman-temannya, tidak terkecuali aku. Setibanya disana, kulihat semua teman-teman sedang bersiap-siap mengikuti upacara. Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfotofoto untuk mengabadikan momen yang indah ini. Kesalahan F K Preposisi Tidak Tepat Jenis Kesalahan Susunan Kata Redudansi Makna 23/K2/P /K4/P /K1/P /K1/P /K4/P /K8/P /K6/P /K5/P

113 97 No Data Kode Data Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepadaku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepada ku. Bahkan menurut guru-guruku, perpustakaan sekolahku merupakan perpustakaan terlengkap di kota, tak jarang banyak pengunjung-pengunjung dari sekolah lain yang datang untuk mencari referensi buku. Di dalam perpustakaan sekolahku terdapat banyak rakrak buku yang disusun rapi menurut jenis buku tersebut di dalam rak-rak tersebut tersimpan ratusan bahkan jutaan buku-buku. Kami mengunjungi banyak sekali tempat- tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Surabaya. Saat sang gadis keluar untuk mencari obat yang dapat menyembukan wajahnya, banyak orang-orang di desa yang menjauhinya. Setibanya disana, kulihat semua teman-teman sedang bersiap-siap mengikuti upacara. Kesalahan F K Jenis Kesalahan Preposisi Susunan Tidak Tepat Kata Redudansi Makna 35/K1/P /K3/P /K5/P /K3/P /K1/P /K7/P Keterangan Tabel: F : Frasa Susunan Kata : Susunan kata tidak tepat K : Kalimat Redudansi Makna : Redudansi makna ganda

114 98 Jenis Kesalahan Konstruksi Sintaksis pada Tataran Struktur Kalimat No Data Dinding-dinding kelas putih dan bersih yang dihiasi dengan gambar-gambar pahlawan, foto presiden, wakil presiden, dan pancasila. Kemacetan lalu lintas juga dapat polusi udara dan suara. Kemudian, aku sarapan pagi bersama ayah dan ibuku. Ayah dan ibuku, semenjak Imaji diangkat sebagai sesepuh desa. Aku yang panik, bingung. Anda yang merasa percaya diri mampu melewati situasi dan suasana yang akan anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut. Adi yang dengan sepeda bututnya ke pasar. Di dalam kelas, populer sebagai anak yang usil atau jahil kepada teman-temannya. Kode Data 14/K1/P 2 18/K3/P 3 20/K2/P 2 52/K1/P 2 54/K4/P 3 70/K2/P 4 79/K4/P 3 Kesalahan F K P S Tidak Lengkap Jenis Kesalahan Konjungsi Rancu Kata Tanya /K1/P

115 99 No Data Dengan menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Dengan hati suka ria, menyambut Parang Tritis dengan senyumku. Dalam benak, akan kembali esok. Dari kejauhan pula yang melihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Mempunyai banyak fasilitas seperti lab ipa, lab bahasa, perpustakaan, green house, ruang multimedia, aula, parking lot, dan ruang fitness. Ada yang bertugas mencari berita, menyunting berita, mengatur tata letak, dan bagian promosi untuk memprovokasi murid-murid lain membaca majalah dinding mereka. Kode Data Kesalahan F K P S Tidak Lengkap Jenis Kesalahan Konjungsi Rancu 19/K2/P /K7/P /K10/P 2 Kata Tanya /K5/P /K2/P /K3/P

116 100 No Data Kelima, untuk kehamilan, karena dalam dalam buah tomat terdapat asupan asamfolat yang cukup sangat penting bagi wanita hamil untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada bayi dalam kandungan. Keenam, mencegah depresi. Karena asam dalam tomat juga bisa membantu mencegah depresi dengan cara mencegah kelebihan pembentukan homosisten dalam tubuh. Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Memandangi pulau kecil nan jauh P O di seberang sana. Dan segera masuk kelas, karena bel sudah berbunyi. Mesin nomor 4 atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tiba lepas akibat 2 fuse in lepas. Disusul kemudian oleh mesin nomor 3. Untuk sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Kode Data Kesalahan F K P S Tidak Lengkap Jenis Kesalahan Konjungsi Rancu 51/K4/P /K5/P /K1/P /K2/P /K12/P 3 4/K3 dan K4 /P2 34/K3/P 1 Kata Tanya

117 101 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya 22. Sebenarnya ini merupakan yang tidak aneh. 33/K2/P Saat sang gadis keluar untuk mencari obat yang dapat menyembukan wajahnya, banyak orang-orang di desa yang menjauhinya. Karena tidak ingin tertular penyakit sang gadis itu. Ketiga, untuk kesehatan jantung. Karena serat, kalium, vitamin C dan kolin yang terdapat dalam tomat mendukung kesehatan jantung. Dari mulai kendaraan pribadi, bus, kereta, maupun pesawat. Sedangkan untuk kesehatan berupa diabetes, batuk rejan, dan penyakit ambeyen atau wasir. Tadinya aku mengira, aku buang air kecil hanya dalam mimpi saja. Ternyata tidak, dan itu benar-benar terjadi. 50/K1&2/ P6 51/K1 & K2/P /K3/P /K2/P /K7 & K8/P Ternyata dia teman SD Tiffani. Bernama Reza. 81/K7/P Tiba-tiba saja ia susah bernapas. Seperti mendekati ajal. Karena, kebanyakan dari kami memilih untuk tidur. 81/K1/P /K4/P

118 102 No Data Kami memilih berangkat malam hari, karena agar nantinya kami dapat beristirahat dahulu selagi menunggu WBL dibuka. Dan kami memilih bus pariwisata agar dapat menampung kami semua. Dan tujuan akhir kami adalah kolam renang. Dan akhirnya kami sampai di desa kami sekitar pukul WIB. Dan saat ini, ia menimba ilmu di sekolah kejuruan yang selama ini ia impikan, yakni SMK Negeri 1 Depok dengan memilih program keahlian akutansi. Dan ketika aku baru pulang sekolah dia sudah menungguku di depan pintu dan segera berlari ke arahku. Dan masih banyak lagi hal positif yang dapat diperoleh siswa dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kode Data Kesalahan F K P S Tidak Lengkap Jenis Kesalahan Konjungsi Rancu Kata Tanya 1/K2/P /K6/P /K6/P /K6/P /K6/P /K6/P /K5/P

119 103 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Kebetulan saat itu matahari sangat terikteriknya sehingga hawa panas menyelimuti tubuhku dan lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, membuat suasana saat itu tak mengenakan untukku. Aku heran mengapa hal ini tak terpikirkan olehku sejak tadi, mungkin karena terlalu emosi sehingga hal sekecil itu tak lagi terpikirkan olehku. Sedangkan, ayahku adalah seorang elf (peri) musim dingin. Dan di sebelah kanan rumah ada pohon rambutan yang buahnya sangat manis rasanya. Dan juga Putri Natasha lebih mirip Ratu Aurora. 23/K3/P 1 23/K9/P 2 32/K4/P 1 34/K2/P 3 39/K2/P Dan sekarang mereka menjadi putri-putri yang paling dikagumi di negeri tersebut. 39/K3/P

120 104 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Semakin jauh hartopku melaju menuju puncak, dengan liku-liku jalan yang belum pernah ku jumpai sebelumnya, walaupun aku sendiri berasal dari daerah bukit yang dikenal jalannya berliku tajam, lajunya beberapa kali membuat jantungku berdegup kencang karena sempitnya jalan. Dan sialnya, sepatuku juga terjatuh ke sebuah parit. Walaupun tanaman lidah buaya sederhana, tetapi begitu banyak manfaat yang bisa kita manfaatkan. Dan menyebabkan kepala saya menjadi pusing. Dan para malaikat menari bersenda gurai diantara jatuhnya hujan. Dan kepergiannya tetap memberikan sisasisa keindahan. Dan para malaikat pun kembali ke langit manaiki pelangi mengejar hujan kembali. 40/K2/P 2 54/K3/P 3 76/K4/P 2 77/K9/P 1 78/K12/ P1 78/K14/ P1 78/K16/ P

121 105 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Dan akhirnya sudah siap untuk dinikmati. Padahal baru saja Arif menyatakan cintanya pada Tiffani. Tapi kedatangan Reza membuat semuanya kacau. 80/K2/P 2 81/K11/ P Dan saai itu juga ia menyatakan perasaanya pada Tiffani. 81/K8/P Dan segera masuk kelas, karena bel sudah berbunyi. 81/K12/ P Dan di SMK ini juga memberi pembekalan di dunia kerja, namun diluar pembelajaran, pembekalan itu meliputi: table manner, outbond, beauty class, Kunjungan Industri (KI) serta Praktek Kerja Industri (PKL/Prakerin). Walaupun terdapat CCTV, namun identitas pelaku belum dapat diketahui. 82/K7/P 1 84/K4/P

122 106 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Kelima, untuk kehamilan, karena dalam dalam buah tomat terdapat asupan asamfolat yang cukup banyak sangat penting bagi wanita hamil untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada bayi dalam kandungan. Gadis itu benci laut, di sanalah kedua orang tuanya meninggal beserta adik yang sangat disayanginya itu meninggal karena akibat tenggelamnya kapal yang ditumpanginya sekitar 3 bulan yang lalu. Yang saya ingat saat TK saya pernah jatuh saat latihan menari, karena pundak saya dipegang oleh teman saya yang bernama Farel, meskipun saya sudah bilang kalau itu risih dan akhirnya saya terjatuh dan saya menangis dengan kencang. 51/K4/P 2 72/K1/P 3 77/K8/P Ternyata tidak, dan benar-benar terjadi. 80/K7/P

123 107 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Kala itu pendaftaran sekolah sudah mulai selesai, ibu saya mencarikan sekolah untuk saya yang masih menerima siswa baru. Dari saya yang 3 tahun sudah menjalani masa putih biru dan saya berlanjut ke jenjang putih abu-abu (SMA/SMK) saya memilih banyak SMK namun saya selalau berpikir bahwa saya tidak cocok di SMK tersebut dan orang tua saya mengarahkan saya menuju SMK PGRI 3 Malang yang saat ini menjadi sekolah saya. Selain keahlian jurnalistik, majalah dinding juga melatih siswa bagaimana bersosialisasi dan bekerjasama dengan rekan kerja. Ayah yang selalu memberikan ku kehidupan yang layak dan selalu mengajari ku tentang apa-apa yang baik dan buruk yang harus aku lakukan atau aku tinggalkan. 83/K3/P 2 83/K1/P 5 12/K1/P 2 35/K2/P

124 108 No Data Kode Data Kesalahan F K P S Jenis Kesalahan Tidak Konjungsi Lengkap Rancu Kata Tanya Apa yang mereka inginkan dan cita-citakan akan aku laksanakan dan akan aku penuhi. Kini giliran ku untuk membalas semua jasa-jasa mereka kepada ku, walaupun yang aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku. Akhirnya Sang Ratu menceritakan alasan mengapa ia tak mirip dengan Ratu Aurora. Setelah berapa ratus meter, tiba-tiba aku terpeleset. 35/K6/P 4 35/K1/P 5 39/K1/P 5 54/K1/P Keterangan Tabel : F : Frasa Konj. : Konjungsi Tidak Tepat K : Kalimat Rancu : Kalimat yang Rancu P : Kalimat Tidak Berpredikat Kata Tanya : Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu S : Kalimat Tidak Bersubjek Tidak Lengkap : Kalimat Tidak Lengkap

125 109 LAMPIRAN 3 Lembar Kerja Siswa dan Jadwal Pelajaran

126 110

127 111

128 112

129 113

130 114

131 115

132 116 LAMPIRAN 4 Hasil Karangan Siswa

133 117

134 118

135 119

136 120

137 121

138 122

139 123

140 124

141 125

142 126

143 127

144 128

145 129

146 130

147 131

148 132

149 133

150 134 LAMPIRAN 5 Gambar Lokasi Penelitian

151 135

152 136 LAMPIRAN 6 Surat-surat Perizinan

153 137

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan BAB II KAJIAN TEORI Dalam kajian teori, penulis mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Judul penelitian ini adalah Analisis Kesalahan Sintaksis pada Karangan Narasi Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Eltita Natalia Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MADING SISWA SMP DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM SKRIPSI

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM SKRIPSI ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK KALIMAT TANYA PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

ANALISIS BENTUK KALIMAT TANYA PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ANALISIS BENTUK KALIMAT TANYA PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA KARANGAN NARASI BERBAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEJAGOAN SKRIPSI

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA KARANGAN NARASI BERBAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEJAGOAN SKRIPSI ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA KARANGAN NARASI BERBAHASA JAWA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEJAGOAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DIKSI PADA NASKAH PIDATO BAHASA JAWA SISWA SMK MARSUDILUHUR 1 YOGYAKARTA

ANALISIS KESALAHAN DIKSI PADA NASKAH PIDATO BAHASA JAWA SISWA SMK MARSUDILUHUR 1 YOGYAKARTA ANALISIS KESALAHAN DIKSI PADA NASKAH PIDATO BAHASA JAWA SISWA SMK MARSUDILUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA BIPA KELAS KARYA SISWA DI UNIVERSITAS JEMBER

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA BIPA KELAS KARYA SISWA DI UNIVERSITAS JEMBER KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA BIPA KELAS KARYA SISWA DI UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI Oleh Diah Ayu Nursafitri NIM 080210402034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR KOMISIF BAHASA JAWA DALAM ANTOLOGI CERKAK TREM KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI

TINDAK TUTUR KOMISIF BAHASA JAWA DALAM ANTOLOGI CERKAK TREM KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI TINDAK TUTUR KOMISIF BAHASA JAWA DALAM ANTOLOGI CERKAK TREM KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KESALAHAN STRUKTUR DAN PEMAKAIAN KATA PADA TUTURAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TKIT AMANAH UMMAH 3 DUWET KECAMATAN WONOSARI DAN TK ABA JAMBU KULON KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas X 179 SMK Negeri 179 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA ANALYSIS OF SYNTAX ERROR IN

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI. Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI. Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM 060210402143 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI. Oleh Indra Hardiyansyah NIM

PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI. Oleh Indra Hardiyansyah NIM PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI Oleh Indra Hardiyansyah NIM 060210402370 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa sebagai suatu proses yang sistematik selalu mengarah kepada kegiatan perencanaan, dan penilaian (evaluasi). Kemampuan guru bahasa Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HIDAYAH FITRIYANI K1211048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI Oleh Sutik Susmiati NIM 080210402043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) 1. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2. SKS : 2 SKS 3. Semester : GANJIL 2014/2015 4. Program Studi :DESAIN INTERIOR 5. Dosen Pengampu : Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

KETIDAKTEPATAN PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 JEMBER SKRIPSI

KETIDAKTEPATAN PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 JEMBER SKRIPSI KETIDAKTEPATAN PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 JEMBER SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

DALAM SKRIPSI. Sarjana S-1. Disusun Oleh : YUNITA UTAMI A

DALAM SKRIPSI. Sarjana S-1. Disusun Oleh : YUNITA UTAMI A ANALISIS VARIASI KALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMUK DALAM WACANA IKLAN BANK PADA SURAT KABAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pedidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progdi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN 2014 / 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGISTER PENGUNDHUH SARANG BURUNG LAWET DI GOA KARANG BOLONG KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI

PENGGUNAAN REGISTER PENGUNDHUH SARANG BURUNG LAWET DI GOA KARANG BOLONG KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI i PENGGUNAAN REGISTER PENGUNDHUH SARANG BURUNG LAWET DI GOA KARANG BOLONG KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni untuk Universitas Negeri Yogyakarta Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PADA SISWA TK RA KARTINI TEMANGGUNG SKRIPSI

PADA SISWA TK RA KARTINI TEMANGGUNG SKRIPSI CAMPUR KODE PADA SISWA TK RA KARTINI TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 KARTASURA, SUKOHARJO SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 KARTASURA, SUKOHARJO SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 KARTASURA, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO SKRIPSI Oleh Ely Hidayati NIM 070210402086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Anwar, dkk. (2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN SURAH AN-NABA SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN SURAH AN-NABA SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN SURAH AN-NABA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014

DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014 DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR

PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 SAMBIREJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 SAMBIREJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 SAMBIREJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI SKRIPSI

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI SKRIPSI ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: YESI NUR

Lebih terperinci

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA

ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci