Penanganan Barang Bukti Forensik Digital
|
|
- Sudomo Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penanganan Barang Bukti Forensik Digital Tugas Mata Kuliah Manajemen Investigasi Tindak Kriminal Dosen : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom Disusun Oleh MUSLIM HERI KISWANTO Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Industri Jurusan Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2014
2 2 Penanganan Bukti Forensik Digital I. PENDAHULUAN Digital Forensik merupakan bidang ilmu baru dalam dunia komputer yang berkembang pesat akhir-akhir ini dengan ditunjukannya berita-berita yang mengulas tentang kejahatan di bidang komputer serta semakin banyaknya bukubuku yang mengupas mengenai digital forensik, sehingga semakin menambah refrensi pengetahuan bagi peneliti-peneliti muda. Dengan lahirnya Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik nomor 11 Tahun 2008, maka semakin membuat bidang ilmu ini menjadi perangkat wajib untuk membongkar kejahatan yang melibatkan dunia komputer, karena pada umumnya kejahatan komputer ini meninggalkan jejak digital, maka perlu adanya seorang ahli komputer forensik yang akan mengamankan barang bukti digital atau biasa disebut digital evidence. Komputer Forensik tentu memerlukan suatu standart operational procedure dalam mengambil bukti-bukti digital agar tidak terkontaminasi pada saat data di ambil dari digital evidence sehingga sangat memudahkan para ahli komputer forensik untuk melakukan pemulihan sistem pasca kerusakan. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Forensika Digital Ada beberapa definisi yang bisa dijadikan acuan tentang apa sebenarnya Digital Forensik. Sebagaimana dikemukakan oleh Marcella: Digital Forensik adalah aktivitas yang berhubungan dengan pemeliharaan, identifikasi, pengambilan/penyaringan, dan dokumentasi bukti digital dalam kejahatan komputer 1. Istilah ini relatif baru dalam bidang komputer dan teknologi, tapi telah muncul diluar term teknologi (berhubungan dengan investigasi bukti-bukti intelijen dalam penegakan hukum dan militer) sejak pertengahan tahun 1980-an. 1 Marcella, Albert J., and Robert S. Greenfiled, Cyber Forensics a field manual for collecting, examining, and preserving evidence of computer crimes, by CRC Press LLC, United States of America
3 3 Menurut Casey: Digital Forensik adalah karakteristik bukti yang mempunyai kesesuaian dalam mendukung pembuktian fakta dan mengungkap kejadian berdasarkan bukti statistik yang meyakinkan 2. Sedangkan menurut Budhisantoso: Digital Forensik adalah kombinasi disiplin ilmu hukum dan pengetahuan komputer dalam mengumpulkan dan menganalisa data dari sistem komputer, jaringan, komunikasi nirkabel, dan perangkat penyimpanan sehingga dapat dibawa sebagai barang bukti di dalam penegakan hukum 3. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Digital Forensik adalah penggunaan teknik analisis dan investigasi untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa dan menyimpan bukti/informasi yang secara magnetis tersimpan/disandikan pada komputer atau media penyimpanan digital. B. Penanganan Forensika Digital Para ahli dalam bidang forensik, khususnya forensik digital mempunyai standar dalam proses penanganan barang bukti. Hal tersebut dilakukan supaya dalam proses penyidikan, dimana data yang didapatkan berasal dari sumber aslinya, supaya tidak adanya manipulasi baik isi, bentuk, maupun kualitas dari data digital tersebut. Maka beberapa aturan dalam proses penanganan barang bukti. Proses penanganan data digital dalam forensik di antaranya: 4 1. Penanganan Awal di Lokasi TKP a. Persiapan Sebelum ke TKP untuk melaksanakan penggeledahan kasus yang berkaitan dengan barang bukti eletronik, maka analisis forensic dan investigator terlebih dulu hal-hal atau peralatan yang nantinya dibutuhkan selama proses penggeledahan di TK. b. Preserving (memelihara dan mengamankan data) Merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh penyidik yang sudah ahli, untuk menjamin agar data-data yang dikumpulkan tidak berubah. c. Collecting (mengumpulkan data) 2 Eoghan Casey, Digital Evidence and Computer Crime, 2nd ed., hal Budi Rahardjo, Hukum dan Dunia Cyber, PT. Indosic, Jakarta, Sukriadi Shafar, Prinsip Dan Prosedur Dasar Penanganan Bukti Digital Dalam Computer Crime Dan Compute Related Crime, UII Yogyakarta, 2014
4 4 Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data-data sebanyak mungkin yang relevan untuk mendukung proses penyidikan dalam rangka pencarian barang bukti d. Confirming (menetapkan data) Merupakan serangkaian kegiatan untuk menetapkan data-data yang berhubungan dengan kasus yang terjadi. e. Identifying (mengenali data) Merupakan serangkaian kegiatan untuk melakukan proses identifikasi terhadap data-data yang sudah ada agar memastikan bahwa data tersebut memang unik dan asli sesuai dengan yang terdapat pada tempat kejadian perkara. Untuk data digital, misalnya melakukan identifikasi dengan teknik hashing (membuat sidik jari digital terhadap barang bukti) 2. Penanganan di Laboratorium a. Administrasi Penerimaan Pada tahapan ini, barang bukti komputer yang masuk dan diterima petugas laboratorium, yang dalam hal ini analisis forensic harus dicatat secara detail dalam di dalam log book, disamping di formulir penerimaan. Berikut data yang harus dicatat: 5 Nama lembaga pengirim barang bukti eletronik Nama petugas pengirim barang bukti eletronik, termasuk identitasnya secara lengkap. Tanggal penerimaan. Jumlah barang bukti eletronik yang diterima, dilengkapi dengan sfesipikasi teknisnya seperti merek, model, dan serial/product number serta ukuran (size). System hashing, yaitu suatu sistem pengecekan otentikasi isi dari suatu file (baik image/evidence file maupun file logical) dengan menggunakan algoritma matematika seperti MD5, SHA1, dan lain-lain. 5 Al-Azhar, M.N. (2012). Digital Forensic: Panduan Praktis Investigasi Komputer. Salemba Infotek, Jakarta
5 5 b. Ivestigation (pemeriksaan) Pada tahapan ini, terhadap image file dilakukan pemeriksaan secara komprehensif dengan maksud untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan investigasi, ini artinya analisis forensik harus mendapatkan gambaran fakta kasus yang lengkap dari investigator, sehingga apa yang dicari dan akhirnya ditemukan oleh analisis forensik adalah sama (matching) seperti yang diharapkan oleh investigator untuk pengembanagan investigasinya. Setelah mendapatkan gambaran fakta kasusnya, kemudian analisis forensik melakukan pencarian (searching) terhadap image file untuk mendapatkan file atau data yang diinginkan. c. Analyzing (meneliti data) Setelah mendapatkan file atau data digital yang diinginkan dari proses pemeriksaan diatas, selanjutnya data tersebut dianalisis secara detail dan komprehensif untuk dapat membuktikan kejahatan apa yang terjadi dan kaitannya pelaku dengan kejahatan tersebut. Hasil analisis terhadap data digital tadi selanjutnya disebut sebagai barang bukti digital yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmiahan dan hokum di depan pengadilan. d. Recording (mencatat data) Melakukan pencatatan terhadap data-data hasil temuan dan hasil analisis sehingga nantinya data tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau dapat direkonstruksi ulang (jika diperlukan) atas temuan barang bukti tersebut. 3. Penanganan Laporan (Reporting) a. Laporan (report) Setelah diperoleh barang bukti digital dari proses pemeriksaan dana analisis di atas yang sesuai dengan ivestigasi, selanjutnya data mengenai barang bukti digital tersebut dimasukkan ke dalam laporan teknis. b. Pembungkusan dan penyegelan Pembungkusan dan penyegelan barang bukti : memuat proses pembungkusang dan penyegelan barang bukti yang telah dianalisis secara digital forensic untuk diserahkan kepada pihak lembaga yang telah mengirimnya.
6 6 c. Administrasi Penyerahan Laporan Selanjutnya laporan hasil pemeriksaan secara digital forensic berikut barang bukti eletroniknya diserahkan kembali kepada investigator atau lembaga pengirimnya. 4. Presenting (mempresentasikan data) Kegiatan yang dilakukan penyidik untuk membeberkan hasil temuannya kepada piha kberwajib atau di pengadilan. Biasanya presentasi data dilakukan oleh seorang ahli forensik untuk menjelaskan hal-hal yang susah dipahami oleh kalangan umum, sehingga data-tersebut dapat membantu proses penyidikan untuk menemukan tersangka. 6 Presentasi ini ini secara umum dibagi menjadi beberapa bagian penjelasan, sebagai berikut: a. Judul: Memuat judul pemeriksaan yang dilengkapi dengan nomor pemeriksaan di laboratorium. b. Pendahuluan: Memuat nama-nama analisis forensik yang melakukan pemeriksaan dan analisis secara digital forensik terhadap barang bukti eletronik. Di samping itu, bab ini juga memuat tanggal/waktu pemeriksaan. c. Barang Bukti: Memuat jumlah dan jenis barang bukti eletronik yang diterima untuk dilakukan pemeriksaan dan analisis. Ini juga termasuk data tentang spesifikasi teknis dan barang bukti tersebut seperti merek, model, serial/product number, serta ukuran kapasitas dari media penyimpanan seperti harddisk dan flashdisk. Nomor IMEI (International Mobile Equipment Identity) untuk jenis barang bukti berupa handphone/smartphone, dan nomor ICCID (Integrated Circuit Card ID) untuk barang bukti berupa simcard yang merupakan data administrasi yang berasal dari provider seluler. d. Maksud Pemeriksaan: Memuat nama lembaga pengirim barang bukti eletronik berikut surat tertulis yang berisikan maksud permintaan untuk pemeriksaan dana analisis barang bukti tersebut secara digital forensik. Makdsud permintaan ini harus dimintakan kembali penjelasan secara detail 6 Jack wiles, Anthony Reyes, Jesse Varsalone. (2007). The Best Damn Cybercrime and Digital Forensics Book Period. United States Of America.Syngress Publishing,Inc., Pg:67
7 7 oleh analisi forensic kepada investigator, sekaligus analisis forensic meminta investigator untuk memaparkan secara singkat dan jelas fakta fakta kasus yang diinvestigasi. e. Prosedur Pemeriksaan: Menjelaskan tahapan tahapan yang dilakukan selama proses pemeriksaan dan analisis barang bukti tersebut secara digital forensic. Sebaiknya penjelesan panjang mengenai tahapan tersebut yang akan ditulis dalam laporan, diringkas menjadi SOP (Standard Operating Procedure) yang baku dan lengkap. Misalnya DFAT (Digital Forensic Analyst Team) PUSLABFOR BARESKRIM POLRI memiliki sejumlah SOP, antara lain: SOP 1 tentang prosedur analisa forensik digital SOP 2 tantang komitmen jam kerja SOP 3 tentang pelaporan forensik digital SOP 4 tentang menerima barang bukti elektronik dan/atau digital SOP 5 tentang penyerahan kembali barang bukti elektronik dan/atau digital SOP 6 tentang triage forensik (penanganan awal barang bukti komputer di TKP) SOP 7 tentang akuisisi langsung SOP 8 tentang akuisisi harddisk, flashdisk dan memory card SOP 9 tentang analisa harddisk, flashdisk dan memory card SOP 10 tentang akuisisi ponsel dan simcard SOP 11 tentang analisa ponsel dan simcard SOP 12 tentang analisa forensik audio SOP 13 tentang analisa forensik video SOP 14 tentang analisa gambar digital SOP 15 tentang analisa forensik jaringan f. Kendala: Menjelaskan masalah dalam kasus tersebut dan kendala hukum untuk memeriksa bukti yang tersedia. Jaksa harus memastikan bahwa ahli memahami bagaimana aturan bukti dan prosedur mempengaruhi diterimanya, discoverability, dan kegunaan dari pengamatan ahli dan kesimpulan.
8 8 g. Hasil Pemeriksaan: Memuat data digital yang berhasil di-recovery dari image file yang kemudian di analisis lebih detail dan dikonfirmasi dengan investigator untuk memastikan sesuai dengan investigasi yang sedang berlangsung. h. Kesimpulan: Memuat ringkasan yang disarikan dari hasi pemeriksaan diatas. i. Penutup: Menjelaskan bahwa proses pemeriksaan dan analisis dilakukan dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hasil pemeriksaan untuk tiap-tiap barang bukti tersebut dalam suatu laporan teknis. Bentuk dari laporan tersebut adalah Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Laboratoris Kriminalistik yang bersifat pro justisia sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti hukum yang syah di pengadilan. Dikarenakan sifatnya resmi, maka BAP tersebut dapat dikeluarkan jika ada permintaan secara tertulis dari satuan kerja yang menyerahkan barang bukti elektronik untuk diperiksa, di mana surat tersebut ditujukan kepada Kepala Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik). Karena BAP tersebut pada akhirnya akan dibawa ke persidangan/pengadilan, maka gaya bahasa yang digunakan dalam laporan harus sesederhana mungkin tanpa menghilangkan makna esensialnya. Hal ini dimaksudkan agar majelis hakim, jaksa penuntut umum dan/atau penasihat hukum terdakwa dapat memahami secara benar proses dan hasil pemeriksaan/analisa digital forensik. Mereka bukan seorang ahli digital forensik yang bisa memahami tentang digital forensik secara menyeluruh. III. KESIMPULAN Digital Forensik merupakan teknik ilmiah yang meneliti perangkat digital dalam membantu pengungkapan berbagai macam kasus kejahatan. Tahapantahapan yang dilakukan pada Digital Forensik meliputi: 1. Penanganan di awal TKP 2. Penanganan di Laboratorium 3. Pembuatan Laporan
9 9 4. Presentasi di pengadilan
Presentasi Data Forensik. (dr. Handayani DU, M.Sc. SpF.)
Presentasi Data Forensik Disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Investigasi Tindak Kriminal (dr. Handayani DU, M.Sc. SpF.) Fathirma ruf 13917213 PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual
Lebih terperinciPERAN PENYIDIK AHLI DAN BUKTI DIGITAL DI PERSIDANGAN
PERAN PENYIDIK AHLI DAN BUKTI DIGITAL DI PERSIDANGAN ARTIKEL BUKTI DIGITAL MENGACU PADA BUKU EOGHAN CASSEY BAB III Disusun untuk memenuhi tugas ke V, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi,
Lebih terperinciDEFINISI DAN PENJELASAN DARI BUKTI DIGITAL. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.
DEFINISI DAN PENJELASAN DARI BUKTI DIGITAL Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom) Fathirma ruf 13917213 PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK INFORMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. 1. teknologi informasi disebut dengan Cyber Crime. Cyber Crime adalah jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi informasi memegang peran penting, baik di masa kini maupun di masa mendatang. Teknologi
Lebih terperinciTujuan IT Forensics. IT forensic Bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta obyektif dari sebuah insiden / pelanggaran keamanan sistem informasi.
IT Forensics Definisi Definisi sederhana, yaitu penggunaan sekumpulan prosedur untuk melakukan pengujian secara menyeluruh suatu sistem komputer dengan mempergunakan software dan tool untuk memelihara
Lebih terperinciAn Introduction to COMPUTER FORENSICS. Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan
An Introduction to COMPUTER FORENSICS Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan 1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan komputer terbagi menjadi dua: komputer digunakan untuk tindakan kriminal, atau komputer sebagai target kriminal
Lebih terperinciComputer Forensic. Part 1. Abdul Aziz
Part 1 Abdul Aziz abdulazizprakasa@ymail.com Forensik yang identik dengan tindakan kriminal, sampai saat ini hanya sebatas identifikasi, proses, dan analisa pada bagian umum. Untuk kejahatan komputer di
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN
Lebih terperinciMengenal Digital Forensik
Mengenal Digital Forensik Ray Indra rayindra@raharja.info :: http://rayindra.ilearning.me Abstrak Sejak dikenalnya internet, kejahatan dunia maya (cybercrime) pun mulai berkembang dengan pesat. Jenis cybercrime
Lebih terperinciTEKNIK AKUISISI VIRTUALISASI SERVER MENGGUNAKAN METODE LIVE FORENSIC. Abstrak
TEKNIK AKUISISI VIRTUALISASI SERVER MENGGUNAKAN METODE LIVE FORENSIC Soni, Yudi Prayudi, Bambang Sugiantoro Magister Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia sony_bkn@yahoo.com
Lebih terperinciAnalisis Forensik WhatsApp Artefak pada Platform Android
Analisis Forensik WhatsApp Artefak pada Platform Android Anggie Khristian 1, Yesi Novaria Kunang, S.T., M.Kom 2., Siti Sa uda, M.Kom 3 1) Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas Bina Darma 2), 3) Dosen
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesan SMS dapat dijadikan sebagai barang bukti digital dalam kasus tindak kejahatan. Di Indonesia sendiri barang bukti digital dalam pengungkapan tindak kejahatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi informasi pada saat ini sudah berkembang pesat dan memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada aktivitas sehari
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset 3.10 Penelusuran Aset Harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan merupakan motivasi nafsu bagi tindak kejahatan itu sendi. Ibarat
Lebih terperinciHUKUM PEMBUKTIAN KEJAHATAN TI
UNIVERSITAS GUNADARMA Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Informatika HUKUM PEMBUKTIAN KEJAHATAN TI Pengantar komputer forensik teknologi informasi 1 HUKUM PEMBUKTIAN KEJAHATAN TEKNOLOGI INFORMASI
Lebih terperinciTUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER Computer Forensik
TUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER Computer Forensik Devi Purnama 09011281320016 SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 Komputer forensik Di dalam keamananan jaringan, pasti akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pemeriksaan suatu perkara pidana dalam proses peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut.
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR
Lebih terperinciMETODOLOGI COMPUTER FORENSIK. Disusun untuk memenuhi tugas ke III, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.
METODOLOGI COMPUTER FORENSIK Disusun untuk memenuhi tugas ke III, MK. Digital Evidence (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom) Fathirma ruf 13917213 PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS
Lebih terperinciTUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER. Computer Forensik
TUGAS KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER Computer Forensik NAMA : DESY MARITA NIM : 09011281320017 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 Di dalam keamananan jaringan, pasti
Lebih terperinciANALISIS INVESTIGATION SIMCARD CLONING TERHADAP SMS BANKING (STUDI KASUS PENGGUNA TELKOMSEL DENGAN LAYANAN BNI SMS BANKING)
ANALISIS INVESTIGATION SIMCARD CLONING TERHADAP SMS BANKING (STUDI KASUS PENGGUNA TELKOMSEL DENGAN LAYANAN BNI SMS BANKING) Nuril Anwar 1, Imam Riadi 2 1 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang
Lebih terperinciAnalisis Forensik Recovery dengan Kemanan Kode Pola pada Smartphone Andoid
Analisis Forensik Recovery dengan Kemanan Kode Pola pada Smartphone Andoid Okta Riandy 1, Zanial Mazalisa 2, Helda Yudiastuti 3 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekhnologi komunikasi terus berkembang dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan manusia. Begitu pula dengan tekhnologi perangkat seluler, baik telepon rumah maupun
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYUSUNAN BERKAS PERKARA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Untuk penanganan korban, saksi, dan pelaku akan diurusi oleh pihak Reserse.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kejahatan yang terjadi di negara kita telah semakin banyak dan beragam macamnya. Suatu tindak kejahatan secara umum menimbulkan bukti segitiga, yaitu adanya
Lebih terperinciAGUS JULIANSYAH
KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER DIGITAL FORENSIK OLEH : AGUS JULIANSYAH 09011181320034 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 TUGAS : Cari video Teleconference tentang Digital
Lebih terperinciPERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI
PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenaibukti audit yang gunakan dalam pelaksanaan audit investigasi.melalui makalah ini, anda harus mampu: 11.1
Lebih terperinci10. Mobile Device Forensics Part 2
10. Mobile Device Forensics Part 2 TopiK Collecting and Handling Cell Phones as Evidence Cell Phone Forensic Tools GPS (Global Positioning System) Isolasi Ponsel Gunakan Faraday bag atau kaleng cat untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA 2.1. Pengertian Berita Acara Pemeriksaaan (BAP) Dan Terdakwa Sebelum masuk pada pengertian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN
NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas
Lebih terperinciSKRIPSI RIDHO ADYA PANGESTU
Analisa Top 3 High Level Infections Malware Zeroaccess, Alureon.dx, Dan Zeus Dengan Pendekatan Digital Forensik Berdasarkan Memory Volatile Pada Sistem Operasi Windows Xp Dan Windows 7 SKRIPSI RIDHO ADYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat kemajuan teknologi baik dibidang informasi, politik, sosial, budaya dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap tujuan kuantitas dan kualitas tindak
Lebih terperinciANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL
ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL Dosen : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom Oleh : Nama : Achmad Syauqi NIM : 15917101 MAGISTER
Lebih terperinciMEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN
MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan
Lebih terperinciPenerapan Integrated Digital Forensic Investigation Framework v2 (IDFIF) pada Proses Investigasi Smartphone
Penerapan Integrated Digital Forensic Investigation Framework v2 (IDFIF) pada Proses Investigasi Smartphone Ruuhwan #1, Imam Riadi *2, Yudi Prayudi #3 #1 Manajemen Informatika, Politeknik Piksi Ganesha
Lebih terperinciMetode Autentikasi melalui Saluran Komunikasi yang Tidak Aman
Metode Autentikasi melalui Saluran Komunikasi yang Tidak Aman Arie Karhendana NIM 13503092 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung arie@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuktian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan, karena dengan pembuktian inilah nasib terdakwa ditentukan, dan hanya dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1 Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1.1 Pemeriksaan oleh PPATK Pemeriksaan adalah proses identifikasi
Lebih terperinciANALISIS LIVE FORENSICS UNTUK PERBANDINGAN APLIKASI INSTANT MESSENGER PADA SISTEM OPERASI WINDOWS 10
Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 6 November 2017 ANALISIS LIVE FORENSICS UNTUK PERBANDINGAN APLIKASI INSTANT MESSENGER PADA SISTEM OPERASI WINDOWS 10 Tayomi Dwi Larasati dan Bekti Cahyo Hidayanto
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS LAI PADA SIMCARD DALAM MENENTUKAN LETAK GEOGRAFIS DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN PYTHON NASKAH PUBLIKASI
STUDI ANALISIS LAI PADA SIMCARD DALAM MENENTUKAN LETAK GEOGRAFIS DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN PYTHON NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Huda Nur Fakhri 12.11.6016 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA
Lebih terperinciANALISIS MOBILE FORENSIC DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYBRID EVIDENCE INVESTIGATION PADA SMARTPHONE
ANALISIS MOBILE FORENSIC DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYBRID EVIDENCE INVESTIGATION PADA SMARTPHONE Sucilawati Permatasari, Acep Irham Gufroni, dan Nur Widiyasono Teknil Informatika, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Simcard atau disebut juga Kartu SIM (Subscriber Identity Module) adalah sebuah kartu pintar (SmartCard) seukuran perangko yang dibenamkan pada telepon genggam serta
Lebih terperinciPROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK. Oleh: Lise Yolanda, SH. 1. Abstraksi
PROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK Oleh: Lise Yolanda, SH. 1 Abstraksi Mata Kuliah Praktik Penyidikan dan Penuntutan merupakan satu diantara beberapa mata kuliah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMORxxxxTAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENEGAKAN HUKUM BIDANG POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI
Lebih terperinciJudul Mata Kuliah : Audit Investigasi Semester : 3 Sks : 3
Judul Mata Kuliah : Investigasi Semester : 3 Sks : 3 Dosen/Team Teaching : Dr. Yudhi Herliansyah,SE.,Ak.,M.Si.,CA Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini memberikan pendalaman kepada mahasiswa tentang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN (LIE DETECTOR) PADA PROSES PERADILAN PIDANA
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN (LIE DETECTOR) PADA PROSES PERADILAN PIDANA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA JUNTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I BERKAS PENYIDIKAN
BAB I BERKAS PENYIDIKAN Rangkaian penyelesaian peradilan pidana terdiri atas beberapa tahapan, suatu proses penyelesaian peradilan dimulai dari adanya suatu peristiwa hukum, namun untuk menentukan apakah
Lebih terperinciPelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan
Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Penanganan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Berau. Tanjung Redeb, Berau -
Lebih terperinciDigital Forensik. Apa dan Bagaimana. Asrizal
Digital Forensik Apa dan Bagaimana Asrizal Abstract. The increasing of information technology in fact followed by issues around cyber crime and computer security. Nowadays, many cases of law has opened
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Simpulan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERMINTAAN PEMERIKSAAN TEKNIS KRIMINALISTIK TEMPAT KEJADIAN PERKARA DAN LABORATORIS KRIMINALISTIK
Lebih terperinciPERANAN LABORATORIUM FORENSIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS DI LABORATORIUM FORENSIK
PERANAN LABORATORIUM FORENSIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS DI LABORATORIUM FORENSIK POLRI CABANG SEMARANG) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciinformasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional
Kuliah Keamanan Komputer Disusun oleh : M. Didik R. Wahyudi, MT& Melwin Syafrizal, S.Kom., M.Eng. 1. Pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai
Lebih terperinciPEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR
Lebih terperinciBAB III PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT PENDUKUNG DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PENYIDIKAN
BAB III PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT PENDUKUNG DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PENYIDIKAN A. Tinjauan Umum Mengenai Penggunaan Lie Detector Dalam Hukum Acara Pidana Di Indonesia Menurut
Lebih terperinciBAB IV.METODE PENELITIAN
BAB IV.METODE PENELITIAN Bab ini akan menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu akan dijelaskan tipe penelitian, pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan
Lebih terperinciPendahuluan Forensik TI
UNIVERSITAS GUNADARMA Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Informatika Pendahuluan Forensik TI Pengantar Komputer Forensik Teknologi Informasi 1 Pendahuluan Perkembangan Teknologi Positif ; Memajuan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta
No.407, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENATR/BPN. PPNS. Penataan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI
Lebih terperinciMENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-Ol.Hl.07.02 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENYIDIKAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TENTANG PENANGKAPAN
KEPOLISIAN NEGARAA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTANN TIMUR DIREKTORATT RESERSE KRIMINAL KHUSUS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PENANGKAPAN BALIKPAPAN, PEBRUARI 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.
49 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Dit.Reskrimsus) mengalami banyak kendala dalam penanganan dan pengungkapan tindak pidana kejahatan dan penipuan melalui internet.
Lebih terperinciBAB III PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA CYBERCRIME DI INDONESIA. A. Teori Pembuktian dalam Perkara Pidana
BAB III PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA CYBERCRIME DI INDONESIA A. Teori Pembuktian dalam Perkara Pidana Kata pembuktian berasal dari kata bukti artinya sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa,
Lebih terperinciJurnal Masyarakat Informatika (Jumanji) Volume 01 Nomor 01 Oktober 2017 Model Enkripsi XML Pada Output DFXML untuk Pengamanan Metadata Bukti Digital
Model Enkripsi XML Pada Output DFXML untuk Pengamanan Metadata Bukti Digital Danar Cahyo Prakoso Magister Informatika, Forensika Digital Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Negara juga menjunjung tinggi
Lebih terperinciBUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG
S A L I N A N BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN
Lebih terperinciSEKILAS MENGENAI FORENSIK DIGITAL. Budi Rahardjo 1 Kata kunci: forensik, keamanan, teknologi informasi
SEKILAS MENGENAI FORENSIK DIGITAL Budi Rahardjo 1 Email: br@paume.itb.ac.id ABSTRAK Forensik digital merupakan bagian dari ilmu forensik yang melingkupi penemuan dan investigasi materi (data) yang ditemukan
Lebih terperinciANALISIS FORENSIK KOMPUTER PADA TIMESTAMPS SISTEM BERKAS NTFS
ANALISIS FORENSIK KOMPUTER PADA TIMESTAMPS SISTEM BERKAS NTFS Nugroho Budhisantosa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Esa Unggul Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang-Kebon Jeruk Jakarta 11560 Nugroho.budhisantosa@esaunggul.ac.id
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA Dompu 2 Januari 2016 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuanketentuan pokok Kejaksaan agar supaya Kejaksaan Republik
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2015 JAKSA AGUNG. Diversi. Penuntutan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 006/A/J.A/04/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciSTANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYIMPANAN DAN PEMUSNAHAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.
22 BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM, DAN VISUM ET REPERTUM MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM A. Tinjauan Umum Penyidikan a. Pengertian Berdasarkan
Lebih terperinciGUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN
GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
Lebih terperinciMenuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
2 Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Apa perbedaan dengan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana ()? Sesuai dengan namanya, tentu saja hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/KEPMEN-KP/SJ/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/KEPMEN-KP/SJ/2014 TENTANG KLASIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciPERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI
PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan audit investigasi.melalui makalah ini, anda harus mampu: 13.1 Memahami keterkaitan tehnik audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. Beragam agama, ras, suku bangsa, dan berbagai golongan membaur menjadi satu dalam masyarakat.
Lebih terperinciTeknik Live Forensics Pada Aktivitas Zeus Malware Untuk Mendukung Investigasi Malware Forensics
HACKING AND DIGITAL FORENSICS EXPOSE (H@DFEX 2014) ISSN: 2338-0276 Teknik Live Forensics Pada Aktivitas Zeus Malware Untuk Mendukung Investigasi Malware Forensics Aan Kurniawan Magister Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dan kajian penulis tentang penerapan banutan Psikiater dan ilmu Psikiatri Kehakiman dalam menentukan kemampuan pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Lebih terperinci- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu dibentuknya undang-undang
Lebih terperinciDRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM INFORMASI TINDAK PELANGGARAN HUKUM BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY
APLIKASI SISTEM INFORMASI TINDAK PELANGGARAN HUKUM BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY TUGAS AKHIR Diajukan Oleh: HISYAM MUSAFRI S. 0634 010 249 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mencari kebenaran dengan mengkaji dan menelaah beberapa
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Narasumber Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian secara yuridis normatif adalah pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dapat dikatakan sebagai lokomotif yang dipergunakan dalam proses globalisasi di berbagai aspek kehidupan. 1 Dengan adanya kemajuan
Lebih terperinci