DINAS KETAHANAN PANGAN
|
|
- Yohanes Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Proposal Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH KOTA LUBUK LINGGAU PROVINSI SUMATRA SELATAN TAHUN 2017 Page1
2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya telah disusun Proposal Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Kota Lubuk linggau. Besar harapan masyarakat khususnya Gabungan Kelompok Petani Kota Lubuklinggau untuk mendapatkan bantuan tersebut, pada saat ini bantuan itu memang sangat diharapkan guna mengatasi gejolak harga pangan dan stabilitas pasokan pangan pokok strategis, efisien rantai distribusi pemasaran yang ada di Kota Lubuklinggau sebagai mekanisme yang berkelanjutan baik pada saat situasi suplai melimpah dan kurang atau sebagai stabilisator dalam menjaga pasokan pangan bersama masyarakat. Demikian rancangan usulan ini dibuat untuk dapat dijadikan sebagai kelengkapan dan persyaratan, atas perhatian dan kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Lubuklinggau, Januari 2017 Kapala Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuk Linggau Dedi Yansyah, SP,.M.Si Pembina Tingkat I NIP Page2
3 DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar DAFTAR ISI I. SELAYANG PANDANG 1.1. Sejarah Singkat Kota Lubuklinggau 1.2. Letak Geografis 1.3. Batas-batas Wilayah Kota Lubuklinggau II. LATAR BELAKANG III. RUANG LINGKUP 3.1. Pengertian 3.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan IV. PENUTUP Lampiran- lampiran Page3
4 1. SELAYANG PANDANG Kota Lubuklinggau salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan perkembangan ekonomi dan pembangunannya yang cukup pesat. Kota Lubuklinggau terletak di jalur lintas tengah Sumatera yang tidak pernah sepi. Pembangunan Kota Lubuklinggau sesuai dengan Visi Walikota Lubuklinggau adalah Terwujudnya Lubuklinggau Sebagai Kota Jasa, Industri dan Perdagangan yang Unggul Untuk Menjadi Role-Model Masyarakat Madani, yang berarti pembangunan Kota Lubuklinggau akan diarahkan menjadi sebagai Kota Industri dan Perdagangan dan Jasa yang berdaya saing dengan memperhatikan keunggulan potensipotensi daerah; selain itu menciptakan masyarakat yang beradap dan berakhlak yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan dan maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi penciptaan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan Misi Walikota Lubuklinggau adalah : 1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia 3. Meningkatkan Intensitas Bimbingan Industri dan Perdagangan 4. Menciptakan Kelancaran Perdagangan Barang dan Jasa 5. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif 6. Meningkatkan Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu,Penerapan Standar Pengawasan Mutu Diversifikasi Produk dan Inovasi Teknologi 7. Meningkatkan Koordinasi Pembangunan Industri dan Perdagangan Atas Dasar Ketetapan Kebijaksanaan 8. Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan Adapun Visi dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau yaitu Terwujudnya Ketahanan Pangan berbasis pangan local yang dapat diakses baik fisik maupun ekonomi secara berkelanjutan Misi dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau yaitu 1. Meningkatkan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat 2. Meningkatkan system distribusi dan stabilitas harga pangan 3. Meningkatkan diversifikasi pangan olahan masyarakat 4. Meningkatkan kelembagaan dan ketatalaksanaan perkantoran Page4
5 1.1. Sejarah Singkat Kota Lubuklinggau Sejarah kota yang memiliki semboyan Sebiduk Semare ini bermula pada tahun Pada saat itu, Lubuklinggau adalah Ibukota Marga Sindang Kelingi Ilir dibawah Onder District Musi Ulu. Sedangkan Onder District Musi Ulu sendiri memiliki ibu kota yang bernama Muara Beliti, yang pada akhirnya tahun 1933 juga pindah ke Lubuklinggau. Setelah itu, pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 barulah Lubuklinggau menjadi Ibukota Kewedanaan Musi Ulu dan dilanjutkan setelah kemerdekaan. Pada waktu Clash I tahun 1947, Lubuklinggau dijadikan Ibukota Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.Pada tahun 1948 Lubuklinggau menjadi Ibukota Kabupaten Musi Ulu Rawas dan tetap sebagai Ibukota Kepresidenan Palembang. Pada tahun 1956 Lubuklinggau menjadi Ibukota Daerah Swatantra Tingkat II Musi Rawas. Pada Tahun 1981 dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tanggal 30 Oktober 1981, Lubuklinggau ditetapkan statusnya sebagai Kota Administratif. Tahun 2001 dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, Lubuklinggau statusnya ditingkatkan menjadi Kota. Pada tanggal 17 Oktober 2001 Kota Lubuklinggau diresmikan menjadi Daerah Otonom Letak Geografi Kota Lubuklinggau adalah salah satu Kota setingkat Kabupaten paling barat wilayah Provinsi Sumatera Selatan, terletak pada posisi geografis yang sangat strategis. Kota ini terletak diantara empat provinsi sekaligus, yaitu: Padang, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan (Palembang). Tidak hanya itu, Lubuklinggau merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dengan kota-kota yang ada dipulau Sumatera bagian Utara. Sehingga tidak mengherankan jika pemerintah Kota Lubuklinggau bekerja keras untuk mengembangkan Kota Lubuklinggau menjadi Kota Metropolitan atau bahkan Kota Megapolitan. Sampai dengan saat ini, Kota Lubuklinggau terdiri dari 8 wilayah kecamatan dan 72 kelurahan. Kota Lubuklinggau memiliki beberapa bahasa diantaranya: Lembak (coel), Palembang, Musi, Jawa, Komering, Rawas, Lampung, dan tentu saja bahasa Indonesia. Nah, untuk luas daerahnya sendiri, berdasarkan Undang-undang no. 7 Tahun 2001, luas wilayah Kota Lubuklinggau adalah 401,5 kilometer persegi atau hektar. Total luas ini terbagi menjadi dua wilayah sebagai berikut: Page5
6 Wilayah Darat = km 2 ( mil²) Wilayah Air = km 2 (15.74 mil²) Secara strategis, Lubuklinggau terletak pada posisi 102º º0 0 BT dan 3º4 10-3º22 30 LS yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rejang Lebong (Bengkulu). Untuk batas-batas secara administrative dapat di lihat pada tabel berikut ini: 1.3. Batas-Batas Wilayah Kota Lubuklinggau Posisi Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Perbatasan Kecamatan BKL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas. Kecamatan Tugu Mulyo Dan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas. Kecamatan Muara Beliti Dan Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu II. LATAR BELAKANG Harga komoditas pangan yang selalu berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial. Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak menentu, tidak hanya akan menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga akan mempengaruhi pengendalian inflasi. Sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga bahan pangan digolongkan sebagai komponen inflasi bergejolak (volatile foods), karena sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh masa panen, gangguan alam, harga komoditas bahan pangan domestik dan internasional. Oleh karena itu, hampir semua negara melakukan intervensi kebijakan untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok dan strategis. Harga dan pasokan pangan merupakan indikator-indikator strategis yang saling terkait dan sering digunakan untuk mengetahui: (a) status distribusi pangan, (b) permasalahan yang disebabkan oleh rantai distribusi pangan pokok yang tidak efisien mulai dari tingkat produsen sampai konsumen, dan (c) ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah. Dalam konteks regulasi, guna mengatur dan menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan, telah terbit 2 (dua) Undang-Undang terkait stabilitas harga pangan, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pemerintah pusat dan daerah bertugas mengendalikan bertanggung jawab atas ketersediaan Page6
7 bahan pangan pokok dan strategis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahan pangan pokok dan strategis tersebut harus tersedia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, serta pada harga yang wajar untuk menjaga keterjangkauan daya beli di tingkat konsumen sekaligus melindungi pendapatan produsen. Peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namun sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena di dorong oleh meningkatnya harga input/sarana produksi atau karena faktor kebijakan pemerintah seperti penetapan harga dasar (floor price). Sementara peningkatan harga yang didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai jalur distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam: menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antar pedagang. Tingginya volatilitas harga komoditas yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh. Di sisi lain dari segi perdagangan dalam negeri yang perlu mendapat perhatian adalah pada fungsi pasar sebagai lembaga yang sangat penting dalam sistem distribusi komoditas tersebut di pasar. Kemampuan dalam pengendalian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap distribusi komoditas pangan disinyalir dapat mengurangi tekanan inflasi yang berasal dari komoditas pangan. Salah satu domain yang perlu diperhatikan dalam aliran komoditas pertanian adalah pasar induk atau pusat distribusi pangan suatu komoditas. Pusat distribusi pangan atau pasar induk adalah tempat yang berfungsi sebagai penyangga komoditas utama untuk menunjang kelancaran arus barang baik antar kabupaten/kota maupun antar provinsi untuk tujuan pasar dalam negeri dan atau luar negeri. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang mengacu pada permasalahan utamayang terjadi selama ini yaitu tingginya disparitas harga antara produsen dan konsumen yang mengakibatkan keuntungan tidak proporsional antara pelaku usaha. Harga yang tinggi di tingkat konsumen tidak menjamin petani (produsen) mendapatkan harga yang layak, sehingga diperlukan keseimbangan harga yang saling menguntungkan, baik di tingkat produsen maupun tingkat konsumen. Berdasarkan permasalahan diatas, Kementerian Pertanian melakukan terobosan sebagai solusi permanen dalam mengatasi gejolak harga pangan yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Kegiatan tersebut merupakan upaya Pemerintah untuk Page7
8 menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, harga konsumen dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), informasi pasar antar wilayah berjalan dengan baik, mencegah terjadinya Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Kegiatan PUPM secara tidak langsung berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya harga pada saat paceklik dan menjadi instrumen yang dibuat Pemerintah untuk menahan gejolak harga dalam situasi tertentu, merupakan mekanisme yang berkelanjutan baik pada saat situasi suplai melimpah dan kurang atau sebagai stabilisator, dalam menjaga pasokan pangan pemerintah bersama masyarakat. ABDETAN AREA SAWAH DALAM WILAYAH KOTA LUBUKLINGGAU DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA LUBUKLINGGAU NO KECAMATAN JENIS LAHAN (Ha) Jml SAWAH TEKNIS 1/2 TEKNIS SEDERHANA PU SEDERHANA NON PU TADAH HUJAN 1 Lubuklinggau Selatan I Lubuklinggau Selatan II Lubuklinggau Utara I Lubuklinggau Utara II Lubuklinggau Barat I Lubuklinggau Barat II Lubuklinggau Timur I Lubuklinggau Timur II JUMLAH Sumber data : BPS Kota Lubuklinggau III. Ruang Lingkup 3.1 Pengertian Yang dimaksud dengan: 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Page8
9 2. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat yang selanjutnya disingkat PUPM adalah kegiatan memberdayakan lembaga usaha pangan masyarakat atau gabungan kelompok tani dalam melayani Toko Tani Indonesia untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan. 3. Dana Bantuan Pemerintah adalah bersumber dari APBN Tahun 2017 dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi yang disalurkan/ ditransfer langsung ke rekening Gapoktan/LPM dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan. 4. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. 5. Toko Tani Indonesia yang selanjutnya disingkat TTI adalah yang dirancang untuk menjual komoditas pangan hasil produksi petani sesuai harga yang wajar kepada konsumen yang dipasok oleh Gapoktan/Lembaga Pangan Masyarakat, dan/atau BULOG. 6. Gapoktan adalah Gabungan Kelompok Tani dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi serta berkekuatan hukum. 7. Lembaga Pangan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga Pangan Masyarakat berkembang di masyarakat dan bergerak di bidang produksi/usaha pangan, berorientasi bisnis, memiliki struktur organisasi dan berkekuatan hukum. 8. Komoditas pangan adalah produk pangan yang diperjual-belikan pada kegiatan TTI dalam rangka stabilisasi harga pangan yaitu: beras, minyak goreng, gula pasir, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan komoditas lain yang ditentukan oleh Pemerintah. 9. Petani adalah warga negara Indonesia, baik perseorangan maupun beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang Pangan. 10. Perdagangan Pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan/atau pembelian Pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan. 11. Peredaran Pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran Pangan kepada masyarakat, baik diperdagangkan maupun tidak. 12. Pelaku Usaha Pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis Pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan penunjang. Page9
10 13. Jaringan TTI adalah hubungan antar penyedia, penyalur, dan konsumen pangan baik lembaga, kelompok, individu, ataupun masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. 14. Harga Pembelian Pemerintah adalah harga pembelian Pemerintah untuk komoditas gabah/beras sesuai dengan Instruksi Presiden tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. 15. Harga Beli Gapoktan/Lembaga Masyarakat yang bergerak di bidang pangan adalah harga beli kepada petani dengan harga yang layak. 16. Harga Jual Gapoktan adalah harga jual produk pangan dari Gapoktan/Lembaga Masyarakat yang bergerak di bidang pangan kepada TTI. 17. Pendampingan adalah proses pembimbingan untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan aktivitas pengendalian pasokan dan harga pangan kepada PUPM, meningkatkan kemampuan teknis, melakukan pemantauan, pengendalian, serta pengawasan internal TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN Tujuan Tujuan Pelaksanaan PUPM dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu: 1. Menyerap produk pertanian nasional dengan harga yang layak dan menguntungkan petani khususnya bahan pangan pokok dan strategis; 2. Mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok dan strategis; dan 3. Memberikan kemudahan akses konsumen/masyarakat terhadap bahan pangan pokok dan strategis, dengan harga yang terjangkau dan wajar Sasaran Sasaran kegiatan PUPM pada Tahun Anggaran 2017 adalah 3 (tiga) Gapoktan yang bergerak dibidang pangan yang akan diberikan dana bantuan penguatan modal untuk melakukan pembelian pangan pokok strategis dari petani/mitra dan selanjutnya memasok pangan pokok tersebut kepada Toko Tani Indonesia ( TTI ) melalui kerjasama kedua belah pihak untuk selanjutnya dijual kepada konsumen dengan harga yang layak. Page10
11 Tiga (3) Gapoktan yang diusulkan Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau untuk kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat Tahun 2017, yaitu : 1. Nama : Gapoktan Karya Bersama Ketua : Wasisno Sekretaris : Sangkut.M Bendahara : M.Jahidin Alamat : Kelurahan Petanang Ilir, Kecamatan Lubuklinggau Utara I Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU), Lumbung Pangan Masyarakat dan Gudang Anggota Gapoktan Karya Bersama ada 5 Kelompok Tani, al : a. Kelompok Tani Unggul Karya anggota 35 orang Ketua : Wasisno b. Kelompok Tani Harapan Mulya anggota 20 orang Ketua : Mujahidin c. Kelompok Tani Bangun anggota 25 orang Ketua : Sangkut d. Kelompok Tani Sidomaju anggota 30 orang Ketua : Mujimin.D e. Kelompok Tani Karya Usaha anggota 22 orang Ketua : Koimin 2. Nama : Gapoktan Usaha Mandiri Ketua : Dedi Maherijaya Sekretaris : Suryanak Bendahara : A.Gofar Alamat : Kelurahan Ekamarga, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU) dan Gudang Pangan Anggota Gapoktan Usaha Mandiri ada 3 Kelompok Tani, al : a. Kelompok Tani Burja Jaya I anggota 25 orang Ketua : Dedi Maherijaya b. Kelompok Tani Burja Jaya II anggota 25 orang Ketua : Samsuri c. Kelompok Tani Harapan anggota 21 orang Page11
12 Ketua : Sutardjo 3. Nama : Gapoktan Rukun Tani Ketua : Kaswadi Sekretaris : Subawi Bendahara : Samsul Muarip Alamat : Kelurahan Margorejo, Kecamatan Lubuklinggau Utara I Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU), Gudang, Mesin Pengering Gabah dan lantai jemur. Anggota Gapoktan Rukun Tani ada 6 Kelompok Tani, al : a. Kelompok Tani Cipta Karya anggota 20 orang Ketua : Sugiyanto b. Kelompok Tani Gemah Ripah anggota 20 orang Ketua : Kustur c. Kelompok Tani Harapan Jaya anggota 23 orang Ketua : Samsul Muarip d. Kelompok Tani Jawi anggota 20 orang Ketua : Subawi e. Kelompok Tani Sri Lestari anggota 28 orang Ketua : Kaswadi f. Kelompok Tani Rukun Sentosa anggota 20 orang Ketua : Sudarmin Indikator Keberhasilan Untuk mengukur keberhasilan kegiatan PUPM, digunakan beberapa indikator kinerja : 1. Indikator Masukan (Input) 2. Dana bantuan pemerintah; 3. Tiga (3) Gapoktan yang aktif dalam kelembagaan. 4. Pendampingan, pengawalan, dan bimbingan teknis 5. Indikator Keluaran (Output) 6. tersalurkannya dana bantuan pemerintah kepada Gapoktan/LPM; 7. Terlaksananya pendampingan, pengawalan, dan bimbingan teknis di 3 (tiga) Gapoktan. Page12
13 8. Tercapainya stabilisasi harga beras. Indikator hasil (Outcome) 1. Stabilitas pasokan dan harga pangan yang diperjualbelikan di jaringan TTI; 2. Posisi tawar petani meningkat; 3. Terbentuknya jaringan pemasaran bagi produsen/petani; 4. Kemudahan akses masyarakat terhadap pangan bagi masyarakat; dan 5. Konsumen memperoleh harga pangan yang wajar. Gapoktan/LPM yang dipilih sebagai penerima dana bantuan pemerintah dengan kriteria: 1. Memiliki legalitas (disahkan oleh Bupati/Walikota/Camat/Lurah/ Kepala Desa); 2. Berorientasi bisnis dan memiliki pengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 2 (tiga) tahun; 3. Memiliki AD/ART dan struktur organisasi; 4. Memiliki penggilingan (Rice Miling Unit); 5. Menyediakan gudang penyimpanan pangan dan aset pendukung lainnya; 6. Memiliki jejaring pemasaran; 7. Tidak sedang menerima bantuan lain dari Kementerian Pertanian di tahun berjalan; 8. Sanggup memasok bahan pangan secara berkelanjutan yang dinyatakan dalam kontrak kerjasama; 9. sanggup menjaga kualitas pasokan bahan pangan secara kontinyu; 10. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dan keuangan; 11. sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik. Toko Tani Indonesia (TTI) yang akan menjadi pelaksana kegiatan mengacu kepada kriteria : 1. Pedagang tetap; 2. Memiliki tempat usaha milik pribadi atau sewa; 3. Memiliki SIUP/NPWP/UD (minimal surat izin usaha ); 4. Berpengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 1 (satu) tahun; 5. Tidak sedang bermasalah dalam hutang/piutang dengan pihak manapun; 6. Sanggup melakukan kontrak kerjasama dengan Gapoktan/ LUPM; 7. Sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik Page13
14 o o menjual produk pangan TTI. membuat catatan transaksi penjualan khusus kegiatan TTI dan melakukan pelaporan. Tenaga Pendamping yang akan mendampingi Gapoktan/LPM mengacu pada kriteria : 1. Berpendidikan minimal SMU atau sederajat; 2. Berdomisili dekat dengan Gapoktan/LPM ; 3. Satu orang pendamping akan mendampingi 1 (satu) Gapoktan/LPM; 4. Memiliki komitmen untuk mendampingi dan membimbing Gapoktan/ LPM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; 5. Sanggup membuat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan PUPM secara tertulis mengenai pendampingan dan pembinaan kepada Gapoktan/LPM. 6. Sanggup melaksanakan kunjungan dan pembinaan secara rutin minimal satu kali dalam satu bulan kepada Gapoktan/LPM; 7. Membuat laporan berkala. Page14
15 1. PENUTUP Diharapkan melalui program dan kerjasama bantuan dari Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pertanian Republik Indonesia dapat menjadikan Gapoktan di Kota Lubuklinggau lebih maju dan mandiri, yang selalu mengedepankan kreativitas dan inovasi sehingga secara langsung akan meningkatkan pendapatan ekonomi bagi petani khususnya dan ekonomi masyarakat Kota Lubuklinggau pada umumnya. Sekian terima kasih. Lubuklinggau, Januari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau DEDI YANSYAH,SP,M.Si Pembina Tk.I NIP Page15
16 LAMPIRAN Page16
RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N
RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fluktuasi harga dan pasokan pangan pokok yang tidak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi
PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi Pontianak, 3 Agustus 2016 Harga Bergejolak Rantai pasok panjang OP bersifat temporer KONDISI RIIL Keuntungan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016
PEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA i Sekretariat PUPM Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Gd. E Lt 6 Jl. Harsono
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 64/KPTS/RC.110/J/12/2017 TANGGAL : 28 DESEMBER 2017 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 Hotel Aston, Pontianak 2 4 Agustus 2016 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur pasar
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciDAFTAR ISI Hal KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN RI NOMOR 64/KPTS/RC.110/J/12/2017 DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Sasaran...
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018
PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Sekretaris Badan Ketahanan Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 Jakarta, 26 Januari 2017 I
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT MELALUI TOKO TANI INDONESIA TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTER!PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06/KPTS/RC.llO/J/01/2017 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER!PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06/KPTS/RC.llO/J/01/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAPORAN KERJA BIDANG DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN
LAPORAN KERJA BIDANG DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN 1 Senin, 17-01- 2017 Mengunjungi Lokasi Gapoktan Rukun Tani yang diketuai oleh Bapak Kaswadi. Kunjungan dilakukan dalam rangka persiapan Pengembangan
Lebih terperinciARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT
ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT Hotel Mercure Surabaya, 16 Mei 2016 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,
Lebih terperinciARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN PADA ACARA SOSIALISASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2017 Ungaran, 8 Februari 2017
ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN PADA ACARA SOSIALISASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2017 Ungaran, 8 Februari 2017 Yang Terhormat: Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciHotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016
SAMBUTAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN/ SEKRETARIS DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH TIMUR Hotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016 Assalaamu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian
Lebih terperinciBUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018
PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Badan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Pertemuan Musrenbangtan, Jakarta 30 Mei 2017 I PROGRES KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 REALISASI
Lebih terperinciBUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS
BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN
0 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Depari dkk (2008) secara empiris harga komoditas pangan mempunyai peranan penting dalam pengendalian inflasi. Porsi sumbangannya yang cukup signifikan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperincipertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih
1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinci2. Toko Tani Indonesia (Rp. 21, 1 M)
2. Toko Tani Indonesia (Rp. 21, 1 M) 1 APA ITU TTI? (Kegiatas Prioritas BKP) Model Bisnis 2 TUJUAN : Menyerap produk pertanian nasional khususnya bahan pangan pokok dan strategis Mendukung stabilisasi
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMENTAN/PP.320/5/2017 TENTANG OPERASI PASAR MENGGUNAKAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH DALAM RANGKA STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS
PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Mengingat
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN KEDAULATAN PANGAN MELALUI SERTIFIKASI BENIH
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN KEDAULATAN PANGAN MELALUI SERTIFIKASI BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang :
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian harga guna tercapainya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.162,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/M-DAG/PER/1/2012 TENTANG PENGGUNAAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON SALINAN RANCANGAN NOMOR 72 TAHUN 2016, SERI D. 21 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 72 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN
Lebih terperinciRECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN
RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Kabupaten Musi Rawas memiliki luas baku lahan 635.717,15 Ha dengan
Lebih terperinciPERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015
BPS PROVINSI SUMATRA SELATAN No. 13/02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016 PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI SUMATRA SELATAN, MARJIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 15,24 PERSEN, CABAI MERAH 24,48 PERSEN,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.126, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Sistem Logistik. Nasional. Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM OPERASI PASAR PENGENDALIAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat dan visi yaitu pangan cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat. Penjabaran dari visi dimaksud
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPolitik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012
Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak
Lebih terperinciWALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari
KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN PENDAHULUAN Reni Kustiari 1. Perbedaan sumber daya alam membentuk keunikan komoditas di masingmasing
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEBONG DAN KABUPATEN KEPAHIANG DI PROVINSI BENGKULU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEBONG DAN KABUPATEN KEPAHIANG DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEBONG DAN KABUPATEN KEPAHIANG DI PROVINSI BENGKULU
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEBONG DAN KABUPATEN KEPAHIANG DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT
DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT Disampaikan pada : Lokakarya Pengintegrasian Pengelolaan Lahan Kering Berbasis Pertanian Konservasi dalam Penyunan Teknokratik
Lebih terperinciDUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN
DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Kondisi Umum
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Dalam sistem ketahanan pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan secara umum memegang peran dalam melaksanakan sub sistem distribusi pangan. Subsistem ini merupakan
Lebih terperinciBoks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI
Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN DANA PERKUATAN MODAL KEPADA LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN (LUEP) DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lebih terperinciPenyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010
Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG PELIMPAHAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6.A TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6.A TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras merupakan bahan makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinci