Apa yang dimaksud: Kesempatan kerja Tenaga kerja Angkatan kerja Jelaskan pengertian : Pengangguran terbuka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Apa yang dimaksud: Kesempatan kerja Tenaga kerja Angkatan kerja Jelaskan pengertian : Pengangguran terbuka"

Transkripsi

1 1. Apa yang dimaksud: a. Kesempatan kerja mempunyai dua pengertian, yaitu: Dalam arti sempit, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya tenaga kerja yang mempunyai kesempatan untuk bekerja. Dalam arti luas, kesempatan kerja adalah banyak sedikitnya fackor-faktor produksi yang mungkin dapat ikut dalam proses produksi. (Ismawanto, 2006, Ekonomi Kelas IX,Surakarta:CV GEMA ILMU) Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan tenaga kerja, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja yang siap diisioleh penawar kerja(pencari kerja. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2,Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri) b. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Secara umum, tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, seperti anak sekolah, mahasiswa, dan para ibu yang mengurus rumah tangga. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2, Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri) c. Pengertian Angkatan kerja menurut UU No.20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2 adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan umum sementara tidak bekerja dan pengangguran. (Ismawanto, 2006, Ekonomi Kelas IX,Surakarta:CV GEMA ILMU) Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif, yaitu tahun yang sedang bekerja ataupun mencari pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dengan usia produktif yang tidak bersedia bekerja. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2, Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri) 2. Jelaskan pengertian : a. Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena kesempatan kerja lebih sedikit jika dibandingkan dengan angkatan kerja. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2, Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

2 b. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah Pengangguran yang terjadi karena tenaga kerja tidak bekerja secara optimal.kondisi ini disebabkan adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat dan kemampuannya. c. Setengah pengangguran Setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (< 35 jam seminggu8 Setengah pengangguran kentara adalah orang yang bekerja tidak tetap (part time) diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya. Setengah pengangguran tidak kentara adalah orang yang bekerja penuh (full time), tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatan yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya. Setengah pengangguran menurut pendapatan. Setengah pengangguran menurut produktivitas. Setengah pengangguran menurut pendidikan dan jenis pekerjaan. (Muh. Nurdin, 2007, Ekonomi Kelas IX IPS, Makassar: MITRA MEDIA) 3. Jelaskan hubungan jumlah penduduk, angkatan kerja,kesempatan kerja, dengan pengangguran Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah negara.penduduk suatu negara dapat dibagi dalam dua kelompok,yakni kelompok penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja. penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas untuk negara negara berkembang seperti Indonesia.sedangkan dinegara maju,penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.pada zaman Belanda,yang disebut penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 10 hingga 65 tahun.namun,dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah menjadi mereka yang berumur 15 tahun keatas sejak diberlakukannya wajib belajar 9 tahun pada tahun Penduduk bukan usia kerja adalah penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun,untuk negara berkembang seperti Indonesia.sedangkan,untuk negara maju penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan mereka yang berumur 64 tahun keatas. Tenaga kerja dapat pula kita bagi dalam dua kelompok,yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja.

3 Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja(15 tahun keatas),baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja.kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok usia produktif.namun,tidak semua angkatan kerja dalam suatu negara mendapat kesempatan bekerja.mereka inilah yang disebut penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja,sedang mencari pekerjaan,atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan.kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: tiap- tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.dari bunyi pasal 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja.pemerintah berusaha untuk menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga negara karena penciptaan lapangan kerja berhubungan dengan peningkatan pendapatan perkapita sekaligus pendapatan nasional. Apabila jumlah penduduk tinggi atau rendah dan sebagian besar merupakan angkatan kerja atau usia produktif dan didukung dengan tersedianya kesempatan kerja maka akan mengurangi tingkat pengangguran. Namun apabila jumlah penduduk tinggi atau rendah dan sebagian besar merupakan angkatan kerja atau usia produktif namun tidak tersedianya kesempatan kerja maka akan jumlah pengangguran akan 4. Sebut dan jelaskan penyebab pengangguran a. Tidak ada lowongan pekerjaan Jika suatu perusahaan sudah tidak membutuhkan tenaga kerja maka akan memasang pengumuman tidak ada lowongan pekerjaan. Pengumuman semacam ini memberikan informasi bahwa di perusahaan tersebut sudah tidak menerima karyawan lagi karena semua lowongan pekerjaan sudak terpenuhi. b. Tidak memenuhi persyaratan Persyaratan bagi pencari kerja sangat beragam. Ini bergantung pada perusahaan yang mensyaratkan antara lain tingkat pendidikan, keterampilan atau skill, kemampuan atau keahlian, dengan pengalaman kerja, dan sikap pribadinya. Setiap lowongan pekerjaan mempunyai sifat pekerjaan yang berbeda-beda serta membutuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu.bagi calon pekerja yang tidak memenuhi persyaratan akan menyebabkan pengangguran. Dengan kata lain. Kemampuan pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. c. Tidak ada kecocokan upah

4 Kemampuan perusahaan yang satu dengan yang lain akan berbeda termasuk kemampuan dalam memberikan upah kepada pekerja. Dengan kondisi tersebut, tidak semua pencari kerja bersedia menerima pekerjaan di perusahaan tersebut. Sebaliknya, tidak semua perusahaan mampu dan bersedia menerima seorang pelamar dengan tingkat upah yang diminta pelamar dengan harapanharapannya. d. Informasi tidak lengkap Informasi tentang suatu pekerjaan baik itu maupun kualifikasi tenaga kerja dibutuhkan sangat penting bagi pencari kerja. Makin terbatasnya informasi bagi pencari kerja akan mengakibatkan pencari kerja sulit memperoleh pekerjaan. e. Terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) Terjadinya pemutusan hubungan kerja dapat disebabkan oleh beebrapa factor lain, antara lain sebagai berikut 1) Perusahaan menutup atau mengurangi usahanya sebagai akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif 2) Peraturan yang menghambat investasi 3) Hambatan dalam proses ekspor maupun impor. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2, Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri) 5. Jelaskan yang dimaksud dengan a. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang bersofat sementara (jangka pendek) karena adanya pergeseran (friksi) antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam keadaan ini, sulit mempertemukan antara pencari kerja dan lowongan pekerjaan yang tersedia. Termasuk dalam pengangguran friksional, antara lain: 1) Tenaga kerja yang ingin mencari pekerjaan lebih baik 2) Tenaga kerja yang tidak bekerja pada waktu proses seleksi untuk mengisi pekerjaan 3) Pencari kerja sedang menunggu panggilan kerja. (Rusdarti, Kusmuriyanto, 2012,Platinum Ekonomi 2, Semarang:PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri) b. Pengangguran struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena berubahnya struktur perekonomian sehingga persyaratan tenaga kerja yang diminta berubah juga. Artinya, terjadi ketidaksesuaian antara jenis pekerjaan yang tersedia dengan kemampuan/keahlian yang dimiliki

5 tenaga kerja. Misalnya, terjadi perubahan struktur ekonomi dari struktur pertanian ke struktur industri, syarat keahlian yang diminta adalah sesuai dengan industri sehingga tenaga kerja yang dimilki keahlian pertanian akan menganggur. (Muh. Nurdin, 2007, Ekonomi Kelas IX IPS, Makassar: MITRA MEDIA) c. Pengangguran musiman Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan musim atau perubahan permintaan dan penawaran tenaga kerja musiman. Misalnya, pada saat Lebaran dan Natal banyak perusahaan membutuhkan tenaga kerja pelayan took dan menjual keperluan hari raya. Dan setelah hari raya berlalu pekerja akan menganggur lagi. Para petani yang selesai menggarap sawahnya akan mencari pekerjaan di sekitar tempat tinggalnya (atau di kota) untuk mengisi waktu luangnya sampai panen tiba. (Muh. Nurdin, 2007, Ekonomi Kelas IX IPS, Makassar: MITRA MEDIA) 6. Jelaskan dampak pengangguran terhadap kegiatan ekonomi masyarakat 1. Kegiatan produksi terhambat, karena menurunnya output yang dihasilkan dan kualitas dari output tersebut, sehingga dapat menurunkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita. 2. Kegiatan distribusi kurang lancar, karena apabila output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kualitasnya rendah, maka barang tersebut tidak laku di pasaran, baik pasaran dalam negeri maupun luar negeri, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi rendah 3. Kegiatan konsumsi berkurang, karena barang yang diperlukan oleh konsumen tidak terpenuhi oleh produsen. Apalagi bila produsen tidak mampu untuk memproduksi suatu barang, maka akan terjadi kelaparan. (Ismawanto, 2006, Ekonomi Kelas IX,Surakarta:CV GEMA ILMU) 7. Jelaskan cara mengatasi pengangguran 1. Masyarakat bersama pemerintah mengusahakan perluasan kesempatan kerja agar tenaga kerja yang masih menganggur dapat bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimliki tenaga kerja yang bersangkutan. Misalnya tenaga kerja yang ada di pedesaan dapat disediakan lapangan pekerjaan berupa program padat karya, yaitu seperti mengerjakan pengerasan jalan, proyek inpres bantuandesa dan pemerintah daerah, proyek inpres reboisasi, dan membangun industry pertanian agar dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan. 2. Mengembangkan dan membina sector usaha informal, seperti pedagang kaki lima, pedagang keliling, dan warung dengan jalan memberikan peluang serta tempat usaha yang memenuhi syarat berkembang.

6 Dan untuk jangka panjang, perlu didorong percepatan perpindahan tenaga kerja dari sector informal ke sector formal. Dalam hal ini diharapkan terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari sector informal ke sector formal yang berjalan seiring fleksibilitas pasar kerja. 3. Memberikan dukungan dan kebijakan pengembangan usaha bagi pengangguran berupa pemberian kredit dengan bunga sangat rendah, pemberian bimbingan usaha, dan keterampilan kerja praktis. 4. Memberikan pelatihan kerja dan keterampilan. 5. Menekan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan pendidikan dan keterampilan penduduk agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia(sdm). 6. Melanjutkan dan menggalakkan pemerataan penduduk melalui program transmigrasi. 7. Membuat kebijakan yang tidak memberatkan, namun justru member peluang dan kepastian pada kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Karena investasi yang tumbuh dan berkembang serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membuka lapangan kerja baru sekaligus memperluas kesempatan kerja. 8. Memberikan peranan KB untuk melanjutkan laju pertumbuhan penduduk. (Muh. Nurdin, 2007, Ekonomi Kelas IX IPS, Makassar: MITRA MEDIA) 9. Jelaskan berbagai usaha yang dilakukan pemerintah dalam rangka memperluas kesempatan kerja b. Di bidang pertanian, antara lain membuka lahan-lahan pertanian yang baru dan meningkatkan irigasi yang teratur agar pertanian tidak tergantung pada musim. c. Di bidang industri, dengan cara mempermudah syarat-syarat untuk membuka perusahaan industry atau pabrik baru. d. Di bidang perdagangan, yaitu dikeluarkannya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, sehingga pengusaha dapat meningkatkan perdagangan dan membuka kesempatan kerja baru. e. Di bidang jasa, dengan meningkatkan usaha jasa berbagai bentuk, yang nantinya akan dapat membuka lapangan kerja baru. f. Di bidang lainnya, antara lain dengan meningkatkan usaha bidang konstruksi, komunikasi, pariwisata, dsb. g. menyelenggarakan kursus-kursus keterampilan h. meningkatkan kualitas sumber daya manusia i. mendirikan berbagai macam usaha j. membantu dan mendorong usaha wiraswasta k. membangun proyek-proyek padat karya l. meningkatkan transmigrasi

7 m. memberi kesempatan para TKI bekerja di luar negeri n. menyediakan informasi tentang lowongan kerja o. meningkatkan pembangunan di pedesaan (Muh. Nurdin, 2007, Ekonomi Kelas IX IPS, Makassar: MITRA MEDIA) 8. Jelaskan berbagai usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu tenaga kerja a. Program pendidikan Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui jalur pendidikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut 1) Pendidikan formal. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia melalui jalur pendidikan formal. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan, bakat, kreativitas, dan kecerdasannya. Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan program pendidikan dasar sembilan tahun, memperbaiki kurikulum, membangun gedung-gedung sekolah, dan meningkatkan pemerataan pendidikan di seluruh tanah air. 2) Pendidikan nonformal. Berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal bagi peserta didik yang karena berbagai hal tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu pendidikan formal atau peserta didik memilih jalur pendidikan nonformal untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Jalur pendidikan nonformal dapat ditempuh dengan pelatihan kerja atau program magang. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditujukan untuk menciptakan manusia Indonesia yang sehat dan produktif. Hal ini dilakukan dengan peningkatan layanan kesehatan, perbaikan lingkungan hidup, peningkatan gizi, serta jaminan sosial yang memadai. c. Pengembangan karyawan Karyawan merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan produksi perusahaan. Oleh karena itu, kemampuannya harus terus ditingkatkan agar mencapai produktivitas tinggi. Caranya dapat dilakukan dengan pelatihan, seminar, dan peningkatan peran departemen sumber daya manusia dalam perusahaan. Peningkatan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja Upaya ini dilakukan dengan penyediaan alat perlengkapan keamanan kerja yang memadai, seperti helm pelindung, masker, serta asuransi kesehatan bagi karyawan. ( 9. Jelaskan berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang dihadapi Indonesia 1. Lapangan pekerjaan semakin sedikit 2. Tingginya jumlah penggangguran massal; 3. Rendahnya tingkat pendidikan; 4. Minimnya perlindungan hukum 5. Upah kurang layak

8 6. External factor (sepeti krisis global yang menurut beberapa ahli krisis ini masih terus terjadi hingga 2010) 7. Tidak memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi ( 10. Jelaskan berbagai usaha ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah Indonesia 1. Lapangan pekerjaan semakin sedikit 2. Tingginya jumlah penggangguran massal; 3. Rendahnya tingkat pendidikan; 4. Minimnya perlindungan hukum 5. Upah kurang layak 6. External factor (sepeti krisis global yang menurut beberapa ahli krisis ini masih terus terjadi hingga 2010) 7. Tidak memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi 1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya infali atau deflasi. Hal ini menggambarkan fungsi APBN,yaitu.. a. Alokasi d. stabilisasi b. Distribusi e. standardisasi c. Realokasi Baca juga : Contoh Soal Pendapatan Nasional Ekonomi 2. Pada penyusunan APBN,pemerintah menetapkan belanja negara lebih sedikit dari pada penerimaan negara. Dengan demikian,penyusunan APBN tersebut menerapkan kebijakan anggaran... a. Defisit d. Defisit dinamis b. Surplus e. Seimbang dinamis c. Berimbang 3. Komponen berikut yang termasuk sumber-sumber penerimaan negara adalah.. a. Retribusi dan cukai d. DAK dan pajak kendaraan bermotor b. DAU dan laba BUMN e. Pajak pertambahan nilai dan bea masuk c. DAK dan pendapatan migas Baca juga : Kumpulan soal masalah ketenagakerjaan 4. Alat ukur yang paling tepat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara disebut. a. Pemungutan pajak d. Kebijakan anggaran b. Pendapatan perseorangan e. APBN dan APBD

9 c. Pendapatan per kapita 5. Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain a. Dana perimbangan b. Dana alokasi khusus c. Dana bagi hasil d. Subsidi e. Dana alokasi umum Baca juga: Sejarah peradaban Inca 6. Retribusi termasuk ke dalam jenis a. Pajak langsung b. Iuran c. Sumbangan d. Hibah e. Pungutan resmi 7. Unsur-unsur pengeluaran anggaran belanja, yaitu: 1) Belanja barang 2) Cicilan utang 3) Pembelian kendaraan dinas 4) Bantuan proyek 5) Subsidi daerah otonom Hal yang termasuk pengeluaran rutin, yaitu a. 1,2 dan 3 b. 1,3 dan 4 c. 2,3 dan 4 d. 1,2 dan 5 e. 3,4 dan 5 8. Pendapatan daerah meliputi sumber-sumber berikut ini, kecuali a. Pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak dari retribusi daerah b. Penerimaan sumber daya alam c. Hasil perusahaan milik daerah d. Dana perimbangan e. Pinjaman daerah Baca Juga :Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia

10 9. Tujuan penyusunan APBN adalah... a. Memperbesar pendapatan dan pengeluaran negara dengan sebaik-baiknya b. Agar uang yang diterima negara dan bersumber dari pajak dapat digunakan sebaikbaiknya untuk tujuan pembangunan c. Agar penggunaan uang negara dapat digunakan sebaikbaiknya untuk tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat d. Agar penggunaan uang negara yang berasal dari tabungan dapat digunakan sebaik mungkin sesuai dengan undang-undang yang berlaku e. Mengatur sedemikian rupa sehingga penggajian dan pembiayaan yang dilakukan pemerintah lebih bermanfaat 10. Menurut pendapat penganut anggaran belanja berimbang dalam hal terpaksa terjadi ketidakstabilan ekonomi pada waktu depresi, anggaran yang dipakai adalah anggaran... a. Surplus d. Disesuaikan b. Defisit e. lebih c. Seimbang 11. Pada APBN, pajak yang diterima dapat disalurkan pada berbagai proyek pembangunan. APBN dalam hal ini menjalankan fungsi... a. Distribusi d. Pengembangan b. Stabilisasi e. alokasi c. Relokasi 12. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit ada kebaikanya, yaitu dapat... a. Memfungsikan uang menganggur b. Memperluas kesempatan kerja c. Menghemat pengeluaran negara d. Membiayai proyek-proyek yang beresiko tinggi e. Menekan laju inflasi 13. Yang bukan merupakan azas penyusunan APBN adalah... a. Penghematan b. Peningkatan efisiensi c. Pemasukan berdasar pengeluaran d. Manajemen prioritas pembangunan e. Kemandirian

11 14. Dana yang masuk ke kas negara yang berasal dari pungutan pajak digunakan untuk membangun sarana jalan tol. Fungsi pajak dalam hal ini adalah fungsi... a. Alokasi d. Pengembangan b. Stabilitas e. Pemerataan c. Distribusi 15. Berikut hal-hal yang berhubungan dengan APBN: 1. minyak bumi dan gas alam 2. pajak ekspor 3. subsidi daerah otonom 4. pajak penghasilan 5. gaji pegawai 6. bunga dan cicilan utang Yang merupakan sumber penerimaan negara adalah... a. 1, 2, 5 d. 2, 4, 6 b. 1, 3, 4 e. 2, 5, 6 c. 1, 2, Sebagai sumber pendapatan negara adalah... a. Pajak bumi dan bagunan b. Pajak penghasilan dan pajak barang mewah c. Bantuan program dan bantuan proyek d. Penerimaan negara dan penerimaan pembangunan e. Minyak bumi dan gas alam 17. Hal yang berhubungan dengan APBN: 1. pembiayaan pembangunan rupiah 2. pembiayaan proyek 3. dana perimbangan 4. dana alokasi umum 5. belanja pegawai 6. dana alokasi khusus Yang merupakan belanja/pengeluaran daerah adalah... a. 1, 3, 6 d. 3, 4,6 b. 1, 2, 5 e. 4, 5, 6 c. 2, 4, Bukan merupakan dampak APBN dalam kegiatan ekonomi... a. Berpengaruh negatip terhadap APBD b. Memperbaiki kestabilan ekonomi

12 c. Menimbulkan investasi masyarakat d. Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi e. Berperan meningkatkan kegiatan produksi 19. Sebagai dasar untuk menerima pendapatan dan melakukan belanja, merupakan salah satu fungsi APBN; yaitu fungsi... a. Perencanaan b. Otorisasi c. Pengawasan d. Alokasi e. Distribusi 20. Dana Perimbangan dalam APBN diantaranya adalah... a. Pajak daerah b. Hibah c. Dana bagi hasil d. Retribusi daerah e. Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah 21. Yang dikategorikan dalam PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah... a. Dana alokasi umum, hibah, pajak daerah b. Pajak daerah, pajak darurat, hibah c. Dana bagi hasil, pajak daerah, retribusi d. Retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan bunga e. Retribusi daerah, pajak daerah, dana darurat 22. Yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain... a. Retribusi dan cukai b. Dana Alokasi Umum dan BUMN c. Dana Alokasi Khusus dan pajak daerah d. Dana Alokasi Khusus dan migas e. Pajak Pertambahan Nilai dan Bea Masuk 23. Yang tidak termasuk pajak dalam negeri adalah... a. Pajak Pertambahan Nilai b. Pajak Bumi Bangunan c. Pajak Penghasilan d. Cukai e. Bea Masuk

13 24. Yang tidak termasuk unsur-unsur penerimaan negara adalah... a. Subsidi daerah otonom b. Laba BUMN c. Bea Masuk d. Pajak Ekspor e. Pajak Pertambahan Nilai 25. Berikut adalah sumber pendapatan daerah: 1. PAD 2. dana perimbangan 3. pendapatan hibah 4. dana darurat 5. pajak daerah Yang termasuk kelompok lain-lain pendapatan yang sah adalah... a. 1, 2 b. 2, 3 c. 3, 4 d. 4, 5 e. 3, 5

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya 1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya infali atau deflasi. Hal ini menggambarkan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Perekonomian Indonesia Konsep Ketenagakerjaan Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Definisi Ketenagakerjaan Menurut

Lebih terperinci

A. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk

A. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 8. Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara MajuLatihan Soal 8.1 1. Pengangguran yang terjadi karena ketidaksesuaian antara jenis pekerjaan yang tersedia dengan kemampuan yang

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan

Lebih terperinci

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara Keuangan Negara dan Perpajakan Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA SUMBER PENERIMAAN Pajak Retribusi Keuntungan BUMN/BUMD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

Lebih terperinci

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A RU RRY A NDRYA NDA S T I A B A N T E N 2 0 1 6 1 APARATUR NEGARA Negara memerlukan dana yang cukup untuk membiayai pengeluarannya, baik yang sifatnya rutin maupun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

SOAL APBN DAN PAJAK MONETER

SOAL APBN DAN PAJAK MONETER SOAL APBN DAN PAJAK MONETER 1. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun 2005 diatur berdasarkan. a. UUD 1945 pasal 23 b. UUD 1945 pasal 33 c. UU No. 17 tahun 2003 d. UU RI No. 16 tahun 1994

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

ekonomi KETENAGAKERJAAN Tujuan Pembelajaran

ekonomi KETENAGAKERJAAN Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI KETENAGAKERJAAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian ketenagakerjaan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang

Lebih terperinci

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1 LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-02-04 Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO

PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO PENERIMAAN NEGARA Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari APBN Sumber-sumber Penerimaan Negara Jenis-jenis Penerimaan Negara Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah diperlukan penerimaan keuangan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Kebijakan Fiskal dan APBN Suzan Bernadetha Stephani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id kebijakan fiskal adalah kebijakan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Fiscal Stress Ada beberapa definisi yang digunakan dalam beberapa literature. Fiscal stress terjadi ketika pendapatan pemerintah daerah mengalami penurunan

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-2

TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-2 MUHAMMADIYAH MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA SMA MUHAMMADIYAH 2 TERAKREDITASI A Alamat: Jl. Kapas No. 7 Telp. 542937 Fax. 562545 Yogyakarta 55166 TRY

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2015 TANGGAL : 24 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan perekonomian.

Lebih terperinci

Seri Pengembangan Bahan Ajar Pendekatan Saintifik

Seri Pengembangan Bahan Ajar Pendekatan Saintifik Seri Pengembangan Bahan Ajar Pendekatan Saintifik [Type text] Untuk SMA/MA Kelas XI Ekonomi 2 Page Assalamu alaikum Wr, Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan modul Akuntansi

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK 4 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN ILIR NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 URAIAN JUMLAH (Rp) 2008 2007 ASET ASET LANCAR Kas 5.252.211.953,56 53.229.664.501,08

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL. 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000 I. UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan informasi yang penting untuk membuat perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK Lampiran 2 (dalam rupiah) Pemerintah Kabupaten Gresik Laporan Realisasi Anggaran (APBD) Tahun Anggaran 2011 Uraian Anggaran 2011 Realisasi 2011 Pendapatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU No Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESEMPATAN KERJA

BAB V KESEMPATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB V KESEMPATAN KERJA Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 43 Lampiran 1 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi I PENDAPATAN DAERAH 1.142.122.565.100 1.153.474.367.884

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 A. NERACA Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 2011 PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 (Dalam Rupiah) ASET ASET LANCAR Kas Kas di Kas Daerah 1.506.460.908.360,30

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 Laporan Pemerintah Aceh Tahun 212 A. NERACA PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 212 dan 211 (Dalam Rupiah) URAIAN TAHUN 212 TAHUN 211 ASET ASET LANCAR Kas Kas di Kas Daerah 1,931,325,183,1.75 1,56,46,98,36.3

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

JUMLAH ASET LANCAR , ,94 A. Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 21 PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 21 dan 29 (Dalam Rupiah) URAIAN TAHUN 21 TAHUN 29 (1) (3) (4) ASET ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Kapasitas keuangan Daerah akan menentukan kemampuan pemerintah Daerah dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, berilah tanda (X)

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, berilah tanda (X) PAKET B Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, berilah tanda (X) 1. Fungsi Permintaan Qd = -5P + 1700 harga maksimal terjadi pada harga... A. 8500 B. 1700 C. 340 D. 300 E. 5 2. Negara B memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN B A B III 1 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2010-2015 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Data realisasi keuangan daerah Kabupaten Rembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era reformasi seperti saat ini sangat penting diberlakukannya otonomi daerah untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah agar dapat lebih meningkatkan

Lebih terperinci

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan Penjelasan UU No.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan Pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan Pendapatan 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga jumlah kendaraan bermotor Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengelola sendiri pengelolaan pemerintahannya.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Berbagai tekanan ekonomi baik internal maupun eksternal, yang

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA AMBON LAPORAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DECEMBER DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN (%) 2014 1 PENDAPATAN 1.007.282.959.996,00 552.891.836.548,83

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

Makalah Penerimaan Negara

Makalah Penerimaan Negara Makalah Penerimaan Negara Disusun Oleh: Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III Latar

Lebih terperinci

BAB 7 APBN/APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL

BAB 7 APBN/APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL BAB 7 APBN/APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL A. APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berarti suatu daftar yang memuat perincian sumbersumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran/pembelanjaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Darise ( 2007 : 43 ), Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah pendapatan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci