3. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir kabupaten Tangerang, yang panjang pantainya mencapai 38,6 km. Area pengambilan contoh terletak antara Tanjung Anom (Kecamatan Mauk, Tangerang) dengan Tenjo Ayu (Kecamatan Tanara, Serang). Panjang pantai yang menjadi area penelitian mencapai 4 km yang terbagi atas 6 area (sejajar pantai) dan 3 kedalaman (tegak lurus pantai) seperti Gambar 5. Gambar 5. Lokasi Penelitian di Teluk Kronjo Penelitian pendahuluan dilaksanakan antara April 2007-Februari 2008, sedangkan penelitian utama dilaksanakan Maret 2008 September Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu 1) penelitian distribusi dan estimasi potensi 2) penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B) dan daya dukung untuk merumuskan pengelolaan. Pengumpulan data penelitian potensi dan distribusi dilakukan selama 3 bulan (Maret-Mei 2008) dengan interval 1 bulan. Penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap selama 1 bulan (April 2008) dengan interval 2 minggu serta penelitian

2 28 daya dukung pembentukan biomas dan lama waktu pulih selama 3 bulan (Mei-Juli 2008) dengan interval waktu pengamatan 2 minggu. Contoh simping dikumpulkan di setiap area dan zona, kemudian dianalisis di Lab Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Data yang dikumpulkan dikelompokkan menurut zona (kedalaman perairan). Zona ditetapkan atas pertimbangan dari tingkat kelimpahan simping. Dari penelitian pendahuluan diketahui bahwa kelimpahan simping pada zona penangkapan 0-3 meter, 3-6 meter dan lebih dari 6 meter berbeda. Terutama antara zona kedalaman 0-6 meter dengan kedalaman lebih dari 6 meter. Perbedaan ini kemudian dijadikan dasar untuk menganalisis kemudian menyimpulkan hasil penelitian ini Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari 1) distribusi kelimpahan estimasi potensi, 2) tingkat intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B), daya dukung dan strategi pengelolaan. Distribusi simping ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan dan tingkat masukan bahan pencemar, kedalaman dan suhu perairan. Masukan bahan pencemar diantaranya adalah bahan antropogenik seperti pencemar fisik, kimia dan substrat. Hasil tangkap optimal perlu dievaluasi untuk melihat hasil maksimum berkelanjutan. Jumlah tangkap optimal ditentukan oleh struktur stok di daerah menjadi target ekspliotasi, intensitas tangkapan aktual dan intensitas tangkapan. Untuk mengatur tangkapan optimal, maka perlu diatur pola dan manajemen penangkapan dengan mengatur teknologi penangkapan, dan jumlah rumah tangga penangkapan yang sesuai dengan jumlah stok yang tersedia. Pertumbuhan sebagai indikator daya pulih sangat diperlukan terutama dalam mengevaluasi stok yang telah tereksploitasi. Tingkat beban eksploitasi sangat menentukan pada kemampuan tumbuh simping. Pengaturan tingkat tumbuh dan pemanfaatan diperlukan untuk melihat kemantapan populasi diperairan untuk hidup dan berkembang, sehingga stok selalu tersedia. Indikasinya adalah tingkat daya dukung yang sesuai dengan pemanfaatan. Strategi pengelolaan dirumuskan

3 29 atas dasar pertimbangan ketiga aspek diatas. Ruang lingkup penelitian ini seperti dijelaskan pada Gambar 6.

4 30 Gambar 6. Lingkup Rencana Penelitian Tingkat Daya Dukung dan Eksploitasi

5 Rencana Penelitian Distribusi dan Potensi Stok Simping 1. Tujuan Mengetahui tingkat perbedaan struktur kelimpahan (spat, muda, dewasa) pada sub kedalaman (zona I (kedalaman 0-3 m), zona II (kedalaman 3-6 m) dan zona III ( kedalamana > 6 m). Area tersebut mulai Tanjung Anom kecamatan Mauk sampai Tenjo Ayu kecamatan Tanara. 2. Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode deskripsi survei yang dilakukan atas dasar pendekatan kedalaman dengan lebar antar area sampling sejauh minimal 500 meter sebanyak 6 jalur untuk melihat kelimpahan struktur stok (spat, muda, dewasa). 3. Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh dilakukan dengan pendekatan penyebaran area geografi dan kedalaman. Area tersebut dibagi 10 jalur, dari 10 jalur diambil 6 secara acak sederhana. Setiap jalur ditetapkan 3 sub kedalaman sebagai area pengambilan contoh. Kemudian setiap area pengambilan contoh ditetapkan secara acak 3 titik sampling. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah jumlah simping dalam setiap kali pengambilan contoh serta data kualitas air. Contoh simping diambil menggunakan alat garok yang dioperasikan didasar perairan (Gambar 6). Bukaan alat tangkap garok tersebut berukuran panjang 1,5 m dan lebar 0,4 m (0,6 m 2 ) dengan panjang kantong 2 meter dan mesh zise jaring 3 cm (1,3 inc). Stadia spat, muda dan dewasa tertangkap dengan alat garok. Namun untuk mengantisipasi spat yang lebih kecil dari 3 cm lepas lolos ke perairan, maka pada alat garok ditambah alat jaring yang di gunakan untuk menyaring spat yang lolos dari kantong garok. Jaring yang dipasang memiliki bukaan jaring yang Pengumpulan stadia spat dengan menggunakan alat jaring tambahan ini berukuran luas 0,1256 m 2.

6 32 Gambar 7. Pengambilan kerang simping dengan garok dan jaring spat Satuan Pengambilan Contoh Satuan pengambilan contoh sebagai penentu kelimpahan simping ditetapkan 15 m2 yaitu panjang garok (1,5 m) dikali jarak tarikan sejauh (10 m) ditambah alat jaring spat yang berdiameter 40 cm dengan total bukaan mulut jaring 0,1256 m2 dikali dengan jarak tarikan (15 m). Seluruh jumlah stadia simping yang tertangkap dari satuan tarikan dijadikan contoh untuk dihitung sebagai kelimpahan. Penelitian ini dilakukan secara langsung dilapangan, dengan meminjam peralatan nelayan. Waktu Penelitian Pengambilan contoh simping di area yang ditentukan dilakukan setiap 1 bulan sebanyak 3 kali pengambilan. Variable Variable yang diukur adalah jumlah dan bobot dari setiap stadia simping yaitu (spat, muda dan dewasa). Variable kerja Variable kerja yaitu kelimpahan dan biomas. Kelimpahan ditentukan dari jumlah stadia dari satuan tangkapan dalam suatu area penelitian. Biomas ditentukan dari jumlah stadia simping dikali rataan bobot per stadia pada area tersebut (Edmondson and Winberg, 1971). 1. Kelimpahan A N L...(1) keterangan; A = Kelimpahan dalam satuan ind.m-2 N = Jumlah populasi dalam satuan ind L = Luas area sapuan dalam satuan m2

7 33 2. Biomas B N. W...(2) Dimana: B = Biomas (gr. m -2 ) N = Jumlah (m -2 ) W = Bobot rata-rata (gr) Kelimpahan dan biomas selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan ditampilkan secara spatial berdasarkan perbedaan tingkat kelimpahan dan biomas. Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan selang kepercayaan dari hasil kelimpahan dan biomas tiap zona dan area dari setiap stadia selama penelitian. 5. Metode dan Teknik Pengukuran Metode dan teknik pengukuran data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data distribusi No Jenis Data Satuan Alat Metode A Parameter Fisik 1 Suhu o C Thermometer Insitu Celcius 2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik 6 Kecerahan Cm Sechidisk In situ B Parameter Kimia 4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K 2 Cr 2 O 7 5 Salinitas Promil Refraktometer Insitu 3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri 7 Nitrat (NO 3 ) mg/l Spektrofotmeter Neisler 8 Phosfat (PO 4 ) mg/l Spektrofotometer Stanum 9 Sediment % Dredge Penyaringan dan Penimbangan C Biologi 1 Kelimpahan Ind Garok Penghitungan langsung 2 Bobot Gram Garok Penimbangan 6. Pengolahan Data Kualitas Air Data kualitas air diolah dengan menggunakan tabulasi atas dasar pendekatan zona (kedalaman) dari setiap parameter di area penelitian.

8 34 Biota Simping Data biota yang diolah dikumpulkan atas dasar sub kedalaman dari enam area. Data total simping setiap stadia dan atau tiap stadia dikumpulkan atas dasar sub kedalaman (0-3 m, 3-6 m, dan > 6 m) dari 6 area yang telah ditetapkan. 7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisis Data - Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan rataan dan deviasi (Walpole, 1992), serta ambang batas dan ambang bawah dari setiap parameter. Selain itu juga dilakukan perbandingan terhadap baku mutu untuk kegiatan budidaya biota laut. - Analisis varian dari jumlah, berat dan biomas antar area dan antar kedalaman dari setiap stadia (Walpole, 1992), - Analisis confidence interval (CI) dari nilai rataan kelimpahan untuk melihat pengelompokkan kelimpahan simping. Pengelompokkan dibagi atas 3 kategori yaitu kelimpahan tinggi, sedang dan rendah. Kelimpahan tinggi dengan tingkat kelimpahan (> + 0,5 CI), kelimpahan sedang ( + 0,5 CI> X > + 0,5 CI), serta kelimpahan rendah dengan kategori (< + 0,5 CI). Pengambilan Keputusan Kesimpulan ditentukan atas dasar hasil analisis statistik anova dan diinterpretasi tingkat kelimpahan potensi dan biomas stok simping. Hasil tersebut dijadikan dasar penentuan tingkat sebaran pada suatu area/jalur yang tingkat kelimpahan/biomas tinggi, sedang dan rendah. Hasil analisis kualitas perairan yang dibandingkan dengan baku mutu untuk dijadikan sebagai dasar untuk penentuan pengambilan keputusan dari tingkat cemaran perairan. Sedangkan pola distribusi di evaluasi dari pola pengelompokkan di tiap zona, kemudian ditampilkan dalam plot spasial, sehingga dapat diketahui area dan zona untuk masing-masing kategori kelimpahan.

9 Intensitas dan Hasil Tangkap 1. Tujuan 1) Mengetahui tingkat intensitas penangkapan di setiap sub kedalaman dari berbagai jalur penangkapan. 2) Menentukan hasil tangkapan peroperasi, hasil tangkap per trip menurut operasi standar dan operasi nelayan pada sub kedalaman dan berbagai jalur/area penangkapan. 2. Metode 1) Metode survei terhadap intensitas dan hasil tangkapan di setiap sub kedalaman (zona) dari 4 jalur yang diamati. 2) Survei terhadap kemampuan dan keberhasilan nelayan tangkap simping melalui teknik komunikasi interview. 3. Metode Pengambilan Contoh 1) Pengumpulan data intensitas dan hasil tangkapan serta potensi stok sebelum penangkapan dilakukan atas dasar pendekatan selected (stratified random sampling) terhadap zona atau kedalaman perairan. 2) Setiap jalur terpilih tersebut dilakukan survei pengumpulan data intensitas dan keberhasilan tangkap dari setiap sub kedalaman dengan 3 ulangan. 3) Responden dipilih atas dasar pendekatan sistematik sampling sebanyak 9 orang dari 45 nelayan. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan yaitu 1. Stok simping sebelum dieksploitasi (stok pada operasi standar) 2. Intensitas dan hasil tangkapan (data alat garok dan jaring dan data nelayan) 3. Interval waktu kedatangan (IWK). Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei terhadap kelimpahan stok, hasil tangkapan, intensitas yang dilakukan oleh nelayan. Survei dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan operasional nelayan mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai penjualan pada tingkat pengumpul. Survei tersebut dilakukan mengacu pada pedoman lokasi sampling yang telah ditetapkan pada bagian metode sampling. Setiap jalur ditetapkan 2 kali

10 36 sampling dengan 3 ulangan pada tiga kedalaman, sehingga total contoh tiap satu jalur berjumlah 18 contoh. Satuan Pengambilan Contoh Satuan pengukuran usaha ditetapkan sebesar 10 x 10 = 100 m 2. Luas operasional penangkapan nelayan dibandingkan dengan satuan pengukuran usaha yang dapat dinyatakan sebagai satu intensitas usaha. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah penelitian distribusi dan potensi stok (kelimpahan). Penelitian dilakukan minimal 2 kali disesuaikan dengan keberadaan stok dan keberhasilan penangkapan. Pengumpulan data dari responden nelayan dilakukan secara perseorangan 1 kali interview pada 9 orang responden yang terlibat aktive dalam penangkapan simping. Variabel 1) Kelimpahan stok dari hasil tangkapan sebelum nelayan melakukan penangkapan persatuan penelitian (100 m 2 ). 2) Luas area penangkapan (m 2 ) berikut hasil tangkapan nelayan setiap kali operasional (intensitas tangkap). 3) Total area penangkapan (m 2 ) dan hasil tangkapan nelayan selama kegiatan penangkapan (dalam sehari). 4) Interval waktu kedatangan nelayan kelokasi penangkapan yang sama (IWK). 5) Variabel Informasi dari hasil interview mencakup identitas nelayan, rencana penangkapan, operasional penangkapan, keberhasilan penangkapan dan keberhasilan usaha penangkapan simping. Variabel Kerja 1) Kelimpahan standar yaitu kelimpahan dibagi dengan luas standar pengukuran usaha (100 m 2 ) dari setiap jalur dan kedalaman. 2) Intensitas total yaitu luas operasional dibagi luas satuan usaha (100 m 2 ). 3) Total hasil tangkapan yaitu jumlah hasil tangkapan dari tiap operasi dan trip tangkapan di setiap jalur dan kedalaman. 4) Jumlah lama hari area di tinggal, untuk kemudian didatangi dan ditangkap kembali.

11 37 5) Analisis kelayakan usaha yaitu tingkat keberhasilan usaha penangkapan simping yang diperoleh dari proses produksi. 5. Metode dan Teknik Pengukuran Metode dan teknik pengukuran intensitas penangkapan dilakukan secara langsung dan wawancara yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data intensitas No Jenis Data Satuan Alat Metode A Survei 1 Jumlah Ind. m -2 Counter Penghitungan Langsung 2 Bobot Gran Timbangan Penimbangan 3 Luas area sampling m 2 Meteran/GPS Pengukuran B Operasional Nelayan 1 Jumlah hasil tangkap Individu Counter Pengukuran langsung 2 Bobot hasil tangkapan Gram Timbangan Penimbangan langsung 3 Luas area tangkapan m 2 Meteran/GPS Pengamatan langsung 4 Interval kedatangan hari Kuisioner Interview C Kuisioner Nelayan 1 Informasi kegiatan - Kuisioner Interview operasional nelayan 6. Pengolahan Data Data dari hasil tangkapan (Y), intensitas (X 1 ) dan kelimpahan stok awal (X 2 ) di tata berdasarkan zona (kedalaman) dengan tabulasi. Data aktivitas usaha nelayan ditata menurut kelompok aktivitas dalam tabulasi usaha. 7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data 1. Intensitas tangkap per tarikan Intensitas tangkap per tarikan yaitu perbandingan antara luas area tangkap nelayan (Ao) dibagi dengan luas area standar (As) yaitu sebagai berikut. INT = Ao/As...(3) Keterangan INT = Intensitas tangkap Ao = Area operasi nelayan As = Area operasi standar

12 38 2. Intensitas penangkapan pertrip Intensitas penangkapan per trip adalah jumlah intensitas penangkapan per tarikan dikali dengan jumlah tarikan. IPP INT t n i 1 T IPPt = Intensitas penangkapan per trip INT = Intensitas tangkap T = Jumlah tarikan di tiap zona (kali)...(4) 3. Hasil tangkap per penarikan alat Hasil tangkap per penarikan alat oleh nelayan dari operasi nelayan adalah jumlah yang diperoleh setiap penarikan alat. Sedangkan hasil tangkapan per trip yaitu jumlah total dari hasil tangkapan dari setiap intensitas usaha yang diberikan sebagai berikut. HTT n i 1 HPP o HTT = Hasil tangkapan per trip (gr.trip -1 ) HPPO = Hasil tangkapan pada operasi standar (100 m)...(5) 4. Beban Penangkapan dan Efektivitas Alat Analisa beban penangkapan untuk melihat tingkat intensitas yang menyebabkan stok menjadi kritis di lakukan dengan mengevaluasi perubahan biomas aktual akibat penangkapan. terhadap biomas mengikuti pola sebagai berikut B B1 B2 B B 1 2 N. W ( b / t) /( HPPo/ t) Formulasi analisa tekanan penangkapan...(6) ΔB = Perubahan biomas setelah penangkapan (gr.m -2 ) B1 = Biomas aktual (gr.m -2 ) B2 = Biomas eksploitasi (gr.m -2 ) b = Laju penurunan tangkap t = Waktu eksploitasi (hr)

13 39 Sedangkan efektivitas alat yang tingkat kemampuan alat dalam menghasilkan tangkapan terhadap hasil tangkap rata-rata alat. Efektivitas dinilai untuk mengetahui tingkat tekanan terhadap stok diperairan dengan formulasi sebagai berikut. e HPP i...(7) HPP E = efektivitas alat tangakap HPPi = Hasil tangkap per tarikan di zona ke i (gr/tarikan) HPP = Hasil tangkap per tarikan rata-rata (gr/tarikan) Tingkat eefektivitas alat di evaluasi dari nilai yang diperoleh yaitu dengan kriteria sebagai berikut. e < 1 alat tidak efektive e = 1 alat efektif e > 1 alat sangat efektive Hasil dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ada, sehingga dapat di ketahui kondisi yang sesungguhnya dari penggunaan alat tangkap. 5. Analisa usaha Analisa usaha penangkapan simping dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkapan simping masih dapat memberikan keuntungan atau tidak. Untuk itu beberapa parameter analisa usaha seperti penerimaan, pengeluaran, keuntungan, R/C rasio dan B/C rasio. - Penerimaan, yaitu jumlah hasil yang diperoleh hasil penangkapan dengan harga setiap kilogram simping (Umar, 2003). TR = P x Q...(8) TR = Total revenue (penerimaan total (Rp)) P = Harga simping (Rp) Q = Jumlah kuantitas produksi simping (kg) - Faktor total pembiayaan meliputi biaya tetap (fix cost) atau FC dan biaya yang diperlukan untuk operasional biaya variabel (VC) sebagai berikut (Umar, 2003).

14 40 TC = FC + VC...(9) TC = Biaya total (rp) FC = Biaya tetap (rp) VC = Biaya tidak tetap tiap operasi (rp) - Keuntungan yaitu selisih dari nilai penerimaan dengan nilai permodalan operasi penangkapan yaitu (Umar, 2003). = TR TC...(10) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) = Keuntungan dalam setiap operasi (Rp) - Break Event Point (BEP) Break event point (BEP) dilakukan untuk mengetahui keuntungan mulai diperoleh. BEP dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu pendekatan nilai produksi (BEP harga) dan pendekatan kuantitas produksi (BEP Prod). BEP untuk nilai produksi (BEP harga) (Umar, 2003) yaitu BEP Rp Fc Vc Q...(11) BEP untuk kuantitas produksi (BEP prod) yaitu BEP q Fc Vc P...(12) Fc = Biaya Tetap (Fix Cost) (Rp) Vc = Biaya tidak tetap (Variable cost) (Rp) Q = Produksi (kg) P = Unit penjualan (Rp) - R/C R/C yaitu rasio dari total revenua terhadap total cost. Sedangkan PP yaitu rasio dari TC (atau disebut juga investasi total) terhadap keuntungan yang diperoleh Analisa Statistik Analisis statistik untuk melihat perbedaan hasil tangkap antar zona dengan analisa anova satu arah (one way anova).

15 41 Pengambilan Keputusan Intensitas penangkapan ditentukan rasio operasional nelayan dibagi dengan operasi standar. Jika rasionya lebih dari 1 penangkapan intensif, dan jika rasionnya kurang dari 1 tidak intensif. Usaha penangkapan simping ditentukan layak apabila tingkat produksi masih sesuai dengan potensi lestari dan tingkat pengembalian modal usaha Kemampuan Pulih dan Daya Dukung Simping 1. Tujuan Mengetahui potensi pertumbuhan biomas setiap stadia simping yang tereksploitasi sebagai dasar penentuan estimasi lama waktu pulih kembali (P/B) dan daya dukung pembentukan biomas simping. 2. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metoda deskripsi survei terhadap perubahan pertumbuhan biomasa yang tereksploitasi. Potensi pertumbuhan biomas dilakukan terhadap tiga kedalaman. Potensi pertumbuhan biomas dari setiap stadia dilakukan dengan pendekatan kurva Allen dari Ricker (1975). 3. Metode Pengambilan Contoh Estimasi terhadap kelimpahan (N) dan rataan berat (W) dilakukan terhadap tiga tingkat sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Di setiap kelimpahan stok dipantau setiap 2 minggu sekali sebanyak 6 kali. Setiap kedatangan dilakukan 3 kali ulangan. Penentuan lokasi di setiap tingkat kelimpahan dilakukan secara random pada lokasi yang dipilih. Penentuan pertumbuhan biomas simping dilakukan atas dasar stratified random sampling pada tiga sub kedalaman 0-3, 3-6 dan > 6 meter. 4. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer mengenai kelimpahan, rataan berat di setiap stadia simping (spat, muda dan dewasa). Pengumpulan data dilakukan melalui penangkapan contoh stadia simping dengan mempergunakan alat tangkap garok berukuran 100 m 2, sebagai satuan pengambilan contoh.

16 42 Variabel 1. Kelimpahan setiap stadia 2. Berat rataan (W) setiap stadia 3. Waktu pengamatan Variabel Kerja Variabel kerja untuk mengevaluasi pertumbuhan produktivitas, biomas, kemampuan pulih dan waktu pulih menurut Downing and Rigler, (1984) yaitu; 1. Biomas 2. Mortalitas dan pertumbuhan 3. Produktivitas 4. Pertumbuhan 5. Total produktivitas selama periode waktu tertentu (waktu monitoring/eksploitasi) dari proses pertumbuhan setiap stadia (TP). 6. Lama waktu pulih 7. Kemantapan stok (KS) 8. Degradasi stok akibat penangkapan 9. Frekuensi penangkapan hingga mencapai kritis 5. Metode dan Teknik Pengukuran Tabel 3. Metode dan teknik pengukuran parameter yang diamati disajikan pada Tabel 3. Jenis, data, alat dan metode pengumpulan data kemampuan pulih No Parameter Satuan Alat Metode A Kualitas Air 1 Suhu o C Thermometer Celcius Insitu 2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik 3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri 4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K 2 Cr 2 O 7 5 Salinitas promil Refraktometer Insitu 6 Kecerahan cm Sechidisk In situ 7 Redox Potensial mg/l Redoxmeter In situ B Biologi 8 Kelimpahan ind Counter Pernghitungan 9 Berat rataan Gram Timbangan Penimbangan 6. Pengolahan Data Data kelimpahan dan rataan berat (W) ditabulasi menurut tiga sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Pengolahan data dilakukan setiap waktu pengambilan contoh, sehingga diperoleh informasi tentang perubahan setiap waktu pengambilan contoh.

17 43 7. Analisa data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data 1. Analisa pertumbuhan biomasa dan kematian yaitu (Ricker, 1975) B N W...(13) Keterangan B = Biomasa rataan (gr.m -2 ) N = Jumlah individu (ind.m -2 ) W = Rata-rata berat stadia (gr) 2. Analisa laju pertumbuhan sesaat dan laju mortalitas sebagai berikut g lnw2 lnw1 t...(14) ln N 2 ln N t z 1...(15) g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total W 2 = berat diwaktu t 2 (gr atau kg) W 1 = berat waktu t 1 3. Analisa laju pertumbuhan total berbetuk eksponensial dari koefisien tumbuh dan mortalitas jika nilai g lebih besar (g > z) yaitu sebagai berikut (Edmonson and Winberg, 1971). ( g z) G e 1...(16) namun jika nilai g lebih kecil dari z (g<z), persamaanya adalah sebagai berikut G ( g z) 1 e...(17) Keterangan g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total e= fungsi eksponensial 4. Produktivitas atau dikenal juga dengan pertumbuhan biomas yaitu biomas dikali dengan laju pertumbuhan total sebagai berikut (Ricker, 1975) sebagai berikut. P B G...(18) Keterangan P = Produktivitas/pertumbuhan biomas (gr.m -2.hr -1 ) B = Biomas (gr.m -2 ) G = Koefisien pertumbuhan total

18 44 5. Produktivitas total atau daya dukung area monitoring yaitu total produksi biomas yang bisa dihasilkan setelah ditinggal selama waktu tertentu (monitoring) yaitu selama 14 hari (Edmonson and Winber, 1971). TP m P dt m...(19) Sedangkan daya dukung area eksploitasi (TPe) atau total produksi biomas yang bisa dihasilkan pada area eksploitasi nelayan setelah ditinggal selama selama 6,5 hari (IWK) sebagai berikut (Edmonson and Winber, 1971). TP P e dt e...(20) TP m = Total produksi biomas monitoring (gr.m -2.hr -1 ) TPe= Total produksi biomas eksploitasi (gr.m -2.hr -1 ) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) dtm = interval waktu monitoring (hari), dte = interval waktu eksploitasi (hari) 6. Daya dukung area operasional (DAO) yaitu kemampuan tumbuh biomas (produktivitas) dalam satuan luas tertentu selama waktu di tinggal (Edmonson and Winber, 1971). DAO Ao Tu P...(21) DAO= Daya dukung pembentukan biomasa dalam area operasional (gr) Ao = Luas area operasional (m 2 ) Tu = Lama waktu tidak dieksploitasi (hari) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) 7. Lama waktu pulih yaitu lama waktu yang diperlukan oleh simping untuk menjadi biomas dia saat ditangkap pertama kalinya (Edmonson and Winber, 1971). WPm / e) B( m/ e) / P (....(22) WP (m/e) = Waktu pulih (hari) B (m/e) = Total produksi biomas setelah ditinggal selama waktu monitoring (gr.m -2 ) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) 8. Untuk mengukur tingkat pemanfataan sumberdaya simping dilakukan dengan mengetahui tingkat kemantapan stok. Kemantapan stok yaitu selisih antara total produksi eksploitasi (TPe) dengan hasil tangkap per operasi standar (HPPS) sebagai berikut.

19 45 KS TPe HPPs...(23) KS = Kemantapan stok TPe = Total produksi biomas yang dieksploitasi HPPs (F) = Hasil tangkap per trip standar/operasional Kemantapan stok dilihat dari hasil yang diperoleh dengan mempertimbangkan kriteria berikut yaitu jika TPe > HPPS : maka KS bernilai positif, kondisi stok mantap akan meningkat TPe = HPPS: maka KS akan sama dengan O, kondisi stok tetap, dimana produksi sama dengan eksploitasi. TPe < HPPS: maka KS akan bernilai negative, stok kritis kemantapan stok akan mengalami penurunan. 9. Biomas akhir biomas stok yaitu stok yang tersedia diperairan setelah tumbuh dan eksploitasi sebagai berikut Bt2 Bt1 ( TPe HPPs)...(24) Keterangan Bt 2 = Total biomas stok setelah eksploitasi (gr.m -2 ) Bt 1 = Total biomas stok sebelum eksploitasi (standing stok) (gr.m -2 ) Nilai Bt 2 menunjukkan ada tidaknya ancaman terhadap keberadaan stok di perairan setelah proses eksploitasi berlangsung. Kondisi stok di perairan setelah tumbuh dan eksploitasi dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut. Kriteria Bt 2 > Bt 1 = Stok mantap dan berkelanjutan Bt 2 = Bt 1 = Stok tetap dan eksploitasi dan produksi seimbang Bt 2 < Bt 1 = Terjadi eksploitasi berlebih 10. Biomas eliminasi yaitu jumlah biomas yang tersisa baik positif (sisainya lebih rendah dari kemantapan stok) atau negative setelah eksploitasi (lebih besar dari kemantapan stok). Biomas ini dapat berasal dari berbagai factor linkungan seperti pengaruh oseanografi. Biomas eliminasi di turunkan dari model yang disampaikan Russel yaitu S2 S1 ( R G) ( F M ) Untuk model biomas yang mengalami eliminasi, maka sesungguhnya model tersebut menjadi B B ( B B ) ( B B ) ( B 2 1 r g f m e ), selanjutnya

20 46 Be B B ( B B ) ( B B 1 2 r g f m ) Dalam kasus usaha penangkapan simping, bahwa setiap stadia tertangkap, baik spat, muda dan dewasa, maka dapat disampaikan bahwa Br 0 dan perubahan dominan karena pertumbuhan. Maka dengan demikan selanjutnya biomas eliminasi dirumuskan sebagai berikut Be B B ( B g B )...(25) 1 2 f Be= Biomas eliminasi (gr) B 1 = Biomas pada t 1 B 2 = Biomas pada t 2 (setelah ada biomas tumbuh dan penangkapan) Bg = Biomas yang tumbuh (TP) Bf = Biomas yang tertangkap (HPP) Br = Biomas rekruit Analisa Statistik Hasil tangkapan dengan frekuensi tangkapan sehingga stok menjadi kritis dengan menggunakan regresi linier sederhana, dimana x adalah frekuensi penangkapan (kali) dan y adalah produksi (gr). Hasil regresi yang diperoleh selanjutnya diuji untuk melihat perbedaan tingkat pencapaian kritis di masingmasing zona dengan analisa covarian. Analisa anova satu arah digunakan untuk melihat perbedaan produksi antar zona penelitian. Analisa untuk menentukan pertumbuhan biomas digunakan analisa regresi biomas dan individu setiap zona dan area Analisa simulasi yaitu kemampuan pulih dari waktu ke waktu untuk menentukan masa tumbuh dan masa eksploitasi yang seimbang. Pengambilan Keputusan Dari tiap segmen ditentukan tingkat eksploitasi yang tidak melebih daya pulih stok dan daya dukung. Stok yang kritis harus dapat ditentukan tingkat eksploitasi serta perlindungan yang tepat.

8. PEMBAHASAN Habitat Simping

8. PEMBAHASAN Habitat Simping 8. PEMBAHASAN 8.1. Habitat Simping Habitat simping diperairan terdapat habitat bagi peluang dan pembentukan stok simping. Kesesuaian habitat terhadap perkembangan simping tercermin dari perubahan distribusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Simping adalah kelompok moluska laut (bivalvia) yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan tersebut di antaranya sebagai sumber makanan, maupun bahan baku

Lebih terperinci

7. PRODUKSI DAN PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP SIMPING

7. PRODUKSI DAN PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP SIMPING 103 7. PRODUKSI DAN PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP SIMPING 7.1. Intensitas Usaha Penangkapan Intensitas usaha penangkapan yaitu jumlah RTP yang beroperasi per hari di perairan Kronjo. Intensitas tangkapan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

4. KONDISI HABITAT SIMPING

4. KONDISI HABITAT SIMPING 4. KONDISI HABITAT SIMPING Kualitas habitat merupakan tempat atau keadaan dimana simping dalam melakukan proses-proses metabolisme, pertumbuhan, sampai produksi. Proses biologi tersebut ditentukan oleh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2011 sampai 18 Desember 2011 selama 42 hari masa pemeliharaan di Tambak Balai Layanan Usaha Produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu Kecamatan Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Studi pendahuluan dilaksanakan pada Bulan September 007 untuk survey

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian berlokasi di Sungai Way Sekampung, Metro Kibang,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu Bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. Pengambilan data primer yaitu pada

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di daerah Teluk Hurun, Lampung. Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung yang terletak di Desa Hanura Kec. Padang Cermin Kabupaten

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi perairan pesisir Banten yaitu perairan PLTU-Labuan Teluk Lada dan Teluk Banten Bojonegara, Provinsi Banten.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODOLOGI PENELITAN 3. METODOLOGI PENELITAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij II. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu penelitian dimulai dari April

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan. 3. METODOLOGI 3.1. Rancangan penelitian Penelitian yang dilakukan berupa percobaan lapangan dan laboratorium yang dirancang sesuai tujuan penelitian, yaitu mengkaji struktur komunitas makrozoobenthos yang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 17 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008-Mei 2009 di Lokasi Rehabilitasi Lamun PKSPL-IPB Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai dinamika stok ikan peperek (Leiognathus spp.) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode transek. Pengambilan sampel menggunakan metode eksploratif dengan pengamatan

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012) 17 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan minawana di Desa Jayamukti, Blanakan dan Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Pengambilan sampel dilakukan selama 15 kali per stasiun secara kontinyu. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian peranan apartemen ikan pada penangkapan ikan dengan pancing ulur ini dilakukan di perairan Kota Cirebon dengan berpusat di Pangkalan Pendaratan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Nambakan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 5 3 '15 " 5 3 '00 " 5 2 '45 " 5 2 '30 " BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010, lokasi pengambilan sampel di perairan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Daerah penelitian secara administrasi berada di kota Makassar pada posisi 5 o 6 15-5 o 6 36 LS dan 119 o 25 21-119 o 25 37 BT. Secara khusus lokasi

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi penelitian

Gambar 7. Lokasi penelitian 3. METODA PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di muara Sungai Angke dan perairan Muara Angke, Jakarta Utara (Gambar 7). Lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Perairan Semak Daun, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS) Daerah Khusus bukota Jakarta

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2011 dalam selang waktu 1 bulan sekali. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 5 kali (19 Maret

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Persiapan Wadah dan Media Budidaya Persiapan wadah dimulai dengan pembuatan wadah dan pemasangan sistem.wadah budidaya yang digunakan adalah ember dengan ketinggian 17 cm dan

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 0 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

2. METODOLOGI PENELITIAN

2. METODOLOGI PENELITIAN 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terdiri dari lokasi pengambilan udang mantis contoh dan lokasi pengukuran sumber makanan potensial udang mantis melalui analisis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Pengambilan data primer dilakukan selama tiga bulan dari tanggal

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2013. Lokasi Penelitian adalah Teluk Banten, Banten.Teluk Banten terletak sekitar 175

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Studi Distribusi dan Ekploitasi Siput Gonggong akan dilakukan di desa-desa yang dijadikan Lokasi Coremap II Kabupaten Lingga. Adapun lokasi sampling ditetapkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta dengan luas teluk 285 km 2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata kedalaman

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekosistem mangrove Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran, III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk Budidaya kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau 19 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2011 pada kawasan mangrove di Desa Tongke-Tongke dan Kelurahan Samataring, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2012. Penelitian utama ini telah dilaksanakan pada Januari 2013 - Februari

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation) 58 Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation) menggunakan program FiSAT II 59 Lampiran 1. (lanjutan)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakasanakan mulai awal bulan Maret sampai bulan Mei, dengan interval pengambilan data setiap dua minggu. Penelitian berupa pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi. 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kabupaten Sukabumi pada UPI yang bergerak dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan. UPI ini berlokasi di kabupaten Sukabumi, Jawa

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2011 di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido terletak pada koordinat posisi 106 48 26-106 48

Lebih terperinci

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 5.1 Pendahuluan Armada penangkapan yang dioperasikan nelayan terdiri dari berbagai jenis alat tangkap,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan kantong dan penutup kantong jaring dilaksanakan di laboratorium Alat Penangkap Ikan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Perlakuan dan pemeliharaan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 hingga Desember 2011 bertempat di Gosong Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan koordinat

Lebih terperinci

3.3 Pengumpulan Data Primer

3.3 Pengumpulan Data Primer 10 pada bagian kantong, dengan panjang 200 m dan lebar 70 m. Satu trip penangkapan hanya berlangsung selama satu hari dengan penangkapan efektif sekitar 10 hingga 12 jam. Sedangkan untuk alat tangkap pancing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan September

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan LAMA PENCAHAYAAN MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DENGAN METODE RAKIT APUNG Haryo Triajie, Yudhita, P, dan Mahfud Efendy Program studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan Cirebon yang merupakan wilayah penangkapan kerang darah. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada dua lokasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing menggunakan delapan ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan warna

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2011 di kawasan KJA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat (Lampiran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu kegiatan penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Masing-masing kegiatan tersebut dilakukan

Lebih terperinci