BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Capaian Angka Kematian Bayi (0-1 tahun) di tahun 2011 dari

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Capaian Angka Kematian Bayi (0-1 tahun) di tahun 2011 dari 33 Provinsi di Negara Republik Indonesia terdapat tiga Provinsi dengan Angka Kematian Bayi tertinggi yaitu Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per kelahiran hidup, diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per kelahiran hidup. Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 60 per kelahiran hidup. Sedangkan di tahun 2012 mengalami perbedaan dibandingkan tahun 2011 yaitu Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi tertinggi pertama sebesar 74 per kelahiran hidup, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 67 per kelahiran hidup, dan Provinsi Maluku Utara sebesar 62 per kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Angka Kematian Bayi (0-1 tahun per kelahiran hidup) yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 2700 kasus, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 5954 kasus. Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi jawa Tengah tahun 2011 tertinggi di Karesidenan Pekalongan sebanyak 1265 kasus (21,25%) dan Karesidenan Semarang sebagai urutan nomor dua setelah pekalongan sebanyak 1053 kasus (1769%). Tahun 2012 tertinggi di Karesidenan Pekalongan sebanyak 622 kasus (23,04%) tertinggi nomor dua yaitu

2 2 Karesidenan Banyumas sebanyak 501 kasus (18,56%) dan tertinggi nomor tiga yaitu Karesidenan Semarang sebanyak 452 kasus (16,74%) (Dinkes Jateng, 2012). Pada tahun 2011 berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota semarang sebanyak 314 dari kelahiran bayi (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi sebesar 12,1 per kelahiran hidup. Sedangkan di tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 118 dari kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi sebesar 9,0 per kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2012). Angka Kematian Bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi yaitu diare, tetanus, gangguan perinatal, dan gangguan saluran pernafasan bagian bawah (Hidayat, 2008: 2). Cacat struktural kongenital yang besar terjadi pada 2-3% bayi lahir hidup, dan 2-3% lainnya dikenali pada anak-anak pada umur 5 tahun sehingga totalnya 4-6%. Cacat lahir merupakan penyebab besar kematian bayi yaitu kira-kira 21% dari semua kematian bayi. Pada 40-60% cacat lahir, penyebabnya tidak diketahui. Faktor genetik seperti kelainan kromosom dan gen-gen mutan menerangkan sekitar 15%, faktor lingkungan menghasilkan 10%, sehingga gabungan pengaruh genetik dan

3 3 lingkungan menghasilkan 20-25%, kelahiran kembar menyebabkan 0,5-1% (Usman, 2008: 7). Tidak semua persalinan membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, ada kalanya bayi lahir dengan kelainan bawaan, yaitu kelainan yang diperoleh sejak bayi di dalam kandungan. Sekitar 3% bayi baru lahir mempunyai kelainan bawaan. Meskipun angka ini termasuk rendah, akan tetapi kelainan ini dapat mengakibatkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi ( Effendy, 2008: 41). Beberapa kelainan kongenital yang sering terjadi pada bayi baru lahir diantaranya yaitu, labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus, atresia ani, obstruksi billiaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, fimosis, dan hipospadia (Dewi: 2010). Kelainan Kongenital merupakan penyebab angka kesakitan pada bayi baru lahir. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian kelainan kongenital di tiga Rumah Sakit di Kota Semarang cukup banyak. Data dari RSUD Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 14 kasus yaitu Fimosis 1 kasus, Labiopalatoskizis 6 kasus, Atresia ani 2 kasus, Hisprung 5 kasus dan pada bula Januari sampai April 2014 sebanyak 8 kasus yaitu Atresia duodeni 1 kasus, Labiopalatoskizis 3 kasus, Atresia ani 1 kasus, Hisprung 3 kasus. Data dari RSUD Tugurejo Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 16 kasus yaitu Hidrosefalus 2 kasus, Labiopalatoskizis 8 kasus, Hernia diafragma 1 kasus, Hirsprung 1 kasus, Hipospadia 4 kasus dan pada bulan

4 4 Januari sampai April 2014 sebanyak 7 kasus yaitu Hidrosefalus 1 kasus, Labiopalatoskizis 2 kasus, Atresia ani 2 kasus, Hisprung 2 kasus. Data dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 19 kasus yaitu Meningokel 1 kasus, Atresia duodenum 8 kasus, Atresia ani 4 kasus, Hirsprung 6 kasus dan pada bulan Januari sampai April 2014 sebanyak 8 kasus yaitu Hidrosefalus 2 kasus, Labiopalatoskizis 1 kasus, Hirsprung 4 kasus, Hipospadia 1 kasus. Dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Atresia Ani di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah Bagaimana Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Atresia Ani di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

5 5 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada bayi baru lahir b. Mahasiswa mampu menginterpretasi data pada bayi baru lahir c. Mahasiswa mampu menetukan diagnosa potensial. d. Mahasiswa mampu melakukan antisipasi pada bayi baru lahir e. Mahasiswa mampu melakukan rencana asuhan pada bayi baru lahir f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada bayi baru lahir g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada bayi baru lahir D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Bayi baru lahir 2. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 3. Waktu 10 Oktober 2014.

6 6 E. Manfaat 1. Instansi Diharapkan karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pihak pendidikan sebagai wacana yang dapat meningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 2. Institusi Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan literatur bagi mahasiswa program D III Kebidanan Unimus. 3. Peneliti Sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh bagi peneliti pada saat kuliah dan untuk menambah wawasan tentang bayi baru lahir dengan atresia ani. F. Metode Memperoleh Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi partisipasif. Menurut Mufdlilah (2012), dalam pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data, dimana penullis mendapatkan keterangan langsung dari pasien melalui proses tanya jawab. Penulis melakukan tanya jawab langsung terhadap orang tua pasien, keluarga, dan semua

7 7 tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam rangka pengumpulan data subyektif yang berhubungan dengan kesehatan pasien. 2. Observasi Parsipatif Observasi parsipatif adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan ikut berperan aktif dalam kegiatankegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan. Penulis mengamati dan ikut berperan aktif dalam melakukan asuhan kepada bayi baru lahir dengan atresia ani di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan mencari data dari sumber berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Penulis mengumpulkan data dari rekam medis pasien yang dapat membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 4. Studi Kepustakaan Penulis mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku, artikel dari sumber-sumber yang berkaitan dengan atresia ani sehingga mempermudah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.