ANALISA KELAYAKAN DERMAGA TERHADAP KAPASITAS DARI PANJANG DERMAGA (Studi Kasus Pelabuhan Feri Labuhan Haji dan Pelabuhan Feri Simeulue)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KELAYAKAN DERMAGA TERHADAP KAPASITAS DARI PANJANG DERMAGA (Studi Kasus Pelabuhan Feri Labuhan Haji dan Pelabuhan Feri Simeulue)"

Transkripsi

1 ANALISA KELAYAKAN DERMAGA TERHADAP KAPASITAS DARI PANJANG DERMAGA (Studi Kasus Pelabuhan Feri Labuhan Haji dan Pelabuhan Feri Simeulue) Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik Disusun Oleh ; Musriadi. M NIM Bidang Jurusan : 09C : Transportasi : Teknik Sipil FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG MEULABOH 2016

2 ABSTRAK Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang sangat populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), yaitu sebuah prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur efisensi relatif suatu unit yang menggunakan variabel input dan output. Adapaun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh yaitu kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku Umar berupa laporan keuangan tahunan selama dua tahun (2011 dan 2012). Untuk variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel input yang terdiri dari jumlah pegawai, jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP) sedangkan variabel output adalah jumlah kredit yang diberikan dan jumlah income (pendapatan). Dengan menggunakan metode DEA ini dapat diketahui bahwa efisiensi relatif dari ketiga kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh, untuk tahun 2011 kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku Umar memperoleh nilai efisien relatif =1 yang berarti efisien. Sedangkan pada tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar memperoleh nilai efisiensi relatif =1 Sedangkan untuk kantor unit Johan Pahlawan memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien. Agar mencapai tingkat efisiensi relatif=1, maka kantor unit Johan Pahlawan harus meningkatkan jumlah variabel output sebesar 41.18%. dimana peningkatan variabel output kantor unit Johan Pahlawan untuk jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp dan untuk income (pendapatan) sebesar Rp Kata kunci: Kinerja Bank, Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi relatif.

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem transportasi yang terintegrasi dikenal ada tiga moda transportasi yang dibedakan berdasarkan media atau tempat pergerakannya, yaitu: transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional masih sangat bergantung pada sektor transportasi laut yang berperan penting sebagai sarana transportasi alternatif yang dominan dengan biaya yang murah bagi angkutan barang maupun penumpang, karena sifat angkutan laut adalah volume angkutannya besar dan memerlukan manajemen perpindahan barang yang lebih terorganisir. Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau. Sebagai negara kepulauan sehingga menyebabkan sistem transportasi laut memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik dan pertahanan dan keamanan negara. Keberadaan yang sangat luas memungkinkan pergerakan muatan yang lebih besar dengan biaya yang lebih efisien dibandingkan moda transportasi lain. Salah satu pelayaran yang terpenting adalah pelayaran niaga, yang dapat dibedakan menjadi pelayaran lokal, pelayaran pantai dan pelayaran samudera. Dalam kondisi seperti hal diatas perkembangan yang begitu pesat disegala bidang, pelabuhan juga akan mengalami peningkatan serta pengembangan dimana kegiatan kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan pelabuhan harus dikelola secara efisien. Pelabuhan Labuhan Haji Simelue merupakan pelabuhan yang melayani lalu lintas penyebrangan dari Labuhan Haji Ke Sinabang maupun sebaliknya. Penyebrangan antar pulau ini dilayani oleh dua kapal feri yaitu KMP Labuhan 1

4 Haji dan KMP Teluk Sinabang. KMP Teluk Sinabang dan KMP Labuhan Haji melayani rute penyebrangan dari labuhan haji sinabang maupun sebaliknya. Selain dari rute tersebut KMP Teluk Sinabang juga melayani rute pelayaran dari Sinabang menuju Aceh Singkil. Setiap kapal tersebut mampu mengangkut sekitar 400 penumpang, 24 unit kendaraan (12 unit kendaraan roda enam dan 12 unit kendaraan roda empat), serta ratusan unit sepeda motor. Dermaga Labuhan Haji Simeulue memiliki panjang 54,5 m. Sedangkan dermaga pelabuhan feri Simeulue memiliki dimensi panjang m dan lebar m. Berdasarkan dimensi dermaga saat ini, dermaga hanya mampu melayani satu kapal setiap kali kapal bertambat. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diperhitungkan kemungkinan pertambahan panjang dermaga, serta fasilitas lain yang dapat mendukung guna kelancaran proses transportasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kelayakan dan karakteristik dermaga Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue? 2. Berapa jumlah kunjungan kapal yang bersandar didermaga Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kelayakan dan karakteristik dermaga Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue. 2. Memprediksi jumlah kunjungan kapal yang bersandar didermaga Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue. 1.4 Batasan Masalah Melihat luasnya cakupan penelitian ini maka pembahasan studi ini dibatasi sebagai berikut : 2

5 1. Karakteristik kapal yang ditinjau adalah ukuran kapal, jumlah kapal, frekuensi perjalanan dan daya angkut kapal. 1.5 Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian dan analisa data yang penulis lakukan pelayaran dari Pelabuhan Labuhan Haji Simeulue di layani oleh dua buah kapal yaitu KMP Labuhan Haji dan KMP Teluk Sinabang. Kapal ini dapat menampung sekitar 400 penumpang, 12 unit kendaraan roda enam dan 12 unit kendaraan roda empat, dan ratusan unit sepeda motor. Dari analisis nilai BOR yang didapatkan, tingkat pemakaian dermaga yaitu 22,93 % masih di bawah nilai BOR maksimum artinya pertambahan panjang dermaga tidak perlu dilakukan. Panjang dermaga saat ini 54,4 m hanya dapat melayani satu kapal. Jumlah kunjungan kapal pertahun yaitu 2 kapal dengan muatan rata rata 4020 ton. 3

6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sistem transportasi dapat dijelaskan dari dua jenis kata yang membentuknya, yaitu sistem dan transportasi. Diantara defenisi sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu wadah tertentu (isolated collection). Sedangkan transportasi didefenisikan sebagai kegiatan pergerakan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan moda tertentu. Sistem transportasi terbagi atas sistem transportasi darat, sistem transportasi laut, dan sistem transportasi udara namun tetap memiliki kaitan yang sangat erat antara satu dengan lainnya. Dalam studi ini berfokus pada sistem transportasi laut. Sistem transportasi laut sendiri dapat didefenisikan sebagai sistem pergerakan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain melalui sarana dan prasarana laut diantaranya adalah pelabuhan. Indonesia merupakan negara kepulauan, kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau. Disebakan perkembangan yang begitu pesat pelabuhan juga akan mengalami peningkatan serta perkembangan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diperhitungkan kemungkinan pertambahan panjang dermaga, serta fasilitas lain yang dapat mendukung dimasa mendatang. Tabisu (2015). 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah ada sebelumnya antara lain : Tabisu (2015), melakukan evaluasi kinerja dermaga peti kemas dipelabuhan Jayapura. Hasil analisis memperlihatkan bahwa jumlah arus peti kemas dan arus kunjungan kapal peti kemas di Pelabuhan Jayapura mengalami peningkatan sebesar 7% dan 1.14% per tahun. Kinerja fasilitas bongkar muat sampai tahun 2014 cukup baik dengan nilai BOR 59,60%, YOR 69,58%, 4

7 utilisasi Container crane 56,57% dan RTG 45,26%. Adapun kinerja pelayanan dermaga dan lapangan penumpukan peti kemas Pelabuhan Jayapura menurun seiring dengan peningkatan arus bongkar muat peti pada tahun Amiron (2009), dalam penelitiannya mengenai analisa kelayakan ukuran panjang dermaga, gudang bongkar muat barang dan sandar kapal. Hasil penelitian berdasarkan data data sekunder yang diperoleh terminal curah cair perlu diadakan pengembangan panjang dermaga 79,54% tingkat pemakaian dermaga yang telah digunakan dalam tahun 2007 telah melebihi batas yang telah direncanakan pihak pengelola pelabuhan. Adriani (2011), melakukan penelitian optimalisasi waktu sandar penyeberangan untuk meningkatkan kinerja pelayanan pelabuhan Merak Bakaheuni. Dari hasil analisis linier programing dengan tujuan untuk meminimalisasi waktu sandar mendapatkan solusi optimum yaitu Z = 130 dengan X1 = 4 dan X2 = 1,5. Ekspektasi jumlah waktu seluruhnya dalam sistem antrian pada 8 tahap pelayanan pelabuhan untuk penumpang adalah 124 menit dan untuk ekspektasi jumlah seluruhnya kendaraan roda 4 adalah selama 125 menit. 2.2 Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah pengairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran kran untuk bongkar muat barang, gudang laut dan tempat tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang gudang dimana barang barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menungu pengiriman kedaerah tujuan atau pengapalan. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan bangunan bangunan untuk pelayanan penumpang dan muatan seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapannya. Jadi suatu pelabuhan juga merupakan bandar, tetapi suatu bandar belum tentu suatu pelabuhan. Karena dalam kenyataannya sebuah kapal yang berlabuh juga 5

8 berkepentingan melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan penumpang, maka nama pelabuhan lebih tepat daripada bandar. Triatmojo (1996). 2.3 Fungsi Pelabuhan Adisasmita (2011), fungsi pokok pelabuhan yang utama dalam hal ini, yaitu sebagai tempat perpindahan barang dan penumpang. Dalam arti yang lebih luas pelabuhan berfungsi sebagai interface, link, gateway dan industry entity. a. Interface, pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa untuk perpindahan dari kapal ke angkutan darat dan sebaliknya, dan atau perpindahan dari kapal ke kapal lainnya. b. Link, pelabuhan sebagai salah satu mata rantai dalam proses transportasi mulai dari asal sampai tujuan. Dalam fungsinya sebagai link tersebut pelabuhan sering dipandang sebagai mata rantai yang lemah. c. Gateway, pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau daerah. Konsep ini dilatar belakangi oleh pendekatan aturan dan prosedur yang harus diikuti oleh setiap kapal jika menyinggahi pelabuhan terutama kapal-kapal asing. d. Industry entity, dengan berkembangnya perdagangan, pelayaran dan teknologi penanganan barang maka berkembang pula pengguna jasa pelabuhan, sehingga fungsi pelabuhan tidak hanya sekedar gateway yang bersifat statis tetapi industry entity yang bersifat dinamis. Dikatakan demikian karena pelabuhan dapat memiliki bagian industry state/zona lengkap dengan jaringan dan jasa transportasinya. Dalam fungsi ini pelabuhan dapat mendorong pertumbuhan perdagangan, transportasi, pelayaran dan industri sendiri. 6

9 2.4 Peranan Pelabuhan Pelabuhan berperan penting dalam kegiatan transportasi, perdagangan dan industri. Berikut penjelasan masing masing peran pelabuhan. Pada bidang transportasi, pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah merupakan sarana untuk menyelenggara pelayanan jasa pelabuhan dalam menunjang penyelenggaraan angkutan laut. Adapun dalam bidang perdagangan, keberadaan pelabuhan yang memadai fasilitasnya akan memberikan kesempatan yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan baik secara regional maupun internasional, dalam arti posisi suatu negara akan menjadi lebih baik dalam menerima barang dari suatu negara asal yang memberikan persyaratan yang paling menguntungkan, dan ekspor barang-barang produksi domestik langsung kepada pasar yang paling diinginkan di negara-negara lain yang membutuhkan. Sementara dalam bidang industri, peran pelabuhan dalam kegiatan industri dapat dilihat dari beradanya industri di dalam ataupun di sekitar pelabuhan. Untuk peran pelabuhan dalam bidang industri, terdapat kelompok industri utama, yaitu: industri yang berkaitan langsung dengan transportasi ataupun operasional pelabuhan, seperti industri pembangunan dan pemeliharaan kapal, dan buruh dalam jumlah relatif besar. Keberadaan industri dan pelabuhan saling menguntungkan karena industri yang berorientasi ekspor ataupun industri yang bergantung pada bahan baku atau semi finished product, semi finished product yang diimpor dari luar pulau, maka pilihan lokasi dekat pelabuhan adalah meringankan biaya transportasi dan industri yang sama sekali tidak berhubungan dengan angkutan laut. Tabisu (2015). 2.5 Macam Macam Pelabuhan Menurut Triatmodjo (2010), pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan tinjauannya, antara lain berdasarkan penyelenggaraannya, berdasarkan pengusahaannya, berdasarkan fungsi dalam 7

10 perdagangan nasional maupun internasional dan berdasarkan kegunaannya Berdasarkan penyelenggaraannya. 1. Pelabuhan umum Triatmojo (2010), pelabuhan umum diselenggarakan untuk menunjang kepentingan pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang diberi wewenang mengelola pelabuhan umum diusahakan. Di Indonesia terdapat empat badan usaha milik negara yang menjadi penyelenggara yaitu: PT. Persero Pelabuhan Indonesia I berkedudukan di Medan, PT. Persero Indonesia II berkedudukan di Jakarta, PT. Persero Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya, dan PT. Persero Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Makassar. 2. Pelabuhan khusus Triatmojo (2010), pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan izin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk pelaksanaan pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut Berdasarkan pengusahaannya 1. Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas- fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya, seperti biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa penumpukan, bongkar muat, dan sebagainya. Yunitawaty (2008). 8

11 2. Pelabuhan yang tidak diusahakan Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal/perahu tanpa fasilitas bongkar muat, dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil yang disubsidi oleh pemerintah, dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Yunitawaty (2008) Berdasarkan fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional. 1. Pelabuhan laut Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudera. 2. Pelabuhan pantai Pelabuhan pantai ialah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dahulu. Saleh (2013) Berdasarkan penggunaannya. 1. Pelabuhan ikan Pelabuhan ikan pada umumnya tidak memerlukan kedalaman air yang besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak terlalu besar. Kramadibrata (1985). 2. Pelabuhan minyak Pelabuhan ini harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan, melainkan terdiri dari jembatan perancah atau tambatan yang menjorok ke laut. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa yang terletak dibawa jembatan. Kramadibrata (1985). 9

12 3. Pelabuhan barang Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang.pelabuhan dapat berada di pantai atau estuary dari sungai besar. Daerah pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang. Kramadibrata (1985). 4. Pelabuhan penumpang Pelabuhan ini tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang, penumpang dan barang. Tetapi pada pelabuhan kecil atau masih sedang untuk pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi, keamanan, direksi, pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Kramadibrata (1985). 5. Pelabuhan campuran Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk dalam taraf perkembangan, keperluan bongkar muat minyak juga menggunakan jembatan atau dermaga yang sama. Kramadibrata (1985). 6. Pelabuhan militer Pelabuhan ini mempunyai perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Kramadibrata (1985). 2.6 Dermaga Amiron (2009), dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau pier atau jembatan. Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Sedangkan jetty adalah dermaga yang 10

13 menjorok kelaut. Dermaga dibangun untuk kebutuhan tertentu. Pemilihan tip dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani, ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan yang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang aling ekonomis Pemilihan tipe dermaga Amiron (2009), diperairan yang dangkal kedalaman yang agak cukup jauh dari darat pelabuhan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang dilokasi dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf adalah lebih tepat. 1. Quay/wharf Demaga jenis ini merupakan dermaga yang letaknya digaris pantai serta sejajar dengan pantai. Gambar 2.1 Bentuk Dermaga Jenis Quay/Wharf Sumber : Triatmodjo, Jetty/pier (jembatan) Dermaga jenis ini merupakan dermaga yang menjorok (tegak luruk) dengan garis pantai. 11

14 Gambar 2.3 Bentuk Dermaga Jenis Jetty/Pier Sumber : Triatmodjo, Dolphin/trestle Dermaga dolphin/trestle merupakan tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan jembatan trestle sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Gambar 2.3 Bentuk Dermaga Jenis Dolphin/Trestle Sumber : Triatmodjo, Jenis kapal yang dilayani Amiron (2009), dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga barang potongan (general cargo), karena dermaga terrsebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat yang besar, jalan kereta api, gudang dan sebagainya. Untuk melayani kapal tersebut penggunaan pier akan lebih ekonomis. Dermaga yang melayani barang potongan dan peti kemas menerima beban yang besar diatasnya, seperti kran barang yang dibongkar muat peralatan transportasi (kereta api dan truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe wharf akan lebih cocok. 12

15 2.7 Ukuran Dermaga Untuk menghitung berapa kapasitas kapal yang dapat bersandar pada terminal pelabuhan dengan waktu yang bersamaan dapat kita hitung dengan menggunakan rumus dibawah ini. Amiron (2009). L P n Loa (n 1) (2.1) dimana : Lp : panjang dermaga n : jumlah kapal yang ditambat Loa : panjang kapal yang ditambat 15 : ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal kekapal lain) 50 : ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga keburitan dan haluan kapal) Simulasi Perhitungan Berth Occupation Ratio (BOR) Atau Kebutuhan Dermaga. Amiron (2009), untuk menghitung kemampuan dermaga pelabuhan laut dalam dalam mengantisipasi perubahan arus barang dan kapal digunakan metode perhitungan sebagai berikut : a. Berth occupation ratio (BOR) atau rasio pemakaian tambatan Berth occupation ratio (BOR) merupakan jumlah panjang kapal ditambah faktor pengamanan 5 meter dikali waktu ditambatkan dibagi panjang tambatan dikali jam tersedia (24 jam) kali hari bulan kalender laporan yang digunakan untuk mengetahui rasio dalam persentase penggunaan tambatan dalam satu periode laporan dan muatan perkapal dapat dirumuskan : Σ(panjang kapal 10) x waktu tambatan BOR...(2.2) panjang dermaga x waktu tersedia Qn kapal Σmuatan/ pertahun(ton) Σkunjungan kapal/ tahun(call)...(2.3) 13

16 b. Rumus standar deviasi Morlock (1988), dalam menentukan panjang rata rata kapal dan muatan kapal rata rata yang bersandar dalam periode satu tahun dapat ditentukan dengan rumus standar deviasi. Rumus yang digunakan : - Untuk mencari panjang kapal rata rata SD 1 2 ( LOAx LOAy) n 1...(2.4) LOAxk = LOAy (1,64 x SD)...(2.5) dimana : SD : standar deviasi LOAx : panjang kapal rata rata dalam satu bulan (m) LOAy : panjang kapal rata rata dalam (m) LOAxk : panjang kapal yang dipakai (m) - Untuk mencari muatan rata rata SD 1 2 ( DWTx DWTy) n 1...(2.6) DWTxk = DWTy (1,64 x SD)...(2.7) dimana SD : standar deviasi DWTx : muatan kapal rata rata dalam satu bulan (m) DWTy : muatan kapal rata rata dalam (m) DWTxk : muatan kapal yang dipakai (m) 2.8 Kapal Menurut KBBI (2009), kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang dilaut, sungai dan sebagainya. 14

17 A. Dimensi kapal Dimensi kapal diperlukan sebagai salah satu faktor yang berhubungan langsung pada perencanaan pelabuhan dan fasilitas-fasilitas yang harus tersedia di pelabuhan. 1. Panjang Kapal (Length), Lebar Kapal dan Kedalaman Kapal Panjang kapal pada umumnya terdiri dari Length Over All, Length on designes Water Line dan Length Beetwen Perpendicular, sedangkan Lebar dan kedalaman kapal merupakan ukuran utama lainnya dari kapal dalam menentukan ukuran-ukuran kapal. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut : a. LOA (Length Over All) Secara definisi LOA adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal terdepan sanpai buritan kapal paling belakang. Merupakan ukuran utama yang diperlukan dalam kaitannya dengan panjang dermaga, muatan, semakin panjang LOA semakin besar kapal berarti semakin besar daya angkut kapal tersebut. b. LWL (Lenght On Designes Water Line ) Adalah k Panjang kapal yang diukur dari haluan kapal pada garis air sampai buritan kapal pada garis air laut. c. LBP (Lenght Beetwen Perpendicular) Adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal pada garis air smpai tinggi kemudi. d. Lebar kapal (beam) Lebar kapal meruapakan jarak maksimum antara dua sisi kapal. 15

18 Gambar 2.4 Dimensi Kapal Sumber : Triatmodjo, Kapal ferry Kapal ferry merupakan salah satu moda transportasi laut yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan kapal ferry relatif lebih cepat dibandingkan moda transportasi laut lainnya. Oleh sebab itu kapal ferry sering dimanfaatkan sebagai moda transportasi penyeberangan sungai dan antar pulau yang menempuh jarak tidak terlalu jauh, sehingga biaya yang diperlukan dalam penggunaannya akan relatif murah. Hal tersebut menjadikan kapal ferry sebagai alternatif paling efisien untuk diterapkan sebagi moda transportasi antar pulau di Indonesia Jenis kapal ferry Kapal ferry dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis menurut bentuk lambung kapalnya (hull) yang akan mempengaruhi kemampuan kapal, yaitu: 1. Kapal ferry monohull konvensional Jenis kapal ini biasa digunakan sebagai moda transportasi penyeberangan untuk orang, kendaraan dan barang. Kapal ini memiliki daya angkut cukup besar, oleh karena itu biasanya kapal ini digunakan sebagai kapal angkut kendaraan dan barang (Roro). Kapal mono hull konvensional ini memiliki lambung depan atau belakang yang bisa dibuka untuk kapal penyeberangan yang memiliki kemampuan mengangkut kendaraan. 2. Kapal ferry vee shaped monohull 16

19 Kapal ini memiliki lambung tunggal seperti monohull konvensional, namun bentuknya lebih ramping dan runcing sehingga memiliki kecepatan dan kemampuan manuver yang lebih baik dari kapal monohull konvensional. Namun karena bentuk lambung dan badan kapal yang sedemikian rupa, kapal ini memiliki daya angkut yang jauh lebih kecil dari kapal monohull konvensional. Oleh karena itu, kapal ini digunakan sebagai kapal penumpang cepat (fast ferry ship). 3. Kapal catamaran Jenis kapal ini memiliki dua lambung (double hull), sehingga dapat melaju pada kecepatan tinggi. Kapal ini biasa dipergunakan sebagai kapal penumpang super cepat (superfast ferry ship). Namun kapal ini tidak memiliki daya angkut cukup besar sehingga penggunaannya terbatas sebagai kapal penumpang dengan kapasitas terbatas pula. 4. Kapal ferry cruise/liner Kapal jenis ini merupakan kapal penumpang yang biasa digunakan untuk keperluan wisata ataupun perjalanan jarak jauh. Kapal ini memiliki ukuran dan daya angkut yang cukup besar. 2.9 Fasilitas Pelabuhan Di Daratan Menurut Amiron (2009), muatan yang diangkut kapal dibedakan menjadi barang potongan, barang curah dan peti kemas. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti mobil, mesin mesin, material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung atau peti. Barang barang ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengakutannya untuk menghindari kerusakan. Barrang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus/kemas, yang dapat dituangkan atau dipompa kedalam kapal. Barang ini dapat berupa biji bijian, butiran atau batu bara atau biasa juga berbentuk cairan atau minyak. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah daripada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulu dalam bentuk kemasan sekarang dapat diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengangkutan semen, gula, 17

20 beras dan sebagainya. Masing masing terminal mempunyai bentuk dan fasilitas yang berbeda. Terminal barang potong (general cargo terminal) harus mempunyai perlengkapan bongkar muat berbagai bentuk barang yang berbeda. Terminal barang curah biasanya direncanakan untuk tunggal guna dan mempunyai peralatan bongkar muat untuk muatan curah. Demikian juga dengan terminal peti kemas. Berrbagai jenis terminal tersebut dapat berada dalam satu pelabuhan, dan letak antara terminal satu dengan yang lainnya dapat berdampingan Terminal barang potongan (general cargo terminal) Amiron (2009), fasilitas fasilitas yang ada dalam terminal barang potong terdiri dari : 1. Apron Adalah halaman diatas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terrbuka. Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan kekapal atau barang yang baru saja diturunkan dari kapal. Bentuk apron tergantung pada jenis muatan apakah barang potongan, curah atau peti kemas. Biasanya lebar apron adalah antara 15 sampai 25 meter. 2. Gudang laut dan lapangan penumpukan terbuka Gudang laut adalah gudang yang terada ditepi perairan pelabuhan dan hanya dipisahkan dari air laut oleh dermaga pelabuhan. Gudang laut hanya menyimpan barang barang untuk sementara waktu sambil menunggu pengangkutan lebih lanjut ketempat tujuan akhir. 3. Gudang Gudang (warehouse) digunakan untuk menyimpan barang barang dalam waktu yang lama. Gudang ini dibuat agak jauh dari dermaga. 4. Bangunan pendingin Apabila ada barang yang memerlukan pendinginan dikapalkan oleh kapal dengan pendingin dan didistribusikan kedaerah tujuan dengan kereta api atau truk, maka diperlukan bangunan pendingin didermaga sedemikian 18

21 sehingga barang barang beku tersebut dapat dipindahkan dari kapal ketempat dibangunan cold storage dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga perubahan temperatur yang terjadi sekesil mungkin. Dengan demikian kerusakan makanan yang terjadi dapat ditekan. Bahan makanan yang perlu pendinginan adalah ikan, daging, buah buahan dan sayur sayuran Terminal barang curah (bulk cargo terminal) Muatan curah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Muatan lepas yang berupa hasil tambang seperti batu bara, bijih besi, bouxit dan hasil pertanian seperti beras, gula, jagung dan sebagainya. 2. Muatan cair yang diangkut dalam kapal tangki seperti minyak bumi, minyak kelapa sawit, bahan kimia cair dan sebagainya. Terminal muatan curah harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan muatan. Tipe fasilitas penyimpanan tergantung pada jenis muatannya, yang bisa berupa lapangan untuk mengangkut muatan, tangki tangki untuk minyak, silo atau gudang untuk material yang memerlukan perlindungan dari cuaca atau lapangan terbuka untuk menimbun batu barah, bijih besi atau bouxit. Barang curah dapat ditangani secara ekonomis dengan menggunakan belt conveyor atau bucket elevator atau kombinasi dari keduannya. Barrang cair dapat diangkut dengan pompa. Sedang barang berupa bubuk, material berbutir halus seperti semen dan butiran atau material ringan yang dapat diangkut dengan alat pengisap (alat pneumatic). Belt conveyor adalah alat yang paling serbaguna untuk mengangkut berbagai macam barang berbentuk bubuk, butiran dan kental. Alat tersebut dapat mengangkut material dalam jumlah besar untuk jarak jauh, baik secara horizontal maupun naik turun dengan kemiringan 15 0 sampai Alat ini digunakan untuk memindahkan material dari tempat penimbunan kedalam kapal, dan sebaliknya. Bucket elevator mengangkut material secara vertikal atau yang mempunyai kemiringan besar kapasitas nya lebih rendah daripada kapasitas belt conveyor. Alat ini digunakan untuk mengisi silo. Amiron (2009). 19

22 2.9.3 Terminal peti kemas Amiron (2009), pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas telah banyak dilakukan, dan volumenya terus menerrus meningkat dari tahun ketahun. Beberapa pelabuhan terkemuka telah mempunyai fasilitas fasilitas pendukungnya yang berupa terminal peti kemas seperti pelabuhan Tanjung Priuk, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Belawan dan Ujung Pandang. Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang barng digabung menjadi satu dalam peti kemas sehingga aktivitas bongkar muat dapat dimekanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani sehingga waktu bongkar muat menjadi lebih cepat. 20

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah langkah langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini memerlukan data data berupa data sekunder. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Mengumpulakan data data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari karakteristik kapal yang beroperasi, panjang dermaga saat ini, fasilitas darat yang digunakan dan gudang penumpukan komoditi. b. Pengambilan data data yang dibutuhkan yaitu dengan cara mengumpulkan data data sekunder dari instansi terkait. c. Pengolahan data dengan melakukan pengelompokan data untuk memeriksa kelengkapan data. d. Menganalisa data data yang diperoleh. Analisa yang dilakukan meliputi : - Dari data karakteristik kapal diperoleh ukuran kapal, jumlah kapal, frekuensi perjalanan dan daya angkut kapal. Dari data karakteristik kapal ini ditentukan berapa jumlah kapal yang bersandar, panjang kapal rata rata dan jumlah muatan rata rata dari kapal yang beroperasi. Urutan tahapan tahapan penelitian ini secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.3.1 Halaman Lokasi Penelitian Pelabuhan yang menjadi objek penelitian pada tugas akhir ini yaitu Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue yang berada di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Lampiran A Gambar A.3.1 sampai dengan Gambar A.3.8 pada Halaman

24 3.2 Metode Pengumpulan Data Dalam studi tingkat kelayakan diperlukan data data yang berkaitan, yang dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut. Adapun tujuan dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sekunder yang menjadi objek penelitian sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai tingkat kelayakan dari Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simeulue. Data data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah karakteristik kapal, panjang dermaga, fasilitas yang digunakan dan gudang penumpukan komoditi. 3.3 Analisis Data Setelah diperoleh hasil data dari lapangan maka data tersebut akan dianalisa. Adapun hasil dari analisa pada penelitian ini adalah untuk mencari volume kunjungan kapal yang bersandar yang kemudian dihubungkan pada ukuran panjang dermaga dan dengan analisa Berth Occupation Ratio (BOR) dapat ditentukan berapa persen tingkat pemakaian dermaga pada pelabuhan. Langkah langkah yang dilakukan untuk mendapatkan hasil analisa Berth Occupation Ratio (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga : - Menganalisa berapa jumlah jumlah kapal yang bersandar kemudian mengelompokkan ukuran kapal dan daya muat kapal. Adapun persamaan yang dipakai yaitu persamaan 2.1 untuk menghitung nilai BOR. Persamaan ini dapat dilihat pada Bab II Tinjauan Kepustakaan. - Menghitung kapasitas bongkar muat barang yang dilakukan. persamaan yang digunakan yaitu persamaan 2.2 persamaan Mengakumulasi jumlah rata rata waktu pelayanan kapal selama berada ditambatan baik bekerja (produktif) maupun menganggur (idle dan not peration time) ditambatkan. Skema waktu didarat (selama ditambatan) 22

25 Service Time/Bert Time Not Operation Time Bert Working Time (BWT) (NOT) Idle Time (IT) Effective Time (ET) Sumber : Amiron, 2009 Keterangan : NOT : not operation time, yaitu waktu selama dikapal ditambatan, direncanakan tidak bekerja misalnya : jam makan, waktu tidak bekerja malam hari, kerja hanya sampai dengan 2 shift. BWT : bert working time, yaitu waktu bekerja yang direncanakan untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat. IT : idle time, yaitu waktu menganggur selama jam kerja disebabkan antara lain hujan, menunggu muatan, dokumen dan lain lain. ET : effective time, yaitu waktu yang benar benar bekerja didalam waktu yang direncanakan untuk kegiatan bongkar muat. 23

26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun pendataan dan survei yang dilaksanakan pada Pelabuhan Feri Labuhan Haji Simelue bertujuan untuk mendapatkan analisa tentang tingkat kelayakan dermaga setiap harinya dalam melayani kapal kapal yang keluar/masuk. Pendataan dilakukan dengan cara pengumpulan data data sekunder dari instansi yang berhubungan dengan penelitian. Data yang diminta menyangkut parameter parameter yang dipilih. 4.1 Analisa Data Berdasarkan informasi yang dipeoleh dari hasil pengumpulan data data sekunder dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber instansi yang terkait, maka didapatkan data data sarana dan prasarana Pelabuhan Labuhan Haji Simeulue yaitu : Kinerja Pelabuhan Waktu pelayanan kapal Waktu pelayanan kapal meliputi : 1. Kapal pada saat tiba di pelabuhan/ waiting time gross WTG = WTN + PT + AT dimana : WTN : waiting time net PT : propose time AT : aproach time maka : WTG = WTN + PT + AT = = 2 jam 2. Pada saat kapal berada di tambatan/ sandar berthing time 24

27 BT = waktu mulai tambat waktu lepas tambat BT = NOT + BWT dimana : NOT : not operation time BWT : berth working time maka : BWT = IT + ET = = 4 jam Dengan demikian Berthing Time (BT) adalah : BT = NOT + BWT = = 5 jam Sehingga waktu kapal diperairan + waktu kapal berada ditambatan dihitung sewaktu kapal berada dipelabuhan sejak kapal berada di lokasi lego jangkar Turn Around Time (TRT). TRT = WTG + BT dimana : TRT = waktu lego jangkar WTG = waktu kapal tiba dipelabuhan BT = waktu mulai tambat waktu lepas tambat Maka : TRT = WTG + BT = = 7 jam Dimensi dermaga Perkiraan kedatangan kapal kapal yang mungkin berlabuh dan bertambat di Pelabuhan Labuan Haji Simeulue berdasarkan data sekunder yang diperoleh asal tujuan, volume angkutan sangat membantu dalam mendimensi ukurang panjang dermaga yang bersangkutan agar pelayanan sarana dan prasarana dapat efektif, efisien, murah dan cepat. Secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan bersandar pada dermaga tersebut. Sesuai dengan 25

28 bentuk bentuk tambatan/dermaga yang akan dibangun, maka perencanaan dimensi dermaga tersebut harus didasarkan pada ukuran ukuran minimal demi untuk menjaga agar kapal dapat dengan aman berrtambat/meninggalkan dermaga dan melakukan bongkar muat angkutannya. L P n Loa (n 1)15 50 Contoh perhitungan : Ambil ukuran kapal Labuhan Haji (753 Gt) Nama kapal : KMP Labuhan Haji Kapasitas : 4000 ton Jumlah kapal (n) : 1 buah Panjang kapal (Loa) : 50 m Maka panjang dermaga yang dibutuhkan : L P n Loa (n 1)15 50 = 1 (50) + (1-1) = = 100 meter Panjang dermaga yang terpakai 100 meter, maka 100 meter > 54,5 meter dengan kata lain kapal yang ingin melakukan sandar tidak dapat terlayani. Ambil ukuran kapal Teluk Sinabang (750 GT) Nama kapal : KMP Teluk Sinabang Kapasitas : 4050 ton Jumlah kapal (n) : 1 buah Panjang kapal (Loa) : 56,02 meter Maka panjang dermaga yang dibutuhkan : L P n Loa (n 1)15 50 = 1 (56,02) + (1-1) = 56, = 106,02 meter Panjang dermaga yang terpakai 106,02 meter, maka 106,02 meter > 54,5 meter dengan kata lain kapal yang ingin melakukan sandar tidak dapat terlayani. 26

29 Dari pengolahan data di atas diketahui bahwa dimensi dermaga di Pelabuhan Labuhan Haji Simeulue adalah 54,5 meter. Dimensi dermaga saat ini tidak dapat melayani kapal lebih dari satu. 4.2 Jenis kapal feri Rute pelayaran dari pelabuhan Labuhan Haji ke Pelabuhan Simeulu Simeulu di layani oleh dua kapal feri yaitu KMP Labuhan Haji dan KMP labuhan teluk sinabang. Berdasarkan jenis lambung kedua kapal ini termasuk dalam jenis kapal feri monohull konvensional. Setiap kapal tersebut mampu mengangkut sekitar 400 penumpang, 24 unit kendaraan (12 unit kendaraan roda enam dan 12 unit kendaraan roda empat), serta ratusan unit sepeda motor. Dengan waktu pelayaran yaitu 7 jam, dan melayani 4 kali pelayaran dalam satu minggu Ukuran kapal Ukuran kapal yang beroperasi dikawasan studi berukuran 0-50 m. seperti terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 ukuran kapal di kawasan studi Nama kapal LOA (m) Kapasitas (ton) KMP Labuhan Haji 50 m 4000 KMP Teluk Sinabang 56,02 m Trayek perjalanan kapal Kapal kapal yang berlayar dari pelabuhan feri labuhan haji yaitu KMP Labuhan Haji hanya melayani perjalanan dengan tujuan Simeulue dan sebaliknya. Sedangkan KMP teluk Labuhan Haji melayani rute ke Labuhan Haji dan rute menuju Aceh Singkil. 27

30 4.2.3 Frekuensi kunjungan kapal a. Muatan perkapal Qn kapal Σmuatan/ pertahun(ton) Σkunjungan kapal/ tahun(call) 8040 = 4020 ton/call 2 b. Jumlah kunjungan kapal N kapal = Demand Qn 8040 = 2call/tahun Simulasi Perhitungan Berth Occupation Ratio (BOR) Atau Kebutuhan Dermaga - Untuk mencari panjang kapal rata rata : SD = 1 ( LOAx LOAy) n 1 1 (53,1 50) ,61 = 0, LOAxk = LOAy (1,64 x SD) = 50 (1,64 x 0,934) = 48,47 m - Untuk mencari muatan rata rata SD = 1 ( DWTx DWTy) n 1 1 ( ) = 7,

31 DWTxk = DWTy (1,64 x SD) = 4000 (1,64 x 7,53) = 3987 ton - Tingkat utilitasi dermaga/tambatan Daya lalu tambat/ Berth Trought Put (BTP) adalah jumlah ton barang dalam satu periode (bulan/tahun) yang melewati tiap meter panjang dermaga/tambatan yang tersedia. BTP = dimana : Σ barang (ton) panjang dermaga x tambatan yangtersedia Jumlah muatan per kapal dalam satu tahun = 4020 ton Panjang dermaga Tambatan yang tersedia = 54,5 m = 1 kapal BOR = ,76ton/jam 54,5 x1 - Tingkat utilisasi dermaga Berth Occupation Ratio (BOR) Σ(panjang kapal 10) x waktu tambatan BOR panjang dermaga x waktu tersedia Dimana : Kunjungan kapal rata rata per tahun sebanyak 2 buah Untuk kapal penumpang yang direncanakan dengan panjang 50 m Untuk kapal penumpng yang direncanakan pada pelabuhan labuhan haji simeulue diasumsikan sebanyak 2 buah dengan rata rata panjang ± 50 m Waktu tambahan BT (berthing time) rata rata 5 jam dikalikan waktu efektif dalam satu tahun = 300 hari BT = 5 x 300 = 1500 jam/tahun Waktu yang tersedia dalam satu tahun ( 1 hari = 24 jam) adalah : Waktu tersedia = 24 jam x 300 hari = 7200 jam/tahun 29

32 Panjang dermaga pelabuhan labuhan haji simeulue = 50 m Dengan demikian nilai BOR : (50 10) x1x1500 BOR 54,5x = x 100% = 22,93 % Untuk menilai Berth Occupation Ratio (BOR) maksimum, digunakan kriteria UNCTAD, sebagai berikut : Tabel 4.1 Penilaian BOR Maksimum Jumlah dermaga dalam satuan kelompok Jam operasi pelabuhan Penggunaan dermaga optimal (%) 1 24 jam 40 % 2 25 jam 50 % 3 26 jam 55 % 4 27 jam 60 % 5 28 jam 65 % 6 s/d jam 70 % Berdasarkan nilai BOR yang di dapat dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggunaan derrmaga masih di bawah nilai BOR maksimum. Hal ini dikarenakan lalu lintas pelayaran yang masih cenderung sepi, sehingga pertambahan panjang dermaga tidak perlu dilakukan. 30

33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengolahan data dari pelabuhan Labuhan Haji Simeulue, survei kapal dan data sekunder yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan : 1. Pelayaran di pelabuhan labuhan haji simulue dilayani oleh dua kapal feri dengan tipe kapal feri monohull konvensional. Dengan panjang kapal yaitu 50 m dan 56,02m. dari perhitungan panjang dermaga yang dibutuhkan yaitu Lp = 100 m dan Lp = 106,02 meter > 54.5, sehingga Dimensi dermaga Pelabuhan Labuhan Haji Simeulue dengan panjang 54,5 m saat ini hanya dapat dikatagorikan layak meskipun hanya dapat melayani satu kapal saja. 2. Berdasarkan nilai BOR yang didapatkan, tingkat pemakaian dermaga yaitu 22,93 % masih di bawah nilai BOR maksimum artinya pertambahan panjang dermaga tidak perlu dilakukan. 5.2 Saran 1. Data data yang terdapat dalam penelitian ini kurang lengkap sehingga data arus pelayaran dalam periode tahunan dan jumlah frekuensi kapal yang datang kedepannya tidak dapat diprediksikan. 2. Tidak adanya pihak pengelola pelabuhan pada saat proses pengambilan data menyebabkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini tidaklah akurat sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam. Diperlukan suatu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan analisa kelayakan dermaga Labuhan Haji Simeulue yang lebih baik dan maju. 31

34 3. Perlu dilakukan penelitian terhadap pelabuhan dengan kapasitas yang lebih besar dan arus lalu lintas yang lebih padat. Sehingga efektivitas dermaga bisa diketahui. 32

35 DAFTAR PUSTAKA Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions: International survey and directions for future research. Journal of Operational Research Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3, Huri, M. D. dan Indah Susilowati Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002). Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank Indonesia Muharam, H dan Rizki Pusvitasari Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3. Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm. Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2 Syakir, A. K Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. Hal , Semarang. Saleh, Samsubar Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE UGM. Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw- Hill. Inc., USA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pelabuhan Menurut Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1, tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM Tebiary LEPINUS 1 *, Setijo PRAJUDO 2 dan Edwin MATATULLA 1 1 Program

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi/liberalisasi khususnya sektor perdagangan serta pelaksanaan otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan potensi yang dimiliki daerah.

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Salah satu kekayaan tersebut yaitu nikel. Nikel adalah hasil tambang yang bila diolah dengan

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan / maritim, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan / keamanan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG Cherryl Clinda Rumambi T. K. Sendouw, Mecky R. E. Manoppo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Pelabuhan Laut Bitung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097

Lebih terperinci

2 METODOLOGI PENELITIAN

2 METODOLOGI PENELITIAN 11 2 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2013 di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Singapura (Port of Singapore Authority).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Bakauheni Pelabuhan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN TERMINAL kelancaran mobilitas keterpaduan intra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA Medan, 29 September 2016 1 PELABUHAN SIBOLGA 1. Dermaga Umum : 03,5 x 15,5 m 2. Dermaga Ferry : 35 x 10,2 m & 35,7 x 6 m 3. Trestel : 127,2 x

Lebih terperinci

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi 5 MODA TRANSPORTASI LAUT Setijadi setijadi@supplychainindonesia.com 2015 1 PERKEMBANGAN ANGKUTAN LAUT Setiap tahun terdapat lebih dari 50.000 kapal besar yang membawa 40 persen perdagangan dunia yang dibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah masalah tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien dalam mewujudkan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat BAB II TPKL SEBAGAI SIMPUL SIRKULASI 2.1. Terminal Sebagai Simpul Sirkulasi. 2.1.1. Pengertian Terminal. - Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat berhenti dan memuat, membongkar barang, misalnya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG Jembris Sagisolo Theo K. Sendow, J. Longdong, Mecky R. E.Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado email: jembris_sagisolo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

ANALISIS BERTH OCCUPANCY RATIO (BOR) UNTUK MEMENUHI STANDATR ULTILITAS DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT PADA DERMAGA B CURAH CAIR PELABUHAN DUMAI

ANALISIS BERTH OCCUPANCY RATIO (BOR) UNTUK MEMENUHI STANDATR ULTILITAS DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT PADA DERMAGA B CURAH CAIR PELABUHAN DUMAI ANALISIS BERTH OCCUPANCY RATIO (BOR) UNTUK MEMENUHI STANDATR ULTILITAS DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT PADA DERMAGA B CURAH CAIR PELABUHAN DUMAI Doris Ade Widyarti 1), Rinaldi 2), Ferry Fatnanta 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Sebagai wilayah kepulauan, transportasi laut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang luas, dibutuhkan adanya suatu angkutan yang efektif dalam arti aman, murah dan nyaman. Setiap

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM TRANSPORTASI KAPAL FERRY STUDI KASUS PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK. Ahmed Assqol Hany 1), A.A.B.

SIMULASI SISTEM TRANSPORTASI KAPAL FERRY STUDI KASUS PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK. Ahmed Assqol Hany 1), A.A.B. SIMULASI SISTEM TRANSPORTASI KAPAL FERRY STUDI KASUS PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK Ahmed Assqol Hany 1), A.A.B. Dinariyana 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK - ITS 2) Dosen

Lebih terperinci

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai gambaran umum tentang fungsi pelabuhan dan kapal

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai gambaran umum tentang fungsi pelabuhan dan kapal 1 Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai gambaran umum tentang fungsi pelabuhan dan kapal 2 Fungsi dan Klasifikasi Pelabuhan Kapal 3 Tempat kapal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 RAHASIA SDT16 - PELABUHAN Triwulan - 2016 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 Tujuan Survei : Memperoleh informasi tentang perkembangan waktu lamanya petikemas / barang berada

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA PENGEMBANGAN PANJANG DERMAGA DAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS (TPK) PELABUHAN TELUK BAYUR

ANALISA PENGEMBANGAN PANJANG DERMAGA DAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS (TPK) PELABUHAN TELUK BAYUR ANALISA PENGEMBANGAN PANJANG DERMAGA DAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS (TPK) PELABUHAN TELUK BAYUR Nuchgraha Cakra Perdana, Bahrul Anif, Lusi Utama Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IDLE TIME (IT) DI PELABUHAN DUMAI (DERMAG A)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IDLE TIME (IT) DI PELABUHAN DUMAI (DERMAG A) IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IDLE TIME (IT) DI PELABUHAN DUMAI (DERMAG A) Feri Setiawan 1), Trimaijon 2), Ferry Fatnanta 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2)3) Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah AJI SETIAWAN,

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pelabuhan merupakan tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disususn

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TANJUNG BALAI ASAHAN Medan, September 2016 1. OVERVIEW PELABUHAN a. KONDISI EKSISTING PELABUHAN TELUK NIBUNG 2 a. KONDISI EKSISTING PELABUHAN TELUK NIBUNG

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.1 Pengertian Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci