BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dan analisa data pada bab bab sebelumnya,

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dan analisa data pada bab bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Dalam konteks Intertekstualitas a. Penggunaaan bahasa literasi yang tidak familiar dan memiliki beragam makna merupakan salah satu penyebab masyarakat tidak memahami apa yang disebut kota literasi yang telah dicanangkan pemerintah. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan masyarakat tidak menemukan pemaknaan dan tujuan dari kota literasi secara subtantif. b. Perlu adanya pemahaman bersama secara menyeluruh dan massif, baik ditingkat internal maupun eksternal pemerintahan tentang konsep dari Surabaya Kota Literasi yang digagas oleh Pemerintah Kota Surabaya. 2. Dalam konteks praktik kewacanaan a. Keberhasilan Surabaya Kota Literasi diklaim melalui keberhasilan pelaksanaan program kerja seperti kurikulum wajib baca, tantangan membaca, kegiatan di TBM, dan sebagainya. Hal tersebut secara tidak langsung telah mengkontruksi pemahaman masyarakat bahwa kota literasi adalah kota yang warganya membaca. b. Tidak terdapat penolakan masyarakat (yang menjadi sasaran) secara umum, karena program ini dianggap memiliki tujuan baik. Namun terdapat pandangan berbeda pada kelompok masyarakat yang memiliki 112

2 pengetahuan dan pengalaman tentang literasi, yaitu lebih bersifat kritis dan menginterpretasikan program sebagai upaya branding. c. Konsumsi wacana yang terjadi adalah pemahaman masyarakat terhadap kota literasi sebatas kasad mata (yang terlihat) dari program yang tengah berjalan, yaitu Surabaya Kota Literasi adalah kota membaca. Prioritas dalam program ini adalah anak-anak sekolah khususnya di tingkat sekolah dasar (berada di masa usia emas). Sehingga muncul anggapan bahwa kewajiban membaca pada program ini adalah anak-anak sekolah. d. Keberhasilan Surabaya Kota Literasi dikarenakan gerakan pemerintah dalam bekerja bersifat terstruktur, sistematis, dan massif. Hampir semua SKPD di lingkungan pemerintah Kota Surabaya bersama-sama membantu mensukseskan program tersebut. Terdapat kepemilikan kuasa dalam melaksanakan program, selain ada dana, aparatur, dan kuasa dalam instruksi, sehingga program ini mudah terlaksanakan. e. Program Surabaya Kota Literasi bertumpu pada pendidikan formal (sekolah), seharusnya terdapat peran aktif pendidikan di dalam rumah yaitu lingkungan keluarga khususnya orang tua. Keluarga dapat menjadi central pendidikan bagi anak sesuai konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Sehingga perlu adanya pemahaman bersama tentang pola asuh anak yang baik kepada orang tua sebagai wali murid. f. Program Surabaya Kota Literasi belum menjangkau tingkat grass root, yaitu gerakan komunitas literasi yang telah membumikan buku di kota 113

3 surabaya sebelum Surabaya Kota Literasi dideklarasikan. Sehingga perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dalam mensukseskan program Surabaya Kota Literasi. 3. Dalam konteks perubahan Sosiokultural a. Konstruksi definisi kota literasi sebagai sebuah gerakan membaca dalam rangka mencerdaskan masyarakat telah berhasil dilakukan oleh pemerintah kota surabaya melalui program Surabaya Kota Literasi. Wacana yang terbentuk atas Kota Literasi memiliki klaim keberhasilan dengan sifat kuantitatif, seperti jumlah pengunjung perpustakaan/tbm, jumlah buku yang dipinjam, jumlah buku yang dibaca dalam tantangan membaca, dan lainnya. Senyatanya, perilaku membaca merupakan perilaku sosial dimana penilaiannya bersifat kualitatif, yaitu dimana seseorang dianggap dapat memaknai kegiatan membaca bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu perlu waktu yang cukup lama untuk menterjemahkan keberhasilan Kota Literasi, yaitu ketika ada perubahan yang massif dari generasi saat ini terhadap kebiasaan membaca di masa datang. b. Disisi lainnya, kontruksi kota literasi yaitu kota yang warganya memiliki perilaku gemar membaca secara tidak langsung telah membuat perubahan sosial dan budaya yaitu perilaku gemar membaca warga surabaya, yang awalnya pasif dalam membaca, setelah disediakan sarana dan prasarana kini warga surabaya antusias dalam kegiatan membaca. 114

4 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, meneliti merekomendasikan saran yang terdiri dari saran praktis baik untuk pemerintah kota surabaya selaku pengambil kebijakan maupun masyarakat kota surabaya secara umum, serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya Saran Praktis 1. Berikut ini adalah saran praktis yang bisa direkomendasikan peneliti tertuju untuk Pemerintah Kota Surabaya: a. Memberikan pemahaman dan sosialisasi mengenai konsep kota literasi secara mendetail kepada pihak internal perpustakaan (pustakawan/petugas TBM) b. Membentuk tim khusus untuk mensosialisasikan program Surabaya Kota Literasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat umum melalui TBM di seluruh surabaya, dengan penjelasan detail mengenai konsep dan program Surabaya Kota Literasi. c. Mempromosikan Surabaya Kota Literasi melalui iklan, brosur, pamphlet, banner dan sebagainya di seluruh pelosok kota melalui jejaring TBM yang telah didirikan. d. Memberikan pemahaman bersama mengenai tri pusat pendidikan anak, bahwa pendidikan anak tidak hanya bertumpu di sekolah, tetapi basis utama adalah di rumah (keluarga) melalui pendidikan parenting di lakukan oleh pihak Sekolah dimana anaknya disekolahkan. Bahwa peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. 115

5 e. Bekerjasama dengan BKKBN, memberikan pemahaman baru bahwa kesejahteraan keluarga tidak hanya pada level ekonomi tetapi berbasis pengetahuan. Sehingga pendidikan di level keluarga harus diutamakan. Hal ini bisa dilakukan dengan workshop atau seminar door to door di level kelurahan hingga kampung. f. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan komunitas-komunitas literasi yang ada di surabaya, baik untuk kegiatan maupun bersama-sama menciptakan iklim baca di surabaya, serta membentuk lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran anak. g. Menentukan indikator keberhasilan Surabaya Kota Literasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sebagai alat kontrol menentukan sejauhmana tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam program tersebut. 2. Saran praktis kedua yang dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak, khususnya lingkungan keluarga (orang tua) dan lingkungan sekolah (guru), antara lain: a. Memberikan pemahaman bersama kepada pihak di sekeliling anak yang dimungkinkan menjadi patron perilaku anak, seperti orang tua dan guru bahwa untuk membentuk sikap gemar membaca harus dimulai dari orang tua maupun guru. Dengan memberikan treatment membaca untuk orang tua dan guru. b. Di lingkungan keluarga, orang tua tidak hanya menjadi contoh dalam kebiasaan membaca pada anak, tetapi juga mendukung dalam penyediaan 116

6 bahan bacaan yang berkualitas (apabila secara ekonomi belum mampu, bisa mengajak berkunjung ke perpustakaan), serta memberikan ruang bagi anak membaca buku sesuai bacaan yang dikehendaki anak (tidak memaksakan bahan bacaan), khususnya pemaksaan yang berkaitan dengan akademis Rekomendasi Penelitian Selanjutnya Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti merekomendasikan pada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan merekomendasikan penelitian adalah 1. Penelitian tentang perilaku gemar membaca anak khususnya anak sekolah di Usia Sekolah Dasar yang menjadi prioritas program Surabaya Kota Literasi. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut sejauhmana keberhasilan program Surabaya Kota Literasi dalam membudayakan minat baca dikalangan siswa sekolah. Sehingga hasil yang diperoleh dapat menjadi evaluasi lebih mendalam tentang program Surabaya Kota Literasi. 2. Penelitian tentang perubahan sosial yang terjadi setelah dicanangkannya program Surabaya Kota Literasi. Perubahan tidak hanya identik dengan perilaku gemar membaca masyarakat, tetapi lebih dari itu dapat dilihat dalam sisi kualitas pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauhmana dampak positif dari program Surabaya Kota Literasi mendorong perubahan masyarakat menjadi lebih baik. 117