Model Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Media Pendidikan Politik Bagi Kader Partai dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Wildan Nurul Fajar Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Media Pendidikan Politik Bagi Kader Partai dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Wildan Nurul Fajar Abstract"

Transkripsi

1 Model Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Media Pendidikan Politik Bagi Kader Partai dalam Meningkatkan Kesadaran Politik (Penelitian Grounded Theory dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia) 1 Wildan Nurul Fajar 2 Abstract The background of this study is an apprehensive condition of political dynamics recently. It concerns with political activities of politician who do not support people s needs. The party it self can not conduct the political education to the cadres maximally yet. Meanwhile politician have to have ability to participate in democratic live, think critically and act consciously in plural society and need empathy for listening and accommodating other needs. Keywords: civic education, political education, and political awareness. Penelitian ini bertolak dari kondisi keprihatinan mengenai dinamika politik yang sedang berlangsung dan berkembang belakangan ini, terutama berkaitan dengan aktivitas politik dari politisi partai yang cenderung jauh dari keberpihakannya kepada kepentingan rakyat. Partai politik belum dapat melaksanakan pendidikan politik dengan maksimal kepada kadernya. Padahal kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis, berfikir secara kritis dan bertindak secara sadar dalam dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan kita mendengar dan karenanya mengakomodasi pihak lain, semuanya itu memerlukan kemampuan yang memadai. Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Politik, dan Kesadaran Politik. Pendahuluan Salah satu parameter untuk mengukur kualitas demokrasi adalah sirkulasi kepemimpinan politik yang lancar dengan sokongan kaderisasi kepemimpinan yang melembaga. Kontestasi politik pada sistem demokrasi semestinya dikawal oleh ketersediaan jalur-jalur kaderisasi kepemimpinan yang mampu memunculkan kader-kader pemimpin politik yang handal. Reformasi ditingkat kelembagaan dan prosedural yang telah digulirkan selama hampir satu dasawarsa di Negeri ini nyaris tidak disertai dengan perbaikan yang signifikan pada jalur kaderisasi kepemimpinan politik. Publik seolah masih dipaksa untuk memberikan ruang dipanggung politik bagi aktor-aktor lama. Ironisnya sebagian besar survey yang dilakukan menunjukan adanya kerinduan publik atas tampilnya figur pemimpin alternatif. Tidak adanya pendidikan politik yang sistematis dan rendahnya penguasaan pengalaman dalam mengatasi masalah sosial dan keterlibatan dalam asosiasi sukarela menjadi kendala utama kaderisasi kepemimpinan politik di Indonesia. Keadaan ini diperparah oleh pola rekrutmen dan nominasi kandidat yang tidak melibatkan anggota partai secara luas. Kandidat muncul tiba-tiba, dan terlahir dari restu elit partai bukan melalui konvensi partai (Suryadi, 2009:205). Dalam struktur dan sistem politik, organisasi politiklah yang paling bertanggung jawab melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas. 1 2 Tulisan ini adalah ringkasan dari tesis penulis pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pandidikan Indonesia. Untuk Keperluan jurnal ini, naskah disunting ulang seperlunya oleh penulis. Terimakasih di sampaikan kepada penyunting ahli atas komentar-komentar terhadap draf naskah ini. Wildan Nurul Fajar, M.Pd adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Muhammadiyah Purwokerto.

2 Partai politik yang oleh Gramsci (1971: 68) dikategorikan sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil, diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai Instrumen of Political Education dengan baik dan benar. Partai politik sebagai suatu organisasi politik sangat berperan dalam mencetak pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional. Penting untuk disadari bahwa tampilnya para pemimpin dengan kualitas memadai ke panggung utama bukanlah melalui proses secara instan, namun melalui titian karir secara berjenjang dan melalui proses yang berliku. Dibutuhkan suatu proses pendidikan politik baik yang bersifat formal maupun non formal yang mampu membentuk jiwa dan karakter pemimpin. Perekrutan partai sebagai langkah awal dalam proses pendidikan politik selalu memunculkan kader-kader partai yang kurang teruji dalam memahami aspek ideologis serta komitmen-komitmen dasar yang menjadi karakter dan fokus perjuangan sebuah partai. Pendidikan politik tidak akan memadai jika hanya dipandang sebagai dampak pengiring (nurturant effect) keterlibatan kader dalam aktivitas rutin partai (Budimansyah dan Suryadi, 2008:160). Melihat kondisi itu maka pendidikan kewarganegaraan memegang peranan penting dalam menumbuhkan kesadaran politik, yang salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan politik, bukan hanya dalam jalur persekolahan tetapi juga di dalam masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan Kewarganegaraan diluar jalur pendidikan formal dapat pula diartikan sebagai pendidikan politik terhadap masyarakat secara luas, karena pada dasarnya tujuan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri adalah menciptakan partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat, baik ditingkat lokal maupun nasional. Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif adalah suatu keharusan karena kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis, berfikir secara kritis dan bertindak secara sadar dalam dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan kita mendengar dan karenanya mengakomodasi pihak lain, semuanya itu memerlukan kemampuan yang memadai. Lebih lanjut dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan harus menyentuh persoalanpersoalan utama dalam kehidupan politik. Untuk menumbuhkan dan atau meningkatkan kesadaran politik yang otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan pendidikan politik yang baik dan benar mutlak diperlukan. Pelaksanaan pendidikan politik ini, selain dapat dilakukan oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada, juga bisa dilaksanakan secara non-formal oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil dalam hal ini salah satunya adalah partai politik. Namun selama ini partai politik tidak pernah maksimal menjalankan perannya dalam melakukan pendidikan politik dengan baik kepada masyarakat secara luas apalagi kepada kadernya sendiri, sehingga yang terjadi adalah kader partai yang dilahirkan dari partai politik tersebut selalu melakukan menyimpangan atau penipuan publik dalam praktek-praktek politik yang dilakukan, baik terhadap masyarakat maupun partai politik itu sendiri. Tak kunjung terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal kesadaran politik para politisi kita padahal dengan tegas diakui bahwa secara berkala partai politik di Indonesia tidak pernah ketinggalan untuk selalu melaksanakan proses pendidikan politik bagi kadernya sendiri. Hal ini menjadi tanda diperlukannya suatu model pendidikan politik yang tidak hanya bertugas memberikan pengetahuan politik saja namun pendidikan politik yang ada harus didesain bagi peningkatan keterampilan dan karakter politik para kader partai.

3 Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah: bagaimana pengembangan model Pendidikan Kewarganegaraan sebagai media pendidikan politik bagi kader partai dalam meningkatkan kesadaran politik. Untuk mempermudah penelitian ini maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. bagaimana proses pendidikan politik yang dilaksanakan oleh partai politik terhadap para kadernya dipahami dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan? 2. bagaimana realitas pendidikan politik yang dilaksanakan oleh partai politik terhadap para kadernya dalam meningkatkan kesadaran politik kader partai? 3. bagaimana konstruksi pendidikan politik yang dibutuhkan bagi peningkatan kesadaran politik kader partai? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Secara umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual mengenai pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik dan implikasinya terhadap kesadaran politik kader partai. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi-argumentatif dan teoritikkonseptual mengenai: 1) Proses pendidikan politik yang dilaksanakan oleh partai politik dipahami dalam konteks kewarganegaraan; 2) Realitas pendidikan politik yang dilaksanakan oleh partai politik terhadap para kadernya dalam meningkatkan kesadaran politik kader partai; 3) Konstruksi pendidikan politik yang dibutuhkan bagi peningkatan kesadaran politik kader partai. Manfaat Penelitian Manfaat teoritik penelitian ini akan menggali, mengkaji, dan mengembangkan model Pendidikan Kewarganegaraan sebagai media pendidikan politik dan implikasinya terha terhadap peningkatan kesadaran politik. Manfaat praktis, 1) Memberikan masukan kepada para akademisi atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi ke arah pengembangan kesadaran politik; 2) Memberi masukan bagi para pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan program pendidikan politik; 3) Memberikan gambaran kepada partai politik dalam rangka pengembangan pola kaderisasi yang baik. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini secara umum terbagi empat, yaitu pertama Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengertian citizenship education yang merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di luar sekolah yaitu pada partai politik. Kedua pendidikan politik, yaitu suatu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan, dan mengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. Pendidikan

4 politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik terhadap kader-kadernya. Ketiga kesadaran politik, yaitu pandangan yang integral terhadap segala yang dicakup oleh politik, berupa pengetahuan perpolitikan dengan segala tingkatannya, yang memungkinkan seseorang untuk memahami berbagai persoalan politik ditengah masyarakatnya, menganalisanya, menempatkan posisi diri darinya, serta mendorong diri untuk bergerak demi perubahan dan perkembangannya Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode grounded theory yaitu metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori grounded yang disusun secara induktif tentang suatu fenomena. Melalui metodologi ini tidak hanya dihasilkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep, namun juga dilakukan pengujian sementara terhadap konsep ini. Tujuan metode grounded theory adalah menyusun teori yang sesuai dengan dan menjelaskan tentang bidang yang diteliti (Strauss dan Corbin, 2009:12). Grounded theory memberikan peluang sangat besar untuk menemukan teori baru, disusun dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, dan analisis data yang berkenaan dengan fenomena itu. Subjek penelitian ini adalah para pengurus partai, praktisi politik dan pakar yang berlatar keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan serta banyak menaruh perhatian yang tinggi terhadap pendidikan politik. Paradigma Penelitian Studi dokumen Wawancara Studi literatur Analisis konseptual filosofis gagasan/pemikiran/citacita/harapan Pakar Pendidikan Kewarganegaraan Pakar Pendidikan Politik Pengurus dan anggota partai politik Konstruksi Pendidikan Politik dalam meningkatkan kesadaran politik Kesimpulan Teoritis, Temuan Penelitian terdahulu, Dokumen Tinjauan Pustaka Tinjauan tentang Konsep Pendidikan Kewarganegaraan Civic education dan citizenship education merupakan program pembelajaran yang memiliki tujuan utama mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menjadi

5 warganegara yang baik, melalui pengalaman belajar yang dipilih dan diorganisasikan atas dasar konsep-konsep ilmu politik. Sementara itu berkaitan dengan perbedaan antara keduanya, Cogan (1999: 4) mencoba menjernihkan dan sekaligus mempertegas pengertian civic education versus citizenship education. Maksudnya adalah bahwa civic education ini diperlakukan sebagai suatu mata pelajaran dasar disekolah yang dirancang untuk mempersiapkan para pemuda warganegara untuk dapat melakukan peran aktif dalam masyarakat, kelak setelah mereka dewasa. Sedangkan citizenship education atau education for citizenship dipandang sebagai istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media. Oleh karena itu oleh Cogan (1999: 5) disimpulkan bahwa citizenship education atau education for citizenship merupakan suatu konsep dimana civic education termasuk bagian penting di dalamnya. Istilah citizenship education lebih cenderung digunakan dalam visi yang lebih luas untuk menunjukkan instructional effects dan nurturant effects dari keseluruhan proses pendidikan terhadap pembentukan karakter individu sebagai warganegara yang cerdas dan baik. Tinjauan tentang Konsep Pendidikan Politik Konsep political education, political socialization dan citizenship training, oleh Affandi (1996: 25) ternyata diterima sebagai suatu konsep yang sama jika dilihat dari misinya untuk memfasilitasi warganegara agar mampu berpartisipasi aktif dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Dengan merujuk pada pendapat tersebut untuk keperluan studi ini ketiga istilah tersebut diartikan sama dengan pendidikan politik. Berkaitan dengan penjelasan mengenai konsep pendidikan politik, Ruslan (2000: 87) mendefinisikan pendidikan politik sebagai upaya-upaya yang dicurahkan oleh lembagalembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang berusaha membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik yang sejalan dengan kultur politik orang-orang yang bergerak di lembaga-lembaga tersebut pada setiap warga negara, membentuk dan menumbuhkan kesadaran politik dengan segala tingkatannya, yang warga negara menjadi sadar dan mampu memperoleh sendiri kesadarannya, membentuk dan menumbuhkan kemampuan partisipasi politik yang ia mampu dan senang berpartisipasi politik secara aktif, dalam ikut memecahkan persoalan-persoalan umum masyarakatnya dengan segala bentuk partisipasi yang memungkinkan, dan yang mengantarkan kepada perubahan menuju yang lebih baik. Jika kita menganalisis pendapat diatas bahwa unsur-unsur dari definisi tersebut didalamnya meliputi kepribadian politik, kesadaran politik, partisipasi politik yang merupakan tujuan dari pelaksanaan pendidikan politik yang yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dengan sasaran manusia atau warga negara. Dalam konsep tentang pendidikan politik terkandung esensi utama bahwa pendidikan politik dilakukan untuk membentuk sikap dan perilaku dari insan politik yang memahami tentang kedudukan, peran dan fungsinya dalam kehidupan politik dan bagaimana ia menjalankan aktivitas politiknya berdasarkan pada kedudukan, peran dan fungsi tersebut sehingga nantinya akan memberikan bekal kepada individu tersebut untuk melakukan aktivitas politik yang disertai oleh kesadaran politiknya. Tinjauan tentang Konsep Partai Politik Partai politik merupakan suatu kelompok yang terkelola yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik atau merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (Budiardjo, 2002: 161). Dari pengertian tersebut partai politik hanya dijadikan sebagai sarana untuk mencapai kedudukan politik dalam memperoleh kekuasaan. Partai politik tak ubahnya sebagai kendaraan yang

6 hanya dijadikan alat untuk mencapai kekuasaan. Pencapaian kekuasaaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai posisi politik bagi pimpinan partainya dan akhirnya akan menjadi keuntungan bagi partai termasuk bagi semua warga partai tersebut. Seperti halnya organisasi lain yang beroperasi dalam tataran publicsphere, partai politik perlu melihat kembali peran dan tugas yang diembannya. Secara garis besar, peran dan fungsi partai politik menurut Firmanzah (2008: 69), dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pertama peran dan tugas internal organisasi. Dalam hal ini organisasi partai politik memainkan peran penting dalam pembinaan, edukasi, pembekalan, kaderisasi dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi latar belakang pendirian partai politik. Kedua, partai politik juga mengemban tugas yang lebih bersifat eksternal organisasi. Tinjauan tentang Konsep Kesadaran Politik Menurut Surbakti (2010: 184), kesadaran politik dapat diartikan sebagai suatu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Merujuk pada pengertian yang dikemukakan, dapat kita ketahui bahwa seseorang yang memiliki kesadaran politik adalah orang yang mengetahui dan memiliki minat terhadap setiap kejadian atau perubahan yang ada dilingkungan hidupnya. Lebih lanjut diperkirakan bahwa kesadaran politik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tinggirendahnya partisipasi politik seseorang. Itu artinya bahwa kesadaran politik sendiri pada intinya dapat dijadikan sebagai salah satu kategori untuk mengukur tingkat partisipasi politik seseorang. Kesadaran politik memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan konsep kemampuan politik (efficacy politics). Menurut Shirozi (2005:47) political efficacy merupakan salah satu hasil yang dapat diperoleh dan sosialisasi politik, yaitu suatu gambaran bahwa seseorang menilai dirinya dapat memengaruhi proses keputusan politik Pemerintah. Political efficacy hanya dapat terbentuk bila dalam diri individu tersebut telah ada kesadaran politik yang cukup tinggi. Hasil Penelitian Realitas Pelaksanaan Pendidikan Politik pada Partai Politik Partai politik memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita bisa melihat para pemimpin dan wakil-wakil rakyat di Negara kita terpilih melalui partai politik, mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah baik dalam pemilihan legislatif di tingkat DPR Pusat, DPRD Tingkat I, dan DPRD Tingkat II, maupun pada pemilihan pimpinan eksekutif baik itu pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati dan atau Walikota. Dalam Undang- Undang tentang partai politik yang selama ini diberlakukan di Indonesia, secara umum selalu dicantumkan bahwa fungsi partai politik adalah sebagai sarana pendidikan politik. Namun pelaksanaan fungsi ini relatif sangat kurang maksimal dijalankan oleh partai politik. Semua partai masih memprioritaskan fungsi partai sebagai sarana untuk mencapai kekuasaan saja. Padahal disetiap partai manapun yang ada di Indonesia, baik didalam AD dan ART, program umum, visi misi dan maupun kebijakan lainnya selalu ditekankan bahwa ada kewajiban partai untuk melaksanakan pendidikan politik, terutama terhadap kadernya. Salah satu hambatan tidak berjalannya pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik ini dikarenakan minimnya sumber dana yang dipunyai oleh partai politik. Hal ini terjadi karena persepsi kalangan partai terhadap pendidikan politik hanyalah sebatas pendidikan politik dalam bentuk formal semisal pendidikan dan pelatihan kader, seminar, diskusi politik dan sebagainya yang diselenggarakan secara formal. Untuk melaksanaan pendidikan politik semacam itu memang dibutuhkan biaya

7 yang tidak sedikit. Untuk itu, maka persepsi tentang bentuk pendidikan politik itu sendiri harus dirubah. Dalam pelaksanaan aktivitas kepartaian pelaksanaan pendidikan politik tidak hanya dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk formal tetapi juga dalam bentuk-bentuk non formal. Bentuk-bentuk pendidikan politik yang dapat dilakukan oleh partai politik terhadap kadernya, diantaranya yaitu; pelaksanaan rekrutmen anggota dengan pola seleksi; pelatihan kepemimpinan dan manajerial partai; pelaksanaan diskusi politik; pelaksanaan rapat rutin partai; pemberian kesempatan pada kader baru dan kader muda untuk menempati posisi sebagai pengurus partai; pemberian kesempatan kepada kader untuk dicalonkan dalam jabatan legislatif maupun eksekutif melalui mekanisme seleksi; mengikutsertakan kader dalam seminar, pelatihan, diskusi diluar partai; pemberian beasiswa atau bantuan biaya pendidikan terhadap kader; memberikan informasi terbaru terhadap kadernya; dan mendirikan organisasi sayap partai. Proses Pendidikan Politik oleh Partai Politik dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan Cita-cita demokrasi akan dapat sepenuhnya dipenuhi bila semua anggota masyarakat secara aktif turut serta dalam pemerintahan. Lebih jauh kewarganegaraan adalah keanggotaan dari lembaga politik yang berdaulat, dan karena itu maka kewarganegaraan seyogyanya juga dianggap sebagai kantor pemerintahan, seperti yang lainnya. Atas dasar semua pertimbangan tersebut, maka tujuan pendidikan kewarganegaraan bukan hanya sekedar partisipasi dari warganegara, tetapi benar-benar sebagai partisipasi yang cerdas dan penuh tanggungjawab, serta terampil dalam melakukan tindakan yang terarah dan efektif. Partisipasi warganegara berkaitan erat dengan constitutional democracy yang sangat bergantung pada partisipasi yang cerdas dari warganegara, karena kebijakan-kebijakan pemerintah diukur dan ditentukan oleh keputusan para pemilih, dan karena pemerintahan yang terbatas akan tetap terbatas hanya apabila ada keberanian warganegara untuk mencegah atau memprotes penyimpangan etika dan penyimpangan konstitusional. Bahkan secara konklusif dikatakan bahwa hanya dengan melalui partisipasi yang bernalar dan bermutu maka tujuan bersama bisa dicapai yakni pengembangan individu secara bebas dan penuh sebagai individu yang mandiri dan memiliki tanggungjawab moral. Jika dianalisis dengan cermat, tujuan tersebut berorientasi pada pengembangan kepribadian warganegara yang bertolak dari dan bermuara pada cita-cita, nilai, dan prinsip demokrasi. Hal itu dapat ditangkap dari rumusan tujuan pengembangan warganegara yang mampu berpartisipasi penuh (fully participating), berkemampuan (competent), dan bertanggungjawab (responsible) yakni warganegara yang memiliki komitment yang bernalar (reasoned commitment) terhadap nilai dan prinsip demokrasi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai aktor sosial. Yang perlu dilakukan adalah mengembangkan dalam diri individu, pengetahuan dan keterampilan, dan memberikan pengalaman yang mampu mewujudkan sikap yang menjangkau jauh di luar kepentingan sendiri atau kelompok. Kualitas pribadi yang harus dikembangkan adalah civic virtue. Yang dimaksud dengan civic virtue adalah kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Civic virtue ini memiliki dua unsur, yaitu civic dispositions dan civic commitments. Pengembangan dimensi civic virtue merupakan landasan bagi pengembangan civic participation yang memang merupakan tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan. Dimensi civic participation ini dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperanserta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperanserta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan kemanjuran dari warganegara, dan

8 mengembangkan pengertian tentang pentingnya peranserta aktif warganegara. Untuk dapat berperan secara aktif tersebut pengetahuan tentang konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang berkaitan dengan substansi dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara kontekstual, dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari warganegara. Jika dilihat dari sasaran dikembangkannya civic virtue dan civic participation, dapat disimpulkan bahwa salah satu dimensi dari pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan watak dan karakter warganegara yang peka, tanggap, dan bertanggungjawab terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka diperlukan sarana-sarana yang dapat digunakan untuk mawadahi partisipasi tersebut. Partai politik merupakan salah satu wahana yang dibangun bagi warganegara untuk dapat mengembangkan dimensi civic participation. Dimensi ini dikembangkan untuk mencapai tujuan yakni, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperanserta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperanserta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari warganegara, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peranserta aktif warganegara. Dari tujuan tersebut terlihat adanya hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dengan partai politik. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai kajian di partai politik. Karena saat ini pendidikan kewarganegaraan sudah lebih luas dari pada embrionya. Kajian keilmuan pendidikan kewarganegaraan, program kurikuler pendidikan kewarganegaraan, dan aktivitas sosial-kultural pendidikan kewarganegaraan yang tercakup didalamnya memberi ciri multifasetisitas/ multidimensionalitas. Sifat multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi pendidikan kewarganegaraan dapat disikapi sebagai pendidikan politik. Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang sedang membangun proses demokratisasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas, maka diperlukan partaipartai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Melalui partai, rakyat berhak menentukan siapa yang akan menjadi wakil mereka serta siapa akan menjadi pemimpin yang menentukan kebijakan umum (publik policy). Partai politik merupakan alat demokrasi. Alat demokrasi yang dimaksud bukan hanya sekedar alat yang tidak bisa melakukan apapun, namun karena pada partai politik didalamnya terdapat warga partai dan sistem yang dapat menjalankan roda organisasi partai tersebut ke pada tujuan politik sebuah negara, maka tugas partai politik harus dapat membentuk pola pemikiran, pembiasaan, dan pembentukan perilaku warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, atau dalam istilah lain disebut sebagai pendidikan politik. Jadi partai politik diharuskan untuk dapat menjalankan tugasnya tersebut, sebab tanpa pendidikan politik untuk kesadaran politik warganegara, maka partisipasi warganegara itu tidak akan bermakna. Partisipasi politik itu harus didasari oleh kesadaran berbangsa dan bernegara, bukan karena kepentingan apapun. Partisipasi warganegara dapat diwujudkan melalui pemikiran tentang bagaimana kehidupan bernegara ini bisa dijalankan bersama-sama dengan baik. Karena itu inti dari partisipasi politik warganegara adalah kesadaran (political awareness) dan tanggungjawab politik (political responsibility). Pola Pendidikan Politik yang Dibutuhkan bagi Peningkatan Kesadaran Politik. Sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran politik yang tinggi dari para kader maka dibuat program pelatihan kader partai yang dilaksanakan secara berkala dan

9 berkesinambungan. Hal yang mendasarinya adalah karena pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar kader partai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar yang diharapkan. Pelatihan kader partai dijadikan sebagai suatu upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan. Pelatihan kader partai adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar yang berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat. Pelatihan ini merupakan proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu. Ada beberapa hal penting dalam suatu pelatihan kader, yaitu: pertama tujuan pelatihan kader yang dilakukan secara umum harus berorientasi kepada pembentukan individu yang memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas politik mereka dalam kehidupan sehari-hari. Yang meliputi kompetensi civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yaitu berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh kader partai, civic skill (kecakapan kewarganegaraan) yaitu berkaitan dengan kecakapan intelektual dan partisipatoris kader partai yang relevan, dan civic disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Sedangkan secara khusus tujuan dari pelaksanaan pelatihan kader mencakup; a) peningkatkan pengetahuan, keterampilan, yang akhirnya dapat merubah perilaku kader supaya dapat menjalankan aktivitas politik yang partisipatif dan berpolitik menurut etika dan moralitas yang ditetapkan; b) peningkatkan pengetahuan, keterampilan kader dalam pengelolaan partai berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah lingkup tugas dan fungsinya; dan c) peningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam melakukan komunikasi politik. Kedua kurikulum pelatihan diharapkan dapat mengadopsi muatan-muatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk dimasukan kedalam pendekatan pelatihan seperti pendekatan-pendekatan nilai yang dikemukakan Douglas Superka (Djahiri, 1985: 39-42), yaitu: evocation approach, inculcation approach, awareness approach, moral reasoning approach, analisys approach, value clarification approach, commitment approach, dan union approach. Hal lainnya yang penting untuk pelaksanaan pelatihan adalah materi-materi yang diadopsi dari materi yang selama ini diberikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan seperti materi perlindungan dan penegakan HAM, materi demokrasi, materi konstitusi, materi kedaulatan rakyat, materi tentang hukum, materi hak dan kewajiban warganegara. Penetapan metode pelatihan menjadi hal yang tidak boleh dilupakan dalam suatu pelatihan. Ada beberapa alternatif metode yang bisa dipakai dalam pelatihan kader partai. Metode-metode tersebut dapat meliputi metode yang memang diperuntukan untuk kegiatan pelatihan maupun metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran disekolah terutama dalam pembelajaran PKn tetapi bisa juga diadopsi dan diaplikasikan dalam pelatihan kader partai. Metode-metode tersebut diantaranya metode pembelajaran project citizen, metode belajar berdasarkan masalah (BBM), metode brainstorming, dan metode kooperatif. Sementara itu media yang dapat digunakan dalam pelatihan kader partai meliputi: OHP, Audio Visual, peta, kliping, artikel-artikel internet, dan lain-lain. Proses akhir yang tak kalah penting dalam suatu pelatihan adalah bentuk evaluasi yang digunakan. Evaluasi atau penilaian dalam proses pelatihan diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator hasil latihan dengan berpedoman pada Penilaian Berbasis Kelas. Proses Penilaian tersebut meliputi penilaian tertulis (pencil and paper test), penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk (product), dan portofolio (portofolio). Penilaian tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian kegiatan dan kemajuan belajar peserta pelatihan adalah upaya pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta yang bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar peserta

10 pelatihan, serta untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran dan penilaian kegiatan yang dilakukan dengan cara evaluasi multi sistem, serta terus menerus dan berkesinambungan. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa butir kesimpulan, yaitu: 1. Partai politik memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui partai politik para pemimpin dan wakil rakyat di negara kita terpilih. Namun peran penting tersebut tidak disertai oleh pelaksanaan fungsi partai politik sebagai Instrumen of Political Education dengan baik dan benar terutama terhadap kadernya. Hal ini karena pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik sering terkendala dengan masalah dana. Dengan adanya hambatan tersebut, maka persepsi tentang bentuk pendidikan politik itu sendiri harus dirubah. Pelaksanaan pendidikan politik tidak hanya dapat dilakukan melalui bentuk formal tetapi juga dalam bentuk non formal. 2. Pendidikan kewarganegaraan adalah wahana pendidikan. Dalam arti pengetahuan, pendidikan kewarganegaraan memiliki body of knowledge (kestrukturan pengetahuan). Sebagai proses pendidikan, pendidikan kewarganegaraan berusaha untuk mengembangkan political awareness, political behavior, dan political attitude yang dikemas didalam satu proses pendidikan yang kita sering sebut civic competence. Jembatan antara partai politik dengan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mendidik warganegara agar memiliki kompetensi kewarganegaraan (civic competence). Memang partai politik tidak menjalankan pendidikan kewarganegaraan dalam arti formal, tetapi dia dapat menjalankan pendidikan kewarganegaraan dalam arti non formal. Partai politik dapat berperan seperti halnya pendidikan kewarganegaraan mempunyai peran yaitu sebagai sumber-sumber inspiransi akademik, sebagai sarana pendidikan, sebagai sarana perubahan perilaku, dan sebagai sarana habituasi untuk membangun kebiasaan politik. Dengan muatan tersebut maka diharapkan partai politik dapat berjalan beriringan dengan pendidikan kewarganegaraan untuk berperan baik didalam mencapai tujuan bangsa dan negara. 3. Pola pendidikan politik yang dibuat secara umum harus berorientasi kepada pembentukan individu yang memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas politik mereka yang dilandasi oleh kesadaran politik yang tercermin dalam bentuk-bentuk partisipasi politik. Kompetensi yang diperlukan oleh para kader tersebut meliputi kompetensi civic knowledge, civic skill dan civic disposition. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memformulasikan dan melaksanakan pola pendidikan politik yang mengadopsi muatan-muatan pendidikan kewarganegaraan kedalam kurikulum pelatihan yang didalamnya memuat pendekatan, materi, metode penyampaian materi, dan evaluasi yang dilakukan. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal kepada berbagai pihak. Pihak-Pihak yang dimaksud diantaranya adalah: 1. Kepada partai politik agar dapat melaksanakan pendidikan politik baik dalam bentuk formal maupun non-formal dan menjadikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai muatan dalam pelaksanaan pendidikan politiknya. 2. Kepada Pemerintah untuk dapat membuat kebijakan yang dapat dijadikan landasan dalam pelaksanaan pendidikan politik di Indonesia dan menjadikan pendidikan politik sebagai mata pelajaran dipersekolahan yang berdiri sendiri.

11 3. Komunitas akademik dan praktisi pendidikan kewarganegaraan disetiap jenjang dan jalur pendidikan seyogyanya dapat memotivasi diri dalam mengembangkan teori-teori PKn di masyarakat dan teori-teori pendidikan pendidikan politik. 4. Kepada seluruh kader partai agar mengikuti pelaksanaan pendidikan politik yang diselenggarakan oleh partainya, berdasarkan tahapan pendidikan kader. Daftar Pustaka Affandi, I, 1996, Kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam Pendidikan Politik, Desertasi FPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Branson, M.S, 1999, Belajar Civic Education dari Amerika. Penterjemah Syafruddin. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS). Budiardjo, M, 2008, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia. Budimansyah, D dan Suryadi, K, 2008, PKN dan Masyarakat Multikulural, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Cogan, J. J, 1999, Developing the Civic Society: The Role of Civic Education, Bandung : CICED Djahiri, A.K, 1985, Strategi Pengajaran Afektif, Nilai Moral VCT dan games dalam VCT, Bandung: Lab. PMPKN FPIPS IKIP Bandung. Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Gramsci, A, 1971, Selections From the Prison Notebooks, New York: International Publishers. Miles, M.B. & Huberman, A. M, 2007, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Noor, F, 2009, Mencermati Kampanye Pileg 2009: Gradasi peran Partai dan Gejala Pragmatisme, Dalam Jurnal Penelitian Politik. Vol. 6 no. 1. Jakarta: LIPI Press Ruslan, U. AM, 2000, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo: Era Intermedia Sapriya, 2006, Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa, Disertasi SPs UPI: tidak diterbitkan. Strauss, A, & Corbin, J, 2009, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknikteknik Teoritisasi Data. Terjemahan oleh Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien dari judul Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiharto, Bima Aria, 2010, Anti Partai, Jakarta: Gramata Publishing Surbakti, R, 2010, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Grasindo Suryadi, K, 2009, Balihocracy Komunikasi Politik dan Orientasi Pemasaran dalam Pemilu, Bandung: Pusat Studi Agama dan Pembangunan, Yayasan Indonesia Gemilang., 2008, Partai Politik, Civic Literacy dan Mimpi Kemakmuran Rakyat, dalam Akta Civicus Vol 1 Nomor 2, Oktober 2007 Winataputra, U.S, 2001, Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS.

12 Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan. Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D, 2007, Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu parameter untuk mengukur kualitas demokrasi adalah sirkulasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu parameter untuk mengukur kualitas demokrasi adalah sirkulasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu parameter untuk mengukur kualitas demokrasi adalah sirkulasi kepemimpinan politik yang lancar dengan sokongan kaderisasi kepemimpinan yang melembaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak terlepas dari pendidikan. Peran pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang erat dengan kehidupan politik suatu negara memberikan konsekuensi logis terhadap dimuatnya berbagai materi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan dianggap memiliki peran yang strategis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang 259 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti di Kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta, bahwa permasalahan yang dialami oleh guru

Lebih terperinci

Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Sikap Nasionalisme Siswa SMP Muhammadiyah Purwokerto.

Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Sikap Nasionalisme Siswa SMP Muhammadiyah Purwokerto. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Sikap Nasionalisme Siswa SMP Muhammadiyah Purwokerto. Elly Hasan Sadeli 1, Banani Ma mur 2 1,2 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat

Lebih terperinci

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) Oleh: Drs. Muniri, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Tulungagung Kaderisasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca reformasi tahun 1998, partai politik memiliki kedudukan yang semakin penting dalam sistem politik Indonesia. Dari sisi kaderisasi untuk mengisi jabatan-jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 400 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah simpulan, implikasi, dan rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tertuang dalam konstitusi negara bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan yang dirumuskan oleh para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Suatu negara pada hakikatnya memiliki keinginan dan harapan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas dan berdaya guna, tentunya dengan tidak mengesampingkan karakter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, secara berturut-turut akan diuraikan tentang hal-hal berikut : latar belakang penelitian; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini disajikan sejumlah simpulan dan rekomendasi terkait hasil penelitian tentang analisis implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kecenderungan prilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang anak masih mudah ditemukan. Berbagai kasus kriminal yang pernah terjadi tidak sedikit

Lebih terperinci

NUR ENDAH APRILIYANI,

NUR ENDAH APRILIYANI, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena globalisasi membuahkan sumber daya manusia yang menunjukkan banyak perubahan, maka daripada itu dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dicapai setiap siswa baik dalam jenjang pendidikan dasar, menengah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan pada hakekatnya adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komponen pendidikan merupakan komponen yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembentukan karakter warga negaranya terutama karakter dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Fakultas Ilmu Komputer Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun watak warganegara (civic disposition) merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga eksistensi suatu bangsa atau negara. Maka, tidaklah mengherankan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas. Begitupun dengan Partai HANURA. Karena dengan adanya kader yang berkualitas bisa mengukur eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era globalisasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengalaman siswa dalam mengembangkan keterampilan berpartisipasi sangat penting untuk dibangun pada jenjang persekolahan. Siswa sebagai generasi penerus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian ini menggambarkan tentang studi deskriptif organisasi kemahasiswaan ekstrakampus Himpunan Mahasiswa Islam pada Cabang Bandung dan Koordinator

Lebih terperinci

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAJEMENT MODUL 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA,

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

PKN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK/ PENDIDIKAN DEMOKRASI. HAND-OUT/KULIAH PKN/CHOLISIN.DOC Jurusan PKN dan Hukum FIS UNY

PKN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK/ PENDIDIKAN DEMOKRASI. HAND-OUT/KULIAH PKN/CHOLISIN.DOC Jurusan PKN dan Hukum FIS UNY PKN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK/ PENDIDIKAN DEMOKRASI HAND-OUT/KULIAH PKN/CHOLISIN.DOC. 0309 Jurusan PKN dan Hukum FIS UNY PARADIGAMA BARU PKn (Direktorat PSMP, 2006) PKn merupakan bidang kajian ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Febrianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Febrianti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara demokrasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pancasila sila ke-4 yakni, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

PERAN DAN SIKAP GURU DALAM MENSOSIALISASIKAN PENDIDIKAN POLITIK DI SEKOLAH

PERAN DAN SIKAP GURU DALAM MENSOSIALISASIKAN PENDIDIKAN POLITIK DI SEKOLAH PERAN DAN SIKAP GURU DALAM MENSOSIALISASIKAN PENDIDIKAN POLITIK DI SEKOLAH Amelia Haryanti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang ameliiaharyanti2@gmail.com ABSTRAK Salah satu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep dan proses pendidikan dalam pengertian generik merupakan proses yang sengaja dirancang dan dilakukan untuk mngembangkan potensi individu dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan bab awal dalam penelitian. Adapun yang akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak-anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, akan menjadi penerus perjuangan bangsa nantinya, tetapi masih banyak sekali anakanak yang kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswanya untuk membina moral dan menjadikan warga Negara yang baik, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat bangsa dan Negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat demokratis dapat terwujud apabila masyarakat dalam suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka mempunyai keinginan berpartisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai bangsa yang multikultur ternyata belum berhasil melakukan internalisasi nilai kedamaian yang terlihat dari masih mengemukanya berbagai

Lebih terperinci