DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 6

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASIHAN TULISAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR SINGKATAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Pelayanan Kesehatan Lansia Risiko Jatuh Home Care Service Pengaruh Home Care Service terhadap Risiko Jatuh BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian dan Definisi Operasional vii

2 3.3 Hipotesis BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Kerangka Kerja Tempat dan Waktu Penelitian Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 38

3 ABSTRAK Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai. Angka kejadian jatuh pada lansia mencapai 50% setiap tahunnya dan 40% diantaranya mengalami jatuh berulang. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia adalah dengan melakukan pencegahan promotif dan preventif yang terintegrasi melalui home care service. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring. Metode penelitian ini adalah quasi experimental design dengan rancangan penelitian one group yaitu pre test-post test design. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 38 responden. Diberikan intervensi berupa home care service selama empat minggu dengan frekuensi kunjungan dua kali seminggu. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi, dengan nilai p-value Nilai p-value lebih kecil dari α (0.000 < 0.05) sehingga ada pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring. Home care service melalui kunjungan rumah pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring berpengaruh signifikan terhadap penurunan risiko jatuh. Disarankan instansi yang terkait dapat mempertimbangkan pemberian home care service ini secara berkelanjutan sebagai salah satu alternatif untuk penurunan tingkat risiko jatuh pada lansia. Kata Kunci : Home care service, risiko jatuh, lansia. Referensi (58: )

4 ABSTRACT Fall is the sudden and accidental incidence, which makes someone lying or sitting on the floor. The incidence risk of fall in the elderly reached 50% every year and 40% of them experienced recurrent falls. One of the ways of preventing the incidence of fall in the elderly is by takingthe integrated promotion and prevention through the home care service. This study aimed at analyzing the influence of home care service on the risks of fall of elderly in the Banjar Tengah of Tampaksiring. The method of this research is quasi experimental with one group pre-test and post-test research design. Samples were taken by purposive sampling that meets the inclusion criteria with total of 38 respondents. All of respondents were given intervention of home care service for four weeks with the visiting twice a week. The results of statistic test with Wilcoxon Sign Rank Test showed a significant difference among the respondents before and after the intervention, with p-value of 0.000, α (0.000 <0.05) which means that, there is an influence of home care service on the elderly with falling down risks at the Banjar Tengah of Tampaksiring. Home care service through home visits to the elderly in Banjar Tengah Tampaksiring significantly influenced for risk of fall. As a recommendation, the educational institution and community services should sustainably support the home care service program for elderly as one of alternatives to prevent the incidence risk of fall. Keywords: Home care service, risk of fall, the elderly. References (58: )

5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua atau aging di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Proses menua merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur manusia (Suardiman, 2011). Menua ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi tubuh secara normal (Mubarak, Chayatin & Santoso, 2009). Lanjut usia (lansia) adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun ke atas, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang semakin menurun (Nugroho, 2008). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berusia 60 sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014). Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur tua karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas cenderung meningkat (Soelistiono, 2009). Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan Pembangunan tahun 2010, memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun. Usia harapan hidup yang tinggi diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah lansia laki-laki 9,38 juta orang atau 7,49% dari total penduduk laki-laki dan jumlah lansia perempuan 10,67 juta orang atau 8,61% dari total penduduk perempuan. Data dari Persatuan Gerontologi Medik Indonesia tahun 2015 menyebutkan jumlah lansia di Indonesia

6 telah mencapai 36 juta orang atau 11,34% dari populasi penduduk. Bali merupakan provinsi dengan proporsi lansia tertinggi keempat di Indonesia sebesar 10,07% (Badan Pusat Statistik, 2013). Gianyar merupakan Kabupaten di Provinsi Bali yang menduduki peringkat tiga besar yang mengalami peningkatan pada jumlah lansianya dari 46,647 jiwa pada tahun 2012 menjadi sebanyak 49,172 pada tahun 2013 (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Peningkatan jumlah lansia di Indonesia dan Bali dipengaruhi oleh peningkatan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ditujukan pada lansia berorientasi pada penanganan terhadap kondisi fungsi fisik lansia yang mengalami penurunan. Penurunan fungsi fisik pada lansia akan membawa ke kondisi yang rentan terhadap berbagai macam gangguan penyakit (Suardiman, 2011). Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah gangguan pada muskuloskeletal yang menyebabkan gangguan gaya berjalan dan keseimbangan. Perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan kaki tidak dapat menapak dengan kuat serta cenderung mudah goyah dan jatuh (Darmojo, 2004). Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai. Terjadinya kejadian jatuh yang tidak disengaja mengakibatkan lansia terbaring di lantai atau berada pada tingkat yang lebih rendah (Newton, 2003). Angka kejadian jatuh pada lansia mencapai 50% setiap tahunnya, dan 40% diantaranya mengalami jatuh berulang. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2007 didapatkan sekitar 28-35% lansia berusia 60 tahun di seluruh dunia mengalami jatuh setidaknya sekali dalam satu tahun, pada lansia dengan kelompok umur diatas 80 tahun angka kejadian jatuh meningkat menjadi % dan komplikasi akibat jatuh menjadi semakin berat seiring dengan peningkatan usia. Berdasarkan studi yang dilakukan di Asia khususnya Cina didapatkan 6-13 % lansia dapat mengalami jatuh setiap tahunnya, dan di Jepang 20% dari lansia dapat memperoleh jatuh setiap tahunnya. Sedangkan survei yang dilakukan pada kelompok lansia di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun mengalami jatuh setidaknya sekali dalam setahun,dan 50% diantaranya dilaporkan mengalami jatuh berulang (Klenk, 2015). Di

7 Indonesia prevalensi lanjut usia yang mengalami jatuh sebesar 67,1 % untuk kelompok umur tahun dan meningkat menjadi 78,2 % untuk kelompok umur lebih dari 75 tahun dengan persentase kejadian jatuh tertinggi terjadi di rumah yaitu sebanyak 60 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Nugroho, 2012). Faktor intrinsik yang mempengaruhi terjadinya jatuh pada lansia adalah gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi terjadinya jatuh diantaranya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang. Hal tersebut cenderung mengakibatkan lansia mudah terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia (Nugroho, 2012). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamebozorgi et al (2013), yang menjelaskan bahwa lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu penyebab jatuh pada lansia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang memiliki derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kemampuan untuk beraktivitas, penurunan kualitas hidup, dan kematian. Untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia perlu dilakukan pencegahan jatuh. Usaha pencegahan jatuh merupakan langkah awal yang harus dilakukan karena apabila sudah terjadi jatuh kemungkinan menyebabkan komplikasi (Darmojo & Boedhi, 2006). Pencegahan jatuh dapat dilakukan dengan mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik dan koordinasi keseimbangan, serta memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman (Stanley, 2006). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI tahun 2007 telah merumuskan berbagai kebijakan program dan kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia. Program pokok kesehatan menanamkan pola hidup sehat dengan lebih memprioritaskan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan

8 peningkatan kesehatan (promotif), tanpa mengabaikan upaya pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif. Upaya kesehatan promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya pencegahan promotif meliputi mengurangi kejadian jatuh dan meningkatkan penggunaan alat pengaman bagi lansia yang berisiko jatuh. (Maryam dkk., 2008). Upaya kesehatan preventif mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer dilakukan dengan promosi kesehatan pada lansia sehat dan lansia yang mempunyai faktor risiko. Pencegahan sekunder dilakukan dengan pemeriksaan pada lansia yang mempunyai faktor risiko walaupun gejala penyakit belum terlihat. Pencegahan tersier dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat, mencegah cacat bertambah, dan perawatan lansia rawat jalan dan perawatan jangka panjang (Maryam dkk., 2008). Upaya kesehatan promotif dan preventif dapat terintegrasi dalam kegiatan home care service (Arenson, 2009). Home care service adalah sebuah pelayanan di rumah masing-masing lansia dengan mempertahankan kenyamanan lansia, fungsi, dan kesehatan lansia (Arenson, 2009). Home care service bertujuan untuk memberikan pelayanan kebutuhan lansia di rumah atau di luar panti dalam hal kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari serta memberikan perawatan lansia di rumah, meliputi kegiatan bimbingan psikologi, bimbingan rohani, pemeriksaan kesehatan, dan bimbingan sosial. Home care service juga diselenggarakan dengan pemberian bantuan pangan, bantuan kebersihan, perawatan kesehatan, pendampingan, konseling, dan rujukan dengan melibatkan anggota keluarga dan masyarakat yang berada di sekitar tempat tinggal lansia (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Home Care, 2007). Penelitian yang dilakukan Kangguang et al (2013) menyebutkan bahwa pelaksanaan home care berpengaruh terhadap pemahaman lansia terhadap penyakit tuberkulosis paru khususnya dalam kepatuhan lansia untuk minum obat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thume et al (2011), yang menjelaskan peningkatan pemanfaatan perawatan lansia di rumah berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup dari lansia. Pada lansia

9 prevalensi terjadinya risiko jatuh tinggi, maka perlu dilakukan intervensi untuk mencegah risiko jatuh (Morse, 2009). Pada lansia yang berisiko rendah untuk jatuh, dengan penilaian Asesmen Risiko Jatuh Harian yang rendah, intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan strategi pencegahan jatuh yaitu memastikan lingkungan aman dan tingkatkan pengetahuan tenaga keperawatan. Pada lansia yang berisiko sedang dan tinggi untuk jatuh, dengan nilai Asesmen Risiko Jatuh Harian yang sedang dan tinggi, intervensi yang dilakukan adalah pencegahan jatuh dengan melakukan monitoring, melindungi saat perpindahan atau berjalan, mencegah jatuh dari kursi atau ranjang, dan pencegahan cidera. Monitoring pada lansia dengan risiko jatuh yang tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan intervensi keperawatan berupa home care service (Arenson, 2009). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Banjar Tengah Tampaksiring pada bulan Agustus 2015 didapatkan bahwa jumlah lansia yang tercatat adalah 70 orang. Hampir sebagian besar rumah yang ditempati lansia di Banjar ini berarsitektur tradisional Bali yang memiliki lantai yang tinggi dan kamar mandi yang jauh dari jangkauan lansia. Sepuluh lansia yang ditemui dan diwawancarai mengatakan pernah jatuh. Enam orang jatuh akibat jarak tempat tidur dengan kamar mandi yang jauh dan kurangnya pencahayaan pada malam hari. Rata-rata jarak dari tempat tidur lansia ke kamar mandi ± 15 meter. Tiga orang pernah jatuh akibat lantai rumah yang licin dan satu orang lansia pernah jatuh saat bekerja. Banjar Tengah Tampaksiring sudah memiliki pelayanan home care service, yaitu Home Care Graha Bali yang didirikan oleh seorang perawat. Home Care Graha Bali didirikan berdasarkan ijin No.530/0101/DIKES/2006. Home Care Graha Bali melayani jasa kunjungan rumah dan perawatan pasien di rumah dengan pelayanan berupa pengukuran vital sign, perawatan luka dekubitus, perawatan luka dan penggantian balutan, pemasangan perawatan oksigen, melakukan injeksi, pemasangan infus, kebersihan diri, pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga, dan memfasilitasi untuk merujuk ke dokter. Biaya setiap tindakan tergantung dari alat yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam melakukan tindakan tersebut. Jasa pelayanan home care yang diberikan belum

10 memberikan pelayanan risiko jatuh pada lansia. Dari hasil study literature yang dilakukan belum ada penelitian yang meneliti pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia. Dari hasil studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan satu masalah sebagai berikut Apakah ada pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring Tujuan Khusus a. Mengetahui risiko jatuh pada lansia lansia di Banjar Tengah Tampaksiring sebelum diberikan perlakuan. b. Mengetahui risiko jatuh pada lansia lansia di Banjar Tengah Tampaksiring setelah diberikan perlakuan. c. Menganalisis pengaruh home care service terhadap risiko jatuh pada lansia di Banjar Tengah Tampaksiring. 1.4 Manfaat Penelitian Teoritis

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan atau ilmu pengetahuan tentang home care service yang bermanfaat untuk mengurangi risiko jatuh lansia. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu pengembangan intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan khususnya pada lansia. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber atau referensi bagi penelitian terkait dengan pengaruh home care service terhadap risiko jatuh Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat dalam praktik mandiri sebagai sebuah referensi dilakukannya home care service bagi lansia dirumah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan perubahan yang baik dimulai dari pemberi asuhan langsung hingga tatanan fasilitas dan kebijakan institusi. Diharapkan juga dapat mengurangi angka kejadian jatuh dan menghindari komplikasi jatuh pada lansia di Indonesia Metodologis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi pengembangan ilmu mengenai home care service pada lansia yang memiliki risiko jatuh. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya di bidang Keperawatan Gerontik khususnya terkait pencegahan risiko jatuh pada lansia.