BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1. Pengertian Lanjut Usia Proses Menua BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menua (menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Semua orang yang dikaruniai umur yang panjang, pada suatu saat pasti akan mengalami suatu proses penuaan. Proses penuaan ini tidak hanya terjadi pada suatu bagian-bagian tertentu saja, tetapi seluruh bagian di tubuh kita akan mengalami proses penuaan. Hal ini dapat dilihat misalnya dengan menjadi kisutnya pipi, tumbuhnya uban pada rambut, berkurangnya proses pendengaran, mundurnya daya ingat dan kemampuan berpikir, serta berkurangnya daya penglihatan sehingga memerlukan bantuan kacamata untuk membaca (Gallo, 1998). Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, sebab manusia sebagai mahluk hidup, umurnya terbatas oleh suatu peraturan alam. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (Gallo, 1998)

2 Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara lain : 1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Oleh karena itu, pada usia lanjut seringkali terlihat kurus. 2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel saraf pendengaran. 3. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. 4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan lanjut usia. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir. 5. Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan lanjut usia menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan, dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

3 6. Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraksia) dan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulangulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti-sosial lainnya. 7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran Natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. 8. Incontintia Urine (IU) adalah pengeluaran urine di luar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok lanjut usia, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi. Kemunduran psikologis pada lanjut usia juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain : sindroma lepas jabatan, sedih yang berkepanjangan (Depkes RI, 2000) Kemunduran sosiologi pada lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman lanjut usia itu atas dirinya sendiri. Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status sosial lanjut usia akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut. Aspek sosial ini

4 sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin Arti dan Batasan Usia Lanjut Menurut ilmu Gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa dan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut. Beberapa pendapat tentang batasan umur lanjut usia yaitu: 1. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 2. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas yang karena mengalami penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila sebelum umur tersebut proses menua itu terjadi lebih awal, dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial. 3. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (Middle Age) adalah orang yang berusia tahun b. Usia Lanjut (Elderly) adalah orang yang berusia tahun c. Usia Lanjut Tua (Old) adalah orang yang berusia tahun d. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah orang yang berusia > 90 tahun Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.

5 Berdasarkan dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia (1996) dalam rangka perancangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Preseiden RI, menetapkan batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas. Lanjut usia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Dalam program posyandu lansia, sasaran terkategori atas 3 macam berdasarkan ukuran kemandirian (Activities of Daily Live) untuk mampu melakukan aktifitas sehari-hari, yaitu kemandiriaan A lansia yang tidak bisa datang ke posyandu/puskesmas, kemandirian B yaitu lansia yang datang ke posyandu/puskesmas dengan dibantu orang lain atau dipapah dan kemandirian C lansia yang bisa datang sendiri ke posyandu. (Depkes RI, 2005) Posyandu Lanjut Usia Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lanjut usia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya lanjut usia. Menurut Depkes RI bahwa pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun/ desa dalam wilayah kerja puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut posyandu. Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang

6 disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Adapun lanjut usia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia di tingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Kita dihadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah lanjut usia yang semakin meningkat, mahalnya harga dan biaya pengobatan, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain-lain (Depkes RI, 2000) Tujuan Penyelenggaraan Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada

7 yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut: - Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan - Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II. - Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain: a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

8 Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan

9 kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas kekeluargaan, pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu (Depkes RI, 2003). Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari: 1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan: a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas. b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat dilakukan POKSILA/puskesmas dengan menggunakan KMS Lansia, buku pemantauan kesehatan pribadi lansia. 2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan; a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di Poksila, Pustu, Puskesmas/Rumah Sakit. b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia. 3. Konseling yang mencakup kegiatan: a. Tidak sama dengan penyuluhan.

10 b. Dilaksanakan oleh Konseler. c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia. d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. 4. Pendekatan individu maupun kelompok. 5. Home Care 6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah klien/lansia. 7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam kegiatan perawatan dalam bentuk tim (tenaga professional/non professional di bidang kesehatan maupun non kesehatan). 8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya. Dalam kegiatan pelayan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan kegiatan di posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah: 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

11 6. Penyuluhan Kesehatan. 7. Pemberian makanan tambahan (PMT). 8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Lasma, 2007). Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan terutama dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit, dilakukan melalui pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia,dengan harapan gangguan kesehatan lansia dapat dideteksi lebih dini untuk mendapatkan pertolongan secara cepat, tepat dan memadai sesuai dengan keinginan yang diperlukan (Depkes RI, 2003) Upaya Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia dilakukan upaya-upaya berupa: 1. Memantapkan kerjasama dan partisipasi lintas program, lintas sector, lembaga swadaya masyarakat serta peran serta masyarakat melalui kesepakatan dan rencana kerja di setiap tingkat administrasi, antara lain dalam : a. Pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar: Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan di desa, Balai Kesehatan Masyarakat, Kelompok Lanjut Usia dan lain-lain. b. Pemantapan kerjasama antara Dinas Kesehatan dan RS KKabupaten/ Kota Dati I agar tercipta system yang tertata rapi dan mantap dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia.

12 c. Membina kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi profesi yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lanjut usia. d. Peningkatan komitmen dan dukungan politis dari Gubernur, Bupati/Walikota, sektor dan program terkait dalam pemasaran sosial mengenai upaya kesehatan lansia, dukungan dana bersumber APBN dan APBD dalam penanganan lanjut usia termasuk biaya transportasi serta upaya rujukan bagi lansia yang tidak mampu. 2. Meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui : a. Pengembangan pesan-pesan dan pengembangan media penyuluhan tentang kesehatan lansia. b. Penyebarluasan informasi mengenai upaya kesehatan lansia kepada petugas penyuluhan dan sektor terkait. c. Pengembangan upaya konseling dalam penanganan kasus lansia termasuk keluarganya. 3. Peningkatan upaya deteksi dini terhadap kasus lansia beresiko dan penanganannya dengan pelayanan kesehatan yang tepat dan memadai, melalui kegiatan : a. Pendataan sasaran dan pemutakhiran data secara berkala. b. Penggerakan Puskesmas dan jajarannya untuk memberikan pelayanan secara aktif terhadap sasaran lanjut usia, sehingga akan meningkatkan cakupan pelayanan secara bertahap.

13 c. Pemantauan secara berkesinambungan terhadap kesehatan lansia melalui kegiatan kelompok lansia dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. d. Pemberdayaan masyarakat termasuk sasaran lansia dalam mengenal dan melakukan rujukan kasus resiko tinggi. 4. Peningkatan pembinaan teknis dan manejerial pengelola program lansia melalui: a. Pembahasan rutin pelaksanaan program pembinaan lansia. b. Pelatihan/pendidikan dan berkelanjutan mengenai penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lansia. c. Melakukan pembinaan/ supervise terhadap pelaksanaan kegiatan kelompok lansia di masyarakat maupun pelaksanaan pelayanan di tingkat pelayanan dasar. 5. Pemantapan kemampuan pengelola program lansia dalam perencanaan, penggerakkan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan antara lain melalui: a. Penentuan prioritas kegiatan berdasarkan masalah yang ada. b. Membuat perencanaan/usulan kegiatan dengan memperhatikan prioritas masalah yang ada. c. Meningkatkan kemampuan pengelola program lansia di Kabupaten melalui pendidikan dan latihan.

14 2.5. Kecukupan Gizi Pada Lansia Kecukupan gizi lanjut usia berbeda dengan usia muda karena pada usia lanjut terjadi perubahan fisiologis dan psikososial sebagai akibat dari proses menua. Kebutuhan gizi setiap individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini : 1. Umur Pada masa pertumbuhan kebutuhan semua zat gizi tinggi (bayi, anak-anak dan remaja), sedangkan makin tua seseorang maka kalori (karbohidrat dan lemak) yang dibutuhkan menurun. Namun kebutuhan protein, vitamin dan mineral cukup tinggi sebagai aktioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel. 2. Jenis Kelamin Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama kalori, proitein dan lemak) dibandingkan dengan wanita karena postur, otot dan luas permukaan tubuh lebih besar atau lebih luas daripada wanita. Namun kebutuhan Fe pada wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan pria karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan Fe akan menurun kembali. 3. Aktivitas/kegiatan fisik dan mental Orang yang melakukan kegiatan fisik (menggunakan otot) memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan orang yang hanya duduk atau tidur. Walaupun aktivitas fisik lebih memerlukan zat gizi lebih pada aktivitas mental, namun stress yang berkepanjangan dapat mengganggu proses metabolisme tubuh yang

15 membutuhkan zat gizi cukup (terutama zat gizi mikro). Orang yang sedang istirahat pun memerlukan zat gizi untuk proses metabolisme tubuh yang disebut Basal Metabolisme Rate (BMR). 4. Postur Tubuh Tubuh yang tinggi dan besar memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan tubuh yang pendek, karena zat gizi dibutuhkan untuk mensuplai makanan sampai ke seluruh tubuh. 5. Pekerjaan Kecukupan zat gizi seseorang sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari, apakah termasuk ringan, sedang atau berat. Makin berat kerja seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Contoh : Pekerja lapangan membutuhkan zat gizi lebih besar dibandingkan orang yang bekerja di kantor. 6. Iklim/suhu udara Orang yang tinggal di daerah dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi yang lebih untuk mempertahankan suhu tubuh. 7. Kondisi fisik tertentu Kebutuhan zat gizi setiap individu tidak selalu tetap. Kebutuhan zat gizi setiap orang bervariasi sesuai dengan kondisi fisik tertentu. Selain faktor-faktor diatas pada kondisi tertentu, misalnya sedang hamil atau sehabis sembuh dari sakit, memerlukan zat gizi yang lebih dari biasanya. 8. Lingkungan Orang yang terus menerus berada di lingkungan berbahaya (misal : radioaktif, nuklir, dan bahan kimia lain) harus mendapatkan suplemen yang mengandung

16 protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek seperti radiasi (Arifin, 2000) Pengkajian Status Gizi Keadaan gizi seseorang mempengaruhi penampilan, pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan status gizi, mengidentifikasi malnutrisi (kurang gizi atau gizi lebih) dan menentukan jenis diet atau menu makanan yang harus diberikan pada seseorang. Mengkaji status gizi usia lanjut sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter sehingga hasil kajian lebih akurat. Pengkajian status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Anamnesis Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain : a. Identitas (nama, umur, agama, etnis, pendidikan, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penghasilan). b. Orang terdekat yang dapat dihubungi (keluarga/pengasuh) c. Keluhan dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, kegemukan/obesitas, osteoporosis, empedu, jantung, hati, kanker) atau saluran pencernaan (gastritis, colitis ulceroa) serta penyakit infeksi/kronis (TBC, diare, radang paru) dan dimentia (pikun). d. Riwayat asupan makanan : apakah ada perubahan karena kondisi usila seperti gigi geligi yang tidak baik, tidak nafsu makan/menolak makan, tidak suka/alergi makanan, kesulitan makan, pantangan makan atau tabu.

17 e. Riwayat pengobatan (resep dokter/obat bebas) dan penggunaan obat yang berhubungan dengan asupan makanan dan zat gizi (megadosis vitamin, makanan kesehatan dan suplemen) f. Riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan seperti operasi usus, hernia. g. Riwayat penyakit keluarga (diabetes mellitus, hipertensi) h. Aktivitas sehari-hari yang menurun misalnya akibat osteoporosis dan depresi. i. Riwayat kebiasaan buang air besar dan buang air kecil misalnya sembelit (konstipasi) dan beser (incontinentia urine). j. Kebiasaan lain yang mengganggu asupan makanan : perokok berat, pecandu alkohol atau minuman keras lain dan ketergantungan obat. 2. Pemeriksaan Tanda Vital Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tanda vital adalah : a. Derajat penurunan atau perubahan kesadaran b. Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi jantung/nadi yang dilakukan dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri (pada usia lanjunt sering terjadi hipotensi ortostatik). c. Pemeriksaan frekuensi nafas untuk mengetahui apakah ada asidosis. Pada lansia yang mengalami penurunan atau perubahan kesadaran sebelum dilakukan lebih lanjut, sebaiknya diatasi dengan memberikan infus atau bolus glukosa untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Untuk selanjutnya pemberian makanan pada usia lanjut diatas dapat diberikan melalui NGT (Naso Gastrik Tube). Pemberian makanan formula melalui NGT biasanya dikombinasi menderita penyakit

18 yang mengganggu masuknya makanan ke dalam lambung (seperti tumor oesophagus), pemberian makanan formula langsung ke dalam lambung (gastrotomy). 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dan kondisi kesehatan lanjut usia serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi : a. Tanda-tanda klinis kurang gizi atau gizi lebih 1. Kurang gizi: sangat kurus, pucat atau bengkak 2. Gizi lebih : gemuk atau sangat gemuk (obesitas) b. Sistem kardiovaskuler c. Sistem pernafasan d. Sistem gastrointestinal e. Sistem genitourinarius f. Sistem muskuloskeletal g. Sistem metabolik/endokrin h. Sistem neurologik/psikiatik 4. Pengukuran Antropometri Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung indeks Massa Tubuh (IMT) dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi usila yaitu dengan mengukur tinggi lutut (knee high). a. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)

19 Untuk menilai status gizi usia lanjut seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT dihitung dengan cara sebagai berikut : BB ( kg) IMT = TBxTB Ket : IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (cm) Pengukuran berat badan dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki dengan kepekaan 0,1 kg. Alat yang dianjurkan adalah Beam Balance Scale (tidak dianjurkan memakai timbangan kamar mandi). Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki (Supariasa, 2001). Status gizi ditentukan bila IMT : Untuk Wanita Untuk Laki-Laki Normal Normal Kegemukan Obesitas >27 Kegemukan Obesitas >27 Sumber : Depkes RI, Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa 1996 b. Menggunakan Rumus Brocca Cara ini digunakan untuk mengukur berat badan (BB) ideal dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BB Ideal = (TB 100) 10% (TB 100)

20 Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah kegemukan dan bila > 20% terjadi obesitas. c. Menghitung Tinggi Lutut Menghitung tinggi lutut digunakan pada usia lanjut yang tulang punggungnya terjadi osteoporosis (keropos), sehingga terjadi penurunan tinggi badan. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus : Tinggi Badan (Laki-Laki) Tinggi Badan (Perempuan) = 59,01 + (2,08 x TL) = 75,00 + (1,91 x TL) Catatan : TL = Tinggi Lutut (cm) 5. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit serta untuk menentukan intervensi gizi. Pemeriksaan laboratorium antara lain : 1. Darah : Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta kadar vitamin dan mineral lain. 2. Urine : glukosa/kadar gula, albumin. 3. Faeces : fungsi pencernaan, serat, lemak. Adapun masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia adalah : a. Gizi berlebihan Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan di kotakota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan yang berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berperan karena kekerangannya aktivitas fisik. Kelebihan makan tersebut sukat untuk dirubah walaupun disadari untuk mengurangi makanan. Kegemukan merupakan salah satu

21 pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes millitus, penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan sebagainya. b. Gizi kurang Gizi kurang sering disebakan oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan juga keadaan gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh. c. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah kekurangan protein dalam makanan, maka akibatnya nafsu makan kurang, penglihatan mundur, mulut kering, lesu dan tidak semangat (Arifin Siregar, 2000). Dalam merencanakan makanan untuk lansia, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang dan jangan terlalu sedikit. Porsi makan hendaknya diatur, merata dalam satu hari, sehingga dapat makan lebih sering dalam porsi yang kecil. 2. Banyak minum dan kurang makan garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu usia akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi.

22 3. Membatasi penggunaan kalori, sehingga berat badan dalam keadaan normal, terutama makanan yang manis-manis/bergula, minyak dan makanan yang berlemak. Disarankan untuk usia di atas 50 tahun 1900 kalori, usia di atas 60 tahun 1700 kalori dan usia diatas 70 tahun Bagi para lansia dimana proses penuaannya sudah lanjut perlu diperhatikan halhal sebagai berikut : a. Makanlah makanan yang sudah dicerna b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goreng-gorengan dan sebagainya. c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak atau lembek atau dicincang. d. Makanlah dalam porsi yang kecil tetapi sering. e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, sari buah, dan sebagainya sebaiknya diberikan. 5. Batasi minum kopi dan teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan (Arifin Siregar, 2000) 2.7. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lansia Pada usia lanjut jumlah sel yang aktif menurun, jadi bukan karena metabolisme yang menurun. Penyelidikan menunjukkan dengan bertambahnya umur, organ-organ tubuhpun kehilangan jumlah sel-sel. Organ-organ yang diambil dari binatang percobaan dari binatang muda dan tua, menunjukkan kehilangan sel pada jaringan otot jantung binatang tua. Demikian pula pada otot anggota badan, ginjal, dan otak.

23 Sedangkan penyelidikan dengan pengukuran aktivitas enzim, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sel dari jaringan yang tua dan muda bila dihubungkan dengan jumlah DNA. Oleh karena itu penyusunan diet usia lanjutpun banyak faktor yang perlu diperhatikan. Basal metabolisme yang menurun 10-15% dan bervariasi tergantung dari keaktifan perorangan. Penurunan Basal metabolisme ini karena menurunnya fungsi protoplasma dan juga karena menurunnya keaktifan tubuh. Keadaan ini juga menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi, mudah timbul berbagai penyakit. Turunnya nafsu makan, karena menurunnya produksi asam lambung yang meliputi : volume, keasaman, dan jumlah pepsin. Sebaliknya tripsin normal dan kadang-kadang meninggi dan lipase sangat berkurang. Menurunnya keasaman ini mempunyai efek kurang baik pada absorbsi kalsium dan mineral besi. Lemak sukar dicerna karena menurunnya daya lambung untuk pengosongan. Hal ini karena produk lipase yang jumlahnya menurun hingga hidrolisa kurang sempurna akibat berkurangnya sekresi empedu ke usus kecil. Gigi geligi pada lanjut usia menjadi kurang lengkap, meskipun kadangkadang sudah diberi gigi palsu. Pengaruhnya menjadikan pengunyahan yang kurang sempurna dan merasa sesuatu kurang lezat. Hal ini menyebabkan lanjut usia lebih memilih makanan yang lunak (yang biasanya terutama terdiri dari hidrat arang). Menu makanan ini jelas tidak seimbang. Di samping itu menurunnya nafsu makan terhadap beberapa jenis makanan, bisa disebabkan alat sensoris indra penciuman dan perasaan menjadi berkurang.

24 Alat pencernaannya cenderung berubah tonus yang berkurang dari otot-otot lambung, usus kecil, dan usus besar sehingga menyebabkan gerakan psikiatrik berkurang, sering menimbulkan rasa penuh dibagian perut dan kadang-kadang susah buang air besar. Adanya gangguan sirkulasi di ginjal karena menurunnya jumlah glumeruli, menyebabkan kadar ureum dan asam urat meninggi. Pembuangan hasil-hasil metabolismepun berkurang. Ketidakseimbangan sistem hormonal usia lanjut pada wanita sering menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan nitrogen yang akan menyebabkan osteoporosis (pengeroposan tulang) Perilaku Sehubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebahagian terletak di dalam diri individu itu sendiri yang disebut dengan factor intern dan sebahagian terletak di luar individu itu sendiri atau faktor ekstern yaitu faktor lingkungan. 1. Faktor-faktor Intern Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu itu sendiri, misalnya: karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan dalam mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa ttidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar individu. 2. Faktor-faktor Ekstren

25 Faktor ekstern yaitu factor yang ada diluar individu yang bersangkutan. Factor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu. Misalnya karakteristik lingkungan sosial. Lingkungan sosial termasuk didalamnya lingkungan social terdekat yaitu keluarga, tetangga dan fasilitas pelayanan kesehatan, alat-alat kesehatan yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia tersebut. Pada tingkat ini benar-benar terjadi tarik-menarik antar pribadi dan tujuan yang akan dicapai. Maka, pada saat pertentangan motif baik ini memaksa orang harus berpikir secara matang, mempertimbangkan baik-baik segala kemungkinan. Dalam pertimbangan ini orrang tidak terlepas dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dihayati pada saat tersebut Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku manusia. (Notoatmodjo, 2005). Terdapat 5 tingkatan pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif yaitu: 1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

26 2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi dan kondisi secara riil (sebenarnya). 4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.\ Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: 1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (Valuing) yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

27 4. Bertanggung jawab (Responsible) yakni bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. Ciri-ciri sikap : 1. Sikap bukan bawaan lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek sikapdapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu. Fungsi sikap yaitu sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman, pernyataan kepribadian Tindakan Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yang berupa perbuatan (action) terhadap situasi dengan rangsangan dari luar. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap untuk menumbuhkan hubungan yang baik. Tingkatan- tingkatan tindakan : 1. Persepsi adalah mengenal dan memilh berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil.

28 2. Respon terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh 3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut Kerangka Konsep Pengetahuan Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu Karakteristik Lansia - Umur - Jenis Kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan Sikap Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu Status gizi Tindakan Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa karakteristik lansia yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan lansia tentang pemanfaatan posyandu. Perilaku ini secara langsung mempengaruhi status gizi lansia.

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA Pendahuluan Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya

Lebih terperinci

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usia Lanjut 1. Pengertian usia lanjut Usia lanjut merupakan masa atau tahap hidup manusia : bayi, kanakkanak, dewasa, tua, usia lanjut ( Nugroho W, 1992 ). Manusia dalam proses

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan.

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan. Gizi Manula Batasan: Usia 65 tahun > Menurut WHO: -.Usia pertengahan ( Middle Age) 45-59 th -.Lanjut usia (Ederly) 60-74 th -.Lanjut Usia Tua (Old) 75 90 th -.Usia sangat tua (Very Oil) > 90 th Durmin

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG LANSIA

GIZI SEIMBANG LANSIA GIZI SEIMBANG LANSIA Batasan usia Lansia Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun ke atas). Munro (1987) membagi older elderly menjadi 2 yaitu usia 75-84

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Menurut ilmu gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Usia Lanjut/Lanjut Usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) A. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005, (WHO), dan 80 % kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

A. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids

A. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids A. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun B Y. L U F T H I A N I P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A W A T A N F K U S U PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan & tehnologi kesehatan Asupan gizi lebih baik Usia harapan hidup Pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk pangan. Sayur merupakan bahan pangan yang mudah didapat. Sayur memiliki

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, perilaku manusia hakikatnya adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH Suatu model problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

Syarat makanan untuk bayi dan anak :

Syarat makanan untuk bayi dan anak : DIET ORANG SEHAT GOLONGAN ORANG SEHAT 1. BAYI DAN ANAK v masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat v ASI merupakan makanan ideal bagi bayi v Usia > 4 bulan perlu makanan tambahan v Perlu pengaturan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usia Lanjut (Usila) 2.1.1. Konsep Menua Menurut Contantinides dalam Nugroho (2000), menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, mempunyai bentangan yang luas mencakup berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi dan era globalisasi yang mulai memasuki sebagian besar negara-negara berkembang telah memberikan beberapa kemajuan kepada masyarakat dalam hal standar kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci