KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA INDONESIA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS IX SEMESTER GENAP SMP ISLAM HARAPAN IBU TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA INDONESIA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS IX SEMESTER GENAP SMP ISLAM HARAPAN IBU TAHUN PELAJARAN 2012/2013."

Transkripsi

1 KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA INDONESIA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS IX SEMESTER GENAP SMP ISLAM HARAPAN IBU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Elih Laswati JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

2

3

4

5 ABSTRAK Elih laswati, , 2013, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Darsita Pidato merupakan salah satu retorika modern, teks pidato yang dibawakan siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap adalah objek dalam kajian penelitin ini. Wacana pidato merupakan salah satu kajian yang mencakup kajian pragmatik, yang dimaksud pragmatik dalam kajian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa pada situasi dan konteks yang sebenarnya dan apa adanya. Berdasarkan teks pidato siswa diajukan masalah dasar sebagai berikut: bagaimana bentuk dan nilai komunikatif kalimat kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam sebuah pidato siswa, untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato, untuk mengetahui bagaimana bentuk kalimat yang menjadikan nilai komunikasi kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam pidato bahasa Indonesia, dan untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato. Metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari suatu paradigma. Dia merupakan aspek nyata, motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan beberapa teknik. Pertama teknik simak bebas cakap dan teknik catat. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan ditinjau dari hasil penganalisisan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya wujud formal dan wujud pragmatik imperatif. Selain itu kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif dalam teks pidato siswa kelas IX semester Genap SMP Islam Harapan Ibu. Kata kunci : Wujud formal, pragmatik imperatif, kesantunan linguistik, kesantunan pragmatik imperatif. i

6

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, tuhan semesta alam, karena dengan karunia-nya skripsi ini dengan judul Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013 ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat. Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari bantuan berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa i, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat memotivasi penulis. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi hingga selesai.; 3. Dr. Darsita S., M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini; 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan. 5. Dra. Hj. Budi Suci Nurani M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Islam Harapan Ibu yang telah membimbing selama penelitian skripsi berlangsung; 6. Seluruh siswa SMP Islam Harapan Ibu, terima kasih atas partisipasinya selama penelitian skripsi berlangsung; iii

8 7. Bapak Saeroji dan Ibu Sumyati kedua orang tua penulis yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, pujiawati adik penulis yang telah membatu memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Deddy Kurniawan teman hidup penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuanganku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di negeri ini. Jakarta, 04 September 2013 Penulis Elih Laswati iv

9 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Batasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORETIS... 7 A. Kesantunan Berbahasa... 7 B. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat Imperatif Ajakan Kalimat Imperatif Suruhan C. Pidato Pengertian Pidato Tahap Persiapan Pidato Tahap Penyusunan Pidato Tahap Penyampaian Pidato v

10 D. Tinjauan Pustaka BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Materi Penelitian C. Rancangan Penelitian D. Metode Penelitian E. Ruang Lingkup Penelitian F. Objek Penelitian G. Pengumpulan Data H. Jenis Data I. Analisis Data J. Pelaksanaan Penelitian K. Fokus Penelitian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS Kalimat Kesantunan Imperatif Ajakan Kalimat Kesantunan Imperatif Suruhan Kalimat Imperatif Permintaan B. PEMBAHASAN Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif Kesantunan Linguistik dan Kesantunan Pragmatik Imperatif BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vi

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pidato merupakan salah satu retorika modern, teks pidato yang dibawakan siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX Semester genap adalah objek dalam kajian penelitian ini. Objek itu diasumsikan sebagai suatu pembinaan bahasa dalam situasi dan konteks resmi di sekolah pada saat belajar mengajar. Ditinjau dari segi fungsinya konteks pidato itu, maka ujaran lisan pidato dapat dilihat dari segi bentuk kata dan tata bahasa, tetapi juga dapat dilihat dari wacana bahasa sebagai alat komunikasi yang memiliki maksud tertentu pada saat wacana pidato disampaikan. Wacana pidato merupakan salah satu kajian yang mencakup kajian pragmatik, yang dimaksud pragmatik dalam kajian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa pada situasi dan konteks yang sebenarnya dan apa adanya. Bahasa dilihat dari segi fungsinya sesuai dengan konteks pada saat diucapkan dan tidak hanya dari segi bentuk kata dan tata bahasanya. Bahasa secara pragmatik biasanya dilihat secara praktis yang digunakan secara lisan yang tentunya menyangkut unsur fonologi seperti intonasi dan tekanan suara pada kata. Levinson (1983) yang dikutip dari Kunjana Rahardi mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari stuktur bahasanya. Batasan Levinson itu, selengkapnya, dapat dilihat pada kutipan berikut. Pragmatic is the study of those relation between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language. (Levinson, 1983:9) 1 Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang gramatikal dalam stuktur bahasa. 1 Rahardi Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h

12 2 Paker (1986) dikutip dari Kunjana Rahardi dalam bukunya Linguistik For Non-Linguists menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Paker (1986) membedakan pragmatik dengan studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai studi seluk-beluk bahasa secara internal. Menurutnya studi tata bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. Berkenaan dengan itu studi tata bahasa dapat dianggap sebagai studi yang bebas konteks (context independent). Sebaliknya, studi pemakaian tata bahasa dalam komunikasi yang sebenarnya mutlak dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Studi bahasa yang demikian dapat disebut sebagai studi yang terikat konteks (context dependent). Definisi yang disampaikan Parker (1986) itu selengkapnya dapat dilihat pada kutipan berikut. Pragmatis is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate. (Parker, 1986: 11) 2 Pragmatik berbeda dari tata bahasa yang merupakan studi tentang struktur internal bahasa. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang disampaikan para tokoh sebelumnya, Brown dan Yule (1983) menyatakan bahwa pragmatik merupakan pendekatan untuk mempelajari bahasa atau wacana yang melibatkan analisis unsurnya seperti tata bahasa, kosakata, dan maknanya dengan melihat konteksnya. 3 Dengan kata lain, pragmatik menganalisis bahasa terutama bahasa lisan seperti percakapan. Kita sebagai guru, dosen bahasa, atau pemerhati bahasa harus lebih memerhatikan konteksnya yang menyangkut partisipan lokasi, waktu, dan topik pembicaraan, tidak hanya unsur-unsur linguistik formalnya saja. Beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu 2 Ibid. 3 Diemroh Ihsan, Pragmatic, Discourse Analysis, and Language Teacher, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011), h. 21.

13 3 bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Konteks yang dimaksud mencakup dua macam 1) konteks yang bersifat sosial (social); 2) konteks yang bersifat sosieter (societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menentukan sebuah satuan lingual tertentu pada sebuah bahasa. Sedangkan semantik adalah mengkaji makna. Perbedaan keduanya adalah bahwa pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal, sedangkan semantik mengkaji makna satuan lingual secara internal. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks, sedangkan makna yang dikaji semantik bersifat bebas konteks. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat triadik. Pragmatik mengkaji bentuk bahasa untuk memahami maksud penutur, sedangkan semantik mempelajari bentuk bahasa untuk memahami maksa satuan lingual itu. tujuan pragmatik adalah mengoptimalkan komunikasi dengan bahasa. Agar bahasa yang digunakan dalam komunikasi betul-betul komunikatif, bentuk-bentuk bahasa harus disesuaikan dengan situasi bahasa. 4 Pidato yang menjadi objek kajian ini. Pidato adalah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato didefinisikan sebagai; 1) Pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak; 2) Wacana yang disiapkan untuk diucapakan di depan khalayak. Ada beberapa jenis pidato, yaitu pidato impromptu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah pidato manuskrip yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang; 2) Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali; 3) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan; 4) 4 Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, ( Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012), h. 31.

14 4 Hal-hal yang menyimpang dapat dihindari; 5) Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak. 5 Berdasarkan teks pidato siswa diajukan masalah dasar sebagai berikut: bagaimana bentuk dan nilai komunikatif kalimat kesantunan imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap yang menggambarkan fenomena pemanasan global dalam pidatonya itu? Masalah dasar ini diidentifikasi secara lebih rinci ke dalam beberapa identitas masalah. Atas dasar latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini mengambil judul Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah dasar penelitian yang dikemukakan di atas maka identifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Pengaruh bahasa asing terhadap bahasa yang digunakan siswa dalam menulis teks pidato. 2. Kurangnya tingkat kesopanan terhadap bahasa yang digunakan siswa dalam menulis teks pidato. 3. Kurangnya perbendaharaan kata yang dipakai dalam menulis teks pidato. Identifikasi seperti tersebut di peroleh masalah-masalah yang dirumuskan sebagai berikut: C. Batasan Masalah Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini terbatas pada kesantunan imperatif dengan cara melakukan analisis unsur kesantunan imperatif bahasa Indonesia dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap dalam kalimat imperatif permintaan, ajakan dan suruhan dalam pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. 5 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 17.

15 5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif permintaan dalam teks pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap? 2. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif ajakan dalam teks pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap? 3. Bagaimana bentuk kalimat kesantunan imperatif suruhan dalam teks pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian, penulis mengambil tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif permintaan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu Kelas IX Semester genap. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kalimat yang menjadikan nilai komunikasi kesantunan imperatif ajakan dalam pidato bahasa Indonesia siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX Semester genap. 3. Untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif suruhan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu Kelas IX Semester genap. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini ditinjau dari dua manfaat yaitu 1) teoretis; 2) praktis. Berikut uraian masing-masing manfaat itu: 1. Manfaat teoretis sebagai berikut: a. Melakukan deskripsi penggunaan bahasa yang menunjukan kesantunan imperatif dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu. b. Melakukan inventarisasi karya teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu yang menggunakan Bahasa Indonesia yang menunjukan kesantunan imperatif.

16 6 2. Manfaat praktis sebagai berikut: a. Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam menyusun perencanaan pengajaran bahasa Indonesia. b. Hasil penelitian ini berguna untuk memahami tingkat pemahaman siswa terhadap bahasa Indonesia.

17 ujaran. 2 Penggunaan strategi seks merupakan suatu upaya untuk mengurangi jarak BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kesantunan Berbahasa Penelitian tentang Kesantunan positif komunikasi dokter pasien dalam program konsultasi seks, Agung Pramujiono (2007), Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA), Surabaya, mengemukakan tentang komunikasi dokter dengan pasien adalah model yang menempatkan informasi sebagai milik bersama. Dokter dapat membuka saluran komunikasi dengan pasien dengan cara mendengarkan secara aktif serta dengan dokter apabila pasien mempunyai motivasi untuk sembuh serta mempunyai rasa percaya kepada dokter. Secara garis besar, harapan pasien terhadap dokter adalah sebagai berikut: 1) mampu mengobati pasien dengan cara mutakhir, teliti, dan trampil; 2) mampu mendengarkan, menghormati pendapat pasien, berlaku santun dan patuh pertimbangan, berkomunikasi dengan baik, memberikan nasihat tanpa menggurui; 3) mampu menyimpan rahasia, bersifat jujur dan punya integritas, dan tetap memberikan asuhan walaupun ilmu kedokteran tidak berhasil lagi; 4) mampu mempertahankan hubungan luwes sehingga pasien mendapat penjelasan lengkap dan dilibatkan dalam keputusan tentang asuhan. 1 Berdasarkan analisis data ditemukan beberapa strategi kesantunan positif yang digunakan dalam percakapan dokter dan pasien dalam program konsultasi seks. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1) memberikan perhatian dan empati; 2) menggunakan gurauan; 3) menunjukan keoptimisan; 4) meminta alasan atau memberikan pertanyaan; 5) meminta persetujuan dengan pengulangan antara dokter dengan pasien sehingga terjalin kedekatan hubungan, tercipta suasana yang santai, dan tidak menegangkan selama percakapan berlangsung. Dengan adanya suasana yang nyaman diharapkan pasien dapat menjadi lebih 1 Agung Pramujiono, Kesantunan Positif Komunikasi Dokter dan Pasien dalam Program Konsultasi Seks, Jurnal Linguistik Indonesia, 2007, h Ibid., h

18 buruk. 4 Berkaitan dengan kesantunan, Holmes (1992) sebagaimana dikutip oleh 8 terbuka dalam menyampaikan problemik seksual yang dihadapi. Penelitian tentang kesantunan berbahasa juga diteliti oleh Asim Gunarwan (1994), menyatakan bahwa kesantunan berkisar atas nosi muka yang dibagi dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas dari kehausan mengerjakan sesuatu. Muka positif sebaliknya, mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan dan dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. 3 Selanjutnya Yule (1996) mengatakan bahwa muka negatif merupakan kebutuhan akan kebebasan, sedangkan muka positif merupakan kebutuhan akan keterhubungan atau keterterimaan. Istilah positif dan negatif di sini tidak berkaitan dengan baik dan Agung Pramujiono (2007) menyatakan bahwa kesantunan merupakan hal yang sangat kompleks dalam berbahasa. Hal ini sulit dipelajari karena tidak hanya melibatkan pemahaman aspek kebahasaan saja, tetapi perlu juga memahami nilainilai sosial dan kultur dari suatu masyarakat tutur. 5 Pendapat serupa dikemukakan oleh Chaer dan Leonie Agustina (1995) yang menyatakan bahwa etika berbahasa erat kaitannya dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Etika berbahasa antara lain akan mengatur : 1) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; 2) ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tetentu; 3) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan orang lain; 4) 3 Ibid., hlm Brown, Gilian dan Goerge Yule, Analisis Wacana, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1996), h Agung Pramujiono, loc. cit.

19 9 kapan kita harus diam; 5) bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita dalam berbicara. Seperti Richards (1985) sebagaimana dikutip oleh Agung Pramujiono (2007), menjelaskan bahwa kesantunan dalam studi bahasa bermakna; 1) bagaimana bahasa mengekspresikan jarak sosial antara para penuturnya dan hubungan peran mereka yang berbeda-beda; 2) bagaimana muka berperan yakni upaya untuk mewujudkan, mempertahankan, dan penyelamatan muka menurut Richards (1985) diartikan sebagai kesan atau impresi terhadap seseorang atau yang ditunjukkan oleh seseorang kepada partisipan lain. 6 Secara singkat, Lakoff (1973) sebagaimana dikutip oleh Asim Gunarwan (1994), berpendapat bahwa ada tiga kaidah yang perlu kita patuhi agar ujaran kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan bicara kita. Ketiga kaidah kesantunan itu adalah formalitas (formality), ketaktegasan (hesitancy), dan persamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie). Jika dijabarkan, yang pertama itu berarti jangan memaksa atau jangan angkuh (aloof) ; yang kedua berarti buatlah sedemikian rupa sehingga lawan bicara Anda dapat menentukan pilihan (option) ; dan yang ketiga bermakna bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan bicara Anda sama atau dengan kata lain buatlah ia merasa senang. Dengan demikian, menurut Lakoff (1973), sebuah ujaran itu memberi pilihan tindakan kepada lawan bicara, dan lawan bicara itu jadi senang. 7 Dalam menyatakan kesantunan, antropologis Brown dan Levinson (1996) membedakan strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif adalah strategi-strategi yang menunjukan kedekatan, keakraban, dan penghargaan antara penutur dan pendengar. Sedangkan strategi kesantunan negatif adalah strategi yang menunjukan jarak sosial antara penutur dan pendengar. 8 Berkaitan dengan teori kesantunan berbahasa, Brown dan Levinson (1996) (memilah atas nosi muka (face), yang dibagi menjadi dua, yaitu: 1) muka negatif; 6 Ibid. 7 Asim Gunawan, Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia Jawa di Jakarta Kajian Sosiopragmatik, Jurnal Pellba, 7, 1994, h Ibid., h. 90.

20 10 2) muka positif. Muka negatif itu mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya, atau membiarkannya bebas dari kehausan mengerjakan sesuatu. Muka positif, mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. 9 Menurut Brown dan Levinson (1996), muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak tutur tertentu. Artinya, ada tindak tutur yang isi atau cara mengungkapkannya, menyebabkan muka terancam, apakah itu muka penutur atau muka petutur. Brown dan Levinson (1996), menyebut tindak tutur pengancam muka itu face-threatening ac, yang menyebabkan penutur (yang rasional, rasional dan sehat pikiran) harus memilih trategi dengan mempertimbangkan situasi atau peristiwa tuturnya, yaitu kepada siapa ia bertutur, dimana, tentang apa, untuk apa dan sebagainya. 10 Tesis dasar yang diusulkan Brown dan Levinson (1996) adalah bahwa penutur menghitung derajat keterancaman sebuah tindak ujaran (yang akan ia ujarkan) dengan mempertimbangkan, di dalam situasi yang biasa, faktor-faktor seperti: 1) jarak sosial di antara penutur dan pendengar; 2) besarnya perbedaan kekuasaan atau dominasi di antara keduanya; 3) status relatif jenis tindak ujaran yang di dalam kebudayaan yang bersangkutan (artinya, ada tindak ujaran yang di dalam suatu kebudayaan dianggap tidak terlalu mengancam muka, dan sebagainya). Berdasarkan pemikiran itulah si penutur memilih strategi. 11 Berbeda dengan Brown dan Levinson (1996), yang mendasarkan kesantunan pada nosi muka, Leech (1993) berpendapat pada dasarnya kesantunan berbahasa berkenaan dengan hubungan antara dua partisipan yang dinamakannya diri (self) dan (other). Dalam percakapan, yang dimaksud dengan diri adalah 9 Ibid. 10 Yassir Nasanius, Pertemuan Linguistik pusat Kajian Bahasa dan Budaya, Atma Jaya: Kedelapan Belas, Jurnal Pellba, 18, 2007, h Ibid.

21 11 penutur, sedangkan yang dimaksud denggan lain adalah petutur. Akan tetapi, penutur juga dapat menunjukan kesantunan kepada orang lain yang hadir atau tidak hadir dalam situasi tutur. Karena itu, konsep lain di samping mengacu petutur juga siapa pun yang dapat ditandai dengan kata ganti orang (pronominal) ketiga. 12 Penting atau tidaknya perilaku kesantunan yang ditunjukan kepada orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor kuncinya ialah hadir atau tidaknya orang lain tersebut. Faktor berikutnya adalah orang lain tersebut berada di bawah pengaruh penutur ataukah petutur. Leech (1993) mendasarkannya pada nosi-nosi: (1) biaya (cost) dan keuntungan (benefit), (2) kesetujuan (agreement), (3) pujian (approbation), dan (4) simpati atau antipati. Keempat nosi ini dipakai oleh Leech (1993) untuk menyusun Prinsip Kesantunan (Politeness Principle), yang dijabarkan menjadi enam maksim. 13 Singkatnya, menurut Leech (1993) ada tiga skala untuk menilai derajat kesantunan sebuah direktif. Ketiga skala itu, yang kesemuanya terangkum ke dalam skala pragmatik, adalah skala: 1) biaya-keuntungan; 2) skala keopsionalan; 3) skala ketaklangsungan. Di dalam hal ini, kesantunan direktif (dari yang paling kurang santun sampai yang paling santun) adalah fungsi (dalam pengertian perhitungan diferensial-integral) dari ketiga skala tersebut. Skala biayakeuntungan ( untung-rugi) dipakai untuk menghitung biaya dan keuntungan untuk melakukan tindakan (seperti yang ditujukan oleh daya ilokusioner tindak tutur) dalam kaitannya dengan penutur dan pendengar. Skala ini menjelaskan mengapa, walaupun sama-sama bermodus imperatif (dan intonasi serta nada bertutur juga sama), ujaran-ujaran berikut ini makin ke bawah makin santun Suhartomo Yuniseffendri. Pragmatik, (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h Asim Gunarwan, loc. cit. 14 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 197.

22 12 B. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia Kalimat imperatif adalah kalimat yang berisi perintah atau berisi larangan yang harus dilakukan oleh orang yang mendengarkan. Kalimat imperatif ini dapat berupa kalimat perintah, kalimat himbauan, dan kalimat larangan. 15 Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau menerima agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Secara singkat, kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan secara formal menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif permintaan izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat Kalimat Imperatif Ajakan Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan 15 Rahardi Kunjana, op. cit., h Ibid. 17 Ibid., h. 80.

23 13 ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah Kalimat Imperatif Suruhan Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. 19 C. Pidato 1. Pengertian Pidato Komunikasi sebagai suatu proses melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan, dan (3) alat komunikasi. 20 Dalam hal ini bahasa memiliki arti yang amat penting, sebab bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain disebut berbicara atau berkomunikasi lisan. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbicara merupakan alat yang amat penting, baik di dalam bisnis, jabatan pemerintah, swasta, maupun pendidikan. Peristiwa berbicara tampak secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk yang bermacam-macam. Makin maju kehidupan suatu bangsa makin bervariasi pula bentuk pembicaraannya. Secara umum, berbicara dapat dikelompok menjadi dua. Pada kelompok pertama terlihat peristiwa berbicara yang berupa penyampaian pesan kepada para penyimak yang bersangkutan. Termasuk dalam kelompok ini ialah pidato. 21 Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini 18 Ibid., h Ibid., h Encep Kusumah, dkk, Menulis 2, (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2002), h Ibid.

24 14 bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan menggesankan 22. Pidato merupakan satu sarana komunikasi yang berfungsi menyampaikan suatu informasi yang berfungsi secara langsung. 23 Menurut Siswanto (2008), pidato merupakan pengungkapan pesan baik dalam bentuk pikiran, informasi, gagasan, ataupun perasaan dalam bentuk kata-kata dari pembicara kepada banyak orang banyak orang. 24 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pidato ialah kegiatan pengungkapan dan penyampaian pikiran, peran, serta informasi dalam bentuk kata-kata kepada sekelompok orang guna mencapai tujuan tertentu. Pidato tidak hanya dapat diucapkan langsung oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga dilakukan dengan membaca teks pidato. Oleh karena itu, teks pidato ialah naskah tertulis berupa kata-kata yang menyajikan dan menyampaikan pikiran, pesan serta informasi kepada pemabacanya agar pesan dan informasi tersebut dapat berbeda. Semakian besar jumlah kesantunan yang dikuasi maka semakin besar pula kemampuan siswa dalam memilih kata-kata yang tepat dan santun. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam teks pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang disusun dalam suatu susunan yang teratur dan logis, serta adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian penulis. Kemampuan bernalar yang baik akan membantu penulis dalam menyusunan teks pidato sehingga teks pidato dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis. 22 Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi, (Ledalero: Kanisius, 1990), h Siti Sahara, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009,) h Wahyudi Siswanto, Materi Pokok Sanggar dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet.II, h. 421.

25 15 2. Tahap Persiapan Pidato Cara persiapan pidato bermacam-macam, dimulailah dengan pemilihan topik, penentuan tujuan yang jelas, dan perkembangan pokok bahasan. Sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macam pidato: Impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore. Impromptu adalah pidato yang tiba-tiba. Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromptu memiliki beberapa keuntungan: 1) impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya; 2) gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup; 3) impromptu memungkinkan Anda harus terus berpikir. 25 Manuskrip atau pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Disini tidak berlaku istilah menyampaikan pidato, tetapi membawakan pidato. Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1) kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang; 2) pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali; 3) kefasihan bicara dapat dicapai karena katakata sudah disiapkan; 4) manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak. 26 Memoriter atau pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Jenis pidato memoriter merupakan jenis pidato dengan penyampaian ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Akan tetapi, karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, dan perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan. Seperti penulisan manuskrip, maka naskah memoriter pun harus ditulis dengan gaya ucapan. Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering 25 Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h Ibid.

26 16 dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah disiapkan sebelumnya berupa outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata. Outline itu hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita. Keuntungan ektempore ialah komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik karena pembicara langsung kepada khalayak, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Bagi pembicara yang belum ahli, kerugian-kerugian berikut ini dapat timbul: persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari outline, dan tentu saja tidak dapat dijadikan bahan penerbitan. 27 Dengan demikian pembicara mulai dengan menarik perhatian pendengar dengan cara memulai dengan fakta yang menghentak, sebuah angka stasistik juga sangat penting, jika mungkin sesuatu yang mengejutkan bisa menyergap perhatian pendengar, melontarkan sebuah atau serangkaian pertanyaan, memulai dengan kutipan yang dapat diambil dari mana saja, dan memulai dengan kisah-kisah yang lucu atau disertai humor-humor segar yang dapat membangkitkan semangat Tahap Penyusunan Pidato Kemampuan komunikasi pidato banyak cara dalam menyusunnya seperti pesan dalam pidato, tetapi semuanya harus disadari dengan tiga prinsip komposisi, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh organisasi pesan. Prinsip ini ialah kesatuan, pertautan dan titik berat. 29 a. Kesatuan Pidato keseluruhan harus merupakan kesatuan yang dapat diceraiberaikan. Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dan isi, tujuan dan sifat. Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan 27 Ibid., h Siti Sahara, op. cit., h Ibid., h. 32.

27 17 bahan-bahan penunjang. Komposisi pidato harus mempunyai satu macam tujuan. Misalnya, pidato itu bertujuan untuk menghibur memberitahukan atau mempengaruhi. Dalam pidato, untuk mempengaruhi (persuasif) boleh saja menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu itu menambah daya persuasi pembicaraan. Kesatuan juga tampak dalam sifat pembicaraan. Sifat ini mungkin serius, informasi, formal, anggun, atau bermain-main. Untuk mempertahankan kesatuan ini diperlukan ketajaman pemikiran. b. Pertautan Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata yang jelek. Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan penyambung (connective pharases), paralelisme, dan gema (echo). Ungkapan penyambung (connective pharases) adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian tersebut. Paralisme ialah mensejajarkan struktur yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan. Misalnya, Pembuka pendapat memiliki empat ciri: Ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan lebih tinggi. Ia mempunyai status yang lebih terhormat, dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain. Gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Gema dapat berupa sinonim, pengulangan kata, kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu. c. Titik-berat Bila kesatuan dan pertautan membantu pedengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukan mereka pada

28 18 bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama yaitu gagasan utama, ikhtisar uraian, pemikiran baru Tahap Penyampaian Pidato Tahap penyampaian pidato di antaranya cara membuka pidato. Pembukaan pidato bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator. 31 Selanjutnya, cara pembuka pidato ada beberapa yang harus diperhatikan di antaranya ialah topik, tujuan, situasi khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan komunikan. Tahap penyampaian pidato sebagai berikut: 32 a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak). b. Gunakan lambang-langbang auditif, atau usahakan agar suara Anda memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa Anda (olah Vokal). c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian Anda; dengan wajah, tangan dan tubuh Anda (olah Visual) di antaranya: 1) Kontak Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walau pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus mendengarkan pesan -pesan yang disampaikan para pendengarnya ( baik berupa kata- kata atau bukan kata- kata ). Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak, Hadirin tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatikan mereka inilah kontak visual. Disamping kontak Visual, anda juga melukukan kontak mental. Perhatikan Feedback umpan balik dari mereka, dan sesuikan 30 Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h Ibid., h Ibid., h

29 19 pembicaraan anda dengannya. Anda melihat mereka mengantuk, masukan bahan bahan yang menarik perhatian. 2) Karakteristik Olah Vokal Mekanisme olah vokal ialah mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan, atau kalimat. Stewert Tubbs dan Sylvia Moss mengemukakan dalam Human Communication: An Interpersonal Perspective, secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara seseorang tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin Anda pernah berdebat, kemudian seseorang berkata, Jangan jawab aku dengan nada suara seperti itu! Pada saat seperti itu, emosi mulai naik, karena keberatan akan nada suara seseorang didasarkan pada penyimpulan mengenai perasaannya. Vokal cues adalah sumber berbagai macam penyimpulan, dan kebanyakan berkaitan dengan emosi. Tubbes dan Moss menyebutkan vocal cues (petunjuk suara). Kebanyakan penulis ilmu komunikasi menyebutkan paralanguage. Kita menyebutkan olah vocal (kawan saya mengatakan bahwa istilah ini lazim dipergunakan di kalangan teater di Indonesia). 33 Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vokal: kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhythm). Termasuk keragaman adalah hentian (pause). D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapatkan penulis, penelitian mengenai kesantuan bukan kali ini saja dilakukan, melainkan ada beberapa penelitian yang membahasnya. Seperti penelitian Ina Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012, yang berjudul Bentuk Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Verbal Pada Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Studi kasus ini dilakukan peneliti pada kelas VIII SMP Cilandak Jakarta Selatan 33 Ibid., h. 79.

30 20 Tahun Pelajaran 2011/2112. Penelitian ini menyimpulkan bentuk kesantunan berbahasa pada kegiatan pembelajaran nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Melibatkan beberapa maksim untuk memudahkan guru dalam melihat perkembangan pembelajaran siswa. Terwujud maksim-maksim seperti maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim keserhanaan. Dalam setiap tuturan, tidak hanya diwujudkan dalam satu maksim. Melainkan terwujud dalam beberapa maksim, diantaranya: maksim kedermawanan + maksim penghagaan + maksim kebijaksanaan + maksim keserhanaan. Akan tetapi perbedaan pada analisis data ke empat yang hanya memiliki satu maksim, yaitu maksim kedermawanan. Penelitian lain yang dilakukan Lilis Suci Melati, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengenai kesantunan dengan judul Realisasi Kesantunan Berbahasa Anak Kelas X di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Dari hasil penelitian yang dilakukannya dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa dan dianalisis menggunakan prinsip kesantunan Geoffrey Leech bentuk pertuturan yang terjadi pada kelas X-A di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat menunjukkan lebih banyak yang melanggar prinsip kesantunan (politeness principle) dibandingkan dengan yang mematuhinya. Prinsip kesantunan yang sering dilanggar adalah maksim kebijaksanaan (tact maxim) dan maksim kemurahan (approbation maxim). Adapun yang tidak muncul dalam pertuturan anak kelas X- A adalah petuturan yang mematuhi maksim kesetujuan/kecocokan (agreement maxim). Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapatkan, peneliti belum mendapati penelitian yang sama dengan penelitian yang penulis angkat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui atau melihat bentuk kesantunan kalimat imperatif ajakan, permintaan, dan suruhan dalam teks pidato siswa kelas IX semester genap SMP Islam Harapan Ibu tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian terkini yang berusaha memperkanya khazanah penelitian mengenai bentuk kesantunan imperatif dalam berbahasa. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat memperdalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksankan di SMP Islam Harapan Ibu yang beralamat di Jl. H. Banan No. 1/Komplek Deplu, Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan, Telp. (021) , Ext , fax. (021) Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal dua puluh tujuh bulan Februari tahun dua ribu tiga belas ( ) sampai dengan tanggal lima bulan April dua ribu tiga belas ( ). B. Materi Penelitian Materi penelitian merujuk kepada peralatan yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu: 1. Alat tulis 2. Kamera digital 3. Teks pidato milik siswa yang ditulis tangan oleh siswa sendiri, disimpan bentuk lampiran dalam laporan ini. C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga aspek yang tercakup dalam istilah metodologi penelitian, yaitu aspek aksiologi dari satu paradigma aspek itu merupakan aspek nyata yang menunjukan cara melaksanakan penelitian yang terdiri dari: ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu pragmatik. D. Motode Penelitian Metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari suatu paradigma. Dia merupakan aspek nyata, cara melaksanakan penelitian. Di dalamnya terdapat jenis penelitian, data, sumber data, dan metode penelitian yang 21

32 22 meliputi pengadaan, analisis, dan penyajian data. 1 Penggunaan metode atau teknik penelitian mirip dengan cara melaksanakan aktivitas penelitian untuk menjawab soal-soal penelitian. Motede tentu terkait dengan fokus, situasi, dan jadwal. Tiga hal ini sangat menentukan bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, disajikan dan dibahas. Metode juga ditentukan oleh tipe penelitian yang dilakukan, yang juga berpengaruh pada peran peneliti. Pada penelitian kuantitatif, peranan peneliti dapat digunakan oleh instrumen. Sedangkan, pada penelitian kualitatif, peneliti tidak diganti dengan instrumen buatan. 2 Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan apa adanya. 3 Dengan demikian, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan imperatif pidato bahasa Indonesia siswa SMP kelas IX semester genap Islam Harapan Ibu. Penelitian kualitatif adalah alamiah, sesuai dengan konteks yang alami. Konteks dan realitas menyatu-padu. Mereka tidak terpisah, realitas sosial yang banyak itu harus sejalan dengan konteks, tidak direkayasa, dan tidak dipisahpisah. Bila realitas dipisah-pisah seperti yang cenderung dilakukan oleh kuantitatif, pemahaman yang utuh terhadap fenomena mustahil diperoleh. Pemahaman yang utuh tentang menyatu-padunya realitas dan konteks didasarkan pada tiga asumsi antologi, yaitu 1) tindakan mengamati memengaruhi apa yang diamati; 2) konteks sangat menentukan makna temuan bagi konteks yang lain; 3) struktur nilai kontekstual merupakan penentu terhadap apa yang dicari. 4 Maksud penelitian kualitatif adalah mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memerhatikan konteks yang relevan. Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami fenomena sosial secara holistik dan 1 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h Ibid. 3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h Ibid., h. 32.

33 23 menggali pemahaman lebih dalam dan lebih banyak. Pendekatan 1) bahan baku ilmu sosial dan ilmu fisik atau alamiah berbeda; 2) tujuan dan seperangkat metode penyelidikan juga berbeda; 3) orientasi penelitian kualitatif proses, sifatnya induktif, bernilai-nilai, subjektif, dan holistik. 5 E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat. 2. Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah. 3. Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. F. Objek Penelitian Objek penelitian ini seluruh siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu. 1. Populasi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 6 Populasi yang diambil dalam penelitian disini adalah seluruh teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX berjumlah lima puluh dua (52) teks pidato, yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas A, B, dan C. h Ibid., h Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2009),

34 24 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 7 Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 52 teks pidato, Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah digunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. 8 Terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini menggunakan probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel meliputi teknik simple romdom sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dan hanya mengambil teks pidato yang terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup dipilih sebagai sampel data. Dengan demikian sampel yang ambil 20 teks pidato yang dianggap lengkap. G. Pengumpulan Data Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan beberapa teknik. 1. Metode Simak Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara terlutis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena 7 Ibid., h Ibid.

35 25 pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan penyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa penyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. 9 Sadap merupakan kegiatan permulaan untuk menyediakan data. Untuk itu, diperlukan langkah atau aktivitas berikutnya dengan teknik tertentu. Meminjam istilah Sudaryanto, teknik tertentu ini disebut teknik lanjutan, yaitu teknik yang digunakan untuk menjalankan penyadapan. Metode simak dengan beberapa teknik lanjutan yang akan diuraikan sebagai berikut. 10 a. Teknik simak bebas cakap Untuk mejalankan metode simak atau teknik sadap, peneliti hanya menjadi pengamat atau penyimak. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para imformannya. Tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti. Peneliti tidak ikut angkat bicara sama sekali dengan mitranya. Teknik ini sangat mungkin dilakukan bila data penelitiannya adalah data tertulis atau dokumen. b. Teknik catat Selain menggunakan teknik simak bebas cakap untuk menjalankan metode simak, peneliti dapat menggunakan teknik catat. Pencatatan dapat dilakukan pada kartu data yang telah disediakan atau akan disediakan. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokan penggunaan teknik catat ini sangat fleksibel. Bila teknik sadap sebagai teknik lanjutan digunakan, peneliti dapat langsung mencacat data yang diperboleh. Wujud data yang disediakan melalui metode simak adalah transkrip fonetik, fonemik, atau ortografis. Dalam pencatatan, peneliti dapat menandai data yang disediakan tersebut sesuai dengan kiat masing-masing peneliti Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h Ibid., h Ibid., h

36 26 H. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data berupa: 1. Teks tertulis berupa teks pidato sebagai data kualitatif. 2. Wawancara kepada guru dianggap sebagai data kualitatif. I. Analisis Data Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah dikumpulkan melalui tenik catat, observasi, dan wawancara dianalisis dengan sifat data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat: 1) teknik catat yang berupa teks yang dianggap sebagai data kualitatif dianalsis melalui konsep kalimat imperatif ajaka, suruhan dan permintaan; 2) teknik wawancara dirujuk sebagai pembangun untuk mengetahui penugasan guru kepada siswa dengan menerapkan keterampilan berbicara, khususnya dalam retorika lisan yaitu pidato, data bahan merupakan data utama. 1. Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Lazimnya, kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, dimintai dengan hormat, dan dimohon dengan sangat. 2. Kalimat imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah. 3. Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. J. Pelakasanaan Penelitian Pelaknasaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap orientasi yaitu tahap merumuskan masalah berdasarkan realitas

37 27 empatik di lapangan. 2. Mengidentifikasi dan mendeskripsi fokus terhadap masalah berdasarkan ide-ide pokok dalam rumusan masalah. 3. Menentukan instrumen penelitian yaitu alat tulis, kamera digital, dan teks pidato siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu. 4. Mengidentifikasi dan menentukan sumber data teks pidato siswa kelas IX SMP Islam Harapan Ibu. 5. Merancang kegiatan penelitian berupa pengambilan data dengan cara berjanji untuk bertemu siswa, meminjam teks pidatonya, kemudian difotokopi. 6. Menyusun dan menyimpulkan data yang sudah dianalisis menjadi sebuah laporan Proses penyediaan data bahasa Metode simak dan catat Fokus & tujuan AKTIVITAS Data kategorial Teori Skema Konseptual Sumber (Muhammad, 2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti ini.

38 28 K. Fokus Penelitian Fokus Penelitian terhadap kesantunan imferatif yaitu: 1. Kalimat imperatif ajakan. 2. Kalimat imperatif permintaan. 3. Kalimat imperatif suruha

39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berangkat dari data penelitian ini diperoleh analisis data kalimat kesantunan imperatif sebagai berikut: 1. Kalimat Kesatunan Imperatif Ajakan Untuk mendapatkan data kesantunan imperatif dari dalam teks pidato siswa ini digunakan tujuh kriteria berupa penggunaan kata-kata yang menandakan kesantuan imperatif ajakan dalam teks pidato bahasa Indonesia antara lain: 1) ayo, 2) biar, 3) coba, 4) mari, 5) harap, 6) hendaknya, dan 7) hendaklah. (1) Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji syukur kita kehadirot Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat-nya kita masih dapat dipertemukan di pagi hari ini dalam keadaan sehat tanpa suatu kekurangan apapun. (Sumber data No. 1: Dandi Brahim Lesmana, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan ini dituturkan oleh seorang siswa yang bernama Dendi Brahim Lesmana ketika membuka pidatonya di Sekolah dalam praktik berpidato. Hadirin diajak untuk mendengarkan dan memperhatikan pidato yang disampaikan. (2) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan dalam teks pidato ini, pembicara mengajak 29

40 30 kepada pendengar untuk menjaga bumi agar terhindar dari pemanasan global. (3) Hendaknya kita bisa memulai dari definisi pemanasan global pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata deretan bumi, laut dan atmosfer. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Pembicara mengajak kepada pendengar agar mengetahui definisi dari pemanasan global, dengan tujuannya adalah agar pendengar mengetahui bencana yang disebabkan pemanasan global. (4) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan Dinny mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global. (5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buangbuang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global. (6) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global.

41 31 (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi. (7) Oleh karena itu, mari kita berusaha sedini mungkin untuk meminimalkan dampak dari pemanasam global tersebut, dimulai dari menanam pohon. Dan ingat, semua yang kita lakukan walaupun kecil itu sangat berarti bagi bumi kita tercinta. (Sumber data No. 4: Fabriasca Alma, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan dalam pidato, pembicara berpesan dan mengajak agar kita terus berusaha agar tidak berdampak pemanasan global dengan hal kecil seperi menanam pohon. (8) Sebelum pemanasan global lebih parah, marilah kita buat gerakan cinta bumi dan dinginkan bumi dengan cara mencegah pemanasan global. Informasi Indeksal : (Sumber data No. 5: Farah, 2013) Kalimat imperatif ajakan dalam pidato ini, pembicara mengingatkan kepada pendengar agar lebih cinta terhadap bumi, sebelum pemanasan global lebih parah dan merugikan diri kita sendiri. (9) Oleh karena itu marilah kita jaga bumi ini agar tidak terjadi global warming maka kurangilah pemakaian kendaraan bermotor dan ac secara berlebihan. Informasi Indeksal : (Sumber data No.8: M Rama Fauzan, 2013) Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga lingkungan dan

42 32 mengurangi polusi secara berlebihan. (10) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013) Informasi Indeksal : Kalimat imperatif dalam pidato ini mengajak kepada kita sebagai pendengar agar menjaga bumi dengan baik agar terhindar dari global warming. (11) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera. (Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global. (12) Maka marilah kita mulai dari diri kita sendiri mulai dari sekarang untuk meningkatkan semangat memperbaiki bumi kita, meminimalkan dampak dari global warming tersebut, dimulai dari hal-hal kecil yaitu menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya dan menghemat sebisa mungkin energi yang ada semua yang dilakukan walaupun kecil itu sangat berarti bagi bumi kita tercinta dan masa depan seluruh makhluk hidup. (Sumber data No. 12: Raras Cinnya W., 2013)

43 33 Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan, pembicara meminta kepada pendengar akan ancaman pemanasan global. (13) Kalau untuk saya sendiri peran yang dapat kita berikan sebagai pengurang gas Co 2 di alam, yang dapat saya lakukan, dan menurut saya adalah solusi terbaik adalah memperbaiki pola kehidupan kita. Dengan cara yang mudah dan tentu saja real dan tidak terlalu muluk-muluk misalnya 1. Berhemat energi seperti dalam penggunaan bahan bakar minyak, listrik (jangan pakai alat-alat elektronika kalau tidak jelas kebutuhannya) 2. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja, kalau hanya dekat, tidak perlu menggunakan motor atau mobil 3. Mengurangi pembakaran misal, pembakaran sampah, hindari pembakaran hutan 4. Penghijauan hutan 5. Hindari penggunaan barang secara mubazir 6. Untuk ekosistem laut, hindari perusakan karang dan pencarian ikan dengan merusak (penggunaan bom atau semacamnya) 7. Dan sebagai mahasiswa teknik nuklir, saya setuju sekali pembangunan PLTN karena melihat kepentingan mengatasi global warming. (Sumber data No. 12: Raras Cinnya W., 2013) Informasi Indeksal: Dalam pidato yang sampaikan, pembicara mengajak kepada pendengar agar selalu ingat dan waspada akan adanya global warming. Pemanasan global terjadi akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. (14) Kalau untuk saya sendiri peran yang dapat kita berikan sebagai pengurang emisi gas CO 2 di alam, yang dapat dilakukan, dan menurut saya adalah solusi terbaik adalah memperbaiki pola kehidupan kita. Dengan cara yang mudah dan tentu saja real dan tidak terlalu muluk-muluk. Berhemat energi, seperti dalam penggunaan bahan bakar, listrik jangan pakai alat-alat elektronik kalau tidak jelas kebutuhannya. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja. (Sumber data No. 7: Cahyo laksana Gani., 2013)

44 34 Informasi Indeksal: Pidato yang disampaikan bahwa kita sebagai penghuni bumi, agar selalu menjaga lingkungan serta alam sekitar agar terhindar dari pemanasan global. Hasil analisis peneliti menemukan beberapa kalimat imperatif ajakan dengan penanda kesantunan mari. Dengan demikian teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan kesantunan. 2. Kalimat Imperatif Kesantunan Suruhan Dalam menentukan kalimat imperatif kesantunan suruhan yang terdapat dalam data, penelitian ini menggunakan konsep kalimat imperatif kesantuan suruhan adalah kalimat yang ditandai oleh sembilan kriteria berikut: 1) ayo, 2) biar, 3) coba, 4) harap, 5) hendaklah, 6) hendaknya, 7) mohon, 8) silakan, dan 9) tolong. 1 (16) Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: 1. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja 2. Mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain 3. Reboisasi 4. Mengurangi penggunaan farmum. (Sumber data No. 15: Zhafran, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan Zhafran, menyuruh kepada pendengar agar waspada terhadap terjadinya pemanasan global yang akan merugikan kita semua. (17) Oleh karena itu, coba janganlah merusak bumi ini karena kita sangat memerlukannya. (Sumber data No. 16: Rizky Wijaseno, 2013) 1 Ibid., h. 83.

45 35 Informasi Indeksal : Pembicara menyuruh kepada kita sebagai pendengar, agar menjaga bumi dari kurusakan. (18) Agar lingkungan bersih kita juga harus membudiyakan membuang sampah tidak sembarangan dan mulai sekarang menanamkan kepada diri kita bahwa kebersihan sebagian dari iman. (Sumber data No. 17: Fadlila Meivira Jelita, 2013) Informasi Indeksal : Kalimat ajakan dalam pidato yang disampaikan oleh fadlila Meivira, mengajak kepada kita agar menjaga lingkungan. (19) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming adalah mamatikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon sekitar dan juga merawatnya. Informasi Indeksal : (Sumber data No. 18: Asyarine Keire Sapardan, 2013) Dalam pidato yang disampaikan, mengajak kedapa mendegar agar tetap waspada akan adannya pemanasan global. (20) Kita tentu sudah lama merasakan betapa panas cahaya matahari lebih menyengat. Ini adalah salah satu dampak nyata dari pemanasan global ini. Ada beberapa yang mungkin kita lakukan, misalnya 1. Berhemat energi, 2. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja, 3. Mengurangi pembakaran hutan dan lain-lain. (Sumber data No. 20: Nuralfian Daneswara, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan kepada pendengar, bahwa manusia yang hidup di bumi agar menjaga lingkungan disekitarnya, dan waspada dengan namanya pemanasan global karna akan merugikan diri kita sendiri.

46 36 (21) Percuma saja menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanam pohon kalau tidak dirawat juga akan mati. Manusia yang menyebabkan pemanasan global maka manusia juga yang harus menghentikan pemanasan global. Dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai saat ini. (Sumber data No. 18: Asyarine Keiro Sapardan, 2013) Informasi Indeksal : Pembicara dalam pidatonya menyampaikan hal-hal pencegahan terjadinya pemanasan global. (22) Manusia yang menyebabkan global warming maka manusia juga yang harus menghentikan global warming. Dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai saat ini. dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa pemanasan global. (Sumber data No. 6: Mas Taufiq Dirga P, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan menyuruh kepada kita, agar menjaga lingkungan serta alam agar terhindar dari pemanasan global. (24) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kemabali ke kita. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Pembicara dalam pidatonya menyuruh kepada pendengar untuk menjaga lingkungan mulai dari hal terkecil, agar alam terhindar dari pemanasan global.

47 37 (25) Manusia yang menyebabkan global warming maka manusia juga yang harus menghentikan global warming dimulai dari hal kecil dan mulai saat ini. (Sumber data No. 12: Raras Cinnya W, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara mengatakan dalam pidatonya, bahwa kita sebagai manusia yang hidup di bumi harus menjaga lingkungan agar terhidar dari global warming. Manusia harus sadar terjadinya pemanasan global adalah ulah manusia itu sendiri. Analisis kalimat imperatif suruhan peneliti menemukan penanda kesantunan coba, dengan demikian teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan adanya kesantunan. 3. Kalimat Imperatif Kesantunan Permintaan Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat. 2 (26) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi kendaraan bermotor, menanam pohon di sekitar dan juga merawatnya, mungkin kita sudah menanam pohon tapi jika tidak dirawat akan mati juga. (Sumber data No. 13: Charina, 2013) Informasi Indeksal : Pendengar diminta untuk menghemat kertas dan plastik, menggunakan kendaraan bermotor seperlunya, dan menanam pohon sebanyak-banyaknya 2 Ibid., h. 80.

48 38 dan selalu merawatnya. (27) Oleh karena itu alangkah bijaknya kalau kita sebagai penghuni bumi ini ikut andil dalam menjaga keseimbangan alam ini. (Sumber data No. 14: Taffania Amardo, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan, meminta kepada pendengar agar samasama mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan pemanasan global. (28) Semoga apa yang saya sampaikan kali ini menjadikan bahan pemikiran kita bersama dan menjadikan kita mengambil keputusan yang tepat untuk memberikan solusi sekecil apapun sehingga dampak global warming dapat diminimalisir. (Sumber data No. 20: Nuralfian Daneswara, 2013) Informasi Indeksal : Pembicara dalam pidatonya menyampaikan, agar kita sama-sama menjaga alam dan mulai berhemat mengenai hal-hal yang menyebabkan pemanasan global. (29) Nah tentu saja, kita sudah tahu mengapa kita sering merasa kepanasan. Itu karena efek pemanasan global sudah sedemikian parahnya Tentu saja, kita perlu mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global. (1) efek rumah kaca, (2) efek umpan balik, (3) variasi Matahari. (Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan, bahwa kita sebagai pendengar harus mulai sadar dan menjaga lingkungan dan alam agar terhindar dengan adanya pemanasan global.

49 39 (30) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kembali ke kita. (Sumber data No. 9: Natasha SR, 2013) Informasi Indeksal : Pembicara dalam pidatonya mengharapkan agar kita sebagai penghuni bumi, mulai menghemat listrik, menanam pohon, dan lain sebagainya yang mengurangi akan dampak pemanasan global. (31) Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam. (Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik, pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya. (32) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya. (Sumber data No.8: Asyarine Keiko Sapardan, 2013) Informasi Indeksal : Pembicara menyampaikan dalam pidatonya, agar kita sebagai penghuni bumi agar muali sadar akan adanya pemanasan global.

50 40 (33) Semua sudah terlanjur, mau apa lagi? Menurut saya saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya dengar bahwa pemanasan global akan tetap terjadi. (Sumber data No.7: Cahyo Laksana Gani, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan Cahyo, bahwa pemanasan global sudah terjadi, kita harus mulai sadar akan adanya pemanasan global. Dengan cara mulai mengurangi hal-hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. (34) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah menghentikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya. Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan pohon kalau tidak dirawat juga akan mati. (Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013) Informasi Indeksal : Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda bumi akan hancur. (35) Banyak orang-orang menyerukan untuk mengurangi polusi tapi ini dimulai dari kesadaran kita juga, ada yang sudah membuat terobosan dengan mencet atap rumah menjadi putih, melakukan penghijauan, dan masih banyak lagi. (Sumber data No.4: Fabriasca Alma, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang sampaikan bahwa pembicara meminta kepada

51 41 pendengar, bahwa orang-orang sudah mulai sadar akan adanya pemanasan global. (36) Pemanasan global adalah peningkatan suhu daratan bumi, laut, dan atmosfer tentu saja, kita sudah tahu mengapa kita sering merasakan kepanasan. Ya itu karena pemanasan global yang sudah sedemikian rupanya. Tentu saja, kita juga mengetahui sebab-sebab terjadinya pemanasan global. (1) efek rumah kata, (2) asap kendaraan mobil dan motor, (3) variasi matahari. (Sumber data No.3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang sampaikan bahwa kita sebagai penghuni bumi, harus mengetahui efek dari pemanasan global dan harus mengetahui cara pencegahannya. (37) Semua sudah terlanjur terjadi, mau diapakan lagi? Menurut saya kita semua harus memcari solusi-solusi terbaik untuk menghindari pemanasan global yang semakin meluas. Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: (1) menggunakan kendaraan bermotor seperlu saja, (2) mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain, (3) reboisasi, (4) mengurangi penggunaan parfun yang berlebihan. (Sumber data No.4: Zhafran, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan, bahwa pembicara menyadarkan kita sebagai pendengar yang selalu berbuat hal-hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. (38) Semua sudah terlanjur terjadi, mau apa lagi??? Menurut saya saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya dengar bahwa pemanasan global akan tetap terjadi. (Sumber data No. 14: Taffania Amardo, 2013)

52 42 Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan bahwa global warming sudah kita rasakan saat ini dan akan terus menerus. Tidak bisa disesali terjadi global warming adalah akibat dari manusia itu sendiri. (39) Semua sudah terlanjur terjadi, mau diapakan lagi? Menurut saya kita semua harus mencari solusi-solusi terbaik untuk menghindari global warming yang semakin lama semakin meluas. (Sumber data No. 15: Zhafran, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara dalam pidatonya dengan tegas mengatakan, bahwa manusia yang hidup dibumi harus mengetahui bagaimana caranya menghindari pemanasan global. (40) Alangkah bijaknya kalau kita sebagai penghuni bumi ini ikut andil dalam menjaga keseimbangan alam ini karena anak cucu kitalah yang nantinya akan lebih merasakan dampak yang telah kita perbuat. (Sumber data No. 5: Farah, 2013) Informasi Indeksal: Pidato yang disampaikan oleh Fabriasca Alma, mengingatkan kita sebagai penghuni bumi agar menjaga bumi dan terhindar dari pemanasan global. (41) Dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa global warming. (Sumber data No. 6: Mas Taufiq Dirga P, 2013)

53 43 Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan pembicara memberi tahu dengan tegas kepada pendengar agar kita semua yang ada di muka bumi ini sama-sama menjaga lingkungan dan ketestarian alam. Analisis kalimat imperatif permintaan peneliti tidak menemukan penanda yang menunjukan kesantunan, tetapi secara pragmatik kalimat imperatif permintaan tidak selalu di tandai dengan penanda kesantunan. Panjang pendek sebuah tuturan secara pragmatik menentukan kesantunan, ketika seseorang bertutur pendek dan maknanya langsung terhadap petutur maka dapat dikatakan kadar kesantunannya rendah. Sebaliknya ketika seseorang bertutur panjang dan maknanya tidak langsung terhadap petutur, maka dapat dikatakan kadar kesantunannya tinggi. B. Pembahasan Pembahasan mengenai kesantunan imperatif bahasa Indonesia dalam teks pidato siswa, secara garis besar ada yang dua yang dibahas, yaitu, 1) wujud formal dan wujud pragmatik imperatif; 2) kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif. Wujud imperatif formal dan wujud imperatif pragmatik di dalam wujud formal atau stuktural terdapat imperatif aktif dan imperatif pasif. Wujud imperatif formal atau stuktural adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia. Sedangkan wujud imperatif pragmatik atau nonstuktural adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Imperatif aktif digolongkan menjadi dua macam yaitu imperatif aktif tidak transitif dan imperatif aktif transitif. Imperatif aktif tidak transitif dapat dibentuk dari tuturan deklaratif, dengan menerapkan tiga ketentuan berikut: 1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa pesona kedua seperti Anda, Saudara, kamu, kalian, Anda sekalian, Saudara sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; 2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan 3) menambahkan partikel lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tetsebut. Dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. Peneliti hanya

54 44 mendapatkan dua ketentuan, pertama mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya dan yang kedua adalah menambahkan partikel-lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif. Selanjutnya imperatif aktif transitif ketentuan yang digunakan sama dengan imperatif aktif tidak transitif, perbedaannya adalah tanpa berawalan me-n. Perlu diketahui apabila kalimat deklaratif dibentuk menjadi imperatif aktif transitif memiliki dua unsur awalan seperti memper- dan member-. Selanjutnya mengenai imperatif pasif, dalam pemakaian tuturan imperatif pasif terdapat maksud penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur maupun muka si mitra tutur. Seperti yang telah dijelaskan diawal mengenai wujud formal, selanjutnya wujud pragmatik imperatif secara singkat dibahas. Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia. Dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dapat berupa konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif. Adapun wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia, apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Dari penelitian yang didapatkan terhadap teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap mengenai makna pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia. Ditemukan tiga makna pragmatik imperatif yaitu: 1) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan; 2) tuturan yang mengandung makna pragmatik permintaan; 3) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan. Seperti yang telah dijelaskan diawal secara garis besar pembahasan ada dua. Untuk yang pertama telah dijelaskan terlebih dahulu. Selanjutnya pembahasan yang kedua mengenai kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik imperatif. Kedua hal tersebut mencakup wujud kesantunan yang berkaitan dengan pemakaian tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia. Kesantunan linguistik tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia mencakup hal-hal berikut: 1) panjang pendek tuturan; 2) urutan tuturan; 3) intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik; 4) pemakaian ungkapan penanda kesantunan. Tetapi dalam

55 45 hal ini yang berkaitan dengan teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, peneliti hanya membahas tiga faktor penentu kesantunan linguistik. Ketiga faktor tersebut yaitu: 1) panjang pendek tuturan; 2) urutan tuturan; 3) pemakaian ungkapan penanda kesantunan. Selanjutnya mengenai kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia. Diwujudkan dengan tuturan yang bermacam-macam, makna pragmatik imperatif kebanyakan tidak diwujudkan dengan tuturan impratif melainkan dengan tuturan nonimperatif. Pragmatik imperatif banyak digunakan dengan tuturan deklaratif dan interogatif. Kesantunan pragmatik dalam tuturan deklaratif, peneliti hanya menemukan tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan di dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. Selain itu kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif, peneliti hanya menemukan tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan di dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. Selanjutnya akan dibahas lebih rinci beserta contoh-contoh yang diambil dari hasil analisis teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap. Tentunya berkaitan dengan kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: 1. Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif Sebelum diuraikan lebih lanjut perihal kesantunan dan peringkat ke santunan pemakaian tuturan imperatif, maka terlebih dahulu yang akan dijelaskan mengenai wujud tuturan imperatif di dalam bahasa Indonesia. Wujud imperatif tersebut mencakup dua hal pertama wujud imperatif formal atau stuktural dan kedua wujud imperatif pragmatik atau nonstuktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Ciri formal atau ciri stuktural imperatif di dalam bahasa Indonesia telah banyak dijelaskan oleh ahliahli tata bahasa Indonesia misalnya Gorys Keraf (1991) sebagaimana dikutip oleh Kunjana Rahardi (2002) dikatakan bahwa menunjukan tiga ciri mendasar yang

56 46 dimiliki satuan lingual imperatif dalam bahasa Indonesia, yakni: 1) menggunakan intonasi keras; 2) kata kerja yang digunakan lazimnya kata kerja dasar, dan 3) mempergunakan partikel pengeras-lah. 3 Linguis-linguis lain, pada umumnya, juga menguraikan perihal ciri struktural atau ciri formal satuan lingual imperatif tersebut di dalam karya ketatabahasaan dengan masing-masing penjelasan yang berbeda-beda. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Makna yang demikian dekat dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakangi munculnya tuturan imperatif itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, wujud pragmatiknya imperatif dalam bahasa Indonesia itu dapat berupa tuturan yang bermacam-macam sejauh di dalamnya terkandung makna pragmatik imperatif. Bentuk imperatif membedakan antara imperatif formal dengan imperatif pragmatik, imperatif pragmatik wujudnya bermacam-macam dan hanya dapat diketahui melalui konteks situasi tuturannya. Konteks termaksud dapat mencakup banyak hal, seperti lingkungan tutur, maksud tutur, nada tutur, peserta tutur, dan aspek-aspek konteks situasi tutur yang lain. 1. Wujud Formal Imperatif Di depan sudah disampaikan bahwa yang dimaksud dengan wujud struktural imperatif adalah realisasi maksud imperatif apabila dikaitkan dengan ciri formal atau ciri strukturalnya. Secara formal, tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia meliputi dua macam perwujudan, yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Kedua macam tersebut akan diuraikan secara terperinci. a. Imperatif Aktif Dalam bahasa Indonesia imperatif aktif dapat dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya menjadi dua macam, yakni imperatif aktif yang berciri tidak transitif dan imperatif aktif yang berciri transitif. Kridalaksana (1992) sebagaimana dikutip oleh Kunjana Rahardi (2002) dalam buku pragmatik 3 Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 87.

57 47 kesantunan imperatif bahasa Indonesia dijelaskan bahwa transitif bersangkutan dengan perbuatan (verba) yang mengharuskan adanya tujuan; sedangkan tidak transitif atau intransitif bersangkutan dengan perbuatan (verba) yang tidak mengharuskan adanya tujuan. 4 Selanjutnya kedua macam tipe imperatif aktif tersebut akan diuraikan. 1) Imperatif Aktif Tidak Transitif Imperatif aktif dalam bahasa Indonesia dapat berciri tidak transitif. Imperatif yang demikian dapat dengan mudah dibentuk dari tuturan deklaratif, diketahui bahwa kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan kepada orang lain. 5 yakni yang menetapkan ketentuanketentuan sebagai berikut: 1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa pesona kedua seperti Anda, Saudara, kamu, sekalian, Saudara sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; 2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan 3) menambahkan partikel-lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tersebut. 6 Tetapi dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, peneliti hanya menemukan dua ketentuan yakni mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan menambahkan partikel-lah. Kedua pententuan tersebut dapat dilihat dari contoh berikut. (3) Hendaknya kita bisa memulai dari definisi pemanasan global pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata deretan bumi, laut dan atmosfer. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Pembicara mengajak kepada pendengar agar mengetahui definisi dari 4 Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Renika Cipta, 2009), h Kunjana Rahardi, op. cit,. h. 88.

58 48 pemanasan global, dengan tujuannya adalah agar pendengar mengetahui bencana yang disebabkan pemanasan global. (41) Dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa global warming. (Sumber data No. 6: Mas Taufiq Dirga P, 2013) Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan pembicara memberi tahu dengan tegas kepada pendengar agar kita semua yang ada di muka bumi ini sama-sama menjaga lingkungan dan ketestarian alam. Dari contoh-contoh tuturan di atas, dapat dengan jelas dilihat untuk membentuk imperatif aktif yang tidak transitif, verba tidak transitif yang berupa kata dasar dapat dilihat pada tuturan (3). Untuk tuturan (41) tuturan yang menambahkan partikel-lah. Penggunaan partikel lah menunjukan adanya etika berbahasa yang menunjukan hubungan erat tentang beberapa dimensi yaitu pemilihan kode bahasa. Pada konteks ini pembicara memilih partikel lah, dalam kalimat imperatif aktif tak transitif dipilih untuk dapat menimbulkan efek kesantunan berbahasa. Pembicara sangat mengharapkan agar mendengar bersedia melakukan tindakan seperti yang diharapkannya yaitu berbuat sesuatu yang membuat anak cucu kita senang. Ditinjau dari norma-norma sosial kalimat imperatif berpartikel-lah ini merupakan norma sosial yang tidak tertulis berlaku dalam masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk memperhalus bahasa yang diujarkan. Partikel-lah secara sosial dapat membangkitkan efek yang menunjukan rasa senang lawan bicara dalam hal ini pendengar pidato. 2) Imperatif Aktif Transitif Untuk membentuk tuturan imperatif aktif transitif, ketentuan yang telah disampaikan sebelumnya yaitu: 1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa persona kedua seperti Anda, Saudara, kamu, kalian, Anda Sekalian, Saudara

59 49 sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; 2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya; dan 3) menambah partikel-lah pada bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tersebut. Dalam membentuk tuturan imperatif aktif tidak transitif tetap berlaku, perbedaannya adalah bahwa untuk membentuk imperatif aktif transitif, verbanya harus dibuat tanpa berawalan me-n. Contoh yang bernomor (34) a dan b pada tuturan-tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan. (34) a. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah menghentikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya. Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan pohon kalau tidak dirawat juga akan mati. (Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013) Informasi Indeksal : Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda bumi akan hancur. b. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah hentikan listrik jika tidak digunakan, hemat kertas dan plastik, mengurangi menggunakan kendaraan, tanam pohon disekitar dan juga merawatnya. Mungkin kita sudah menanam pohon tapi apakah kita juga merawatnya? Percuma saja menanan pohon kalau tidak dirawat juga akan mati. (Sumber data No.6: Mas Taufiq Dirga P, 2013) Informasi Indeksal : Pidato Mas Taufiq Dirga P meminta kepada kitsa, agar mengetahui dampak dari pemanasan global. Karena pemanasan global tanda-tanda bumi akan hancur.

60 50 Perlu dicatat bahwa apabila verba kalimat deklaratif yang akan dibentuk menjadi imperatif aktif transitif itu memiliki dua unsur awalan, misalnya memperdan member-, hanya unsur me-n sajalah yang perlu ditinggalkan. Perlu dicatat pula bahwa pada akhiran yang melekat pada verba dipertahankan dan tidak perlu dihilangkan di dalam pembentukan tuturan imperatif aktif transitif. Pada kalimat imperatif (34a) dan (34b) ditinjau secara pragmatik menunjukan kaidah kesantunan formalitas (formality), hal ini sesuai dengan pernyataan (Lakoff, 1973). Kesantunan formalitas yaitu kesantunan bertutur yang tidak memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu, tetapi mampu menyarankan kepada orang lain untuk menentukan pilihan yang terbaik untuk dilakukan, contoh kalimat (34b) kalimat imperatif aktif transitif ini dipilih oleh pembicara untuk dapat menimbulkan efek senang pada lawan bicara untuk bersedia melakukan tindakan yang dapat mengurangi pemanasan global. Dengan demikian, harapan pembicara dapat tercapai sesuai dengan apa yang harapkannya, tanpa menyinggung perasaan orang lain karena pembicara menggunakan nosi kesantunan berbahasa. b. Imperatif Pasif Dalam komunikasi keseharian, maksud tuturan imperatif lazimnya dinyatakan dalam tuturan yang berdiatesis pasif. Digunakan bentuk tuturan yang demikian dalam menyatakan maksud imperatif karena pada pemakaian imperatif pasif itu, kadar suruhan yang dikandung di dalamnya cenderung menjadi rendah. Selain itu, bentuk imperatif pasif juga dapat mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta melakukan sesuatu, bukanlah orang kedua. Kadar permintaan dan kadar suruhan yang terdapat di dalam imperatif itu tidak terlalu tinggi karena maksud tuturan itu tidak secara langsung tertuju kepada orang yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pemakaian tuturan imperatif pasif itu terdapat maksud penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur maupun muka diri si mitra tutur. Untuk memperjelas hal ini dapat dicermati dan dipertimbangkan dalam tuturan berikut.

61 51 (24) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kemabali ke kita. (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara dalam pidatonya pendengar, hususnya pemerintah untuk menjaga lingkungan mulai dari hal terkecil, agar alam ini terhindar dari pemanasan global. Pada kalimat imperatif pasif secara pragmatik menunjukan kesantunan dalam studi bahasa yang bermakna bagaimana bahasa mengekspresikan jarak sosial antara para penuturya dan hubungan peran mereka yang berbeda-beda. Selain itu bagaimana muka berperan, yakni upaya untuk mewujudkan, mempertahankan, dan penyelamatan muka. Menurut (Richards 1985) diartikan sebagai kesan atau impresi terhadap seseorang atau yang ditunjukan oleh seseorang kepada partisipan lain. Kalimat imperatif pasif dalam komunikasi dalam hal ini adalah pidato, kadar suruhan yang terkandung di dalamnya cenderung menjadi rendah, karena orang ketiga yang diminta untuk melakukan sesuatu. Dapat dilihat contoh tuturan (24) orang ketiga yang diminta untuk melakukan sesuatu yaitu pemerintah, dalam hal ini pemerintah diharapkan agar berperan lebih aktif dalam menjaga lingkungan serta alam agar terhindar dari pemanasan global. Dengan demikian harapan pembicara dapat tercapai sesuai dengan yang di harapkan tanpa menyinggung perasaan orang lain, karena pembicara menggunakan kesantunan dalam berbahasa. (2) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013)

62 52 Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan dalam teks pidato ini, pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga bumi agar terhindar dari pemanasan global. (31) Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam. (Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik, pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya. Tuturan (2) akan menjadi semakin halus dan semakin tidak langsung apabila tuturan itu tidak diungkapkan dengan intonasi suruh. Selain itu, untuk mengurangi kadar kelangsungan tuturan, seperti yang terdapat (2) dapat ditambahkan unsur-unsur lingual lain sehingga tuturan menjadi semakin panjang. Semakin panjang sebuah tuturan akan menjadi semakin tidak langsunglah maksud sebuah tuturan itu. dapat dipertimbangkan tuturan (31). Demikian sebaliknya semakin pendek sebuah tuturan akan menjadi semakin langsunglah maksud tuturan itu. untuk pemperjelas hal ini dapat dilihat tuturan (5). Semakin langsung maksud sebuah tuturan, menjadi semakin rendahlah kadar kesantunannya. (5) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013)

63 53 Informasi Indeksal: Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi. Pada kalimat imperatif secara pragmatik menunjukan kesantunan, yaitu adanya etika berbahasa erat kaitannya dengan pemilihan kode bahasa. Pada konteks ini pembicara memilih sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dapat cermati tuturan (5) dan (31). (5) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara mengajak kepada pendengar, agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi. (31) Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam. (Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik, pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya.

64 54 Tuturan (5) dan (31) memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu menjaga dan memelihara bumi agar tidak terjadi pemanasan global, yang membedakan adalah panjang pendek tuturan tersebut. Ditinjau dari norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia orang yang berbicara langsung terhadap apa yang diinginkannya, dapat dikatakan kadar kesantunannya rendah. Selain itu secara sosial dapat membangkitkan efek yang menunjukan rasa tidak senang terhadap lawan dalam hal ini pendengar pidato. Demikian sebaliknya norma yang berlaku di masyarakat Indonesia orang bercara secara tidak langsung, maka orang tersebut dikatakan santun. 2. Wujud Pragmatik Imperatif Berbeda dengan wujud formal imperatif sebagaimana telah disampaikan di bagian awal bahwa wujud struktural imperatif adalah realisasi maksud imperatif, sedangkan wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstuksi imperatif. Dengan perkataan lain, wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, dapat berupa konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif. Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. 7 Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya. Dari penelitian yang dilakukan mengenai teks pidato yang dibuat siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, peneliti hanya menggunakan tiga macam makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia sesuai dengan pembatasan masalah. Tiga macam makna pragmatik imperatif itu ditemukan baik di dalam tuturan imperatif langsung maupun di dalam tuturan imperatif tidak langsung. Pada bagian berikut, masing-masing wujud makna pragmatik imperatif akan diuraikan secara terperinci. 7 7 Kunjana Rahardi, op. cit,. h. 93.

65 55 a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba. Selain itu tuturan yang menggunakan penanda kesantunan dapat diparafrasa sehingga lebih santun. 8 Untuk mengetahui apakah tuturan yang diparafrasa tersebut merupakan imperatif dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik imperatif suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif. Makna pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Diketahui bahwa bentuk tuturan deklaratif adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal. Seperti dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan sebagai berikut: (16) Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: 1. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja 2. Mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain 3. Reboisasi 4. Mengurangi penggunaan farmum. (Sumber data No. 15: Zhafran, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan Zhafran, menyuruh kepada pendengar agar waspada terhadap terjadinya pemanasan global yang akan merugikan kita semua. (17) Agar lingkungan bersih kita juga harus membudiyakan membuang sampah tidak sembarangan dan mulai sekarang menanamkan kepada diri kita bahwa kebersihan sebagian dari iman. (Sumber data No. 17: Fadlila Meivira Jelita, 2013) Informasi Indeksal : Kalimat ajakan dalam pidato yang disampaikan oleh fadlila Meivira, mengajak kepada kita agar menjaga lingkungan. 8 Ibid., hlm. 96.

66 56 Tuturan yang mengandung makna pragmatik ditunjukan dengan penanda kesantunan coba. Bertutur yang sesungguhnya yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan kontruksi imperatif. Sebetulnya dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan bentuk tuturan interogatif. Di dalam tuturan (16) dan (17) mengandung makna suruhan dengan bentuk tuturan deklaratif yaitu pembicara dalam pidatonya menyeruh kepada kita sebagai pendengar agar menjaga lingkungan dan melestarikan alam agar terhindar dari pemanasan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam sebuah kesantunan setiap orang bertutur dalam konteks ini adalah pidato berkeinginan agar apa yang dilakukan, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu) diakui orang lain sesuatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut dihargai (Brown dan Levinson 1996). b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan Imperatif dengan makna ajakan, biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing-masing memiliki makna ajakan. Pemakaian penanda kesantunan itu di dalam tuturan dapat dilihat pada contoh tuturan sebagai berikut: (4) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan Dinny mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global. (11) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya

67 57 membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera. (Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global. Secara pragmatik imperatif makna ajakan tuturan (4) menunjukan kesantunan dengan penanda mari. Tetapi ditinjau dari norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia, tuturan tersebut mengandung kadar kesantunan sangat rendah. Karena tuturan (4) secara langsung diungkapkan tanpa adanya unsur lingual, semakin pendek sebuah tuturan akan menjadi semakin langsunglah maksud tuturan itu. Semakin langsung maksud sebuah tuturan, menjadi semakin rendah kadar kesantunannya. Secara pragmatik maksud imperatif ajakan, tidak selalu diwujudkan dengan penanda kesantunan imperatif. Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif ajakan termaksud tuturan (11). Etika berbahasa antara lain mengatur dalam artian apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia dalam bertutur secara tidak langsung, ketaklangsungan tuturan tersebut mengandung kesantunan. c. Tuturan yang mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon. Dari hasil analisis di dalam teks pidato yang buat siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap, tidak terdapat penanda kesantunan tolong

68 58 dan mohon. Peneliti hanya mendapatkan frasa yang bermakna minta. Dapat dilihat pada contoh berikut: (26) Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming adalah mematikan listrik jika tidak digunakan, menghemat kertas dan plastik, mengurangi kendaraan bermotor, menanam pohon di sekitar dan juga merawatnya, mungkin kita sudah menanam pohon tapi jika tidak dirawat akan mati juga. (Sumber data No. 13: Charina, 2013) Informasi Indeksal : Pendengar diminta untuk menghemat kertas dan plastik, menggunakan kendaraan bermotor seperlunya, dan menanam pohon sebanyak-banyaknya dan selalu merawatnya. (27) Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam. (Sumber data No. 10: M. Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang sampaikan M. Irfan kepada pendengar agar menjaga bumi, mulai dari sendiri dan dari hal terkecil misalnya menghemat listrik, pemakaian kendaran bermotor seperlunya dan lain sebagainya. Ada tiga kaidah yang perlu kita patuhi agar ujaran terdengar santun oleh pendengar atau lawan bicara kita yaitu: 1) jangan memaksa atau jangan angkuh, dalam hal ini pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari pemanasan global tanpa ada paksaan; 2) buatlah sedemikian

69 59 rupa sehingga lawan bicara Anda dapat menentukan pilihan, yang menjadi lawan bicara disini adalah pemdengar dalam hal ini pendengar dapat menentukan pilihan yang terbaik yang dilakukun pendengar agar terhindar dari pemanasan global; 3) bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan bicara Anda sama atau dengan kata lain buatlah ia senang (Lakoff 1973). Dengan demikian pidato yang disampaikan oleh pembicara mengenai pemanasan global meminta kepada pendengar untuk menjaga lingkungan dan melestarikan alam agar terhindar dari pemanasan global. 2. Kesantunan Linguistik dan Kesantunan Pragmatik Imperatif Terdapat dua hal pokok yang dibicarakan di dalam pembahasan selanjutnya. Kedua hal pokok itu mencakup wujud-wujud kesantunan berkaitan dengan pemakaian tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia. Wujud kesantunan pertama menyangkut ciri linguistik, sedangkan wujud kesantunan kedua menyangkut ciri nonlinguistik. Tuturan imperatif yang selanjutnya mewujudkan kesantunan pragmatik. Pada bagian-bagian berikut, masing-masing wujud kesantunan tersebut akan diuraikan secara terperinci. 1. Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif Kesantunan linguistik tuturan imperatif bahasa Indonesia mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) panjang- pendek tuturan; 2) urutan tuturan; 3) pemakaian ungkapan penanda kesantunan. 9 Ketiga hal tersebut dipandang sebagai faktor penentu kesantunan linguistik tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia. Akan dibahas secara terperinci. a. Panjang-Pendek Tuturan sebagai Penentu Kesantunan Lunguistik Tuturan Di dalam masyarakat Indonesia dan kebudayaannya, bahasa dan unsur panjang-pendek tuturan yang digunakan dalam menyampaikan maksud kesantunan penutur itu dapat diidentifikasi dengan sangat jelas. Terdapat semacam ketentuan tidak tertulis bahwa pada saat menyampaikan maksud tertentu di dalam kegiatan bertutur, orang tidak diperbolehkan secara langsung 9 Ibid., hlm. 118.

70 60 mengungkapkan maksud tuturnya. Orang yang terlalu langsung dalam menyampaikan maksud tuturnya akan dianggap sebagai orang yang tidak santun dalam bertutur. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan yang digunakan, akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin pendek sebuah tuturan, akan cenderung semakin tidak santunlah tuturan itu. Dikatakan demikian, karena panjang-pendeknya tuturan berhubungan sangat erat dengan masalah kelangsungan dan tidaklangsungan dalam bertutur. Selanjutnya disampaikan bahwa, kelangsungan dan tidaklangsungan tuturan itu berkaitan dengan masalah kesantunan. Semakin langsung sebuah tuturan, lazimnya unsur basa-basi yang digunakan di dalam bertutur menjadi semakin tidak jelas. Pada masyarakat Indonesia, bahasa dan unsur basa basi sangat penting kemunculannya pada saat kegiatan bertutur berlangsung. Semakin banyak digunakan unsur basa-basi, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin panjang. Sebaliknya, semakin tidak banyak menggunakan unsur basabasi tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin pendek. Tuturan yang demikian dapat dipastikan memiliki ciri kelangsungan sangat tinggi. Karena memiliki kadar kelangsungan sangat tinggi, kadar kesantunan yang didukung di dalam tuturan itu akan menjadi sangat rendah. Oleh katena itu, orang yang tidak menggunakan unsur basa-basi di dalam bertutur dikatakan sebagai orang yang tidak tahu sopan santun. Sebaliknya, orang yang banyak menggunakan unsur basa-basi pada saat bertutur dikatakan sebagai orang santun. Berkenaan dalam hal ini contoh tuturan berikut. (1) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan dalam pidato ini pembicara menyatakan mulai sekarang jaga bumi agar terhindar dari global warming.

71 61 (5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buangbuang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor. (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global. Tuturan-tuturan di atas masing-masing memiliki jumlah kata dan ukuran panjang-pendek yang tidak sama, yakni secara berurutan. Tuturan (21) dapat dikatakan secara linguistik kadar kesantunannya sangat rendah, sedangkan tuturan (5) berkadar kesantunan sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin panjang sebuah tuturan menjadi semakin santulah tuturan itu. Sebaliknya, semakin pendek sebuah tuturan akan menjadi semakin tidak santunlah tuturan itu. Dari uraian yang disampaikan, dapat dikatakan bahwa penanda kesantunan dalam pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia, dapat diidentifikasi dari panjang-pendeknya wujud tuturan imperatif itu. Apabila seorang penutur dapat memperpanjang tuturannya dalam bertutur, tentu saja dengan makna dasar yang tidak berubah dari makna sebelumnya. Penutur itu akan dikatakan sebagai orang santun. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan (Chaer dan Lionie Agustina 1995) yang menyatakan bahwa etika berbahasa erat kaitannya dengan memilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat.

72 62 b. Urutan Tutur sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, orang selalu mempertimbangkan apakah tuturan yang digunakan itu tergolong sebagai tuturan santun ataukah tuturan tidak santun. Dapat terjadi, bahwa tuturan yang digunakan itu kurang santun dan dapat menjadi jauh lebih santun ketika tuturan itu ditata kembali urutannya. Untuk mengutarakan maksud-maksud tertentu, orang biasanya mengubah urutan tuturnya agar menjadi semakin tegas, keras, dan suatu ketika bahkan semakin kasar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, urutan tutur sebuah tuturan berpengaruh besar terhadap tinggi-rendahnya peringkat kesantunan tuturan yang digunakan pada saat bertutur. Dalam wacana panjang, urutan tutur sebuah tuturan relatif lebih mudah diidentifikasi dibandingkan dengan urutan tutur pada tuturan pendek. Sebagai ilustrasi, dapat disampaikan bahwa dalam masyarakat tutur jawa, orang akan mengetuk pintu dan mengatakan kulonuwun atau permisi terlebih dahulu pada saat bertemu, baru kemudian orang itu masuk rumah dan duduk di kursi setelah dipersilakan oleh tuan rumah. Urutan yang demikian sangat menentukan penilaian seseorang terhadap perilaku kesantunan orang tersebut. Dalam tuturan pendek, urutan tutur itu dapat pula diidentifikasi keberadaannya walaupun memang tidak semudah pada wacana panjang. Berkenaan dengan urutan tutur sebagai penentu kesantunan linguistik tuturan imperatif seperti contoh sebagai berikut. (11) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera. (Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk

73 63 saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global. (25) Manusia yang menyebabkan global warming maka manusia juga yang harus menghentikan global warming dimulai dari hal kecil dan mulai saat ini. (Sumber data No. 12: Raras Cinnya W, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara mengatakan dalam pidatonya, bahwa kita sebagai manusia yang hidup di bumi harus menjaga lingkungan agar terhidar dari global warming. Manusia harus sadar terjadinya pemanasan global adalah ulah manusia itu sendiri. Tuturan (11) dan (25) mengandung maksud yang sama. Namun demikian, kedua tuturan itu berada dalam hal peringkat kesantunannya. Tuturan (11) lebih santun dibandingkan dengan tuturan (25) karena untuk menyatakan maksud imperatifnya, tuturan itu diawali terlebih dahulu dengan informasi lain yang melatar-belakangi imperatif yang dinyatakan selanjutnya. Kemunculan tuturan yang tersembunyi dapat merendahkan kadar imperatif tuturan itu secara keseluruhan. Urutan tutur yang demikian berkaitan erat dengan masalah kelangsungan dan ketidaklangsungan tuturan. Tuturan yang langsung itu berkadar kesantunan rendah, sedangkan tuturan yang tidak langsung berkadar kesantunan tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tuturan imperatif yang diawali dengan informasi nonimperatif di depannya memiliki kadar kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan imperatif yang tanpa diawali informasi nonimperatif di depannya. Kesantunan yang berkisar atas nosi muka yang dibagi dua, yaitu muka

74 64 negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang, muka positif sebaliknya, mengacu pada citra setiap orang yang berkeinginan apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini dan diakui orang lain sebagai suatu yang baik dan buruk. Dengan demikian dapat dikatakan orang baik pasti santun, sebaliknya orang yang tidak baik tidak santun. c. Ungkapan-ungkapan Penanda Kesantunan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Secara linguistik, kesantunan dalam pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia sangat ditentukan oleh muncul atau tidak munculnya ungkapanungkapan penanda kesantunan. Dari bermacam-macam penanda kesantunan itu diantara sebagai berikut. 1) Penanda Kesantunan Mari sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif Dengan maksud yang sama, yakni sama-sama bermakna ajakan, tuturan imperatif yang menggunakan penanda kesantunan mari akan menjadi lebih santun dibandingkan dengan tuturan imperatif yang tidak menggunakan penanda kesantunan itu. Dalam komunikasi keseharian, penanda kesantunan mari, seringkali digantikan oleh kata ayo. Di dalam situasi yang lebih akrab dan lebih informal, seringkali digunakan bentuk pendek yo sebagai pengganti mari dan ayo. Bentuk mari memiliki peringkat keformalan lebih tinggi daripada ayo atau yo. Seperti dalam pidato yang merupakan bentuk formal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tuturan imperatif yang dilekati penanda kesantunan mari memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi daripada tuturan imperatif yang dilekati penanda kesantunan ayo dan yo. Seperti Dalam situasi yang lebih formal, penanda kesantunan mari yang disampaikan dalam pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap dengan tema pemanasan global. Untuk mengetahui pernyataan ini tuturan pada contoh berikut.

75 65 (1) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Kalimat imperatif ajakan dalam pidato ini pembicara menyatakan mulai sekarang jaga bumi agar terhindar dari global warming. (4) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Informasi Indeksal: Dalam pidato yang disampaikan Dinny mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global. (5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buangbuang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global. Kalimat penanda kesantunan mari sebagai penentu kesantunan linguistik tuturan imperatif, dipilih untuk menimbulkan efek kesantunan berbahasa. Pembicara sangat mengharapkan agar pendengar bersedia melakukan tindakan seperti yang diharapkan berbicara yaitu menjaga lingkungan, melestarikan alam, mulai sadar akan adanya pemanasan global.

76 66 2. Kesantunan Pragmatik Tururan Imperatif dalam Bahasa Indonesia Makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia dapat mewujudkan dengan tuturan yang bermacam-macam. Makna pragmatik imperatif kebayakan dengan tuturan imperatif melainkan dengan tuturan nonimperatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna pragmatik imperatif banyak diungkapkan dengan tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna pragmatik biasanya menggunakan unsur ketidaklangsungan. Dengan demikian dalam tuturan-tuturan nonimperatif mengandung aspek kesantunan pragmatik imperatif. Kesantunan berbahasa berkenaan dengan dua partisipan yaitu self dan other (Leech, 1993) Dalam percakapan, yang dimaksud dengan diri adalah penutur dalam hal ini pembicara, sedangkan yang maksud dengan lain petutur atau pendengar pidato. Akan tetapi penutur atau pembicara dapat menunjukan kesantunan kepada orang lain yang hadir atau tidak hadir dalam situasi tutur atau ketika pidato berlangsung. a. Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif Kesantunan linguistik tuturan imperatif dapat diidentifikasi pada tuturan imperatif, kesantunan pragmatik itu dapat juga diidentifikasi di dalam tuturan deklaratif. Dari penelitian, didapatkan bahwa kesantunan pragmatik imperatif pada tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang satu per satu diuraikan pada bagian-bagian berikut: 1) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Suruhan Lazimnya, makna imperatif suruhan diungkapkan dengan tuturan imperatif. Tuturan imperatif yang digunakan untuk menyatakan makna suruhan itu. (16) Solusi yang mudah dilakukan dan aman adalah: 1. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja 2. Mengurangi pembakaran sampah dan pembakaran yang lain 3. Reboisasi 4. Mengurangi penggunaan ac dan farmum.

77 67 (Sumber data No. 15: Zhafran, 2013) Informasi Indeksal : Dalam pidato yang disampaikan Zhafran menyuruh kepada pendengar agar waspada terhadap terjadinya global warming yang akan merugikan kita semua. (17) Oleh karena itu, janganlah merusak bumi ini karena kita sangat memerlukannya. (Sumber data No. 16: Rizky Wijaseno, 2013) Informasi Indeksal : Pembicara menyuruh kepada kita sebagai pendengar agar menjaga bumi dari kurusakan. Di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya, penutur cenderung menggunakan tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif. Demikian pula untuk menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, penutur dapat menggunakan tuturan yang berkonstruksi deklaratif. Tuturan dengan menggunakan konstruksi deklaratif banyak digunakan untuk menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan. Cara menyatakan yang demikian, dapat dianggapi sebagai alat menyelamat muka karena maksud yang ditujukan secara langsung kepada si mitra tutur. Maksud imperatif itu seolaholah ditujukan kepada pihak ketiga yang tidak hadir di dalam kegiatan bertutur itu. Berkaitan dengan hal itu, contoh-contoh berikut perlu dicermati dan dipertimbangkan. (16) Manusia yang menyebabkan pemanasan global manusia juga harus menghentikan pemanasan global. Dimulai dari diri sendiri, dari kecil, dan mulai saat ini. dan buatlah anak cucu kita nanti masih dapat merasakan indahnya dunia tanpa pemanasan global. (Sumber data No. 13: Charina, 2013)

78 68 Informasi Indeksal : Pembicara dalam pidato yang sampaikan, kita sebagai manusia harus mulai sadar akan adanya pemanasan global. (24) Tentu saja diharapkan agar pemerintah lebih berperan aktif dalam mencegah pemanasan global menjadi berakibat buruk bagi bumi yang tentu saja efeknya akan kemabali ke kita. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Pembicara dalam pidatonya menegaskan kepada pendengar hususnya pemerintah untuk menjaga lingkungan mulai dari hal terkecil, agar alam ini terhindar dari pemanasan global. Dalam berpidato pembicara banyak menggunakan tuturan deklaratif, dengan makna suruhan. Pembicara menyuruh kepada pendengar untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global. Misalnya mulai sadar akan adanya pemanasan global, dan mulai menjaga lingkungan dan melestrikan alam. 2) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Ajakan Makna imperatif ajakan sering dituturkan dengan menggunakan tuturan imperatif dengan penanda kesantunan mari dan ayo. Penggunaan kesantunan yang demikian dapat dilihat sebagai berikut: (2) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 2: Dinny Nadia P, 2013) Kalimat imperatif ajakan dalam teks pidato ini, pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga bumi agar terhindar dari pemanasan global. (5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk

79 69 tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buangbuang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global. Tuturan (2) dan (5) secara pragmatik menunjukan kesantunan dengan penanda mari. Etika berbahasa dalam tuturan tersebut erat kaitannya dengan kode bahasa yaitu apa yang harus dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan, dalam hal ini pendengar. Pembicara mengajak kepada pendengar untuk menjaga bumi mulai dari diri kita sendiri. Dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik imperatif ajakan, ternyata banyak diwujudkan dengan menggunakan tuturan yang berkonstruksi deklaratif. Pemakaian tuturan yang demikian, lazimnya memiliki ciri ketidaklangsungan sangat tinggi, karena tuturan itu memiliki ketidaklangsungan sangat tinggi. Dapat dikatakan bahwa di dalam tuturan itu terkadang maksud-maksud kesantunan. Adapun wujud kesantunan pragmatik imperatif ajakan dalam tuturan deklaratif itu. Dapat dilihat pada contoh-contoh berikut. (6) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera. (Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013)

80 70 Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan M Irfan, mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari pemanasan global, selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global. Etika berbahasa apabila penutur, dalam hal ini pembicara secara langsung mengajak untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan pemanasan global kepada pendengar, norma yang ada dalam masyarakat Indonesia dapat dikatakan tidak santun atau kadar kesantunannya rendah. Demikian sebaliknya apabila penutur atau pembicara mengajak kepada pendengar untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pamanasan global secara tidak langsung, maka kadar kesantunnanya tinggi. b. Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Interogatif Makna pragmatik imperatif dapat diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak ditemukan pula pada tuturan-tuturan yang berkonstruksi interogatif. Digunakannya tuturan interogatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup besar. Ketidaklangsungan sebuah tuturan dalam etika berbahasa dan norma sosial menunjukan kesantunan yang tinggi. Dalam konteks ini adalah pembicara dalam sebuah pidato bertutur kepada orang lain atau pendengar untuk melakukan sesutau dan melakukan tindakan yang dapat mengurangi dampak pemanasan global. Dengan demikian, harapan berbicara dapat tercapai sesuai dengan apa yang harapkan. 1) Tururan Interogatif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Ajakan Makna pragmatik imperatif ajakan di dalam bahasa Indonesia dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan imperatif maupun tuturan nonimperatif. Maksud imperatif ajakan yang ungkapkan dengan tuturan interogatif akan lebih

81 71 santun dari pada ungkapan dengan tuturan imperatif. Pembicara dalam pidatonya menggunakan tuturan interogatif ketidaklangsungan sebuah tuturan menunjukan kesantunan yang tinggi. (5) Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi menjadi lebih buruk dengan cara: 1) hemat pemakaian listrik. Gunakan listrik seperlunya, jangan buangbuang energi listrik walaupun kita mempunyai uang untuk membayar tagihan listrik; 2) hemat pemakaian air; 3) tanam pohon-pohon atau tanaman di sekitar kita; serta 4) kurangi juga pemakaian kendaraan bermotor. Informasi Indeksal: (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Kalimat imperatif ajakan ini dimaksudkan oleh pembicara dalam pidatonya bahwa setiap orang harus mencegah semaksimal mungkin dari beberapa aspek yang menimbulkan pemanasan global. (6) Mari kita cegah semaksimal mungkin efek dari pemanasan global. (Sumber data No. 3: Elsiandari Rahayu, 2013) Informasi Indeksal: Pembicara mengajak kepada pendengar agar menjaga bumi dari pemanasan global karena pemasanan global akan merugikan manusia yang ada di bumi. Maksud imperatif ajakan sebagaimana ditunjukkan dalam contoh-contoh tuturan di atas dinyatakan dengan bentuk tuturan imperatif. Digunakan penanda kesantunan mari jelas menandai bahwa tuturan itu secara linguistik bermakna ajakan. Dengan maksud sama, anak tertentu yang sudah cukup dewasa akan dapat mengungkapkannya dengan tuturan lain yang berbentuk tuturan nonimperatif, seperti contoh tuturan berikut.

82 72 (11) Saya mencoba mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran kita bersama untuk saling menjaga, merawat dan menghijaukan bumi (menanam pohon, melestarikan hutan ) air, (membersihkan sampah dan kotoran dari kali), udara (mengurangi bahan bakar), dan segala isinya agar tetap lestari khususnya membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal masing-masing, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman sehat, sejahtera. (Sumber data No. 10: M Irfan Ardiansyah, 2013) Informasi Indeksal : Pidato yang disampaikan M Irfan mengajak kepada pendengar untuk saling mengingatkan mengenai efek dari global warming selian itu untuk sama-sama menjaga dan merawat bumi ini dengan baik agar terhindar dari pemanasan global. Dengan menggunakan tuturan-tuturan seperti di atas, seorang siswa akan dianggap santun dalam menyatakan maksud imperatifnya. Tuturan nonimperatif untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif ajakan mengandung kadar ketidaklangsungan yang tinggi. Karena berkadar ketidaklangsungan yang tinggi, tuturan tersebut memiliki kadar kesantunan yang sangat tinggi pula.

83 BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah melakukan serangkaian pembelajaran, pengolahan, penganalisisan dan pembahasan menjawab hipotesis dari penelitian yang peneliti lakukan kesimpulan penelitian ini, yaitu: 1. Bentuk kesantunan kalimat imperatif permintaan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan adanya kesantunan secara pragmatik dan linguistik. Contoh dalam kalimat imperatif permintaan: Disini saya ingin menyampaikan tentang pentingnya menjaga bumi dan memelihara bumi. Karena bumi adalah tempat berlangsungnya kehidupan para umat manusia. Jika bumi ini tidak dijaga dan dipelihara dengan benar. Maka, yang akan terjadi ialah bumi bisa mengalami kerusakan dimana-mana. Untuk mencegah kerusakan pada bumi ini. Maka, langkah yang pertama adalah dengan mencoba bersahabat dengan alam. 2. Bentuk kalimat imperatif ajakan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap menunjukan adanya kesantunan secara pragmatik dan linguistik yaitu menggunakan penanda mari. Contoh dalam kalimat imperatif ajakan: Mari kita cegah mulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang, untuk tidak membuat keadaan bumi semakin lebih buruk. 3. Bentuk kesantunan kalimat imperatif suruhan dalam teks pidato siswa SMP Islam Harapan Ibu kelas IX semester genap secara pragmatik dan linguistik menunjukan kesantunan dengan penanda coba. Contoh dalam kalimat imperatif suruhan: Oleh karena itu, coba janganlah merusak bumi ini karena kita sangat memerlukannya. 73

84 74 B. Saran Bertitik tolak dari kesimpulan, peneliti menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran kesantunan di SMP Islam Hatapan Ibu, yaitu: 1. Guru diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat teks pidato. 2. Guru dapat mengenalkan jenis kesantunan imperatif di dalam teks pidato yang telah dibuat siswa. 3. Guru dapat menerapkan kesantunan imperatif bukan hanya dalam penulisan teks pidato siswa, tetapi juga bisa dalam komunikasi sehari-hari.

85 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, Brown, Gilian, dan Goerge Yule. Analisis Wacana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta, Encep Kusumah dkk, Menulis 2, Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, Gunawan, Asim. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia Jawa di Jakarta Kajian Sosiopragmatik, Jurnal Pellba. 7, Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Ledalero: Kanisius, Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri, Holmes, Janet. An Introduction to Sociolinguistics. England: Longman Group UK Limited, Ihsan, Diemroh. Pragmatic, Discourse Analysis, and Language Teacher. Palembang: Universitas Sriwijaya, Keraf, Gorys, Tata bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjut Atas. Ende: Nusa Indah, Kridalaksana, Harimurti. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Fungsi Bahasa dan sikap bahasa. Kunjana, Rahardi. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, Lakoff, Robin. The logic of politeness or minding tour p s and q s. Dalam: Papers from the Chicago Linguistic Socienty, Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik, Jakarta: Universitas Jakarta, Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

86 76 Pramujiono, Agung. Kesantunan Positif Komunikasi Dokter dan Pasien dalam Program Konsultasi Seks, Jurnal Linguistik Indonesia, Parker, Frank. Linguistik for Non Linguistik. London: Little, Brown and Company Inc, Rakhmat, Jalaluddin. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Richards, J., John Platt, dan Heidi Weber. Longman Dictionary of Applied Linguistics. England: Longman Group Limited, Siswanto, Wahyudi. Materi Pokok Sanggar dan Sastra Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka, Cet. II, Siti Sahara, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta, Suhartomo Yuniseffendri, Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, Yassir Nasanius, Pertemuan Linguistik pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Atma Jaya: Kedelan Belas, Jurnal Pelbba, 18, 2007.

87

88

89

90 Lampiran I Pedoman Wawancara Nama Guru Jenis Kelamin Umur : Dra. Hj. Budi Suci Nurani, M.Pd : Perempuan : 45 Tahun Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Oktober 1968 Pendidikan Pekerjaan : Stara 2 (S2) Jurusan PEP : Guru SMP Islam Harapan Ibu Pertanyaan. 1. Apakah ibu guru yang meminta anak untuk membuat teks pidato? Berikan alasan. Benar saya sebagai guru bahasa Indonesia yang menyuruh siswa kelas IX untuk membuat teks pidato, dan dibacakan di depan kelas. Alasannya untuk melatih siswa dalam berbicara dan menulis. Selain itu melatih mental dan keberanian dalam berbicara di depan orang banyak. 2. Bagaimana cara ibu menentukan topik pidato? Untuk menentukan tema, guru berdiskusi dengan guru bahasa Indonesia lainya untuk mendapatkan tema yang menarik dan menambah wawasan siswa. Selain itu dapat mengambil maanfaatnya dari tema tersebut. 3. Kenapa pemanasan global yang menjadi tema teks pidato? Pemanasan global yang sekarang kita rasakan, sehingga guru bahasa Indonesia merumuskan pemanasan global yang menjadi tema pidato yang

91 dibuat siswa. Dengan tujuan untuk mengetahui sebab akibat dari pemanasan global tersebut sehingga siswa berusaha mencegahnya. 4. Bagaimana cara ibu membimbing anak untuk menulis teks pidato? Bimbingan yang diberikan berupa pengarahan cara membuat teks pidato yang baik. 5. Bagaimana cara ibu menilai hasil teks pidato? Penilaian teks pidato dilihat dari pembukaan teks pidato, isi pidato, dan penutup teks pidato. Penilaian selanjutnya dilihat dari penampilan siswa membawakan pidato.

92 Lampiran II Daftar Nama dan Identitas Informan No Informan Umur Pendidikan 1. Dandi Brahim L 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 2. Dinny Nadia 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 3. Elsiandari Rahayu 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 4. Febriasca Alma 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 5. Farah 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 6. Mas Taufiq Dirga P 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 7. Cahyo Laksana Gani 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 8. M. Rama Fauzan 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 9. Natasha 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 10. M. Irfan ardiansyah 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 11. Cantika MU 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 12. Raras Cintya W 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 13. Charina 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 14. Taffania Amardo 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 15. Zhafran 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 16. Rizky Wijoseno 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 17. Fadlila Meivira J 14 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 18. Asyarine Keiro S 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 19. Kiki 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu 20. Nuralfian Daneswara 15 Tahun SMP Islam Harapan Ibu

93 Lampiran III

94

95

96 RIWAYAT HIDUP ELIH LASWATI, yang biasa dipanggil Elih, orang tuanya sering memanggil dengan nama kecil, Ai. Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal 24 Juni 1990 dari ayah yang bernama Saeroji dan ibu bernama Sumyati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Sukatengah. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan SMP di Pondok Pesantren Terpadu Darul Amal hingga SMA. Setelah lulus SMA, ia memilih melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan memilih Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sekarang penulis mengajar di SMKI Al Hikmah, Pondok Cabe sebagai guru Bahasa Indonesia merangkap IPA dan Seni Budaya. Ia pernah bekerja sebagai karyawan di Kantor Notaris, Jakarta Selatan. Ia juga pernah bekerja sebagai guru les privat di salah satu lembaga les di Bintaro. Penulis memiliki motto Bukan jatuhku yang terpenting, tetapi bangkitku setiap kali aku jatuh. Maksudnya ialah ketika seseorang gagal, maka kegagalan itu tidak dipandang sebagai suatu hambatan yang berarti, tetapi bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang membuatnya gagal sebagai usaha untuk bangkit kembali merupakan hal yang terpenting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI.

JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI. JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI. Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari bentuk interaksi manusia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

sastransa Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com

sastransa Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com PIDATO Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicar kepada orang lain (audience) dengan cara lisan (Rendra Badudu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa ada bahasa. Bisa dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah

Lebih terperinci

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 07 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Public Speaking Output / Hasil dari Pidato Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Public Speaking Output / Hasil dari Pidato 1. Tampil Percaya Diri

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Galuh dewinurhayati0403@gmail.com, hendaryan@unigal.ac.id ABSTRAK Bahasa dan kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan penuturnya untuk

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini media sosial twitter banyak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk berkomunikasi. Pengguna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN Emianna Tumanggor Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berinterasi dengan orang lain. Dalam melakukan interaksi manusia harus menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai makhluk individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIDATO. Oleh: Erna Ikawati 1

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIDATO. Oleh: Erna Ikawati 1 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIDATO Oleh: Erna Ikawati 1 Abstract Ability in speech is strong enough affected by mastering good and correct language. Teaching a good

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian terhadap ekspresi kesantunan dalam tuturan bahasa Indonesia yang difokuskan pada cara berunjuk santun dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa simbol dan tanda-tanda dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah dan Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berbicara, menyampaikan ide atau pendapat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang selalu berkembang dari masa kemasa memegang perana penting dalam dunia kebahasaan. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci