RESUME SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT LABA DAN PUSAT INVESTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT LABA DAN PUSAT INVESTASI"

Transkripsi

1 RESUME SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT LABA DAN PUSAT INVESTASI Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen Disusun oleh : Indra Purwanto ( ) Dosen Pengampu : Dr. Wuryan Andayani, M.Si., Ak. JURUSAN AKUNTANSI FAKUKTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI Pusat Pertanggungjawaban Pengertian Pusat Pertanggungjawaban Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Pusat Laba Pengertian Laba Jenis-Jenis Laba Pengukuran Laba Pengertian Pusat Laba Manfaat Pusat Laba Permasalahan Pada Pusat Laba Efektivitas Pusat Laba Pengertian Efektivitas Pengukuran Efektivitas Pusat Laba Pusat Investasi Pengertian Investasi Klasifikasi Investasi Pengertian Pusat Investasi Ukuran Kinerja Investasi Pengukuran Dana Operasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return on Investment (ROI) Bentuk Pusat Investasi... DAFTAR PUSTAKA...

3 1.1 Pusat Pertanggungjawaban Pengertian Pusat Pertanggungjawaban Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan sehingga tercapai keselarasan tujuan. Aktivitas suatu pusat pertanggungjawaban dapat dihubungkan ke dalam hubungan masukan, proses, keluaran, dan tujuan. Suatu pusat pertanggungjawaban menggunakan masukan (input) untuk diproses menjadi keluaran (output) dalam rangka mencapai tujuan dengan menggunakan investasi (aktiva atau modal). Masukan adalah sumber-sumber ekonomi yang digunakan ke dalam proses, seperti: sumber daya bahan, sumber daya manusia, sumber daya kapasitas, dan fasilitas, serta sumber daya lainnya. Proses adalah pengolahan atau pengerjaan masukan menjadi keluaran. Keluaran adalah produk atau hasil suatu pusat pertanggungjawaban. Keluaran atau produk dapat digolongkan ke dalam barang (berwujud) dan jasa (tidak berwujud). Keluaran suatu suatu pusat pertanggungjawaban mungkin dijual kepada pihak luar (eksternal) organisasi atau mungkin dikonsumsi oleh pihak dalam (internal) organisasi yaitu oleh pusat pertanggungjawaban lainnya. Struktur pengendalian manajemen memfokuskan pada berbagai jenis pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dilakukan unit tersebut yang didefinisikan oleh Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (2000:128), adalah sebagai berikut : A responsibility center is an organization unit that headed by a manager by manager who is responsible for it s activities. Pusat pertanggungjawaban yang merupakan bagian atau unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan. Anderson dan Sollenderger (1992:102) menyatakan bahwa pusat pertanggungjawaban adalah tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai manajer

4 yang bertanggungjawab terhadap aktivitasnya. Manajer unit tersebut juga mengendalikan biaya dan pendapatan, adalah sebagai berikut : A responsibility center (1) is any organization unit where management control exist over incurring cost or generating revenue. Organizational unit maybe departement, plants, divitions, subsidiaries, gropp, or an entire organizational. (2) is any organizational that has a spesific manager responsibilty for activities. Dengan demikian, sebuah unit atau bagian dalam perusahaan dapat dikategorikan sebagai pusat pertanggungjawaban bila unit tersebut mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat diukur kinerja dari unit organisasi tersebut. Unit kerja dalam suatu organisasi selain dapat efisien juga harus efektif sebab salah satu syarat penting organisasi adalah mengahasilkan laba. Pengendalian manajemen adalah suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini efektivitas diukur berdasarkan kaitan antara keluaran (output) pusat pertanggungjawaban dengan tujuan atau target yang ditetapkan. Sedangkan efisiensi adalah perbandingan keluaran dengan masukan (input) pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban dalam organisasi juga diciptakan manajemen puncak agar tidak kewalahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dengan cara menugaskan manajer yang ada dibawahnya untuk menangani wilayah yang menjadi tanggungjawabnya. Seperti yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2000:62) yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan, bahwa : Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu. Pendapat tersebut juga didukung oleh Supriyono (2000:326), yang menyatakan bahwa :

5 Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas pusat pertanggungjawabannya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dari suatu organisasi yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan suatu masukan berupa sumber daya yang digunakan, yang dapat diukur dengan uang untuk diproses sehingga menghasilkan suatu keluaran yang dapat berupa barang atau jasa, yang semuanya itu menjadi tanggung jawab manajer yang bersangkutan Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Dalam suatu organisasi, penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban, seperti yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2000:63) yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan, ada empat jenis pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, antara lain sebagai berikut : 1) Pusat biaya (cost center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab hanya terhadap biaya. 2) Pusat pendapatan (revenue center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawaban hanya terhadap penjualan. 3) Pusat laba (profit center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab hanya terhadap pendapatan maupun biaya. 4) Pusat investasi (investment center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab hanya terhadap pendapatan, biaya, dan investasi. Selanjutnya penulis tidak akan membahas semua jenis pusat pertanggungjawaban tersebut, penulis hanya akan membahas mengenai pusat laba dan pusat investasi karena sesuai dengan materi yang telah dipresentasikan. 1.2 Pusat Laba

6 1.2.1 Pengertian Laba Laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha dengan mengukur efektivitas dan efisien. Walaupun tidak semua perusahaan menjadikan profit sebagai tujuan utamanya tetapi dalam mempertahankan usahanya memerlukan laba. Laba merupakan bagian dari ikhtisar keuangan yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai konteks, laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran deviden, pedoman investasi, dan pengembalian keputusan. Pengertian laba menurut Syahrul dkk (2000:666), adalah sebagai berikut : 1) Laba adalah perbedaan positif sebagai hasil penjualan produk-produk dan jasa-jasa dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya untuk menghasilkannya. 2) Laba adalah perbedaan antara harga jual dan harga beli dari suatu komoditi atau surat berharga apabila harga jual lebih tinggi. Sedangkan, pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:288), yaitu sebagai berikut : Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidental dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari atau investasi dari pemilik. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan hasil dari pengurangan antara pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan guna memperoleh tercapainya laba yang maksimum. Dalam kenyataannya pusat laba tidak diukur kinerjanya dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang digunakan untuk mengahasilkan laba, kinerja pusat laba tidak akan tercermin dari ukuran kinerja tersebut. Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya sama. Kedua tipe pusat pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya dari kemampuan dalam menghasilkan laba dari investasi yang ditanamkan dalam pusat pertanggungjawaban tersebut Jenis-Jenis Laba

7 Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan menimbulkan beberapa jenis laba yang ada dalam perhitungan laba rugi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2000:58) jenis-jenis laba dalam kaitanya dengan perhitungan laba rugi, terdiri dari : 1) Laba kotor Laba kotor adalah pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. 2) Laba operasional Merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan besar dalam perekonomian, yang diharapkan akan tercapai setiap tahun. Oleh karena itu, angka ini menyatakan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai balas jasa kepada pemilik modal. 3) Laba sebelum pajak Merupakan laba operasi ditambah hasil biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan. 4) Laba setelah pajak atau laba bersih Merupakan laba setelah dikurangi pajak. Laba bersih dipindahkan ke dalam perkiraan laba ditahan (retained earning). Dan perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagi deviden kepada pemegang saham Pengukuran Laba Konsep laba yang paling tepat untuk pelaporan operasi kuangan perusahaan terutama ditentukan oleh tujuan para penerima ikhtisar data akuntansi dan konsep laba tersebut dapat pula diukur dengan didasarkan pada tiga jenis pendekatan (approach). Menurut Eldon S. Hendriksen (2000:332) yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga, bahwa : Pengukuran laba yang didasarkan pada tiga jenis pendekatan (approach) yaitu konsep laba pada tingkat struktural, tingkat interpretasif, dan tingkat perilaku. Ketiga pengukuran laba tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

8 1) Konsep pengukuran laba pada tingkat struktural adalah konsep pengukuran laba yang didasari atas konsep laba akuntansi, FASB statement of accounting concept No. 1 menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan dalam prediksi arus kas yang akan datang. 2) Konsep pengukuran laba pada tingkat interpretatif, menyadarkan pemikiran atas keterkaitan laba dengan modal pemilik. Dalam hal ini laba diakui sebagai suatu kenaikan bersih dalam kekayaan. 3) Konsep pengukuran laba pada tingkat perilaku, menghubungkan laba dengan proses keputusan para investor dan kreditor, reaksi harga surat berharga di pasar yang terorganisasi terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik manajemen dan para akuntan. Sedangkan, pengukuran laba menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (1999:273) yang diterjemahkan oleh Agus Maulana untuk suatu pusat laba tertentu pada dasarnya dapat dilakukan dengan lima macam cara sebagai berikut : 1) Margin kontribusi Pertentangan pokok untuk penggunaan margin kontribusi laba sebagai salah satu tolok ukur prestasi pusat laba, disebabkan oleh karena aspek biaya-biaya tetap merupakan hal yang berada di luar kendali manajermanajer pusat laba itu sendiri, sehingga usaha-usaha penilaian manajer harus diarahkan kepada pengendalian pendapatan dan penggunaan biayabiaya variabelnya saja. Persoalan dalam metode ini adalah adanya kenyataan bahwa sesungguhnya sebagian dari biaya tetap tersebut ada yang dapat dikendalikan seluruhnya, dan hampir seluruh jenis biaya-biaya tetap tersebut dapat dikendalikan sebagian. 2) Laba divisi langsung Cara pengukuran ini memperlihatkan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan oleh divisi tersebut terhadap biaya-biaya umum dan tingkat laba perusahaan secara keseluruhan. Cara ini dilakukan dengan jalan mencatat seluruh biaya yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat dilacak mengenai seluruh kegiatan divisi tersebut, dengan tidak

9 memperdulikan apakah biaya-biaya tersebut terkendali atau tidak. Dengan cara pengukuran ini, tidak diperlukan lagi usah untuk mengalokasikan biaya-biaya perusahaan kepada biaya-biaya divisi. 3) Laba divisi yang terkendali (Controllable divisional profit) Biaya-biaya kantor pusat seharusnya dibagi ke dalam dua kategori, yaitu : (1) terkendali (2) tidak terkendali. Pada kelompok biaya-biaya terkendali ini termasuk biaya-biaya kantor pusat yang terkendali, paling tidak hingga tingkat manajer divisi. Sebagai konsekuensinya apabila biaya-biaya tersebut dimasukkan ke dalam sistem penilai ini, maka tingkat laba tersebut didapatkan dari hasil pengurangan seluruh biaya-biaya yang dapat dipengaruhi oleh para manajer divisi itu. 4) Laba sebelum pajak Pada cara pengukuran ini, semua biaya-biaya sebelum pajak dialokasikan kepada beberapa divisi. Dasar pengalokasiannya menggambarkan secara relatif besarnya biaya yang terjadi untuk setiap divisi, atau dengan kata lain hal ini menggambarkan besaranya manfaat yang diterima oleh masing-masing divisi. 5) Laba bersih Hanya sedikit perusahaan-perusahaan yang menggunakan dasar pengukuran tingkat laba di antara divisi-divisinya dengan menggunakan data laba bersih. Ada dua alasan pokok untuk hal ini, yaitu (1) secara umum besarnya tingkat laba sesudah pajak ini merupakan presentasi tetap dari besarnya tingkat laba sesudah pajak, oleh karena itu dianggap tidak ada perlunya memasukkan perimbangan unsur pajak perusahaan (2) keputusan-kepurtusan yang berpengaruh terhadap terhadap pajak pendapatan biasanya dilakukan pada tingkat kantor pusat perusahaan, oleh karena itu tingkat laba divisi seharusnya tidak terpengaruh atau tidak dapat dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut Pengertian Pusat Laba Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan didirikan dan laba tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Laba diperoleh dari divisidivisi dapat dikelompokkan menjadi pusat laba dan pengertian dari pusat laba itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.

10 Menurut Hansen & Mowen diterjemahkan oleh Ancella A.Hermawan (2005:65) pengertian pusat laba adalah sebagai berikut : Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab terhadap pendapatan maupun biaya. Sedangkan, menurut Supriyono (2000:333) pengertian pusat laba adalah sebagai berikut : Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang kinerja manajernya dinilai atas dasar selisih pendapat dengan beban biayanya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan beban atau biaya dalam suatu organisasi yang menjadi tanggung jawab seorang manajer. Sehingga pusat laba dapat mengukur efisiensi dan efektivitas dalam suatu perusahan, termasuk penentuan harga transfer Manfaat Pusat Laba Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dan dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam suatu organisasi yang menjadi tanggungjawab seorang manajer mempunyai manfaat pusat laba agar pusat laba tersebut menjadi efektif. Menurut Robert N.Anthony & Vijay Govindarajan (2002:170) diterjemahkan oleh Kurniawan Tjakrawala manfaat pusat laba, diantaranya sebagai berikut : 1) Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan. 2) Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. 3) Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih baik. 4) Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang independen, maka pusat laba memberikan tempat pelatihan yang sempurna baik manajemen umum.

11 5) Kesadaran laba dapat ditingkatkan karena para manajer yang bertanggungjawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya. 6) Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan. 7) Karena keluaran yang dihasilkan telah siap, maka pusat laba sangat responsif terhadap tekanan untuk meningkat kinerja kompetitifnya. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat laba sangat bermanfaat guna kelangsungan sebuah organisasi atau perusahaan tersebut. Manfaat yang dapat diambil dari pusat laba tersebut adalah bahwa dengan adanya manfaat tersebut manajemen puncak ataupun manajer dapat meningkatkan kinerja kerjanya lebih baik Permasalahan Pada Pusat Laba Selain manfaat yang diperoleh tadi, pusat laba dapat menimbulkan beberapa masalah. Menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (2000:171) diterjemahkan oleh Kurniawan Tjakrawala, permasalahan pada pusat laba diantaranya sebagai berikut : 1) Pengembalian keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih mendapat laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian. 2) Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pad tingkat unit akan berkurang. 3) Persediaan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum yang tepat dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama sama oleh dua atau lebih untuk bisnis. 4) Unit-unit organisasi yang pernah bekerja bersama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatan laba untuk satu manajer dapat berarti pengukuran bagi manajer yang lain.

12 5) Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan manajemen, pegawai dan pembukuan yang dibutuhkan serta mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba. 6) Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum. 7) Karena ingin melaporkan laba yang tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan penelitian dan pengembangan, program-program pelatihan, ataupun perawatan. 8) Tidak ada sistem yang sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan. 1.3 Efektivitas Pusat Laba Pengertian Efektivitas Sebuah peusahaan mempunyai tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal yang dapat dikatakan efektif bagi perusahaan tersebut. Untuk mencapai laba yang maksimal tersebut dituntut adanya kinerja yang baik dan bertanggungjawab atas aktivitas dalam suatu organisasi perusahaan. Menurut Supriyono (2000:330), pengertian efektivitas adalah sebagai berikut : Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya, efektif berarti melaksanakan sesuatu yang benar. Sedangkan menurut Charles T.Horngren, Srikant M.Datar, George Foster (2005:405) diterjemahkan oleh Desi Adhariani, pengertian efektivitas adalah sebagai berikut : Efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, efektivitas yang apabila diterapakan pada laba merupakan kemampuan laba perusahaan untuk benar-benar menjadi kontribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain, efektivitas laba merupakan maksimalisasi laba dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang dituangkan kedalam suatu pusat pertanggungjawaban.

13 1.3.2 Pengukuran Efektivitas Pusat Laba Pengukuran efisiensi suatu pusat pertanggungjawaban masa kini dengan masa lalu mempunyai kebaikan karena dapat diketahui perkembangan efisiensi setiap periode akuntansi. Berdasarkan pendapat diatas semakin besar kontribusi keluaran suatu pusat pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin efektif kegiatan pertanggungjawaban tersebut. Menurut Eldon S.Hendrikson (2000:144) yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga, mengemukakan bahwa : Apabila modal yang dipakai adalah konstan dari tahun ke tahun, maka angka laba itu sendiri akan berguna sebagai pengukur efektivitas pusat laba. Laba dari tahun berjalan dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan harus dianalisis apakah laba setiap tahun telah mencapai, melebihi, atau kurang dari sasaran yang telah ditentukan. Pengukuran efektivitas pusat laba ini dapat dijadikan alat untuk mengukur efektif atau tidaknya efektivitas pusat laba tersebut terhadap penetapan harga transfer yang apabila hasilnya positif, maka pusat laba tersebut dapat dikatakan efektif, dan apabila hasilnya negatif, maka pusat laba tersebut dapat dikatakan tidak efektif. Semakin banyak kontribusi dari apa yang dihasilkan pusat pertanggungjawaban terhadap tujuan dari pusat laba yang dihasilkan semakin efektiflah unit tersebut. Jadi, bila diterapkan pada pusat laba, maka konsep efektivitas dapat diuraikan bahwa efektivitas pusat laba adalah kemampuan pusat laba untuk menjadi kontribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain, efektivitas pusat laba merupakan maksimalisasi laba dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Namun, laba yang diperoleh perusahaan tidak terlepas dari pajak penghasilan atas laba dengan dibebani pajak penghasilan atas laba dan nilai laba perusahaan akan menjadi berkurang. Pihak manajemen biasanya telah memperhitungkan hal tersebut, maka pihak manajemen mempunyai cara-cara untuk bisa mencapai efektivitas pusat laba ini dan salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menetapkan harga tranfer.

14 1.4 Pusat Investasi Pengertian Investasi Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 13 paragraf 03 investasi didefinisikan sebagai suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Selanjutnya, definisi menurut Mulyadi (2001:284) investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dana dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengadaan atau pembelian barang dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif dalam operasi perusahaan atau sebagai penggerak kegiatan produksi. Sekali investasi diputuskan maka perusahaan akan terikat pada jangka panjang di masa yang akan datang yang sudah dipilih dan tidak mudah disampingi. Oleh karena itu, investasi mengandung resiko dan ketidakpastian Klasifikasi Investasi Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 13 paragraf 4, investasi dibagi menjadi dalam dua golongan, yaitu : 1) Investasi jangka pendek Investasi jangka pendek (investasi lancar) adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama tahun atau kurang dari satu tahun. Umumnya investasi dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, hipotek, sertifikat deposito dan surat-surat berharga lainnya. 2) Investasi jangka panjang Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi. Umumnya investasi jangka panjang dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, property, dan harta yang tidak bergerak lainnya.

15 Sedangkan, menurut Mulyadi (2001:284) membagi investasi menjadi empat golongan, yaitu : 1) Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit invstment) Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. 2) Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non measurable profit investment) Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. 3) Investasi dalam penggantian perlengkapan (replacement investment) Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan perlengkapan yang ada. Dalam pemakaian mesin dan perlengkapan, pada suatu saat akan terjadi biaya operasi mesin dan perlengkapan menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi jika mesin itu diganti dengan yang baru, atau produktivitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan. Pada saat ini operasi dengan menggunakan mesin dan perlengkapan yang ada menjadi tidak ekonomis lagi. 4) Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment) Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari pada sebelumnya Pengertian Pusat Investasi Pusat investasi menurut Halim, Abdul, dkk (2009) adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi untuk menilai kinerja para manajernya berdasarkan pada laba yang diperoleh dan dihubungkan dengan dana investasi. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat investasi mengatur investasi guna mencapai laba yang seoptimal mungkin dan setiap pusat investasi mempunyai seorang manajer utama serta bertanggungjawab atas setiap unit kegiatan atau program yang terjadi didalam semua divisi yang dipimpinnya. Kemudian secara periodik manajer tersebut akan bertanggungjawab hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.

16 Para manajer pusat dapat menilai prestasi yang telah dicapai oleh masingmasing manajer. Berdasarkan inforasi dan model analisis yang digunakan manajer tersebut berupaya mencari jawaban jika hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada umumnya dilakukan dengan suatu model pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran kinerja pusat laba. Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba tinggi tidak berarti mempunya kinerja yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilka laba tersebut. Disini prestasi manajer dinilai atas laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba. Di sisi lain, prestasi manajer menilai atas laba dan investasi. Pusat investasi memiliki pengukuran prestasi, diantaranya adalah : 1) Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk melakukan keputusan yang tepat. 2) Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri. 3) Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomi. Selain itu, Informasi dari pusat investasi dapat digunakan memotivasi manajer divisi dalam berbagai hal, diantaranya adalah : 1) Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan. 2) Mengambilkan keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian (return) yang memadai. 3) Mengambil keputusan untuk melepas atau mengurangi investasi yang tidak memberikan kembalian (return) yang memadai Ukuran Kinerja Investasi Pengembangan model ukuran-ukuran kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan isu utama dalam organisasi yang didesentralisasi. Karena tolak ukur kinerja dapat mempengaruhi perilaku para manajer, pemilihan tolak ukur dapat mendukung tingginya keserasian tujuan. Dua tolak ukur evaluasi

17 kinerja untuk pusat investasi adalah Economic Value Added (EVA) dan Return On Investment (ROI) 1) Economic Value Added (EVA) Istilah EVA pertamakali dipopulerkan oleh G. Benet Stewart & Joel M.Stern. EVA merupakan suatu metode untuk menentukan apakah perusahaan telah menciptakan nilai ekonomis yang diatas atau dibawah dari biaya modal yang dimiliki perusahaan dalam pengoperasian kekayaan yang dimilikinya. Dalam hal investasi, EVA mampu mendorong manajer berpikir dan bertindak yaitu memilih investasi yang memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai perusahaan bisa ditingkatkan (misalnya para pemegang saham). Selain itu, faktor biaya modal yang terdapat dalam EVA mendorong manajer untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya. EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan. Jika EVA lebih dari nol, maka perusahaan telah terjadi nilai tambah ekonomis. Jika EVA kurang dari nol, maka perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis, karena laba bersih operasional tidak dapat memenuhi harapan para penyandang dana, yaitu para penanam modal tidak mendapatkan pengembalian yang sebanding dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur hanya mendapat bunga sedangkan pokok pinjaman belum dikembalikan atau dikembalikan sebagian saja. Jika EVA sama dengan nol menunjukkan posisi impas yang berarti perusahaan hanya mampu menghasilkan laba yang cukup untuk memenuhi kewajibannya pada penyediaan dana baik kreditur dan pemegang saham. EVA adalah metode untuk mengukur kinerja atau prestasi manajer pusat investasi. Di sisi lain, EVA mempunya keunggulan dan keterbatasan. Berikut ini adalah beberapa keunggulan yang dimiliki oleh EVA, diantaranya adalah : 1) EVA mudah dihitung dan mudah dipahami. 2) EVA menggambarkan arus kas perusahaan yang sebenarnya yang memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan mengikut sertakan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi, yang tak dilakukan pada pendekatan akuntansi tradisional.

18 3) EVA mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan atas kondisi perusahaan yang sesungguhnya, karena adanya pertimbangan penanaman modal atas faktor risiko dan hasil diperoleh berupa deviden dan bunga. 4) EVA membantu para penyandang dana untuk mendapatkan penghasilan yang maksimal. 5) Penilaian kinerja dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan keputusan pemegang saham sehingga para manajer akan berpikir dan bertindak seperti yang dipikirkan oleh para penyandang dana, yaitu : pemegang saham dan kreditur untuk memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. 6) Metode EVA memiliki arti sekalipun dihitung secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti data historis perusahaan atau standar perusahaan. Sedangkan keterbatasan dari EVA adalah sebagai berikut : 1) Metode EVA adalah sulit untuk meghitung biaya modal, membutuhkan sumber daya (waktu, tenaga) yang besar untuk mendasarkan perhitungan biaya modal dan jika terjadi kesalahan perhitungan biaya modal akan mengurangi manfaat EVA. 2) Perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini sulit dilakukan untuk perusahaan yang belum go-public, dengan menggunakan estimasi tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan biaya modal. 3) EVA sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasi pada negara yang kondisi perekonomian tidak stabil dengan tingkat suku bunga yang berfluktuasi. 4) EVA hanya mengukur hasil akhir dan tidak mengukur aktivitas (seperti tingkat loyalitas konsumen dan tingkat retensi konsumen) perusahaan sehingga nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan tersebut. 5) Masih banyak perusahaan yang mengukur kinerja investasi perusahaan yang bersifat jangka pendek sehingga selalu metode EVA bukan menjadi pengukuran kinerja investasi.

19 6) EVA adalah ukuran kinerja investasi berdasarkan pada peristiwa yang sudah terjadi. Tidak hanya itu, selain EVA mempunyai keunggulan dan keterbatasan EVA juga mempunyai perhitungan rumus, yaitu : EVA = Laba operasi setelah pajak - (rata-rata tertimbang biaya modal x total modal yang dipakai). 2) Return On Investment (ROI) Salah satu indikator tingkat profitabilitas yaitu Return on Investment (ROI), yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sebagai pengembalian dari setiap Rp. 1 investasi yang dilakukan dalam aktiva usaha. Semakin besar laba yang dicapai semakin tinggi ROI. Keberhasilan usaha adalah perolehan pendapatan atau laba yang diperoleh suatu perusahaan. Keampuan perusahaan dalam menghasilkan laba digambarkan oleh Return on Investment (ROI). Bagi perusahaan pada umumnya, masalah Return on Investment (ROI) adalah hal penting dari masalah laba, karena laba yang besar bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana untuk memperoleh laba saja tetapi bagimana cara untuk mempertinggi Return on Investment (ROI). Analisis ROI dalam analisa keuangan mempunya arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif), yang digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang akan dilakukan oleh bagian atau divisi. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ROI merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan suatu tingkat keuntungan bersih dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan tersebut. Selain itu, ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan kemampuan investasi yang ditanamkan dalamoperating assets yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian rasio ini mengubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net

20 operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (net operating assets). Di sisi lain, ROI mempunyai keunggulan dan keterbatasan. Berikut ini adalah beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ROI, diantaranya adalah : 1) Mudah menghitungnya karena angka diambil dari laporan laba rugi dan laporan neraca. 2) Mudah dipahami. Semakin besar angka ROI, semakin baik kinerja unit bisnis atau divisi dan semakin disukai oleh penanam modal atau calon penanam modal. 3) Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi. 4) Mendorong manajer untuk meningkatkan penjualan dengan meningkatkan keahlian penjualan dan fasilitas penjualan. 5) Mendorong manajer untuk meningkatkan efisiensi biaya perusahaan. 6) Mendorong manajer untuk meningkatkan efektivitas pengguna aktiva operasi. Sedangkan keterbatasan dari ROI adalah sebagai berikut: 1) Ada beberapa cara menghitung tingkat pengembalian investasi atau return on investment sehingga sulit untuk menentukan angka ROI yang akan digunakan sebagai standar untuk mengukur kinerja perusahaan. 2) ROI tidak menghitung laba menurut nilai waktu dari uang, sehingga hal ini menyebabkan keputusan yang diambil kurang tepat. 3) Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI pusat pertanggungjawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. 4) Manajer pusat investasi hanya berfokus pada laba dan ROI pada jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang. Tidak hanya itu, selain ROI mempunyai keunggulan dan keterbatasan ROI juga mempunyai perhitungan rumus, yaitu : ROI = Laba Operasi/Rata-Rata Aktiva Operasi - (laba operasi/penjualan) x (penjualan/rata-rata aktiva operasi) atau ROI = Margin x Perputaran Pengukuran Dana Operasi

21 Menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (1999:430) hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur pos-pos penting yang terdapat dalam basis investasi pada suatu divisi dan mengevaluasi alternatif-alternatif ini, diantaranya : 1) Kas (Cash) Kebanyakan perusahaan mengendalikan uang kas secara sentral karena pengendalian sentral memungkinkan penggunaan kas yang lebih kecil daripada jika masing divisi memegang uang kas yang cukup untuk menjadi penyangga bila terjadi ketidakkeseimbangan antara arus kas masuk dengan arus kas keluar. Kas pada divisinya hanya cukup sekedar (float) antara penerimaan harian dengan pengeluaran harian. Akibatnya sisa kas aktual pada tingkat divisi cenderung akan lebih kecil daripada yang dibutuhkan seandainya divisi tersebut adalah perusahaan yang berdiri sendiri. 2) Piutang (Receivable) Manajemen divisi mungkin dapat mempengaruhi tingkat piutang, bukan saja secara tidak langsung dengan kemampuannya menghasilkan penjualan tetapi juga secara langsung dengan menetapkan syarat-syarat kredit, dengan menyetujui penjualan dengan kredit dan batas kredit secara individual, dan dengan kegiatannya melakukan penagihan yang sudah jatuh tempo. Untuk kepentingan penyederhanaan, piutang sering dihitung berdasarkan nilai pada akhir suatu periode, walaupun sesungguhnya angka rata-rata sepanjang periode secara konseptual lebih tepat untuk dikaitkan dengan laba. 3) Persediaan (Inventory) Persediaan biasanya diperlukan dengan cara yang sama seperti piutang, yaitu biasanya dihitung berdasarkan jumlah pada akhir periode walaupun nilai rata-rata sepanjang periode secara konseptual lebih tepat. Jika perusahaan menggunakan Last In First Out (FIFO) untuk kepentingan akuntansi keungan, metode penilaian yang berbeda biasanya digunakan untuk laporan laba divisi karena, dalam masa-masa inflasi, sisa persediaan LIFO akan sangat rendah. Dalam keadaan inilah, persediaan harus dinilai pada biaya standar atau rata-rata dan biaya ini harus digunakan untuk mengukur biaya penjualan pada laporan laba rugi.

22 1.4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return on Investment (ROI) Menurut Munawir (2004:89) mengungkapkan bahwa besarnya Return on Investment (ROI) dipengaruhi oleh dua faktor : 1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi). 2) Profit Margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Di sisi lain, besarnya ROI akan berubah jika ada perubahan profit margin atau assets turnover, baik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan demikian maka pimpinan perushaan dapat menggunakan salah satu atau kedua-duanya dalam rangka usaha untuk memperbesar ROI. Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi disektor produksi, penjualan, dan administrasi. Usaha mempertinggi ROI dengan assets turnover adalah kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap Bentuk Pusat Investasi Bentuk pusat investasi adalah kantor pusat perusahaan atau unit bisnis strategis maupun divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menetukan keputusan operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat (besarnya) dan tipe (jenisnya) investasi. Masalah yang timbul pada pusat investasi adalah berkaitan dengan pengukuran dan tolok ukur prestasi pusat investasi : 1) Pada umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan dari investasi yang ditanamkan. 2) Laba yang diperoleh berasal dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba tersebut. 3) Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.

23 DAFTAR PUSTAKA Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Eldon S. Hendriksen Teori Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

24 Halim, Abdul, dkk Sistem Pengendalian Manajemen. Jogjakarta: UPP STIM YKPN. Harahap, Sofyan Syafri Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat. Lane K. Anderson, Harold M. Sollenberger Akuntansi Manajemen. Cincnnati: South-Western Publishing. Mowen & Hnasen Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Mowen & Hansen Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Supriyono Sistem Pengedalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Syahrul dkk Kamus istilah-istilah Akuntansi. Jakarta: Citra Marta Prima. S. Munawir. (2004). Analisi Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Vijay Govindarajan, Robert N. Anthony Management Control System. Jakarta: Salemba Empat. Vijay Govindarajan, Robert N. Anthony Management Control System. Jakarta: Salemba Empat. Vijay Govindarajan, Robert N. Anthony Management Control System. Jakarta: Salemba Empat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

Pusat Pertanggung Jawaban Pusat Laba dan Pusat Investasi

Pusat Pertanggung Jawaban Pusat Laba dan Pusat Investasi Pusat Pertanggung Jawaban Pusat Laba dan Pusat Investasi PUSAT LABA Ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab di ukur dalam rung lingkup laba (yaitu selisih antara pendapatan dan beban) maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentanoe Kertonegoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentanoe Kertonegoro 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi yang begitu pesat menyebabkan perkembangan dunia usaha yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen modal kerja berkaitan dengan management current account perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA CV. MITRA SARANA ABADI SAMARINDA TASIANA BUAQ

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA CV. MITRA SARANA ABADI SAMARINDA TASIANA BUAQ ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA CV. MITRA SARANA ABADI SAMARINDA TASIANA BUAQ FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 Email : tasianaa93@gmail.com ABSTRACT Latar belakang penelitian adalah menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentano Kertonegoro (1995 ; 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentano Kertonegoro (1995 ; 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi yang begitu pesat menyebabkan perkembangan dunia usaha yang begitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengendalian Manajemen 2.1.1 Sifat Sistem Pengendalian Manajemen Organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu kerja sama berdasarkan suatu pembagian kerja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan

Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak.

Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. Management Control Systems Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan Bab 6 Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. 1 Tingkat pengembalian investasi (ROI)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Teori Akuntansi adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan dalam pendapatannya bahkan ada juga beberapa yang mengalami kerugian. Hal ini terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. Sumbangan sektor industri pengolahan (migas dan non-migas) memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia 25 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Kamel (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dari suatu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Metode Du Pont System pada PT Intraco Penta Tbk Medan bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar. 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia usaha faktor yang paling utama dalam menjamin kelangsungan usaha adalah modal. Untuk itu perusahaan sangat membutuhkan sumber dana sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Indayani (2004), melakukan penelitian pada perusahaan telekomunikasi yang go public di BursaEfek Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoretis 1. Rasio Profitabilitas Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba atau keuntungan. Akan tetapi, ada juga perusahaan yang tujuannya bukan

Lebih terperinci

Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada setiap perusahaan sangat dibutuhkan, karena laporan tersebut merupakan salah satu media informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Wibowo (2014:7 ), kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - Teori Pada perusahaan yang sederhana pemimpin perusahaan dapat mengambil keputusan dan dapat mengawasi kegiatan perusahaan seorang diri. Dengan semakin besar dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 ) BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran 1. Definisi Anggaran Rencana yang dapat disebut dengan anggaran adalah rencana yang terorganisir dan menyeluruh, yang dinyatakan dalam bentuk angka rupiah, dollar, atupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar keuangan dari sebuah organisasi. Laporan keuangan di buat atau diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan melonjaknya jumlah saham yang ditransaksikan dan semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan melonjaknya jumlah saham yang ditransaksikan dan semakin UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat, hal ini ditandai dengan melonjaknya jumlah saham yang ditransaksikan dan semakin tingginya volume

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang industri, jasa maupun dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan

Lebih terperinci

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Analisis Rasio Keuangan dan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi pada PT. HM Sampoerna, Tbk dan Anak Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2010)

Lebih terperinci

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai tempat terjadinya transaksi instrumen keuangan juga

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai tempat terjadinya transaksi instrumen keuangan juga B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal sebagai tempat terjadinya transaksi instrumen keuangan juga terkena imbas terjadinya krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan Laporan keuangan sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. BS. Polymer Makassar

Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. BS. Polymer Makassar Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis Vol. 1, No.2, April 2017 ISSN 2541-1438; E-ISSN 2550-0783 Published by STIM Lasharan Jaya Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. BS. Polymer Makassar St. Salmah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade banyak perusahaan membuat keputusan investasi yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade banyak perusahaan membuat keputusan investasi yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade banyak perusahaan membuat keputusan investasi yang di latar belakangi oleh adanya peningkatan keuntungan yang cukup berarti dari sektor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Laporan Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akutansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang terdiri atas struktur tata hubungan diantara beberapa komponen dan proses kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. A. Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara berkala oleh pihak manajemen. Informasi kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Munawir (2010:2) mengungkapkan bahwa: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu

Lebih terperinci

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 123 Bab 9 Teori Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai jenis dan pembagian laporan keuangan serta mengerti tentang perhitungan tentang rasio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

Bab 7 MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA

Bab 7 MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA Bab 7 MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA Pusat investasi memiliki semua masalah pengukuran yang terlibat dalam menentukan beban dan pendapatan. Pusat investasi menimbulakan permasalah baru

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari hari. Pengertian modal kerja

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Grace (2009) melakukan penelitian tentang analisis hubungan efektifitas aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, semua perusahaan bersaing ketat untuk memperoleh keuntungan dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam setiap perusahaan peranan ilmu manajemen sangat penting sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Kualitas Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya kualitas adalah sebagai berikut : Biaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Assets (ROA) Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN (Survei Pada Perusahaan Kelompok Industri Peralatan Rumah Tangga yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Keuangan 1.1.1 Pengertian Manajemen keuangan Manajemen keuangan sangat penting bagi semua jenis usaha atau organisasi, selain itu manajemen keuangan juga berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga perlu adanya usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber

Lebih terperinci

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2. Manfaat, Tujuan dan Skema ALK

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2. Manfaat, Tujuan dan Skema ALK 1 1. General Overview 2. Dasar dasar Analisis laporan Keuangan 1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2. Manfaat, Tujuan dan Skema ALK 3. Analisis Komparatif Laporan Keuangan 4. Analisis Common Size

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT TEMPO SCAN PASIFIC, TBK DAN ENTITAS ANAK

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT TEMPO SCAN PASIFIC, TBK DAN ENTITAS ANAK KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT TEMPO SCAN PASIFIC, TBK DAN ENTITAS ANAK ABSTRAK Suliono Email: sulionosung@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Langkah pertama dalam memulai pengukuran kinerja keuangan lebih dalam, alangkah baiknya kita mengetahui tentang kinerja terlebih dahulu.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Didalam mengamati perkembangan suatu perusahaan salah satu aspek yang paling penting adalah bidang keuangannya, Dengan melihat aspek keuangan suatu perusahaan,

Lebih terperinci