MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHAN PERANGKAT LUNAK PERKANTORAN ABSTRAK ABSTRACT

Transkripsi

1 BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHAN PERANGKAT LUNAK PERKANTORAN I. W. Sumarjaya 1, M. Joni 2, N. N. Rupiasih 3, dan J. Sibarani 4 ABSTRAK Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa Paket B dan Paket C di Pendidikan Kesetaraan Belajar Masyarakat (PKBM) Mentari Fajar. Materi pelatihan meliputi pengantar dasar-dasar komputer dan pengantar perangkat lunak perkantoran Microsoft Office (Word, Excel, dan Powerpoint). Kegiatan workshop terdiri dari prauji, sesi praktik, sesi tanya jawab, dan pascauji. Prauji dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar para siswa dalam pengoperasian komputer dan perangkat lunak perkantoran sebelum mengikuti pelatihan. Sesi praktik dan tanya jawab dilakukan selama pelatihan berlangung. Pada sesi praktik para siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan pendampingan dilakukan untuk memberikan arahan pada para siswa. Evaluasi berupa pascauji diberikan seminggu setelah pelatihan. Hasil pengujian secara statistika menunjukkan pelatihan mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan perangkat lunak perkantoran. Selain itu, umpan balik menunjukkan bahwa pelatihan membantu para siswa dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan juga dalam pekerjaan sehari-hari. Kata kunci : pendidikan kesetaraan belajar masyarakat, kompetensi siswa, pelatihan perangkat lunak perkantoran, siswa Paket B, siswa Paket C ABSTRACT The aim of this workshop is to increase the competence of students of Paket B (junior high school equivalence) and Paket C (senior high school equivalence) at community learning centre (PKBM) Mentari Fajar. The materials for this workshop include introduction to basic computer and introduction to Microsoft Office (Word, Excel and Powerpoint). The workshop consists of pretest, practical session, question and answer session, and posttest. Pretest is conducted to test students basic competence in using computer and using office software prior to the workshop. Practical and question-answered sessions are conducted during the workshop. During the practicals students are accompanied by the instructors which gave guidance to the students. Evaluation of the program is given one week after the training. Statistical analysis suggests that the training can improve students competence in using office software. Futhermore, feedback from students suggests that the workshop help students in doing their assignments and daily work. Keywords : community learning centre, student s competence, office software workshop, Paket B student, Paket C student. 1 Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, sumarjaya@unud.ac.id 2 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, martinjoni.mj@gmail.com 3 Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, rupiasih@gmail.com 4 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Uniiversitas Udayana, sibaranijames@gmail.com 120

2 I. W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani 1. PENDAHULUAN Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Bab XIII, Pasal 31 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (ayat 1) dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (ayat 2). Namun, pada kenyataannya tidak semua warga negara mendapat pendidikan yang layak. Hal ini ditunjukkan oleh data angka buta huruf dan angka putus sekolah yang masih tinggi. Data Badan Pusat Statistik (2016) tentang buta huruf Indonesia selama satu dekade ( ) menunjukkan angka buta huruf yang masih tinggi. Dalam laporan tersebut tercatat angka buta huruf pada tahun 2015 untuk kelompok usia 15+ adalah 4,78%; untuk kelompok usia tahun adalah 1,1%; dan untuk kelompok usia 45+ adalah 11,89%. Lebih lanjut dalam laporan tersebut tercatat Provinsi Papua memiliki angka buta huruf tertinggi pada tahun 2015 untuk ketiga kelompok usia. Laporan tahunan UNICEF (2012) menunjukkan bahwa 2,3 juta anak usia 7 15 tahun tidak bersekolah. Lebih lanjut laporan tersebut menyebutkan pada tiga provinsi terpadat di Indonesia, yakni provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat terdapat 42 persen anak putus sekolah. Angka buta huruf dan putus sekolah yang masih tinggi seperti diungkapkan di atas dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi, waktu, geografi, keyakinan, dan biaya. Dengan demikian diperlukan upaya untuk memperluas akses pendidikan tersebut. Salah satu upaya ini adalah melalui pemberian kesempatan untuk melanjutkan pendidikan anak putus sekolah. Pemberian kesempatan ini dapat dilakukan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM, dalam istilah internasional dikenal sebagai Community Learning Centre (CLC), sejalan dengan tujuan 3 dan 6 UNESCO di bawah kerangka kerja Dakar dalam menjamin keberlangsungan pembelajaran (UNESCO, 2012). PKBM merupakan salah satu bentuk institusi pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Program pendidikan nonformal yang diselenggarakan PKBM antara lain pendidikan anak usia dini, keaksaraan fungsional, kursus, dan pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C. Salah satu tujuan pendidikan kesetaraan adalah memberikan kesempatan bagi penduduk yang memiliki kendala dalam jalur pendidikan formal untuk melanjutkan pendidikan pada pendidikan nonformal. Yuaelawati et al. (2008) mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk terkendala ke jalur formal yaitu: ekonomi, waktu, geografi, keyakinan, dan masalah sosial/hukum. Kelima faktor tersebut dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut (Yuaelawati et al., 2008). Faktor pertama yakni ekonomi adalah kendala ekonomi yang dialami oleh penduduk miskin dari golongan nelayan, petani, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita. Faktor kedua adalah waktu. Dalam hal ini penduduk yang memiliki kendala waktu untuk sekolah seperti pengerajin, buruh, dan pekerja lain. Faktor selanjutnya adalah geografi. Faktor ini berhubungan dengan kondisi geografis yaitu penduduk yang merupakan suku minoritas, terasing, dan terisolasi. Penduduk yang tinggal di kawasan perbatasan, pulau terpencil, dan daerah tertinggal memiliki karakteristik ini. Faktor keempat adalah keyakinan. Beberapa kalangan, terutama warga pondok pesantren, cenderung memilih untuk tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah). Faktor terakhir adalah sosial/hukum yaitu penduduk yang bermasalah dengan sosial/hukum seperti anak jalanan, anak lembaga pemasyarakatan, dan korban narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Secara garis besar PKBM menyelenggarakan tiga program utama: Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA. Sasaran masing-masing paket adalah sebagai berikut. Paket A memiliki sasaran penduduk usia tiga tahun di atas usia SD/MI, yakni antara tahun. Paket B memiliki sasaran penduduk tiga tahun di atas usia SMP/MTs, yaitu antara tahun. Terakhir, Paket C ditujukan bagi penduduk usia di atas 18 tahun. PKBM Mentari Fajar yang berlokasi di Jalan Goa Gong, Gang Mentari, Banjar Angga Swara, Lingkungan Batu Ngongkong, Desa Jimbaran didirikan pada tahun 2010 dengan izin operasional VOLUME 16 NO. 2, MEI

3 MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHAN PERANGKAT LUNAK PERKANTORAN nomor 1151 tahun PKBM ini menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C. Program kerja PKBM Mentari Fajar terdiri atas tiga program utama: program jangka pendek, program jangka menengah, dan program jangka panjang. Program jangka pendek berupa: pelatihan bagi pendidik tentang pembuatan rencana pembelajaran; peningkatan sarana prasarana penunjang; menambah wawasan tutor dengan cara studi banding ke lembaga yang direkomendasikan pemerintah; melakukan peninjauan kurikulum lembaga sesuai dengan perkembangan lingkungan; dan sosialisasi ke masyarakat tentang layanan PKBM Mentari Fajar. Selanjutnya, program jangka menengah mencakup hal-hal berikut: menambah referensi buku penunjang program PKBM; meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang budaya Indonesia; dan pemberdayaan pemangku kepentingan (stakeholder) dan atau kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan PKBM. Terakhir, program jangka panjang yang meliputi: peningkatan kerja sama lembaga PKBM dengan mitra lain dan sektor dunia usaha; peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan meningkatkan wawasan hidup anak dan tentang budi pekerti dalam masyarakat. Observasi awal di PKBM Mentari Fajar pada akhir Januari sampai pertengahan minggu kedua Maret 2016 terdapat lebih dari 20 siswa Paket B dan Paket C. Ada beberapa alasan para siswa tersebut memutuskan untuk mengambil Paket B dan Paket C di PKBM Mentari Fajar antara lain: biaya, sakit, dan situasi kejiwaan pada saat ujian dan di kelas. Di lain pihak para siswa Paket B dan C yang rata-rata berusia tahun sebagian besar sudah bekerja. Umumnya para siswa tersebut bekerja pada sektor informal seperti buruh bengkel, salon, satpam, dan wiraswasta. Salah satu keahlian yang dibutuhkan para siswa Paket B dan Paket C tersebut dalam meningkatkan kompetensinya adalah penguasaan dasar-dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran (office) seperti pengolah kata (Microsoft Word), presentasi (Microsoft Powerpoint), dan spreadsheet (Microsoft Excel). Namun, adanya keterbatasan dalam penguasaan dasar-dasar komputer dan kendala bahasa Inggris menyebabkan keahlian yang dibutuhkan tersebut belum dapat dipenuhi. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk memberikan dasar-dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran bagi para siswa Paket B dan Paket C sehingga mampu meningkatkan kompetensi lulusan dalam mencari pekerjaan. 2. METODE PEMECAHAN MASALAH Tahap pemecahan masalah untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut. Pertama, para siswa Paket B dan Paket C dikelompokkan untuk selanjutnya dilakukan observasi lebih lanjut untuk mengetahui dasar-dasar komputer dan penggunaan aplikasi perkantoran apa saja yang diperlukan. Pada tahap ini diberikan pretest berupa kuesioner dan tes pengetahuan dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran. Kedua, berdasarkan hasil pretest pada langkah pertama, selanjutnya dibuat ringkasan permasalahan secara rinci sebagai dasar dalam pembuatan materi pelatihan (workshop) bagi siswa Paket B dan Paket C. Kemudian materi ini dikoordinasikan dengan pengajar di PKBM Mentari Fajar untuk mendapatkan masukan lebih lanjut. Ketiga, hasil ringkasan permasalahan pada langkah kedua selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun materi pelatihan oleh tim pengabdian. Materi pelatihan meliputi dasar-dasar komputer menggunakan sistem operasi Microsoft Windows dan pelatihan dasar-dasar perangkat lunak perkantoran seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft Powerpoint. Materi dasasr-dasar komputer dan materi pelatihan perangkat lunak perkantoran ini relevan dengan kebutuhan dasar adminstrasi perkantoran. Keempat, pelaksanaan pelatihan menggunakan materi yang telah dibuat pada langkah ketiga. Akhirnya, evaluasi dilakukan untuk melihat apakah pelatihan efektif meningkatkan kemampuan siswa PKBM Paket B dan C dalam menggunakan dasar-dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran. 122 BULETIN UDAYANA MENGABDI

4 I. W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan dasar-dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Oktober Jumlah peserta yang seharusnya mengikuti pelatihan berdasarkan target awal adalah 20 orang. Namun, pada kenyataannya jumlah peserta yang hadir dan mengikuti pelatihan sampai selesai adalah 17 orang. Tiga orang peserta lain tidak bisa mengikuti pelatihan karena kerja dan alasan lain. Setelah pembukaan dan sambutan dari pihak PKBM Mentari Fajar, acara dilanjutkan dengan pemberian materi tentang dasar-dasar komputer oleh ketua tim pengabdian (Gambar 3.1.). Gambar 3.2 memperlihatkan pemberian materi tentang Microsoft Powerpoint. Gambar 3.1. Pemberian Materi Dasar-dasar Komputer oleh Ketua Tim Pengabdi Gambar 3.4. Pemberian Materi Dasar-dasar Microsoft Powerpoint. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pelatihan dengan memberikan kuesioner kepada 17 orang peserta pelatihan. Peserta menjawab secara objektif dan jujur. Hasil kuesioner ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Secara garis besar peserta merasakan manfaat pelatihan dan menginginkan agar pelatihan dilaksanakan lagi. Namun, beberapa peserta juga menyarankan agar dalam penyampaian materi tidak terlalu cepat (lihat keterangan pada Tabel 3.1). Selanjutnya, nilai prauji dan pascauji peserta pelatihan dapat dilihat pada Tabel 3.2. VOLUME 16 NO. 2, MEI

5 MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHAN PERANGKAT LUNAK PERKANTORAN Tabel 3.1. Evaluasi Peserta Terhadap Program Pelatihan Pertanyaan Peserta yang menjawab Ya Tidak Apakah pelatihan tentang dasar-dasar komputer (Microsoft 17 - Windows) tersebut bermanfaat bagi Anda? Apakah pelatihan tentang dasar-dasar Microsoft Word tersebut 17 - bermanfaat bagi Anda? Apakah pelatihan tentang dasar-dasar Microsoft Excel tersebut 17 - bermanfaat bagi Anda? Apakah pelatihan tentang dasar-dasar Microsoft Powerpoint tersebut 16 1* bermanfaat bagi Anda? Apakah materi pelatihan tentang dasar-dasar komputer (Microsoft 12 5** Windows) dan perangkat lunak perkantoran (Word, Excel, dan Powerpoint) dapat dipahami dengan mudah? Apakah pembicara dalam menjelaskan materi dan mendampingi 15 2*** selama pelatihan membantu pemahaman Anda? Keterangan: *: Peserta belum paham (tanpa penjelasan bagian mana yang tidak dipahami) **: Peserta belum paham atau jarang menggunakan komputer ***: Peserta belum paham atau pembicara terlalu cepat dalam menyampaikan materi. Tabel 3.2. Nilai Prauji dan Pascauji Peserta Pelatihan Nilai prauji Nilai pascauji Untuk menguji apakah pelatihan secara efektif meningkatkan pemahaman siswa PKBM dilakukan uji bertanda Wilcoxon (sebagai catatan uji t dalam hal ini tidak bisa diterapkan karena asumsi normalitas tidak dipenuhi), seperti ditunjukkan oleh luaran berikut. Uji kenormalan Shapiro-Wilk menghasilkan p-value = 6, untuk prauji dan p-value = 0, untuk pascauji. Dengan demikian, pada tingkat signifikansi α = 0,05 tidak cukup bukti untuk menerima hipotesis nol tentang kenormalan data. Prosedur pengujian parametrik tidak bisa dilakukan karena kenormalan data tidak dipenuhi. Metode alternatif untuk pengujian nilai tengah peserta pelatihan adalah dengan metode nonparametrik berupa uji rank bertanda Wilcoxon. Hipotesis pada pengujian ini adalah sebagai berikut. Hipotesis nol menyatakan bahwa median prapelatihan lebih besar atau sama dengan median pascapelatihan, sedangkan hipotesis alternatif menyatakan media prapelatihan lebih kecil dari media pascapelatihan. Uji Wilcoxon pada data prauji dan pascauji menghasilkan p-value = 124 BULETIN UDAYANA MENGABDI

6 I. W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani 0, Pada tingkat signifikansi α = 0,05 disimpulkan bahwa tidak cukup kuat bukti untuk menerima hipotesis nol. Artinya, media peserta pelatihan lebih tinggi daripada median prapelatihan. Dengan demikian, pelatihan mampu meningkatkan kompetensi para siswa Paket B dan Paket C dalam menggunakan dasar-dasar komputer dan perangkat lunak perkantoran. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif terhadap data prauji (pretest) dan pascauji (posttest) peserta pelatihan dapat disimpulkan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kompetensi siswa PKBM melalui pelatihan perangkat lunak perkantoran. Saran untuk kegiatan pengabdian selanjutnya adalah sebagai berikut. Pertama, pelatihan dilakukan secara lebih intensif. Kedua, pemateri dalam menyampaikan materi agar lebih pelan dan jelas. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana atas dana yang diberikan dari DIPA PNBP Universitas Udayana Tahun Anggaran 2016 dengan Surat Perjanjian Penugasan Nomor: /UN14.2/PKM.01.03/2016 Tanggal: 15 Juni Terima kasih juga disampaikan kepada pihak PKBM Mentari Fajar dan para siswa Paket B dan Paket C yang telah mengikuti pelatihan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur Tahun Available: [Accessed 9 Desember 2016]. UNESCO Regional Handbook on Life Skills Programmes for Non-Formal Education, Bangkok, UNESCO Bangkok. UNICEF Laporan Tahunan Available: [Accessed 11 Februari 2014]. Yuaelawati, E., Syihab, U., Kamil, M., Priatna, N. and Nugroho, S. P Acuan Proses Pelaksanaan dan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C, Jakarta, Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional VOLUME 16 NO. 2, MEI