BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental prepost test dengan desain yaitu paralel. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan selama 98 hari dan bertempat di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Universitas Islam Gadjah Indonesia, Mada, serta Laboratorium Riset Universitas Islam Indonesia Populasi dan Sampel Populasi penelitian Populasi penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley yang didapatkan dari Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia. Tikus putih jenis ini dipilih karena memiliki tingkat reproduksi yang tinggi dan insidensi tumor yang rendah. Selain itu Sprague Dawley mudah dalam penanganannya karena lebih tenang. (Johnson, 2012) Sedangkan tikus jantan dipilih karena tidak dipengaruhi oleh hormon, misalnya hormon estrogen (Dorsett dan Martin, 2004) Sampel penelitian Sampel penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley yang dikembangkan di Fakultas MIPA Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley berumur 2 3 bulan, berat gram, dan sehat. Pemilihan usia 2 3 bulan karena rentang umur tersebut mewakili usia dewasa pada tikus di mana diharapkan proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi berjalan dengan optimal. Sedangkan kriteria sehat ditandai dengan gerakan-gerakan tikus seperti makan, 32

2 33 minum, mata bersinar, bulu tidak berdiri, dan tidak terdapat luka atau cacat tubuh (Julian, 2008). Kriteria eksklusi dan kriteria drop out dalam penelitian ini adalah tikus mati atau mengalami infeksi selama perjalanan penelitian yang bukan disebabkan oleh perlakuan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian payungan tentang perbandingan efektivitas pemberian gel ekstrak Centella asiatica (1 %, 3%, dan ), gel ekstrak Aloe vera asiatica (1 %, 3%, dan ), mikroemulsi Centella asiatica, gel tanpa bahan aktif, dan larutan povidon iodin, sehingga total kelompok penelitian adalah 9 kelompok. Dengan menggunakan rumus Federer (1963), besar sampel tiap kelompok adalah : (n 1)(t 1) > 15 (n 1)(9 1) > 15 (n 1)(8) > 15 (n 1)(8) > 15 8n > 23 n > 3 (Pembulatan) Keterangan : n = Jumlah tikus perkelompok penelitian t = Jumlah kelompok perlakuan Pada penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan, antara lain : 1. Kelompok perlakuan yang diberi gel ekstrak Centella asiatica 2. Kelompok perlakuan yang diberi gel tanpa bahan aktif 3. Kelompok perlakuan yang diberi larutan povidon iodin Sehingga, besar sampel penelitian ini 15 ekor. Dengan rincian, tiap kelompok perlakuan berjumlah 3 ekor tikus. Tikus pada penelitian ini diberi 1 kali perlakuan dalam sehari (Primasari, 2013).

3 Variabel Penelitian Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah gel ekstrak Centella asiatica, gel tanpa bahan aktif, dan larutan povidon iodin 5 % Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah kecepatan proses penyembuhan luka bakar derajat II tikus putih jantan (Rattus norvegicus) Variabel terkendali Variabel terkendali pada penelitian ini adalah : 1. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley. 2. Jenis kelamin tikus adalah jantan. 3. Umur tikus adalah 2 3 bulan. 4. Berat badan tikus adalah gram. 5. Tikus diberi luka bakar derajat II dengan posisi supinasi disuntikan anastesi sodium pentobarbital secara intraperitoneal, kemudian meletakkan bagian punggung tikus di atas hotplate dengan temperatur 95o C selama 93 detik. 3.5 Definisi Operasional 1. Ekstrak Centella asiatica adalah serbuk kering Centella asiatica yang diperoleh dari Merapi Farma yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70 % sebagai pelarut. Pelarut etanol dinilai lebih efektif dalam penyembuhan luka (Somboonwong et al., 2012). 2. Gel ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak Centella asiatica dengan dosis yang dibuat dalam bentuk gel dengan basis CMC Na konsentrasi 5 % (Khan et al, 2013). 3. Gel tanpa bahan aktif adalah gel dengan basis CMC Na konsentrasi 5 % tanpa ekstrak Centella asiatica. 4. Larutan povidon iodin adalah larutan yang mengandung povidon iodin dalam akuades dengan konsentrasi yang diperoleh melalui pengenceran povidon iodin 10% (produk pasaran).

4 35 5. Luka bakar derajat II adalah luka yang sengaja dibuat pada punggung tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dengan menggunakan hotplate bertemperatur 95o C selama 93 detik. 6. Parameter penyembuhan luka adalah persentase luas luka bakar derajat II pada hari ke-4, ke-8, ke-11, dan ke-15 dan evaluasi reepitelisasi (Primasari, 2013). 7. Luas luka adalah perkalian antara panjang dan lebar dari luka bakar derajat II tikus yang dinyatakan dalam satuan cm2 dan panjang tegak lurus terhadap lebar dihitung dengan menggunakan millimeter block. 8. Persentase luas luka bakar derajat II adalah hasil perkalian antara luas luka bakar pada saat awal diberi luka dikurangi luas luka bakar pada hari ke-4, ke-8, ke-11, dan ke-15 kemudian dibagi dengan luas luka bakar pada saat awal diberi luka dengan 100% sesuai dengan rumus. Semakin besar persentase luas luka bakar derajat II semakin baik penyembuhan luka tersebut (Primasari, 2013). 9. Evaluasi reepitelisasi adalah evaluasi pembentukan jaringan granulasi dan epitel pada jaringan luka dengan melakukan pemeriksaan dibawah mikroskop cahaya. 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bahan 1. Gel ekstrak Centella asiatica : a. Serbuk kering Centella asiatica b. Larutan etanol 70 % c. Na CMC d. Propilen glikol e. Aquades 2. Gel tanpa bahan aktif 3. Larutan Povidon Iodin : a. Larutan Povidon Iodin 10% b. Aquades

5 36 f. Larutan Ketamin g. Normal salin h. Eter i. Larutan formalin 10% j. Alkohol 70 % b. Alat 1. Seperangkat alat maserasi 2. Rotary evaporator 3. Gelas beaker 4. Kandang tikus dengan makanan dan minuman 5. Timbangan Ohause 6. Gunting 7. Silet 8. Spuit injeksi 3 cc 9. Stopwatch 10. Termometer 11. Kertas milimeter block 12. Spidol dan alat tulis lainnya 13. Label 14. Mika 15. Kamera digital 16. Pipet 17. Tissue 18. Spatula 19. Kassa steril 20. Plester 21. Masker 22. Sarung tangan 23. Kaca objek 24. Mikroskop cahaya 25. Magnetic stirrer

6 Besi 2 x 2 cm 3.7 Alur Penelitian Persiapan hewan coba Pemilihan subyek penelitian yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley berusia 2 3 bulan dengan berat badan gram, sehat ditandai dengan gerakan-gerakan tikus seperti makan, minum, mata bersinar, bulu tidak berdiri, dan tidak terdapat luka atau cacat tubuh (Julian, 2008). Jumlah tikus adalah 15 ekor yang dibagi menjadi lima kelompok (Centella asiatica (dosis 1, 2, dan 3), povidon iodine, dan gel kosongan). Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor tikus putih jantan yang dibagi secara acak. Hewan coba dipelihara dalam kandang berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm (Primasari, 2013). Masing-masing kandang maksimal diisi oleh 1 ekor tikus. Tikus diaklimatisasi pada lingkungan dengan suhu C, kelembapan 60-7 (Akhoondinasab, Akhoondinasab, & Saberi, 2014). Makanan tikus yang diberikan berupa pelet. Pemberian makanan dan minuman kepada binatang percobaan dilakukan secara ad libitum. Masingmasing kandang maksimal diisi oleh 1 ekor tikus dan dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi interaksi yang berlebihan (Ridwan, E., 2013). Kandang dibersihkan secara rutin. Persiapan dan aklimatisasi hewan coba dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan pengaturan 12 jam terang dan 12 jam gelap (Khan et al, 2013). Sedangkan untuk aklimatisasi ini sendiri akan dilakukan selama 14 hari Pembuatan gel ekstrak Centella asiatica a. Pembuatan ekstrak Centella asiatica Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk kering Centella asiatica sebanyak 500 gram yang didapatkan dari Merapi Farma diambil dan dimasukkan ke dalam toples dan ditambahkan 6 L larutan etanol 70 % (Somboonwong et al., 2012). Lalu didiamkan selama 24 jam

7 38 di tempat yang terlindung dari cahaya. Sesekali dilakukan pengadukan agar tidak jenuh. Kemudian, disaring dua kali dengan menggunakan saringan biasa dan yang kedua dengan menggunakan kertas saring, hingga tidak didapatkan ampas pada ekstrak. Ekstrak kemudian dipekatkan melalui evaporasi pada suhu 60 o C, hingga diperoleh ekstrak kental. Esktrak kental kemudian ditimbang. Kelebihan metode maserasi, yaitu mudah dilakukan dan mudah diusahakan (Mukhriani, 2014). Pembuatan ekstrak Centella asiatica menggunakan etanol 70 % di pilih karena rendemen ekstrak daun pegagan menggunakan pelarut etanol 70 % lebih besar daripada pelarut air. Hal tersebut menurut Sugianto (2013) menandakan bahwa metabolit sekunder di dalam daun pegagan lebih banyak terekstrak pada pelarut etanol akibat perbedaan kepolaran antar gugus hidroksil dan metil. Rendemen merupakan perbandingan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan dan standar yang disarankan sebesar 7,2 % (Depkes, 2008). Menurut Nurlalily (2012) penggunaan etanol atau metanol lebih disarankan sebagai pelarut dalam ekstrak Centela asiatica, selain itu kandungan asiaticoside dan madecassoside lebih tinggi pada ektrak etanol dan disusul ekstrak methanol. b. Pembuatan gel ekstrak Centella asiatica dan gel tanpa bahan aktif Formulasi untuk gel ekstrak Centella asiatica dengan variasi dosis yaitu 0,2 gram, 0,6 gram, dan 1 gram. Formulasi sediaan gel ekstrak Centella asiatica dan gel tanpa bahan aktif (F4) yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

8 39 Tabel 3.1 Formula pembuatan gel ekstrak Centella asiatica dan gel tanpa bahan aktif Nama Bahan Ekstrak kental Centella asiatica Na CMC Propilen glikol Aquades F1 (ekstrak dosis 1) F2 (ekstrak dosis 2) F3 (ekstrak dosis 3) 1% 3% (0,2 gram) (0,6 gram) (1 gram) - (1 gram) (1 gram) (1 gram) ( 1 gram) (1 gram) (1 gram) (1 gram) (1 gram) 100% 100% 100% 100% (20 gram) (20 gram) (20 gram) (20 gram) F4 (gel tanpa bahan aktif) Ekstrak Centella asiatica yang telah dibuat kemudian dilanjutkan dengan pembuatan gel. Basis gel yang digunakan adalah CMC Na. Langkah pertama yaitu Na CMC dikembangkan dengan sebagian aquades (bagian 1). Kemudian campur ekstrak kental Centella asiatica dengan aquades sisa (bagian 2). Lalu propilen glikol dicampur dalam satu wadah dengan bagian 1 dan 2 serta kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirer sampai terbentuk gel Pembuatan larutan Povidon Iodin 5 % Penelitian ini menggunakan larutan povidon iodin konsentrasi yang diperoleh dari pengenceran produk povidon iodin yang sudah tersedia di pasaran yaitu Betadine (konsentrasi 10%). Sehingga pada penelitian ini dilakukan pengenceran menggunakan akuades. Pemilihan konsentrasi ini didapatkan melalui penelitian sebelumnya yaitu Primasari (2012) menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata luas luka biopsi yang bermakna diantara kelompok larutan povidon iodin,

9 40 kelompok Silver Sulfadiazin (SSD), dan kelompok NaCl. Sehingga dalam hal ini, baik larutan povidon iodin dan krim SSD merupakan terapi yang efektif untuk luka. Selain itu menurut Prasetyo (2011) larutan povidon iodin 5 % memiliki kecepatan penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan konsentrasi 10 %. Hal ini dapat dikarenakan oleh daya toksisitas povidon iodin konsentrasi 5 % lebih kecil dan efek terapeutik yang baik dalam menginduksi angiogenesis. Pengenceran povidon iodin 10% dilakukan dengan menggunakan persamaan : V1.C1=V2.C2 Keterangan: V1: Volume awal yang dibutuhkan untuk larutan baru V2: Volume akhir yang diinginkan dari larutan baru C1: Konsentrasi pada larutan awal C2: Konsentrasi yang diinginkan pada larutan baru V1.C1 = 50 ml.10 = V2 = V2.C2 V ml Diperoleh povidon iodin dalam 100 ml akuades Perlakuan luka bakar pada hewan coba Hewan penelitian yang dipilih secara acak dibagi dalam tiga kelompok perlakuan dan ditempatkan dalam kandang yang berisi 1 tikus tiap kandangnya. Sebelum tikus diberikan luka bakar, tikus dianastesi terlebih dahulu dengan ketamin intramuskular di paha posterior, lalu bulu tikus dicukur pada area punggung. Proses pembiusan harus dilakukan dengan hati-hati agar tikus tidak mati. Perlakuan luka bakar ini dilakukan dengan menggunakan hotplate, di mana pada penelitian ini menggunakan besi berukuran 2 x 2 cm. Pemanasan ini dilakukan hingga 95 oc selama 20 menit untuk mendapatkan panas yang sesuai. Lalu besi disentuhkan ke area punggung hewan coba yang telah disiapkan selama 93 detik.

10 41 Menurut Somboonwong (2012) luka bakar derajat II dapat dilakukan dengan menempatkan hotplate berukuran 3, 5 x 4, 6 cm ke tubuh hewan coba yang telah dipersiapkan pada temperature 75 oc selama 10 detik. Sedangkan menurut Pessolato et al (2013) luka bakar derajat II dapat dilakukan dengan kontak menggunakan hotmetal bersuhu 130 oc selama 5 detik. Kulac (2013) juga menjelaskan prosedur pembuatan luka bakar derajat II pada tikus dengan menggunakan besi aluminium berdiameter 2,5 cm yang dipanaskan hingga suhu 100 oc selama 30 menit dan disentuhkan ke punggung tikus selama 30 detik. Sehingga berdasarkan berbagai referensi tersebut luka bakar derajat II sebenarnya dapat ditinjau dari pembentukan luka yang terjadi sesuai dengan ciri- ciri luka bakat derajat it sendiri. Pada hari perlakuan yang dilakukan oleh peneliti secara klinis menunjukkan ciri- ciri dari luka bakar derajat II superficial atau dangkal dengan dasar kemerahan. Setelah diberi luka bakar, tikus kemudian diresusitasi dengan memberikan injeksi larutan normal salin secara intraperitoneal (Soombonwong et al, 2012) Pemberian gel pegagan (Centella asiatica) secara topikal, gel tanpa bahan aktif, dan larutan povidon iodin Kemudian tikus mendapat perlakuan sesuai dengan kelompok masing-masing segera setelah pengukuran luas luka bakar derajat II pada hari perlakuan. Kelompok hewan uji antara lain kelompok yang diberi gel Centella asiatica secara topikal, kelompok yang diberi gel tanpa bahan aktif, dan kelompok yang diberi larutan povidon iodin. Terapi pemberian gel Centella asiatica dan gel tanpa bahan aktif dilakukan dengan menggunakan spatula yang dioleskan merata pada luka tikus, sedangkan pemberian larutan povidon iodin dengan menggunakan pipet, kemudian diratakan dengan menggunakan spatula. Perlakuan dilakukan tiap sekali kali sehari. Berat badan tikus ditimbang tiap pekan. Perawatan luka tikus dilakukan 1 kali sehari hingga akhir waktu penelitian yaitu 15 hari (Satar et al, 2013).

11 Perhitungan proses penyembuhan luka Perhitungan proses penyembuhan luka bakar, dihitung segera dengan menggunakan millimeter block setelah diberikan luka bakar derajat II (hari ke-1) dan pada hari ke-4, 8, 11, 15 sesuai dengan waktu penyembuhan luka. Luas area luka bakar pada hari pertama dianggap sebagai 100% dan hasil perhitungan untuk hari ke- 4, 8, 11, dan 15 akan dibandingkan dengan area luka bakar pada hari pertama (Primasari, 2013) Pemeriksaan histopatologi Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk mengevaluasi proses penyembuhan luka mikrokopis yang terjadi setelah hari ke-15 (hari terakhir diberikan terapi). Jaringan kulit yang akan digunakan untuk pemeriksaan histopatologi diambil dengan melakukan eksisi pada sebagian area luka bakar. Sebelum melakukan eksisi, tikus diterminasi terlebih dahulu dengan menggunakan eter (Primasari, 2013). Jaringan yang telah diambil kemudian difiksasi dengan menggunakan formalin 10%. Setelah itu dilakukan pembuatan preparat dengan pemotongan menjadi bagianbagian kecil kulit bekas luka yang sudah ditentukan. Kemudian jaringan dilakukan dehidrasi alkohol dengan dimasukkan ke dalam automatic tissue processor secara bertahap yaitu 70% - 100%, untuk mengambil semua air di dalam jaringan dan membersihkan sisa fiksatif. Lalu dilakukan clearing xylol untuk membersihkan sisa alkohol dan infiltrasi paraffin cair pada suhu o C selama 1,5 jam ke dalam box parafin untuk mengisi rongga dalam jaringan yang ditempati oleh air sehingga terbentuk blok paraffin. Setelah itu didinginkan ke dalam freezer agar tidak terlalu lunak sehingga mudah dipotong. Jaringan kemudian dipotong dengan ketebalan 5μm dengan mikrotom dan dilakukan pengecatan dengan menggunakan pewarnaan Mallory (Nugraha, 2013). Selanjutnya sampel jaringan diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan OptiLab viewer perbesaran 40x, 100x, dan 400x lensa obyektif untuk mengevaluasi perubahan patologi yang terjadi yaitu proses re-epitelisasi dan kolagenisasi pada jaringan luka (Soombonwong et al, 2012).

12 43 Perhitungan re-epitelisasi dilihat dengan menghitung panjang epitel menggunakan image raster, sedangkan pada perhitungan kepadatan kolagen dilakukan dengan menggunakan aplikasi image-j. Sebelumnya preparat kolagen pada tiap kelompok yang teramati difoto pada tiga area berbeda dengan perbesaran 400x pada daerah kolagen baru atau dalam preparat dapat teramati sebagai garis- garis berwarna biru muda (Lemo et al, 2010). Setelah itu foto preparat dilakukan proses editing dengan menggunakan aplikasi Adobe photoshop CS5 untuk menghilangkan bagian- bagian yang tidak diperlukan atau akan mengganggu proses perhitungan, seperti pembuluh darah, sel radang, dan jaringan granulasi. Foto yang telah dilakukan editing dibuka menggunakan image- j dan diubah menjadi ukuran 16 bit. Lalu dilakukan pembedaan warna dengan menggunakan threshold dan dilakukan pengukuran persen gambaran garisgaris kolagen yang tervisualkan.

13 Kerangka penelitian Tabel 3.2 Kerangka penelitian Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley N = 15 ekor Kelompok perlakuan gel Centella asiatica 1 %, 3%, dan Variabel terkendali : jenis kelamin, umur, berat badan, makanan, minuman, luas luka awal, penyakit penyerta, waktu. Kelompok perlakuan gel tanpa bahan aktif Kelompok perlakuan povidon iodin N = 3 ekor N = 3 ekor N = 9 ekor Dianastesi diberi luka bakar derajat II pada punggung tikus Area luas luka bakar derajat II dijiplak dengan mika dan dihitung dengan menggunakan kertas millimeter block Dioleskan gel ekstrak Centella asiatica 1%, 3%, Dioleskan gel tanpa bahan aktif Dioleskan larutan povidon iodin 5 % Pada hari ke-4, 8, 11, 15 dihitung area luas bakar luka dijiplak dengan mika ke dalam kertas millimeter block dan setelah hari ke-15 dilakukan pemeriksaan histopatologi (Mallory) Dianalisis dengan menggunakan uji One way ANOVA Dianalisis dengan menggunakan post hoc test

14 Rencana Analisis Data Proses penyembuhan luka bakar derajat II pada tikus jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dihitung berdasarkan luas luka bakar yang diukur dengan menggunakan kertas millimeter block pada hari pertama sebelum diterapi, dan pada hari ke-4, ke-8, ke-11, dan ke-15. Hasil tersebut kemudian dikonversikan dalam bentuk persen untuk menghitung derajat kesembuhan luka bakar (%) masing-masing tikus berdasarkan kelompok perlakuan dan hari pengukuran dengan perhitungan sebagai berikut: P= Keterangan : P = Persentase derajat kesembuhan luka bakar pada hari yang ditentukan A = Luas area luka bakar pada saat awal dilukai B = Luas area luka bakar sesuai waktu yang ditentukan Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif numerik dengan lima kelompok, apabila distribusi data normal maka digunakan uji analisis varian satu arah (one way ANOVA) dan selanjutnya dilakukan uji post-hoc. Jika distribusi data tidak normal maka data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis untuk membandingkan perbedaan rata-rata mean dan data numerik pada masing-masing kelompok. Sedangkan untuk membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis dengan menggunakan post hoc test. Data akan dimasukkan dan dianalisis menggunakan Statistical Package for Soscial Science (SPSS) versi 20, Etika Penelitian 1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin pengajuan surat etika penelitian ke Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menghindari konflik kepentingan. 2. Peneliti mengajukan permohonan izin terlebih dahulu kepada pihak pengelola Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

15 46 3. Peneliti ikut berperan dalam menjaga kebersihan dan keamanan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 4. Sampel penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley yang dikembangkan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 14 hari. Tikus diberi makan dan minum secara teratur dan ditempatkan di dalam kandang yang layak pada suhu kamar dan dengan pengaturan 12 jam terang-12 jam gelap. 5. Sebelum dilukai, tikus dianastesi terlebih dahulu dengan menggunakan injeksi ketamin secara intramuskular, sehingga tidak menyakiti tikus. 6. Setelah penelitian berakhir (hari ke-15) dilakukan eutanasia dengan menggunakan eter dengan dosis berlebih dalam tabung. 7. Setelah tikus mati, seharusnya tikus dibakar dengan menggunakan insenerator, namun karena tidak ada fasilitas tersebut, maka tikus kemudian dikubur Jadwal penelitian Tabel 3.3 Tabel jadwal penelitian Jadwal Tanggal Seminar proposal 21 Januari 2016 Pengajuan ethical clearance 14 Juli 2015 Pembuatan gel ekstrak Centella asiatica, gel tanpa bahan aktif, dan larutan povidon iodin 05 Oktober 2015 Aklimatisasi hewan coba 11 Oktober 2015 Perlakuan hewan coba 29 Oktober 2015 Pengumpulan dan analisis data hasil percobaan 22 Januari 2016 Penyusunan laporan hasil 23 Januari 2016

16 47

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan atau desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan rancangan post

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design. 21 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode post test only controlled group design. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan percobaan post test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan post-test only control group design. Pemilihan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, dengan rancangan acak lengkap dan menggunakan pendekatan posttest only control design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, postest only control group design. Postes untuk menganalisis perubahan jumlah purkinje pada pada lapisan ganglionar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, posttest only control group design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada korteks

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only control group design (Notoadmodjo, 2010).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap perkembangan folikel ovarium mencit (Mus musculus) ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest control group design. Postest untuk menganalisis perubahan ukuran miokardium. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1)

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dengan rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, desain Post-test control group desain. Postes untuk menganalisis perubahan gambaran histopatologi pada organ

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan di kelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ulangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only 42 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan post-test only control group design. B. Subyek Penelitian Hewan uji pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui perbedaan tingkat kesembuhan luka bakar derajat II yang diberi madu topikal nektar

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada ilmu kedokteran bidang forensik dan patologi anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menyangkut bidang ilmu biokimia, ilmu gizi, dan patologi anatomi 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium posttest-only equivalent-group design dengan kelompok perlakuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan menggunakan hewan uji. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang BAB IV METODA PENELITIAN IV.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik ( true experiment designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang THT-KL, Farmakologi, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental murni laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan post-test only control group design (Septiawati et al., 2013). B. Subyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Histologi Universitas Diponegoro, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, dan Toksikologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. Menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. Menggunakan 20 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Balb/c yang dibagi menjadi 4 kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok. 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji dengan desain posttest only control group design. B. Subyek Penelitian Subyek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu dibidang Obstetri dan Ginekologi dan Histologi 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu dan lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) divisi Alergi-Imunologi dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan, yaitu dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan III. METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik untuk mengetahui perbedaan tingkat kesembuhan antara luka bakar yang diberikan madu murni dan diberikan tumbukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancangan post-test control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan karena

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.3 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.1.2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan Acak Lengkap

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap morfologi dan histologi hepar mencit betina (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Post Test Only

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Post Test Only III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental Post Test Only Control Group Design yang menggunakan evaluasi baik secara makroskopis ataupun mikroskopis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan coba yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium dengan the post test only control group design karena pengukuran dilakukan sesudah perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

Lebih terperinci