BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Konsep Tipe Kepribadian Menurut Pervin (1989 dalam Alwilson 2006) kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi. Kepribadian seorang investor dapat menentukan pengambilan keputusan dalam berinvestasi, dan juga dapat mempengaruhi tingkat risk tolerance investor. Hasil penelitian Hammer dan Kummerow (1996) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian seseorang dengan tingkat preferensi risikonya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Filbeck et al. (2005) tipe kepribadian dapat menjelaskan tingkat preferensi terhadap risiko dari seseorang, digunakan Myers-Briggs Type Indicator untuk menilai tingkat risk tolerance orang dengan karakteristik kepribadian yang berbeda. Li dan Jiang (2008) juga mengemukakan hal yang sama bahwa tipe kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat preferensi terhadap risiko. Seperti yang diungkapkan Sembel (2007) bahwa setiap orang memiliki risk tolerance yang berbeda-beda berdasarkan tipe kepribadiannya, walaupun dua orang investor memiliki tipe kepribadian yang sama, bisa saja memiliki preferensi risiko yang berbeda. 6

2 Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian investor yang diamati dengan menggunakan lima tipe kepribadian utama (The big five) yang dikemukakan oleh Paul Costa Jr. dan Robert McCrae dari National Institute of Aging. Taksonomi kepribadian The Big Five umumnya dianggap yang paling komprehensif dan diterima, terutama untuk penelitian terapan (Mayfield et al, 2008). Klasifikasi The Big Five juga telah terbukti menjadi kuat di berbagai negara, untuk tetap stabil sepanjang waktu dan untuk memprediksi berbagai hasil, seperti prestasi kerja, status pekerjaan dan prestasi akademik (Roberts&Robins, 2000). Selain popularitasnya, The Big Five hasilnya mudah dipahami (Sneed et al, 1998). The Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005). Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian the big five sebagai neuroticsm, extraversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness. Neuroticsm adalah ketidakstabilan emosional. Orang dengan peringkat tinggi pada skala ini cenderung mengalami perasaan negatif seperti rasa cemas, gelisah dan kuatir yang berlebihan dan cenderung merasa pesimis. Extraversion adalah kepribadian dengan karakteristik penuh semangat dan 7

3 energik, optimis, sangat aktif dalam kegiatan dan berani menghadapi ketidakpastian. Openness to experience ditandai oleh orang berpikiran terbuka dan ingin tahu dengan hal-hal yang baru (berkebalikan dengan tradisional dan konservatif), memiliki ide-ide kreatif, inovatif dan imajinatif. Agreebleness memiliki karakteristik cenderung memahami orang lain (bijaksana), lebih mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, suka bekerja sama, patuh dan cenderung menghindari perdebatan (lebih memilih menyatukan pendapat). Conscientiousness ditandai dengan karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir sistematis, perencanaan dan perhitungan matang, teliti dan rapih dalam bertindak Risk Tolerance Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (Salim,1998). Menurut Darmawi (2000) risiko adalah probabilitas suatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan. Banyak peristiwa dapat terjadi yang berimbas pada terjadinya kerugian bagi kegiatan ekonomi. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. 8

4 Investor perlu memahami bahwa setiap investasi memiliki dua sisi: imbal hasil dan risiko, di mana keduanya memiliki korelasi positif: potensi imbal hasil yang tinggi selalu diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Namun risiko bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus dikelola. Ini berarti investor harus mengambil tingkat risiko tertentu dalam investasinya sesuai dengan profil risikonya. Hal tersebut penting untuk menentukan strategi mengelola risiko. Risk Tolerance merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan produk investasi yang akan dipilih karena terkait langsung dengan tingkat risiko yang dapat diambil. Kebanyakan individu adalah investor yang konservatif, cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang tidak terlalu dianggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko yang berani diambil akan sangat berpengaruh dengan keuntungan potensial yang diinginkan. Oleh karena itu mengukur berapa tingkat risk tolerance menjadi sangat penting sebelum melakukan investasi (Kusumaastuti, 2012) Risk tolerance adalah kondisi seseorang yang mau mengambil risiko dalam rangka untuk mendapatkan return yang lebih tinggi. Risk tolerance investor secara luas digunakan untuk mengelompokkan orang menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Secara umum, seseorang dengan risk tolerance rendah akan bertindak berbeda terhadap risiko dibanding dengan individu yang mempunyai risk tolerance tinggi. Seseorang dengan tingkat risk tolerance tinggi diharapkan menerima eksposur risiko 9

5 yang lebih tinggi dalam arti mengambil satu-satunya tanggung jawab, bertindak dengan informasi kurang, dan membutuhkan kontrol yang kurang dibanding seseorang dengan tingkat risk tolerance rendah. Individu dengan tingkat risk tolerance rendah umumnya: (a) menerima kemungkinan kerugian lebih rendah, (b) memilih untuk tidak beroperasi dalam situasi yang tidak familier atau asing, (c) mentoleransi ketidakpastian yang kurang, dan (d) memerlukan lebih banyak informasi tentang kinerja investasi (MacCrimmon & Wehrung, 1986). Singkatnya individu dengan risk tolerance tinggi lebih bisa menerima peristiwa volatile atau fluktuasi, sedangkan individu dengan tingkat risk tolerance rendah memerlukan kepastian Orientasi Investasi Orientasi investasi adalah keputusan investor dalam memilih investasi menurut horizon waktu berinvestasi yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dalam saham. Keputusan investasi pada dasarnya menyangkut masalah pengelolaan dana pada suatu periode tertentu, di mana para investor mempunyai harapan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dari dana yang diinvestasikan selama periode waktu tertentu. Investor menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk investasi jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan untuk jangka panjang. Pendapatan total yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah 10

6 dividend dan capital gain (Robert Ang, 1997). Total return yang akan diterima pemegang saham merupakan tingkat kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari Dividend Yield dan Capital Gain (Jogiyanto Hartono, 2003). Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi investor dalam berinvestasi yaitu memperoleh tingkat keuntungan yang terbesar dengan risiko tinggi atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil (Suad Husnan,1998). Apabila investor dihadapkan pada dua alternatif investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka investor akan memilih investasi dengan risiko yang terkecil. Dalam perdagangan efek khususnya saham, informasi memiliki peranan yang dominan dan crucial. Suad Husnan (1998) menyebutkan bahwa sebuah pasar modal dikategorikan efisien jika harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi terefleksikan pada harga sekuritas maka pasar modal tersebut semakin efisien. Pasar modal di Indonesia termasuk kedalam pasar modal yang kondisi efisien bentuk lemah (Weak from efficiency) yaitu harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di masa lalu. Para investor sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. Informasi ini diperlukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan tertinggi 11

7 dengan tingkat risiko tertentu. Investor yang rasional akan selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan melakukan berbagai analisis untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi atau dengan kata lain untuk mengurangi risiko. Informasi kinerja fundamental setiap emiten membantu para pemodal dalam membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan kembalian dari saham yang ada di bursa efek (Sunariyah, 2004). Investor dalam menanamkan modalnya berharap untuk memperoleh return saham yang sebesarbesarnya. Bagi trader yang melakukan transaksi jual beli saham harian memakai analisis teknikal untuk memutuskan transaksi jual atau beli sahamnya. Analisi teknikan adalah analisis yang memperhatikan fluktuasi harga saham yang membentuk trend, dengan melihatnya secara individu dan keseluruhan saham pada pasar modal. Atau dengan kata lain analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat, analisis ini digunakan untuk investasi jangka pendek. Atau analisis yang menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari investor. Para trader menggunakan analisis ini untuk mengambil posisi jual atau beli. Investor yang memakai analisis ini berpendapat bahwa harga pasar tidak bergerak dengan sembarangan angka, tetapi 12

8 mengikuti suatu ritme atau pola tertentu. Investor akan berusaha menemukan polanya, ketika pola tersebut sudah ditemukan maka bisa diprediksi arah harga selanjutnya Pengembangan Hipotesis Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Orientasi Investasi Hasil penelitian Durand et al (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan keputusan investasi dan kinerja portofolio. Tipe kepribadian seorang investor dapat digunakan untuk memprediksi keputusan investor dalam memilih orientasi investasi saham jangka panjang atau jangka pendek. Durand el al (2008) menemukan bahwa neuroticsm memiliki hubungan yang positif dan signifikan secara statistik dalam pengambilan risiko dan aktifitas trading. Sejalan dengan penelitian tersebut, Durn dan Huberman (2002) menghasilkan penelitian yang menunjukan bahwa investor yang lebih cemas cenderung sering melakukan transaksi jual beli saham lebih banyak. Trading mungkin dianggap sebagai sarana untuk mengurangi perasaan cemas. Dengan demikian investor akan cenderung untuk melakukan trading atau melkukan investasi yang jangka pendek, sehingga hipotesis pertama sebagai berikut : H1 : Individu dengan tipe kepribadian neuroticism berorentasi investasi jangka pendek 13

9 Menurut Costa dan McRae (1992) pribadi extraversion adalah pribadi yang memiliki semangat yang tinggi, optimis dan berani menghadapi ketidakpastian. Individu ini cenderung lebih berani menghadapi fluktuasi harga saham. Hasil Penelitian Williams (1992) menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion terlalu percaya diri dalam melakukan trading. Investor dengan tipe kepribadian ini sangat cocok menjadi trader karena aktif dalam bertransaksi saham, sedingga dapat dikatakan bahwa individu extraversion ini lebih cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Individu dengan tipe kepribadian berorentasi investasi jangka pendek extraversion Menurut Moghaddam (2009) pribadi openness to experience menunjukkan seseorang yang kreatif, inovatif dan imajinatif dan berani berspekulasi. Sifatnya yang berani berspekulasi (Lin, 2011) cenderung untuk berani menghadapi fluktuasi harga saham. Fluktuasi harga saham ini terjadi pada investasi saham jangka pendek. Hasil penelitian Akhtar et al (2012) menyatakan bahwa individu openness to experience memiliki hubungan yang positif dengan niat investasi saham jangka pendek. Sehingga hipotesis ketiga sebagai berikut: H3 : Individu dengan tipe kepribadian openness to experience berorentasi investasi jangka pendek 14

10 Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian agreeableness memiliki sifat yang suka bekerja sama dan patuh, sehingga dalam mengambil keputusan investasi, investor dengan tipe kepribadian ini cenderung mengikuti saran dari rekan sesama investor dan kelompoknya atau mengikuti tren saham yang sedang terjadi (Lin, 2011). Investor yang suka mengikuti tren, biasanya melakukan trading harian atau investasi jangka pendek, maka hipotesis keempat sebagai berikut: H4 : Individu dengan tipe kepribadian berorentasi investasi jangka pendek agreeableness Menurut Goldberg (1999) Conscientiousness memiliki karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir sistematis, perencanaan dan perhitungan matang dan teliti. Sifatnya yang sangat hati-hati dan perhitungan matang bagi investor dengan tipe kepribadian Conscientiousness membuatnya lebih sering menganalisis laporan keuangan dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk menilai kinerja emiten sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi saham. Menurut Lin (2011) tipe kepribadian ini sangat percaya akan kemampuan dirinya sendiri dalam memperhitungkan untung rugi berinvestasi saham. Tipe kepribadian ini cenderung mencari investasi yang aman, sehingga lebih memilih orientasi investasi jangka panjang. 15

11 Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima sebagai berikut: H5 : Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness berorentasi investasi jangka panjang Pengaruh Risk Tolerance terhadap Orientasi Investasi Hallahan et al (2004) berpendapat bahwa investor dapat menilai tingkat toleransi risiko. Schooley dan Worden ( 1996) dan Bailey dan Kinerson (2005) menyimpulkan ada korelasi positif antara perilaku investasi dan penilaian risiko. Orientasi investasi saham menurut lamanya waktu berinvestasi dibagi atas dua yaitu investasi jangka panjang (investasi) dan investasi jangka pendek (trading). Investor jangka pendek (trader) mengikuti gerakan pasar secara seksama setiap saat. Dengan memanfaatkan informasi teknikal khususnya pada saham-saham yang aktif, investor dapat berpindah dari satu saham yang diprediksi harganya akan turun ke saham yang harganya akan naik. Investor tidak lagi menahan kepemilikan sahamnya lebih lama sebagai kompensasi atas biaya penyimpanan yang harus ditanggung, tetapi investor lebih memperhatikan faktor risiko atas suatu saham. Bagi investor saham jangka panjang, tujuan investasi adalah untuk menciptakan nilai yang berlipat ganda, investor sejati tidak akan puas dengan laba jangka pendek, artinya 16

12 yang diinginkan adalah pertumbuhan nilai dalam jangka panjang dan dalam skala yang signifikan. Untuk tujuannya tersebut, investor akan memilih saham dengan fundamental yang bagus, artinya perusahaan emiten memiliki prospek usaha dan harga sahamnya di bawah nilai sebenarnya, sehingga harga target saham tersebut untuk beberapa waktu ke depan masih berpotensi lebih tinggi daripada harga saat ini. Investor yang melakukan investasi jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli jangka pendek, bisa dilihat dari pergerakan harga saham ketika baru dibuka, dan biasanya trader ini akan nebeng dengan pergerakan investor besar. Jika investor tersebut yakin bahwa harga saham akan bergerak harganya, berarti ada permintaan besar, namun di sisi lain tidak diketahui investor besar akan memegang saham tersebut dalam jangka panjang, atau kemudian menjual lagi setelah memperoleh keuntungan potensial dan melakukan aksi ambil untung, di sinilah kerap terjadi kerugian bagi investor jangka pendek/trader karena terlambat menjual saham tersebut. Investasi jangka pendek dinilai memiliki risiko yang tinggi karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi (Pratomo&Ubaidillah, 2009). Trader biasanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko. Sedangkan dalam investasi jangka panjang risiko fluktuasi nilai investasi itu rendah. Investor jangka panjang ini cenderung menghindari risiko dengan mencari sesuatu yang 17

13 aman. Investor ini bisanya memilih saham dengan nilai fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka waktu yang panjang, dan tidak terlalu suka dengan fluktuasi, atau sesuatu yang bergejolak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keenam sebagai berikut: H6 : Risk tolerance dapat mempengaruhi investasi jangka pendek orientasi Risk Tolerance sebagai Variabel Intervening Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Orientasi Investasi Hasil penelitian Hunter dan Kemp (2004) menyimpulkan bahwa kepribadian berpengaruh pada preferensi risiko dan keputusan investasi. Pan dan Statman (2012) menemukan, bahwa risk tolerance yang tinggi terdapat di antara orangorang dengan tipe kepribadian Extraversion dan Openness, tetapi rendah pada orang dengan tipe kepribadian Conscientiousness yang tinggi. Kepribadian neuroticism menggambarkan ketidakstabilan emosi. Orang yang memiliki kepribadian ini merasa cemas dan kuatir dengan investasi yang dilakukannya. Investor dengan tipe kepribadian ini, akan merasakan cemas yang berlebihan saat investor harus berinvestasi dalam jumlah yang besar yang cenderung mengandung resiko yang tinggi. Menurut Durand et al (2008) investor dengan neuroticsm yang lebih tinggi, lebih cenderung mengambil risiko. Sehingga dapat dikatakan bahwa 18

14 neuroticsm memiliki risk tolerance yang tinggi, dampaknya dapat dikaitkan dengan peningkatan perilaku trading. Trading dilakukan dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hiporesis ketujuh sebagai berikut: H7 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh neuroticsm terhadap orientasi investasi jangka pendek Penelitian yang dilakukan oleh Peterson (2011) mengenai pengambilan keputusan investasi, orang dengan kepribadian ekstraversion cenderung lebih berani menghadapi ketidakpastian, sehingga lebih berani mengambil risiko. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pan dan Statman (2012). Risiko dipandang sebagai suatu konsekuensi dari keputusan dan tindakan yang diambil dalam terkait dengan investasi. Individu dengan kepribadian ekstraversion memiliki semangat yang tinggi dalam berinvestasi, sikapnya yang optimis membuat investor selalu merasa bahwa investasi yang dilakukannya akan memberikan keuntungan sehingga lebih risk tolerance dengan berpegang pada prinsip high risk high return. Risk tolerance yang tinggi membawa pengaruh kepada pemilihan investasi yang berisiko yaitu investasi saham jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedelapan : H8 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh extraversion terhadap orientasi investasi jangka pendek 19

15 Menurut hasil penelitian Pan dan Statman (2012), individu dengan tipe kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Penelitian mengenai investasi, menyatakan investor dengan tipe kepribadian Openess to experience memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan yang lain, dan tipe seperti ini cenderung senang dengan keuntungan yang tinggi (Peterson, 2011). Untuk mengejar keuntungan yang tinggi, risiko yang diambil juga tinggi sehingga lebih risk tolerance. Hal ini memungkinkan individu dengan kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Dengan risk tolerance yang tinggi, kepribadian ini cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek yang dinilai memiliki risiko tinggi dan menguntungkan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesembilan sebagai berikut: H9 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh openness to experience terhadap orientasi investasi jangka pendek Agreeableness menunjukkan individu yang suka bekerja sama dan memahami orang lain, dengan sikapnya tersebut investor agreeableness cenderung bersikap risk tolerance. Risk tolerance yang dimiliki tipe kepribadian ini mengarahkan pada investasi jangka pendek. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesepuluh : 20

16 H10 : Risk tolerance menjadi mediasi pengaruh agreeableness terhadap orientasi investasi jangka pendek Penelitian yang dilakukan oleh Pirog dan Roberts (2007), investor dengan tipe kepribadian conscientiousness diharapkan lebih teliti pada penggunaan kartu kreditnya seperti mereview laporan keuangannya setiap bulan. Segala sesuatunya memiliki perencanaan dan terarah, dapat mengatur kredit yang didapat dengan sebaik mungkin dengan perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dan terarah ini untuk mengurangi risiko dalam pengelolaan keuangan. Pan dan Statman (2012) menemukan bahwa risk tolerance rendah pada orang dengan tipe kepribadian Conscientiousness yang tinggi. Investor yang memiliki risk tolerance yang rendah cenderung memilih investasi jangka panjang yang dinilai lebih aman dan tidak terlalu mengalami fluktuasi harga saham. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesebelas sebagai berikut: H11 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh Conscientiousness terhadap orientasi investasi jangka panjang 21

17 2.3. Model Hipotesis Tipe Kepribadian Neuroticism Extraversion Openness to Experience E Risk Tolerance Orientasi Investasi Agreeable ness Conscientio usness 22

18 23

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh yang positif dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Populasi penelitian ini adalah semua investor di Danareksa Salatiga, PT Trimegah Asset Management Semarang dan investor individu dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua investor di Danareksa Salatiga, PT Trimegah Asset Management Semarang dan investor individual dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal pada hakikatnya memiliki sifat yang sama dengan pasar barang atau pasar tradisional pada umumnya. Karena dalam pasar modal terdapat kegiatan

Lebih terperinci

SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN

SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN ANALISIS PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya. Untuk memperoleh return yang diharapkannya maka

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya. Untuk memperoleh return yang diharapkannya maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi para investor untuk menginvestasikan modal dengan harapan akan memperoleh imbalan berupa return atas investasinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan suatu investasi, Fabozzi (2012) mengatakan bahwa analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal memberikan fasilitas untuk menyalurkan dana dari lender (pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. modal memberikan fasilitas untuk menyalurkan dana dari lender (pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal adalah sebagai lembaga perangkat investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang diperlukan masyarakat media alternatif penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana untuk melaksanakan investasi yang memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang berhadapan tetapi yang kepentingannya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia akan berdampak semakin meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan BAB 1 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Salah satu tujuan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

PENGARUH PUBLIKASI DIVIDEN TERHADAP REAKSI HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PUBLIKASI DIVIDEN TERHADAP REAKSI HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PUBLIKASI DIVIDEN TERHADAP REAKSI HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan perekonomian suatu negara dapat di lihat dari perkembangan pasar modalnya. Pasar modal merupakan suatu wadah atau tempat untuk memperjualbelikan instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Preferensi adalah sebuah rasa ketertarikan atau kencenderungan untuk memilih sesuatu dengan alasan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, preferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, public authorities, maupun swasta. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, public authorities, maupun swasta. Pasar modal merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, dalam bentuk hutang maupun modal sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public

BAB 1 PENDAHULUAN. hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN RASIO PROFITABILITAS EMITEN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM

PENGARUH PERGERAKAN RASIO PROFITABILITAS EMITEN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PENGARUH PERGERAKAN RASIO PROFITABILITAS EMITEN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2007) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM DAN PERUBAHAN VOLUME PERDAGANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN

ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM DAN PERUBAHAN VOLUME PERDAGANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM DAN PERUBAHAN VOLUME PERDAGANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN DIVIDEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi yang sangat pesat dapat memudahkan suatu perusahaan untuk berinvestasi di pasar modal, sebagaimana diketahui pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perekonomian Indonesia dapat dilihat pada angka pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum pemodal melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum pemodal melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum pemodal melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana maupun pasar sekunder, investor terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap emiten.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dipandang dari sisi perusahaan, dividen merupakan cost atas sumber dana yang diperoleh dari investor untuk membiayai kegiatan usahanya. Pembagian dividen periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu pasar keuangan untuk melakukan kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk modal sendiri

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald 1 BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, membuat para pengusaha untuk mengantisipasi dalam mengolah dana perusahaannya. Tidak jarang para pengusaha memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return yang optimal yaitu melalui dividen dan capital gain. Selain memberikan return, risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai dana berlebih (investor). Pasar modal di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan laba. Jenis Investasi sangat beragam, dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sejumlah uang, dan tujuan yang lebih luas adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sejumlah uang, dan tujuan yang lebih luas adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, dan tujuan yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ekonomi syariah di dunia, ekonomi syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modal syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya berupa deviden dan laba dari luar perusahaan. bentuk yaitu : (1) non sistematic risk, yaitu resiko yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. umumnya berupa deviden dan laba dari luar perusahaan. bentuk yaitu : (1) non sistematic risk, yaitu resiko yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian dewasa ini menuntut semua perusahaan untuk saling meraih kesempatan, dalam memajukan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaannya.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian dunia dan iklim investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian dunia dan iklim investasi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan perekonomian dunia dan iklim investasi dalam negeri yang semakin baik, telah mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia. Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah salah satu tempat untuk terjadinya perpindahan dana dari investor kepada yang membutuhkan dana. Menurut Tandelilin (2010:26-27) terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Selain itu juga penanaman modal atau investasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Selain itu juga penanaman modal atau investasi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi atau penanaman modal adalah suatu penanaman modal yang diberikan oleh perseorangan atau perusahaan atau organisasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai fungsi ekonomi yaitu sebagai penyedia fasilitas yang mempertemukan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Istilah saham blue chips sudah menjadi hal jamak di pasar modal. Meski begitu, dalam aktivitas sehari-hari masih sering ditemukan adanya salah pengertian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya mengandung unsur kerugian dan keuntungan. Namun terdapat sebuah perbedaan sehingga sebuah investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008 menimbulkan dampak yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kandungan informasi bila publikasi laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kandungan informasi bila publikasi laporan keuangan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna kepada perusahaan, investor, kreditor dan pengguna lainnya dalam membuat keputusan investasi dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manajer untuk menginformasikan prestasi prospek perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh manajer untuk menginformasikan prestasi prospek perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Menurut Kurnia (2008), pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return

BAB I PENDAHULUAN. return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang khususnya dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut ke berbagai sektor yang produktif. Pasar modal dalam fungsi ekonominya menyediakan fasilitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut ke berbagai sektor yang produktif. Pasar modal dalam fungsi ekonominya menyediakan fasilitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu negara dapat diukur salah satunya dengan melihat perkembangan pasar modal dan industri surat berharga di negara tersebut. Menurut Husnan (2001),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana (borrower).

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana (borrower). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan pasar modal yang banyak dijumpai dibanyak negara adalah untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Skripsi)

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Skripsi) ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Skripsi) Oleh Nama : Dwi Ayu Siswanti NPM : 0511031045 Jurusan

Lebih terperinci

merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dari

merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana. Suatu perusahaan dalam pemenuhan keburuhan dananya berasal dari dua sumber, yaitu sumber intern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suad Husnan (1998;17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suad Husnan (1998;17) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembanganya dunia bisnis di Indonesia akan berdampak semakin meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dana tersebut, semakin banyak orang yang mendirikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dana tersebut, semakin banyak orang yang mendirikan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap perusahaan selalu membutuhkan modal untuk pertumbuhan perusahaan. Hal ini di sebabkan untuk memenuhi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran dan permintaan jangka panjang dalam bentuk efek. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. penawaran dan permintaan jangka panjang dalam bentuk efek. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu tempat yang mempertemukan penawaran dan permintaan jangka panjang dalam bentuk efek. Pasar modal mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan tawar menawar harga. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Pratama (2011), peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa return dan abnormal return pada sampel saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Yohnson (2008) : Regret Aversion Bias dan Risk Tolerance Investor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Yohnson (2008) : Regret Aversion Bias dan Risk Tolerance Investor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan, antara lain sebagai berikut : 1. Yohnson (2008) : Regret Aversion Bias dan Risk Tolerance Investor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama saham masih dimiliki sedangkan capital gain merupakan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. selama saham masih dimiliki sedangkan capital gain merupakan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Aktivitas yang ada di pasar modal pada suatu negara merupakan salah satu informasi yang menunjukkan adanya kemajuan negara tersebut terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi di Indonesia saat ini, perkembangan situasi dan kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini mengalami keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, baik yang dapat diperbaharui (hayati) maupun yang tidak dapat diperbaharui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transaksi sekuritas di pasar modal. Spread adalah perbedaan kurs jual dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transaksi sekuritas di pasar modal. Spread adalah perbedaan kurs jual dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Spread Teori mengenai spread tidak terlepas oleh adanya aktivitas yang dilakukan oleh anggota bursa yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekuritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Investasi yang. berupa: saham, obligasi, warrant, right, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Investasi yang. berupa: saham, obligasi, warrant, right, dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu dengan cara jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga jaga dengan mencadangkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga jaga dengan mencadangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada dasarnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci