BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ibu Hamil a. Pengertian Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita yang sudah bersuami, panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Kehamilan adalah hasil kencan sperma dan sel telur (Maulana, 2008). Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo, 2005). Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). b. Klasifikasi Umur Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Prawirohardjo, 2007). Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu : 1) Trimester I (0-12 minggu) 2) Trimester II (12-28 minggu) 3) Trimester III (28-40 minggu) 8

2 9 c. Perubahan Perilaku Seksual Ibu Hamil tiap Trimester Menurut Pantikawati (2010) perubahan psikologis pada wanita hamil menurut trimester kehamilan adalah: 1) Trimester I Trimester pertama ini sering dirujuk pada masa penentuan membuat fakta bahwa wanita itu hamil. Kebanyakan wanita bingung tentang kehamilannya. Kebingungan itu secara normal akan berakhir spontan ketika ibu hamil tersebut menerima kehamilannya. Wanita hamil juga memiliki perubahan keinginan seksual. Dalam trimester I ini, adalah waktu penurunan libido. Libido dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi, sakit dan pembesaran payudara, kehawatiran, kekecewaan, dan keprihatinan yang semua merupakan bagian yang normal pada TM I. 2) Trimester II Selama TM II ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. TM II dibagi menjadi fase prequickening dan postquickening. Quickening (pergerakan janin) sebagai fakta kehidupan, menambah daya dorong psikologi wanita. Kebanyakan wanita merasa lebih erotis selama TM II, hampir 80% wanita hamil mengalami peningkatan dalam hubungan seks. 3) Trimester III Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membuncit membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat

3 10 calon ibu merasa tidak hot lagi dimata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai ibu dan janin (Suryoprajogo, 2008) 2. Perilaku Seksual a. Pengertian Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan seksual merupakan hal yang berkenaan dengan seks serta perkara persetubuhan antara laki laki dan perempuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama (Sarwono, 2012). Perilaku seksual adalah hubungan yang bukan alat kelamin saja yang berperan, akan tetapi psikologi dan emosi ikut berperan dalam mencapai kepuasan hubungan seksual (Komandoko, 2010). Perilaku seksual pada ibu hamil adalah segala tingkah laku yang didasari oleh hasrat untuk memenuhi kebutuhan seksual atau untuk memuaskan suami baik itu dengan cara kontak fisik atau psikologis. b. Tahapan Perilaku Seksual Menurut Duvall dan Miller dalam Ariyanto (2008), perilaku seksual dikategorikan menjadi 4 yaitu : 1) Touching : berpegangan Tangan 2) Kissing : berciuman, stimulasi antara bibir oleh pasangan. Dapat terjadi secara singkat dari hanya menggunakan bibir hingga menggunakan lidah dalam ciuman. 3) Petting : ciuman dan usapan pada area erotis pasangan, bertahap dimulai dari ciuman ringan sampai bersentuhan pada area genital. Petting juga merupakan kontak fisik yang didalamnya

4 11 termasuk ciuman, bersentuhan, serta menstimulus area genital secara manual maupun oral, tetapi tidak sampai coitus. 4) Sexual intercourse : masuknya penis kedalam vagina. c. Komplikasi yang Menghalangi Hubungan Seksual selama Hamil 1) Menurut Astuti (2011), hubungan seksual biasanya ditunda atau dilarang pada saat terjadi kondisi yang membahayakan kesehatan ibu kandungannya, yaitu : a) Jika ibu tidak nyaman dan siap secara psikologis b) Jika ibu mengalami plasenta previa c) Jika ibu mengalami perdarahan pervaginam d) Jika ibu pernah mengalami keguguran e) Jika terjadi pengeluaran cairan disertai darah atau pecah air ketuban 2) Menurut Zerlina (2013), membagi kehamilan yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual adalah : a) Kehamilan dengan plasenta previa terutama jika ibu mengalami pendarahan b) Kehamilan ektopik, berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi resiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik c) Kehamilan ganda, setelah kehamilan 30 minggu, perjalanan jauh dan koitus sebaiknya dihindari karena dapat merupakan faktor predisposisi partus prematurus.

5 12 d. Akibat Hubungan Seksual pada Kehamilan Hubungan seksual juga tidak membahayakan janin yang ada di dalam kandungan. Bayi didalam rahim ibu aman karena dilindungi oleh kantong ketuban yang berfungsi untuk melindungi bayi dari infeksi dan goncangan sehingga tidak mungkin bagi bayi untuk mengalami infeksi atau tertekan akibat hubungan seksual. Jika hasil konsepsi berada dan menempel pada tempat yang baik di dalam rahim, kemungkinan terjadi keguguran atau persalinan sangat kecil. Jika terjadi keguguran atau persalinan prematur ( persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu ), hal tersebut berarti terdapat penyebab lain karena hubungan seksual tidak begitu saja menyebabkan persalinan (Astuti, 2011). e. Fase Perubahan Seksual Siklus respons seksual dibagi menjadi empat fase : fase excitement, fase plateau, fase orgasme dan fase resolusi (Potter & Perry, 2005) 1) Fase Excitement (peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual) a) Wanita (1) Lubrikasi vaginal : dinding vaginal berkeringat (2) Ekspansi dua pertiga bagian dalam lorong vaginal (3) Peningkatan sensitivitas dan perbesaran klitoris serta labia (4) Ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara b) Pria (1) Ereksi penis (2) Penebalan dan elevasi skrotum (3) Elevasi dan perbesaran moderat pada testis (4) Ereksi pada puting dan tumescence 2) Fase Plateau (penguatan respon fase excitement) a) Wanita (1) Retraksi klitoris di bawah topi klitoral

6 13 (2) Pembentukan platform orgasmus : pembengkakan sepertiga bagian luar vagina dan labia minora (3) Elevasi serviks dan uterus : efek tenting (4) Kulit seks : perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora (5) Perbesaran areolar dan payudara (6) Peningkatan dalam tegangan otot dan pernapasan (7) Peningkatan frekuensi jantung, pembuluh darah, dan frekuensi pernapasan b) Pria (1) Peningkatan ukuran glans (ujung) penis (2) Peningkatan intensitas warna glans (3) Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis (4) Emisi mukoid kelenjar Cowper, kemungkinan oleh sperma (5) Peningkatan tegangan otot dan pernapasan (6) Peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan 3) Fase Orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan pada otot) a) Wanita (1) Kontraksi involunter platform orgasmik, uterus, rektal, dan stingter uretral, dan kelompok otot lain. (2) Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung (3) Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan b) Pria (1) Penutupan stingter urinarius internal (2) Sensasi ejakulasi yang tidak tertahankan (3) Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat, dan duktus ejakulatori

7 14 (4) Relaksasi stingter kandung kemih eksternal (5) Kontraksi otot uretra dan stingter rektal (6) Pemuncakan frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan (7) ejakulasi 4) Fase Resolusi (fisiologi dan psikologis kembali pada keadaan tidak terangsang) a) Wanita (1) Relaksasi bertahap dinding vaginal (2) Perubahan warna yang cepat pada labia minora (3) Berkeringat (4) Bertahap kembali pada pernapasan normal, frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan otot normal (5) Sering, kemampuan untuk kembali mengalami orgasmus karena wanita tidak mengalami periode refraktori seperti yang sering terjadi pada pria b) Pria (1) Kehilangan ereksi penis (2) Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak nyaman (3) Reaksi berkeringat (4) Penurunan testis (5) Pernapasan, frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan otot kembali ke normal f. Posisi Hubungan Seksual selama Hamil 1) Posisi selama hubungan seksual menentukan kenikmatan dan kepuasan yang akan diperoleh baik suami maupun istri (Manuaba, 2009). Berikut ini beberapa posisi hubungan seksual selama kehamilan (Suryoprajogo, 2008) :

8 15 a) Perempuan di atas, pria dibawah (woman on top) Dengan posisi ini perut wanita bisa bersandar diatas perut pria dan si pria bisa menopang perut si wanita saat diperlukan, gaya ini juga memberikan wanita kendali terhadap kedalaman penetrasi dan bisa membuatnya bebas mengatur jarak b) Posisi sendok Posisi ini sesuai untuk dilakukan pada perut istri yang sudah membesar atau saat istri tidak dapat lagi berperan aktif selama bercinta. c) Posisi sendok berhadapan Seperti posisi sendok sebelumnya, akan tetapi posisi ini dilakukan menyamping dan berhadapan dengan pasangan. Posisi ini sangat cocok dilakukan pada saat trimester pertama saat perut istri belum terlalu besar. d) Posisi duduk Saat perut istri yang semakin membesar posisi berhadapan jadi lebih sulit dilakukan. Posisi ini dapat dikatakan cukup nyaman baik istri maupun suami. Idealnya posisi ini dilakukan pada saat trimester kedua dan ketiga, pada saat perut semakin membesar e) Doggie style Posisi ini tidak memberikan tekanan langsung pada perut, karena posisi ini dilakukan dengan merangkak. Hanya saja apabila perut istri sudah membesar bisa saja perut tetap menyentuh alas. f) Posisi pinggir ranjang Pada posisi ini, istri diminta untuk berbaring pada punggung disisi ranjang tempat tidur dengan kaki sedikit tertekuk kebelakang. Pantat serta telapak kaki menumpu pada sisi tempat tidur atau kasur

9 16 g) Posisi misionaris Menempatkan tubuh istri dibawah suami ini jika dirasa cukup nyaman dan aman bagi kehamilan istri. Suami pun harus bisa menyesuaikan dengan tidak menimpakan seluruh berat badan pada tubuh istri melainkan bersangga dengan tangan dan lutut. 2) Berikut ini alternatif posisi yang aman dan nyaman untuk ibu selama kehamilan, menurut Astuti (2011) : a) Saling berhadapan, dengan posisi suami di atas dan istri dibawah. Suami menindih istri, tetapi sambil menahan berat badan dengan bertumpu pada kedua siku dan tangan. Istri membuka pahanya lebar. Dapat juga divariasikan dengan lutu terlipat ke atas atau diletakkan di pinggang suami. Untuk mengangkat pinggul, ibu dapat meletakkan bantal di bawah bokong. Berbagai variasi dapat dilakukan dalam posisi ini. b) Saling berhadapan, dengan posisi suami di bawah dan istri di atas. Pada posisi ini, suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok di atasnya dan membantu kemaluan suami masuk. Dapat juga istri mengubah posisi menjadi telungkup dengan berat badan bertumpu pada suami atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring lurus, mengangkat tubuh dengan lengannya, atau sambil melingkari pinggang istri dan melakukan sntuhan dan rangsangan di bokong istri. Untuk menambah kenikmatan, istri dapat melakukan gerakan menjepit selama kemaluan suami berada di dalam sambil melakukan gerakan bebas. c) Tidur miring (menyamping), dengan posisi suami di belakang istri (penetrasi penis dari belakang). Suami berada di belakang istri, tangan memluk atau meraba payudara,

10 17 mengelus perut istri atau merangsang bagian kemaluan istri. Kemaluan suami dimasukkan ke dalam vagina dari arah belakang, dan setelah masuk, istri menenkankan kedua pahanya dan mendorong bokong ke belakang sehingga bokong istri bersentuhan dengan kuat ke perut bawah dan skrotum (kemaluan) suami. d) Berhadapan, dengan posisi setengah miring. Pada hamil muda, posisi ini masih dapat dilakukan karena perut ibu belum terlalu besar. Kaki suami-istri saling mengunci dan suami berbaring miring dengan bertumpu pada sebagian besar punggungnya. Istri berbaring pada dada suami dan satu paha istri di bawah paha suami. Sebaiknya, istri yang berada pada posisi miring kiri agar peredaran darah ke janin tetap lancar. e) Posisi duduk, suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur sambil memangku istri dan saling berhadapan. Istri membantu kemaluan suami untuk masuk ke dalam vagina, lengan sambil merangkul. Selanjutnya, suami dapat membuat gerakan menarik dan mendorong pinggulnya. Istri juga dapat menggerakkan pinggulnya dengan gerakan memutar sambil bercumbu dengan suami. g. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual saat kehamilan, menurut Eisenberg (2006) dalam (Harahap, 2012) a) Kondisi fisik (1) Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila rasa mual terjadi pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual (2) Keletihan, biasanya terjadi pada bulan keempat (minggu ke-16), ini dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta.

11 18 Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi dengan bercinta. (3) Perubahan bentuk fisik tubuh, seperti perut buncit, kaki bengkak, wajah sembab, hal ini menyebabkan hubungan seksual menjadi susah karena terhalang oleh perut yang membesar. (4) Penyempitan genetal (terjadi pada hamil tua), dapat menyebabkan seks kurang memuaskan karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria penyempitan alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya. (5) Kebocoran kolostrum, pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena rangsangan payudara. b) Kondisi psikologis (1) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak menyebabkan keguguran karena janin terlindung oleh cairan amnion dan rahim. (2) Takut bahwa orgasme dapat menyebabkan keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. (3) Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi pada ibu dan janin melalui hubungan seksual, selama kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi pasangan dianjurkan menggunakan kondom saat berhubungn seksual.

12 19 (4) Takut menyakiti janin karena kepala janin sudah masuk rongga panggul. Pada beberapa pasangan tidak dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Hubungan seksual tidak menyakiti janin asalkan tidak melakukan penetrasi yang terlalu dalam. (5) Anggapan jika berhubungan seksual dalam 6 minggu terakhir dapat menyebabkan proses persalinan. Kontraksi yang disebabkan karena orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua, tetapi jika leher rahim kuat ini tidak akan menyebabkan terjadinya proses persalinan. 2) Faktor Faktor yang mempengaruhi seksual ibu hamil, menurut Potter dan Perry (2005) yaitu : a) Faktor fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. b) Faktor hubungan Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. c) Faktor gaya hidup Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi keinginan seksual. Dalam periklanan

13 20 alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks. d) Faktor harga diri Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negative atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. 3) Menurut teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai nilai. b) Faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana sarana kesehatan. c) Faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. h. Mitos Hubungan Seksual Selama Kehamilan 1) Banyak mitos tentang hubungan seksual selama kehamilan yang beredar luas di masyarakat dan sering dianggap sebagai suatu kebenaran. Hubungan seksual saat hamil muda misalnya, dikatakan bisa mengakibatkan keguguran atau bayi lahir cacat sedangkan dikehamilan tua, dikatakan dapat menyebabkan infeksi, bahkan keguguran. Berikut ini beberapa mitos yang ada dalam masyarakat kita, meskipun tak sepenuhnya benar, banyak

14 21 pasangan yang ternyata mempercayai mitos mitos ini (Suryoprajogo, 2008) : a) Harus sering berhubungan seksual Hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Pada kenyataannya kualitas spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur yang mempengaruhi kesehatan dan perkembangan bayi di dalam rahim. b) Posisi kanan dan kiri mempengaruhi jenis kelamin Konon jika posisi pria ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri sebelah kanan, maka bayi laki laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri sisi kiri maka bayi yang akan lahir adalah bayi perempuan. Kenyataannya kandungan kromosomlah yang mempengaruhi jenis kelamin bayi. c) Boleh tidaknya berhubungan seksual Hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama kehamilan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual menggangu perkembangan bayi. Sebenarnya boleh tidaknya hubungan seksual dilakukan selama masa kehamilan lebih ditentukan oleh kondisi kehamilan dan hasil konsultasi dengan dokter. 2) Menurut Tino (2009), mitos hubungan seksual selama hamil adalah: a) Banyak berhubungan seks bayi sehat Mitos tersebut tidaklah benar. Pernyataan tersebut sering beredar dalam masyarakat dengan alasan bahwa pada saat

15 22 melakukan hubungan seksual bayi di dalam rahim akan mendapatkan siraman pertama sperma sehingga bayi menjadi subur. Kesuburan dan kesehatan bayi tidak ditentukan oleh siraman sperma pada saat berhubungan seksual. Akan tetapi, kualitas kesehatan dan kesuburan bayi dipengaruhi oleh kualitas spermatozoa yang telah berhasil membuahi sel telur dan kualitas makanan yang dikonsumsi ibu. b) Bayi cepat lahir Berhubungan seks pada saat bayi dalam kandungan sudah berumur diindikasikan dapat mengakibatkan kontraksi rahim. Adanya kontraksi rahim bisa memicu kelahiran bayi yang sudah berumur, namun jika umur bayi dalam kandungan belum cukup, maka berhubungan seks tidak akan mengakibatkan bayi cepat lahir. Kontraksi rahim tersebut disebabkan oleh hormon prostaglandin yang terdapat pada cairan semen yang dikeluarkan suami pada saat ejakulasi. c) Berhubungan seks mengganggu bayi Hubungan seks tidak akan menganggu perkembangan bayi. Akan tetapi, perlu diingat kondisi kehamilannya juga perlu tetap dijaga. Selama hamil tidak dilarang untuk berhubungan seks. Melakukan hubungan seksual tidak akan bermasalah karena janin terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Dengan catatan hubungan seks yang wajar atau dengan kata lain tidak terlalu ekstrem. d) Libido tinggi Keinginan berhubungan seks yang tinggi antara ibu hamil yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti faktor hormonal, psikologis, dan lain-lain. Tinggi atau tidaknya libido seks ketika hamil merupakan hal wajar yang sering dialami. Hubungan yang harmonis dengan suami juga sangat

16 23 memungkinkan libido seks ibu hamil tinggi. Hal terpenting adalah saling pengertian dan komunikasi dengan pasangan anda sehingga sama-sama terpuaskan ketika berhubungan seks. e) Posisi menentukan jenis kelamin bayi Banyak yang mengatakan bahwa jika posisi seorang pria dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika dimulai dari sebelah kanan dan diakhiri sebelah kiri, maka bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan. Seorang laki-laki memiliki dua tipe kromosom dalam spermatozoa. Kedua kromosom tersebut adalah kromosom X dan Y. Jika yang membuahi sel telur adalah kromosom Y, maka bayi yang dilahirkan adalah laki-laki. Namun, jika yang membuahi sel telur adalah kromosom X, maka bayi yang dilahirkan adalah perempuan. 3. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui/kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo P. D., 2007). Pengetahuan adalah struktur organisasi pengetahuan yang biasanya merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi kinerja yang mungkin (Gordon, 2012). Pengetahuan merupakan ingatan atas bahan bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan

17 24 bahan yang luas dari hal hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai (Ngatimin, 2012). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam 6 tingkatan doamain kognitif, yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih

18 25 di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitam dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada. c. Cara Mendapatkan Pengetahuan Menurut (Notoatmodjo S., 2005) cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Cara Tradisional a) Cara Coba Salah (Trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba coba saja, cara coba coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemunginan keempat dan seterusnya, sampai masalah

19 26 tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial ( coba ) dan error ( gagal atau salah ). b) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari hari, banyak sekali kebiasaan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukannya tersebut baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. d) Melalui Jalan Pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. 2) Cara Modern Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan metode berpikir

20 27 induktif. Mula mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklasifikasikan akhirnya diambil kesimpulan umum.

21 28 B. Kerangka Teori Faktor Predisposisi 1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Kepercayaan (mitos, psikologi, adat istiadat) 4) Keyakinan 5) Nilai nilai 6) Pendidikan Faktor pembentuk 1) Lingkungan fisik 2) Fasilitas kesehatan (ketersedian sarana, klinis kespro) Perilaku Seksual Ibu Hamil Trimester III Faktor Pendorong Sikap dan perilaku petugas kesehatan Bagan 2.1 Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

22 29 C. Kerangka Konsep Bagan 2.2 Variabel Bebas Pengetahuan Seksual pada Ibu Hamil trimester III Variabel Terikat Perilaku Seksual pada Ibu hamil trimester III D. Hipotesis Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku seksual pada ibu hamil trimester III.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

Lebih terperinci

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil. SEKS SELAMA KEHAMILAN Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal. Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal. Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Ibu Hamil (Gravida) Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 1998, hlm.158). 1. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kalinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 1998, hlm.158). 1. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kalinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu hamil (Gravida) Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu yang sangat mempengaruhi keadaan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi 1.1.Pengertian Persepsi adalah tanggapan langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui berapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2005). Rahmat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Klinik Bersalin Ramini Medan Tahun apabila anda tidak bersedia maka saya akan tetap mengahargainya.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Klinik Bersalin Ramini Medan Tahun apabila anda tidak bersedia maka saya akan tetap mengahargainya. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Desy Maisyarah Harahap Nim : 095102057 Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Seksualitas Selama Kehamilan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus menerus dalam perilaku atau pemikiran (Seifert,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hubungan seksual yang dilakukan terutama bersama pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksual adalah hubungan intim yang tidak hanya alat kelamin saja, akan tetapi perasaan psikologi serta emosi ikut berperan dalam mencapai kepuasan (Komandoko, 2010).

Lebih terperinci

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil Senam Hamil Pengertian Senam Hamil Senam ibu hamil adalah jenis olahraga yang ringan untuk ibu hamil, olahraga ini bisa dilakukan untuk ibu hamil yang usia kandungannya di atas 6 bulan. Usia kandungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

Madu Penyubur Kandungan Al Mabruroh, anda di perbolehkan untuk menyebarkan buku elektronik ini kepada teman-teman anda yang membutuhkan informasi

Madu Penyubur Kandungan Al Mabruroh, anda di perbolehkan untuk menyebarkan buku elektronik ini kepada teman-teman anda yang membutuhkan informasi Madu Penyubur Kandungan Al Mabruroh, anda di perbolehkan untuk menyebarkan buku elektronik ini kepada teman-teman anda yang membutuhkan informasi untuk bagaimana cara cepat hamil. Dengan syarat tidak mengubah

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia, baik bagi penduduk-penduduk yang paling primitif, maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia, baik bagi penduduk-penduduk yang paling primitif, maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner, yang sekarang dinamakan seksologi, tidak mempunyai definisi

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Pacaran 1. Perilaku a. Pengertian Dalam buku Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi Skinner (1938) menyatakan bahwa respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133). 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Seks Pranikah 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar pada Ibu Bersalin 1. Dukungan fisik dan psikologis 2. Kebutuhan makanan dan cairan 3. Kebutuhan eliminasi 4. Posisioning dan aktifitas

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN Secara medis, memilih jenis kelamin bayi sudah sangat dimungkinkan. Bahkan dengan mengenali sifat sperma, upaya yang lebih praktis dapat dilakukan sendiri oleh suami-istri. "Sssst,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan Kehamilan adalah satu dari tiga periode dalam kehidupan wanita saat mengalami perubahan hormonal yang penting. Periode pertama adalah menarche yaitu masa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak : SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak : Saat ini, wanita yang tengah hamil tidak menjadi halangan untuk tetap berolahraga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS

CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS Perubahan yg normal karena kehamilan Uterus Peningkatan dramatis dalam ukuran dan berat Kontraksi braxton hicks, dimulai pada akhir trimester I. Kontraksi ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Lisda Handayani 1, Rizqy Amelia 1 Eliya Sumarni * 1 Dosen, Akademi Kebidanan Sari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang. Berdasarkan angka tersebut, diperkirakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang. Berdasarkan angka tersebut, diperkirakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Adapun 99 persennya terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Medan, Maret 2014 Hormat saya, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu :

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Kembar Identik Kembar identik disebut juga sebagai kembar monozigotik, yaitu kembar yang berasal dari satu telur. Proses terjadinya kembar identik yaitu pada masa pembuahan sebuah sel telur matang dibuahi

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya conceptio antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) Apakah hipnoterapi Itu? Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari Tahu dan ini akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja IPCD (Internasional Conference On Population and Developmen) Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga Berencana Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10 th 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci