BAB II KONSEP DASAR HERNIA
|
|
- Shinta Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP DASAR HERNIA A. Pengertian Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo apeneurotik dinding perut ( R. Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah proporsi abdnormal organ jaringan atau bagian organ melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat (Monika Ester, 2004). Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat ( Barbara C Long, Hal 246). Hernia Inguinalis adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali spermatik muncul pada pria,dan di sekitar ligamen wanita (Monika E.2002). 7
2 Hernia Inguinalis Indirek disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis ( Jong 2004:527). Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum ( R. Sjamsuhidayat, 2004). Hernia Umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat (Monika Ester, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga abnormal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat. 8
3 B. Anatomi dan Fisiologi Gambar 1 Anatomi Sistem Pencernaan 9
4 Gambar 2 Anatomi Usus 10
5 a. Usus halus ( Intestinum Minor) Adalah sebagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari: Lapisa mukosa ( sebelah dalam), lapisan otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa sebelah luar). Intestinum minor terdiri dari : 1) Duodenum ( usus 12 jari ) Panjang ±25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri. Pada 11
6 papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ). 2) Yeyenum dan ileum Mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas, melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. 12
7 Pada penampangan melintang vili dilapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan. a. Intestinium Mayor ( Usus besar ) Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 6 cm. Lapisan lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar,lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari : 1). Seikum Dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjang 6 cm. 2). Kolon asendens Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawh hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum. 3). Appendiks ( usus buntu ) 13
8 Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum. Mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan masih dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum. 4). Kolon transversum Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis. 5). Kolon desendens Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid. 6). Kolon sigmoid Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum. 14
9 1. Fisologi a. Usus Halus Fungsi usus halus adalah mengangkut kimus dari lambung ke usus besar, menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari dinding dan kelenjar lain,menyerap hasil akhir pencernaan kedalam darah dan limfe, dan mengerahkan hormon tertentu. Agar dapat melaksanakan semua itu, usus halus harus mempeluas permukaan mukosanya, antara lain dengan plica sirkularis kerckring, vitus dan kriptus mikrovili. Bahkan makanan yang ada didalam lumen usus halus mendapat tambahan sekret dari banyak kelenjar. yaitu kelejar intestinal atau kriptus, lieberkuhn, kelenjar submokosa dari duodenum. Kelenjar yang letaknya di luar saluran cerna, tetapi menyalurkan sekretnya ke dalam lumen duodenum, yaitu hati ( hepar) dan pankreas. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum) yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui springter pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus 15
10 halus. Jika penuh duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkat zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir( yang melumasi isi usus) dan air ( yang membantu melarutkan pencahan-pencahan makanan yang di cerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. b. Usus Besar Salah satu fungsi usus besar adalah mengabsorbsi cairan. Fungsi lain adalah mensekresi mucus ( lendir) yang berfungsi sebagai pelumas. Pelumas ini menjadi lebih penting karena cairan di absorbsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjadi lebih besar. Usus besar terdiri dari: a. kolon asendens ( kanan) b. kolon transversum c. kolon desendens ( kiri) d. kolon sigmoid ( berhubungan dengan rektum) 16
11 Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi membuat zat-zat penting seperti vitamin k, bakteri ini penting untuk fungsional dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadi diare. Beberapa sifat khas otot polos pada usus adalah sebagai berikut: 1). Sensitium fungsional, yang berarti bahwa potensial aksi yang berasal dari salah satu serabut otot polos umumnya di hantarkan dari serabut ke serabut. 2). Kontraksi otot intestinalis, otot polos saluran pencernaan menunjukkan kontraksi tonik dan kontraksi ritmik, kontraksi tonik bersifat kontinue. Springter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritmik bertanggung jawab akan fungsi fasik saluran pencernaan, seperti percampuran makanan atau dorongan peristaltik makanan. Pleksus mieterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinalis sedangkan 17
12 pleksus submukosa penting dalam mengatur sekresi dan juga melakukan melakukan banyak fungsi serosis, yang menerima isyarat terutama dari epitel usus dari reseptor regangan dalam dinding usus. Jenis pergerakan pada saluran pancernaan : (1) gerak mencampur yang membuat isi usus terus- menerus tercampur setiap saat dan (2) garakan propulsive/mendorong yang menyebabkan makanan bergerak ke depan sepanjang saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi (Tambayong, 2000). C. Etiologi/ Predisposisi Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginental atau karena sebab yang di dapat. Hernia dapat di jumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia. Pada hernia anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan 18
13 isi hernia. Selain itu juga diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernis inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. Obilikus internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia hasseibach yang umumnya transversa yang kuat yang menutupi trigonum hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini dapat menyebabkan terjadilah hernia. Faktor secara konginental adalah adanya proseus vaginalis yang terbuka, dan secara yang di dapat adalah peningkatan tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ansietas disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. Ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendiktomi ( Sjamsuhidayat, 2004). 19
14 D. Patofisiologi Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada Anulus Internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis. Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia, pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus 20
15 masuk kedalam kantung hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari karena ileus atau strangulasi karena nekrosis ( R. Sjamsuhidayat,2004). Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia irredusibel dan hernia inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi. Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangrene. Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi ( Sjamsuhidayat, 2004). E. Manifestasi Klinik 1. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila pasien berbaring. 2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan bertambah besar. 3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual. 21
16 4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas. 5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2004; Arif Mansjoer, 2000). F. Penatalaksanaan Pada hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Sebaliknya bila telah terjadi proses stranglasi tindakan bedah harus dilakukan tindakan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus. Prinsip terapi operasi pada inguinalis: Untuk memperoleh keberhasilah maka faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki( batuk kronis, prostat, tumor, asites, dan lainlain) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksinasi tanpa tegangan. 1. Kasus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal 22
17 normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan pada orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkontruksi cincin inguinal juga dikecilkan. Pada wanita cincin inguinal dapat ditutup total untuk mencegah rekurenasi dari tempat yang sama. 2. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya repair yang tidk adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada fasia rekurensi terulang setelah repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis kolagen. Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, bila tidak vital dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit ( Sjamsulhidayat,2004). 23
18 G. Komplikasi 1. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus. 2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah ( Arif Mansyoer, 2000). H. Pengkajian Fokus Data dasar pengkajian menurut Dongoes ( 2000:320) 1. Aktivitas/ istirahat 24
19 Gejala: a. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk mengemudi dalam waktu yang lama. b. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh. c. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Tanda: a. Atrofi otot pada bagian tubuh terkena b. Gangguan dalam berjalan 2. Eliminasi Gejala: a. Konstipasi b. Mengalami kesulitan dalam defekasi c. Adanya inkotenensia atau retensio urin 3. Nutrisi/ cairan Gejala: 25
20 a. Anoreksia : mual, muntah b. Penurunan berat badan 4. Nyeri/ kenyamanan Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau akan semakin memburuk dengan adanya : Batuk, mengangkat, defekasi. Tanda : Nyeri pada palpasi 5. Keamanan Gejala : Demam 6. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Gaya hidup monoton hiperaktif Pemeriksaan penunjang: a. Sinar x abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus. b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit. 26
21 I. Pathways Tekanan intra abdomen meningkat Dinding abdomen lemah Organ usus terdorong kedalam defek/lubang Perubahan isi abdomen kedalam kanalis inguinalis HERNIA Obstruksi usus Total/parsial Akumulasi gas & Cairan dalam lumen Distensi Pre operasi Psikologi Hernioraphy Post operasi Tekanan intra lumen meningkat nyeri Ancaman perubahan status kesehatan Kurang informasi 27
22 J. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan hernia dengan keluhan sakit pada benjolan hernia, perilaku hati-hati pada saat berdiri, penurunan toleransi tubahan pola terhadap aktivitas, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap luka ditandai dengan terdapat luka insisi, peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri yang hebat dengan aktivitas ditandai dengan laporan verbal kelemahan, kelemahan, keletihan, 28
23 disepnea karena kerja, takitnea, takikardi sebagai respon terhadap aktivitas, terjadinya atau memburuknya pucat atau sianosis. 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, kekurangan cairan yang berlebih, muntah pra operasi, pembatasan pemasukan cairan secara oral. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, penyakit, stres psikologi perubahan lingkungan, rutinitas fasilitas. 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus sekunder kurang mobilitas, efek- efek anestesi, manipulasi pembedahan, nyeri, efek-efek obat. K. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Gangguan rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan hernia dengan keluhan sakit pada benjolan hernia, perilaku hati-hati pada saat berdiri, penurunan toleransi terhadap aktifitas, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur. Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol. 29
24 Kriteria hasil : Tidak merasa sakit, postur tubuh rileks, tidak mengeluh, mampu tidur atau istirahat dengan tepat. Intervensi : a. Kaji dan catat karakteristik nyeri, gunakan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0-10, selidiki dan laporkan nyeri dengan tepat. Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karaikteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses atau peritonitis. Memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi. b. Demonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi seperti napas dalam. c. Rasional : Dengan memfokuskan kepada perhatian tertentu, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan rasa memiliki dan kontrol atau menurunkan rasa kurang nyaman. d. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler. 30
25 Rasional : Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan ketegangan abdomen yang bertambah dengan terlentang. e. Dorong ambulasi dini. Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ. f. Beri analgetik sesuai indikasi. Rasional : Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi lain ( Doengoes, 2000:511). 2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap luka, peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Doengoes, 2000: 502). Tujuan : Tidak terjadi infeksi, mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan pengobatan individual. Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, klien akan menunjukkan penyembuhan dengan bukti tepi luka utuh, menyatu atau jaringan granulasi. Intervensi : 31
26 a. Pantau terhadap tanda dan gejala infeksi luka. Peningkatan pembengkakan dan kemerahan, pemisahan luka, peningkatan atau drainase, purulen, peningkatan suhu tubuh Rasional : Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan darah dan aliran limfe dimanifestasikan dengan edema, kemerahan dan peningkatan drainase penurunan epitelisasi ditandai dengan pemisahan luka, patogen yang bersikulasi merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh. b. Pantau penyembuhan luka Rasional : Luka bedah dengan tepi disatukan oleh jahitan biasanya sembuh dengan proses primer jaringan granulasi tak tampak dan jaringan pembentukan parut minimal. c. Lakukan langkah untuk mencegah infeksi: cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan, gunakan sarung tangan sampai luka tetutup Rasional : Tindakan ini membantu mencegah masuknya mikro organisme kedalam luka 32
27 d. Ganti balutan atau perban sesuai aturan dengan menggunakan teknik aseptik. Rasional : Perban atau balutan yang lembab merupakan media kultur untuk pertumbuhan bakteri, dengan mengikuti teknik aseptik akan mengurangi resiko kontaminasi bakteri. e. Beritahu dokter jika luka tampak merah dan bernanah, pemisahan ujung luka, luka sangat lembek, jumlah leuklosit diatas normal, ambil contoh luka untuk tes kultur dan sensitifitas. Rasional : Keadaan tersebut mengidentifikasi infeksi luka kultur mambantu mengidentifikasi milkroorganisme yang menyebabkan infeksi sehingga ditentukan terapi antibiotik yang tepat. Laboratorium tentang sensitifitas akan mengidentifikasi antibiotik yang efektif melawan organisme tersebut. f. Berikan antipiretik jika terdapat demam Rasional : Antipiterik memperbaiki mekanisme termostatik dalam otak untuk mengatasi demam. 33
28 g. Beri perawatan perineal dua kali sehari sesuai prosedur ketika kateter foley mulai dipasang, setelah kateter di lepas laporkan masalah berkemih (terbakar, sakit, keluar sedikit dorongan, sering dengan jumlah yang sedikit). Rasional : Membersihakan bagian genital membantu mengurangi jumlah bakteri yang lewat. Kerusakan saluran kencing dan infeksi adalah masalah utama yang berhubungan dengan kateter menetap dalam kandung kemih. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri yang hebat dengan aktivitas ditandai dengan laporan verbal kelemahan, kelemahan, keletihan disepnea karena kerja, takitnea, takhikardi sebagai respon terhadap aktifitas, terjadinya atau memburuknya pucat atau sianosis. Tujuan : Kelemahan fisik dapat teratasi Kriteria hasil : Melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan tidak adanya disepnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam batas normal. Intervensi : 34
29 a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporandipsnea,peningkatan kelemahan atau kelemahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas. Rasional : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dengan memudahkan pilihan intervensi. b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat. Rasional : menuntunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. c. Menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat. Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktifitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafasan. d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur. 35
30 Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal. e. Bantuan aktifitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan. Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. ( Doenges, 2000). 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, kekurangan cairan yang berlebih, muntah pra operasi, pembatasan pemasukan cairan secara oral. ( Doengoes, 2000: 91). Tujuan : Mengembalikan keseimbangan cairan. Kriteria hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh tidak adanya perdarahan, berat badan dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab. Intervensi: a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan Rasional : Indikator dehidrasi organ dan pedoman untuk penggantian cairan. b. Monitor tanda- tanda vital 36
31 Rasional : Tanda-tanda vital awal hemoragi yang menyebabkan syok hipovolemik. c. Kaji tanda-tanda kekurangan volume cairan Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi perifer d. Berikan cairan parentral sesuai indikasi. Rasional : Mengganti cairan yang keluar. e. Cek pemeriksaan Hb dan Ht Rasional : Indikator hidrasi sirkulasi 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, penyakit, stress psikologi, perubahan lingkungan, rutinitas fasilitas ( Carpenito, 2001: 381). Tujuan : Istirahat dan tidur kembali optimal Kriteria hasil: Melaporkan keesimbangan optimal dan istirahat dan aktivitas. Intervensi: a. Kaji pola tidur biasanya dan yang terjadi Rasional : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. 37
32 b. Dorong beberapa aktivtas fisik ringan selama siang hari dan berhenti beraktifitas beberapa saat sebelum tidur. Rasional : aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energy dan siap untul tidur malam hari. Namun kelanjutan aktivitas yang dekat dengan waktu tidur dapat bertindak sebagai stimulan, yang memperlambat tidur c. Berikan posisi yang nyaman, bantu mengubah posisi Rasional : Pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat d. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur. Rasional : Meningkatkan efek relaksasi 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus sekunder kurang mobilitas, efek efek anestesi, manipulasi pembedahan, nyeri, efek-efek obat ( Doengoes,2000:505) Tujuan : Klien kembali eliminasi dengan normal Kriteria hasil : menetapkan, mempertahankan eliminasi yang normal Intervensi : a. Pastikan pola defekasi yang biasa dan bantu menggunakannya 38
33 Rasional: Tentukan luasnya masalah dan indikasi kebutuhan tipe intervensi yang sesuai b. Mulai program latihan, istirahat dan diit individu dan latihan ulang usus Rasional: Kehilangan tonus muskuler akan mengurangi peristaltik dan dapat merusak kontrol spihingter rectal. c. Berikan diit dengan kadar serat tinggi Rasional: Meningkatkan konsentrasi feses, meningkatkan pengeluaran feses d. Kurangi/ batasi makanan seperti produk susu Rasional: Ini diketahui sebagai penyebab konstipasi e. Dorong peningkatan masukan cairan Rasional: Tingkatkan konsistensi feses normal. 39
BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciBAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya
BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan
Lebih terperinciSISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus
SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperincidiafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical
II. Konsep Dasar Hernia A. Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi
Lebih terperinciKekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan
F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). Hernia adalah sebuah tonjolan atau
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah organ,
Lebih terperinciAPPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.
APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.
LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep. A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,
LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciPERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN
PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN FUNGSI PRIMER SALURAN PENCERNAAN Menyediakan suplay terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, tetapi sebelum zat-zat ini diperoleh, makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperinciKONSEP TEORI. 1. Pengertian
KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). Appendiksitis adalah peradangan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi
Lebih terperinciDENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI Oleh : Septi
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Febris typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari febris typhoid adalah paratifoid, paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdomenalis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciFungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia
Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).
Lebih terperinciAHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI
AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal suatu defek pada fasia dan muskukaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUD SUKOHARJO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi dan
Lebih terperinciSistem Pencernaan Manusia
Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Mansjoer (2000) menyatakan, hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat. Menurut R.Syamsuhidajat, Wim Dejong
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta
Lebih terperinciDEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.
CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI s Disusun Oleh: LILIK RATRIANTO J 200 120 020 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Smeltzer, 2001). Apendisitis
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Beberapa sumber yang menyebutkan tentang pengertian dari Apendisitis yaitu sebagai berikut : Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciThalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N
Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena
Lebih terperinciAnatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
Lebih terperinciA. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:
A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli
Lebih terperinciAPPENDICITIS (ICD X : K35.0)
RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
Lebih terperinciSistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90
1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi
Lebih terperinciPROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI
1. Pengertian Sistem Pencernaan Manusia PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta
Lebih terperinciRongga Mulut. rongga-mulut
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinci5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan
5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
Lebih terperincicairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.
I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau Ileus menurut Sjamsuhidajat (1997) adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik
Lebih terperinciKEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Appendiks adalah organ tambahan kecil yang mempunyai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002) Appendisitis adalah peradangan dari
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi
LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2011 mencapai
Lebih terperinci2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)
. KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai
Lebih terperinciOrgan Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.
Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
Lebih terperinciLAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciMONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI
MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode
Lebih terperinciBab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan
Bab 3 Sistem Pencernaan Sumber: Dok. Penerbit Gambar 3.1 Orang sedang makan Peta Konsep Pernahkah kamu berpikir dari manakah energi yang kamu peroleh untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciYusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4
Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA I. Pengertian Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Sedang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks makanan yang mengosongkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani. Pembukaan bagian
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31
Lebih terperinciData Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR A.
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea
38 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. A post operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal distres di bangsal Annisa RS PKU Muhammadyah Surakarta, maka
Lebih terperinciMODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
TOPIK : HERNIA JUDUL: HERNIA MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH I. Kognitif: 1. Mengetahui etiologi hernia 2. Mengetahui dasar patofisiologi dan diagnosis hernia 3. Mengetahui penatalaksanaan hernia II. Psikomotorik:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai
Lebih terperinciTUGAS 3 SISTEM PORTAL
TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Lebih terperinciPATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah
Lebih terperinciANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan
Lebih terperinciPERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien
PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari
Lebih terperinciPENGKAJIAN PNC. kelami
PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan
Lebih terperinci