PENGARUH SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING UMUR DOC - 42 HARI SKRIPSI. Oleh :
|
|
- Suryadi Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING UMUR DOC - 42 HARI SKRIPSI Oleh : JEFRI GINTING DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
2 PENGARUH SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING UMUR DOC - 42 HARI SKRIPSI Oleh : JEFRI GINTING Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
3 Judul Proposal :Pengaruh Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging Umur DOC 42 Hari. Nama : Jefri Ginting Nim : Departemen Program Studi : Peternakan : Produksi Ternak Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing (Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS) Ketua (Ir. Sayed Umar, MS) Anggota Mengetahui (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Tanggal ACC :
4 ABSTRACT Jefri Ginting The Influence of Chromolaena Odorata in Feed to Performance Broiler DOC to 42 days of age, under advices of Mr. Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS as the first advisor and Mr. Ir. Sayed Umar, MS as the second. This research was conducted in Biological Laboratory of Livestock Department, Agriculture Faculty of North Sumatera University that was started on 4 th September until 16 th October The purposes of this research is to study level of using chromolaena odorata s leaf meal to consumption of feed, incresase body weight, and Feed Conversion Ratio (FCR) broiler to 6 weeks of age. This research used completely randomized design (CDR) with 4 treatments and 5 replications, each replication consist of 5 head per plot with treatment R0 (feed without chromolaena odorata s meal), R1 (feed with 5% chromolaena odorata s meal), R2 (feed with 10% chromolaena odorata s meal), and R3 (feed with 15% chromolaena odorata s meal). The research showed that the utilization of chromolaena odorata s leaf meal in feed of broiler give non significant different (P > 0,05) to consumption of feed (R0 : 396,408, R1 : 382,88, R2 : 349,22, R3 : 330,086 g/head/week) but give significant diferent (P<0,01) to increase body weight (R0 : 188,338, R1 : 175,56, R2 : 159,66, R3 : 129,812 g/head/week) and conversion of feed (R0 : 2,044, R1 : 2,148, R2 : 2,276, R3 : 2,662). The conclusion of this research are the utilization of chromolaena odorata s leaf meal in feed of broiler give result non significant to consumption of feed and increase conversion of feed until R2 treatment and decrease body weight, however between R1 and R2 treatments have not a real different.
5 ABSTRAK Jefri Ginting, Pengaruh Semak Bunga Putih (Chromolaena Odorata) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging Umur DOC 42 Hari dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Sayed Umar, MS selaku pembimbing kedua. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan berlangsung pada tanggal 4 September 10 Oktober Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penggunaan tepung daun semak bunga putih (chromolaena odorata) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan Feed Conversion Ratio (FCR) ayam pedaging umur 0 6 minggu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor, dengan perlakuan yaitu R0 (ransum tenpa tepung chromolaena odorata), R1 (ransum dengan pemberian tepung chromolaena odorata 5%), R2 (ransum dengan pemberian tepung chromolaena odorata 10%) dan R3 (ransum dengan pemberian tepung chromolaena odorata 15%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian tepung daun semak bunga putih (chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi ransum (R0 : 396,408, R1 : 382,88, R2 : 349,22, R3 : 330,086 g/ekor/minggu) tetapi memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan (R0 : 188,338, R1 : 175,56, R2 : 159,66, R3 : 129,812 g/ekor/minggu) dan konversi ransum (R0 : 2,044, R1 : 2,148, R2 : 2,276, R3 : 2,662) Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pengaruh semak bunga putih (chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh tidak nyata terhadap konsumsi ransum dan konversi ransum hingga perlakuan R2 dan menurunkan pertambahan bobot badan namun antara perlakuan R1 dan R2 tidak berbeda nyata.
6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmad-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pengaruh Bunga Semak Putih (Chromolaena odorata) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging Umur DOC 42 Hari yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS., sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sayed Umar, MS selaku anggota komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP sebagai ketua Departemen Peternakan yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Januari 2009 Penulis
7 RIWAYAT HIDUP Jefri Ginting, lahir pada tanggal 11 Januari 1986 di Desa Tiganderket, Kec. Tiganderket, Kab. Karo. Anak pertama dari empat bersaudara, putra dari bapak J. Ginting dan Ibu A Br Sitepu. Pendidikan formal yang pernah diikuti : Tahun 1998 lulus dai SD Negeri Tiganderket Tahun 2001 lulus dari SLTP Negeri 2 Payung Tahun 2004 lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2004 masuk ke Departemen Peternakan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB Kegiatan yang pernah diikuti : Masuk dalam kegiatan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA). Mengikuti kepanitiaan penyambutan mahasiswa baru Fakultas Pertaniaan, Universitas Sumatera Utara tahun Pernah menjadi asisten Tata Niaga Peternakan tahun 2008 semester genap. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) Periode 2006/2007 pada Bulan Juni-Juli 2007 di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong, Desa Siaro, Kec. Siborong-borong, Kab. Tapanuli Utara. Melaksanakan penelitian skripsi di Laboratorium Biologi Ternak, Jurusan Peternakan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
8 DAFTAR ISI ABSTRACT... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii RIWAYAT HIDUP... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler... 4 Kebutuhan Nutrisi... 5 Ransum Ayam Pedaging... 6 Semak Bunga Putih... 8 Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi Ransum BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Alat Metode Penelitian Parameter Penelitian Pelaksanaan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi Ransum Pembahasan... 23
9 Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi Ransum Rekapitulasi Hasil Penelitian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33
10 DAFTAR TABEL 1. Kebutuhan zat makanan ayam broiler periode awal sampai akhir Kandungan nutrisi chromolaena odorata Kandungan asam amino chromolaena odorata Konsumsi ransum dan pertumbuhan broiler Rataan konsumsi ransum ayam pedaging umur 0 6 minggu (gr/ekor/minggu) Rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging umur 0 6 minggu (gr/ekor/minggu) Rataan konversi ransum ayam pedaging umur 0 6 minggu Analisis keragaman konsumsi ransum ayam pedaging umur 0 6 minggu Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam pedaging umur 0 6 minggu Uji Beda Nyata (BNJ) pertambahan bobot badan ayam pedaging umur 0 6 minggu Analisis keragaman konversi ransum ayam pedaging umur 0 6 minggu Uji Beda Nyata (BNJ) konversi ransum ayam pedaging umur 0 6 minggu Rekapitulasi pengaruh semak bunga putih (chromolaena odorata) dalam ransum terhadap performans ayam pedaging umur 0 6 minggu... 28
11 DAFTAR GAMBAR 1. Daun semak bunga putih (chromolaena odorata)... 11
12 DAFTAR LAMPIRAN 2. Proses pembuatan tepung chromolaena odorata Bahan penyusun ransum Susunan ransum ayam pedaging Data konsumsi ransum Data pertambahan bobot badan Data FCR (Feed Conversion Ratio)... 38
13 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani makin meningkat karena dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata protein asal hewani memiliki nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk dapat bertumbuh dan berkembang dewasa serta dapat meningkatkan kecerdasan. Salah satu sumber protein asal hewani yang diminati masyarakat adalah ayam pedaging (broiler), karena harganya masih dapat terjangkau dibandingkan dengan ternak besar seperti sapi dan kambing. Namun, usaha ternak ayam pedaging belum dapat memberikan keuntungan bagi peternak, hal ini disebabkan tingginya harga ransum. Pada peternakan ayam pedaging biaya ransum dapat mencapai 70%-80% dari total biaya produksi. Jadi apabila biaya ransum dapat ditekan berarti dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi. Salah satu penyebab harga bahan baku ransum mahal karena selama ini negara kita masih mengimpor bahan baku ransum dari negara lain seperti bungkil kedele, tepung ikan dan sebagian jagung. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan sebagian besar bahan baku penyusun ransum belum dapat disediakan (disuplai) dari dalam negeri sehingga turun naiknya harga ransum unggas ditentukan oleh harga bahan baku yang diimpor.
14 Untuk itu kita harus mencari bahan baku pengganti penyusun ransum tersebut dengan harga murah, mudah diperoleh dan tidak mengurangi atau mengganggu keseimbangan zat gizi yang terkandung dalam ransum serta tidak bersaing dengan manusia dalam pemerolehan bahan tersebut. Oleh sebab itu, pemanfaatan semak bunga putih (Chromolaena odorata) merupakan salah satu solusinya. Semak bunga putih (Chromolaena odorata) merupakan salah satu gulma bagi tanaman karena mengganggu pertumbuhan tanaman pangan dalam perebutan unsur hara tanah. Semak bunga putih (Chromolaena odorata) ini mudah didapat karena dapat tumbuh dimana saja. Semak bunga putih (Chromolaena odorata) banyak sekali dijumpai didaerah hutan, misalnya : di Sibolangit, Berastagi. Disamping tanaman pengganggu, namun semak bunga putih (Chromolaena odorata) ini memberi manfaat bagi peternak karena tanaman ini memiliki kandungan protein tinggi dan serat kasar yang rendah yang cocok diberikan kepada unggas sebagai bahan penyusun ransum. Pemanfaatan semak bunga putih (Chromolaena odorata) ini diberikan kepada unggas dalam bentuk tepung setelah semak bunga putih dikeringkan dan digiling sehingga bentuknya menjadi tepung. Pemberian tepung semak bunga putih dicampur dengan bahan pakan lain dengan persentase yang berbeda dalam ransum sehingga dapat dilihat bagaimana palatibilitas konsumsi, pertambahan bobot badan maupun konversi ransumnya terhadap ayam pedaging. Sampai sekarang ini bahan baku yang berasal dari tepung ikan, bungkil kedele yang harganya mahal belum dapat digeser atau disubstitusikan dengan bahan baku lain yang murah harganya, mudah didapat dan tidak mengganggu
15 pertumbuhan ternak. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang bahan baku berbasis gulma atau tanaman pengganggu yang diperoleh secara bebas dialam serta tidak banyak membutuhkan biaya dalam pengolahannya menjadi bahan baku ransum. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat penggunaan tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan feed corversion ratio (FCR) ayam broiler umur DOC 42 hari. Hipotesis Penelitian Semak bunga putih (Chromolaena odorata) dapat digunakan sebagai bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging. Kegunaan Penelitian - Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. - Sebagai sumber informasi bagi peternak dalam mengembangkan usaha ternak ayam pedaging. - Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan peternak ayam pedaging mengenai pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum.
16 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat. Dengan memperpendek waktu berarti perputaran modal menjadi lebih cepat. Biaya yang dikeluarkan selama lima minggu produksi akan cepat (Murtidjo, 1987). Hal ini dijelaskan juga oleh Rasyaf (1994), bahwa ayam pedaging adalah jenis ayam jantan maupun betina muda berumur sekitar 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif. Bahkan diantara beragamnya jenis unggas, hanya ayam pedaging yang dapat memperpendek pengaruh waktu dalam produksi. Dalam jangka waktu 6-8 minggu ayam pedaging sanggup mencapai bobot hidup 1,5-2 Kg. Ayam pedaging memiliki sifat yang menguntungkan. Hardjoswara dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam pedaging dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertambahan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relative muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik ( Murtidjo, 1992 ).
17 Karakteristik Arbor Arcres CP 707 yang dihasilkan PT. Charoen Phokphand antara lain : Berat badan 8 minggu Konsumsi ransum : 2,1 Kg : 4,4 Kg Konversi ransum : 2,2 Berat bersih : 74% Daya hidup : 98% Warna kulit Warna bulu : Kuning : Putih (Rasyaf, 2000). Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging (Broiler) Rasyaf (1994), menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat tidak berarti haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam adalah untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan dan penggemukan (Anggorodi, 1979). Ayam mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi akan memperlihatkan lemak karkas dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang mengandung energi rendah. Ayam cenderung meningkatkan konsumsi kalau diberi pakan rendah energi. Dalam kondisi demikian, ayam akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya, karena sebelum terpenuhi, ayam akan berhenti mengkonsumsi karena sudah kenyang (Widodo, 2002).
18 Pertumbuhan ayam pedaging tergantung pada pakan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Kartadisastra (1994), menyatakan bahwa tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi yang maksimum pemberian ransum dilakukan dalam jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis kelamin dan gizi yang ada dalam ransum. Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh, memperbaiki jaringan yang rusak, untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya akan diubah menjadi energi. Sumber protein adalah tepung ikan, bungkil kedelai dan lain-lain. Karbohidrat berguna sebagai sumber energi melakukan aktivitas tubuh, misalnya : berjalan, tahan terhadap dingin dan penyakit. Sumber karbohidrat adalah jagung, bungkil kedelai dan kedelai dan lain-lain. Fungsi lemak adalah sumber energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K. Sumber lemak adalah bekatul, bungkil kacang dan lain-lain. Mineral berguna untuk pertumbuhan, pembentukan tulang, metabolisme. Mineral adalah Ca, NaCl, Fe, Mg dan P. Sumber mineral adalah kapur, tepung kerang (AAK, 1982). Ransum Ayam Pedaging Ransum merupakan salah satu faktor yang harus dipenuhi untuk keberhasilan dalam usaha pemeliharaan ayam. Ransum adalah campuran bahanbahan pakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan juga tidak
19 kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Fungsi ransum yang diberikan ke ayam pada prinsipnya memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta menggantikan bagian-bagian yang merupakan zat-zat yang diperlukan ayam adalah karbohidrat, lemak, dan protein akan membentuk energi sebagai hasil pembakarannya (Sudaryani dan Santoso, 1995). Menurut Parakkasi (1990) ransum ternak dapat dikatakan baik bila dikonsumsi secara normal dan dapat mensuplay zat-zat makanan dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi biologis dan tubuh berjalan normal. Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam pakan ternak unggas akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya (Murtidjo, 1992). Tujuan utama pemberian makanan adalah untuk menjamin pertambahan bobot badan yang paling ekonomis selama periode pertumbuhan dan perkembangan (Anggorodi, 1985). Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad-libitum). Ayam pedaging (broiler) selama masa pemeliharaannya mempunyai dua macam pakan yaitu broiler starter (sampai dengan umur empat
20 minggu), kebutuhan proteinnya 22%, sedangkan energinya 3100 Kkal/kg dan broiler finisher atau untuk ayam potong dewasa mulai umur lima minggu hingga dipanen, (kebutuhan proteinnya 20%, sedangkan energinya 3200 Kkal/kg). (Kartadisastra, 1994). Tabel 1. Kebutuhan zat makanan ayam pedaging periode awal sampai akhir Umur Protein (%) ME (kcal/kg) Lemak (%) SK (%) Fase Awal Fase Akhir Sumber : Wahyu (1998). Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Tumbuhan ini lazim disebut Eupatorium merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan. Di perkebunan karet umumnya tumbuh jarang, tetapi di kawasan utara (Aceh) dan kawasan selatan (Labuhan Batu) sering tumbuh rapat dan dominan. Gulma ini mempunyai ciri khas: daun berbentuk segi tiga mempunyai tiga tulang nyata terlihat dan bila diremas terasa bau yang sangat menyengat, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih kotor. Eupatorium adalah gulma yang tangguh karena batangnya keras berkayu dan perakarannya kuat dan dalam. Selain itu Eupotarium menghasilkan biji yang banya dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena adanya rambut papus. Di luar kebun, eupatorium sering terdapat di tepi jalan, pada areal kebun yang tidak diusahakan, disemak-semak, ditepi hutan, dan lain-lain (Nasution, 1987).
21 Menurut Marthen (2007), potensi Chromolaena odorata sebagai pakan ternak : 1. Kandungan protein Kandungan proteinnya cukup tinggi (21-36%) sebagai pakan ternak, setara dengan dengan daun lamtoro, turi, dan gamal. 2. Produksi protein kasar Produksi protein kasar dapat mencapai 15 ton/ha/tahun. 3. Memiliki keseimbangan asam amino yang baik untuk ternak monogastrik. 4. Degradibilitas efektif dalam rumen lebih dari 80% 5. Palatabilitas lebih baik dari gamal. 6. Penelitian dari Afrika menunjukan adanya senyawa antihelmintik. 7. Potensi pertumbuhan Cepat bertumbuh dengan laju 1,5-2,5 cm/hari dan membentuk semak yang mampu mencapai tinggi sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki banyak cabang yang berpotensi untuk pertumbuhan daun serta tumbuh dalam jarak rapat. Pertumbuhan cepat menyebar karena produksi biji sangat tinggi (> biji/pohon/tahun), tahan pemangkasan, renggutan, api, panas dan bila kekurangan air, maka daun mengering dan gugur tetapi bonggol tetap hidup.
22 Klasifikasi Chromolaena odorata : Dunia Bagian Kelas Golongan Rumpun Suku Macam Jenis : plantae (tanam-tanaman) : magnoliophyta : magnoliopsi : asterales : asteraceae : eupatorieae : chromolaena : odorata (Pink, 2004) Kandungan nutrisi semak bunga putih (Chromolaena odorata) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Chromolaena odorata Sumber : Marthen (2007) Nutrisi % Protein kasar Lemak kasar 1.01 Serat kasar Kadar abu 3.63 Nitrogen free extract 65.03
23 Daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang baru siap diambil dan sedang dikeringkan untuk digiling menjadi tepung pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) Kandungan asam amino semak bunga putih (Chromolaena odorata) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kandungan asam amino Chromolaena odorata dalam 100 g BK (bahan kering). Asam Amino % Alanin 4.03 Asam Aspartik 6.12 Arginin 4.96 Glisin 4.61 Asam Glutamik 9.38 Histidin 2.63 Isoleusin 5.52 Lisin 2.01 Metionin 1.58 Cistin 1.30 Leusin 7.01 Serin 3.81 Threonin 4.90 Phenilalanin 4.30 Valin 6.20 Tirosin 4.71 Triptopan 2.38
24 Sumber : Marthen (2007) Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam pakan tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi makanan untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi-fungsi tubuh dan memperlancar reaksi-reaksi asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukan bahwa ternak ayam dalam mengkonsumsi makananya digunakan untuk kebutuhan ternak tersebut (Wahyu, 1985). Dalam mengkonsumsi ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : umur, palatibilitas ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein. Juga ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari ransum yang diberikan serta penggolongannya. Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan berdasarkan kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk mengefisiensikan jumlah ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana pertambahan berat badan yang dicapai (Anggorodi, 1979). Untuk kondisi lingkungan yang terlalu dingin atau kondisi lingkungan yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuh, maka ayam pedaging akan mengkonsumsi ransum yang lebih banyak untuk menjaga panas badannya. Sebaliknya bila suhu lingkungan terlalu tinggi maka ayam pedaging akan mengurangi jumlah ransum yang dikonsumsi tetapi lebih banyak minum sebab air lebih berfungsi untuk mengolah panas dari luar tubuh lewat penguapan dan pernafasan (Murtidjo, 1990). Bila ayam pedaging diberi ransum dengan kadar protein rendah dan energi tinggi maka ayam akan mengkonsumsi ransum dalam jumlah sedikit. Sebaliknya
25 bila ransum yang dikonsumsi memiliki protein yang tinggi dan energi rendah, maka ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak. Namun biasanya ransum yang memiliki protein tinggi juga memiliki kadar energi yang tinggi (Murtidjo, 1990). Bagi ayam pedaging jumlah konsumsi yang banyak bukanlah merupakan jaminan untuk mencapai pertumbuhan puncak. Kualitas dari bahan pakan dan keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua hal mutlak yang menentukan tercapainya performans puncak (Wahyu, 1998). Konsumsi ransum tidak sama untuk setiap periode pertumbuhan. Semakin tinggi pertambahan berat badan semakin besar konsumsi ransum sampai pertumbuhan maksimum dicapai. Data konsumsi ransum dan pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4, berikut ini. Tabel 4. Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Ayam Pedaging (1-8 minggu) Umur (mg) Bobot Badan Kebutuhan Pakan g/hari/ Kumulatif (kg) ekor 1 0, , , , , , , , Sumber : Murtidjo (1987) Pertambahan Bobot Badan Tillman et al. (1986), mengemukakan bahwa pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainya.
26 Kartadisastra (1994), menyatakan bahwa bobot badan ayam (tergantung strainnya) akan menentukan jumlah konsumsi pakannya. Semakin besar bobot badan ayam, semakin banyak jumlah konsumsi pakannya. Disamping strain, jenis dan tipe ayam juga menentukan. Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1979) adalah pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Maynard et al. (1984), disitasi Maharani (2002) menyatakan kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zatzat nutrisi dalam ransum. Wahyu (1992) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan protein dan suhu lingkungan. Konversi ransum Konversi ransum (feed converse ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan (Rasyaf, 2000).
27 Konversi ransum adalah ransum yang habis di konsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan bobot badan (pada waktu tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya (Rasyaf,1995). Menurut Tillman et al. (1991), semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka semakin buruklah konversi ransum. Baik buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaan serta genetik. Semakin baik mutu pakan semakin kecil pula konversi pakannya. Baik tidaknya mutu pakan ditentukan oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam pakan itu diperlukan oleh tubuh ayam. Pakan yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ayam akan memakan pakannya secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya (Sarwono,1996).
28 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No.3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, berada pada pada ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Penelitian berlangsung selama 6 minggu dimulai dari bulan September sampai Oktober Bahan dan Alat Bahan ekor DOC unsexing strain Abror Acress-CP 707 (x = ± 6.28g) - Ransum yang terdiri dari jagung, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung semak bunga putih, tepung ikan, top mix, dan minyak nabati (minyak kelapa sawit). - Daun Chromolaena odorata. - Air minum yang diberikan secara ad-libitum. - Obat-obatan. - Vaksin (ND dan Gumboro). - Rodalon. - Gula merah.
29 Alat - Kandang sebanyak 20 buah, berukuran 100cm x 100cm x 50cm, setiap kandang berisi masing-masing 5 ekor DOC. - Timbangan Salter dengan skala 5 kg dengan ketelitian 0,01 g dan timbangan elektrik ohaous dengan skala 2 kg dengan ketelitian 2 g. - Alat penerangan lampu pijar 40 watt sebanyak 20 buah. - Alat tulis, buku data dan kalkulator. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan (setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam). Perlakuan yang diteliti sebagai berikut : R 0 = Ransum tanpa tepung Chromolaena odorata. R 1 = Ransum yang menggunakan tepung Chromolaena odorata 5%. R 2 = Ransum yang menggunakan tepung Chromolaena odorata 10%. R 3 = Ransum yang menggunakan tepung Chromolaena odorata 15%. Ulangan yang didapat berasal dari rumus : t (n-1) 15 4 (n-1) 15 4n n 19 n 4,75 n = 5
30 Dengan susunan sebagai berikut : RO 1 RO 2 RO 3 RO 4 RO 5 R1 1 R1 2 R1 3 R1 4 R1 5 R2 1 R2 2 R2 3 R2 4 R2 5 R3 1 R3 2 R3 3 R3 4 R3 5 Model matematik percobaan yang digunakan adalah : Yij = µ + γi + εij Dimana : i j Yij = 1, 2, 3, i = perlakuan = 1, 2, 3, i = ulangan = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j µ = nilai tengah umum γi εij = pengaruh perlakuan ke-i = efek galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j Parameter Penelitian Adapun parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Konsumsi ransum (g/ekor) Dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum dan ransum terbuang. 2. Pertambahan Bobot Badan Diukur dengan menimbang bobot badan setiap minggu dikurangi dengan bobot badan minggu sebelumnya.
31 3. Konversi Ransum (FCR) Dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam dibagi dengan pertambahan bobot badan selama satu minggu. Pelaksanaan Penelitian - Persiapan kandang Kandang yang digunakan adalah kandang sistem baterai, dibuat berbentuk pangung, terdiri dari 20 unit dan setiap unit diisi 5 ekor DOC. Sebelum ayam dimasukkan, kandang dan peralatan terlebih dahulu di desinfektan dengan rodalon. - Penyusunan Ransum Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang akan diteliti. Penyusunan ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga kualitas ransum. - Pemeliharaan Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, penerangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk ayam. - Random Ayam Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang, dilakukan pemilihan secara acak yang bertujuan memperkecil nilai keragaman dan dilakukan penimbangan bobot badan awal dari masing-masing DOC dan ditempatkan sebanyak 5 ekor per plot.
32 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian diperoleh dari konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang diperoleh dari DOC 42 hari. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam pakan tersebut. Konsumsi ransum dapat dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum dan ransum terbuang. Rataan konsumsi ransum ayam pedaging selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Rataan konsumsi ransum ayam pedaging umur DOC 42 hari g/ekor/minggu) Perlakuan Ulangan Total Rataan R R R R Total Rataan Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam pedaging tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa tepung Chromolaena odorata) sebesar g/ekor/minggu dan terendah terdapat pada perlakuan R3 ( ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 15%) sebesar g/ekor/minggu.
33 Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan dihitung dengan menimbang bobot badan setiap minggu dikurangi dengan bobot badan minggu sebelumnya. Rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging umur DOC 42 hari (g/ekor/minggu) Perlakuan Ulangan Total Rataan R R R R Total Rataan Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam pedaging yang tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa tepung Chromolaena odorata) sebesar g/ekor/minggu dan terendah terdapat pada perlakuan R3 ( ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 15%) sebesar g/ekor/minggu.
34 Konversi Ransum Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam dibagi dengan pertambahan bobot badan selama satu minggu. Rataan konversi ransum ayam pedaging selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Rataan konversi ransum ayam pedaging umur DOC 42 hari. Perlakuan Ulangan Total Rataan R R R R Total Rataan 2.28 Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum ayam pedaging tertinggi terdapat pada R3 (ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 15%) sebesar 2.66 g/ekor/minggu dan terendah terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa tepung Chromolaena odorata) sebesar 2.04 g/ekor/minggu.
35 Pembahasan Pembahasan dilakukan dengan analisis keragaman dan uji statistik terhadap hasil penelitian yang diperoleh. Konsumsi Ransum Untuk mengetahui pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap konsumsi ransum, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Analisis keragaman konsumsi ransum ayam pedaging umur DOC 42 hari. SK Db JK KT F hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan tn Galat Total Keterangan : tn = tidak nyata KK = 2.80% Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel ini menunjukkan bahwa pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap konsumsi ransum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini disebabkan karena setelah penambahan semak bunga putih dalam ransum menyebabkan konsumsi ayam terhadap ransum menurun. Pada Tabel 5 dapat dilihat perlakuan R0 (ransum tanpa tepung Chromolaena odorata) rataan konsumsinya g/ekor/minggu sedangkan perlakuan R1 (ransum dengan
36 pemberian tepung Chromolaena odorata 5%) rataan konsumsinya g/ekor/minggu. Secara biologis menurun, tetapi statistik mengatakan non signifikan, ini menunjukkan bahwa ditinjau dari konsumsi ransum palatabilitas Chromolaena odorata baik dan sama dengan bahan lainnya. Ini menunjukkan bahwa palatabilitas ransum sampai perlakuan 15% baik sehingga ayam mengkonsumsi ransum dalam jumlah sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1979) bahwa dalam mengkonsumsi ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : umur, palatibilitas ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein. Juga ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari ransum yang diberikan serta penggolongannya. Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan berdasarkan kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk mengefisiensikan jumlah ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana pertambahan berat badan yang dicapai. Wahyu (1998) menambahkan bagi ayam pedaging jumlah konsumsi yang banyak bukanlah merupakan jaminan untuk mencapai pertumbuhan puncak. Kualitas dari bahan pakan dan keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua hal mutlak yang menentukan tercapainya performans puncak. Pertambahan Bobot Badan Untuk mengetahui pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
37 Tabel 9. Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam pedaging umur DOC 42 hari. SK Db JK KT F hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan ** Galat Total Keterangan : ** = sangat nyata KK = 1.80% Hasil analisis keragaman pada Tabel 9 menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel ini menunjukkan bahwa pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa tepung Chromolaena odorata). Hal ini disebabkan tingkat konsumsi ransum pada R0 juga tinggi, jadi tingkat konsumsi ransum berbanding lurus dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994), menyatakan bahwa berat badan ayam akan ditentukan jumlah konsumsi pakannya. Semakin besar bobot badan ayam, semakin banyak jumlah konsumsi pakannya. Pertambahan bobot badan ayam dari ransum tanpa tepung Chromolaena odorata dengan ransum pemberian tepung Chromolaena odorata terdapat perbedaan pertumbuhan, sehingga kemampuan ternak dalam mengubah zat-zat nutrisi dalam ransum berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan bobot badannya.
38 Anggorodi (1979) menyatakan bahwa kemampuan ternak mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan ayam ditentukan oleh keseimbangan zat nutrisi dalam ransum, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan protein dalam ransum dan kondisi lingkungan. Hal sesuai dengan pernyataan Maynard et al. (1984), disitasi Maharani (2002) menyatakan kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam ransum. Wahyu (1992) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan protein dan suhu lingkungan. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada Tabel 10 dibawah ini : Tabel 10. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) Pertambahan Bobot Badan ayam pedaging umur DOC 42 hari. Perlakuan Rataan F 0.01 R C R B R B R A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda sangat nyata pada taraf 1% Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan R0 berbeda nyata dengan perlakuan R1, R2 dan R3 sedangkan perlakuan R1 tidak berbeda nyata terhadap R2 namun R3 berbeda nyata terhadap R0, R1 dan R2. Ini menunjukkan bahwa
39 penambahan tepung Chromolaena odorata sampai 10% dalam ransum memberikan pertambahan bobot badan yang sama. Konversi Ransum Untuk mengetahui pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap konversi ransum, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Analisis keragaman konversi ransum ayam pedaging umur DOC 42 hari. SK Db JK KT F hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan ** Galat Total Keterangan : ** = sangat nyata KK = 1.58% Hasil analisis keragaman pada Tabel 11 menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap konversi ransum memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01). Hal menunjukkan bahwa pengaruh semak bunga putih dalam ransum menurunkan efisiensi ransum karena semak bunga putih mempunyai bau yang sangat menyengat dan rasa pahit. Hal ini sesuai dengan pernyatan Rasyaf (1995), mengatakan bahwa konversi ransum adalah ransum yang habis di konsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan bobot badan (pada waktu tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya. Menurut Tillman et al. (1991), semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka semakin buruklah konversi
40 ransum. Baik buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaan serta genetik. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap konversi ransum, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada Tabel 12 dibawah ini : Tabel 12. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) konversi ransum ayam pedaging umur DOC - 42 hari. Perlakuan Rataan F 0.01 R A R A R A R B Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda sangat nyata pada taraf 1% Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan R0, R1 dan R2 tidak berbeda namun berbeda nyata dengan R3, ini menunjukkan bahwa penggunaan Chromolaena odorata masih efisien sampai penambahan 10% terhadap konversi ransum. Rekapitulasi Hasil Penelitian Hasil dari keseluruhan penelitian yang dilakukan terhadap ayam pedaging umur DOC 42 hari dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Rekapitulasi pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum terhadap performans ayam pedaging umur DOC 42 hari. Perlakuan Konsumsi ransum PBB (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) Konversi Ransum R tn C 2.04 A R tn B 2.15 A R tn B 2.28 A
41 R tn A 2.66 B Keterangan : tn = tidak nyata Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda sangat nyata pada taraf 1% Tabel rekapitulasi diatas memperlihatkan bahwa pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging memberikan hasil tidak nyata terhadap konsumsi ransum, tetapi menurunkan pertambahan bobot badan mulai dari perlakuan R1 (ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 5%), R2 (ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 10%) sampai R3 (ransum dengan pemberian tepung Chromolaena odorata 15%) dan konversi ransum tidak berbeda nyata hingga perlakuan R2.
42 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging memberikan hasil tidak nyata terhadap konsumsi ransum. 2. Pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging terhadap pertambahan bobot badan memberikan hasil sangat nyata pada perlakuan R0 dan R3 tetapi pada perlakuan R1 dan R2 memberikan hasil tidak nyata. 3. Pengaruh semak bunga putih (Chromolaena odorata) dalam ransum ayam pedaging terhadap konversi ransum memberikan hasil sangat nyata pada perlakuan R3 tetapi pada perlakuan R0, R1 dan R2 memberikan hasil tidak nyata. Saran 1. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang semak bunga putih (Chromolaena odorata) dengan fermentasi terhadap ayam pedaging. 2. Disarankan kepada peternak agar pemberian semak bunga putih (Chromolaena odorata) terhadap ayam pedaging maksimal 10% dalam penyusunan ransum.
43 DAFTAR PUSTAKA AAK, Pedoman Beternak Ayam Negeri. Kanisius, Yogyakarta. Anggorodi, R., Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anggorodi, R., Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press. Jakarta. Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih, M.S., Meningkatkan Prodduksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Kartadisastra, H. R., Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta. Maharani, Y., Pengaruh Penggunaan Onggok Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 1 Hari 6 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU. Medan. Marthen, L.M., Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Dan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana Kupang NTT. Maynard, L.A., C.K., Loosli., H.F., Hints, and R.G., Warner Animal Nutrition 7 th Ed. Mc. Graw-Hill Publishing Co.Ltd. New Delhi. Murtidjo, B. A., Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. Murtidjo, B.A., Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Murtidjo, B. A., Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta. Nasution, U., Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah Kacangan Di Perkebunan Karet. Berkala Penelitian P4TM. No. 9. Tanjung Morawa. Parakkasi, A., Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa, Bandung Pink, A., (2004). Gardening for the Million Project Gutenberg Literary Archive Foundation.
44 Rasyaf, M., Makanan Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M., Penyajian Makanan Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M., Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudaryani, T. dan Santoso, Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. Suharno, B. dan Nazaruddin, Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Tillman. A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lepdosoekojo Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan, UGM-Press, Yogyakarta. Wahyu, J., Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-Press, Yogyakarta. Wahyu, J., Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-Press, Yogyakarta. Widodo, W., Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
45 Lampiran 1. Proses Pembuatan Tepung Chromolaena odorata Daun Chromolaena odorata Dikeringkan Digiling Tepung (Ginting, 2009)
46 Lampiran 2 : Bahan Penyusun Ransum No Bahan EM PK LK SK Ca P 1 T. Jagung B Kedelai B Kelapa T Ikan C. Odorata ** 25.51* 1.88* 11.17* Dedak halus Minyak DCP Top mix Kapur SUMBER : Wahyu (1997) *LAB ILMU NUTRISI DAN PAKAN TERNAK **LAB LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG Lampiran 3 : Susunan Ransum Ayam Pedaging Ransum kontrol No Bahan Jlh EM PK LK SK Ca P 1 T. Jagung B Kedelai B Kelapa T Ikan C. Odorata Dedak halus Minyak DCP Top mix Kapur TOTAL
47 Ransum 5% Chromolaena odorata No Bahan Jlh EM PK LK SK Ca P 1 T. Jagung B Kedelai B Kelapa T Ikan C. Odorata Dedak halus Minyak DCP Top mix Kapur TOTAL Ransum 10% Chromolaena odorata No Bahan Jlh EM PK LK SK Ca P 1 T. Jagung B Kedelai B Kelapa T Ikan C. Odorata Dedak halus Minyak DCP Top mix Kapur TOTAL Ransum 15% Chromolaena odorata No Bahan Jlh EM PK LK SK Ca P 1 T. Jagung B Kedelai B Kelapa T Ikan C. Odorata Dedak halus Minyak DCP
48 9 Top mix Kapur TOTAL Lampiran 4 : Data Konsumsi Ransum Perlakuan Minggu I II III IV V VI JUMLAH Rataan R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R
49 Lampiran 5 : Data Pertambahan Bobot Badan Perlakuan Minggu I II III IV V VI JUMLAH Rataan R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R
50 Lampiran 6 : Data FCR (Feed Conversion Ratio) Perlakuan Minggu I II III IV V VI JUMLAH Rata-rata R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciSUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU
SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI ELJUNE R.P HABEAHAN 080306013 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciDALAM RANSUM SIKRIPSI. Oleh: UNIVERSI Universitas Sumatera Utara
i PENGARUH PENAMBAHAN ASAM AMINO LISIN L DANN METIONIN DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN BROILER UMUR 1-42 HARI SIKRIPSI Oleh: FERYANTO SIHOMBINGG 040306017 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIANN UNIVERSI
Lebih terperinciPENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI. Oleh: TRIS NELLY TARIGAN
PENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI Oleh: TRIS NELLY TARIGAN 040306039 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciPEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI
1 PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI EDEN PRANATHA GINTING 060306025 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciYunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein
Lebih terperinciPEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU
PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU SKRIPSI OLEH FERBINA MALEMTA GINTING 100306026 PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus
18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di kandang penelitian Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) Ungaran,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh lama periode brooding dan level protein ransum periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciPEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH
PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH PRODIPA NAINGGOLAN 060306007 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemberian pakan menggunakan bahan pakan sumber protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot
Lebih terperinciPEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH:
PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH: HERMAN SITEPU 030306027 IPT DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang
20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh pemberian pakan dengan bahan pakan sumber protein yang berbeda terhadap performans ayam lokal persilangan pada umur 2 10 minggu dilaksanakan pada
Lebih terperinciPengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler
Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam Sentul sebanyak 100 ekor yang diperoleh dari Peternakan Warso Unggul
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku ransum ternak
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 10 minggu di Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013. Analisis kandungan bahan
Lebih terperinciPEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU
PEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU RICARDO HAPOSAN SIHALOHO 090306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul
27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul umur satu hari (day old chick) yang diperoleh
Lebih terperinciKECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR
KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PADA BROILER SKRIPSI Oleh : RAHMAYANTI
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan
Lebih terperinciSUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU
SUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU SKRIPSI Oleh: JERNI PETERIKSON G 100306052 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciTHE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD
THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya
Lebih terperinciKECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL
KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL SKRIPSI Oleh: GEMA PIRNGADI GULTOM 080306035 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciPENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN
PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI OLEH: TOGAR PANJAITAN 080306057 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciPengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciPENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER
PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER Sofyan Arifin 1, H. Sunaryo 2 dan Umi Kalsum 2 1)MahasiswaFakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciAde Trisna*), Nuraini**)
Pengaruh Pemakaian Campuran Biomassa Lalat Hijau (Lucilia illustris) dengan Faeses dan Dedak dalam Ransum Terhadap Performa Broiler (The Effect of The Biomass Mixed Usage of Fly [Lucilia illustris] Culture
Lebih terperinciEFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.
EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER
PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher
LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher Disusun oleh : Kelompok 9 Robby Trio Ananda 200110090042 Gilang Dayinta P 200110090071
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciOleh : Gilang Nursandhi*), Achmad Marzuki**) dan Suratno***)
Gilang Nursandhi,A.Marzuki dan Suratno, Substitusi Pakan Komersial Oleh Tepung Daun Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Terfermentasi Terhadap Performa Dan IOFC (Income Over Feed Cost) Ouyuh Pedaging
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,
Lebih terperinciPakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan
Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2015 sampai dengan 22 November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai
19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai subtitusi jagung dalam ransum terhadap kecernaan PK, SK dan laju digesta ayam broiler dilaksanakan pada tanggal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciANALISA EKONOMI PENGARUH PENAMBAHAN IMBUHAN PAKAN (Bio Mos) KEDALAM SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) TERHADAP BROILER SKRIPSI
ANALISA EKONOMI PENGARUH PENAMBAHAN IMBUHAN PAKAN (Bio Mos) KEDALAM SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) TERHADAP BROILER SKRIPSI Oleh : TARUNA WIJAYA P. 050306024 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
PENGARUH PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) TERMODIFIKASI DENGAN ENZIM HEMICELL DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING UMUR 1 5 MINGGU YANG DI UJI TANTANG E. Coli SKRIPSI OLEH HARDI FRANSISCO SIAHAAN
Lebih terperinciANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM
ANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM SKRIPSI Oleh RINALDO AGINTA GINTING 060306003/Peternakan PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Jenis Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan
Lebih terperinciVI. TEKNIK FORMULASI RANSUM
Teknik Formulasi Ransum VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM Setiap ternak yang dipelihara secara intensif, termasuk unggas harus diberi pakan untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizinya khususnya untuk keperluan
Lebih terperinciPEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN
Jurnal Peternakan Vol 13 No 2 September 2016 (48 53) ISSN 1829 8729 PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN E. IRAWATI 1, MIRZAH 2, DAN G.CIPTAAN 2 1 Fakultas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang
III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang Percobaan UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS DAN PANJANG SALURAN PENCERNAAN ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 1-7 MINGGU SKRIPSI Oleh: AFFAN LUBIS 060306028/Peternakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan 19 Desember 2016 hingga 26 Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2011 di Laboratorium Lapang (Kandang B) Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciBudidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan
Lebih terperinciPENGGUNAAN PAKAN BERBASIS UBI KAYU SEBAGAI PENGGANTI JAGUNGTERHADAP KARKAS AYAM BROILER
PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS UBI KAYU SEBAGAI PENGGANTI JAGUNGTERHADAP KARKAS AYAM BROILER SKRIPSI Oleh: HOT KLASMEN PURBA 090306019 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan
17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan tepung buah pare dan rumput laut dalam ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging Periode Grower Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan menggunakan ANOVA tunggal
Lebih terperinciTHE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD
THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD Danang A. Y 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya
Lebih terperinciPengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707
Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Dede Risnajati 1 1Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya Jalan
Lebih terperinciAGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017
175 PEMANFAATAN CHLORELLA DALAM PAKAN YANG DISUBTITUSI TEPUNG ISI RUMEN TERHADAP PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING Dhandy Koesoemo Wardhana 1), Mirni Lamid 2), Ngakan Made Rai W 3) 1)Departemen Kesehatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciPENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING
PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING 040306007 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGGUNAAN TAPE KULIT
Lebih terperinciPengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh
PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler Abstrak Oleh Sri Rikani Natalia Br Sitepu, Rd. HerySupratman, Abun FakultasPeternakanUniversitasPadjajaran
Lebih terperinciPERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH
PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciRoeswandy. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU
Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu (Utilization of Oil Palm Sludge Fermented Aspergillus niger in Feed for Carcass of Peking Ducks
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciSumber : 1) Hartadi et al. (2005)
III. MATERI METODE A. Materi Penelitian Penelitian ini menggunakan 240 ekor puyuh betina umur 3 hari yang dibagi dalam lima macam perlakuan dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri dari 12 ekor puyuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciRESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien
RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK Muharlien Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL
PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL SKRIPSI Oleh : IDAMAYANTI DAMANIK 120306012 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 PEMANFAATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**
PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar** Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON SLAUGHTER WEIGHTS, CARCASS WEIGHTS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Limba B Kecamatan Kota selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan November
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur
Lebih terperinci