PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA"

Transkripsi

1 PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA A PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH: ANITA NURUL HUDA A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Anita Nurul Huda NRP : A Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian Judul : Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Terhadap Pola Konsumsi Rokok Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Muhammad Firdaus, PhD NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP

4 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 21 Oktoer Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dayat, BA dan Ibu Iceu Nurhaida. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1988 di SDN Lampegan. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pend idikan di SMP N 3 Sukaraja. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di SMU N 3 Tasikmalaya lulus tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III Analisis Lingkungan, lulus pada tanggal 16 Agustus Pada ulan September penulis diterima deprogram Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa Sarjana, penulis magang di LSM Biodiversity Conservation Indonesia kemudian bekerja di PT. Astra International, Tbk-Toyota dan sekarang penulis bekerja di PT. OTO MULTIARTHA sebagai staf administrasi collection.

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan ke alam yang penuh pengetahuan. Skripsi yang berjudul Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan terhadap Pola Konsumsi Rokok merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pelabelan menjadi sangat penting terhadap suatu produk, supaya konsumen bisa leih mengetahui kandungan dari produk yang dikonsumsi. Perusahaan juga harus lebih detail dalam melakukan pelabelan terhadap suatu produk, supaya konsumen bisa lebih mengetahui dampak dan manfaat yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk tersebut. Penulis menyadari skripsi ini masih anyak kekurangan, sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat berguna bagi penulis. Akhir kata terima kasih pada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai, dan semoga bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, 6 Juni 2008 Penulis

6 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya dan Shalawat salam semoga senantiasa terlimpah pada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pegangan dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu selama masa perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan skripi ini, yaitu: 1. Apa dan Mamah yang telah menunjukkan indahnya hidup didunia ini serta atas semua kasih saying, do a, kesabaran dan dorongan moril maupun material yang diberikan pada penulis. 2. Bapak Muhammad Firdaus, PhD Selaku dosen pemimbing skripsi atas bimbingan dan kesabarannya dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Netti Tinaprilla, MM yang telah memberikan masukan selaku dosen Evaluator. 4. Ibu dan Bapak yang telah memberikan semangat dan motivasi. 5. Suamiku yang memberikan semangat, dorongan serta bantuan. Terima kasih selalu menemani saat suka dan duka. 6. Adik adikku semua yang telah memberikan motivasi. 7. Semua teman teman Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.

7 RINGKASAN ANITA NURUL HUDA. Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Terhadap Pola Konsumsi Rokok. Di Bawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS Konsumsi rokok di Indonesia termasuk lima tertinggi di dunia, konsumsi rokok Indonesia juga memiliki kecenderungan yang meningkat. Tentang bahaya rokok, hampir tidak ada orang yang tidak tahu, akan tetapi hal itu tidak menyurutkan niat orang untuk merokok dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolelir oleh masyarakat. Rokok merupakan tantangan kesehatan yang berbeda dari yang lain. Jika virus atau bakteri dihindari manusia, rokok justru dibutuhkan konsumennya. Perkembangan pasar produk rokok akhir akhir ini cukup pesat. Tanda tanda ini terlihat dari konsumen pemakainya yang semakin meluas dari kalangan dewasa sampai remaja, bahkan segmen pasarnya sudah menjalar ke setiap golongan dan kelompok umur, kalau dahulu mayoritas konsumennya adalah pria dewasa,tetapi sekarang konsumennya telah meluas melewati batas jender, dan meluas ke kelompok remaja dan wanita. Profil pelabelan produk pangan termasuk rokok, terpilih sebagai topik bahasan dalam penelitian ini menunjukkan adanya beberapa pelanggaran terhadap beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 02240/B/SK/VIII/1991 tentang Pedoman Persyaratan Mutu serta Label dan Periklanan Makanan, maupun Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Tujuan dari penelitian pengaruh pelabelan peringatan kesehatan terhadap pola konsumsi rokok, adalah: (1). Mendeskripsikan pola konsumsi dan kesadaran konsumen rokok terhadap pelabelan kesehatan. (2). Membandingkan karakteristik konsumen yang terpengaruh dan tidak terpengaruh oleh pelaelan kesehatan. Secara keseluruhan responden memiliki umur kurang dari 40 tahun sebesar 60 % dan sisanya 40 % yang berumur lebih dari 40 tahun. berdasarkan jenis kelamin ternyata kaum laki-laki lebih dominan sebesar 78, 34 % sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 21,66 %. Presentase tigkat pendidikan terbesar responden adalah Diploma sebanyak 30 %, sedangkan untuk responden yang paling kecil yaitu pasca sarjana sebanyak 1,66 %. Untuk pembelian rokok setiap hari paling banyak 1 bungkus sebanyak 36 orang (60%) responden dan untuk kurang dari 1 bungkus sebanyak 13 orang (21,67%) responden. sebagian besar responden akan menambah jumlah konsumsi rokok sebanyak 36 orang (60%) menyatakan akan menambah jumlah konsumsi rokok sedangkan responden yang mengurangi jumlah konsumsi rokok sebanyak 24 orang ( 40%) responden. Karakteristik Konsumen yang Terpengaruh dan tidak Terpengaruh oleh pelabelan dianalisis dengan menggunakan uji Korelasi Spearman menyatakan bahwa Penelitian ini memperoleh faktor faktor yang telah dianalisis dan memiliki hubungan yang signifikan yaitu jenis kelamin dan usia responden. Hubungan antara peubah jenis kelamin ialah berbanding lurus yang terlihat dari tanda korelasi spearman yang positif. Responden pria lebih cenderung terpengaruh terhadap pelabelan dibandingkan dengan wanita. Sedangkan hubungan antara peubah usia ialah berbanding lurus yang terlihat dari tanda korelasi

8 spearman yang positif. Semakin tua usia seseorang maka lebih cenderung terpengaruh terhadap pelabelan dibandingkan orang yang berusia muda.

9 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK BENAR BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 Anita Nurul Huda A

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian 5 Kegunaan Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Rokok... 6 Label... 6 Fungsi Pelabelan. 7 Penelitian Terdahulu 8 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Konsumen. 10 Pelabelan Terhadap Produk Rokok Kerangka Pemikiran Operasional 15 IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data 17 Cara Pengambilan dan pengumpulan data.. 17 Metode Analisis Data. 18 Analisis Deskriptif.. 18 i

11 Uji Korelasi Spearman V. GAMBARAN UMUM RESPONDEN DAN KESADARAN KONSUMEN PEROKOK TERHADAP PELABELAN KESEHATAN Karakteristik Responden 20 Usia.. 20 Jenis Kelamin. 20 Tingkat Pendidikan 21 Pekerjaan 21 Pendapatan 22 Pengeluaran dalam Konsumsi Rokok 23 Pengatahuan Produk Rokok Yang Dikonsumi VI. KARAKTERISTIK KONSUMEN PEROKOK YANG TERPENGARUH DAN TIDAK TERPENGARUH OLEH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Terhadap Pola Konsumsi Rokok Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Hubungan Antara Variabel Terpengaruh dan Tidak Terpengaruh Terhadap Pelabelan Peringatan Kesehatan ii

12 Dengan Uji Korelasi Spearman Hubungan Antara Variabel Jenis Kelamin Yang Terpengaruh Dan Tidak Terpengaruh Terhadap Pelabelan Peringatan Kesehatan Hubungan Antara Variabel Usia Yang Terpengaruh Dan Tidak Terpengaruh Terhadap Pelabelan Peringatan Kesehatan Analisis Variabel Yang Tidak Memiliki Pengaruh Yang Signifikan Terhadap Pelabelan Peringatan Kesehatan VII. KESIMPULAN 7.1 Kesimpulan Saran 35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

13 DAFTAR TABEL Nomor 1. Kinerja Produksi Industri Rokok Nasional Tahun Halaman 2. Sebaran Responden Menurut Usia Sebaran Responden Menurut jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut pendidikan Sebaran Responden Menurut Pekerjaan Sebaran Responden Menurut Pendapatan Sebaran Responden Menurut Pengeluaran Pengetahuan Produk Yang Dikonsumsi Jenis Rokok Yang Dikonsumsi Frekuensi Dalam Konsumsi Rokok Jumlah Konsumsi Rokok Anggaran Dalam Pembelian Rokok Per Hari Respon terhadap adanya Label Peringatan Kesehatan terhadap Rokok Penilaian Responden terhadap Perusahaan dalam Melakukan Pelabelan terhadap Rokok Tingkat Kepentingan Label Peringatan Kesehatan terhadap Rokok Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Terhadap Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan Hubungan Antara Variabel Terpengaruh dan Tidak Terpengaruh Terhadap Pelabelan Peringatan Kesehatan Dengan Uji Korelasi Spearman iv

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Kerangka Pemikiran Operasional v

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Keterangan Label Pangan dan Fungsinya Tabel Peraturan Undang Undang Yang Mengatur Ketentuan Label Pangan Kuisioner Penelitian Hasil Analisis menggunakan SPSS vi

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok merupakan tantangan kesehatan yang berbeda dari yang lain. Jika virus atau bakteri dihindari manusia, rokok justru dibutuhkan konsumennya. Tentang bahaya rokok, hampir tidak ada orang yang tidak tahu, akan tetapi hal itu tidak menyurutkan niat orang untuk merokok dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolelir oleh masyarakat. Konsumsi rokok di Indonesia termasuk lima tertinggi di dunia, konsumsi rokok Indonesia juga memiliki kecenderungan yang meningkat. Upaya upaya untuk mengendalikan konsumsi rokok telah dilakukan oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan, serta dilakukan pula oleh WHO sebagai badan kesehatan dunia. Individu yang menghisap rokok ditenggelami dengan iklan iklan yang begitu menarik dan mutu tambahan pada tembakau menjadikan mereka ketagihan. Diperkirakan 2,5 juta manusia di seluruh dunia meninggal dalam tempo 1 tahun akibat berbagai penyakit yang ada kaitan dengan tabiat merokok, sedangkan perusahaan terus menerus mendapatkan keuntungan besar. Sakit jantung dan stroke adalah penyakit yang seringkali menyebabkan kematian dikarenakan menghisap rokok ( Hak untuk diberitahukan kepada konsumen, termasuk juga mengelakkan penipuan dan melindungi pengguna dari iklan iklan yang menyeleweng, pelabelan yang mengelirukan yang tidak beretika. Pelabelan menjadi begitu penting dan berharga kepada pengguna dan kembali lagi kepada bagaimana pengguna menggunakannya dan bagaimana tanggapan pengguna terhadap pelabelan tersebut. Semua ini tergantung pada pelabelan tersebut dilakukan secara benar dan tepat, dapat diterima, dapat dipahami dan nyata adanya ( Bila melihat ragam iklan rokok yang ada dapat dikatakan segmen pasar yang dituju sangat beragam. Mulai dari segmen remaja, mahasiswa, eksekutif muda maupun wanita. Bahkan selain gencar beriklan melalui televisi, produsen juga gencar berpromosi melalui cara lain yaitu dengan memasang spanduk di 1

17 pinggir jalan serta mensponsori berbagai kegiatan yang ditujukan bagi remaja misalnya mengadakan kontes band, atau mensponsori acara musik dan tour di berbagai kota, dan masih banyak kegiatan lainnya yang memang ditujukan untuk segmen remaja. Perkembangan periklanan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya taraf perekonomian suatu negara. Pesatnya perkembangan sektor industri berpengaruh sangat besar terhadap kemajuan dunia periklanan. Seiring dengan perjalanannya waktu, situasi tersebut memunculkan suatu keadaan dimana keterkaitan satu dengan yang lain, antara iklan dan industri, bersifat saling membutuhkan. Industri membutuhkan iklan untuk dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dan iklan butuh industri agar dapat hidup dan berkembang. Iklan dan promosi roduk tembakau serta pemberian sponsor pada kegiatan olahraga dan kesenian bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana merokok menjadi hal yang biasa dan dapat diterima. Ini akan mendorong anak anak dan remaja untuk mencoba merokok. Larangan parsial terhadap iklan produk tembakau berdampak kecil atau bahkan sama sekali tidak mempunyai dampak apapun, karena industri tembakau akan mencari cara lain untuk mengiklankan, misalnya dengan cara yang lebih halus membayar iklan iklan dalam film.semua perusahaan tembakau di Indonesia memberikan sponsor untuk kegiatan olahraga dan kesenian. Iklan tembakau selalu mengaitkan merokok dengan citra keberhasilan, sukses dan kebahagiaan, sehingga membuat konsumen perokok merasa aman dalam mengkonsumsinya Perumusan Masalah Konsumsi rokok di Indonesia dipenuhi oleh berbagai jenis produk. Mulai dari rokok klembak kemenyan, klobot, kretek, hingga rokok putih. Masyarakat pedesaan umumnya mengkonsumsi rokok klembek kemenyan sedangkan masyarakat perkotaan biasanya mengkonsumsi rokok sigaret dan rokok putih. Rokok merupakan salah satu barang konsumsi yang dikenai tarif cukai oleh pemerintah, baik pemerintah Indonesia maupun pemerintah negara negara lainnya. Dalam UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang cukai pada rokok adalah untuk mengendalikan dan membatasi jumlah konsumsi rokok itu sendiri, dengan alasan 2

18 mengganggu kesehatan, baik kesehatan orang yang mengkonsumsi (perokok aktif) maupun orang yang tidak mengkonsumsi (perokok pasif). Tingkat produksi dan konsumsi rokok di Indonesia termasuk yang sangat besar di dunia. Untuk tingkat konsumsi, Indonesia termasuk dalam urutan kelima. Menurut data dari WHO tahun 2002 (Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkessos, dalam Indrajit, 2004), Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 Miliar batang rokok, Cina mengkonsumsi Miliar batang, Amerika Serikat sebanyak 451 Miliar batang, Jepang 328 Miliar batang, dan Rusia 258 Miliar batang. Indonesia memiliki kecenderungan konsumsi rokok yang terus meningkat. Mengacu data departemen perindustrian dan perdagangan tahun 2005, produksi dan konsumsi rokok memiliki kecenderungan meningkat. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel. 1. Tabel 1. Kinerja Produksi Industri Rokok Nasional Tahun Jenis Produksi ( Miliar Batang) Rokok Kretek 213,74 198,71 186,3 173,41 194,02 203,0 Non Kretek 25,76 24,67 27,73 18,93 15,61 17 Total 239,50 223,38 214,03 192,34 209, Sumber : Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Tahun 2005 Perkembangan pasar produk rokok akhir akhir ini cukup pesat. Tanda tanda ini terlihat dari konsumen pemakainya yang semakin meluas dari kalangan dewasa sampai remaja, bahkan segmen pasarnya sudah menjalar ke setiap golongan dan kelompok umur, kalau dahulu mayoritas konsumennya adalah pria dewasa, tetapi sekarang konsumennya telah meluas melewati batas jender, dan meluas ke kelompok remaja dan wanita. Hal ini terlihat dari banyaknya bermunculan produk rokok seperti Star Mild, Mild Sampoerna dan rokok rasa Menthol. Undang-undang yang ada di Indonesia mensyaratkan peringatan kesehatan untuk rokok, tapi tidak pada produk tembakau lainnya. Tidak ada peraturan tentang ukuran minimum tanda peringatan; dan hanya satu pesan saja yang digunakan. Masyarakat begitu terbiasa melihat pesan yang sama di semua merk sehingga pesan itu malah menjadi semacam iklan tembakau. Sebagian besar penduduk Indonesia tidak menikmati pendidikan formal. Prevalensi merokok 3

19 tertinggi (73,3%) terdapat pada laki-laki tanpa pendidikan dan yang tidak lulus SD ( Tanda peringatan kesehatan pada bungkus dan iklan produk tembakau membantu memberikan informasi kepada konsumen mengenai dampak negatif penggunaan tembakau. Efektifitas peringatan kesehatan tergantung pada ukuran pesan, warna dan jenis huruf, serta apakah pesan itu selalu sama atau bergantiganti. Menurut dokumen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, beberapa artikel pokok FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) yang harus diberlakukan di negara anggota adalah pengendalian harga dan pajak termasuk cukai produk tembakau, larangan total iklan, pemberian sponsor, dan promosi produk tembakau sesuai hukum di negara bersangkutan, dan pelabelan peringatan bahaya merokok yang diisyaratkan minimal 30 persen dari area pajang produk tembakau. Tembakau mengandung nikotin, suatu zat yang sangat adiktif. Efektifitas peringatan kesehatan tergantung pada ukuran pesan, warna, jenis huruf dan gambar; serta apakah pesan tersebut selalu sama atau berganti ganti. Pernyataan yang menyesatkan, termasuk light dan mild, serta rendah tar. Pernyataan tersebut bertujuan untuk menyamarkan bahaya kesehatan yang berkaitan dengan tembakau. Menyebut rokok sebagai light dan rendah tar adalah suatu teknik pemasaran yang bertujuan untuk meyakinkan perokok bahwa mereka merokok produk yang kurang berbahaya. Saat ini metoda untuk mengukur kadar tar dan nikotin didasarkan pada standar industri tembakau dan tidak mencerminkan dampak kesehatannya ( online.org.) Profil pelabelan produk pangan termasuk rokok, terpilih sebagai topik bahasan dalam penelitian ini menunjukkan adanya beberapa pelanggaran terhadap beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 02240/B/SK/VIII/1991 tentang Pedoman Persyaratan Mutu serta Label dan Periklanan Makanan, maupun Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 4

20 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian pengaruh pelabelan peringatan kesehatan terhadap pola konsumsi rokok, adalah: 1. Mendeskripsikan pola konsumsi dan kesadaran konsumen rokok terhadap pelabelan peringatan kesehatan. 2. Membandingkan karakteristik konsumen yang terpengaruh dan tidak terpengaruh oleh pelabelan peringatan kesehatan Kegunaan Penelitian Penelitian ini ditujukan kepada pihak pihak yang berkepentingan dalam memproduksi iklan, perusahaan rokok dalam melakukan pelabelan rokok, pemerintah yang berperan dalam menentukan kebijakan-kebijakan, dan masyarakat konsumen serta pihak lainnya dalam memahami lebih banyak mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. 5

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Pengamanan rokok merupakan setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka mencegah dan atau menangani dampak penggunaan rokok baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan. Rokok merupakan suatu barang konsumsi yang sudah tidak asing lagi. Rokok telah menjadi konsumsi rutin bagi para perokok, dimana mereka mengkonsumsi setiap hari. Bagi para perokok, merokok adalah kebiasaan yang sulit ditinggalkan.pada kenyataannya kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Rokok telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Peraturan pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang telah menetapkan bahwa batas kadar maksimum kandungan nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang beredar di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi kadar kandungan nikotin 1.5 mg dan kadar kandungan tar 20 mg. 2.2 Label Secara umum label dapat diartikan sebagai suatu tanda dengan tulisan, gambar, atau dengan cara lain pada suatu kemasan (Yeni Suryani, 2001). Menurut PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta UU Pangan No. 7/1996, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. 6

22 Lebih lanjut dinyatakan di dalam PP No. 69/1999, bahwa suatu label berisikan keterangan mengenai pangan yang bersangkutan, sekurang kurangnya memuat nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. Sementara itu pada lampiran Keputusan Dirjen POM No /B/SK/VII/1991, dinyatakan bahwa pada label makanan secara umum juga harus terdapat nomor pendaftaran produk. Adapun untuk makanan tertentu, harus dilakukan pencantuman kode produksi, tanggal kadaluwarsa, petunjuk atau cara penyimpanan, petunjuk atau cara penggunaan, nilai gizi, serta tulisan atau pernyataan khusus. Selanjutnya dinyatakan bahwa pada label tidak boleh dicantumkan kalimat, kata kata, tanda, nama, lambang, gambar dan sebagainya yang menyesatkan, mengacaukan atau ditafsirkan salah perihal asal, sifat, isi, komposisi, mutu atau kegunaan makanan, baik secara langsung maupun tidak, atau mengacaukan suatu produk dengan produk lain, sehingga dapat membingungkan pembeli atau konsumen (Yani Suryani, 2001). Pada label juga tidak boleh dicantumkan referensi, nasihat, peringatan atau pernyataan dari siapapun, yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung atau tidak langsung Fungsi Pelabelan Sebenarnya label dan iklan itu memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Sebagai sumber informasi. Tentunya, produsen sangat mengharapkan penjualan produknya meningkat sehingga selalu berusaha memasukkan unsurunsur yang dapat memikat atau membujuk konsumen untuk membelinya.iklan dan label tidak boleh hanya menginformasikan hal hal yang hanya menguntunkan dari sisi produsen saja. Informasi yang benar, jelas, dan jujur harus disampaikan pada konsumen sesuai ketentuan pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 (UUPK). 2. Label data digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Masyarakat di Negara Negara maju sudah terbiasa membaca label dengan cermat dan teliti, serta selalu membandingkan dengan produk lain dari segi posisi, berat bersih, serta harganya sebelum membeli. 7

23 3. Label dapat digunakan sebagai sarana mengikat transaksi. Dalam penjelasan UUPK disebutkan bahwa iklan atau label harus bersifat mengikat. Artinya apa yang diinformasikan dalam label dan dijanjikan dalam iklan, harus dapat dibuktikan kebenarannya dan bersedia dituntut apabila ternyata tidak benar. Keterangan tentang label dan fungsinya dapat dilihat pada Lampiran 1. Standar yang digunakan untuk mengukur kadar tar dan nikotin saat ini adalah berdasarkan standar industri tembakau yang tidak mencerminkan dampak kesehatan.saat ini penelitian tar, nikotin dan karbon monoksida pada rokok ditentukan melalui tes mesin (standar ISO) yang dipromosikan oleh industri tembakau. Metode untuk menilai tar, nikotin dan karbon monoksida ini tidak meramalkan masukan sebenarnya atau perilaku perokok yang dikaitkan dengan kadar nikotin dari rokok. Rokok rendah tar mempunyai kadar nikotin yang rendah pula. Namun karena orang merokok adalah untuk mencapai kadar nikotin tertentu yang dapat memuaskan rasa ketagihannya, maka rokok yang menunjukkan kadar "tar rendah" bahkan akan mengakibatkan isapan lebih dalam dan konsumsi rokok yang lebih banyak lagi Penelitian Terdahulu Taruli (2002) melakukan penelitian tentang Analisis Peluang Ekspor Agribisnis Cengkeh Indonesia dengan menggunakan metode Timeseries, informasi yang diperoleh dari penelitiannya bahwa perkembangan volume dan nilai ekspor cengkeh Indonesia secara keseluruhan meningkat. Rata rata pada periode adalah 32,72% dan adalah 79,02%. Dilihat dari pasar cengkeh domestik, pasar cengkeh internasional, sumberdaya Indonesia dan perkembangan produk, ekspor cengkeh Indonesia mempunyai peluang yang cukup baik. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rigowo (1998) tentang Evaluasi Pelaksanaan dan Strategi Pengembangan Kemitraan Perusahaan Rokok dengan Petani Tembakau. Dalam penelitiannya diinformasikan bahwa evaluasi pelaksanaan kesepakatan kemitraan DT2D di Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan menganalisis dampak kemitraan. Pendapatan pengusahaan tembakau petani mitra sebelum kemitraan, berasal dari penjualan hasil usaha tani berupa 8

24 tembakau daun basah; sedangkan pada saat kemitraan berasal dari penjualan tembakau krosok dau kering yang merupakan hasil pengolahan pasca panen tembakau daun basah. Dengan asumsi bahwa petani mitra tetap menjual daun basah pada saat kemitraan, maka penerimaan petani mitra saat kemitraan meningkat sebesar 71,25% dari sebelum kemitraan. Penelitian yang dilakukan oleh Wachizin (2006) Mengenai Preferensi Konsumen Rokok Kretek dan Rokok non Kretek di Kota Bogor. Hasil penelitian menjelaskan bahwa berdasarkan analisis terhadap pola konsumsi rokok, sebagian besar sampel konsumen kretek mengkonsumsi rokok untuk mengusir kejenuhan, memiliki anggaran untuk membeli rokok antara Rp Rp / Hari mengkonsumsi rokok batang/hari sangat bergantung pada rokok (96,7 %). Sementara itu sebagian besar sampel konsumen non kretek mengkonsumsi rokok agar pikiran segar, menganggarkan dana Rp Rp /hari, mengkonsumsi batang/hari sangat bergantung pada rokok (91,7%). Adapun alat analisis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Wachidin (2006) adalah dengan uji analisis Chi Square, hasilnya menunjukkan bahwa, baik pada sampel konsumen kretek maupun sampel konsumen non kretek, variabel umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap preferensi, hanya variabel pendidikan yang berpengaruh negatif terhadap preferensi, baik pada sampel konsumen kretek, maupun pada sampel konsumen non kretek. Pada penelitian ini akan dibahas pelabelan terhadap rokok, yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh M. Indrajit Roy (2005) yang meneliti tentang Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rokok Kretek di Indonesia, tetapi tidak dibahas tentang pelabelannya. Penelitian yang dilakukan oleh Tribella Kembaren (2004), mengenai Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan Mahasiswa memperoleh faktor faktor yang telah dianalisis dan memiliki hubungan yang signifikan yaitu jenis kelamin responden, asal suku bangsa, agama dan sosialisasi keluarga. Uji yang digunakan adalah uji Korelasi Spearman, tetapi pada penelitian ini faktor faktor yang secara signifikan mempengaruhi pelabelan peringatan kesehatan adalah jenis kelamin dan usia. 9

25 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Indonesia berada dalam urutan tertinggi kelima di antara negara-negara di dunia dengan konsumsi rokok sebanyak 182 miliar batang pada tahun Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, dalam sambutan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Senin (31/5), di Gedung Departemen Kesehatan, Jakarta( Pada tahun 2004, nilai impor rokok nasional mencapai US$ atau meningkat sebesar 467 persen dari nilai impor rokok pada tahun 2003 sebesar US$ (Biro Pusat Statistika, 2004) Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Konsumen Iklan semula diciptakan untuk merangsang pembelian atau konsumsi misal akibat produksi yang dilakukan secara massal. Produksi masal tersebut dilakukan untuk menghemat biaya satuan produksi, sehingga iklan memiliki fungsi menginformasikan produk produk yang diproduksi secara massal kepada masyarakat (Dianasari 2005). Fungsi iklan kemudian lambat laun berubah. Sebuah iklan, menurut White (1981) dalam Dianasari 2005, tidak hanya menjual, tetapi juga menginformasikan, membujuk, mengingatkan, mempengaruhi, merubah pendapat, serta mungkin dapat merubah sikap dan perasaan. Iklan tidak hanya sekedar menjual barang namun menginformasikan, membujuk, menawarkan status, membangun citra dan bahkan menjual mimpi, iklan juga merekayasa kebutuhan dan menciptakan ketergantungan psikologis. Pilihan media dalam mengiklankan produk bagi pemasar juga kemudian menjadi hal penting. Televisi dijadikan sebagai media utama pengiklan dalam mengiklankan produknya karena keunggulan-keunggulan televisi yang membedakannya dengan media komunikasi lainnya. Menurut Jeffers (1997), manusia biasanya memerlukan lebih dari satu indera untuk mengerti sesuatu. Televisi adalah media yang membuat orang menggunakan dua inderanya, yaitu indera penglihatan dan pendengaran. 10

26 Apalagi saat ini, pertelevisian di Indonesia sudah menerima kembali kehadiran tayangan iklan di layar kaca, termasuk stasiun televisi milik pemerintah, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Saat ini dunia pertelevisian Indonesia diwarnai oleh 11 stasiun televisi swasta yang berlingkup nasional, yaitu RCTI, SCTV, TPI, ANTEVE, Indosiar Visual Mandiri (IVM), Trans TV, Metro TV, Global TV, TV 7, Lativi, serta satu stasiun TV milik pemerintah, TVRI yang sejak tahun 1999 terbuka kembali untuk iklan komersial setelah sejak 1981 meniadakan iklan pada program siarannya. Mengamati ratusan iklan yang menjajali televisi setiap hari, Iklan rokok tampil sebagai anomali. Jika iklan lain tampil dengan begitu vulgar, pesan yang sampai begitu jelas dan segar, iklan rokok justru tersembunyi, pesan lebih sebagai penyiasatan. Ini memang ada kaitannya dengan peraturan pemerintah agar pengiklan tak menampilkan rokok dalam bentuk aslinya dan jam tayang hanya boleh diatas jam 9 malam. Akibatnya pesan datang dengan cara yang melingkar, memainkan kekuatan gambar dan imaji. Tak heran dalam iklan rokok, kreativitas mendapat ujian yang tinggi ( Akar kreativitas iklan rokok sepertinya harus merujuk pada iklan Marlboro. Marlboro menampilkan iklan rokok yang konsisten mengiklankan dirinya dengan figur alam savana lengkap dengan koboi dan kudanya. Liar alam, ruap kopi, pagi merah wortel, ringkik kuda, dan lemparan laso menjadi bagian dari serial iklan ini: suasana ketika hening mencapai bening. Kemudian hari, keliaran ala mini menjadi unsur vital, ketika imaji petualangan makin dijual Marlboro: Gairah bertualang di gersang Padang, dingin es di Amerika Utara. Barangkali tak ada iklan rokok yang lebih menyita perhatian penonton selain kelucuan Gang Hijau yang mengiklankan Sampoerna Hijau. Iklan mereka versi memancing, memukul bedug, minta Krisdayanti, kijang mogok, banjir sampai yang terakhir nasi goreng sangat menghibur. Meskipun yang terakhir mulai nampak tingkat penurunan kelucuan. Gang hijau yang dikontrak secara eksklusif pun mengakui dalam beberapa roadshow mereka bahwa iklan minta Krisdayanti dong yang membuat nama mereka meroket. Apalagi, iklan ini mendapat citra pariwara. Idiom yang mereka ungkapkan, Sampoerna hijau enaknya rame rame menjadi sangat popular dan kena di benak penonton. 11

27 Puluhan iklan rokok lain pun menempuh cara yang sama. Tidak lagi orang yang menyedot rokok dan menghembuskan asapnya kuat kuat, dengan mimik merasakan kenikmatan sempurna, seperti yang ditempuh iklan Dji Sam Soe tempo Doeloe, kini rokok 234 pun memakai kebersamaan, petualangan, dan pemandangan bromo dalam promosinya. Citra iklan dimata Heiddeger sebagaimana tertulis dalam artikel The Age of The World Picture kini telah mengubah diri menjadi cermin bagi manusia untuk berkaca dan untuk mencari eksistensi diri. Kini seakan akan televisi melalui iklan misalnya, telah mengambil alih fungsi penglihatan kita, dan membentuk realitas dengan bahasanya sendiri. Iklan mengikat manusia, dan secara total akhirnya membuat manusia harus mengidentifikasikan dirinya dengan citraan. Dalam konteks yang demikianlah iklan rokok dapat lebih mudah dibaca. Iklan bekerja lebih mengikuti logika. Susan Sontag dalam buku On Photografi melalui kekuatan gambar, yang membuat pengamat bebas mendekatinya melalui berbagai sudut tanpa harus ada pretense mencari makna. Iklan bukan lagi sekedar teks atau komentar terhadap produk, tapi menifestasi dari ide besar terhadap produk itu. Yang kemudian menjadi porsi terbesar dari iklan jenis ini adalah kekuatan yang dampaknya pada penonton. Dampak inilah, yang bukan makna tapi visualisasi yang bekerja didalam memori, yang menghubungkan keputusan petanda petanda tadi (www. Periklanan. Go. Id) Pelabelan terhadap Produk Rokok Penjual harus memberikan label pada produknya. Label bisa hanya berupa tempelan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan merek atau bisa pula banyak informasi, bahkan jika penjual memilih label yang sederhana saja, peraturan hukum mungkin mengharuskan adanya informasi tambahan (Kotler, 1997). Label memiliki beberapa fungsi. Label mengidentifikasi produk atau merek, label juga menjelaskan produk, akhirnya label juga mempromosikan produk melalui gambar yang menarik (Kotler, 1997). 12

28 Perkembangan produk yang pesat menyebabkan fungsi label menjadi semakin penting, mengingat label merupakan sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan dan obat obatan, karena konsumen tidak bisa bertemu langsung dengan produsennya (Permono, 2000). Peranan label sangat mutlak sebelum pembelian (pra-transaksi). Label memberikan informasi kepada calon konsumen mengenai produk tersebut yaitu nama, mutu dan karakteristiknya, asalnya, kegunaan dan kelemahannya serta status hukum produk untuk membantu calon konsumen mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Karena untuk kepentingan pengambilan keputusan, informasi pada label harus menceritakan kondisi produk dengan sebenar benarnya, jujur, tidak bias kepentingan dan berimbang antara keunggulan dan kelemahan produk serta penyampaian informasi yang jelas dan sederhana dalam bahasa setempat yang paling mudah dimengerti. Label yang ada pada kemasan memang cukup membantu. Tetapi informasi pada label tidak selalu dapat dimanfaatkan secara optimal oleh konsumen. Hal tersebut bisa terjadi karena kurang jelasnya informasi pada label atau kurangnya pengetahuan konsumen untuk dapat memahami informasi pada label. Oleh karena itu konsumen memerlukan pendidikan dan informasi. Dalam rangka mencapai efektivitas pelabelan, serta untuk mengendalikan kualitas informasi pada label, pemerintah menetapkan suatu kebijakan yang mengatur pelabelan pangan. Yani Suryani, 2001, menjelaskan bahwa peraturan pelabelan akan berfungsi untuk: 1. Membantu konsumen secara langsung saat membeli. Peraturan pelabelan yang baik akan memberikan informasi yang mendasar mengenai produk dan meningkatkan jumlah informasi yang dapat diakses konsumen dalam membuat keputusan. 2. Membantu konsumen dalam mengingat dan konsisten terhadap produk tertentu. Pelabelan juga akan menentukan parameter dan evaluasi periklanan. 3. Jaminan pengawasan dari pemerintah yang akan meyakinkan konsumen bahwa ada yang mengawasi apa yang tertulis pada label produk. Konsumen 13

29 yakin bahwa produk pangan yang beredar di pasar adalah produk pangan yang berkualitas. 4. Salah satu media pendidikan konsumen. Ruangan yang terbatas untuk pelabelan pada produk tembakau dapat digunakan untuk dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu : peringatan kesehatan dan informasi bagi konsumen dan promosi merek. Tanpa adanya peraturan pemerintah mengenai ukuran dan jenis peringatan kesehatan, industri tembakau akan cenderung membuat peringatan kecil dengan maksud menyediakan ruang lebih. Ada beberapa hal supaya agar tanda peringatan di rokok lebih efektif berdasarkan penjelasan dari WHO, dikutip dari 1. Ukuran cukup besar FCTC mensyaratkan agar sedikitnya 30 % (atau idealnya 50 %) dari permukaan kemasan produk digunakan untuk tanda peringatan kesehatan. 2. Mudah Dibaca Warna hitam dan putih sangat kontras dan mudah dibaca. Beberapa Negara mensyaratkan jenis huruf dan ukuran peringatan kesehatan secara khusus. 3. Jelas kata katanya Kebanyakan perokok meremehkan resiko kesehatan yang berkaitan dengan merokok. Pesan harus sederhana dan tegas. 4. Rotasi pesan Pesan kesehatan harus diganti ganti. Masyarakat menjadi terbiasa dengan pesan yang tiap kali sama, sehingga pesan kehilangan dampaknya. 5. Disertai Gambar Gambar lebih efektif daripada kata-kata khususnya untuk perokok dengan tingkat pendidikan rendah. PP 19/2003 melarang pencantuman label yang memberikan gambaran menyesatkan atau pernyataan yang menyamarkan dampak negatif kesehatan. Ini mencakup kata, grafik atau gambar yang menciptakan kesan palsu atau salah, atau menyamarkan bahaya kesehatan yang berkaitan dengan tembakau ( Beberapa Undang Undang yang mengatur ketentuan label pangan disajikan pada lampiran 2. 14

30 3.3. Kerangka Pemikiran Operasional Rokok merupakan tantangan kesehatan yag berbeda dari yang lain. Kematian adalah salah satu akibat yang ditimbulkan oleh bahaya merokok. Produsen produsen rokok memproduksi bermacam macam jenis rokok untuk dipasarkan. Hak untuk diberitahukan kepada konsumen, termasuk juga mengelakkan penipuan dan melindungi pengguna dari iklan iklan yang menyeleweng, pelabelan yang mengelirukan yang tidak beretika. Pelabelan menjadi begitu penting dan berharga bagi pengguna dan kembali lagi pada bagaimana pengguna menggunakannya dan bagaimana tanggapan pengguna terhadap pelabelan tersebut. Oleh karena itu dilakukanlah analisis mengenai karakteristik konsumen yang terpengaruh dan tidak terpengaruh oleh pelabelan kesehatan dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman. Analisis mengenai kesadaran dan pola konsumsi rokok konsumen perokok terhadap pelabelan kesehatan diukur dengan mengunakan analisis deskriptif, dengan cara mentabulasi silang data yang diperoleh dari dari kuisioner dan dari penelitian langsung terhadap label dari kemasan pembungkus rokok. 15

31 Skema kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 1. Bahaya Merokok Pelabelan Kesadaran konsumen rokok terhadap pelabelan Analisis Krakteristik konsumen rokok Analisis Deskriptif Uji Korelasi Spearman Peubah-peubah yang digunakan dalam model: 1. Pendapatan 2.Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Usia 5. Jenis Kelamin Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Operasional 16

32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Perumnas Bantarjati Bogor dan lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi di Kecamatan Bogor Tengah dilakukan secara sengaja (purposive), mengingat letaknya yang strategis dan penduduknya yang berkembang pesat dengan kelompok masyarakat dari kelas bawah, menengah sampai kelas atas Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan responden yang dipilih secara sengaja dengan memberikan kuisioner kepada responden. Kuisioner berisi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan bagi responden untuk menjawab. Kuisioner penelitian dapat dilihat pada lampiran 10. Data sekunder sebagai data pelengkap diperoleh dari kelurahan Bantarjati, BPS, dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB Bogor Cara Pengambilan dan Pengumpulan Data Pengambilan contoh dilaksanakan secara convenience sampling (sampling kemudahan) berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain, contoh diambil/terpilih karena berada pada tempat dan waktu yang tepat. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang merupakan konsumen perokok. Pengambilan contoh dilakukan dengan mendatangi rumah rumah yang berada di komplek perumahan Bantar jati Bogor, mahasiswa ekstensi IPB, pelajar SMU N 7 dan karyawan perusahaan yang terletak dikecamatan Bogor Tengah dengan menanyakan kesediaan anggota rumah tangga dan mahasiswa serta pelajar yang merokok untuk menjadi responden. Penggunaan teknik convenience didasarkan atas tidak adanya 17

33 kerangka sampling (sampling frame) untuk konsumen perokok di Kota Bogor dan sampel merupakan mereka yang dikategorikan konsumen perokok saat penelitian berlangsung Metode Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, baik analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif, serta analisis Korelasi Spearman. Beberapa alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Untuk membantu memaparkan hasil ini maka informasi yang digunakan adalah data data dan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Analisis mengenai kesadaran dan pola konsumsi konsumen perokok akan pelabelan, diukur dengan mengunakan analisis deskriptif, baik kualitatif maupun kuantitatif disajikan dengan cara mentabulasi silang data yang diperoleh dari dari kuisioner dan dari penelitian langsung terhadap label dari kemasan pembungkus rokok serta informasi dari Undang Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan Uji Korelasi Spearman Korelasi spearman merupakan alat analisis statistika yang digunakan untuk mencari hubungan 2 variabel berupa data ordinal. Data ordinal adalah data yang bisa dikelompokan dan diurutkan contoh tingkat pendidikan. Nilai korelasi berada diantara -1 sampai 1. tanda positif negative menyatakan hubungan kedua variable seperti apa. Jika positif berarti hubungan kedua variable tersebut berbanding lurus sedangkan negative menyatakan hubungan kedua variabel tersebut berbanding terbalik. 18

34 Seberapa besar hubungan kedua variable tersebut dilihat secara subjektif. Tapi biasanya banyak orang mengatakan bahwa jika nilai korelasi diatas 0.5 maka kedua variable tersebut mempunyai hubungan yang kuat. Rumus Korelasi Spearman yaang digunakan yaitu: r s 6 d = 1 2 n n 2 ( 1) Dimana: r s = Nilai Korelasi Spearman Rank d 2 = Selisih setiap pasangan rank n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5<n<30) Hipotesis (secara umum): H 0 : X dan Y saling bebas (tidak terdapat korelasi antara peubah X dan peubah Y) H 1 : X dan Y tidak saling bebas (terdapat hubungan langsung atau berkebalikan (korelasi) antara peubah X dan Y) Keputusan: 1. nilai-p (sig.(2-tailed)) < alpha artinya tolak Ho yang menyatakan bahwa kedua variable tersebut mempunyai hubungan 2. nilai-p (sig.(2-tailed)) > alpha artinya terima Ho yang menyatakan bahwa kedua variable tersebut tidak mempunyai hubungan. Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan program komputer statistik. Program komputer statistik yang dimaksud adalah SPSS (Statistical Product and Solution Services) versi

35 BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN DAN KESADARAN KONSUMEN PEROKOK TERHADAP PELABELAN KESEHATAN 5.1. Karakteristik Responden Sesuai dengan pembagian konsumen menjadi enam kategori kelas sosial dari hasil penelitian dilapangan. Pada penelitian ini yang menjadi responden mayoritas adalah pegawai swasta Usia Secara umum rata-rata usia responden adalah 37, 83 tahun, secara keseluruhan responden memiliki usia kurang dari 40 tahun sebesar 60 % dan sisanya 40 % yang berumur lebih dari 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut tingkat kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat, sehingga menyurutkan niat konsumen untuk mengkonsumsi rokok lebih tinggi karena semakin sadar akan resiko dan bahayanya terhadap kesehatan. Sebaran responden menurut usia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Usia Usia N %(Persentase) < 40 Tahun 36 60,00 > 40 Tahun 24 40,00 Jumlah , Jenis Kelamin Jumlah responden perokok berdasarkan jenis kelamin ternyata responden laki-laki lebih dominan sebesar 78, 34 % sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 21,66 % yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pegawai swasta maupun pegawai negeri. Sampel laki laki diambil lebih banyak karena sesuai dengan target dalam penelitian ini dimana bisanya responden laki laki lebih memahami masalah masalah yang berkaitan dengan merokok. Sebaran responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3. 20

36 Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin N %(Persentase) Laki-laki 47 78,34 Perempuan 13 21,66 Jumlah , Tingkat Pendidikan Jumlah responden untuk tingkat pendidikan sangat bervariasi dari tamat sekolah dasar sampai dengan pasca sarjana. Persentase tigkat pendidikan terbesar responden adalah Diploma sebanyak 30 %, sedangkan untuk responden yang paling kecil yaitu pasca sarjana sebanyak 1,66 %. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuan yang diperolehnya mengenai dampak dan bahaya merokok terhadap kesehatan Sebaran responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Tingkat Pendidikan N %(Persentase) SD 6 10,00 SMP 5 8,34 SMU 13 21,66 DIPLOMA 18 30,00 SARJANA 17 28,34 PASCA SARJANA 1 1,66 Jumlah , Pekerjaan Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa maupun ide. Secara umum jenis pekerjaan akan membedakan tingkat pendapatan. Konsumsi rokok akan dibatasi oleh pendapatan dan harga rokok. Jenis pekerjaan responden akan membedakan tingkat pendapatan, karena konsumsi rokok akan tergantung kepada pendapatan. Dengan beragamnya pekerjaan dan tingkat pendapatan akan diketahui bagaimana pola konsumsi rokok oleh responden. Pekerjaan responden untuk persentase terbesar yaitu pegawai swasta sebanyak 36,67%, lain-lain 26,67%, pegawai negeri sipil 20,00%, pelajar/mahasiswa 6,66% sedangkan pensiunan dan wiraswasta sebanyak 5 %. 21

37 Besarnya proporsi responden yang bekerja untuk semua kelas sosial, baik itu wiraswasta, pegawai swasta maupun pegawai negeri, merupakan salah satu upaya untuk menambah pendapatan keluarga. Sebaran responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Pekerjaan Pekerjaan N %(Persentase) Pelajar/ Mahasiswa 4 6,66 PNS 12 20,00 Swasta 22 36,67 Wiraswasta 3 5,00 Pensiunan 3 5,00 Lain-lain 16 26,67 Jumlah , Pendapatan Responden sebagian besar memiliki pendapatan keluarga di bawah satu juta lima ratus rupiah perbulan. Tingkat pendapatan suatu keluarga tergantung pada kemampuan setiap anggota keluarga dalam memanfaatkan kesempatan kerja dan menggunakan sumber-sumber yang mendatangkan hasil. Pendapatan yang meningkat akan mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi rokok. Sebaran responden menurut pendapatan disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Jumlah Pendapatan N %(Persentase) < , ,00 > ,67 Jumlah ,00 Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung pada kemampuan anggota keluarga untuk memperoleh kesempatan kerja dan penghasilan cukup sesuai kemampuan produktivitas. Pendapatan berpengaruh terhadap pola konsumsi rokok. Pendapatan berpengaruh pula terhadap jenis/merek rokok yang dikonsumsi, karena responden yang memiliki pendapatan > Rp ,- lebih cenderung mengkonsumsi rokok merek terkenal seperti Surya Pro, A Mild, Sampoerna Mild dan Capri dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapatan < Rp ,-. 22

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA A14103513 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN ( Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 81 Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999 ) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

Lebih terperinci

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN Pertimbangan disusunnya PP No.19 tahun 2003 : a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara mengkonsumsinya), karena produk ini memberikan kepuasan kepada konsumen melalui asap (hasil pembakaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.876, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengawasan. Iklan. Kemasan. Produk Tembakau. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PENCANTUMAN PERINGATAN KESEHATAN DAN INFORMASI KESEHATAN PADA KEMASAN PRODUK TEMBAKAU 1 2 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.591, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Peringatan. Informasi. Kesehatan. Kemasan Rokok. Pencantuman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PRODUK TEMBAKAU YANG BEREDAR, PENCANTUMAN PERINGATAN KESEHATAN DALAM IKLAN DAN KEMASAN PRODUK TEMBAKAU, DAN PROMOSI

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012 BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012 2.1 Arti Penting Pelabelan Pada Produk Rokok Pencantuman label dalam suatu produk sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 milimeter (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 milimeter yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil tembakau terbanyak di dunia setelah Cina, Brazil, India, Amerika

BAB I PENDAHULUAN. penghasil tembakau terbanyak di dunia setelah Cina, Brazil, India, Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara penghasil tembakau terbesar didunia. Berdasarkan data tahun 2004, Indonesia merupakan negara ke-6 penghasil

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.278, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Zat Adiktif. Produk Tembakau. Pengamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5380) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia, dengan total produksi nasional rata-rata mencapai 220 milyar batang per tahun dan nilai penjualan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan merokok ini sudah menjadi kegiatan umum dan meluas dikalangan masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang paling sering di jumpai di kalangan masyarakat. Kebiasaan merokok masyarakat dapat dijumpai di berbagai tempat seperti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kini menempati ranking ke-5 sebagai negara dengan jumlah konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang (Depkes RI,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tembakau merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kementrian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

ROKOK DAN IKLAN ROKOK BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan siswa SLTP Dharma Pancasila Medan tentang rokok dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu dan masyarakat dunia tahu bahwa merokok itu mengganggu kesehatan, dan masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional bahkan internasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 SEBAGAI PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK MENUJU MASYARAKAT YANG LEBIH SEHAT BIDANG KEGIATAN: PKM P DIUSULKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok remaja merupakan bentuk perilaku menghisap rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat umum seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: PP Terkait Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM POSITIF KU Perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita temui di kehidupan sekitar kita. Merokok sudah menjadi salah satu budaya dan trend di Indonesia,

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah fenomena biasa yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Keyakinan akan mitos menyesatkan bagi masyarakat Indonesia, seperti merokok bisa memecahkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah gulungan kecil potongan daun tembakau yang dibungkus dalam silinder kertas tipis. Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 109 tahun 2012

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. 109 TAHUN 2012 3.1 Kewenangan Pengawasan Terhadap Label Produk Rokok Kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Menurut Effendy (2003:255-256) teori Stimulus-organismresponses (S-O-R) adalah stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan. Stimulus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen. Perusahaan berusaha membuat suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pada dasarnya, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau/rokok akan menjadi masalah kesehatan utama terbesar dan menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus mengeluarkan ide-ide baru untuk memasarkan produknya. Tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Perda No.3 2005 pasal 23 tentang pelarangan merokok di tempat umum, saran kesehatan, tempat kerja, tempat ibadah dan angkutan umum, sampai

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SUSU CIMORY (Kasus di Giant Hypermarket Botani Square Bogor) Oleh : RIKA ARIANIKA DEWI A14105596 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat lebih dari 100 produsen rokok, dimana kebanyakan berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek. Produsen rokok yang

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) UNIVERSITAS INDONESIA 2013 BAGIAN I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP

PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU) Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan suatu produk hasil olahan dari tanaman tembakau yang dapat dikonsumsi dengan cara dibakar di salah satu ujungnya lalu dihisap melalui mulut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari semakin banyaknya perusahaan baru dan jenis atau

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari semakin banyaknya perusahaan baru dan jenis atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri rokok di Indonesia cukup menggairahkan. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya perusahaan baru dan jenis atau merek yang beredar di pasaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2013 Seri E Nomor 4 Tahun 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah i Rokok merupakan kata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Bahkan, dewasa ini sejumlah remaja, sudah mulai menghisap lintingan tembakau yang disebut rokok

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA 8 PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsumsi rokok di dunia Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan dengan aspek kesehatan, namun juga aspek ekonomi, sosial, budaya

Lebih terperinci

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan perilaku yang berbahaya, merokok sama dengan mencari mati. Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Perilaku merokok

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK - 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa rokok

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian semakin akrab oleh khalayak, khalayak disini juga menjadi saksi atas perkembangan teknologi di dunia pertelevisian saat ini. Tentunya

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan diferensiasi produknya kepada konsumen melalui suatu media.

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran ada dimana-mana. Formal atau informal, orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah kegiatan yang dapat disebut pemasaran. Pemasaran yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang kita telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan berkembang pesatnya teknologi. Perkembangan teknologi ini juga membawa dampak

Lebih terperinci