Pengembangan jagung, terutama di beberapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan jagung, terutama di beberapa"

Transkripsi

1 Efektivitas Amonia, Asam Propionat, dan Ekstrak Daun Cengkeh dalam Pengendalian Aspergillus flavus pada Jagung Syahrir Pakki Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan ABSTRACT. Effectiveness of Propionic Acid, Ammonia, and Clove Leaf Extract to Control Seedborne Aspergillus flavus in Maize. A study was done with an objective to determine the effect of ammonia, propionic acid, and extract of clove leaves on Aspergillus flavus of maize. The study was carried out in two steps. A laboratory experiment was done in the Pests and Diseases Laboratory of Indonesia Research Centre of Cereals Crops to isolate a pathogenic A. flavus. The isolate was then used as an inoculum source in this study. A field trial was done at Pangkep Mandalle, South Sulawesi. The trial was arranged in a Split Plot Design with four replications. The main plots were: (1) clove leaf extract, (2) ammonia, and (3) propionic acid. The sub plots were: (1) four concentrations of clove leaf extract (0; 6; 10; 14 g/l); (2) ammonia (0.1, 0.5, and 2.0 ml/l), and propionic acid (0.1, 0.5, and 2.0 ml/l). Seeds of maize variety Anoman, which is susceptible to A. flavus, were grown as border plants. Three weeks later, the trial plots were prepared in 3 m x 4 m plots and planted with variety Anoman at a 75 cm x 20 cm plant spacing, two seeds/hill. Three weeks after planting, the number of plants in each hill was reduced to one plant, hence the plant population was 105 plants/plot. The pesticide treatments to the maize plants were done at 35 days after planting (DAP) or prior to the silking stage) and at 65 DAP (after the maize cobs were fully developed). Results of the trial indicated that clove leaf extract was not effective to control A. flavus. Water suspension of either ammonia or propionic acid at the vegetative stage (35 DAP) and generative stage (65 DAP) of maize plants at rates of 1.5 and 2.0 ml/l reduced maize plant and seed infections. The A. flavus infection reduced the maize seed quality, but not the maize yield. Keywords: Disease control, clove leaf extract, Aspergillus flavus; maize ABSTRAK. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas asam propionat, amonia, dan ekstrak daun cengkeh dalam pengendalian patogen benih A.flavus pada jagung. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu di laboratorium dan lapangan. Isolasi A. flavus yang digunakan sebagai sumber inokulum dilakukan di laboratorium Hama Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian lapang dilakukan di Pangkep Mandalle, Sulawesi Selatan, menggunakan rancangan petak terpisah dengan empat ulangan. Petak utama terdiri atas: (1) ekstrak daun cengkeh, (2) amonia, dan (3) asam propionat. Anak petak terdiri atas empat konsentrasi ekstrak daun cengkeh (0, 6, 10, dan 14 g/l), empat konsentrasi amonia (0; 1,0; 1,5; dan 2,0 ml/l), dan empat konsentrasi asam propionat (0; 1,0; 1,5; dan 2,0 ml/l). Masing-masing bahan kimia disuspensikan ke dalam air yang berfungsi sebagai bahan pembawa (carrier). Agristik digunakan sebagai bahan perekat (sticker). Jagung varietas Anoman yang rentan terhadap A. flavus digunakan sebagai tanaman inang. Tiga minggu sebelum tanam pada petak percobaan, dua baris tanaman jagung ditanam sebagai sumber inokulum awal patogen. Selanjutnya, benih varietas yang sama ditanam pada petak percobaan berukuran 3 m x 4 m dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm, dua tanaman per lubang. Tanaman dipupuk dengan 300 kg urea, 200 kg SP36, dan 100 kg KCl/ha. Perlakuan pestisida dilakukan 35 hari setelah tanam (HST) dan 65 HST, setelah tongkol biji penuh, dengan penyemprotan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun cengkeh tidak efektif mengendalikan A.flavus. Amonia atau asam propionat yang dilarutkan dalam air dengan dosis 1,5 dan 2,0 ml/l air dan volume semprot 500 l/ha dapat menekan intensitas penyakit pada tanaman dan menurunkan intensitas penularan patogen pada biji jagung. Infeksi A. flavus berpengaruh terhadap kualitas, tetapi tidak berpengaruh terhadap kuantitas hasil jagung. Kata kunci: Aspergillus flavus, ekstrak daun cengkeh, jagung Pengembangan jagung, terutama di beberapa provinsi yang mencanangkan diri sebagai daerah jagung, akan mengubah pola tanam dari intensitas yang rendah ke intensitas yang lebih tinggi (Balitsereal 2002). Hal ini akan berdampak terhadap perubahan lingkungan tumbuh tanaman dan status epidemi suatu penyakit tanaman dari tidak penting (minor disease) menjadi penting (major disease), sehingga berpotensi menjadi kendala bagi upaya peningkatan produksi jagung. Teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) ke depan, termasuk penyakit, tetap mengacu pada penggunaan pestisida yang memiliki residu rendah dan ramah lingkungan, seperti pestisida hayati, penanaman varietas tahan, dan manipulasi lingkungan, misalnya pengaturan waktu tanam dan penggunaan pestisida hanya bila diperlukan. Hal-hal tersebut diarahkan agar jagung dapat terhindar dari cekaman OPT dan dapat memperkecil senjang potensi hasil suatu varietas dengan hasil yang didapatkan petani. Aspergillus flavus merupakan salah satu patogen utama pascapanen jagung (Bahri 2001, Abbas et al. 2004, Pakki dan Muis 2007). Patogen ini menjadi penting, karena jagung merupakan inang utamanya. Di samping itu, A.flavus dapat menurunkan kualitas jagung dan memproduksi toksin (aflatoksin) yang berbahaya, karena dapat memicu timbulnya penyakit hepatitis dan menurunkan kekebalan tubuh (Klich 2002). Efek lain dari aflatoksin yang pernah dilaporkan adalah pengaruhnya terhadap paru-paru dan susunan saraf manusia, serta tidak mempan terhadap antibiotik (Jafardi 2002). Kontaminasi patogen ini juga menjadi salah satu kendala utama dalam pengelolaan jagung yang mengakibatkan nilai juanya rendah di tingkat produsen. 158

2 JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO Jamur A. flavus ditemukan pada berbagai media tumbuh, dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada berbagai inang alternatif dan kondisi iklim yang berbeda (Baddley et al. 2008). Pada jagung, patogen ini umumnya menginfeksi biji dalam fase pertumbuhan generatif, selanjutnya menjadi sumber inokulum awal untuk penularan penyakit pada benih jagung yang disimpan di gudang. Di beberapa sentra produksi jagung, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur, A. flavus merupakan patogen yang dominan, baik di tempat penyimpanan maupun di areal pertanaman, mencapai 64% dari 300 contoh lokasi yang telah diidentifikasi (Muis et al. 2002; Pakki et al. 2003). Penggunaan amonia dan asam propionat yang bersifat asam pada tanaman jagung diduga dapat berpengaruh kontak terhadap A. flavus pada permukaan tanaman, sehingga siklus hidupnya terputus. Varietas yang tahan dan cara-cara pengendalian A. flavus pada jagung belum banyak dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian untuk melengkapi komponen pengendalian patogen ini masih diperlukan. Pengendalian dengan memanfaatkan bahan ekstrak nabati dan pestisida berbahan aktif zat kimia sampai saat ini masih tetap diperlukan. Hal ini karena potensi berkembangnya suatu patogen tetap ada, baik akibat penggunaan varietas rentan maupun proses adaptasi patogen terhadap lingkungannya yang dapat mengakibatkan patahnya ketahanan varietas. Penggunaan pestisida berbahan aktif zat kimia tetap mengacu pada pengintegrasian langkah biologis, ketepatan waktu, dan hanya bila diperlukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pestisida berbahan aktif amonia, asam propionat, dan ekstrak daun cengkeh untuk pengendalian A. flavus pada jagung. BAHAN DAN METODE Sampel biji jagung diambil dari lapangan di Mandalle, Pangkep Sulawesi Selatan. A. flavus diisolasi dari sampel benih jagung pada cawan petri berisi Potato Dextrose Agar (PDA) di laboratorium Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros, Sulawesi Selatan. Selanjutnya, isolat A. flavus yang diperoleh diperbanyak kembali pada media PDA untuk digunakan sebagai sumber inokulum pada saat inokulasi tanaman di lapangan. Bahan pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daun cengkeh, amonia, dan asam propionat yang telah disiapkan di laboratorium Balitsereal. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan empat ulangan. Petak utama terdiri atas: (1) ekstrak daun cengkeh, (2) amonia, dan (3) asam propionat. Anak petak terdiri atas tiga tingkat konsentrasi ekstrak daun cengkeh (0, 6, 10, dan 14 g/l air), tiga tingkat konsentrasi amonia (0; 1,0; 1,5, dan 2,0 ml/l air), dan tiga tingkat konsentrasi asam propionat (0; 1,0; 1,5, dan 2,0 ml/l air). Beberapa jam sebelum perlakuan, ekstrak daun cengkeh disediakan dengan melarutkan tepung daun cengkeh ke dalam air, diaduk menggunakan pelarut magnit (magnetic stirrer) selama 10 menit, dan konsentrasi (dosis) ditetapkan 0 (kontrol, air), 6, 10, dan 14 g/l air ke dalam masing-masing ekstrak ditambahkan agristik sebagai bahan perekat (sticker). Suspensi amonia dan asam propionat disediakan dengan melarutkan masing-masing senyawa kimia ke dalam air, diaduk merata dengan pelarut magnit selama 10 menit, dan konsentrasinya ditetapkan 0; 1,0; 1,5 dan 2,0 ml/l air. Penyemprotan tanaman di lapang dengan masing-masing pestisida dilakukan dengan volume semprot 500 l/ha. Benih jagung yang digunakan dalam percobaan adalah dari varietas Anoman yang rentan terhadap A flavus. Tiga minggu sebelum penanaman pada petakpetak percobaan, di sekelilingnya ditanam dua baris jagung varietas Anoman sebagai tanaman tepi dan sumber inokulum awal bagi penularan penyakit, dengan jarak tanam antarbaris 75 cm dan dalam baris 20 cm. Setelah berumur 65 HST, tanaman tersebut diinokulasi dengan menyemprotkan suspensi A. flavus. Selanjutnya, benih jagung ditanam dalam petakan berukuran 3 m x 4 m dengan jarak tanam antarbaris 75 cm dan dalam baris 20 cm, dua biji per lubang. Tiga minggu setelah tanam, tanaman diperjarang menjadi satu tanaman per rumpun, sehingga populasi menjadi 105 tanaman/plot. Tanaman dipupuk dengan 300 kg urea, 200 kg SP36, dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan pertama dilakukan 10 HST dengan 1/3 bagian dari takaran urea, ditambah seluruh SP36 dan KCl. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 30 HST dengan memberikan seluruh sisa urea, sekaligus pembumbunan tanaman. Perlakuan ekstrak daun cengkeh, asam propionat, dan amonia dilakukan setelah bunga betina keluar (35 HST) dan sesudah tongkol berisi penuh (65 HST). Sprayer tangan (hand sprayer) yang mempunyai alat bantu, penutup ujung penyebar pestisida semprotan, digunakan untuk menyemprotkan pestisida guna menghindari kontaminasi antarpetak perlakuan. Variabel yang diamati adalah: (a) jumlah klobot terinfeksi A. flavus per petak, (b) jumlah tongkol terinfeksi A. flavus per petak, (c) jumlah biji terinfeksi A. flavus/ tongkol dari rata-rata 20 tongkol sampel, (d) iklim selama penelitian berlangsung, (e) hasil panen sampel, (f) 159

3 jumlah biji terinfeksi A. flavus dari biji yang diambil secara acak, (g) patogen terbawa benih lainnya (Penicillium sp., Fusarium sp.). Dari biji contoh tersebut diambil 500 biji secara acak, disterilkan permukaannya dengan alkohol 70%, kemudian ditumbuhkan pada kertas saring steril di laboratorium, disusun sesuai perlakuan dari percobaan lapangan, dengan empat ulangan. Pada hari keempat diamati gejala patogen bawaan benih. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Pestisida terhadap A. flavus Hasil inokulasi A.flavus pada tanaman jagung yang ditanam di sekeliling tanaman perlakuan cukup baik, gejala penyakit berkembang dengan baik, sehingga dapat menjadi sumber inokulum untuk infeksi alami A.flavus bagi tanaman jagung pada petak-petak perlakuan. Secara umum, pertumbuhan tanaman pada petak-petak percobaan tampak normal. Berdasarkan persentase klobot terinfeksi, maka pertanaman pada petak-petak yang mendapat perlakuan asam propionat atau amonia menunjukkan perbedaan nyata dibanding dengan kontrol, kecuali pada petak perlakuan dengan dosis 1 ml/l air tidak efektif menekan infeksi A.flavus pada klobot. Perlakuan tanaman dengan dosis asam propionat atau amonia 1,5 ml dan 2 ml/l air memperlihatkan efektivitas yang memadai terhadap A. flavus. Intensitas infeksi nyata lebih rendah, berkisar antara 4,7-5,3%, dibanding dengan intensitas infeksi pada petak kontrol yang mencapai 12,0-12,7% (Tabel 1). Klobot terinfeksi berwarna putih keabu-abuan dan kehitaman dengan zonasi bercak melebar yang terjadi di sekitar ujung klobot. Gejala ini sesuai dengan yang dilaporkan Pakki dan Muis (2007), bahwa A. flavus dapat menginfeksi klobot jagung di lapangan. Menurut Vieira (2003), A. flavus dapat hidup pada berbagai media tumbuh dan mempunyai fase reproduksi yang cepat dengan laju infeksi (r) yang tinggi. Penetrasi awal miselia A. flavus ke tongkol dimulai dari rambut jagung, selanjutnya ke bagian biji yang terbungkus, biasanya terjadi pada saat tongkol masih muda. Menurut Schutless et al. (2002), infeksi pada klobot menjadi sumber infeksi awal biji jagung pada tongkol di lapangan. Selanjutnya, setelah tongkol dibawa ke tempat penyimpanan, patogen berkembang lebih lanjut, terutama jika wadah penyimpanan jagung mempunyai kelembaban tinggi. Hasil pengamatan terhadap jumlah tongkol terinfeksi menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis perlakuan pestisida, maka infeksi tongkol nyata lebih rendah (Tabel 2). Tongkol terinfeksi tidak terlalu jelas pengaruhnya, tetapi jika biji terinfeksi telah dipipil dan tercampur secara acak di tempat penyimpanan, maka dapat menjadi sumber inokulum awal yang selanjutnya menyebar ke biji-biji sehat lainnya. A. flavus mempunyai masa reproduksi spora yang cepat (Crowson and Gillivray 2001), sehingga pencegahan lebih awal pada pertanaman diperlukan untuk pengendaliannya. Perlakuan amonia dan asam propionat pada tanaman di lapangan dapat mengurangi sumber inokulum awal pada penyimpanan di gudang. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pengendalian A. flavus yang efektif. Perlakuan kedua jenis senyawa kimia tersebut dapat menurunkan laju infeksi A. flavus pada biji di tempat penyimpanan dan mengurangi jumlah biji jagung yang rusak. Pakki (2006) juga melaporkan sebelumnya bahwa besarnya intensitas penularan A. flavus pada pertanaman jagung di lapangan selalu berkorelasi positif dan sangat erat hubungannya dengan intensitas infeksi biji jagung setelah panen, di tempat penyimpanan. Rendahnya intensitas infeksi A. flavus diduga akibat terjadinya kontak antara ammonia atau asam propionat dengan patogen, sehingga siklus hidup A.flavus terganggu atau terputus dan proses infeksi tidak Tabel 1. Intensitas infeksi A. flavus pada klobot jagung varietas Anoman yang mendapat perlakuan asam propionat, amonia, dan ekstrak daun cengkeh. Intensitas infeksi (%) 1 ml/l 1,5 ml/l 2,0 ml/l 6 g/l * 10 g/l * 14 g/l * Asam propionat 12,0 ax 11,0 ax 7,3 bx 5,3 bx 8,9 tn Ammonia 12,7 ax 9,3 ax 6,3 bx 4,7 bx 8,3 Ekstrak daun cengkeh 4,3 ax 11,7 ax 10,7 ay 10,0 ay 11,7 160

4 JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO Tabel 2. Intensitas infeksi A. flavus pada tongkol jagung varietas Anoman yang mendapat perlakuan asam propionat, amonia, dan ekstrak daun cengkeh. Intensitas infeksi (%) 1 ml/l 1,5 ml/l 2,0 ml/l 6 g/l * 10 g/l * 14 g/l * Asam propionat 3,3 ax 2,3 bx 1,7 bx 1,7 bx 2,3 tn Ammonia 5,0 ax 3,7 ax 3,0 bxy 2,3 bx 3,5 Ekstrak daun cengkeh 4,0 ax 5,0 ay 3,6 ay 4,7 ay 4,3 berkembang. Beberapa bahan kimia, seperti asam propionat dan asam asetat yang bersifat asam, pada konsentrasi rendah nyata menurunkan intensitas infeksi A. flavus (Anonim 2004). Penyemprotan ammonia atau asam propionat pada fase vegetatif (35 HST) tanaman jagung, mengurangi jumlah spora A. flavus yang menempel pada jambul jagung, sehingga infeksi biji padatongkol jagung menjadi rendah. Pola sebaran infeksi patogen pada satu tongkol terjadi secara acak, beberapa biji terinfeksi saling berdekatan, dan sebagian biji tidak memperlihatkan gejala yang jelas, berwarna hitam keabuan, dan sebagian kecil berwarna hijau. Bijibiji terinfeksi tersebut, setelah dipipil dari tongkolnya terbawa ke tempat penyimpanan. Selanjutnya, A. flavus berkembang dan menyebar dari satu biji ke biji lain, terutama dalam wadah penyimpanan dengan kondisi lingkungan mikro yang kondusif, terutama kelembaban tinggi dan biji yang disimpan belum cukup kering. Menurut Schutless et al. (2002), dinamika A. flavus dalam gudang penyimpanan sangat ditentukan oleh kandungan air biji jagung dan suhu ruang. Semakin tinggi kandungan kadar air biji, semakin besar peluang menyebarnya patogen dari biji ke biji lain. Perlakuan asam propionat atau amonia mematikan hifa dan spora A. flavus pada klobot dari tongkol jagung di lapang, sehingga intensitas infeksi biji menjadi rendah. Kurangnya sumber inokulum awal yang bersumber dari infeksi biji pada pertanaman di lapang juga berakibat rendahnya infeksi patogen pada biji di tempat penyimpanan. Intensitas infeksi A. flavus yang rendah berarti kualitas biji jagung semakin baik dan peluang terjadinya kontaminasi aflatoksin pada biji semakin rendah. Aflatoksin adalah hasil proses metabolisme sekunder dari substrat atau media tumbuh oleh A. flavus. Senyawa toksin ini bersifat karsinogenik pada manusia dan hewan, menyebabkan kanker hati yang dapat berakibat kematian. Kandungan aflatoksin pada jagung yang Tabel 3. Keadaan Suhu dan kelembaban per minggu di lokasi percobaan selama penelitian berlangsung. Umur tanaman Suhu udara Kisaran kelembaban (MST) (ºC) udara (%) 1 28,4 62,1-88,4 2 29,4 71,0-87,3 3 28,3 59,6-89,2 4 30,1 62,0-88,7 5 29,4 60,1-79,9 6 28,1 66,2-86,3 7 27,6 64,3-84,3 8 28,4 59,3-86,3 9 30,3 60,2-86, ,4 62,1-84, ,3 61,2-88, ,1 63,2-87,3 MST = minggu setelah tanam Sumber: Stasiun Meteorologi Wilayah Maros dan sekitarnya dapat ditoleransi untuk konsumsi ternak adalah sekitar 100 ppb (Stack 2000). Apabila produksi jagung dikembangkan untuk pakan yang berkualitas, maka pengendalian A. flavus sebagai salah satu patogen penghasil aflatoksin diperlukan. Stack (2000) melaporkan bahwa jumlah spora A. flavus yang masuk tongkol melalui jambul jagung banyak ditentukan oleh kondisi iklim. Iklim agak kering yang diselingi oleh beberapa hari hujan mendukung perkembangan A. flavus. Kondisi ini memicu pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran miselia patogen dari rambut jagung ke biji dalam tongkol. Selama penelitian berlangsung, iklim di lokasi percobaan agak kering, suhu sekitar 30 o c dengan kelembaban udara 60,1-88,4% (Tabel 3). Kondisi ini sangat kondusif bagi perkembangan A. flavus pada tanaman jagung di lapangan, sehingga pada petak kontrol ditemukan intensitas A. flavus yang cukup tinggi (5%), lebih tinggi dibanding intensitas penyakit pada petak-petak perlakuan asam propionat dan amonia, sekitar 1,6%. 161

5 Tabel 4. Intensitas infeksi A.flavus pada biji jagung yang mendapat perlakuan asam propionat, amonia, dan ekstrak daun cengkeh. Intensitas infeksi (%) 1 ml/l 1,5 ml/l 2,0 ml/l 6 g/l * 10 g/l * 14 g/l * Asam propionat 12,0 ax 11,0 ax 7,3 bx 5,3 bx 8,9 tn Ammonia 12,7 ax 9,3 ax 6,3 bx 4,7 bx 8,3 Ekstrak daun cengkeh 4,3 ax 11,7 ax 10,7 ay 10,0 ay 11,7 Senyawa amonia yang digunakan mengandung NH4 25%, selebihnya berupa magnesium (Mg), klor (Cl), fosfat (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe), masing-masing dengan kandungan sekitar 0,5 ppm (Anonim 2002). Larutan amonia dengan dosis 1,5-2 ml/l air sudah dapat menghambat pertumbuhan spora A. flavus, sehingga tingkat penularannya pada tanaman jagung lebih rendah dibanding kontrol. Di Thailand, penggunaan amonia pada jagung dapat menurunkan cemaran aflatoksin dari ppb menjadi <10 ppb (Ingalantileke et al ). Hal yang sama juga ditemukan pada perlakuan asam propionat. Asam ini mengandung senyawa asam sekitar 99% (Anonim 2005). Keasaman yang tinggi menghambat atau memotong siklus hidup A. flavus, pertumbuhan dan perkembangannya pada benih jagung kurang baik, sehingga intensitas infeksinya rendah. Ke depan, penggunaan bahan-bahan kimia aktif sedapat mungkin dihindari, tetapi karena pestisida nabati yang efektif untuk pengendalian patogen A. flavus belum ditemukan, maka penggunaannya untuk sementara masih diperlukan dengan konsep dasar pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT). Kombinasi langkah pengendalian ekobiologi berupa penekanan sumber inokulum awal, penyimpanan biji berkadar air rendah, dan penggunaan fungisida perlu dilakukan, karena patogen tersebut bersifat endemik, memiliki kemampuan berkembangbiak yang cepat, memproduksi aflatoksin yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan hewan, serta menurunkan nilai jual produk jagung di tingkat petani. Pengaruh asam propionat dan amonia juga terlihat pada jumlah biji jagung terinfeksi A. flavus, nyata lebih rendah dibanding kontrol (Tabel 4). Perlakuan ekstrak daun cengkeh dengan dosis 6, 10, atau 4 g/l air tidak menekan perkembangan A. flavus. Intensitas A. flavus dapat mencapai 11,7% dan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Wakman et al. (2000), melaporkan bahwa pada kondisi iklim mikro di laboratorium, kandungan eugenol dalam ekstrak daun cengkeh dapat menekan perkembangan beberapa cendawan patogen. Namun, pada kondisi lapang tidak efektif mengendalikan perkembangan A.flavus. Eugenol dalam ekstrak daun cengkeh diduga mudah menguap, sehingga spora yang hinggap pada permukaan daun atau jambul jagung masih dapat berkembang dan menginvasi biji pada tongkol jagung. Hasil isolasi patogen dari biji jagung dari petak kontrol menunjukkan infeksi benih berkisar antara 2,2-2,3%, sedangkan pada petak yang mendapat perlakuan pestisida berkisar antara 0,8-1,2% (Tabel 5). Hal ini berarti terdapat pengaruh dari perlakuan pestisida terhadap intensitas infeksi biji jagung di lapangan. Adanya A. flavus bawaan biji tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Pakki dan Muis (2007) di mana A. flavus dapat terbawa dalam biji jagung dari lapangan. Menurut Maroh dan Payne (1984) serta Asevedo et al. (1993), A. flavus dapat berkembang biak di dalam biji dan menjadi sumber inokulum bagi penyebaran penyakit di tempat penyimpanan. Seringkali hifa patogen ini menginfeksi biji dan bertahan hidup di dalamnya, walaupun gejala infeksi tidak tampak (infeksi laten). Saat ini belum dilaporkan bahwa infeksi A. flavus bagian embrio biji jagung dapat menjadi sumber penularan melalui biji, namun keadaan tidak bergejala tersebut dapat berpotensi menjadi sumber inokulum awal di tempat penyimpanan, terutama apabila kondisi suhu dan kelembaban di ruang tempat penyimpanan dan kadar air biji pada saat disimpan cukup ideal untuk perkembangannya. Patogen benih lain yang ditemukan pada biji jagung dari hasil percobaan lapang adalah Fusarium spp. Intensitas infeksi patogen ini juga rendah, diduga karena tidak dapat berkembang dengan baik akibat dominansi A. flavus dan iklim dengan kisaran suhu o C yang kurang kondusif. Fusarium verticilliodes yang menginfeksi biji jagung mempunyai laju infeksi yang cepat pada suhu sekitar 22 o C dan jumlah hari hujan yang tinggi (Wakman et al. 2000, Oren et al. 2003). 162

6 JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO Tabel 5. Intensitas infeksi A.flavus pada biji jagung yang telah disterilkan permukaannya dalam perlakuan amonia, asam propionat, dan ekstrak daun cengkeh. Dosis 1 ml/l 1,5 ml/l 2,0 ml/l 6 g/l * 10 g/l * 14 g/l * Asam propionat 2,1 ax 0,8 bx 0,9bx 1,1x 1,2 tn Ammonia 2,2 ax 1,2 aby 1,2 aby 1,0 bx 1,3 Ekstrak daun cengkeh 2,3 ax 1,1 by 1,9 aby 1,2 aby 1,7 Tabel 6. Hasil jagung varietas Anoman pada petak perlakuan amonia, asam propionat, dan ekstrak daun cengkeh dengan dosis berbeda. Hasil (t/ha) 1 ml/l 1,5 ml/l 2,0 ml/l 6 g/l * 10 g/l * 14 g/l * Propianic 4,76 ax 4,95 ax 5,00 ax 4,94 ax 4,91 tn Ammonia 4,82 ax 5,02 ax 4,85 ax 4,82 ax 4,88 Ekstrak daun cengkeh 4,74 ax 4,62 ax 4,89 ax 4,69 ax 4,74 Pengaruh Perlakuan Pestisida terhadap Hasil Jagung Infeksi A. flavus pada pertanaman jagung yang diberi perlakuan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap hasil jagung (Tabel 6). Hasil jagung pada petak yang mendapat perlakuan pestisida dengan dosis berbeda tidak memperlihatkan perbedaan nyata dengan hasil pada petak kontrol. Hasil jagung rata-rata sekitar 5 t/ha, lebih rendah dari potensi hasil varietas Anoman yang dapat mencapai 7,5 t/ha (Anonim 2007). Pertumbuhan tanaman jagung pada semua petak percobaan terlihat normal; pengaruh A.flavus hanya terhadap kualitas biji. Tandiabang dan Pakki (2008) melaporkan bahwa gejala visual intensitas infeksi A. flavus berkorelasi negatif dengan nilai jual jagung di tingkat petani. Semakin tinggi tingkat infeksi A. Flavus, semakin rendah nilai jual biji jagung. Korelasi antara intensitas penularan A. Flavus di tempat penyimpanan jagung dengan perkiraan potensinya untuk memproduksi aflatoksin perlu dipelajari, mengingat harga jual ditentukan oleh kandungan senyawa ini. Pemahaman tentang pentingnya pengendalian A. flavus di tingkat petani sangat terbatas, sehingga perlu ditindaklanjuti dengan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan petani dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan kualitas produksi jagung di tingkat petani. KESIMPULAN Perlakuan penyemprotan tanaman jagung varietas Anoman dengan larutan amonia atau asam propionat dalam air dengan dosis 1,5 dan 2,0 ml/l, pada umur tanaman 35 dan 65 HST, dapat menekan infeksi awal A. flavus di pertanaman dan mengurangi intensitas infeksi biji jagung. Ekstrak daun cengkeh tidak efektif mengendalikan A. flavus. Infeksi A. flavus berpengaruh terhadap kualitas, tetapi tidak berpengaruh terhadap kuantitas hasil jagung. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kawi, Ketua Kontak Tani Desa Mandalle serta Sdr. Hasbi dan Lawa yang telah membantu kegiatan teknis penelitian di lapang, seperti penanaman, penyiraman, penyiangan, pemeliharaan, perlakuan, panen dan prosesing hasil, serta pengamatan, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 163

7 DAFTAR PUSTAKA Abbas, H.K., Zablotowicz, and M.A. Locke Spatial variability of A. flavus soil population under different crops and corn grain colonization and aflatoxin. NRC Research Press, Canada 82: Anonim Inovasi tekhnologi jagung. Menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Balitsereal, Maros. Anonim Product Specification of PropionicAcid. S Shuchardt OHG. Hohenbruunn, Germany. Anonim Anti fungal drug. diakses November 11, Anonim Amonia Solution. K Ga A Darmastack, Germany. Anonim Pedoman umum produksi benih sumber jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Asevedo, I.G., E. Gamble, B. Correa, C.R. Paula, R.M.A. Almedia, and V.M.S. Firamil Influence of temperature and relative humidity on production of aflatoxin in sample of stored maize artificially contaminated with A. flavus (Link). Revista de Microbiologia 24(1): Bahri, S Mewaspadai cemaran mikotoksin pada bahan pangan, pakan dan produk peternakan di Indonesia. J. Penel. dan Pengemb. Pertanian 20(2): Baddley, J.. K. Marr, J. Wingard, T. Paterson, K. Waterbar, and W.S. Andes Invasive aspergillosis in tranplant parents descriptions of treatment practices and predictors of use of primary combination therapy. org.uk/ index diakses 3 Maret Crowson H. and Gillivray Crop protection compendium. CAB International, UK. Jafardi, S Infeksi jamur pada susunan saraf pusat manusia. USU Digital Librar y. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara, Medan. Klich, M.A Identification and common Aspergillus spesies. The Nederland Center voor Centralbureau Schimmelculture Schimmelcultures. Utrecht, the Netherland. 90:46-3. Ingalantileke, S., P. Surapurk, and F. Escalante Farm level chemical treatment to control aflatoxin development in crib stored maize cobs. In Mesa B. de (Ed.) Grain post harvest systems. Proc. 10 th Asean Technical Seminar on Grain Post Harvest Technol. Bangkok, Thailand August The Asean Crops Post Harvest Programme, Bangkok, Thailand. p Maroh and G.A. Payne Preharvest infection of corn silk and kernels by Aspergillus flavus. Phytopathology 74(11): Muis, A,, S. Pakki dan A.H. Talanca Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menyerang biji/benih jagung di Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit p Balitsereal, Maros. Oren, L., E. Smadar, C. David, and A. Sharon Early event in the Fusarium verticilliodes maize-interaction characterized by using a green flourescent protein-expresing transgenic isolate. Amer. Soc. Microbiol. 69(3): Pakki, S. dan Muis, A Patogen utama jagung setelah padi rendengan di lahan sawah tadah hujan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 26(1): Pakki, S., A.H. Talanca, dan A. Muis Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menyerang benih jagung di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit p Balitsereal, Maros. Pakki, S Patogen tular benih Fusarium sp. dan Aspergillus sp. pada jagung serta pengendaliannya. Prosiding dan Lokakarya Nasional Jagung, Maros. p Schuthless, F., K.F. Cardwell, and A. Gounou The effect of endophytic Fusarium verticilliodes on investation of two maize varieties by Lepidoptera stemborer and Coleoptera grain feeders. Amer. Phytophathol. Soc. St paul, Minn., USA. Stack. J Grain mold and mycotoxins in corn. Univ. Nebraska- Lincoln and the United States Department of Agriculture, USA. Tandiabang, Y. dan S. Pakki Inventarisasi hama dan penyakit utama pascapanen jagung di NTT dan Sulawesi Selatan. Laporan Intern Balitsereal, Maros (belum diterbitkan). Vieira, S.L Nutritional implication of mould development in feed stuffs and alternatives to reduce the mycotoxims problem in poultry feeds. World Poultry Sci. Assoc. 59: Wakman, W., M.S. Kontong, Koesnang, dan S. Pakki Penyakit pada tanaman jagung di Indonesia. Makalah disampaikan dalam Lokakar ya Nasional Jagung: Akselerasi Pengembangan Teknologi Hasil Penelitian Jagung Menunjang Intensifikasi Nasional Jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lainnya (Balitjas), Maros. 164

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA Sri Wahyuni Budiarti et al.: Komtaminasi Fungi. KONTAMINASI FUNGI PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA Sri Wahyuni Budiarti 1), Heni Purwaningsih 1), dan Suwarti 2) 1) Balai

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

Patogen Utama Tanaman Jagung setelah Padi Rendengan di Lahan Sawah Tadah Hujan. Syahrir Pakki dan Amran Muis

Patogen Utama Tanaman Jagung setelah Padi Rendengan di Lahan Sawah Tadah Hujan. Syahrir Pakki dan Amran Muis PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 1 27 Patogen Utama Tanaman Jagung setelah Padi Rendengan di Lahan Sawah Tadah Hujan Syahrir Pakki dan Amran Muis Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi

Lebih terperinci

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK Nurasiah Djaenuddin dan Amran Muis: Uji Patogenitas F. moniliforme.. UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG Nurasiah Djaenuddin dan Amran Muis Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK

Lebih terperinci

DINAMIKA PATOGEN TERBAWA BENIH Aspergillus flavus PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DAN HIBRIDA

DINAMIKA PATOGEN TERBAWA BENIH Aspergillus flavus PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DAN HIBRIDA Seminar Nasional Serealia, 2013 DINAMIKA PATOGEN TERBAWA BENIH Aspergillus flavus PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DAN HIBRIDA Syahrir Pakki dan Nurasiah Djaenuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang

Lebih terperinci

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis) Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis) Burhanuddin dan Syahrir Pakki Balai Penelitian Tanaman Sereali Maros

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG Burhanuddin: Sumber Inokulum Penyakit Bulai. SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penyakit bulai adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting. Lahan tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi jagung tahun

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Sri G. Budiarti, Sutoro, Hadiatmi, dan Haeni Purwanti Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Varietas hibrida

Lebih terperinci

FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Kalimantan

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH PEMBERIAN PYRACLOSTROBIN TERHADAP EFISIENSI PUPUK NITROGEN DAN KUALITAS HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PYRACLOSTROBIN ROLE IN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., 13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT 759. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universtitas Lampung dari Desember

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan Laboratorium Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA 31 PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA Abstract The use of quality seeds from improved varieties will produce more productive

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH PEMBERIAN FUNGISIDA BOTANI TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT HAWAR DAUN (Phytophthora infestans (Mont.) de Barry) PADA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH: NOVA FRYANTI

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL Faesal 1), Syuryawati 1) dan Evert Hosang 2) 1) Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Nusa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia menjadikan Negara ini mudah untuk ditanami berbagai macam tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada September 2014 sampai Januari 2015. Identifikasi jumlah spora

Lebih terperinci

Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru

Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Sturt) di Pekanbaru oleh: Surtinah, dan Seprita Lidar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning - Pekanbaru Abstrak Research conducted an experiment

Lebih terperinci

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Response of growth and result sorghum in spacing and weeding time Wika Simanjutak, Edison Purba*, T Irmansyah

Lebih terperinci

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH: RAFIKA HUSNA 110301021/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA A. Tenrirawe Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehilangan hasil jagung. Penanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan *Corresponding author: ABSTRACT

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan *Corresponding author: ABSTRACT 1462. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS DAN PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw) PADA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

INTENSITAS CEMARAN JAMUR PADA BIJI JAGUNG PAKAN TERNAK SELAMA PERIODE PENYIMPANAN

INTENSITAS CEMARAN JAMUR PADA BIJI JAGUNG PAKAN TERNAK SELAMA PERIODE PENYIMPANAN Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 19, No. 1, 2015: 27 32 INTENSITAS CEMARAN JAMUR PADA BIJI JAGUNG PAKAN TERNAK SELAMA PERIODE PENYIMPANAN INTENSITY OF FUNGAL CONTAMINATION ON CATTLE-FEED MAIZE

Lebih terperinci

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com Abstrak Peningkatan produksi jagung

Lebih terperinci

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae) Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2009, Vol. 6, No. 2, 53-59 Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG

PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG Seminar Nasional Serealia, 2013 PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG Syahrir Pakki dan Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE Arifuddin Kasim dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (BPTP) Jalan Yahim No. 49

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 21 MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG (Introduction of New Maize Varieties, as

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pranan terhadap

Lebih terperinci

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Jagung pulut merupakan jagung lokal khas Sulawesi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan dilaksanakan dari bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg Pertumbuhan dan Produksi Jagung Hibrida pada Berbagai Campuran Pupuk Kandang Sapi dan N, P, K, Mg The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg Yozie Dharmawan,

Lebih terperinci