EKSPLORASI MATERI GENETIK UNTUK MENDAPATKAN SENGON TAHAN KARAT TUMOR DI WILAYAH NABIRE - PAPUA
|
|
- Hadian Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSPLORASI MATERI GENETIK UNTUK MENDAPATKAN SENGON TAHAN KARAT TUMOR DI WILAYAH NABIRE - PAPUA Oleh : Gunawan Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Minat masyarakat untuk menanam tanaman keras mengalami peningkatan. Adanya pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi, serta perubahan iklim secara ekstrem membuat masyarakat terdorong untuk memperbaiki lingkungan dengan cara menjaga serta memeliharanya. Salah satu jenis tanaman yang banyak di tanam adalah sengon. Pemilihan tanaman sengon didasarkan pada pertumbuhannya yang cepat, pemasaran yang mudah dan harganyapun sekarang cukup tinggi. Penanaman sengon secara monokultur dalam jumlah yang besar menimbulkan terjadinya penyebaran penyakit secara cepat dan mewabah. Salah satu penyakit tanaman sengon yang sekarang sedang mengancam adalah karat tumor. Tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor disebabkan oleh jenis jamur karat (Uromycladium tepperium)sacc.)mcalp). Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi penyakit karat tumor, namun belum ditemukannya cara paling efektif membuat penelitian diarahkan untuk mencari provenan sengon yang tahan terhadap karat tumor. Salah satu provenan sengon yang diduga tahan terhadap serangan karat tumor adalah dari provenan papua. Untuk menguji tanaman sengon provenan Papua maka dilakukan eksplorasi sengon ke wilayah Papua, salah satu wilayah yang diambil adalah Kabupaten Nabire.Eksplorasi sengon ke Kabupaten Nabire dilakukan mulai tanggal 26 Juli 2010 sampai 9 Agustus Hasil eksplorasi berupa benih sengon dari pohon induk yang tersebar di wilayah Distrik Makimi dan Teluk Kimi. Jumlah benih yang dihasilkan dari 20 pohon induk sebanyak 404,8gram. Jumlah tersebut relatif sedikit karena perkiraan masa pembuhan yang kurang pas, dimana masa pembuahan sudah lewat. Disamping itu dalam eksplorasi ini juga mengalami kesulitan dalam pengunduhan karena ketinggian pohon mencapai 30 meter serta susahnya mencari pemanjat. Kata kunci: Sengon, Karat tumor, Eksplorasi, Uji resistensi I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi dan juga perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan timbulnya kesadaran masyarkat untuk lebih menjaga kondisi lingkungan di sekitarnya. Masyarakat mulai giat kembali dalam menanam tanaman keras yang termasuk tanaman kehutanan. Selain untuk memperbaiki kondisi lingkungan penanaman tanaman keras juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat karena harga kayu semakin tinggi. Faktor lain yang mampu meningkatkan minat masyarakat untuk menanam tanaman keras adalah dengan mulai banyaknya pabrik pengolahan kayu sehingga hasil panen sudah pasti akan ada yang menampung. Salah satu jenis tanaman keras yang paling populer ditanam oleh masyarakat adalah jenis sengon. Tanaman sengon merupakan jenis yang banyak diusahakan pada hutan rakyat di pulau Jawa. Disamping tanaman sengon termasuk dalam kategori fast growing species adanya perusahaan-perusahaan kayu yang bisa menampung hasil panen kayu sengon memacu masyarakat untuk mengusahakan tanaman sengon pada lahan masing-masing. Selain itu tanaman sengon mulai dikembangkan dihutan rakyat karena dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang luas, tidak menuntut persyaratan tempat tumbuh yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat (Rimbawanto, 2008). Sebaran sengon alami berada di kawasan Maluku, Papua Nugini, Kep. Solomon dan Bismark. Sengon sangat cocok ditanam didaerah tropis, dapat tumbuh mulai pantai sampai 1600 mdpl, optimum mdpl dengan curah hujan berkisar Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 161
2 mm/tahun dengan bulan kering sampai 4 bulan. Kesuburan tanah tidak mutlak untuk pertumbuhan sengon, artinya tanah yang kurang suburpun dapat ditanami sengon dengan perlakuan pemupukan, asalkan drainasenya bagus. II. PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON Pertanaman sengon pada hutan rakyat pada umumnya ditanam secara polykultur, namun ada juga masyarakat yang mengusakan tanaman sengon secara monokultur. Tanaman sengon secara monokultur memicu adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menyebar dengan cepat. Karat tumor merupakan salah satu jenis penyakit pada sengon yang akhir-akhir ini menyerang hampir diseluruh wilayah di pulau Jawa. Penyakit karat tumor pada tanaman sengon di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di pulau Seram, Maluku (Anggraeni, 2008). di Timor-Timur, pada tahun 1998 sampai dengan 2001, telah terjadi epidemi penyakit karat tumor pada hampir 90% tanaman sengon yang berfungsi sebagai penaung pada perkebunan kopi (Old dan Cristovao, 2003). Sementara itu di Sorowako, Sulawesi Selatan, pada awal tahun 2005 telah ditemukan penyakit karat tumor pada pertanaman sengon di likasi reboisasi bekas tambang timah (Kasno dan Hadi, 2005). Meskipun epidemi baru terjadi pada tahun 2005, namun diperkirakan penyakit ini telah ada sejak 4 atau 5 bulan sebelumnya, yaitu sekitar tahun Tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor disebabkan oleh jenis jamur karat (Uromycladium tepperium)sacc.)mcalp). (Brown, 1993, Braza, 1997;Old &cristovao, 2003; PROSEA, 2003; Rahayu dkk, 2005; Rahayu dan Lee, 2007). Dalam sekali siklus hidupnya inang yang dibutuhkan oleh jamur karat hanya 1, jamur juga hanya membentuk satu macam spora yang dinamakan teliospora saja. Teliospora ini mempunyai ukuran lebar µm dan panjang µm, sedangkan struktur dari teliospora strukturnya berjalur, bergerigi dan setiap satu tangkai terdiri dari 3 teliospora (Rahayu dan Lee, 2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta mengindikasikan bahwa sengon umur 1 tahun yang berasal dari provenan dari papua relatif resisten terhadap serangan karat tumor (Ismail dan Charomaini, 2008). Untuk mengetahui mengetahui provenan dari mana saja yang resisten terhadap serangan karat tumor dilakukan penelitian uji resistensi sengon terhadap serangan karat tumor yang dilakukan oleh BBPBPTH Yogyakarta. Sengon yang akan dilakukan uji resistensi didapatkan dari hasil eksplorasi yang dilakukan di 5 provenan Papua. Salah satu provean diambil dari Kabupaten Nabire, yang dilakukan atas kerjasama BBPBPTH dengan BPK Ciamis. III. KONDISI TEMPAT TUMBUH SENGON DI NABIRE Nabire merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Papua yang mempunyai luas ,55 Km 2, dan terletak diantara 134,35-136,37 Bujur Timur dan 2,25-40,15 Lintang Selatan. Topografi dan keadaan formasi geologisnya sangat bervariasi dan berpengaruh terhadap pembentukan dan jenis tanah. Pada daeraah rawa terdapat disekitar alirah sungai Wapoga, Kali Mangga dan Kali Bumi merupakan daerahdaerah deposit kuater yang menerima endapan sungai menutup batuan sedimen, tersier dan pleistosin. Tumbuhan khas dilokasi ini antara lain sagu dan species lainnya. Untuk daerah tanah kering, jenis tanah yang menonjol di dataran ini antara lain organosol dan alluvium yang sering ditemukan di dataran tinggi. Daerah pantai sekitar Nabire antara lain podzolik, pada dataran ini terdapat hutan tropis basah. Dataran tinggi, lereng dan bukit, bahan induk batuan sedimen tersier dan pleistosin tanah kapur. Jenis tanah yang terdapat antara lain : podzolik merah, hidromorf kelabu, merah sampai kuning. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian letak dimana setiap kenaikan 100 m dari permukaan air laut mengalami penurunan rata-rata 0,6 C. Akibat topografi yang bervariasi 162 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
3 di dataran tinggi maka suhu udara di Kabupaten Nabire berkisar antara 20 C - 32 C, dengan suhu maksimum 34 C. Wilayah ini beriklim tropis basah dengan curah hujan hampir merata sepanajang tahun. Kabupaten Nabire memiliki topografi yang bervariasi mulai dari rawa-rawa dan dataran rendah yang terletak sekitar pesisir pantai dengan ketinggian 0 5 mdpl, hingga dataran tinggi bergelombang, daerah perbukitan dan lembah dengan ketinggian antara mdpl. Gambar 1. Kondisi Hutan di Wilayah Kabupaten Nabire Tanaman sengon di wilayah Kabupaten Nabire terdapat di semua wilayah baik di dataran rendah (Pantai) samai dataran tinggi (pegunungan). Secara fisik perbedaan antara tanaman sengon yang berada di daerah pantai dengan daerah pegunungan antara lain pada daerah pegunungan tanaman sengon mempunyai bentuk batang yang relatif lurus dengan ketinggian mencapai meter sedangakan diwilayah pantai bentuk batang bengok dengan percabangan rendah tinggi mencapai meter. Di samping itu tajuk yang terbentuk pada tanaman sengon di wilayah pegunungan lebih kecil dibandingkan dengan tajuk sengon yang berada di kawasan pantai. Tinggi bebas cabang pada tanaman pegunungan lebih tinggi bila dibandingan dengan tanaman sengon yang berada di kawasan pantai. Tanaman sengon di wilayah pantai dapat ditemui di Distrik Kimi dan juga Distrik Teluk Kimi. Sedangan pada daerah pegunungan tanaman sengon dapat ditemukan diwilayah Distrik Uwapa. Gambar 2. Tegakan sengon yang tumbuh di wilayah Nabire : a) Dataran rendah (pantai) dan b) Dataran tinggi (gunung) Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 163
4 Tanaman sengon yang tersebar diwilayah Kabupaten Nabire relatif aman dari serangan hama dan penyakit. Didalam eksplorasi yang dilakukan di wilayah Kabupaten Nabire tidak ditemukan sama sekali tanaman yang terserang karat tumor. Tanaman sengon yang ada tidak menunjukan adanya serangan penyakit karat tumor. Dari populasi yang dieksplorasi tidak ada satupun tanaman sengon yang menunjukan adanya tanda maupun gejala serangan karat tumor. IV. POLA SEBARAN POPULASI SENGON DI NABIRE Papua merupakan wilayah sebaran alami tanaman sengon. Tanaman sengon di pulau Papua dapat dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di wilayah Kabupaten Nabire tanaman sengon dapat di jumpai di distrik Makimi, Teluk Kimi, dan Uwapa. Daerah distrik Makimi maupun Teluk kimi merupakan wilayah dataran rendah yang berbatasan langsung dengan laut. Wilayah yang termasuk dataran tinggi meliputi Distrik Uwapa, sengon di dataran tinggi tersebar di daerah-daerah dekat dengan jalan raya. Wilayah dataran tinggi yang berupa bukit dan pegunungan mengakibatkan eksplorasi pada wilayah dataran tinggi sedikit mengalami kesulitan, tim eksplorasi hanya mampu menjangkau wilayah-wilayah sekitar jalan raya yang menuju Kabupaten Enarotali. Tanaman sengon mulai dapat ditemukan pada km 7 sampai km 15, setelah itu tidak ditemukan lagi sengon sampai di kantor distrik uwapa. Gambar 3. Sebaran pohon induk sengon yang telah diambil buahnya (Peta Papua dari Google Maps) IV. PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN Periode pembungaan tanaman sengon mulai bulan Maret s/d Juni dan Oktober, jadi dalam satu tahun tanaman sengon berbunga dua kali (Hidayat, J., 2003). Dari informasi awal diperkirakan bahwa pembuahan tanaman sengon di wilayah Provinsi Papua terjadi bulan Mei s/d Agustus. Dari hasil eksplorasi didapatkan bahwa tanaman sengon yang berada didataran rendah masa berbuahnya sudah lewat dan jumlah buahnya hanya sedikit. Curah hujan yang cukup tinggi terjadi sepanjang tahun mempengaruhi proses pembuangaan dan pembuahan. Jumlah buah yang dihasilkan ternyata hanya sedikit walaupun bunganya banyak. Banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah karena gugur terlebih dahulu. Buah pada tanaman sengon didataran rendah jumlahnya lebih sedikit dan sudah pecah, sehingga buah yang didapatkan dari hasil eksplorasi relatif sedikit. Pembungaan yang terjadi di dataran tinggi sedikit berbeda dengan di dataran rendah, pada tanaman sengon yang berada di dataran tinggi jumlah buah sengon lebih banyak dan masih banyak buah muda yang berwarna hijau. 164 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
5 Gambar 3. Kondisi pembuahan pada pohon induk sengon Setelah dilakukan pengunduhan, buah/polong sengon yang diperoleh jumlahnya relatif sedikit. Dengan kondisi tersebut diperlukan proses penanganan benih (ekstraksi) yang hati-hati sehingga benih yang diperoleh tidak banyak terbuang atau rusak. Ekstraksi benih sengon dilakukan dengan cara menjemur polong selama 1-2 hari, Setelah itu, polong akan membuka dan menampakan benih di dalamnya. Benih dibersihkan dan dipisahkan dari kotorannya dengan ditampi. Seleksi dan sortasi benih dapat dilakukan dengan menggunakan seed gravity table (Sudrajat dkk., 2002). Dalam eksplorasi ini polong yang diperoleh sudah sangat tua, bahkan sudah terbuka polongya dan tinggal memisahkan antara kulit polong dengan bijinya, penjemuran dilakukan untuk mengurangi kadar airnya. Pengunduhan buah dilakukan pada pagi hari karena pada saat siang hari biji sengon yang berada pada kulit polong akan terbang ketika dilakukan pengunduhan. Seleksi dan sortasi dilakukan secara manual langsung dilapangan. Penyimpanan benih sengon dilakukan pada kadar air rendah (5-8%). Benih disimpan dalam DCS (Dry Cold Strorage) pada suhu 4 o C pada wadah kedap (plastik dimasukan dalam kaleng). Penyimpanan juga dapat dilakukan pada ruang kamar dengan menggunakan wadah kain katun (Sudrajat dkk., 2002). Penyimpanan benih yang dilakukan dalam eksplorasi ini setelah dilakukan seleksi serta sortasi benih dijemur hingga kadar air mencapai (5-8%) setelah itu benih berdasarkan nomer pohon induknya dipisahkan dan dimasukkan kedalam plastik dan diberikan label sesuai dengan nomer pohon induknya. Plastik plastik yang sudah berisi benih kemudian dimasukkan tas tersendiri dan untuk menjaga kelembaban dimasukkan silica gel ke dalam tas. Berikut hasil yang diperoleh dalam kegiatan eksplorasi selengkapnya dicantumkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi pohon induk dan materi genetik (benih) sengon hasil eksplorasi Tinggi Diameter No Jumlah Biji Pohon TBC Total Batang Tajuk (cm) (gram) (m) (m) (cm) Kelimpahan Biji Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang ,6 Kurang ,5 Kurang Kurang ,4 Kurang Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 165
6 Kurang ,8 Kurang Kurang Kurang ,6 Kurang ,5 Kurang Kurang ,2 Kurang Kurang Kurang ,2 Kurang V. PENUTUP Dari hasil eksplorasi di wilayah Kabupaten Nabire dapat disimpulkan bahwa tanaman sengon belum dimanfaatkan sama sekali. Disamping karena sifat dan kualitas kayunya yang rendah, masih banyaknya jenis-jenis tanaman keras yang mempunyai sifat dan kualitas kayu yang lebihi bagus seperti kayu merbau, kayu merah dan lain-lain. Perkiraan waktu yang kurang tepat mengakibatkan jumlah benih sengon yang dihasilkan dari eksplorasi relatif sedikit. Hambatan lain dari eksplorasi ini adalah sulitnya pengunduhan buah dikeranakan ketinggian pohon mencapai 30 meter serta sulitnya mencari pemanjat. Untuk eksplorasi kedepan dibutuhkan informasi yang akurat masa pembuahan sehingga dalam eksplorasi akan dapat hasil yang maksimal serta efisien dalam hal waktu dan biaya. Sulitnya pengunduhan buah karena ketinggian pohon mencapai 30 meter perlu diantisipasi dengan mencari pemanjat terlebih dahulu agar dalam eksplorasi tidak dilakukan penebangan pohon induk. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, I Pengendalian Karat Tumor pad Sengon. Workshop Penyakit Karat Tumor pada Sengon, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, 19 Nopember Braza, R. D Karat tumor disease of Paraserianthes falcataria in the Philippines. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports Vol. 2. Brown, B Current and Potential Diseases of Fast Growing Industrial Timber Plantation Trees. Mandala Agriculture Development Corporation (MADECOR). Jakarta. Indonesia. Kasno dan S. Hadi Pest nd diseases of forest trees and general impression on the implementation of reforestation in the post mined area of PT INCO, Sorowaku, South Sulawesi. Department of Silviculture Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University. Old, K. M. dan C. D. S. Cristovao A rust epidemic of the coffee shade tree (Paraserianthes falcataria) in East Timor. In: Agriculture: New Directions for New Nation East Timor (Timor-Leste). Eds. H. Costa., C. Piggin., C. J. Cruz. and J. J. Fox. ACIAR Proceedings No. 113, Canberra, Australia. PROSEA (Plant Resourches of South-East Asia) Paraserianthes Nielsen. In : Soerianegara, I and Lemmens, R.H.M.J. (eds.).(1) Timber trees: Major commercial timbers. Bogor. Indonesia. 166 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
7 Rahayu, S., Lee, S.S., Nor Aini, A.S Karat tumor disease in Falcataria moluccana (Miq) Barneby & Grimes at Brumas, Tawau-Sabah. In: Sahibin, A. R., Ramlan, O., Kee, A. A. A. and Ng. Y. F. Second regional symposium on environment and natural resourches, March UKM and Ministry of Natural Resources and Environmental, Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia. Rahayu, S Karat tumor disease of Falcataria moluccana on Tawau, Sabah, Malaysia, PhD. Thesis. Universiti Putra Malaysia, Malaysia. Tidak dipublikasikan. Rahayu, S Penyakit Karat Tumor pada Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes). Workshop Penyakit Karat Tumor pada Sengon, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, 19 Nopember Sudrajat, D.J, D.F. Jam`an dan N. Widyani Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. Ismail, B. dan Charomaini Indikasi Awal Ketahanan Sengon (Falcataria Moluccana) Provenan Papua Terhadap Jamur (Uromycladium tepperianum) Penyebab Penyakit Karat Tumor (Gall rust). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 2 No. 2 September Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 167
BAB I PENDAHULUAN. Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) merupakan tanaman fast growing, yaitu memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, masa panen yang pendek, teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) termasuk kedalam famili Leguminosae yang tergolong jenis pohon cepat tumbuh (fast
Lebih terperinciTeknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Pada Pohon Sengon
1 Teknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Pada Pohon Sengon Oleh : Budi Budiman, S.Hut. Indri Puji Rianti, S.Hut. Dalam rangka mendukung gerakan penanaman satu milyar pohon yang digalakan oleh pemerintah,
Lebih terperinciKoleksi Benih Kayu Putih Di Sebaran Alam Kepulauan Maluku
Koleksi Benih Kayu Putih Di Sebaran Alam Kepulauan Maluku Mudji Susanto Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta 1. PENDAHULUAN Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi atau
Lebih terperinciSERANGAN AWAL PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON DI PLOT UJI PROVENAN SENGONCANDIROTO, JAWA TENGAH
SERANGAN AWAL PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON DI PLOT UJI PROVENAN SENGONCANDIROTO, JAWA TENGAH 1. Siti Husna Nurrohmah, 2. Liliana Baskorowati 1,2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bi-oteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu program untuk penyediaan kayu dalam jumlah cukup, berkualitas baik secara terus menerus dan lestari. Salah
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selama periode jumlah penduduk bertambah sebanyak 3,25
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dan peralatan rumah tangga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Selama periode
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya
1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciPENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA
PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan
Lebih terperinciPENGARUH PROVENAN TERHADAP RESISTENSI KARAT TUMOR PADA SEMAI SENGON (Falcataria moluccana)
PENGARUH PROVENAN TERHADAP RESISTENSI KARAT TUMOR PADA SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Levina Augusta G. Pieter, Asep Rohandi, dan Gunawan Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis E-mail: levina.utomo@gmail.com
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak
Lebih terperinciVivi Yuskianti dan Arif Setiawan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliian Tanaman Hutan
SEBARAN ALAMI NYAWAI (Ficus variegata) DI GUNUNG SELOK CILACAP JAWA TENGAH (Natural distribution of Nyawai (Ficus variegata) in Gunung Selok Cilacap Central Java) Vivi Yuskianti dan Arif Setiawan Balai
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciPOLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT
POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq) DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN 1) Oleh : Imam Muslimin 2) dan Abdul Hakim Lukman 2) ABSTRAK Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pulai
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya
Lebih terperinciDATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864
DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak
Lebih terperinciPROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH
LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan
Lebih terperinciTEKNIK PENENTUAN POHON INDUK BENIH DAN KEGIATAN KOLEKSI BENIH
TEKNIK PENENTUAN POHON INDUK BENIH DAN KEGIATAN KOLEKSI BENIH Dr. Ir. J.M. Matinahoru (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon) I. PENDAHULUAN Umum Hutan memiliki manfaat yang sangat besar bagi
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciSELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG
SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG (A parental tree selection of Shorea spp at a seed stand area IUPHHK-HA of PT.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten
Lebih terperinciBibit Sehat... Kebun Kopi Selamat
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciPOTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II
K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard
PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geomorfologi Geomorfologi adalah studi yang mendiskripsikan bentuklahan, proses-proses yang bekerja padanya dan menyelidiki kaitan antara bentuklahan dan prosesproses tersebut
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperincid. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)
BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciBAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara
BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan
Lebih terperinciVIABILITAS BIJI SENGON PENYIMPANAN 6 BULAN DAN 23 TAHUN Seed viability of sengon after 6 months and 23 years storage
VIABILITAS BIJI SENGON PENYIMPANAN 6 BULAN DAN 23 TAHUN Seed viability of sengon after 6 months and 23 years storage Liliana Baskorowati, Dedi Setiadi, Mohammad Anis Fauzi 1, Balai Besar Penelitian dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciDairi merupakan salah satu daerah
Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Kopi Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan di Amerika, kopi menjadi minuman tradisional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang
Lebih terperinciTEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU
TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciGambar 2 Peta Lokasi Penelitian
33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciKAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas
KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hibrid Acacia adalah
Lebih terperinciUNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
BUDIDAYA BINUANG (Octomeles sumatrana Miq.) UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) for Forest Plantation Establishment Rizki Ary Fambayun Balai Besar Penelitian Bioteknologi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok
IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinciKONDISI W I L A Y A H
KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016
JATI PURWOBINANGUN LATAR BELAKANG Jati merupakan salah satu primadona hutan rakyat di Indonesia Estmasi hutan rakyat dengan jenis utama jati mencapai 1.2 juta ha dari 1.7 juta hutan jati di Indonesia (
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam
Lebih terperinciStadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan
Lebih terperinci