MEKANISME POLA RUJUKAN READMISI PENYAKIT DEGENERATIF DENGAN KLAIM BPJS DI RAWAT INAP RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEKANISME POLA RUJUKAN READMISI PENYAKIT DEGENERATIF DENGAN KLAIM BPJS DI RAWAT INAP RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL TAHUN 2015"

Transkripsi

1 MEKANISME POLA RUJUKAN READMISI PENYAKIT DEGENERATIF DENGAN KLAIM BPJS DI RAWAT INAP RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar diploma (Amd, PK) dari program studi DIII RMIK Oleh : FEBRIANTI HERLINAWATI D PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

2 HALAMAN HAK CIPTA 2015 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah ada pada Peneliti ii 2

3 HALAMAN PERSETUJUAN MEKANISME POLA RUJUKAN READMISI PENYAKIT DEGENERATIF DENGAN KLAIM BPJS DI RAWAT INAP RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL TAHUN 2015 Disusun oleh : FEBRIANTI HERLINAWATI D Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Tanggal : 28 Juli

4 4

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Alhamdulillah hirobbil alamin, puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat serta karunia-nya, membawa kemudahan kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa atnya di hari akhir kelak. Karya tulis ilmiah ini secara khusus Kupersembahkan kepada : Kepada Papa, Mama, My Twins Fena dan Kedua Kakakku di rumah yang senantiasa memberi dorongan serta motivasi untuk segera lulus My beloved friends, Tri Mulyani KD, Lavenia Fisca AR, Siti Amaniyah, Dian P, Via, Vita, Oppa Andre dan seluruh mahasiswa DIII RMIK tahun 2012 yang selalu ada untuk menemani dan mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini bersama sama. Semua Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro yang senantiasa sabar dalam membimbing kami mahasiswanya. Dan yang terakhir dan yang berkesan, untuk Ji Chang Wook oppa terima kasih telah menjadi penyemangat Saya di Drama Healer. SALAM SEMANGAT!!! (^ ~ ^) V ~~~ Good 5

6 RIWAYAT HIDUP Nama : Febrianti Herlinawati Tempat & Tanggal Lahir : Kendal, 21 Februari 1994 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl. Pahlawan I Gg Manggis No. 5 Kebondalem, Kendal Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Langenharjo Kendal tahun SMPN 1 Kendal tahun SMKN 4 Kendal tahun Program Studi D-III RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Mekanisme Pola Rujukan Readmisi Penyakit Degeneratif Dengan Klaim BPJS Di Rawat Inap RSUD DR.H Soewondo Kendal Tahun Proposal ini merupakan salah satu tugas sebagi syarat dalam membuat Tugas Akhir Progaram studi DIII Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan. Berjalan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, peneliti banyak menemukan kendala, menyadari bahwa proposal ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka perkenankanlah peneliti menyampaikan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Ibu Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes (Epid), selaku pembimbing karya tulis ilmiah. 5. dr. Sri Mulyani, Sp.A, M.Kes, selaku Direktur RSUD dr.h Soewondo Kendal. 6. Bapak Imam Taufiq, S.Kep.Ns selaku Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang. 7

8 7. Bapak, ibu dan seluruh staf Rekam Medis RSUD dr.h Soewondo Kendal. 8. Teman teman RMIK 2012 yang saling bekerjasama dan membantu menyusun proposal ini. 9. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan proposal ini. Dalam penyusunan proposal ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang baik dan bersifat membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semarang, 24 Juli 2015 Peneliti 8

9 Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2015 ABSTRAK MEKANISME POLA RUJUKAN READMISI PENYAKIT DEGENERATIF DENGAN KLAIMBPJS DI RAWAT INAP RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL TAHUN 2015 FEBRIANTI HERLINAWATI Hasil survei awal di RSUD dr.h Soewondo Kendal, terdapat 2 dari 5 pasien rawat inap yang lama dirawatnya panjang sampai sekitar satu bulan, hal ini menyebabkan masalah bagi rumah sakit karena menanggung biaya yang melebih kuota rawat inap yang diberikan oleh BPJS. Pasien tersebut menderita penyakit degeneratif seperti Stroke, dan Diabetes Mellitus. Dengan keadaan pasien yang lama dirawatnya panjang dan kuota rawat inap yang ditanggung BPJS sudah habis batas pemakaian oleh pasien tersebut rumah sakit memberlakukan kebijakan Program Rujukan Readmisi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mekanisme pola rujukan Readmisi klaim BPJS di rawat inap RSUD dr.h Soewondo Kendal Tahun Metode penelitian dilakukan secara observasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Obyek penelitian yang diamati adalah mekanisme pola rujukan Readmisi dengan klaim BPJS di rawat inap RSUD dr.h Soewondo Kendal. Dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa Alur Readmisi Pasien datang langsung masuk UGD setelah itu didaftarkan ke TPPRI, waktu verifikasi muncul warning pada saat pembuatan Surat Elegabilitas Peserta (SEP) bahwa pasien tersebut masih dirawat inap, lihat DRMnya setelah itu konfirmasi ke tim INA-CBG S dan menghubungi dokter penanggung jawab pasien (DPJP), setelah itu klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan. Jenis penyakit degeneratif di RSUD dr.h Soewondo Kendal dalam pola rujukan Readmisi adalah Diabetes mellitus dan Stroke yang mempunyai posisi tertinggi dalam lama perawatan. Persyaratan Rujukan Readmisi Seharusnya membawa surat rujukan terlebih dahulu dari dokter keluarga atau puskesmas. Proses klaim BPJS Rujukan Readmisi Klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan, proses klaim Readmisi sama seperti proses klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan. Saran yang di berikan adalah di RSUD dr. H Soewondo Kendal harus membuat protap yang mengatur tentang alur rujukan Readmisi. Persyaratan rujukan Readmisi juga dibuatkan protap agar jika ada pasien yang mempunyai kasus seperti ini mudah dalam menanganinya. RSUD dr.h Soewondo Kendal juga harus membuat protap tentang mekanisme klaim Readmisi Kata Kunci : Kata Kunci : Rujukan Readmisi, Penyakit Degeneratif, Klaim Kepustakaan : 15 buah ( ). 9

10 D-III Study Program Medical Record and Health Infomation Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2015 ABSTRACT THE MECHANISM OF A PATTERN OF REFERRAL READMISI DEGENERATIVE DISEASE WITH THE CLAIM BPJS IN HOSPITAL IN PATIENT DR.H SOEWONDO KENDAL 2015 FEBRIANTI HERLINAWATI Survey results in RSUD dr.h Soewondo Kendal, there were 2 from 5 patients hospitalized for inpatient with length of stay until one month. This caused problems to the hospital because the cost more than the quota that given by BPJS. The patient suffering from degenerative diseases such as stroke and diabetes mellitus. Therefore, hospital create policies readmis ireferrals program. The purpose of this research was to know the mechanism of a pattern of claim readmis ireferral in RSUD dr.h Soewondo Kendal. Research methodology was observation and interview by adopting cross sectional. An object research observed was the mechanism of readmisi referral pattern in RSUD dr.h Soewondo Kendal.The research instruments were interview guidelines and observation. The research result showed that a groove readmisi the patient came go straight the emergency room after that recorded in TPPRI, The time of verification appear on the warning letters elegabilitas participants that the patient still treated inpatients, See documents medical record after that confirmation to the team INA- CBG S and contacted the doctor responsible for patients, After that outpatient claims and inpatient billed same time. A kind of degenerative diseases in RSUD dr.h Soewondo Kendal in a pattern referral readmisi is diabetes mellitus and stroke have the highest position in old care. Referral readmisi requirements should be brought the letter first of the family doctor or health centers. The process of claims bpjs referral readmisi billed claims per month, Outpatient claims and inpatient billed same time, Claims readmisi same as process claims other diseases there is no distinguished. Suggestion in give it is in RSUD dr.h Soewondo kendal have to make procedure which regulates the flow of referral Readmisi. The requirements Readmisi referral procedure also there have been built so that residents patients who have cases like this easy in handle it. RSUD dr.h Soewondo kendal also have to make procedure about the mechanism for claims Readmisi Keywords : Readmisi Referrals, Degenerative Diseases, claims Bibliography : 15 pieces ( ) 10

11 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Hak Cipta... ii Halaman Persetujuan... iii Halaman Pengesahan... iv Halaman Persembahan... v Halaman Riwayat Hidup... vi Kata Pengantar... vii Abstrak... ix Abstract... x Daftar Isi... xi Daftar Lampiran... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian... 4 F. Ruang Lingkup... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7 A. Badan Penyelenggaraan Jaminan (BPJS)

12 1. Pengertian BPJS Pola Rujukan Penyakit Degeneratif Yang Ditanggung BPJS Mekanisme Klaim Pengertian Rumah Sakit Karakteristik Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanannya Susunan Organisasi Dan Tata Kerja RSU B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Identifikasi Variabel C. Definisi Operasional D. Obyek Penelitian E. Instrumen Penelitian F. Cara Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Analisa Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD dr.h Soewondo Kendal B. Hasil Penelitian C. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

13 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Penelitian 2. Pedoman Observasi 3. Pedoman Wawancara 4. Hasil Observasi 5. Hasil Wawancara 6. Prosedur Tetap Rumah Sakit Mengenai Pengembalian DRM Rawat Inap 7. Prosedur Tetap Rumah Sakit Mengenai Pasien Pulang Rawat 8. Prosedur Tetap Rumah Sakit Mengenai Pasien Pulang Paksa 14

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3) yang menyatakan bahwa: setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat, dan Pasal 34 ayat (2) yang menyatakan bahwa: Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Program rujukan pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali 15

16 biaya. Program Rujukan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas. Program Rujuk Tingkat Lanjut penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk. Program Rujuk Balik (PRB) pada penyakitpenyakit kronis (diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus) wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis. Rujukan partial dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan dan biayanya ditanggung oleh fasilitas kesehatan yang merujuk. [1] Di RSUD dr.h Soewondo Kendal merupakan RSUD Tipe B. RSUD dr.h Soewondo Kendal yang melaksanakan Program Rujukan sebagaimana yang dicantumkan dalam Permenkes No.28 Tahun 2014 yaitu Program Rujuk Balik bagi rawat jalan dan Program Readmisi bagi Rawat Inap. Hasil survei awal di RSUD dr.h Soewondo Kendal terdapat 2 dari 5 pasien rawat inap yang lama dirawatnya panjang sampai sekitar satu bulan, hal ini menyebabkan masalah karena rumah sakit tidak mampu menanggung biaya yang melebih kuota rawat inap yang diberikan oleh BPJS pasien 16

17 tersebut menderita penyakit degeneratif seperti Stroke dan Diabetes Mellitus. Dengan keadaan pasien yang lama dirawatnya panjang dan kuota rawat inap yang ditanggung BPJS sudah habis batas pemakaian oleh pasien tersebut rumah sakit memberlakukan kebijakan Program Rujukan Readmisi. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana alur Readmisi, alur pendaftaran dan klaim BPJSnya. Maka penulis melakukan penelitian tentang : Mekanisme Pola Rujukan Readmisi Penyakit Degeneratif dengan Klaim BPJS Di Rawat Inap RSUD dr.h Soewondo Kendal Tahun 2015 B. Rumusan Masalah Bagaimana mekanisme pola rujukan Readmisi klaim BPJS di rawat inap RSUD dr.h Soewondo Kendal tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui mekanisme Pola Rujukan Readmisi Klaim BPJS Di Rawat Inap RSUD dr.h Soewondo Kendal Tahun Tujuan Khusus a. Mengetahui alur Readmisi b. Mengetahui jenis-jenis penyakit degeneratif yang termasuk dalam pola rujukan Readmisi c. Mengetahui persyaratan rujukan Readmisi (Rujuk berjenjang, tingkat lanjut, balik dan partial) d. Mengetahui proses klaim BPJS rujukan Readmisi 17

18 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Sebagai tambahan referensi tentang rujukan Readmisi khususnya untuk Mata Kuliah Asuransi Kesehatan DIII RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai dasar pengambilan keputusan kebijakan mengenai penanganan pasien BPJS. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan dalam bidang asuransi kesehatan, khususnya tentang analisa alur Readmisi yang kaitannya dengan BPJS E. Keaslian Penelitian No Pedoman KTI Judul Metode & Hasil 1 Eka Setya Adaninggar (D ) Tinjauan Pelaksanaan Metode penelitian dilakukan dengan Prosedur Klaim wawancara dan Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Di observasi dengan menggunakan pendekatan cross RSJD DR. Amino sectional. Hasil Gondohutomo yang diperoleh Provinsi Jawa dari penelitian ini Tengah Tahun yaitu kesalahan 2014 data pembuatan 18

19 SEP (Surat Eligibilitas Peserta) tidak surat dan adanya rujukan pemeriksaan penunjang serta hasil pemeriksaannya pada dokumen saat akan diklaim 2 Zuhrawardi Analisis Rancangan ( ) Pelaksanaan penelitian yang Rujukan digunakan pada Berjenjang Rawat penelitian Jalan Tingkat deskriptif ini Pertama Peserta Wajib PT.ASKES adalah penelitian metode Pada Puskesmas MIBO,Puskesmas kualitatif dengan menggunakan BATOH Puskesmas Dan pendekatan situation analysis BAITURAHMAN study. Hasil yang Di Kota Banda diperoleh dari 19

20 Aceh Tahun 2007 penelitian ini pasien yang meminta rujukan rawat jalan atas inisiatif sendiri, pasien rujukan pada adalah mereka alasan meminta tersebut umumnya karena obat-obatan yang diberikan puskesmas tidak bervariasi walaupun mereka menderita penyakit yang berbeda-beda. Dari penelitian sebelumnya, terdapat persamaan yaitu meneliti pelaksananaan klaim BPJS dan pelaksanaan rujukan. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah peneliti sekarang meneliti mekanisme atau proses Pola Rujukan Readmisi Klaim BPJS Di Rawat Inap RSUD dr.h Soewondo Kendal Tahun F. Ruang Lingkup 20

21 1. Lingkup Keilmuan Lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Rekam Medis dan Informasi Kesehatan 2. Lingkup Materi Lingkup materi yang digunakan adalah asuransi kesehatan khususnya asuransi kesehatan BPJS 3. Lingkup Lokasi Lingkup lokasi yang digunakan adalah Unit Rekam Medis dan Pendaftaran pasien BPJS di RSUD dr. H Soewondo Kendal 4. Lingkup Metode Lingkup metode yang digunakan adalah metode observasi atau pengamatan dan wawancara 5. Lingkup Objek Lingkup objek atau sasaran yang digunakan adalah petugas pendaftaran pasien BPJS 6. Lingkup Waktu Lingkup waktu pelaksanaan penelitian adalah pada Juni

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 1. Pengertian BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. a. Kepesertaan Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya. b. Manfaat Jaminan Kesehatan Manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu manfaat medis dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan ambulan. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulan hanya diberikan untuk pasien 7 22

23 rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu sesuai rekomendasi dokter. c. Iuran Jaminan Kesehatan Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan Nasional. Iuran Peserta PBI dibayar oleh Pemerintah, sedangkan Iuran Peserta Bukan PBI dibayar oleh Pekerja Penerima Upah dibayar oleh Pekerja dan Pemberi Kerja, atau Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Iuran premi BPJS setiap bulanya besarnya premi tergantung kelas rawat yang dipilih : a. Kelas 1 maka preminya Rp ,00 b. Kelas 2 maka preminya Rp ,00 c. Kelas 3 maka preminya Rp ,00 d. Warga kurang mampu dibayarkan pemerintah namun untuk kelas 3 saja. [2] 2. Pola Rujukan a. Rujukan Berjenjang Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan 23

24 pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan. fasilitas. Puskesmas Praktek dokter/gigi RS tipe D RS tipe C RS tipe A Gambar 1.1 Skema Rujukan Berjenjang b. Rujukan Tingkat Lanjut Penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk. Puskesmas Praktek dokter/gigi RS umum/khusus Gambar 1.2 Skema Rujukan Tingkat Lanjut c. Rujukan Balik Pada penyakit-penyakit kronis (diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus) wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis. Rujukan Readmisi yaitu pasien masih dalam keadaan sakit tetapi dipulangkan pasien tersebut tidak benar benar dipulangkan namun masih dirawat inap. 24

25 d. Rujukan Partial Dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan dengan tipe yang sama dan biayanya ditanggung oleh fasilitas kesehatan yang merujuk. [1] RS tipe C RS tipe C Gambar 1.4 Skema Rujukan Partial 3. Penyakit Degeneratif Yang Ditanggung BPJS a. Diabetes mellitus b. Hipertensi, jantung, asma, c. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), d. Epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus 4. Mekanisme Klaim a. Mekanisme Klaim INA - CBG S Pembayaran pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem INA-CBG S terhadap Fasilitas Kesehatan Rujuk Tingkat Lanjut (FKRTL) berdasarkan pada pengajuan klaim dari Fasilitas Kesehatan Rujuk Tingkat Lanjut (FKRTL) baik untuk pelayanan rawat jalan maupun untuk pelayanan rawat inap. Klaim Fasilitas Kesehatan Rujuk Tingkat Lanjut (FKRTL) dibayarkan oleh BPJS Kesehatan paling lambat 15 hari setelah berkas klaim diterima lengkap. Pengaturan lebih lanjut tentang sistem paket INA CBG S di atur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis INA- CBG S. 25

26 Mekanisme Pembayaran di luar paket INA-CBG S: Pembayaran pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem di luar paket INA- CBG S terhadap Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) berdasarkan pada ketentuan Menteri Kesehatan. b. Mekanisme Klaim BPJS Rawat Jalan Tingkat Pertama 1) Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses administrasi). 2) Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta. 3) Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan. 4) Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan. 5) Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat. 6) Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum. 7) Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 26

27 lanjutan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang berlaku. 8) Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam perawatan dan belum di rujuk balik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter yang menangani memberi surat keterangan masih dalam perawatan. 9) Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan. 10) Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan kehamilan Ante Natal Care (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan Post Natal Care (PNC). a) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada fasilitas kesehatan tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama b) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) diharapkan dilakukan pada satu tempat yang sama, misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan pada bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) juga dilakukan pada bidan jejaring tersebut. c) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) pada tempat yang sama dimaksudkan untuk 27

28 Monitoring terhadap perkembangan kehamilan, Keteraturan pencatatan partograf, Memudahkan dalam administrasi pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan c. Mekanisme Klaim BPJS Rawat Inap Berikut ini akan dipaparkan Prosedur Klaim Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) BPJS Kesehatan sehingga pemahaman tentang hak dan kewajiban terkait baik dokter/dokter Gigi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, Peserta BPJS Kesehatan maupun pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional. 1) Biaya pelayanan RITP dibayar dengan paket per hari rawat dengan besaran Rp ,00 per hari. Pasien tidak boleh ditarik iur biaya. 2) Pengajuan klaim RITP atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peserta pada bulan sebelumnya diajukan secara kolektif setiap bulan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan, dengan menyampaikan kelengkapan administrasi umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut: a) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari: (1) Nama penderita; (2) Nomor Identitas; (3) Alamat dan nomor telepon pasien; 28

29 (4) Diagnosa penyakit; (5) Tindakan yang diberikan; (6) Tanggal masuk perawatan dan tanggal keluar perawatan; (7) Jumlah hari rawat; (8) Besaran tarif paket; (9) Jumlah tagihan paket rawat inap tingkat pertama (besaran tarif paket dikalikan jumlah hari rawat); Perhitungan hari rawat adalah tanggal keluar dikurangi tanggal masuk. (10) Jumlah seluruh tagihan. b) Berkas pendukung masing-masing pasien (1) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan (2) Surat perintah rawat inap dari Dokter. [5] a) CASE MIX INA-CBG's Sistem Casemix INA-CBG's adalah suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur pembiayaan pasien berbasis kasus campuran, merupakan suatu cara 29

30 meningkatkan standar pelayanan kesehatan rumah sakit. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama. Dalam pembayaran menggunakan INA-CBG's, baik Rumah Sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. Selama ini yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah dengan Fee-For-Service (FFS), yaitu Provider layanan kesehatan menarik biaya pada pasien untuk tiap jenis pelayanan yang diberikan. Setiap pemeriksaan dan tindakan akan dikenakan biaya sesuai dengan tarif yang ada di Rumah Sakit. Tarif ditentukan setelah pelayanan dilakukan. Dengan sistem fee for service kemungkinan moral hazard oleh pihak rumah sakit relatif besar, karena tidak ada perjanjian dari awal antara pihak 30

31 rumah sakit dengan pasien, tentang standar biaya maupun standar lama waktu hari perawatan (length of stay). [4] b) Struktur Kode INA-CBG S Dasar pengelompokan dalam INA-CBG S menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan, dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9- CM untuk tindakan/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistem teknologi informasi berupa Aplikasi INA-CBG S sehingga dihasilkan Group/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inap dan 288 kelompok kasus rawat jalan. Setiap group dilambangkan dengan kode kombinasi alfabet dan numerik. [7] c) Tarif INA-CBG S Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Tarif INA-CBG S merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non-medis. Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, maka tarif INA-CBG S yang digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas D sesuai regionalisasi masing-masing. Penghitungan tarif INA CBG S berbasis pada data costing dan data koding rumah sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel) representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumah sakit maupun kepemilikan rumah sakit (rumah sakit swasta dan pemerintah), meliputi seluruh data biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit, tidak termasuk obat yang sumber pembiayaannya dari program pemerintah (HIV, TB, dan lainnya). 31

32 Data koding diperoleh dari data koding rumah sakit PPK Jamkesmas.Untuk penyusunan tarif JKN digunakan data costing 137 rumah sakit pemerintah dan swasta serta 6 juta data koding (kasus). [8] d) Clinical Pathway European Pathways Association (EPA) I pada kongres di Slovenia, Revisi III Desember 2005 definisi Clinical Pathways sebagai berikut: Clinical Pathways adalah metodologi dalam cara mekanisme pengambilan keputusan terhadap layanan pasien berdasarkan pengelompokan dan dalam periode waktu tertentu. Tujuan Clinical Pathway : 1) Mengurangi variasi dalam pelayanan, Cost lebih mudah diprediksi. 2) Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan (Quality of Care) 3) Meningkatkan prosedur costing. 4) Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan. 5) Sebagai (counter-check) pada DRG cost. 6) Terutama pada kasus-kasus (high cost, high volume). 5. Pengertian Rumah Sakit Secara umum terdapat dua jenis rumah sakit a. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan umum medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi, serta pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap. 32

33 b. Rumah Sakit Khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi, serta pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap. Pengertian Rumah Sakit Menurut Para Ahli - Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (American Hospital Association; 1974 dalam Azwar, 1996). Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of Hospital Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian kedokteran diselenggarakan. [15] 6. Karakteristik Rumah Sakit Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain: a. Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga professional 33

34 b. Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan c. Tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial d. Beban kerjanya tidak bisa diatur e. Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam f. Hampir semua kegiatannya bersifat penting g. Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh h. Pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat i. Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari. Azwar (1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu: 1) Rumah sakit tipe A Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat. 2) Rumah sakit tipe B Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial 34

35 hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B. 3) Rumah sakit tipe C Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. 4) Rumah sakit tipe D Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas. 5) Rumah sakit Tipe E Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya. [15] 7. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanannya Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini terdiri atas: 35

36 a. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya. b. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis. [9] 8. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum dibagi menjadi tiga kelas yaitu : a. Kelas A yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistis dan sub spesialistis luas. b. Kelas B yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik luas. c. Kelas C yang melaksanakan pelayanan kesehatan sedikitnya empat cabang spesialistis yaitu penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, penyakit bedah dan kesehatan anak. [10] 9. Rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan medik, penunjang medik dan perawatan yang dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI, sebagai berikut: a. Pelayanan medik umum. b. Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik : 1) Pelayanan medik spesialistik 4 dasar : a) Penyakit dalam b) Penyakit bedah 36

37 c) Kebidanan dan kandungan d) Kesehatan anak 2) Pelayanan 6 medik spesialistik a) Mata b) THT c) Kulit dan kelamin d) Syaraf e) Kesehatan jiwa f) Gigi dan mulut 3) Pelayanan medik lainnya a) Jantung b) Paru-paru c) Bedah syaraf d) Ortopaedi 4) Pelayanan medik sub-spesialistik Dari setiap cabang spesialistik, 4 dasar dan 6 spesialistik tesebut dapat berkembang satu atau lebih sub-spesialistik. c. Pelayanan penunjang medik 1) Radiologi 2) Patologi, meliputi : a) Patologi klinik b) Patologi anatomi c) Patologi forensik 3) Anestesi 4) Gizi 37

38 5) Farmasi 6) Rehabilitasi medik d. Pelayanan perawatan 1) Pelayanan perawatan umum dasar 2) Pelayanan perawatan spesialistik 3) Pelayanan perawatan sub-spesialistik. [11] 10. Sedangkan menurut Dirjen Yan. Medik Depkes RI (1993), pengelompokan rumah sakit menjadi dua yaitu berdasarkan jenis dan pengelolanya. Berdasarkan jenisnya yaitu : a. Rumah Sakit Umum b. Rumah Sakit Jiwa c. Rumah Sakit Khusus yang meliputi : 1) Rumah Sakit Kusta 2) Rumah Sakit Tuberkulosis 3) Rumah Sakit Mata 4) Rumah Sakit Ortopaedi dan Protease 5) Rumah Sakit Bersalin 6) Rumah Sakit Khusus Spesialis lainnya. Sedangkan menurut pengelolanya, rumah sakit dibedakan menjadi sebagai berikut : a. Rumah Sakit Rumah Sakit Vertikal (Depkes RI) b. Rumah Sakit Propinsi c. Rumah Sakit Kabupaten/Kota d. Rumah Sakit Tentara e. Rumah Sakit Departemen lainnya. 38

39 f. Rumah Sakit Swasta. [12] B. Kerangka Teori Penyakit Degeneratif : 1. Diabetes mellitus 2. Hipertensi 3. Jantung 4. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) 5. Epilepsy, Skizofren, Stroke dan Sindroma Lupus Eritematosus Mekanisme Pola Rujukan Readmisi Penyakit Degeneratif dengan Klaim BPJS Di Rawat Inap Klaim BPJS Sumber :UU RI No 24 tahun 2011 C. Kerangka Konsep Mekanisme Pola Rujukan Readmisi Penyakit Degeneratif dengan Klaim BPJS Di Rawat Inap Klaim BPJS 39

40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan hasil penelitian berdasarkan fakta tanpa membuat perbandingan. Proses pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara yaitu peneliti mengamati secara langsung bertanya kepada petugas BPJS maupun petugas rekam medis tentang keadaan masalah yang akan diteliti dengan menggunakan metode pendekatan secara cross sectional yaitu meneliti data secara langsung pada saat penelitian dilakukan. [6] B. Identifikasi Variabel 1. Alur Readmisi 2. Jenis-jenis Penyakit Dalam Pola Rujukan 3. Persyaratan Rujukan Readmisi 4. Proses Klaim 40 25

41 C. Definisi Operasional No Variabel Penelitian Definisi 1 Alur Readmisi Urutan pendaftaran dari pasien yang dipulangkan tetapi masih dirawat inap sampai pasien mendaftar kembali ke rumah sakit, yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara. 2 Jenis-jenis Penyakit Dalam Pola Rujukan 3 Persyaratan Rujukan Readmisi Jenis-jenis penyakit yang termasuk dalam pola rujukan berdasarkan hasil wawancara. Persyaratan rujukan yang harus dibawa atau dilengkapi dalam rujukan Readmisi berdasarkan hasil wawancara. 4 Proses Klaim Proses pengajuan klaim Readmisi yang dilalui oleh pasien berdasarkan hasil wawancara. D. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang diamati adalah mekanisme pola rujukan Readmisi dengan klaim BPJS di rawat inap RSUD dr.h Soewondo Kendal. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pedoman Observasi Mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan petugas. 2. Pedoman Wawancara Untuk mengetahui mekanisme rujukan Readmisi pasien. 41

42 F. Cara Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data primer, data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi yaitu untuk mengetahui proses klaim, persyaratan rujukan Readmisi dan jenis-jenis penyakit dalam pola rujukan dengan melihat DRM pasien. Dan pedoman wawancara untuk menanyakan kepada petugas verifikasi klaim BPJS Eksternal maupun Internal dan petugas rekam medis serta kepala Unit Rekam Medis untuk mengetahui mekanisme atau alur Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal, setelah itu hasil observasi dan wawancara diringkas dalam hasil penelitian. G. Pengolahan Data 1. Editing Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dikoreksi dan diperbaiki apabila terdapat kesalahan dalam mengumpulkan data, sehingga data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 2. Tabulating Mengolah data yang diperoleh dengan memasukkan data ke dalam komputer untuk memudahkan proses pengolahan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. H. Analisa data Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulannya. 42

43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD dr.h Soewondo Kendal 1. Sejarah RSUD dr.h Soewondo Kendal Dari data dan informasi yang dihimpun, rumah sakit Kendal sudah ada sebelum kemerdekaan, namun tidak ada kepastian tahun berapa Rumah Sakit Umum Kendal didirikan. Sebelum tahun 1933 diketahui bahwa upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kendal dilakukan disebuah balai pengobatan yang secara berkala dilayani oleh dokter Belanda. Balai pengobatan tersebut terletak di desa Karangsari Kecamatan Kendal kurang lebih 1 km di sebelah timur lokasi rumah sakit sekarang. Pada tahun 1933 balai pengobatan tersebut dipindahkan ke lokasi rumah sakit yang sekarang dengan fasilitas lebih luas, terdiri dari 4 lokal yang sangat sederhana dari bahan anyaman bambu dengan luas, kurang lebih 400 m 2. Tenaga dokter 1 orang yang sekaligus menjadi pimpinan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang dilakukan terdiri dari pelayanan umum, mata dan gigi. Di tahun-tahun awal Kemerdekaan Republik Indonesia, rumah sakit Kendal sudah mengalami pergantian 3 kali kepemimpinan. Pada waktu pertempuran 5 (lima) hari di Semarang, rumah sakit Kendal menjadi pendukung pelayanan kesehatan bagi pasukan republik yang luka-luka dalam pertempuran di Semarang. 43

44 Pada masa class I, rumah sakit Kendal ditinggal oleh petugas-petugas Republik, kemudian Pemerintah Republik menugaskan Dr. Trenggono untuk bertugas di Kendal. Pada tahun 1948 sampai dengan tahun 1958 Dr. H.R. Soewondo menjadi pimpinan RSU Kendal. Pada masa kepemimpinan dan pengabdiannya di RSU Kendal, banyak hal-hal besar yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pada tahun lima puluhan, beliau mempelopori berdirinya BKIA-BKIA di Kendal dan sekitarnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu-ibu terutama Ibu hamil dan anak. Keberhasilan Dr. H.R. Soewondo juga terlihat dari penanganan penyakit-penyakit kekurangan pangan, penyakit menular di daerah Kendal dan sekitarnya. Selain itu masih banyak kegiatan-kegiatan Dr. H.R. Soewondo dalam upayanya meningkatkan kesehatan di Kendal, terutama masyarakat dan lingkungan. Karena begitu besar pengabdian dan jasa-jasa beliau, maka pada tanggal 1 Agustus 1987 RSU Kendal dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal Nomor E Pada waktu itu, dalam hal pemenuhan tenaga RSUD Dr. H. Soewondo mempunyai 1 tenaga Bidan dengan fasilitas ruang rawat inap yang terdiri-dari ruang rawat wanita, ruang rawat laki-laki, ruang rawat penderita tidak mampu, dimana masing-masing ruang rawat tersebut berkapasitas tidak lebih dari 10 tempat tidur, juga ada ruang / kamar bersalin namun belum ada ruang / kamar 44

45 operasi. Untuk kasus-kasus bedah / kasus kecelakaan berat langsung di kirim ke Semarang karena belum memiliki tenaga ahli maupun alat yang memadai. Dalam perkembangannya, sampai tahun delapan puluhan RSU Kendal belum mengalami pengembangan yang berarti baik fisik maupun pelayanannya. Selanjutnya selama kurun waktu 4 (empat) tahun yaitu pada tahun 1982 sampai dengan 1986 RSU Kendal mengalami perkembangan pesat, baik pembangunan sarana gedung, peralatan medis, ketenagaan, fasilitas penunjang dan juga pelayanannya. Berdasarkan fasilitas yang dimiliki RSU Kendal dan klasifikasi RS di Indonesia, pada saat itu RSU Kendal dikatagorikan dalam kelas D Plus dan meningkat menjadi kelas C pada tanggal 30 April 1987 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 303/MEN.KES/SK/IV/1987 tentang Penetapan Peningkatan Kelas Beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C. Pada tahun 1998 RSUD Dr. H. Soewondo menjadi Rumah Sakit Swadana Daerah dan pada tahun 1999 RSUD Dr. H. Soewondo Kendal memperoleh predikat sebagai Rumah Sakit Daerah yang Terakreditasi Penuh dengan Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 12 Maret 1999 Nomor YM tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh kepada RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Sejalan dengan dinamika pelaksanaan Otonomi Daerah, bedasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun 45

46 2001, RSUD Dr. H. Soewondo berubah menjadi Badan RSUD pada tanggal 12 Pebruari 2001, dengan pimpinan Badan RSUD sebagai pejabat struktural eselon II b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sarana maupun prasarana RSUD secara bertahap terus dibenahi dan ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Hal tersebut terlihat dengan peningkatan kepercayaan masyarakat yang diberikan kepada RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal dengan meningkatnya Kelas RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal dari Kelas C mejadi Kelas B Non Pendidikan berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 40/MENKES/SK/I/2002.tanggal 21 Januari 2002 Pada tahun 2007 tepatnya tanggal 28 Desember 2007 telah dilaksanakan pelatikan Direktur RSUD Dr. H. Soewondo Kendal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti dengan Perda Kab. Kendal Nomor 21 Tahun 2007 tentang Susunan, Kedudukan, dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah.Unit pelayanan terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kendal. 2. Motto RSUD dr.h Soewondo Kendal SENYUMKU ADALAH PENYEMBUHANMU 3. Visi RSUD dr.h Soewondo Kendal Menjadi Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan prima yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan 46

47 sejahtera, sarana prasarana memadai serta manajemen yang bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan 4. Misi RSUD dr.h Soewondo Kendal a. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia; b. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia; c. Mengembangkan sarana dan prasarana; d. Mengembangkan manajemen pelayanan rumah sakit; dan e. Memberikan pelayanan prima yang terjangkau dan didukung jaring pelayanan kesehatan. 5. Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD dr.h Soewondo Kendal Bagan 1.5 Struktur Organisasi Admisi, Rekam Medis dan Rujukan RSUD Dr.H Soewondo Kendal 47

48 B. Hasil Penelitian 1. Alur Readmisi a. Pasien datang langsung masuk UGD setelah itu didaftarkan ke TPPRI. Waktu verifikasi muncul warning pada saat pembuatan Surat Elegibilitas Peserta (SEP) bahwa pasien tersebut masih dirawat inap. b. Lihat DRMnya setelah itu konfirmasi ke tim INA-CBG S tim INA- CBG S menghubungi dokter penanggung jawab pasien (DPJP) untuk memastikan diagnosa utama yang membutuhkan penanganan terbanyak., penyakit degeneratif boleh dijadikan diagnosa utama kalau memang dokter menuliskan diagnosa utamanya penyakit generatif (stroke, diabetes mellitus). c. Setelah itu klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan setelah dientri di software INA-CBG S. 2. Penyakit Degeneratif Dalam Pola Rujukan Readmisi Jenis penyakit yang termasuk dalam pola rujukan Readmisi adalah Diabetes mellitus dan Stroke yang mempunyai posisi tertinggi dalam lama perawatan di RSUD dr.h Soewondo Kendal. 3. Persyaratan Rujukan Readmisi Tidak ada persyaratan untuk rujukan Readmisi. Namun selama ini jika pasien dengan kondisi parah langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa kemudian mendaftar ke TPPRI tanpa membawa surat rujukan, jika pasien masih dirawat inap maka keluarga pasien yang memintakan rujukan ke dokter keluarga atau puskesmas dengan saran dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP). 48

49 4. Proses Klaim BPJS Rujukan Readmisi a. Klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan, proses klaim sama seperti proses klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan. b. Setelah dientri di software INA-CBG S. Pada saat verifikasi nanti ketahuan diriwayat pelayanannya dan muncul warning pada saat pembuatan Surat Elegabilitas Peserta (SEP) bahwa pasien tersebut masih dirawat inap. c. Proses verifikasi klaim dengan dokter atau komite medik untuk memastikan diagnosis utama yang membutuhkan perawatan terbanyak d. Proses revisi atau mencocokkan apa pasien tersebut masih di rawat inap atau tidak, klaim terbayar. C. Pembahasan 1. Alur Readmisi Alur Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang termasuk dalam Rujukan Balik Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, yaitu seharusnya jika pasien kembali lagi rawat inap ke rumah sakit, maka puskesmas atau dokter keluarga dulu. Namun kenyataannya pasien yang kondisinya parah lagi langsung diperiksa di UGD lalu didaftarkan di TPPRI. 49

50 2. Penyakit Degeneratif Dalam Pola Rujukan Readmisi Jenis penyakit degeneratif yang termasuk dalam pola rujukan Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal sudah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial yaitu salah satunya Diabetes mellitus dan Stroke yang lama dirawatnya panjang. 3. Persyaratan Rujukan Readmisi Persyaratan Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang termasuk dalam Rujukan Balik Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, seharusnya membawa surat rujukan terlebih dahulu dari dokter keluarga atau puskesmas. 4. Proses Klaim BPJS Rujukan Readmisi Proses klaim BPJS Rujukan Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal sudah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial bahwa proses klaim sudah sesuai karena klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan, proses klaim sama seperti proses klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan. 50

51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Alur Readmisi a. Pasien datang langsung masuk UGD setelah itu didaftarkan ke TPPRI. Waktu verifikasi muncul warning pada saat pembuatan Surat Elegabilitas Peserta (SEP) bahwa pasien tersebut masih dirawat inap. b. Lihat DRMnya setelah itu konfirmasi ke tim INA-CBG S dan menghubungi dokter penanggung jawab pasien (DPJP) c. Setelah itu klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan. 2. Penyakit Degeneratif Dalam Pola Readmisi Jenis penyakit degeneratif di RSUD dr.h Soewondo Kendal yang termasuk dalam pola rujukan Readmisi adalah Diabetes mellitus dan Stroke yang mempunyai posisi tertinggi rawat inapnya dari kelima penyakit degeneratif yang ditanggung BPJS. 3. Persyaratan Rujukan Readmisi Seharusnya membawa surat rujukan terlebih dahulu dari dokter keluarga atau puskesmas namun kenyataannya jika pasien dengan kondisi parah langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa kemudian mendaftar ke TPPRI. 4. Proses klaim BPJS Rujukan Readmisi 51

52 Klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan, proses klaim Readmisi sama seperti proses klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan. B. Saran 1. Di RSUD dr.h Soewondo Kendal harus membuat protap yang mengatur tentang alur rujukan Readmisi. 2. Persyaratan rujukan readmisi juga dibuatkan protap agar jika ada pasien yang mempunyai kasus seperti ini mudah dalam menanganinya. 3. RSUD dr.h Soewondo Kendal juga harus membuat Protap tentang mekanisme klaim Readmisi. 52

53 DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. 2. Anonim. Administrasi Klaim BPJS. Diakses pada : 14 Mei European Pathways Association (EPA) I pada kongres di Slovenia, Revisi III. Desember George Palmer, Beth Reid. Case Base Groups (CBG's). Edisi 1. England Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial 6. Notoadmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitan Kesehatan. Cetakan kedua. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan RI No 27 Tahun 2014, Tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-cbg s). 8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Pelayanan Kesehatan. Pedoman Sistem Informasi Rumah Sakit Di Indonesia. Revisi V. Jakarta Anonim. Klasifikasi Rumah Sakit. /2011/02/07/ klasifikasi-rumah-sakit/. Diakses pada : 06 Agustus Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/Men.Kes/SK/ IV/78 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum. 53

54 11. Biro Umum Sekretariat Jenderal Depkes RI. (1980). Struktur Organisasi Departemen Kesehatan RI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 12. Dirjen Yan. Med. Depkes RI. (1993). Informasi Rumah Sakit, Edisi : 3, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Pelayanan Kesehatan. Pedoman Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia Revisi V. Jakarta Djojodibroto, Darmanto R Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates 15. Azwar, Azrul Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Bina Rupa Aksara 54

55 LAMPIRAN 55

56 HASIL WAWANCARA 1. Petugas Verifikasi Klaim BPJS Eksternal a. Bagaimana proses klaim BPJS rujukan Readmisi? Jawaban : Klaim ditagihkan per bulan, klaim rawat jalan dan rawat inap ditagihkan bersamaan setelah dientri di software INA-CBG S. Pada saat verifikasi nanti ketahuan diriwayat pelayanannya dan muncul warning pada saat pembuatan Surat Elegabilitas Peserta (SEP) bahwa pasien tersebut masih dirawat inap. b. Apa ada peraturan BPJS mengenai prosedur Readmisi di RSUD dr.h Soewondo Kendal? Jawaban : DiBPJS ada peraturan mengenai Readmisi, tetapi di RSUD dr.h Soewondo Kendal tidak ada c. Apa yang dilakukan saat klaim jika pasien dipulangkan tetapi pasien tersebut masih dirawat inap? Jawaban : Lihat DRMnya setelah itu konfirmasi ke tim INA-CBG S setelah itu tim INA-CBG S menghubungi dokter penanggung jawab pasien (DPJP) untuk memastikan diagnosa utama yang membutuhkan penanganan terbanyak. d. Mengenai kelengkapan rujukan Readmisi khususnya untuk penyakit degeneratif apa sajakah yang perlu dilakukan pengecekan? Jawaban : Tidak ada e. Pernahkah pengajuan klaim untuk penyakit degeneratif yang dikembalikan ke rumah sakit lagi? Jawaban : Tidak pernah Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan Petugas Verifikasi Klaim BPJS Eksternal, didapatkan hasilklaim BPJS Readmisi itu berdasarkan diagnosis akhir. 2. Petugas Verifikasi Klaim BPJS Internal a. Bagaimana proses verifikasi klaim BPJS? 56

57 Jawaban : 1) DRM di assembling oleh tim assembling satu orang 2) DRM di koding di ruang rekam medis 3) Setelah di koding di entry data ke software INA-CBG S oleh tim entry 4) Pengajuan klaim ke BPJS center oleh tim klaim 5) Proses verifikasi / proses verifikasi klaim dengan dokter atau komite medik oleh verifikator BPJS. 6) Proses revisi klaim 7) Proses tarikan klaim 8) Setelah itu pengajuan hasil klaim ke BPJS Semarang 9) Dan klaim terbayar b. Apa yang dilakukan apabila persyaratan klaim belum lengkap pada saat proses verifikasi? Jawaban : Jika persyaratan klaim belum lengkap maka tim klaim yang melengkapi c. Apa ada peraturan BPJS mengenai prosedur klaim jika ada pasien yang rawat inapnya melebihi waktu yang telah ditentukan? Jawaban : tidak ada d. Apakah Readmisi bisa diklaimkan ke BPJS? Jawaban : bisa diklaimkan karena yang minta dokter penanggung jawab pasien (DPJP). e. Apakah terdapat perbedaan dalam proses pengajuan klaim khususnya penyakit degeneratif? Jawaban : Sama, tidak ada perbedaan Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan Petugas Verifikasi Klaim BPJS Internal, didapatkan hasil bahwa Readmisi bisa diklaimkan ke BPJS karena yang minta dokter penanggung jawab pasien (DPJP). 3. Kepala URM 57

58 a. Dalam DRM pasien sendiri ada tidak masalah yang berhubungan dengan klaim BPJS? Jawaban : tidak ada b. Adakah masalah dialur rekam medis untuk klaim BPJS? Jawaban : tidak ada c. Bagaimanakah proses pengajuan klaim di rumah sakit dr.h Soewondo Kendal khususnya bagi penyakit degeneratif? Jawaban : Sama seperti pengajuan klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan. d. Apa yang mendasari pengajuan klaim penyakit degeneratif dengan pola readmisi di rumah sakit dr.h Soewondo Kendal? Jawaban : Pasien belum sembuh tapi dipulangkan Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan Kepala URM didapatkan hasil bahwa proses pengajuan klaim di rumah sakit dr.h Soewondo Kendal khususnya bagi penyakit degeneratif yaitu sama seperti pengajuan klaim penyakit lainnya tidak ada yang dibedakan serta yang mendasari pola readmisi di rumah sakit dr.h Soewondo Kendal yaitu Pasien belum sembuh tapi dipulangkan. 4. Petugas Rekam Medis bagian koding a. Jika ada pasien Readmisi apakah penyakit degeneratif boleh dijadikan diagnosis utama? Jawaban : Boleh kalau memang dokter menulis diagnosis utamanya penyakit degeneratif (stroke, diabetes mellitus). b. Untuk penyakit degeneratif jenis penyakitnya apa saja dan mengkodingnya bagaimana? Jawaban : Jenis penyakitnya yang banyak yaitu Diabetes mellitus, Hipertensi, stroke. Cara mengkodingnya yaitu : 1) Cari lead team (diabetes mellitus, stroke atau hipertensi) buka ICD-10 vol.3 58

59 2) Kemudian setelah ketemu cocokkan dengan ICD-10 vol.1 c. Bagaimana dengan DRM jika ada pasien Readmisi apakah DRM tersebut masih dibangsal atau diassembling untuk disimpan difiling? Jawaban : Masih dibangsal d. Apakah rumah sakit dr.h Soewondo Kendal punya protap Readmisi khususnya penanganan klaim penyakit degeneratif? Jawaban : Tidak punya. Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan Petugas Rekam Medis bagian koding bahwa pasien Readmisi penyakit degeneratif boleh dijadikan diagnosis utama kalau memang dokter menulis diagnosis utamanya penyakit degeneratif (stroke, diabetes mellitus).dan rumah sakit dr.h Soewondo Kendal tidak punya protap Readmisi untuk penanganan penyakit degeneratif. 59

60 60

61

62

63

64

65

66

MECHANISM READMISI REFERRAL PATTERN DEGENERATIVE DISEASES WITH THE CLAIM OF BPJS IN IN-PATIENT DEPARTEMENT RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL THE YEAR 2015

MECHANISM READMISI REFERRAL PATTERN DEGENERATIVE DISEASES WITH THE CLAIM OF BPJS IN IN-PATIENT DEPARTEMENT RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL THE YEAR 2015 MECHANISM READMISI REFERRAL PATTERN DEGENERATIVE DISEASES WITH THE CLAIM OF BPJS IN IN-PATIENT DEPARTEMENT RSUD DR.H SOEWONDO KENDAL THE YEAR 2015 Febrianti Herlinawati*), Kriswiharsi Kun Saptorini**)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN KEGAWATDARURATAN DAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN panduan praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN 07 02 panduan praktis Program Rujuk Balik Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat yang didirikan untuk menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis, dan perawatan lanjutan untuk diagnosis dan perawatan tenaga medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200 No.1217, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS Kesehatan. Pengelolaan Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA BPJS KESEHATAN Madiun, 11 Maret 2014 KARTU YANG BERLAKU 1. Kartu Askes eksisting ( eks Askes Sosial ) 2. Kartu JPK Jamsostek ( eks Jamsostek ) 3. Kartu Jamkesmas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro TINJAUAN SPESIFISITAS PENULISAN DIAGNOSIS PADA SURAT ELIGIBILITAS PESERTA (SEP) PASIEN BPJS RAWAT INAP BULAN AGUSTUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG PERIODE 2015 Molek Dua na Ahlulia*), Dyah

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan Rujuk Balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita di Fasilitas Kesehatan (Faskes) atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Setiap tindakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang

Lebih terperinci

TinJauan PenYeBaB keterlambatan klaim Jaminan kesehatan nasional (Jkn) Pasien rawat Jalandi rumah sakit PanTi WaluYO surakarta

TinJauan PenYeBaB keterlambatan klaim Jaminan kesehatan nasional (Jkn) Pasien rawat Jalandi rumah sakit PanTi WaluYO surakarta TinJauan PenYeBaB keterlambatan klaim Jaminan kesehatan nasional (Jkn) Pasien rawat Jalandi rumah sakit PanTi WaluYO surakarta Budy setiawan 1, Harjanti 2, riyoko 3 mahasiswa apikes mitra Husada 1, dosen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki

Lebih terperinci

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dr. Moch Bachtiar Budianto,Sp.B (K) Onk RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG PEMBAHASAN REGULASI ALUR PELAYANAN PERMASALAHAN REGULASI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah menjawab prinsip dasar Universal Health Coverage dengan mewajibkan setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 28 H ayat (3) yang menyatakan Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 21 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 2016 TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL Oleh : Linda Handayuni Dosen Prodi D-3 RMIK

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Ambulan

panduan praktis Pelayanan Ambulan panduan praktis Pelayanan 11 02 panduan praktis Pelayanan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN 6.1. Kesimpulan Penelitian Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara rinci berikut ini : 1. Kendali

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016 ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016 Firsa Olivia Susan*), Septo Pawelas Arso**), Putri Asmita Wigati**) *) Mahasiswa Bagian Peminatan Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan

Lebih terperinci

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG INTISARI SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG s SERTA HUBUNGAN BIAYA RAWAT INAP TERHADAP BIAYA RILL DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Ary Kurniawan

Lebih terperinci

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DIAN HASTUTY, APT BPJS Kesehatan Cabang Utama Surabaya 1 Per.Pres. RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 : (1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup

Lebih terperinci

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN 09 02 panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bidan Praktik Mandiri (BPM) 2.1.1 Pengertian BPM BPM merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut American Hospital Association, Wolper dan Pena, Association of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa pengertian

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI LAY OUT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan 14 02 panduan praktis administrasi klaim faskes BPJS Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS DESKRITIF LAMA PERAWATAN, KARAKTERISTIK PASIEN DAN PEMBIAYAAN PADA KASUS HEMATOLOGI DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI PASIEN BPJS NON PBI PADA TAHUN 2015 DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Dwi Ratna Yuliyanti

Lebih terperinci