BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. 1) Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang merugikan fisik orang lain. Kecelakaan yang disebabkan oleh kontak secara langsung yang disebabkan karena kontak dengan suatu energi listrik, panas, getaran dan kebisingan yang melewati ambang batas melalui tubuh manusia. 18) Kecelakaan kerja juga mengandung unsur unsur sebagai berikut : 10) a. Tidak diduga semula, karena dibelakang peristiwa kecelakaan kerja tidak terdapat unsur kesenjangan dan unsur perencanaan. b. Tidak diinginkan atau tidak diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan kerja akan selalu disertai dengan adanya kerugian baik fisik maupun mental. c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, karena setiap kerugian dan kerusakan akan menyebabkan gangguan proses bekerja. Permasalahan penting yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja ada dua yaitu : 18) a) Kecelakaan adalah akibat langsung dari pekerja. b) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan atau saat produksi. Unsur sedemikian rupa maka setiap pekerja harus mengembangkan suatu kepekaan terhadap adanya resiko yang ada di tempat kerja yang mengancam keselamatan dirinya, melalui pengenalan sumber bahaya yang ada di tempat kerja (Hazard Recognition) dan dilakukan tindakan atau 1

2 keinginan nyata dari pekerja untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. 10) 2. Penyebab Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja. Suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kejadian kecelakaan pada suatu kejadian. Secara umum penyebab kecelakaan kerja dikelompokkan menjadi dua yaitu : 19) a. Sebab dasar atau awal mula Faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kejadian kecelakaan kerja di industri antara lain : komitmen, manusia dan kondisi tempat kerja. 19) 1) Penyebab dasar atau awal mula terjadinya kecelakaan dilihat dari faktor menejemen yang kurang memadai misalnya : 20) a). Standar kerja yang kurang baik dapat menyebabkan kecelakaan kerja karena keadaan material yang kurang baik dan kurang memadai. b). Standar perencanaan yang kurang tepat c). Standar perawatan yang kurang tepat d). Standar pembelian peralatan yang kurang tepat e). Keausan alat akibat sering dipakai dan pemakaian yang abnormal 2) Penyebab dasar atau awal mula terjadinya kecelakaan dilihat dari faktor manusia yang kurang memadai misalnya : 21) a) Kurangnya pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari sebuah proses belajar yang membentuk tindakan seseorang menjadi lebih baik. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor dari proses adopsi perilaku dan tingkat pengetahuan dalam hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan proses pengindraan terhadap objek yang tertentu. Pengetahuan merupakan suatu keinginan untuk mengungkap fakta dengan keinginan seseorang secara bijaksana. 22) Menurut penelitian Jeni Rajajunguk bahwa dari 27 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan memiliki pengetahuan 2

3 sedang sebanyak 15 orang. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pada 28 pekerja menjadi 27 orang disebabkan karena 1 orang pekerja meninggal dunia karena disebabkan karena sakit bukan karena disebabkan kecelakaan kerja. 23) b) Kurangnya ketrampilan Pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya melakukan start atau stop pada sebuah peralatan dan memakai alat-alat keselamatan. Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja. 21) Semakin baik keterampilan seorang karyawan, maka persepsi karyawan terhadap risiko kecelakaan kerja semakin memburuk. 24) c) Fisik yang tidak mendukung Lemahnya kondisi fisik sesorang berpengaruh pada penurunan tingkat konsentrasi dan motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat dibutuhkan ketika bekerja, apabila sudah terganggu kecelakaan sangat mungkin terjadi pada pekerja. 22) d) Psikologis Faktor psikolgis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan, apabila konsesntrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan dilakukan ketika bekerja, misalnya: kecelakaan kerja akan sangat mungkin terjadi. 25) Menurut hasil penelitian Suprapto bahwa ada hubungan antara stres kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dari hasil korelasi analisis menunjukkan adanya hubungan antara resiko kecelakaan kerja dengan stres kerja. risiko kecelakaan kerja merupakan salah satu faktor yang menunjukkan tinggi rendahnya angka kejadian kecelakaan kerja. 26) 3) Penyebab dasar atau awal mula terjadinya kecelakaan dilihat dari faktor lingkungan yang kurang memadai misalnya : 3

4 a). Lingkungan kerja merupakan tempat dimana karyawan atau pekerja melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja secara optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi karyawan. Apabila karyawan menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. 13) Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan terletak pada rancangan tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan penempatan alat kerja tidak diletakkan pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak nyaman dalam bekerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat. 21) lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman dapat menyebabkan pekerja tidak nyaman dalam melakukan pekerjaanya sehingga dapat menyebabkan timbulnya kejadian kecelakaan kerja. 13) b). Proses produksi merupakan bagian produksi sebagai salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan mesin, menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang tinggi, hal ini menjadi fokus perusahaan agar dapat dilakukan pengendalian bahaya dan pengendalian risiko pekerjaan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. 27) Penyebab dasar inilah yang timbul karena adanya keadaan-keadaan yang disebut dengan substandard (unsafe), yang berupa gejala-gejala yang timbul dari kondisi dan perbuatan substandar (unsafe). Memakai istilah standart dapat memberikan suatu ukuran tertentu yang standart, ukuran yang digunakan. Tindakan yang tidak memenuhi standart tersebut yaitu substandard. Kondisi dan perbuatan substandart ini timbul sebagai akibat adanya penyebab dasar (basic causes). 20) 4

5 b. Sebab Utama Adanya faktor dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang belum dilaksanakan secara benar, diantaranya yaitu: 28) 1). Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman yang akan menyebebkan kecelakaan kerja. Kondisi yang tidak aman yang berasal dari : 21) a) Letak mesin yang salah yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja misalnya peralatn atau mesin yang berputar, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak. Mesin dan peralatan yang menimbulkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan pekerjanya. 22) 2). Perbuatan tidak aman (unsafe actions), yaitu keadaan yang tidak aman atau perbuatan yang tidak aman dan akan menyebabkan kecelakaan kerja. Perbuatan yang tidak aman antara lain : 29) a) Mengoperasikan mesin yang bukan menjadi wewenang dan tanggung jawab, b) Menggunakan alat-alat yang sudah rusak, c) Menggunakan alat dengan cara yang salah, d) Mengangkat beban yang kurang benar, Faktor-faktor yang melatar belakangi perbuatan tidak aman antara lain : 30) a) Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect), kondisi fisik atau cacat tubuh sesorang berpengaruh pada menurunnya tingkat konsentrasi dan motivasi dalam bekerja. Konsentrasi dan motivasi sangat dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat mungkin terjadi. 21) b) Keletihan dan kelesuan (fatigue and boredom), keletihan dan kelesua dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Keletihan dan kelesuan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Keletihan dan kelesuan 5

6 dapat berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. 27) c) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman, bekrja dengan tergesa-gesa atau sembrono bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja karena dalam bekerja harus teliti, cermat dan hati-hati agar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat terwujud. 27) 3. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja a. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada hari itu dan bisa melkakukan pekerjaanya kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh kecelakaan ringan yaitu : terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir. 31) b. Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh kecelakaan kerja sedang yaitu : tejepit, luka sampai robek, luka bakar. 31) c. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan kegagalan fungsi tubuh. Contok kecelakaan kerja berat yaitu : patah tulang. 31) 4. Akibat Kecelakaan Akibat kecelakaan merupakan kerugian dan perbuatan yang tidak aman dan memberikan dampak kerugian baik secara materi dan non materi. Kerugian secara materi yaitu dampak kerugian yang dikeluarkan secara langsung dan tidak langsung sebagai upaya penaggung jawab. Kerugian non materi dalam kecelakaan kerja yaitu dampak kerugian pekerja seperti hilangnya nyawa dan kesehatan seseorang pekerja menjadi risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan. 2) 5. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan beberapa fakor antara lain : 18) a. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya antara lain : perencanaan, pemeliharaan, perawatan peralatan, pemeriksaan berkala, pengujian 6

7 peralatan, supervisi tenaga medis, pelatihan, dan pemeriksaan kesehatan pada pekerja. 18) b. Standarisasi, yaitu usaha bersama membentuk pentapan standar resmi antara lain : alat-alat yang memenuhi syarat, keselamatan jenis-jenis industri, penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) dan kondisi ruangan yang aman. 32) c. Pengawasan, yaitu proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan dan dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan atau sudah di tentukan oleh perusahaan. 33) d. Penelitian bersifat teknik misalnya bahan-bahan yang berbahaya dan beracun, penyelidikan pagar pengaman, peneliti tentang pencegahan peledakan gas dan debu. 18) e. Rekam Medis, yaitu keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan akibat keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. 34) B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Pengertian Keselamatan Kerja adalah sarana yang paling utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka, cacat, kematian, dan kerusakan mesin dan lingkungan secara luas. Tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai. Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi yang difokuskan pada tempat kerja yang kurang aman atau kondisi tidak aman. 35) 7

8 Kesehatan kerja adalah pekerja atau tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang semaksimal mungkin baik fisik maupun mental dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan, lingkungan kerja, penyakit umum dan penyakit akibat kerja. 36) 2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera. Adapun untuk mencapai lingkungan kerja yang aman sehat dan sejahtera ada beberapa kriteria misalnya : 37) a. Keadaan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman b. Pekerja yang sehat fisik, mental, sosial dan bebas dari kecelakaan c. Menigkatkan produktivitas yang efektif dan efisien bagi perusahaan d. Menigkatkan kesejahteraan pekerja. 3. Pengendalian Risiko atau bahaya keselamatan dan kesehatan kerja Setiap pengurus harus memperhatikan sistim akses yang tersedia untuk bekerja di suatu bangunan atau struktur. Pengambilan keputusan untuk menetukan atau memilih suatu sistem akses untuk pekerjaan pada ketinggian, Hierarki pengendalian risiko bahaya sebagaimana berikut : 38) a. Eliminasi adalah suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus di terapkan dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai perioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3. 11) b. Substitusi adalah pengendalian untuk mengganti bahan atau peralatan untuk pengendalian resiko yang lebih berbahaya diganti dengan yang tidak berbahaya sehigga penerapannya masih diterima dalam batas yang masih diterima. 11) c. Rekayasa adalah Pemasangan atau pembuatan alat untuk pengendalian risiko demi keselamatan karyawan yang ada di perusahaan. 38) 8

9 d. Administrasi adalah cara administratif digunakan untuk pengendalian risiko yang ada di perusahaan. 11) e. APD adalah cara yang digunakan personal untuk pengendalian risiko yang ada di perusahaan. 38) 4. Program K3 Program K3 adalah suatu fungsi operasional yang merupakan bagian dari semua kegiatan dari bagian operasional. Pekerjaan atau tugas apapun yang tidak dianggap terselesaikan secara efisien, kecuali pekerja megikuti setiap tindakan pencegahan dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi dirinya dan teman kerjanya dari bahaya yang ada di tempat kerja. 39) C. Sistem Menejemen K3 1. Menejemen Berdasarkan Keputusan Mentri Ketenaga Kerja Nomor 05 tahun 1996 tentang SMK3, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen yang mencakup keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efektif dan efisien. 4) 2. Tujuan dan Sasaran SMK3 Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 40) Dalam menerapkan SMK3 di tempat kerja maka pekerja wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 41) a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3 di perusahaan 9

10 b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3 c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif untuk mengembangkan kemampuan pekerja dan mekanisme pendukung untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3 d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan kecelakaan kerja e. Meninjau ulang dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. 3. Audit SMK3 Dalam upaya pembuktian dan pengukuran penerapan SMK3 maka perusahaan dianjurkan untuk melakukan audit yang dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : 42) a. Audit internal adalah untuk meminimalisir bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 21) Audit Internal K3 merupakan audit K3 yang dilakukan di dalam perusahaan dan dilakukan oleh auditor K3 dari perusahaan yang terkait, baik yang berasal dari kantor pusat maupun unit-unit yang bersangkutan. Audit internal K3 bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan agar mengetahui ketimpangan dalam unsur sitem operasi dari produksi, sehingga dapat dilakukan usaha peningkatan mutu pelaksanaan K3 secara berkesinambungan. 42) b. Audit Eksternal adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk mengukur penerapan Sistem Menejemen K3 di tempat kerja atau perusahaan yang hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tingkat pencapaian penerapan Sistem Menejemen K3. 43) Pedoman teknis dalam mengaudit Sistem Menejemen K3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. Per 05/Men/1996 meliputi unsur-unsur sebagai berikut : 40) 1) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen; 2) Strategi pendokumentasian; 3) Peninjauan ulang desain dan kontrak; 4) Pengendalian dokumen; 10

11 5) Pembelian; 6) Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3; 7) Standar Pemantauan; 8) Pelaporan dan perbaikan kekurangan; 9) Pengelolaan material dan pemindahannya; 10) Pengumpulan dan penggunaan data; 11) Pemeriksaan sistem manajemen; 12) Pengembangan ketrampilan dan kemampuan. 4. Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Menejemen K3 Keamanan bekerja menurut Sistem Menejemen K3 merupakan upaya menejer perusahaan untuk mncapai kondisi tempat kerja yang aman dan nyaman untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan elemen sebagai berikut : 44) a. Sistem kerja adalah suatu kesatuan yang meliputi : petugas yang kurang berkompeten dalam mengidentifikasi bahaya yang ada ditempat kerja dan menilai risiko yang timbul ditempat kerja, upaya pengendalian risiko yang diperlukan dan titetapkan melalui tingkat pengendalian. 45) b. Pengawasan merupakan suatu proses pengawasan dan pengamatan dari seluruh kegiatan dari pekerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah ditentukan dan sudah menjadi tanggung jawab pekerja. 42) c. Lingkungan kerja merupakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman yang dapat meberikan kenyamanan bagi pekerjanya sehingga pekerjanya betah dalam melakukan pekerjaannya. 46) d. Pelayanan kesehatan merupakan penyediaan layanan yang baik dan pelayanan kesehatan yang patuh pada standart dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/Men/1982, maka perlu adanya penyusunan prosedur untuk menjamin perusahaan bahwa pelayanan sudah memenuhi standart. 42) 11

12 D. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan adalah ketaatan terhadap suatu spesifikasi, standar yang telah diatur dengan jelas yang biasanya di terbitkan oleh lembaga yang berwewenang dalam suatu bidang tertentu. Instruksi kerja digunakan untuk memahami atau mengomunikasikan sekaligus menyamakan persepsi anatar berbagai pihak yang terlibat. Instruksi kerja juga digunakan sebagai media pengendalian dan pemantauan kinerja. Agar aktivitas operasional lebih lancar dan setiap pekerja menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, agar pekerja mempunyai tanggung jawab yang penuh dengan apa yang dilakukan. Terutama perusahaan yang sudah besar dan banyak memiliki anak perusahaan kemungkinan tenaga kerja yang dimutasi akan mudah beradaptasi. 47) 2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan meliputi : 13) a. Pendidikan Usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dan bakat dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan pekerja dapat meningkatkan kepatuhan, apabila pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. 48) b. Lingkungan Kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan kerja sekitarnya. Lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat meningkatkan kepatuhan selama lingkungan 12

13 kerjanya selalu dalam keadaan yang nyaman, karena pekerja akan merasa betah dalam melakukan pekerjaannya. 21) c. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 49) Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun dan ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula pekerja melaksanakan pekerjaanya. Pengetahuan merupakan dorongan untuk menjadikan pekerja menjadi patuh terhadap peraturan yang sudah ditetapkan dari instansi. 1) d. Sikap Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu seseorang. Manifestasi sikap terhadap suatu simulasi atau objek. Sikap dapat diartikan sebagai kondisi keadaan mental atau taraf seseorang untuk menggambarkan kesiapan untuk bereaksi terhadap simulasi yang diterima. Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas sebagai predisposisi suatu tindakan perilaku seseorang. Sikap seseorang mempengaruhi tingkat kepatuhan karena semakin baik kondisi keadaan mentalnya semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya. 13) e. Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. 13

14 Semakin dewasa seseorang, maka semakin tinggi pula cara berfikirnya semakin matang pula untuk mentaati kepatuhan yang sudah ditetapkan oleh instansi. 50) f. Masa Kerja Seseorang yang sudah lama bekerja dan memiliki wawasan yang luas, pengalaman yang banyak akan melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan sesuai pengalaman yang telah didapat selama bekerja. Masa kerja dapat meningkatkan kepatuhan, apabila masa kerja tersebut sudah lama dan menjadi karyawan tetap. 51) g. Pelatihan Pelatihan merupakan usaha untuk mengembangkat bakat dan minat pekerja untuk menigkatkan mutu dan kualitas dari dalam diri pekerja, untuk mengembagkat bakat yang sudah dimiliki oleh pekerja. Tingkat ketrampilan seseorang dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang dalam melakukan pekerjaan baik praktik maupun teori untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pelatihan dapat meningkatkan kepatuhan, apabila pelatihan tersebut merupakan pelatihan yang aktif dari instansi. 52) h. Dukungan Keluarga Sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang paling utama dalam melakukan pekerjaan dan tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan, apabila keluarga mendukung penuh dan memberikan motivasi dengan pekerjaan yang sudah dilakukan. 53) 3. Faktor yang Menghambat Kepatuhan Faktor yang menghambat kepatuhan dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja antara lain : 14

15 a. Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi adalah bagian dari setiap individu yang memiliki pengalaman pribadi yang meniggalkan kesan yang mendalam dan kuat. sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 54) b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu seseorang untuk memiliki sikap cenderung konformis atau searah dengan seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini akan dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan tidak menimbulkan konflik dengan orang yang dianggap penting, sehingga sikap seseorang tergantung dari kondisi orang disekitarnya. 55) c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan memiliki norma dan nilai sebagai ciri khusus dari suatu daerah yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum dan adat istiadat yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengarahan sikap seseorang untuk menghadapi berbagai masalah. Kebudayaan mewarnai sikap individu seseorang bagian dari komunitas masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan untuk memeberikan corak pengalaman individu masyarakat. 56) d. Media masa Media masa sebagai sarana komunikasi masyarakat yang memiliki pengaruh terhadap persepsi dan opini individu. Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh bagi individu seseorang. 55) e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menetukan kepercayaan dan pengaruh pembentukan sikap karena konsep dasar praktik dan moral dari individu seseorang. 55) 15

16 f. Faktor emosional Bentuk atau sikap individu seseorang merupakan peryataan yang didasari emosional individu, sebagai penyaluran atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 54) E. Kerangka Teori Faktor Lingkungan Unsafe Condition 1. Mesin dan Peralatan 2. Kondisi lingkungan yang aman Faktor Manusia Kepatuhan K3 Kecelakaan Kerja 1. Pengetahuan 2. Ketrampilan 3. Pendidikan 4. Psikologis 5. Pengetahuan 6. Sikap 8. Usia 9. Masa Kerja 10. Pelatihan 11. Dukungan Keluarga Unsafe Action 1.Keadaan Fisik (Cacat Tubuh) 2. Keletihan 3. Tingkah Laku (perilaku) K3 Faktor Manajemen 1. Standar Kerja 2. Standar Perencanaan 3. Standar Perwatan 4. Standar Pembelian 5. Keausan Alat Gambar 2.1 Kerangka Teori 16

17 F. Kerangka Konsep Variabel Bebas Kepatuhan Terhadap Peraturan K3 Variabel Terikat Kecelakaan Kerja 1. Pendidikan* 2. Lingkungan 3. Pengetahuan 4. Sikap 5. Usia* 6. Masa Kerja* 7. Pelatihan* 8. Dukungan Keluarga Gambar 2.2 Kerangka Konsep Ket* : Pendidikan, usia, masa kerja, pelatihan, merupakan variabel pengganggu yang akan dilakukan pengukuran, tetapi dalam penelitian ini tidak diteliti. G. Hipotesis Ada hubungan kepatuhan terhadap peraturan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan cidera, sakit, atau kerusakan material. Kecelakaan tidak terjadi begitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib (Anoraga, 2006). Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah proses-proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan, dari permulaan sekali sampai lepada terakhir. Harus diketahui pasti tentang

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada pekerja khususnya pada pekerja bangunan sering diakibatkan karena pihak pelaksana jasa kurang memprioritaskan keselamatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah industri yang bergerak dibidang layanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja telah berkembang menjadi isu global saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembuatan kebijakan. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja HAL-HAL YANGMENJADIISU DIK3 MENGAPA PERLU PENGELOLAAN K3 TUJUAN DARI SISTEM MANAJEMEN K3: 1. Sebagai alat untuk mencapai

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 Luthfil Hadi Anshari 1, Nizwardi Azkha 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor utama dari kenyamanan kerja adalah keselamatan kerja, khususnya terkait dengan kecelakaan kerja. Dimana kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 612~618 613 PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Suparman HL ASM BSI Jakarta suparman@bsi.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah salah satu tujuan hidup meskipun terdapat resiko didalamnya selama mereka bekerja termasuk resiko

Lebih terperinci

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap

Lebih terperinci

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sebuah perusahaan adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri pada umumnya memiliki tujuan utama pada kualitas produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah peningkatan kualitas suatu

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat. Proses industrialisasi makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka

Lebih terperinci

1. Jelaskan tujuan dari sistem manajemen K3. Jawab : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,

1. Jelaskan tujuan dari sistem manajemen K3. Jawab : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, Nama : Johanes Susanto NIM : 2021-21-046 Tugas online 2 1. Jelaskan tujuan dari sistem manajemen K3. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani,

Lebih terperinci

MODUL 13 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

MODUL 13 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja) MODUL 13 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program untuk mengurangi kejadian yang tidak diinginkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT. HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT. FORMULA LAND Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingakatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja KESELAMATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja SEJARAH KESELAMATAN KERJA DUNIA - Revolusi Industri Serap Banyak Buruh - Kecelakaan Kerja = Resiko Kerja - Buruh Desak Work Compensation - Buruh Desak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah keselamatan dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, landasan kerja lingkungan kerja serta cara cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Disusun oleh: Anggita Kintan Dewantari (135030207111116) Dhana Arissetio (135030201111123) Kevin Adri Geaviano (135030207111117) Muchtar Tsabit (135030207111122) Jurusan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi global yang semakin intensif, deregulasi dan kemajuan mencetuskan suatu ide - ide perubahan, yang telah membuat banyak perusahaan tidak bisa bertahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri memegang peranan penting dalam memacu perekonomian nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri konstruksi di Indonesia memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Hal tersebut terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

pekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Lebih terperinci