FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA GAMPONG DARAT KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN ACEH BARAT SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA GAMPONG DARAT KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN ACEH BARAT SKRIPSI"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA GAMPONG DARAT KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh: ASRI YENI 06C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR ACEH BARAT 2013

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat ditetapkan enam program Pembangunan Kesehatan, salah satunya Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Indonesia Sehat, 2012). Pesatnya pertambahan penduduk, penggunaan lahan yang semakin meningkat akibat desakan pembangunan akan mempunyai implikasi yang mempengaruhi sumber-sumber alam dan kualitas lingkungan. Sejak tahun 1986, pemerintah telah memperlihatkan prioritas pentingnya sanitasi lingkungan dengan menciptakan sistim konpetensi antara daerah dalam meningkatkan dan menjaga kebersihan (Slamet, 2000). Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah, kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat. Faktor lain menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat 1

3 2 yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2000). Sampah adalah sesuatu yang tidak di pakai, tidak disenangi sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi bukan biologis karena kotoran manusia tidak termasuk didalamnya dan umumnya bersifat padat (air bekas tidak termasuk didalamnya (Azwar, 2002). Produksi sampah perorangan maupun rumah tangga setiap harinya tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan kehidupan manusia itu sendiri. Khususnya sampah rumah tangga, berkaitan dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan besarnya keluarga. (Dainur, 1995). Bersamaan dengan kenaikan jumlah penduduk, pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan menyebabkan pola hidup komsuntif sehingga tingkat konsumsi kita meningkat, mulai dari makanan dan kemasannya. Limbah yang dihasilkan perorangan makin besar padahal jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu penda[atan kita untuk menangani sampah yang bertumpuk atau berserakan. Di perkotaan lebih lagi hanya sebagian sampah yang terangkut oleh dinas kebersihan kota. Sampah yang tidak terangkut menumpuk atau berserakan dan menjadi masalah kesehtan. Banyak juga penduduk yang berusaha memusnahkan sampah dengan membakarnya yang akan menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya (Soemarwoto, 2001). Pengelolaan sampah pedesaan umumnya dilakukan dengan cara membakar, menanam dalam lubang, dan tidak jarang dibuang ke dalam selokan, sungai dan bahkan menumpuk diperkarangan atau kebun. Sungguh pun para ahli telah menemukan berbagai cara penanggulangan sampah, termasuk cara pendaur

4 3 ulang, namun cara tersebut masih belum memecahkan masalah sampah yang semakin meningkat jumlah dan jenisnya, baik di pedesaan maupun daerah kumuh diperkotaan (Dainur, 1995). Di Indonesia pengelolaan sampah juga menjadi masalah yang belum dapat teratasi sepenuhnya terutama dikota kota besar termasuk di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam yang secara umum sampah masih merupakan kendala utama dalam pengelolaan dengan jumlah tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sebangak 5.870, yang diperiksa dan yang memenuhi syarat (44,4%) (Dephubkominfo Prov Aceh, 2011). Kabupaten Aceh Barat dengan timbunan sampah secara keseluruhan 298 m 3 /hari dan sampah rumah tangga rata-rata 37m 3 /hari (Dinas Kebersihan Kota,, 2012). Sedangkan dari data BAPEDAL tahun 2013 jumlah data yang dihasilkan perhari 264m 2, jumlah sampah yang dikelola 56m 2 dengan jumlah sampah setiap bulannya mencapai 8.040m 2 (BAPEDAL Aceh Barat, 2013). Pada lokasi penelitian di Gampong Darat prasarana kebersihan yang tersedia seperti TPS, truk/gerobak sampah, tempat pengelolaan sampah dan WC umum, hanya saja di Gampong Darat tidak memiliki TPA namun dengan fasilitas tersebut masih banyak keluarga yang tidak memperhatikan penanganan sampah yang terkadang dapat mengakibatkan banjir, banyak masyarakat yang membuang sampah ke selokan dan juga membiarkannya begitu saja, seperti daun-daunan, plastic, kertas, botol dan kotoran hewan masih bececeran di selokan dan dijalan, sehingga pemahaman masyarakat serta perilaku masyarakat Gampong Darat masih kurang mengenai penanganan sampah rumah tangga.

5 4 1.2.Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas permasalahan yang peniliti ambil adalah faktorfaktor faktor apa saja yang mempengaruhi penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. 2. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat 3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. 1.4.Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi masyarakat Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat 2. Sebagai bahan referensi kepada peneliti berikutnya tentang penanganan sampah

6 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah Aceh Barat, sebagai bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Menurut Azwar (2002) yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya). Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang. Yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut: 1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat. 2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi Sumber dan Jenis Sampah Sumber-Sumber Sampah 1. Sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebut dan sebagainya. 6

8 7 2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan, dan pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya. 3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalanan, sampah sisa tumbuhan tanaman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan. 4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya (Dainur, 1995) Sampah Berdasarkan zat pembentuknya 1. Sampah organik termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya. 2. Sampah anorganik termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam, plastik dan sebagainya (Manik, 2003) Menurut Sifat fisiknya 1. Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar diantaranya kertas, sisa tanaman yang dapat dikeringkan 2. Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar (Dianur, 1995) Jenis Sampah 1. Sampah basah (Garbage) Adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan dan sayuran-sayuran hasil dari pengolohan, pembuatan, dan penyediaan

9 8 makanan yang sebagaian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk. 2. Sampah kering (Rubbish) Adalah jenis sampah yang dapat dibakar dan tidak dapat dibakar yang berasar dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organic seprti kertas, karbon, kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/sukar terbakar sebagian besar mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa pembakaran. 3. Abu (Ashes) Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat yang mudah terbakar seperti dirumah, kantor maupun di pabrikpabrik industri. 4. Sampah jalanan Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalanan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan dan lain-lainya. 5. Bangkai binatang Sampah jenis ini berupa sampah-sampah biologis yang berasal dari bangkai binatang yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. 6. Sampah rumah tangga Sampah jenis ini merupakan jenis sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.

10 9 7. Bangkai kendaraan Adalah sampah yang berasal dari bangkai-bangkai mobil. 8. Sampah industri Merupakan sampah padat yang berasal dari indutri-indutri pengolahan hasil bumi/tumbuhan dan industri lain. 9. Sampah perumahan Sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung, sampah dari daerah ini berasal dari batuan, mengandung tanah, potongan kayu, alat perekat dan lain-lain. 10. Sampah padat Sampah yang terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pengolahan air bangunan. 11. Sampah khusus Jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan lain-lain (Manik, 2003) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting anatara lain: a. Jumlah penduduk Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya

11 10 b. Keadaan sosial ekonomi Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakain banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. c. Kemajuan tehnologi Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Slamet, 2000) Elemen Fungsional Pengelolaan Sampah Konsep pengelolaan sampah di Indonesia yang masih banyak dilakukan sampai dengan saat ini adalah baru pada tahap pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir (3P). sedangkan penanganan sampah mel alui peneglolahan masih belum popular. Bila konsep pengelolaan dengan 3P masih dipertahankan pada tahun-tahun mendatang. Maka akan memperkuat tugas pemerintah daerah karena penambahan sarana dan prasarana pengelolaan sampah tidak secepat pertambangan jumlah timbulan sampah yang harus ditangani. Tehnik pengelolaan sampah dapat dimuali dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah baik dari segi kuantitas maupun kualitas denga cara: 1. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah. 2. Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran serta masyarakat. Selanjutnya, pengelolaaan ditunjukan pada pengumpulan sampah mulai dari

12 11 produsen sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan membuat tempat pembuangan sampah sederhana (TPS), tranportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan sampah dapat juga diolah dulu baik untuk memperkecil valume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat dangan sederhana seperti pemilihan, sampai pada pembakaran atau Insenerasi (Slamet, 2000) Cara-cara Pengelolaan Sampah 1. Hog Feeding Yaitu cara pengelolaan dengan sengaja mengorganisir sampah jenis garbage untuk makanan ternak 2. Insenaration (pembakaran) Yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang dirancang untuk pembakaran sampah. Sistem ini memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional dan pemeliharaan mesin dan peralatan lain. 3. Sanitary Landfill Yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis, sedemikian rupa sehingga tidak menjadi tempat binatang bersarang. Cara ini tentu amat bermanfaat jika sekaligus bertujuan untuk meninggikan tanah yang rendah seperti rawa-rawa, genangan air dan sebagai

13 12 4. Composting (pengomposan) Merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik dan anorganik terpisah. 5. Discharge To Seweres Disini sampah harus dihaluskan dahulu dan kemudian dibuang kedalam saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan pada rumah tangga atau dikelola secara terpusat dikota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang besar serta tidak mungkin dilakukan jika sistem pembuangan air kotor baik. 6. Dumping (penumpukan) Yaitu pembuangan sampah dengan pemnumpukan diatas tanah terbuka. Dengan cara ini TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk begitu saja tanpa adanya perlakukan. Sistem Dumping memang dapat menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat sekitar sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang 7. Individual Incenerasion Ialah pembakaran sampah yang dilakukan secara perorangan dirumah tangga. Pembakaran haruslah dilakukan dengan baik, jika asapnya akan mengotori udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran. 8. Recycling Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca dan sebagainya. Cara ini berbahaya untuk kesehatan, terutama jika tidak mengindahkan segi kebersihan.

14 13 9. Reduction Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya garbage reduction yang dapat menghasilkan lemak. Hanya saja biayanya sangat mahal tidak sebanding dengan hasilnya (Azwar, 2002) Hubungan Sampah Dengan Manusia dan Lingkungan. Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negative terhadap manusia dan lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya. Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang merugikan. Untuk mengetahui dampak tersebut lebih jelas dapat dilihat seperti: a. Dampak terhadap manusia 1. Dampak menguntungkan a. Dapat digunakan sebagai makanan ternak b. Dapat berperan sebagai sumber energy c. Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan 2. Dampak merugikan a. Dapat berperan sebagai sumber penyakit b. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran b. Dampak terhadap lingkungan 1. Dampak menguntungkan

15 14 a. Dapat dipakai sebagai penyubur tanah b. Dapat dipakai sebagai penimbunan tanah c. Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang 2. Dampak merugikan a. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak b. Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air c. Dapat menimbulkan banjir 2.7. Hambatan Dalam Pengelolaan Sampah Masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena: 1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan sampah 2. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan penegtahuan tentang persampahan 3. Kebiasaan pengelolahan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak polusi lalat dan tikus. 4. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan. 5. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2002). Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan menimbulkan hambatan dalam pengolahan sampah kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang kurang baik dan kurangnya partisipasi

16 15 masyarakat dalam memilihara kebersihan. Keseluruhan dari faktor-faktor diatas merupakan bagian dari perilaku, baik perilaku individu, kelompok maupun masyarakat Perilaku Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai pandangan yang sangat luas mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. ( Notoadmodjo, 2007). Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultanse antara berbagai faktor baik internal maupun eksternal. (Notoadmodjo, 2007). Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan sebagainya.

17 16 c. Faktor penguat (re inforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undangundang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application)

18 17 Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (syntesa) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru sari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang ada. Pengetahuan juga dapat dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan itu merupakan hasil tahu dari manusia. (Notoadmodjo, 2005). Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi ransangan dari luar yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai suatu hal yang baru sampai pada saat yang memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. (FKM UI, 2000).

19 Sikap Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tangkapan pikiran terhadap sesuatu keadaan atau objek. (Salim, 2006). Menurut salah seorang ahli phisikologi social Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapa atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Notoadmodjo, 2003). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoadmodjo, 2007). Newcomb dalam Notoadmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bikan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu. (Wawan dan Dewi, 2010) Tindakan Tindakan yaitu suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( over behavior) jadi untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan

20 19 yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas yang memungkinkan. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain. Di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkatan-tingkatan yaitu: 1. Persepsi (perception) Menganal dan memilih berbagai objek sehubngan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila telah dapat melakukan sesuatu yag benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga. 4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimotifasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

21 Kerangka Teori Menurut Slamet (2002) - Jumlah Penduduk - Keadaan Sosial Ekonomi Penanganan Sampah Rumah Tangga Sehat Notoatmodjo, Pengetahuan - Sikap - tindakan Gambar 2.1. Kerangka Teori Kerangka Konsep Variabel Independent Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Variabel Dependent Penanganan Sampah Rumah Tangga 2.1. Kerangka Konsep

22 Hipotesis Penelitian 1. Adanya hubungan pengetahuan dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. 2. Adanya hubungan sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. 3. Adanya hubungan tindakan dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif yang bersifat Analitik dengan desain Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. (Notoatmodjo, 2005) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 September sampai 30 September Populasi dan Sampel Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 176 Kepala Keluarga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Sampel Dalam penelitian ini sampel akan diambil adalah Kepala Keluarga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat, sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin N n 1 N( d) 2 21

24 22 n = Jumlah sampel N= Jumlah Populasi d 2 = Presisi 25% (0,01) N n 1 N( d) n 1 176(0,01) 176 n 1 1,76 n 176 2,76 n 63,76 64 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 orang tehnik pengambilan sampel yaitu dengan Random Sampling (secara acak). (Notoatmodjo 2005) Metode Pengumpulan Data Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat kesesuaian. 2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka. 3. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk master tabel.

25 Jenis dan sumber data 1. Data primer Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan mengunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Aparatur Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.

26 Definisi Operasional Table 3.1. Definisi Operasional Variabel No Variabel Keterangan Variabel 1 Pengetahuan Definisi : Cara ukur : Alat ukur : Hasil ukur Skala ukur : 2 Sikap Definisi : Pemahaman responden mengenai penanganan sampah rumah tangga. Wawancara kuesioner 1. Baik 2. Kurang Ordinal Respon dari responden mengenai penanganan sampah rumah tangga. Cara ukur : Alat ukur : Hasil ukur Skala ukur : 3 Tindakan Definisi : Cara ukur : Alat ukur : Hasil ukur Skala ukur : Wawancara kuesioner 1. Baik 2. Kurang Ordinal Tingkah laku yang terwujud dari responden yang mendukung dalam penanganan sampah rumah tangga. Observasi kuesioner 1. Baik 2. Kurang Ordinal 3 Penanganan Sampah Rumah Tangga Variabel Dependen Definisi : Cara ukur : Alat ukur : Hasil ukur Skala ukur : Pengelolaan sampah yang dilakukan responden. Observasi kuesioner 1. Baik 2. Kurang Ordinal

27 Aspek Pengukuran Pengetahuan Pertanyaan untuk pengetahuan berjumlah 6 pertanyaan dengan skor untuk jawaban a adalah 1 sedangkan jawaban b adalah 0. Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut: = 3 2 Jadi: Baik jika skor > 3 Kurang jika skor < 3 Sikap Pertanyaan untuk sikap berjumlah 6 pertanyaan dengan skor untuk jawaban setuju adalah 1 sedangkan jawaban tidak setuju adalah 0. Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut: = 3 2 Jadi: - Baik jika skor > 3 - Kurang jika skor < 3

28 26 Tindakan Pertanyaan untuk tindakan berjumlah 6 pertanyaan dengan skor untuk jawaban a adalah 1 sedangkan jawaban b adalah 0. Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut: = 3 2 Jadi: - Baik jika skor > 3 - Kurang jika skor < 3 Penanganan Sampah Rumah Tangga Pertanyaan untuk penanganan sampah berjumlah 6 pertanyaan dengan skor untuk jawaban a adalah 1 untuk jawaban nomor 1,2,5,6 dan nomor 3,4, jawaban a bernilai 0 sedangkan jawaban b adalah 0 untuk jawaban nomor 1,2,5,6 dan untuk nomor 3,4, jawaban b bernilai 1. Jumlah skor tertinggi adalah 6 sedangkan jumlah skor terendah 0 untuk menentukan masing-masing skor di gunankan Rentang sebagai berikut: = 3 2 Jadi: - Baik jika skor > 3 - Kurang jika skor < 3

29 Teknik Analisa Data Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Pada penelitian ini analisa data dengan statistic univariat akan digunakan untuk menganalisa: a. Pengetahuan responden mengenai penanganan sampah; b. Sikap responden mengenai penanganan sampah; c. Tindakan responden mengenai penanganan sampah; Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chisquare (X 2 ) (Budiarto, 2001). X 2 =Ʃ ( ) Keterangan: X 2 = Chi-square O = Nilai pengamatan E = Nilai yang diharapkan Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan dihitung nilai ood ratio (OR). Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

30 28 a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher s Exact Test Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).

31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Gambaran Umum Gampong Darat terletak di Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat dengan luas 57,5 ha/m 2. Jumlah Kepala Keluarga di Gampong Darat sebanyak 176 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 755 orang yang terbagi atas 368 orang berjenis kelamin laki-laki dan 352 orang berjenis kelamin perempuan. Adapun batas-batas wilayah Gampong Darat sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Gampa Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Rumdeng Sebelah timur berbatasan dengan sungai Meureubo Sebelah barat berbatasan dengan Gampong Drin Rampak Analisis Univariat Sebelum dilakukannya analisis univariat untuk melihat hubungan antar variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti. 1. Pengetahuan Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun No Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 37 57,8 2 Kurang 27 42,2 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) 29

32 30 Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden pengetahuan masyarakat mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 57,8% sedangkan yang kurang hanya 42,2%. 2. Sikap Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun No Sikap Frekuensi % 1 Baik 35 54,7 2 Kurang 29 45,3 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden sikap masyarakat mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 54,7% sedangkan yang kurang hanya 45,3%. 3. Tindakan Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun No Tindakan Frekuensi % 1 Baik 32 50,0 2 Kurang 32 50,0 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden tindakan masyarakat mengenai penanganan sampah yang baik sebanyak 50% sedangkan yang kurang juga 50%.

33 31 4. Penanganan Sampah Rumah Tangga Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun No Penanganan Sampah Frekuensi % Rumah Tangga 1 Baik 37 57,8 2 Kurang 27 42,2 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 64 responden masyarakat yang penanganan sampahnya baik sebanyak 57,8% sedangkan yang kurang hanya 42,2% Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05. a. Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Tabel 4.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun Penanganan Sampah Pengetahuan Rumah Tangga baik kurang Total n % n % n % P OR Baik 27 73, , ,009 4,590 Kurang 10 37, , (1,581-13,329) Jumlah 37 63, , Sumber: data primer (diolah tahun 2013) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 37 responden yang pengetahuannya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 73% sedangkan dari 27 responden yang pengetahuannya kurang penanganan

34 32 sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 63%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,009 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. Dilihat dari nilai OR 4,590 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan yang baik memiliki peluang 5 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di bandingkan dengan masyarakat yang pengetahuannya kurang. b. Sikap dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Tabel 4.6. Hubungan Sikap Dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun Penanganan Sampah Sikap Rumah Tangga baik kurang Total n % n % n % P OR Baik 25 71, , ,030 3,542 Kurang 12 41, , (1,250-10,031) Jumlah 37 63, , Sumber: data primer (diolah tahun 2013) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 35 responden yang sikapnya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 71,4% sedangkan dari 29 responden yang sikapnya kurang penanganan sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 58,6%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,030 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.

35 33 Dilihat dari nilai OR 3,542 maka dapat diartikan bahwa sikap yang baik memiliki peluang 3 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di bandingkan dengan masyarakat yang sikapnya kurang. c. Tindakan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Tabel 4.7. Hubungan Tindakan Dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tahun Penanganan Sampah Tindakan Rumah Tangga baik kurang Total n % n % n % P OR Baik 25 78,1 7 21, ,002 5,952 Kurang 12 37, , (1,977-17,920) Jumlah 37 63, , Sumber: data primer (diolah tahun 2013) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 32 responden yang tindakannya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 78,1% sedangkan dari 32 responden yang tindakannya kurang penanganan sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 62,5%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Tindakan dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. Dilihat dari nilai OR 5,952 maka dapat diartikan bahwa tindakan yang baik memiliki peluang 6 kali penanganan sampah rumah tangganya baik di bandingkan dengan masyarakat yang tindakannya kurang.

36 Pembahasan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pada lokasi penelitian didapat bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan penanganan sampah rumah tangga dimana dari 37 responden yang pengetahuannya baik penanganan sampah rumah tangganya juga baik sebanyak 73% sedangkan dari 27 responden yang pengetahuannya kurang penanganan sampah rumah tangganya juga kurang sebanyak 63%, ini dapat diartikan bahwa semakin banyak tahu masyarakat semakin baik penanganan sampah rumah tangganya sebaliknya semakin sedikit pengetahuannya semakin kurang penanganan sampah rumah tangganya Sikap dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Menurut salah seorang ahli phisikologi social Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapa atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Notoadmodjo, 2003). Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negative terhadap manusia dan lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya.

37 35 Pada lokasi penelitian sikap memiliki hubungan yang erat dengan penanganan sampah rumah tangga dimana dari hasil Uji chi square di dapat nilai P Value = 0,030 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Sikap dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Tindakan dengan Penanganan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang merugikan. Tindakan yaitu suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( over behavior) jadi untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas yang memungkinkan(notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang didapa dari lokasi penelitian tindakan merupakan domain penting dalam perilaku sehingga penelitian menunjukkan bahwa tindakan memiliki hubungan dengan penanganan sampah dimana dari hasil hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara Tindakan dengan penanganan sampah rumah tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.

38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Adanya hubungan pengetahuan terhadap penanganan sampah rumah tangga dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0, Adanya hubungan sikap terhadap penanganan sampah rumah tangga dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0, Adanya hubungan tindakan terhadap penanganan sampah rumah tangga dengan nilai P value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0, Saran 1. Kepada Kepala Dinas Kebersihan Aceh Barat agar dapat lebih memperhatikan penanganan sampah di Aceh Barat khususnya Gampong Darat agar tidak ada lagi sampah-sampah yang berserakan dan tempat sampah tidak kosong karena tidak terangkut oleh mobil sampah. 2. Kepada kepala keluarga guna menjaga keasrian Gampong Darat agar terbebas dari sampah, maka masyarakat harus lebih aktif lagi dalam penanganan dan pengelolan sampah seperti mencari informasi mengenai penanganan sampah serta memanfaatkan sampah yang masih bisa diolah untuk bisa dipakai kembali. 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya sudah tentu tidak terlepas dari tujuan agar kehidupan manusia itu terdapat keserasian, keselarasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DUSUN SEMAMBU BUNTING KELURAHAN JAMBI KECIL KECAMATAN MUARO SEBO TAHUN 1 Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Dedi Mahyudin Syam 1 * Abstrak Desa Loli

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Pengertian Sampah Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : a) Usia Produktif

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGOLAH SAMPAH DI DUSUN PADUKUHAN DESA SIDOKARTO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Surahma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dengan desain penelitian analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif 22 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

Karakteristik Limbah Padat

Karakteristik Limbah Padat Karakteristik Limbah Padat Lab Bioindustri Limbah Padat? hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Karakteristik serta komposisi limbah sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengelolaan Sampah 1. Pengertian Pengertian sampah menurut Slamet dalam Sunarti (2002 ; 8) adalah sesuatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram. 90 Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Pengamatan Awal Secara Visual Menentukan Stakeholder Sistem Analisis Kebutuhan Tidak Lengkap? Ya Perumusan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Alamsyah dan Muliawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management Tentang Lingkungan Hidup Wan Muhamad Idris Baros 201411098 Management Pengertian Lingkungan Hidup Pengertian Lingkungan Hidup adalah semua artikel yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Seperti artikel

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Adalah: sisa dari segala macam kegiatan manusia yang fungsinya sudah berubah dari keadaan awal. Karakteristik limbah: a) Fisik: bau tidak sedap, warnanya

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Selain itu, sampah juga berpotensi besar menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional, Alasan menggunakan ini yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE 1 BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE Pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tentang kajian ibu dalam merawat anak yang mengalami diare pada anak usia balita

Lebih terperinci

Makalah Permasalahan Sampah

Makalah Permasalahan Sampah Makalah Permasalahan Sampah Makalah Permasalahan Sampah 6 NOVEMBER 2014TINGGALKAN KOMENTAR BabI Pendahuluan 1.Latar Belakang Masalah Melihat kondisi lingkungan di sekitar jalan Bubu/Perjuangan yang dipenuhi

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Surabaya menunjukkan perkembangannya pada aspek ekonomi dan sosial. Peningkatan aktivitas perekonomian berbagai sektor baik industri dan riil seirama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif study korelasi (Correlation Study ) dengan pendekatan belah lintang (cross

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan dan keindahan lingkungan haruslah diperhatikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan dan keindahan lingkungan haruslah diperhatikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan dambaan setiap individu maupun masyarakat, karena lingkungan yang bersih dan sehat menjamin mahluk hidup yang tinggal dilingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Salah satu masalah lingkungan hidup pada saat ini adalah masalah sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi kontribusi signifikan pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB. Kesehatan Lingkungan

BAB. Kesehatan Lingkungan BAB 4 Kesehatan Lingkungan Pada Minggu pagi yang cerah, Siti beserta seluruh anggota keluarganya bekerja bakti membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Ibu bertugas menyapu rumah, ayah memotong rumput,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Spectra Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 24-31 POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Puji Ariyanti Sudiro Program Studi Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Unsafe Action Kejadian Kecelakaan Kerja Unsafe Condition Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan

Lebih terperinci

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang Tugas Akhir Oleh : Agil Zhega Prasetya NIM.L2D 605 181 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA MEDAN SENEMBAH KABUPATEN DELISERDANG DAN DI KELURAHAN ASAM KUMBANG KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA MEDAN SENEMBAH KABUPATEN DELISERDANG DAN DI KELURAHAN ASAM KUMBANG KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA MEDAN SENEMBAH KABUPATEN DELISERDANG DAN DI KELURAHAN ASAM KUMBANG KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH: LASMA ROHANI NIM :051000535 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penumpukan sampah yang disebabkan oleh bertambahnya populasi manusia semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau sampah merupakan material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Dalam Undang-Undang RI. No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan : Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang ABSTRAK Pengelolaan sampah merupakan suatu pendekatan pengelolaan sampah

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

KUESIONER UNTUK PEDAGANG Lampiran 1 KUESIONER UNTUK PEDAGANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012 I. Identitas Pedagang No.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah Sasaran : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar Waktu : 25 menit Hari / tanggal : Rabu, 30 April 2014

Lebih terperinci