BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP BATANG
|
|
- Hengki Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP BATANG A. Penyebab Manajemen Risiko Operasional pada Bank Syariah Mandiri KCP Batang Dalam dunia perbankan, risiko operasional melekat di setiap aktivitas bank, yakni melekat pada aktivitas perkreditan, treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia. Berdasarkan definisi, maka manajemen risiko operasional yang dapat menyebabkan kerugian Bank Syariah Mandiri KCP Batang, bisa berasal dari faktor yaitu: 1. Proses Internal Bank Syariah Mandiri KCP Batang menggunakan berbagai proses internal yang diperlukan untuk menjual produk dan jasa kepada nasabah. Dalam setiap langkah proses internal, dapat terjadi potensi risiko operasional. Seperti terjadi, salah kirim dokumen kepada nasabah yang tidak berhak, kesalahan proses pembukaan rekening dan transaksi nasabah, terlambat melakukan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan, kenaikan volume transaksi yang tidak terduga mengakibatkan kesalahan dalam penanganan transaksi dan bisnis, produk yang beragam. 49
2 50 Sumber risiko yang lain adalah kelemahan dalam proses internal seperti ketidakpatuhan terhadap ketentuan internal maupun eksternal, kesalahan dalam produk atau bisa pula kesalahan dalam berhubungan dengan nasabah, proses dokumentasi yang buruk dan lain-lain. Untungnya Bank Syariah Mandiri KCP Batang dapat mengelola dan mengendalikan kelemahan dalam proses internal dengan baik, dengan mengikuti kebijakan dan proses penerapan manajemen risiko. 2. Manusia Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor manusia juga bisa disebabkan oleh pelatihan dan manajemen yang tidak memadai, kesalahan manusia, pemisahan tugas atau wewenang yang tidak memadai, ketergantungan terhadap orang-orang penting tertentu, integritas dan kejujuran yang rendah. Risiko-risiko operasional, bisa lebih diperburuk oleh kualitas pelatihan yang tidak memadai, kontrol yang tidak memadai dan kualitas sumber staf yang buruk. Dan faktor-faktor yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja oleh faktor manusia dapat menyebabkan: a) Kesalahan manusia seperti kesalahan melaksanakan transaksi dan prosedur. b) Penyelewengan pekerja, seperti fraud dan trading yang tidak sah atau diluar kewenangan.
3 51 c) Hal-hal lainnya yang terkait dengan pekerja, seperti perselisihan ketenagakerjaan, kekurangan pekerja, perekrutan pekerja dan pemutusan hubungan kerja, kecelakaan kerja. Bank Syariah Mandiri KCP Batang telah melakukan pelatihan kerja karyawan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Untuk meminimalisir terjadinya risiko operasional yang disebabkan oleh faktor manusia. 3. Sistem dan Teknologi Semakin meningkatnya ketergantungan Bank Syariah Mandiri KCP Batang terhadap teknologi informasi merupakan salah satu sumber utama risiko operasional. Kerusakan data baik karena sengaja maupun tidak merupakan penyebab umum kesalahan operasional yang mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung. Risiko operasional yang dapat disebabkan oleh penggunaan teknologi informasi antara lain: a) Permasalahan umum teknologi, seperti kesalahan operasional terkait dengan teknologi, penggunaan teknologi oleh orang yang tidak berwenang dan penyalahgunaan teknologi. b) Permasalahan hardware, seperti kegagalan perlengkapan dan ketidakcukupan atau ketidaktersediaan hardware yang diperlukan. c) Permasalahan pengamanan atau security, seperti pembobolan (hacking), kegagalan firewall dan gangguan eksternal. d) Permasalahan software, seperti virus komputer. e) Permasalahan sistem, seperti kegagalan sistem dan pemeliharaan sistem.
4 52 f) Permasalahan telekomunikasi, seperti jaringan telepon, faksimili dan Kejadian Eksternal Meskipun Bank Syariah Mandiri KCP Batang cenderung memiliki kontrol yang kecil atau bahkan tidak mampu mengontrol sama sekali terhadap kejadian eksternal, namun kejadian eksternal tetap perlu dikelola. Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor eksternal dapat terjadi karena perubahan perundang-undangan yang tidak terduga, seperti perubahan undang-undang hak-hak konsumen. Contoh lain adanya ancaman-ancaman fisik, seperti perampokan bank, serangan teroris dan bencana alam. B. Manajemen Risiko Operasional di Bank Syariah Mandiri KCP Batang 1 Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian atau hilangannya kesempatan untuk memperoleh keutungan akibat ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, sumberdaya manusia, infrastruktur sisten dan adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Maka dari itu Bank Syariah Mandiri KCP Batang melakukan proses manajemen risiko operasional. Kerangka manajemen risiko operasional di Bank Syariah Mandiri KCP Batang, didasari oleh adanya definisi risiko operasional yang dicakup secara keseluruhan dengan jelas. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi sebagi filter atau memberi peringatan dini terhadap kegiatan usaha yang 1 Data diperoleh dari Bank Mandiri Syariah KCP Batang pada Tanggal 19 Maret 2015
5 53 dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Bank Syariah Mandiri KCP Batang menerapkan kerangka yang dimaksud meliputi proses Identifikasi, Penilaian, Pemantauan dan Pengendalian, dengan penjelasan secara garis besar sebagai berikut: 1. Identifiksi Risiko Operasional Secara rinci risiko operasional yang dihadapi dalam menjalani aktifitas dan transaksi yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang timbuk dalam bentuk-bentuk sebagi berikut: a. Risiko Sumberdaya Manusia Kerugian yang timbul disebabkan oleh inkompetensi, kelalaian, atau tindakan yang dilakukan berupa kewenangan yang sah oleh kru bank. b. Risiko Proses Kerugian yang timbul diakibatkan oleh ketidakcukupan proses, kesalahan penerapan proses atau kelemahan pelaksanaan kontrol dalam proses transaksi/aktifitas. c. Risiko Teknologi Kerugian yang diakibatkan oleh sistem, kesalahan progam, kesalahan informasi dan kesalahan informasi. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab timbulnya risiko operasional yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional, produk, proses dan sistem informasi yang berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi bank. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk:
6 54 a. Memperbaiki kualitas alur kerja b. Mengurangi kerugian karena kegagalan proses c. Mengubah budaya kerja d. Menyediakan sistem peringatan dini terhadap gangguan suatu sistem atau manajemen. 2. Pengukuran Risiko Operasional Tujuan pengukuran risiko operasional adalah untuk menentukan tingkat dan kecenderungan risiko operasional, sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Bank Indonesia No. 5/8/PB/2003 dan surat edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP (tentang penerapan manajemen risiko operasional). Adapun metode yang digunakan Bank Syariah Mandiri KCP Batang dalam pengukuran risiko operasional adalah dengan menentukan tingkat dan kecenderungan risiko operasional disusun dengan cara melakukan valuasi terhadap probabilitas terjadinya risiko operasional pada setiap aktivitas yang berpotensi menimbulkan terjadinya bentukbentuk risiko operasional. Risiko operasional diukur berdasarkan dua faktor, yaitu risiko yang melekat pada suatu aktivitas (inherent risk) dan sistem pengendalian risiko (risk control system). Penilaian terhadap risiko interen didasari pada pengamatan terhadap kejadian risiko operasional, terutama frekuensi dan dampak dari kejadian tersebut.
7 55 Daftar aktivitas masing-masing bentuk risiko operasional yang dimaksud disusun dua level yaitu aktivitas dan sub aktifitas sebagai berikut: a. Risiko Sumber Daya Manusia 1) Transaksi tanpa otoritas 2) Pencurian b. Risiko Proses 1) Risiko Model/Metodologi 2) Kesalahan c. Risiko Transaksi 1) Risiko eksekusi transaksi 2) Kompleksitas produk 3) Kesalahan pembukuan transaksi 4) Kesalahan penyelesian 5) Risiko dokumentasi/kontrak d. Risiko Kontrol Operasi 1) Pelampauan limit 2) Risiko keamanan sistem 3) Risiko volume e. Risiko Teknologi 1) Kerusakan sistem 2) Kesalahan progam
8 56 3) Risiko imformasi 4) Risiko komunitas Frekuensi adalah seberapa sering Bank Syariah Mandiri KCP Batang terjadi kesalahan risiko operasional terjadi di masa lalu dan bagaimana trend di masa depan. Sedangkan dampak adalah seberapa besar kerugian yang diderita oleh Bank Syariah Mandiri KCP Batang, ketika kejadian risiko operasional tersebut terjadi di masa lalu atau di masa depan. Berdasarkan kedua faktor penilaian tersebut, akan di dapat klasifikasi kejadian risiko operasional sebagai berikut: a) Events b) Terdapat penyebab timbulnya kejadian c) Terdapat dampak kerugian baik keuangan maupun non keuangan d) Dapat diprediksi kejadian di kemudian hari. Pelaksanaan sistem pengendalian risiko yang memadai akan mempengaruhi tingkat risiko yang melekat, sehingga akan diperoleh nilai risiko residual yang minimal. Disamping melakukan penilaian diatas, Bank Syariah Mandiri KCP Batang juga mengumpulkan data kerugian operasional yang akan digunakan dalam mengukur kegiatan operational. Selanjutnya data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan modal Bank Syariah Mandiri KCP Batang untuk menutup risiko operasional.
9 57 3. Pemantauan Risiko Operasional Bank Syariah Mandiri KCP Batang melakukan pemantauan/pengawasan risiko operasional secara berkelanjutan terhadap seluruh eksposur risiko operasional serta kerugian yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas fungsional. Setiap aktivitas fungsional harus melakukan review terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya risiko operasional serta dampak kerugian. Satuan kerja yang ditunjuk oleh pimpinan harus menyusun laporan mengenai kerugian risiko operasional dan menyampaikan laporan tersebut kepada pimpinan Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Pemantauan risiko operasional yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang secara periodik, baik dengan cara menyampaikan laporan-laporan maupun dengan melakukan review atas keputusan maupun ketetapan yang diambil sebelumnya. Review dilakukan terhadap limit risiko operasional. 4. Pengendalian Risiko Operasional Pengendalian risiko operasional dilakukan dengan cara menerapkan limit risiko operasional dengan menggunakan instrumeninstrumen mitigasi risiko operasional seperti: a. Asuransi b. Outsouring
10 58 c. Penerapan sistem pengawasan dan pengadilan sistem internal dalam setiap transaksi finansial d. Mengunakan formulir dokumentasi bernomor dan tercatat yang terkait dengan transaksi finansial. Beberapa risiko operasional secara proses memang tidak memungkinkan untuk dilakukan intervensi untuk pencegahan atau perbaikan situasi. Pengendalian risiko operasional didalam manajemen akan mudah meminimalisir kerugian. Pengendalian risiko operasional yang dapat dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang: a) Penerimaan Risiko Penerimaan risiko dilakukan untuk perbaikan situasi yang pernah terjadi. Dengan demikian potensi risiko yang ada memang harus di ambil untuk memanfaatkan kesempatan bisnis. Namun, bukan berarti penerimaan risiko adalah strategi kontrol ketat. Misalnya Bank Syariah Mandiri KCP Batang menempatkan server sistem informasi di basement dengan alasan efisiensi ruangan. Maka risiko banjir atau over heating tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, maka kontrol terhadap suhu ruangan dan kemungkinan terjadinya banjir harus dilaksanakan dengan ketat. b) Penghindaran Risiko Penghindaran Risiko dilakukan untuk mencegah organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Batang, mengalami suatu risiko operasional yang tidak dapat diterima (unacceptable) atau mencegah dilakukannya
11 59 aktivitas lain yang mungkin dapat menambah eksposur risiko operasional sebelumnya. Tindakan ini tentu saja dapat mengurangi tingkat aktivitas bisnis atau malah menghentikan bisnis sama sekali. c) Risiko Transfer Tidak seperti penghindaran risiko yang mengeliminir risiko operasional, pada strategi risiko transfer masih melekat pada aktivitas operasional Bank Syariah Mandiri KCP Batang, Akan tetapi, ada pihak lain yang akan mengambil alih risiko tersebut. Bank Syariah Mandiri KCP Batang menggunakan asuransi dan perusahaan jasa outsourcing dalam melaksanakan risiko transfer. d) Risiko Mitigasi Risiko mitigasi dapat memperkecil kerugian yang dipicu oleh eksternal maupun kejadian di internal Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Misalnya, kerugian akibat gangguan listrik atau kegagalan telekomunikasi dapat dimitigasi dengan menyediakan fasilitas back up yang serupa, seperti genset atau alternatif operator jaringan telekomunikasi. 5. Pengukuran Risiko Operasional Pengukuran dilakukan dengan dimensi kemungkinan kejadian (probabilitas) dan besarnya dampak. Selanjutnya mendeteksi kecukupan kontrol internal bank untuk mencegah penyimpangan/kegagalan yang terjadi, menerapkan kontrol/pengendalian risiko operasional yang tepat
12 60 untuk mengelola risiko operasional agar tetap berada dalam tingkatan toleransi risiko operasional. Kejadian kerugian adalah suatu kejadian yang memicu terjadinya kerugian. Suatu kejadian kerugian harus dapat didefinisikan dengan jelas, dan harus dapat dipastikan bahwa kejadian tersebut sudah teridentifikasi. Dan dilakukan rencana tindakan berlanjut yang diperlukan sebagai berikut: a. Identifikasi Database Umumnya difokuskan pada risiko-risiko yang memiliki dampak yang besar terhadap kemampuan bank dalam menjaga kelangsungan bisnis dan operasional. Mengindentifikasi data base akan mendapatkan manfaat antara lain dapat memantau dan memprediksi eksposur risiko operasional, mengidentifikasi perubahan profit risiko operasional dan memberikan masukan/pertimbangan kepada Audit Intern dalam menyusun perencanaan audit. b. Pengukuran Database Kerugian risiko operasional harus dicatat dalam suatu database dengan tujuan untuk memudahkan pengelolaan data kerugian secara terstruktur dan konsisten, serta untuk memastikan bahwa semua kejadian yang menimbulkan kerugian telah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerapan manajemen risiko operasional bank dapat berjalan secara efektif dan efisien.
13 61 c. Mengelola Database Kerugian risiko operasional harus dicatat dalam suatu database dengan tujuan untuk memudahkan pengelolaan data kerugian secara terstruktur dan konsisten, serta untuk memastikan bahwa semua kejadian yang menimbulkan kerugian telah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerapan manajemen risiko operasional bank dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu contoh pengelolan data base adalah rasio transaksi harian pada teller, memantau kesalahan transaksi teller. Jika hasil pemantauan menunjukkan rendah atau menurunnya aktifitas transaksi, namun pada data kerugian tercatat banyak kesalahan transaksi teller, hal ini mengindikasikan bahwa batasan nilai (parameter) yang digunakan mengalami kesalahan. Dari beberapa jenis risiko yang dapat menghambat penerapan manajemen risiko, risiko operasional menjadi fokus penting Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Dalam penerapan sistem manajemen risiko operasional, langkah dan strategi yang dilakukan sudah tepat karena melalui prosedur dan metodologi. Dalam pelaksanaannya proses indentifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karateristik risiko yang ada pada aktivitas fungsional, risiko operasional dari produk dan kegiatan usaha. Risiko operasinal mencakup lima hal yaitu risiko reputasi, risiko
14 62 kepatuhan, kepatuhan syariah, risiko transaksi, risiko strategis dan risiko hukum. 2 C. Pemaparan Manajemen Risiko Operasional Dalam operasional bank syariah mempunyai fungsi pokok dalam kaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat. Perbankan syariah melaksanakan pratik dengan menjalankan seluruh dasar pemerintah maupun larangan Al-Qur`an dan hadist serta akhlak muamalah yang telah dicontohkan oleh para ulama sebelumnya. Begitu pula yang terjadi pada bank syariah. Pada Bank Bank Syariah Mandiri KCP Batang terdapat nilai-nilai sebagai landasan bekerja secara tertulis maupun tidak tertulis. Salah satu landasan yang tertulis, dalam bentuk buku yang berjudul Memaknai Kerja. Maka dengan makna itu, bekerja di Bank Syariah Mandiri KCP Batang dengan sebuah bentuk ibadah yang terdiri dari dua alasan tujuan yaitu alasan duniawi dan akhirat. Oleh karenanya bekerja tidak hanya bertujuan mencari uang semata namun juga media dakwah dan jihad. 3 Rasulullah SAW bersabda: Jika keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, ia (berjihad) dijalan Allah. Jika keluar bekerja untuk orang tuanya yang sudah renta, ia (berjihad) dijalan Allah, (bahkan) jika bekerja untuk dirinya sendiri untuk menjaga kehormatan dirinya (tidak bergantung kepada orang lain) ia (juga berjihad) dijalan Allah. Namun jika bekerja karena riya` dan kesombongan, ia berada dijalan setan. 4 2 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: EKONISIA, 2004 hal Yuslam Fauizi, Memaknai kerja. (Bandung: Mizan Pustaka, 2012) hal HR Al-Tabrani, Almu`jam Al-Kabir, No. Hadist 282
15 63 Bank Syariah Mandiri KCP Batang merupakan lembaga keuangan yang melakukan sistem operasionalnya berdasarkan syariah yang mana dalam menjalankan segala aktivitasnya sesuai yang diajarkan dan dipraktekan oleh Rasulullah SWA. Bank Syariah Mandiri KCP Batang berusaha memperkerjakan pegawainya yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan syariah. Sebagai bank yang beroperasi atas prinsip syariah Islam, Bank Syariah Mandiri KCP Batang menetapkan perusahaan yang mengacu kepada sikap ahlaqul karimah (perilaku mulia). Konsep manajemen risiko operasional yang berbasis syariah akan menjadi lebih baik, tentu saja bukan karena muslim. Ekonomi yang berbasis Islam bertujuan agar setiap manusia muslim memperoleh falah (kesuksesan dunia akhirat). Falah tersebut dapat diperoleh dengan menciptakan maslahah dalam tindakan ekonominya, maslahah tercipta jika tindakan ekonominya seorang individu mendapat manfaat dan berkah. Kesuksessan manajemen kepatuhan kuncinya ada pada manajemen teratas dari suatu organisasi yang mengajarkan perlunya budaya kepatuhan dari atas kebawah, dalam suatu komunikasi dan dilakukan dalam aktifitas keseharian. Hal ini wajib dilakukan sampai semua pekerja memahami budaya kepatuhan tersebut sehingga muncul akan risiko kepatuhan dan tercipta kontrol yang efektif untuk menanggulanginya.
16 64 Namun demikian, yang perlu dipahami betul adalah kepatuhan yang lahir dari sebuah tekanan yang semata-mata karena regulasi akan menghasilkan kepatuhan semu. Kepatuhan semu adalah kepatuhan yang terjadi karena tanpa adanya pengertian antara sesama karyawan dan akan sangat mudah untuk rekayasa (tidak patuh) manakala tekanan dan pengawasan mengendor. Oleh karena itu kepatuhan harus dibangun menjadi sebuah budaya dan menjadi mekanisme kerja individual. Dengan memaparkan tentang manajemen risiko operasional, maka dapat dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri KCP Batang akan selalu berhadapan dengan risiko dengan kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Namun karena Bank Syariah Mandiri KCP Batang dapat mengelola risiko-risiko tersebut dengan baik, maka kerugian yang mungkin muncul dapat diminimalisir.
STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Operasional
Pengelolaan Risiko Operasional Manajemen Risiko, Sesi 9 Latar Belakang Bank-bank menempatkan perhatian terhadap risiko operasional sama pentingnya dengan risiko-risiko lainnya. Risiko operasional dapat
Lebih terperinciRANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinci- 1 - UMUM. Mengingat
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM UMUM Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan
Lebih terperinciPedoman Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet (Internet Banking)
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/ 18 /DPNP tanggal 20 April 2004 Pedoman Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet (Internet Banking) Direktorat Penelitian
Lebih terperinciRingkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk
Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem IT dan internet, maka risiko dalam sistem-sistem
Lebih terperinci2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu
No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN
LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN
Lebih terperinciMITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI
MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
MANAJEMEN RISIKO Penerapan Manajemen Risiko yang dilaksanakan oleh Bank Bumi Arta berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciMatriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM
LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM - 1 - DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG... 2 II. RUANG LINGKUP SISTEM PENGENDALIAN
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Peran
Lebih terperinciII. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA
Lebih terperinci2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.348, 2014 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5626) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat
L1 Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional No. Pertanyaan Y T Keterangan 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO
Kebijakan KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Dalam menjalankan fungsi, Bank membentuk tata kelola manajemen risiko yang sehat, Satuan Kerja yang Independen, merumuskan tingkat risiko yang akan diambil
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Yth. Direksi Perusahaan Pembiayaan di Indonesia SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN Sehubungan dengan diterbitkannya
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN
Lebih terperinciLAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Pihak Lain. Pelaksanaan Pekerjaan. Prinsip. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 21) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI
LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN
Lebih terperinci-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
-1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada
Lebih terperinciImplementasi POJK 01/POJK.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank sesuai dengan Tujuan, Kebijakan Usaha, Ukuran, serta Kompleksitas Perusahaan Perasuransian Disampaikan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/25/PBI/2011 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN UMUM Semakin berkembangnya
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
Yth. 1. Direksi Bank; 2. Direksi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi; 3. Direksi Perusahaan Efek; dan 4. Direksi Perusahaan Pembiayaan; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
Yth. Direksi atau yang setara pada Perusahaan Pembiayaan di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN Sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciCOSO ERM (Enterprise Risk Management)
Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penyelesaian pengaduan nasabah merupakan salah satu bentuk peningkatan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat (Good Corporate Governance) pada setiap aktivitas bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai lembaga yang menjalankan kegiatan operasional berlandaskan azas kepercayaan, Bank bukan saja dituntut untuk dapat memberikan produk dan layanan terbaik pada
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:
Lebih terperinciNo. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N
No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
34 BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH A. Pengertian Pengertian manajemen risiko menurut
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Pendidikan Kabupaten Brebes, maka efektivitas untuk 5 (lima) unsur SPIP pada
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara yang dilengkapi dengan hasil observasi dan dokumen terkait Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJER INVESTASI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. a. Permasalahan yang Terdapat Pada UKM. perdagangan dan industri rumah tangga.
56 BAB IV ANALISIS DATA A. Penyajian Data 1. Faktor-faktor yang Dapat Menimbulkan Risiko Pada Pembiayaan Produktif Untuk UKM a. Permasalahan yang Terdapat Pada UKM Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA
Lebih terperinciTENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM Sehubungan dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciNo. 13/ 28 /DPNP Jakarta, 9 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum
No. 13/ 28 /DPNP Jakarta, 9 Desember 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum Dalam rangka penguatan sistem pengendalian intern Bank
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Manajemen Risiko Operasional. 1. Pengertian Manajemen Risiko Operasional (Operasional Risk)
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Landasan Syariah Manajemen Risiko Operasional 1. Pengertian Manajemen Risiko Operasional (Operasional Risk) Risiko Operasional (Operasional Risk) adalah risiko yang
Lebih terperinciINTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK
2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/6/PBI/2006 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciSyarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank
Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank (berikut semua lampiran, dan/atau perubahannya
Lebih terperinciLAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN
LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciPENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.
PENGAMBILAN RESIKO Kode Mata Kuliah : 0040520 Bobot : 2 SKS OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENDAHULUAN Konsep resiko selalu dikaitkan dengan adanya ketidakpastian pada
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam menjalankan dan mengembangkan
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No.7/19/DPNP Jakarta, 14 Juni 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Berkaitan dengan Reksa Dana. Sehubungan
Lebih terperinciADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS )
ADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS ) Sebelum menandatangani Addendum ini, pilihlah opsi di bawah ini : o Saya ingin dapat bertransaksi melalui Dealer dan Online
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH
Yth. Bank Umum Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya
Lebih terperinciPENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014
PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan good corporate governance di PT Bank Syariah Bukopin
Lebih terperinciTENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN
Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun syariah, di tempat, SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.07/2017
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Yth. Perusahaan Perasuransian di Indonesia SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN Sehubungan dengan
Lebih terperinciYth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,
-1- Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di Tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.07/2014
Lebih terperinci(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)
(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) A. Pendahuluan Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. Bahkan di dunia perbankan dimana
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar isi 1
DAFTAR ISI Daftar isi 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. BPR DASSA 2 TAHUN 2017 Transparansi Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance).... 3 A Pengungkapan Penerapan Tata Kelola... 3 1
Lebih terperinci-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Perusahaan Anak. Manajemen Risiko. Pengendalian. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 144) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciProses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan
Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar Proses Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Penilaian Sebelum Penendatanganan Monitoring Atas Pembiayaan Persetujuan
Lebih terperinciV PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)
Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: P e d o m a n V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
Lebih terperinciStandar Internasional ISO 27001
Standar Internasional ISO 27001 ISO 27001 merupakan standar internasional keamanan informasi yang memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam usaha menggunakan konsepkonsep keamanan informasi
Lebih terperinci- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.
- 2 - stabilitas sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR PER- 05/BL/20102011 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciFAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: Kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bank 1. Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
Lebih terperinciLamp. SE No.5/22/DPNP tanggal 29 September Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum
Lamp. SE No.5/22/DPNP tanggal 29 September 2003 Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan September 2003 1 DAFTAR ISI Halaman I. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013
SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Lebih terperinciSTANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - DAFTAR
Lebih terperinci2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan
No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciSISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015
SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015 DASAR Peraturan Perundangan: 1. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan suatu bank berdasarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistematis serta mengevaluasi pengendalian intern dalam perusahaan. Namun pada. penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit diwujudkan, dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengendalian
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang
No.349, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Terintegrasi. Konglomerasi. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5627) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME I. PENGANTAR PT Bank OCBC NISP, Tbk ("Bank") adalah perusahaan
Lebih terperinciI. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:
I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009
Lebih terperinciPEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA
PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA 1. Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik Lembaga Pembiayaan Ekspor
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan bank merupakan sarana
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinci