Keywords: Promotive and Preventive Services, GPs (General Practitioners), JKN (National Health Insurance), BPJS (National Health Care Security)
|
|
- Surya Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSTRAK Pelayanan promotif dan preventif merupakan salah satu indikator pelayanan yang wajib dilaksanakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berperan sebagai gatekeeper dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelayanan promotif dan preventif ini bertujuan untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan. Dokter Praktik Perorangan (DPP) sebagai bagian dari FKTP, juga memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan promotif dan preventif selain pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku, pendorong serta penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian mix method dengan kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui survei dengan penentuan sampel menggunakan total population sampling dan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan partisipan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di DPP yang sudah bekerjasama dengan BPJS di wilayah Kota Denpasar dengan 61 responden dan 8 partisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariate untuk data kuantitatif dan analisis tematik untuk data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi, keyakinan dan motivasi DPP terhadap pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di era JKN sebagian besar tergolong kategori baik dan kuat yaitu sebesar 86,89%, 65,57% dan 72,13%. Sedangkan sikap DPP dan DPP yang menyatakan peraturan yang ada mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di era JKN hanya 32,79% dan 16,39%. Sementara DPP yang melakukan pelayanan promotif dan preventif di era JKN hanya sebesar 8,20%. Beberapa faktor yang mendorong pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di DPP antara lain motivasi dokter, sarana dan prasarana, penghargaan, peraturan dan sistem kapitasi. Sedangkan faktor yang menghambat antara lain kemauan pasien, keterbatasan waktu, keterbatasan dana dan rendahnya besaran kapitasi. Simpulan dari penelitian ini adalah pelayanan promotif dan preventif oleh DPP di Kota Denpasar belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena rendahnya kemauan pasien, keterbatasan waktu, keterbatasan dana dan rendahnya besaran kapitasi. Kata Kunci : Pelayanan Promotif dan Preventif, DPP (Dokter Praktek Perorangan), JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ix
2 ABSTRACT Promotive and preventive services is one of service indicators that must be implemented in First Level Health Facility (FKTP) which acts as a gatekeeper in the utilization of health services in the era of National Health Insurance (JKN). These promotive and preventive services aims to prevent and reduce morbidity. General Practitioners (GPs) as part of FKTP, also has an important role in providing promotive and preventive services in addition to curative and rehabilitative services. This study aims to determine the behavior, facilitators and barriers of the promotive and preventive services impllementation by the GPs in the era of JKN in Denpasar. This study is a mix method research with a combination of quantitative and qualitative. Quantitative data was collected through a survey with sample determination using total population sampling and qualitative data obtained through in-depth interviews with selected participants by purposive sampling method. This study was conducted in GPs which have cooperated with BPJS in Denpasar City with 61 respondents and 8 participants. Data analysis techniques used were univariate and bivariate analysis for quantitative data and thematic analysis for qualitative data. The result of this study shows that GPs perception, belief and motivation toward promotive and preventive service in JKN era are mostly good and strong category which is 86,89%, 65,57% and 72,13%. While the attitude of GPs and GPs stating that existing regulations support the implementation of promotive and preventive services in the era of JKN are only 32.79% and 16.39%. While GPs who do promotive and preventive services in the era of JKN only amounted to 8.20%. Several factors that encourage the implementation of promotive and preventive services in the GPs include the doctors' motivation, facilities and infrastructure, rewards, regulations and capitation system. While the inhibiting factors include the willingness of patients, time constraints, limited funds and the low amount of capitation. The conclusion of this study is promotive and preventive service by GPs in Denpasar has not been implemented optimally. This is due to low patient willingness, limited time, limited funds and low capitation. Keywords: Promotive and Preventive Services, GPs (General Practitioners), JKN (National Health Insurance), BPJS (National Health Care Security) x
3 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN TESIS... Error! Bookmark not defined. SAMPUL DALAM TESIS... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PRASYARAT GELAR... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN... iv LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH. Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR SINGKATAN... 1 DAFTAR LAMPIRAN... 2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... Error! Bookmark not defined. 2.1 Bentuk Pelayanan Promotif dan Preventif oleh Dokter Praktek Perorangan... Error! Bookmark not defined. 2.2 Teori Kurt Lewin... Error! Bookmark not defined. 2.3 Teori Lawrence Green... Error! Bookmark not defined. 2.4 Perilaku... Error! Bookmark not defined. xi
4 2.5 Hasil Penelitian Terkait Praktik Pelayanan Promotif dan Preventif pada DPP di Berbagai Negara... Error! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. 3.1 Kerangka Berpikir... Error! Bookmark not defined. 3.2 Konsep Penelitian... Error! Bookmark not defined. BAB IV METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. 4.1 Rancangan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.3 Penentuan Sumber Data... Error! Bookmark not defined Populasi Penelitian... Error! Bookmark not defined Besaran Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... Error! Bookmark not defined. 4.4 Variabel dan Definisi Operasional VariabelError! Bookmark not defined Identifikasi Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined Definisi Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined. 4.5 Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.6 Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined Jenis Data yang Dikumpulkan... Error! Bookmark not defined Cara Pengumpulan Data... Error! Bookmark not defined Etika Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.7 Analisis Data... Error! Bookmark not defined Data Kuantitatif... Error! Bookmark not defined Data Kualitatif... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... Error! Bookmark not defined. 5.2 Hasil Penelitian Kuantitatif... Error! Bookmark not defined Karakteristik Responden... Error! Bookmark not defined Persepsi, Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN... Error! Bookmark not defined Dukungan Sarana dan Prasarana terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN.. Error! Bookmark not defined. xii
5 Perilaku DPP dalam Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN Berdasarkan Karakteristik DemografiError! Bookmark not defined Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di era JKN Berdasarkan Faktor Internal... Error! Bookmark not defined Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN Berdasarkan Faktor Eksternal... Error! Bookmark not defined. 5.3 Hasil Penelitian Kualitatif... Error! Bookmark not defined Karakteristik Informan... Error! Bookmark not defined Persepsi Dokter terhadap Pelayanan Promotif dan Preventif di era JKN... Error! Bookmark not defined Sikap dokter terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined Peraturan tentang Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined Faktor Pendorong Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined. BAB VI PEMBAHASAN... Error! Bookmark not defined. 6.1 Persepsi, Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN... Error! Bookmark not defined. 6.2 Faktor Pendorong Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined. 6.3 Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN... Error! Bookmark not defined. 6.4 Keterbatasan Penelitian... Error! Bookmark not defined. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... Error! Bookmark not defined. 7.1 Simpulan... Error! Bookmark not defined. 7.2 Saran... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN... Error! Bookmark not defined. xiii
6 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Konsep Penelitian xiv
7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Praktek pada Dokter Praktek Perorangan di Kota Denpasar Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Kota Denpasar pada Era JKN Tabel 3. Dukungan Sarana dan Prasarana terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Kota Denpasar pada Era JKN Tabel 4 Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Kota Denpasar berdasarkan Karakteristik Demografi Tabel 5. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN Berdasarkan Faktor Internal Tabel 6. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN Berdasarkan Faktor Eksternal Tabel 7. Karakteristik Informan Penelitian Kualitatif Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Kota Denpasar pada Era JKN... 4 xv
8 DAFTAR SINGKATAN BCG BP BPJS BUMN DPP DPT-HB FKTP INA CBGs JKN PBI PBPU POLRI PPK PPU TNI : Baccile Calmett Guerin : Bukan Pekerja : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial : Badan Usaha Milik Negara : Dokter Praktik Perorangan : Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama : Indonesia Case Base Groups : Jaminan Kesehatan Nasional : Penerimaan Bantuan Iuran : Pekerja Bukan Penerima Upah : Kepolisian Republik Indonesia : Pemberi Pelayanan Kesehatan : Pekerja Penerima Upah : Tentara Nasional Indonesia 1
9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2. Formulir Partisipasi dalam Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Lembar Observasi Lampiran 6. Formulir Partisipasi dalam Penelitian Lampiran 7. Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan Lampiran 8. Pedoman Wawancara Mendalam
10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan mewujudkan manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan produktif. UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan sistem pembiayaan kesehatan yang baik, seperti sistem asuransi guna meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu (Kemensetneg, 2015). Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014 atas dasar hal tersebut memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan menganut prinsip managed care. Prinsip ini mengisyaratkan keterpaduan antara pelayanan kesehatan yang bermutu dan pembiayaan yang terkendali dengan empat pilar yang terdapat di dalamnya yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal inilah yang menjadikan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). 3
11 Permenkes No.59 Tahun 2014 menyebutkan bahwa FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan dan pelayanan kesehatan lainnya. FKTP terdiri dari puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama dan rumah sakit kelas D pratama (Kemenkes, 2014). FKTP memiliki peran yang sangat penting sebagai gatekeeper dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan pada era JKN. Peran tersebut antara lain sebagai kontak pertama masyarakat untuk deteksi dini dan pengobatan yang tepat saat mengalami masalah kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2014). Pelayanan kesehatan primer pada FKTP ini memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan JKN. Keberhasilan pelayanan kesehatan primer akan mengurangi jumlah pasien yang dirujuk sehingga biaya pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif menjadi berkurang. BPJS Kesehatan menggunakan sistem pembiayaan kapitasi di FKTP dan INA CBG s untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan JKN (Kesehatan, 2015b). Perpres No. 32 Tahun 2014 menyebutkan bahwa kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan (Budiarto & Kristiana, 2015). 4
12 Sistem pembayaran dengan metode kapitasi yang diterapkan BPJS kepada FKTP, mendorong FKTP untuk memberikan pelayanan yang optimal. FKTP juga akan berusaha mengedepankan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan. Penurunan angka kesakitan diharapkan akan berdampak pada menurunnya kunjungan masyarakat ke FKTP untuk berobat. FKTP juga harus mampu menjadi penapis rujukan serta kendali mutu dan kendali biaya dalam pelaksanaan JKN selain menjadi kontak pertama pasien dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam perannya sebagai gatekeeper. Data BPJS Kesehatan Cabang Denpasar menunjukkan bahwa saat ini jumlah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Cabang Denpasar adalah sebanyak 118 FKTP. Data tersebut terdiri dari 11 puskesmas, 16 klinik swasta, 4 FKTP TNI, 3 FKTP POLRI, 2 FKTP BUMN, 61 dokter praktik perorangan (DPP) dan 21 praktik dokter gigi. FKTP ini secara ideal diharapkan mampu menjadi fasilitas yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan dasar secara paripurna serta memberikan tatalaksana rujukan pada kasus-kasus yang memerlukan pelayanan lebih lanjut secara tepat sesuai dengan standar pelayanan medik (Kemenkes, 2014). Laporan BPJS Kesehatan tahun 2014 menunjukkan bahwa rasio rujukan di DPP untuk pasien JKN di Kota Denpasar sebesar 8,26 %. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2015 dengan rasio rujukan sebesar 8,48% (Kesehatan, 2015a). Hal ini mengindikasikan bahwa DPP sebagai salah satu bagian dari FKTP belum bisa menjalankan perannya sebagai gatekeeper secara optimal. Peningkatan rasio rujukan ini dapat menggambarkan bahwa penguatan FKTP melalui fungsi 5
13 promotif belum dilaksanakan secara maksimal. Padahal pelayanan promotif sangat penting untuk dilakukan terutama untuk mendukung keberlangsungan program JKN, karena sebesar apapun biaya kesehatan yang dikumpulkan melalui iuran, tentu akan habis jika tidak disertai peningkatan upaya promotif (Dewi, 2015). Permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan program JKN terutama pada DPP sebagai salah satu bagian dari FKTP masih banyak ditemukan sejak pelaksanaannya dari tahun Permasalahan tersebut antara lain adanya asumsi bahwa kualitas pelayanan yang diberikan dokter kepada pasien menjadi menurun, cenderung tidak ramah, tergesa-gesa dan terkesan hanya melakukan pelayanan seadanya. Hal ini dapat disebabkan karena keterbatasan waktu yang ada untuk pemeriksaan dan konsultasi pada pasien seiring faktor kunjungan pasien yang tinggi. Keadaan ini menjadi lebih parah lagi untuk dokter yang mempunyai tanggungan peserta JKN yang terlalu banyak. Metode kapitasi seharusnya dapat memacu dokter agar memberikan layanan konseling maupun penyuluhan perorangan kepada pasien selain melakukan penegakkan diagnostik dan pengobatan tepat. Hal ini merupakan bagian dari upaya promotif dan preventif yang bertujuan untuk menekan angka kesakitan sehingga diharapkan masyarakat tidak datang lagi untuk berkunjung ke FKTP (Soetono & Kurtanty, 2013). FKTP juga belum sepenuhnya mengupayakan ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai, terutama untuk pelayanan promotif. Kunjungan rawat jalan yang tinggi mengakibatkan beban kerja untuk pelayanan kuratif menjadi bertambah. Hal ini pula yang menyebabkan petugas medis tidak memberikan konseling yang seharusnya dilakukan sebagai upaya kesehatan perorangan 6
14 mengingat keterbatasan waktu yang ada. Studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa DPP dengan tingkat kunjungan pasien yang tinggi di wilayah Kota Denpasar menunjukan bahwa sebagian besar dokter tidak memberikan konseling kepada pasien yang berkunjung. Hal ini dipertegas dengan hasil komunikasi interpersonal yang dilakukan kepada beberapa pasien yang berkunjung. Hampir semua informan mengatakan bahwa dokter hanya memeriksa dan memberikan resep untuk keluhan yang dialami pasien tanpa memberikan konseling maupun penyuluhan tentang penyakit yang dialami pasien maupun faktor-faktor risiko dari penyakit tersebut. Beberapa penelitian di berbagai daerah terkait pelaksanaan upaya promotif dan preventif di FKTP diantaranya pada penelitian yang dilakukan di Eropa. Penelitian ini menggambarkan pengetahuan, sikap serta kendala yang dialami oleh dokter di Eropa dalam melaksanakan promosi kesehatan berbasis bukti dan rekomendasi pencegahan penyakit dalam perawatan primer. Hasilnya diketahui bahwa kegiatan promosi dan pencegahan penyakit sangat sulit dilakukan. Hambatan yang paling penting dilaporkan adalah beban kerja yang berat dan kurangnya waktu serta tidak adanya sistem penggantian biaya (Brotons et al., 2012). Penelitian lainnya di Amerika menyatakan bahwa kemampuan dan kebiasaan dokter yang sering berolahraga lebih mungkin untuk memberi nasehat kepada pasien mereka untuk berolahraga. Hambatan yang paling umum yang dijumpai untuk pelaksanaan konseling adalah waktu yang tidak memadai dan pengetahuan dan pengalaman tentang olahraga yang harus dilakukan (Abramson, Stein, Schaufele, Frates, & Rogan, 2000). 7
15 Penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa pelayanan preventif dan promotif di puskesmas tetap dilaksanakan secara rutin baik sebelum maupun sesudah diberlakukannya JKN (Dewi, 2015). Penelitian tentang pelaksanaan upaya promotif oleh dokter di klinik dan DPP pada era JKN belum banyak dilakukan. Atas dasar inilah peneliti terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang tersebut adalah bagaimana perilaku, faktor pendorong serta faktor penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui perilaku, faktor pendorong serta faktor penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui. 1. Perilaku dokter dalam pelayanan promotif dan preventif pada DPP di Kota Denpasar. 8
16 2. Faktor pendorong dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada DPP di Kota Denpasar. 3. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan kajian, referensi untuk memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan pelaksanaan upaya promotif dan preventif oleh dokter praktik perorangan (DPP) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan pelayanan promotif dan preventif bagi dokter di DPP maupun bagi BPJS kesehatan selaku badan pengelola jaminan kesehatan nasional (JKN). 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI PENGGUNA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN PEMBERI LAYANAN TERHADAP RUJUKAN RAWAT
UNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI PENGGUNA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN PEMBERI LAYANAN TERHADAP RUJUKAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TABANAN II DAN PUSKESMAS SELEMADEG TAHUN 2016 I GUSTI AYU RANIA RESWARI NIM.
Lebih terperinciMANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN Oleh dr. Kalsum Komaryani, MPPM Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 1.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
Lebih terperinciThere are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS
There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) a. Pengertian JKN Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan pengembangan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya pengindraan terhadap objek tertentu
Lebih terperinciDewi, et al., Identifikasi Pelayanan Promotif pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Identifikasi Pelayanan Promotif pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional (Identification of Promotive Services In Primary Health Care Facility of National Health Insurance
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi jaminan kesehatan nasional Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 71 Tahun 2013 jaminan kesehatan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
Lebih terperinciJUDUL PERSEPSI PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN SWASTA MENGENAI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 IDA AYU GEDE PRABAWANTI
JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI PERUSAHAAN ASURANSI KESEHATAN SWASTA MENGENAI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 IDA AYU GEDE PRABAWANTI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. health coverage di tahun Universal health coverage berarti setiap warga di
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah mulai dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 lalu dan dilaksanakan secara bertahap hingga tercapainya universal health coverage
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
Lebih terperinciVI. PENUTUP A. Kesimpulan
VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciKONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN
KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN UUS SUKMARA, SKM, M.Epid. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Bandung, 24 Agustus 2015 DASAR HUKUM UU 40/ 2004 UU 24 Tahun 2011 tentang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :
40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dikelompokkan seperti pada Gambar
Lebih terperinciDR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)
DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak azazi setiap warga negara sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage), Indonesia melalui penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menyepakati strategi-strategi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga
Lebih terperinciIMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,
Lebih terperinciREGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN
REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN
Lebih terperinciIndikator Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Surabaya
Indikator Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Surabaya Capitation Payment Indicators Based on Fulfillment of Service Commitment at FKTP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Karateristik Responden a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambaran karateristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PRAKTEK DOKTER MANDIRI DAN KLINIK SWASTA (Studi Kasus Kecamatan Tembalang Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perlindungan kesehatan merupakan aspek penting untuk kesejahteraan manusia dalam mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan serta pengembangan sistem sosial
Lebih terperinciKata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENDAPATAN, PERSEPSI KEPALA KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO Riyadi Kurniawan Agus*. Ardiansa A.T Tucunan*.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perubahan sistem pelayanan kesehatan sejak Januari 2014. Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran biaya kesehatan langsung
Lebih terperinciJUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Utilization Review Utilization review merupakan suatu metode untuk menjamin mutu pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Sumber daya manusia merupakan partner strategis untuk mencapai tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Walaupun tidak tercantum dalam neraca, sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan/organisasi (Noe, 2006 dalam Purwanto, 2006). Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang baik bagi setiap warga negaranya (Yustina, 2015). Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan kesehatan semesta (universal health coverage) yang telah disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 2005 merupakan resolusi untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo
KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: WAHYU WIJAYANTI NIM: 13612558 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperinciHARAPAN DAN PERSEPSI TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAERAH DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN OLEH APOTEKER
HARAPAN DAN PERSEPSI TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAERAH DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN OLEH APOTEKER PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SKRIPSI DIAH AYU NIRMALA
Lebih terperinci2 BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme
2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN
UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN IKATAN KERJASAMA OLEH KARYAWAN HOTEL MELIA BALI INDONESIA NI LUH AYU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016 NI LUH INTEN LESTARI
UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016 NI LUH INTEN LESTARI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciPDKI (PERHIMPUNAN DOKTER KELUARGA INDONESIA) DAN PERAN DOKTER KELUARGA DI RANAH PELAYANAN PRIMER. OLEH DR. ERDIYANTO, DK (KETUA PDKI CABANG JAMBI)
PDKI (PERHIMPUNAN DOKTER KELUARGA INDONESIA) DAN PERAN DOKTER KELUARGA DI RANAH PELAYANAN PRIMER. OLEH DR. ERDIYANTO, DK (KETUA PDKI CABANG JAMBI) PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia) dan Peran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi (Insurance) 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi menurut UU tentang usaha perasuransian adalah Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
GAMBARAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) PADA PESERTA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DAN Non-PENERIMA BANTUAN IURAN (Non-PBI) DI PUSKESMAS MEDAN DENAI Taufiqul 1, Ricky 1, Siti 1,
Lebih terperinciPDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia) dan Peran Dokter Keluarga di Ranah Pelayanan Primer. Oleh dr. Erdiyanto, DK (Ketua PDKI Cabang Jambi)
PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia) dan Peran Dokter Keluarga di Ranah Pelayanan Primer Oleh dr. Erdiyanto, DK (Ketua PDKI Cabang Jambi) A. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia I. PDKI.??? PDKI
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN. Di RW 01 Dusun Krajan Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo
KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN Di RW 01 Dusun Krajan Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo Oleh : SANTI KANTHI SUCI HANDAYANI NIM: 12612222 PRODI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Lebih terperinciBuku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan
Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman i ii iii v viii ix x xi xii xiii
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN SURAT PENYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN INTISARI ABSTRACT Halaman i ii iii v viii ix x xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciGate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan
panduan praktis Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan 15 02 panduan praktis Gate Keeper Concept Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab IV pasal 19 dan 20 menjelaskan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasioal (SJSN). Sistem Jaminan Sosial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bidan Praktik Mandiri (BPM) 2.1.1 Pengertian BPM BPM merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan,yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG
PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
Lebih terperinciCURICULUM VITAE : DR.
CURICULUM VITAE Nama : DR. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM, AAK TTL : Singaraja Bali, 1 Mei 1966 Kerja Jabatan Alamat : BPJS Kesehatan Divisi Regional XI : Kepala Divisi Regional XI BPJS Kesehatan
Lebih terperinci